ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG KRATON RATU BOKO DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN

(1)

SKRIPSI

Oleh : Nailil Masruroh

20130430098

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

i SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh : Nailil Masruroh

20130430098

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Nailil masruroh

Nomor Mahasiswa : 20130430098

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “ANALISISWILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG KRATON RATU BOKO DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertlis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta,27 April 2017


(5)

v

(QS. Al Insyirah:5-6)

“jika kamu menolong Allah (Agama Allah ) maka Allah akan menolongmu”. (Q.S. Muhammad: 7)

Berjuanglah mendekati batas lalu melampauinya (Woody)


(6)

vi berjuang dan mendoakanku sejak lahir.

2. Kedua kakakku Muslih luthfi dan Fadlu roziq yang selalu berkorban segalanya demi saya dan berusaha hingga terselesaikannya studi saya. 3. Almamater tercinta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta semoga

semakin maju, terdepan, unggul dan islami tetap menjadi visi kampus dan dapat meluluskan wisudawan dan wisudawati yang bermanfaat dunia akhirat.

4. Dosen-dosen yang telah memberikan keikhlasan dalam memberikan ilmu nya selama masa kuliah semoga amal ibadah bapak ibu dosen menjadi amal jariyah amiin.Terutama dosen pembimbing, BapakRomi Bhakti Hartarto, SE.,M.Ec. yang telah memberikan banyak masukan terkait skripsi.

5. Sahabat-sahabatku tersayang, “BISING”.Dhea, Karina, Ulfa, Kiki, Nadia, Nurfitriani, Nia, Agung, Ilham, dan Andre yang telah mewarnai hari-hariku selama kuliah. I love you, guys.

6. Fierdaus Andika Nur Fauzi yang tidak pernah lelah dalam memberi semangat, doa dan selalu berkenan mendengarkan segala keluh kesah hingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Sahat-sahabat tercinta Dyah ayu setianingrum, widya putri wardani, ida fitri anjasari yang selalu memberikan semangat disaat saya merasa putus asa.


(7)

vii

9. Untuk semua teman-teman Ilmu Ekonomi 2013, semoga dimudahkan jalan kita menuju masa depan.


(8)

xii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

INTISARI ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori ... 11

1. Definisi Pariwisata ... 11

2. Teori Permintaan ... 12

3. Konsep Nilai Ekonomi ... 14

4. Valuasi Ekonomi ... 15

5. Konservasi ... 24

6. Willingness To Pay ... 25

B. PenelitianTerdahulu ... 26

C. Hipotesis ... 28

D. Kerangka Berpikir ... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 31


(9)

xiii

F. Teknik Pengambilan Sampel ... 32

G. Teknik Pengumpulan Data ... 34

H. Definisi Operasional ... 35

I. Metode Analisis Data ... 36

J. Model Penelitian ... 39

K. Uji Kausalitas Instrumen Data ... 40

L. Asumsi Klasik ... 41

M. Uji Signifikansi ... 42

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 46

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 46

B. Karakteristik Responden ... 49

C. Presepsi Responden Pengunjung Keraton Ratu Boko... 56

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Uji Kualitas Data ... 58

B. Statistik Deskriptif... 59

C. Uji Asumsi Klasik ... 60

D. Hasil Analisis Regresi Berganda ... 66

E. Uji t (parsial) ... 67

F. Uji F... 69

G. Koefisien Determinasi (R2 ) ... 69

H. Pembahasan ... 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. Kesimpulan... 73

B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA


(10)

xiv

5.2 Hasil Uji Reabilitas ... 62

5.3 Statistik Deskriptif ... 63

5.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 64

5.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 64

5.6 Hasil Uji Normalitas ... 65


(11)

xv

1.3 Banyaknya Pengunjung Objek Wisata Ratu Boko

Menurut Asal Wisatawan Tahun 2011-2015 ... 5

2.1 Klasifikasi Valuasi Non-Market ... 14

2.2 Model Penelitian... 27

4.1 Peta Kabupaten Sleman ... 40

4.2 Peta Menuju Kraton Ratu Boko ... 42

4.3 Usia Pengunjung Kraton Ratu Boko ... 43

4.4 Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Kraton Ratu Boko ... 44

4.5 Berdasarkan Pendidikan Responden Kraton Ratu Boko ... 44

4.6 Berdasarkan Pendapatan Responden Kraton Ratu Boko ... 45

4.7 Berdasarkan Pekerjaan Responden Kraton Ratu Boko ... 46

4.8 Berdasarkan Tempat Tinggal Responden Kraton Ratu Boko ... 46

4.9 Berdasarkan Frekuensi Berkunjung Responden Kraton Ratu Boko ... 47

4.10 Berdasarkan Lama Meluangkan Waktu Responden Kraton Ratu Boko ... 48

4.11 Berdasarkan Status Pernikahan Responden Kraton Ratu Boko ... 49

4.12 Berdasarkan Tanggungan Anak Responden Kraton Ratu Boko ... 49

4.13 Kondisi Jalan Menuju Kraton Ratu Boko ... 50

4.14 Kemudahan Mencapai Kraton Ratu Boko ... 50

4.15 Keamanan di Kraton Ratu Boko ... 51

4.16 Parkir Pengunjung Kraton Ratu Boko... 52

4.17 Fasilitas Kraton Ratu Boko ... 52

4.18 Informasi di Kraton Ratu Boko ... 53

4.19 Keramahan Petugas Kraton Ratu Boko ... 54


(12)

(13)

viii

pengunjung untuk tiket masuk objek wisata Kraton Ratu Boko dan faktor faktor yang mempengaruhinya dalam upaya pelestarian lingkungan.Penelitian ini dianalisis melalui pendekatan Contingent Valuation Method (CVM)dengan menggunakan data primer yang diperoleh melalui pemberian kuisioner kepada 105 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan Purposive Sampling. Alat analisis dalam penelitian ini beruparegresi linier berganda yang diolah menggunakan SPSS 16.

Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan cukup bukti bahwa variabel usia dan jenis kelamin berpengaruh terhadap WTP. Sementara itu, ditemukan cukup bukti secara statistic bahwa variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap WTP, sedangkan variable jarak berpengaruh negative terhadap WTP.Besaran nilai willingness to pay sebesar Rp8.685,- dengan nilai total tiket Rp 33.685,-

Kata Kunci :willingness to pay,usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan, jarak.


(14)

ix

This study aims to measure the value of willingness to pay (WTP) of the visitors for admission to Kraton Ratu Boko and its determinants in purpose of environmental preservation. This research is analyzed through Contingent Valuation Method (CVM) approachbased on primary data by providing questionnaire to 105 respondents. Sampling was done by purposive sampling technique. Then, this research is processed through multiple linear regression by using SPSS 16.

Based on the result, there is no strong evidence that age and gender do not seem to haveany impact on WTP. Meanwhile, there is enough evidence that education level and income positively affect WTP, whereas distance seems to have negative impact on WTP. The value of WTP is Rp8.685, - with a total value of tickets is Rp 33 685, -.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata merupakan industri yang memiliki peran penting terhadap perekonomian suatu negara karena merupakan salah satu sumber devisa. Industri pariwisata merupakan kegiatan yang tidak mengenal batas ruang. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang diikuti dengan kemudahan akses, pergerakan manusia menjadi lebih cepat, mudah, bervariasi, nyaman dan ekonomis, sehingga batas wilayah tidak lagi menjadi hambatan. Pariwisata mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang, artinya perkembangan suatu objek wisata tidak hanya membawa kemamuran bagi destinasi wisata tersebut. Secara umum perkembangan destinasi wisata tersebut juga membawa dampak yang positif bagi sektor-sektor lain di sekitarnya. Bila kepariwisataan suatu wilayah sudah maju, maka faktor-faktor pendukung pertumbuhan di sekitarnya juga akan berkembang.

Bukti bahwa sektor pariwisata berperan terhadap perekonomian Indonesia bisa dilihat dari besarnya sumbangan pariwisata terhadap ekspor Indonesia.


(16)

Gambar 1.1

Lima Besar Komoditas Penyumbang Devisa Ekspor Indonesia Periode 2013-2015

Arti penting pariwisata dalam perekonomian indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.1, di mana pariwisata menempati peringkat keempat setelah komoditas minyak dan gas bumi, batu bara, dan minyak kelapa sawit sebagai penyumbang devisa ekspor. Dalam hal ini, pariwisata merupakan komoditas non-migas penyumbang devisa ekspor terbesar ketiga.

Sebagai salah satu provinsi di Indonesia, Yogyakarta menggunakan slogan “Jogja Never Ending Asia” dalam memperkuat identitasnya sebagai tujuan wisata dan hal ini memberi peluang sebagai salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi mengingat banyaknya objek wisata yang dimiliki. Terlihat pada Tabel 1.1 bahwa Yogyakarta memiliki ciri khas dan potensi wisata yang besar, baik wisata alam maupun wisata budaya.

0,00 5.000,00 10.000,00 15.000,00 20.000,00 25.000,00 30.000,00 35.000,00

2013 2014 2015

Minyak dan Gas Bumi

Batu Bara

Minyak Kelapa Sawit

Pariwisata

Karet Olahan


(17)

Tabel 1.1

Daya Tarik Wisata Yogyakarta

Manfaat yang paling besar dirasakan oleh masyarakat adalah industri pariwisata mampu menciptakan banyak kesempatan kerja yang mendukung berkembangnya objek wisata tersebut. Selain mengurangi jumlah pengangguran, objek wisata yang berkembang juga turut mengangkat pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapat dari pajak, akomodasi, dan retribusi.

Hal yang paling penting di dalam pariwisata adalah daya tarik wisata. Tanpa hal itu, pariwisata sulit berkembang karena orang datang berwisata ke suatu tempat tentu untuk menikmati daya tarik wisata yang ada di dalamnya. Hal ini berkaitan erat dengan motivasi seseorang dalam melakukan perjalanan wisata. Bila tidak ada daya tarik dari destinasi wisata yang dikunjungi,

Wisata Alam Wisata Budaya Sleman Kaliurang

Kaliadem

Candi Prambanan Kraton Ratu Boko

Bantul Pantai Parangtritis

Kebun Buah Mangunan

Museum Tembi Rumah Museum Wayang Kekayon

Kulonprogo Waduk sermo

Pantai Glagah

Makam Nyi Ageng Serang Makam Grigondo

Gunung Kidul

Pantai Wediombo Pantai Pok Tunggal

Goa Cerme Watu Lumbung

Kota

Gembiro Loka Kebun Plasma Nutfah

Kraton Yogyakarta Taman Sari


(18)

wisatawan enggan untuk menghabiskan waktu dan membelanjakan uangnya di daerah tersebut. Sebagai salah satu kabupaten di Provinsi DIY, Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten yang memiliki daya tarik wisata yang bisa dilihat dari bertambahnya jumlah kunjungan wisata dari tahun ke tahun seperti yang tertera pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2

Jumlah KunjunganWisata di Kabupaten Sleman

Kenaikan jumlah kunjungan wisata di Kabupaten Sleman dari gambar 1.2, mengalami peningkatan hal tersebut di dorong Kabupaten Sleman merupakan Kabupaten yang sangat unik karena merupakan satu-satunya Kabupaten di Provinsi Yogyakarta yang memiliki banyak destinasi wisata budaya yang berupa candi-candi dan situs-situs kuno. Bahkan di daerah lain di Indonesia jarang ditemukan candi sebanyak yang ada di Kabupaten Sleman. Candi Prambanan yang termasyur di seluruh dunia tersebut ada

0 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000 6.000.000

KABUPATEN SLEMAN

2011

2012

2013

2014


(19)

Kabupaten Sleman. Selama ini yang yang menjadi primadona wisata budaya yang berupa candi di Kabupaten Sleman hanya Candi Prambanan. Candi Prambanan merupakan daya tarik wisata terbesar dan terfavorite yang ada di Sleman, namun sebenarnya Kabupaten Sleman memiliki candi-candi yang tidak kalah indah dan elok di banding Candi Prambanan, misalnya Candi Sambisari, Kraton Ratu Boko, Candi Ijo dan lain sebagainya.

Sebagai salah satu objek wisata candi yang cukup ternama di Sleman, setelah Candi Prambanan, Kraton Ratu Boko mulai menjadi perhatian wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Kraton Ratu Boko merupakan destinasi wisata yang cukup berpotensi dan menarik. Letaknya yang berada di atas perbukitan menawarkan perbedaan dibandingkan dengan wisata candi lainnya. Selain itu, jika situs-situs budaya lain berupa candi atau kuil, pada Kraton Ratu Boko seperti istana, terlihat dari bangunan-bangunna yang terdapat pada di situs Ratu Boko.

Kraton Ratu Boko terletak di wilayah Kelurahan Bokoharjo, Kecamatan Sleman Prambanan, Kabupaten Sleman, atau sekitar 3 km dari arah selatan Candi Prambanan. Akses menuju Kraton Ratu Boko cukup jelas dan mudah. Pengunjung dari Kota Yogyakarta bisa menggunakan angkutan umum, seperti bus atau taksi. Kraton Ratu boko terbilang cukup unik dan menarik karena letaknya diatas bukit, sehingga dapat melihat pemukiman di sekitar Kraton Ratu Boko dari atas bukit. Selain itu apabila cuaca cerah pengunjung dapat melihat gunung Merapi dengan jelas. Pada sore hari,


(20)

pemandangan sunset dari Kraton Ratu Boko akan terlihat mempesona dan indah.

Situs Ratu Boko terletak diperbukitan Boko dengan ketinggian 195,97 m di atas permukaan laut dengan luas sekitar 160,898 m2. Situs Ratu Boko merupakan peninggalan sejarah Jawa yang bercorak hinduisme dan budhaisme, yang dibangun pada abad VII –IX M. Awalnya, situs ini merupakan sebuah kompleks vihara sebagaimana tercatat dalam prasasti Abhayaghiriwihara pada tahun 792 M. Beberapa waktu yang lalu, tempat ini kembali booming karena dipromosikan secara tidak langsung melalui film Ada Apa Dengan Cinta 2.

Sama halnya dengan Candi Prambanan, Kraton Ratu Boko juga termasuk dalam pengelolaan perusahan BUMN, yaitu PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Kraton Ratu Boko. Selain keunikan dan lokasi yang menawarkan perbedaan dari candi-candi lainnya pengelola meningkatkan jumlah pengunjung Kraton Ratu Boko dengan adanya paket treking mengelilingi Kraton Ratu Boko, lalu melihat sunset dan lain sebagainya. PT Taman wisata juga menawarkan paket shuttle dari Candi Prambanan ke Kraton Ratu Boko untuk memudahkan pengunjung.


(21)

Gambar 1.3

Banyaknya Pengunjung Objek Wisata Ratu Boko Menurut Asal Wisatawan Tahun 2011-2015

Sumber: Dinas kebudayaan DIY.

Berdasarkan gambar 1.3 terlihat bahwa jumlah pengunjung dari tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi dimana kenaikan paling tinggi terjadi pada tahun 2014-2015. Untuk menjaga kualitas produk dan layanan wisata di Kraton Ratu Boko maka diperlukan evaluasi dan perbaikan fasiltas yang ada di Kraton Ratu Boko. Hal tersebut dianggap penting dengan melihat perkembangan prefensi, motivasi dan ekspektasi pasar yang semakin kritis terhadap suatu daya tarik wisata, sehingga mendorong perlunya evaluasi terhadap kondisi yang sudah ada. Perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan diantaranya adalah, perbaikan fasilitas yang ada di dalam komplek Kraton Ratu Boko, penambahan Gazebo, perbaikan akses jalan menuju Kraton Ratu Boko mengigat obyek wisata Kraton Ratu Boko yang berada diatas perbukitan perlunya keamanan menuju obyek wisata tersebut, di pilihnya

0 50 100 150 200 250 300

2011 2012 2013 2014 2015

wisnus


(22)

Kraton Ratu Boko sebagai pembuatan film AADC 2 perlu di tingkatkan kebersihan dan keindahan yang ada di sekeliling Kraton Ratu Boko. Dengan adanya perbaikan dan penambahan fasilitas yang di tawarkan pada Kraton Ratu Boko agar menarik para pengunjung dan membuat nyaman para wisatawan yang berdatangan maka diperlukan anggaran biaya yang tidak sedikit,dengan begitu perlu adanya kontribusi yang seimbang antara pengelola yaitu, PT Taman Wisata dan pengunjung dalam upaya pelestarian lingkungan pada Kraton Ratu Boko. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti tentang kesediaan membayar dalam upaya pelestarian lingkungan, apakah wisatawan mau berkontribusi lebih (dengan membayar tiket lebih pada saat ini). Karena sudah sepantasnya biaya untuk melestarikan Kraton Ratu Boko itu berasal dari pengelola dan pengunjung turut membantu memberikan edukasi tentang nilai konservasi, partisipasi dan kepedulian pengunjung, sehingga perlu diteliti berapa besaran kesediaan membayar (WTP) yang pengunjung ingin bayarkan untuk upaya pelestaraian lingkungan pada Kraton Ratu Boko.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, beberapa masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana profil atau karakteristik sosial – ekonomi para pengunjung Kraton Ratu Boko?


(23)

2. Berapakah besaran nilai Willingness To Pay pengunjung Kraton Ratu Boko?

3. Bagaimana persepsi para pengunjung terhadap infrastruktur dan layanan yang ditawarkan oleh Kraton Ratu Boko?

4. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi kesediaan pengunjung membayar tiket masuk Kraton Ratu Boko ?

C. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi pengunjung obyek wisata Kraton Ratu Boko.

2. Untuk mengetahui besarnya nilai Willingness To Pay pengunjung untuk membayar tiket masuk obyek wisata Kraton Ratu Boko.

3. Untuk mengetahui presepsi pengunjung terhadap infrastuktur dan pelayanan yang ditawarkan oleh Kraton Ratu Boko.

4. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi Willingness To Pay pengunjung Kraton Ratu Boko.

D. Manfaat

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi pemerintah daerah dan instansi yang mengelola tempat wisata Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam menetapkan kebijakan terkait dengan pengelolaan Kraton Ratu Boko.


(24)

2. Bagi pembaca

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan serta dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian serupa.

3. Bagi penulis

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan mengenai penilaian ekonomi serta kesediaan para pengunjung untuk membayar tiket masuk objek Kraton Ratu Boko.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Definisi pariwisata

Definisi pariwisata secara luas adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Suatu perjalanan dianggap sebagai perjalanan wisata bila memenuhi tiga persyaratan yang diperlukan, yaitu:

1) Harus bersifat sementara

2) Harus bersifat sukarela, dalam arti tidak terjadi paksaan

3) Tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah ataupun bayaran Berikut merupakan jenis-jenis pariwisata menurut Spillane (1987): 1) Pariwisata untuk Menikmati Perjalanan

Pariwisata untuk menikmati perjalanan dilakukan untuk berlibur, mencari udara segar, memenuhi keingintahuan, mengendorkan ketegangan saraf, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, dan mendapatkan kedamaian.

2) Pariwisata untuk Rekreasi

Pariwisata untuk rekreasi dilakukan sebagai pemanfaatan hari-hari libur untuk beristirahat, memulihkan kesegaran jasmani dan rohani dan menyegarkan keletihan.


(26)

3) Pariwisata untuk Kebudayaan

Pariwisata untuk kebudayaan ditandai serangkaian motivasi seperti keinginan belajar di pusat riset, mempelajari adat-istiadat, mengunjungi monumen bersejarah dan peninggalan purbakala, dan ikut festival seni musik.

4) Pariwisata untuk Olah Raga

Pariwisata untuk olahraga dibagi menjadi dua kategori, yakni pariwisata olahraga besar seperti Olimpiade, Asian Games, dan SEA Games serta buat mereka yang ingin berlatih atau mempraktikkan sendiri, seperti mendaki gunung, panjat tebing, berkuda, berburu, dan memancing. 5) Pariwisata untuk Urusan Usaha Dagang

Pariwisata untuk urusan dagang umumnya dilakukan para pengusaha atau industrialis yang mencakup kunjungan ke pameran dan instalasi teknis.

6) Pariwisata untuk Berkonvensi

Pariwisata untuk berkonvensi berhubungan dengan konferensi, simposium, sidang, dan seminar internasional.

2. Teori Permintaan

Dalam ilmu ekonomi, istilah permintaan merupakan hubungan antara jumlah barang yang ingin dibeli dengan harga barang tersebut. Teori permintaan menjelaskan adanya hubungan antara jumlah permintaan dan harga (Sukirno, 2005). Permintaan adalah keinginan konsumen untuk membeli suatu barang pada tingkat harga tertentu selama periode tertentu.


(27)

Kemampuan seseorang dalam membeli bergantung pada dua unsur pokok, yaitu pendapatan yang dibelanjakan dan harga barang yang diinginkan. Apabila jumlah pendapatan seseorang yang dapat dibelanjakan naik, jumlah barang yang diminta meningkat.

a. Hukum Permintaan

Ketika harga barang mengalami kenaikan, maka kuantitas yang diminta konsumen akan turun, demikian pula sebaliknya. Selain faktor harga, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang, faktor-faktor tersebut yaitu:

1) Harga barang itu sendiri

Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan akan barang tersebut semakin bertambah.

2) Pengaruh harga barang lain

Pengaruh harga barang dibedakan menjadi dua sifat, yaitu subtitusi dan komplementer. Barang subtitusi adalah barang yang fungsinya mengganti barang yang lain sedangkan barang komplementer adalah barang pemuas kebutuhan yang berguna jika dipakai bersama-sama dengan barang lain.

3) Selera dan kebiasaan

Semakin tinggi selera konsumen, semakin tinggi tingkat permintaan suatu barang.


(28)

4) Perkiraan harga di masa datang

Apabila terdapat kenaikan perkiraan harga dimasa datang, konsumen akan membeli barang sebanyak-banyaknya pada saat harga murah. Hal tersebut mengakibatkan tingginya permintaan dalam jangka pendek.

5) Distribusi pendapatan

Jika hanya sebagian kecil kelompok mayarakat yang menguasai porsi perekonomian yang besar, daya beli akan semakin lemah yang berakibat pada turunnya permintaan suatu barang.

6) Usaha- usaha produsen meningkatkan penjualan

Kemampuan produsen dalam menawarkan barang terhadap konsumen akan meningkatkan permintaan barang.

3. Konsep Nilai Ekonomi

Nilai adalah persepsi seseorang terhadap makna suatu objek, tempat dan waktu tertentu pula. Nilai juga diartikan sebagai pengharapan atau norma-norma kehidupan yang melekat pada individu atau masyarakat tersebut (Turner dkk 1994).

Nilai ekonomi adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan. Apa yang dikatakan sebagai ekonomi sumber daya alam adalah pemberian harga pada barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan (Fauzi, 2010). Nilai ekonomi secara umum adalah pengukuran jumlah maksimum seseorang dalam mengorbankan barang atau jasa untuk memperoleh barang atau jasa lainnya. Konsep ini


(29)

disebut dengan keinginan membayar (Willingness To Pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan.

Menurut Ramdan (2003), penilaian adalah upaya menentukan manfaat dari suatu barang atau jasa untuk kepentingan tertentu. Pengukuran nilai sumber daya, dalam hal ini, berdasarkan pada konsep nilai total yang meliputi nilai pemanfaatan. Oleh sebab itu, perlu diketahui nilai ekonomi total dari sumber daya tersebut (Fauzi, 2006). Nilai ekonomi total adalah konsep sederhana untuk mendapatkan nilai total dari beberapa sumber daya alam yang tersusun dari beberapa komponen yang berbeda. Lebih jauh lagi, Barton (1994) beranggapan bahwa nilai ekonomi total dari lingkungan merupakan jumlah dari nilai manfaat dan nonmanfaat. Nilai manfaat adalah nilai yang timbul dari pemanfaatan sumberdaya yang terdapat pada ekosistem.

4. Valuasi Ekonomi

a. Pengertian Valuasi Ekonomi

Valuasi ekonomi secara umum adalah upaya memberikan nilai kuantitatif terhadap suatu barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan, terlepas dari apakah nilai pasar tersedia atau tidak (Susilowati, 2002).

Menurut Suparmoko, 2000 terdapat beberapa alasan mengapa satuan moneter diperlukan dalam valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan , yakni:


(30)

1) Satuan moneter digunakan untuk menilai tingkat kepedulian seseorang terhadap lingkungan.

2) Satuan moneter dari manfaat dan biaya sumber daya alam dan lingkungan dapat mendukung kualitas lingkungan yang lebih baik. 3) Satuan moneter dijadikan bahan pembanding secara kuantitatif

terhadap bebrapa alternatif kebijakan, termasuk pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan.

Pengklasifikasian valuasi ekonomi nonpasar dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1.1

Klasifikasi Valuasi Non-Market

Valuasi Non-market

Sumber Fauzi, 2010

Ada pun, terdapat beberapa metode dalam valuasi ekonomi:

1. Travel Cost Method atau TCM adalah metode yang digunakan untuk menganalisis permintaan rekreasi di alam terbuka, seperti mengunjungi kebun binatang, taman dan sebagainya. Metode ini Tidak langsung

( Revealed WTP )

Hedonic pricing Travel Cost Random Utility

model

Langsung (Survei) (Expressed WTP)  Contingent Valuation Random Utility Model Contingent Choice Valuasi Non-market


(31)

digunakan untuk meneliti biaya yang rela dikeluarkan individu atau pengunjung untuk mendatangi tempat wisata tersebut.

2. Contingent Valuation Method

Metode ini disebut kontingen karena pemilihan tempat wisata yang ingin dikunjungi tiap individu bergantung pada informasi yang mereka peroleh, misalnya seberapa besar biaya yang harus ditanggung, bagaimana pembayarannya dan informasi lainnya. Contingent Valuation Method (CVM) digunakan untuk mengukur nilai pasif sumber daya alam atau nilai keberadaan. Tujuan dari metode ini untuk mengetahui besarnya kesediaaan pengunjung wisata sebagai upaya pelestarian lingkungan wisata tersebut. b. Konsep Contingent Valuation Method

Aplikasi Contingent Valuation Method adalah metode untuk menghitung secara langsung, untuk menanyakan kesediaan dalam membayar masyarakat Willingness To Pay (WTP) dalam menilai benda publik (Yakin, 1997). Terdapat empat cara dalam menilai CVM , di antaranya:

1) Bidding Game

Bidding Game atau permainan penawaran adalah metode penawaran yang digunakan untuk menanyakan pada responden seberapa kesediaan membayar dalam upaya pelestarian lingkungan.


(32)

Payment Card adalah kisaran nilai yang disajikan pada sebuah kartu yang mungkin mengindikasikan tipe pengeluaran responden terhadap jasa publik yang diberikan.

3) Open – Ended

Open Ended atau metode terbuka adalah metode yang digunakan untuk mengetahui responden dalam menyatakan nilai. Setelah menjelaskan lingkungan yang baik untuk dilestarikan, responden diminta untuk menentukan kesediaan membayar maksimal yang mereka inginkan dalam upaya pelestarian lingkungan.

4) Dichotomous Choice (CVM-DC)

Pendekatan ini meniru perilaku pasar di mana orang membeli pada harga terentu. Pada metode ini, responden diminta menggambarkan potensi perubahan lingkungan yang diusulkan oleh suatu kebijakan yang diikuti serangkaian harga tertentu, dan ditanya apakah mereka bersedia membayar jumlah tersebut untuk mencegah perubahan lingkungan.

c. Kelebihan Contingen Valuation Method

Penggunaan CVM dalam memperkirakan nilai ekonomi suatu lingkungan memiliki kelebihan kelebihan sebagai berikut (Yakin, 1997):

1) Satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat yang dapat diaplikasikan pada berbagai konteks untuk menilai kebijakan lingkungan.


(33)

2) Dapat digunakan dalam menilai upaya pelestarian dan kebijakan lingkungan di sekitar masyarakat

3) CVM memiliki kemampuan dalam mengestimasi nilai non pengguna CVM. Seseorang mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang lingkungan bahkan jika tidak digunakan secara langsung.

4) Teknik CVM membutuhkan analisis yang kompeten, namun hasil dari penelitian ini tidak sulit untuk dianalisis.

d. Kelemahan Contingen Valuation Method.

Teknik CVM memiliki kelemahan yaitu munculnya berbagai bias dalam pengumpulan data. Bias dalam CVM menurut Hanley dan Spash (1993), yaitu:

1) Bias Strategi (Strategi Bias)

Akan terdapat beberapa responden yang memberikan nilai WTP relatif kecil dan menganggap bahwa akan ada responden lain yang sanggup membayar nilai WTP lebih besar. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari hal tersebut, yakni peneliti dapat berkontribusi untuk memberikan pengetahuan kepada responden bahwa adanya kebijakan untuk semua pengunjung agar bersedia membayar tiket dengan nilai rata-rata penawaran yang telah ditetapkan pihak pengelola.


(34)

2) Bias Rancangan

Rancangan studi CVM mencakup informasi yang disajikan, instruksi yang diberikan, format pertanyaan, jumlah, dan jenis informasi yang disajikan terhadap responden. Beberapa yang dapat mempengaruhi responden di antaranya adalah:

a) Pemilihan jenis tawaran.

Ketika memberikan jenis tawaran kepada responden, nilai rata-rata tawaran yang ditawarkan kepada responden dapat terpengaruh.

b) Bias titik awal.

Pada metode bidding game, titik awal yang diberikan kepada responden dapat mempengaruhi nilai yang ditawarkan. Hal ini dikarenakan responden yang ditanyai merasa kurang sabar atau titik awal yang mengemukakan besarnya nilai tawaran adalah tepat dengan selera responden.

3) Sifat Informasi yang Ditawarkan

Dalam pasar hipotesis, responden menggabungkan informasi benda lingkungan yang diberikan kepadanya dan bagaimana pasar tersebut akan bekerja. Tanggapan responden dipengaruhi oleh pasar hipotesis maupun komoditi spesifik yang diinformasikan pada saat survey, dalam hal ini kejiwaan responden. Bias ini terkait dengan proses pembuatan keputusan seorang individu dalam memutuskan seberapa besar pendapatan, kekayaan, dan waktunya yang dapat dihabiskan untuk benda lingkungan tertentu


(35)

dalam periode waktu tertentu. Sementara itu, kesalahan pasar hipotetik terjadi jika fakta yang ditanyakan kepada responden tidak sesuai dengan yang diinginkan peneliti sehingga nilai WTP yang dihasilkan berbeda dengan nilai yang sesungguhnya. Terjadinya bias pasar hipotetik tergantung pada:

(1) Format WTP yang digunakan.

(2) Seberapa realistis responden merasakan pasar hipotetik (3) Pertanyaan yang disampaikan pada saat melaksanakan survei. e. Tahap –Tahap Studi Contingent Valuation Method

Terdapat beberapa tahapan dalam penerapan analisis CVM (Hanley dan Spash, 1993) yaitu:

1) Membuat Pasar Hipotetik

Dalam hal ini, peneliti mencari tahu pendapat pengunjung mengenai pengetahuan mereka terhadap objek yang ingin diteliti, serta memberikan alasan ketersediaan mereka untuk membayar nilai tambahan dalam mengunjungi objek tersebut. Oleh sebab itu, pertanyaan yang diajukan oleh responden haruslah jelas maksud dan tujuan penelitiannya, sehingga peneliti akan mendapatkan hasil yang sesuai harapan.

2) Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP

Terdapat teknik pengambilan sampel yang dapat dilakukan dalam penelitian melalui telepon, surat, atau wawancara tatap muka.


(36)

Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa ketiga cara tersebut dapat menimbulkan bias. Jika melalui telepon, responden tentunya belum tentu memiliki waktu luang yang cukup untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Begitu pula jika melalui surat. Apabila surat yang diberikan harus melalui prosedur dengan menitipkan kepada petugas, belum tentu surat tersebut akan langsung disampaikan ke responden. Sementara itu, wawancara dengan tatap muka cukup baik dan terpercaya. Namun, keterbatasan jarak tempuh untuk datang ke objek wisata secara langsung dapat memunculkan bias karena belum tentu semua responden tersebut memiliki waktu luang dalam mengisi kuisioner, sebab hal ini akan menyita waktu mereka untuk berwisata.

3) Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP

Setelah nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah perhitungan nilai tengah dan nilai rata- rata dari WTP tersebut. Nilai tengah digunakan karena adanya rentang nilai penawaran yang terlalu jauh, misalnya dari 50 responden, 49 responden memiliki nilai penawaran sebesar Rp 30.000 tetapi terdapat satu responden yang memiliki nilai penawaran sebesar Rp 150.000. Jika penghitungan nilai penawaran dengan menghitung nilai rata-rata, maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari Rp 30.000. Oleh karena itu, nilai tengah digunakan karena tidak dipengaruhi oleh rentang


(37)

tawaran yang cukup besar. Nilai tengah penawaran selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata penawaran.

4) Memperkirakan Kurva WTP

Nilai WTP ditentukan sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independen. Kurva WTP dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah variabel yang berhubungan dengan kualitas lingkungan tidak berpengaruh terhadap kesediaan pengunjung atau responden dalam membayar. Variabel yang mempengaruhi nilai WTP bisa berupa tingkat pendapatan (Y), tingkat pendidikan (E), tingkat pengetahuan (k), tingkat umur (A), dan beberapa variabel yang mengukur kualitas lingkungan (Q). Hubungan antara variabel bebas dan variabel yang terkait dapat berkorelasi linier dengan bentuk persamaan sebagai berikut:

WTPi= f (Yi, Ei, Ki, Ai, Qi)

Di mana: i = Responden ke-i 5) Menjumlahkan Data

Penjumlahan data ialah proses perubahan nilai rata-rata penawaran terhadap total keputusan penjumlahan data.

6) Mengevaluasi Penggunaaan CVM

Untuk mengetahui apakah tahap CVM sudah berhasil dilakukan atau belum, perlu untuk bertanya kepada responden apakah mereka bener-benar mengetahui pasar hipotetik dan


(38)

seberapa peduli mereka terhadap barang atau jasa lingkungan yang terdapat dalam pasar hipotetik.

5. Konservasi

Konservasi merupakan upaya pelestarian lingkungan dengan tetap memperhatikan manfaat yang diperoleh pada saat itu dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk pemanfaatan di masa depan. Kegiatan konservasi di antaranya meliputi seluruh pemeliharaan dan upaya pengembangan untuk pemanfaatan yang lebih baik.

Tujuan kegiatan konservasi antara lain:

a. Melindungi benda-benda cagar budaya yang dilakukan dengan cara membersihkan, memelihara, memperbaiki baik secara fisik maupun secara langsung dari pengaruh faktor lingkungan yang merusak.

b. Melindungi benda-benda peninggalan sejarah dari kerusakan.

c. Melindungi benda-benda peninggalan sejarah yang indah dan mempunyai nilai sejarah agar tidak hancur dan kehilangan nilai sejarahnya.

d. Menekankan penggunaan kembali bangunan lama agar tidak terlantar, yakni dengan menghidupkan kembali fungsi lama untuk diperbaharui atau diperbaiki dengan cara tidak menghilangkan nilai sejarah yang ada pada bangunan tersebut


(39)

6. Willingness To Pay ( WTP )

a. Pengertian Willingness To Pay (WTP)

WTP merupakan harga tertinggi yang rela dibayarkan masing– masing pembeli untuk mendapatkan manfaat suatu barang atau jasa, dan untuk melihat seberapa besar pembeli menghargai barang atau jasa tersebut (Mankiw, 2006). Kesediaan membayar Willingness To Pay memiliki pengertian lain yaitu kesediaan masyarakat untuk membayar sesuai dengan jumlah yang ditetapkan.

Metode WTP mengukur sejauh mana kemampuan setiap individu atau masyarakat secara agregat untuk membayar atau mengeluarkan uang dalam upaya memperbaiki lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP (Tamin dkk,1999) antara lain:

1) Presepsi Penggunaan Terhadap Kualitas

Semakin baik kualitas pelayanan di tempat wisata memberikan keuntungan bagi pengunjung. Dalam kondisi yang seperti ini, tentu kemauan yang lebih besar dalam kesediaan membayar akan meningkat.

2) Utilitas Pengguna Terhadap Kualitas

Pelayanan yang baik akan mendorong manfaat yang semakin besar terhadap kesediaan pengunjung dalam membayar.


(40)

3) Fasilitas yang Diberi Pemberi Jasa

Apabila fasilitas yang diberikan semakin lengkap dan nyaman, kemampuan pengunjung dalam membayar akan semakin naik. 4) Pendapatan Pengguna

Apabila pendapatan pengunjung tinggi, maka kesediaan pengunjung dalam membayar juga akan tinggi.

B. Penelitian Terdahulu

Hasiani, dkk (2013) menggunakan model CVM dengan metode Binary, Logistic, Ordinary Least Square. Hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 84% responden bersedia membayar upaya pengelolaan lingkungan objek wisata Taman Alun Kapuas. Faktor–faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar responden pengunjung dalam upaya pengelolan lingkungan adalah pendapatan dan pengetahuanberpengaruh signifikan terhadap upaya pengelolaan lingkungan. Nilai rata-rata WTP sebesar Rp 3360.00/orang.

Amanda (2009) melakukan penelitian yang bertujuan memperkirakan kesediaan membayar pengunjung Danau Situgede dalam upaya pelestarian lingkungan. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis logit dengan hasil berupa 81 responden Danau Situgede bersedia membayar dalam upaya pelestarian lingkungan. Ada pun faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar pengunjung Danau Situgede adalah tingkat usia, tingkat pendidikan, dan pemahaman serta pengetahuan responden mengenai manfaat


(41)

dan kerusakan danau berpengaruh signifikan terhadap upaya pelestararian Danau Situ Gede. WTP sebesar Rp 2.342.000,- per tahun/.

Sementara itu, Chim (2013) menganalisis biaya WTP yang ingin dibayarkan untuk melestarikan situs warisan dunia, yakni Kota Melaka, agar warisan hidup itu tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, sedangkan alat analisis yang dipakai adalah CVM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan pendapatan tinggi, sudah menikah dan variabel pengunjung asing yang memiliki sosial ekonomi yang tinggi berhubungan signifikan dengan WTP yang lebih tinggi untuk biaya konservasi warisan hidup di Kota Melaka.

Simanjuntak (2009) bertujuan menganalisis karakteristik masyarakat yang memanfaatkan air bersih dengan mengestimasi besarnya nilai WTP masyarakat terhadap peningkatan pelayanan dan perbaikan di Desa Situadun Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Dengan menggunaan metode CVM, diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi WTP masyarakat dalam membayar iuran air adalah tingkat pendapatan dan kelompok responden berpengaruh signifikan terhadap upaya peningkatan pelayanan dan perbaikan air bersih di Desa Situadun. Nilai WTP yang diperoleh dari tiap pengguna air adalah Rp 1.000.000 untuk masyarakat pengguna kelompok pertama, Rp 703.030 untuk masyarakat pengguna kelompok kedua, dan Rp 498.727 untuk masyarakat pengguna kelompok ketiga.


(42)

Fadilah (2010) menggunakan metode CVM sebagai alat analisis penelitiannya dan memperoleh hasil bahwa sebanyak 66,62% responden bersedia untuk membayar paket wisata jogging track plus dan 83,75% responden untuk paket konservasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap keputusan responden untuk bersedia membayar paket wisata jogging track plus dan paket konservasi adalah faktor usia, lamanya menempuh pendidikan, tingkat pendapatan, dan lamanya di lokasi. Variabel yang tidak berpengaruh terhadap kesediaan membayar untuk kedua paket tersebut adalah jenis kelamin dan frekuensi kunjungan. Faktor yang secara signifikan mempengaruhi besarnya nilai WTP responden untuk kedua paket wisata tersebut adalah tingkat pendidikan, biaya perjalanan sedangkan untuk paket jogging track plus tidak demikian. Variabel jumlah kunjungan, jumlah tanggungan, dan frekuensi kunjungan tidak berpengaruh terhadap nilai WTP responden untuk kedua paket tersebut.

C. Hipotesis

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Variabel pendapatan diduga berpengaruh positif terhadap Willingness to pay dalam upaya pelestarian lingkungan.

2. Variabel jenis kelamin diduga berpengaruh positif terhadap Willingness to pay dalam upaya pelestarian lingkungan.


(43)

3. Variabel umur diduga berpengaruh positif terhadap willingness to pay dalam upaya pelestarian lingkungan.

4. Variabel tingkat pendidikan diduga berpengaruh positif terhadap willingness to pay dalam upaya pelestarian lingkungan.

5. Variabel jarak tempuh diduga berpengaruh positif terhadap willingness to pay dalam upaya pelestarian lingkungan.

D. Kerangka Berpikir

Pada pembahasan ini, penulis akan memaparkan model penelitian yang menjadi dasar sekaligus alur berpikir dalam melihat pengaruh variabel penentu Willingness To Pay. Selanjutnya, informasi mengenai model penelitian dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.1 Model Penelitian

+

4. Tingkat Pendidikan

WTP (Willingness to pay)

1. Pendapatan

2. Jenis Kelamin

3. Umur

5. Jarak Termpuh

+

+ + +


(44)

Kemudian, penulis ingin mengkaji apakah pendapatan, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan jarak tempuh berpengaruh terhadap Willingnes to Pay melalui analisis linier berganda.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pengunjung wisata Kraton Ratu Boko di Kabupaten Sleman.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sleman, tepatnya di Kraton Ratu Boko.

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode penelitian kuantitatif. Melalui teknik pengumpulan, pengelolaan, penyederhanaan, penyajian dan analisis data, diperoleh gambaran mengenai hasil dari penelitian berupa angka-angka. D. Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel WTP (Willingness to Pay) sebagai variabel dependen, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah pendapatan, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan jarak.


(46)

E. Jenis Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui penyebaran kuisioner dan wawancara dengan responden, yakni pengunjung Kraton Ratu Boko. Data diperoleh melalui daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. F. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel dapat dijelaskan sebagai bagian dari populasi. Sementara itu, populasi sebagai kumpulan elemen-elemen mempunyai karakteristik tertentu yang sama dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel adalah bagaimana teknik sampel diambil dan berapa banyak elemen populasi yang akan diambil menjadi anggota sampel. Teknik pengambilan sampel ini sering disebut teknik sampling. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling di mana penetapan responden untuk dijadikan sampel berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu.

Untuk memenuhi kriteria yang diharapkan, maka ditentukan batasan responden sebagai berikut:

1. Berusia minimal 15 tahun.

2. Pernah mengunjungi atau sedang mengunjungi objek Kraton Ratu Boko.


(47)

Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin, 1993.

Keterangan :

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

е= presisi yang ditetapkan atau presentase kelonggaran ketidaktelitian keterena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir/ diinginkan, margins of error =10%,

Mengingat jumlah pengunjung objek wisata Kraton Ratu Boko pada saat tahun penelitian belum diketahui, maka perkiraan jumlah pengunjung pada saat tahun penelitian dilakukan dengan menggunakan metode adaptive expectation dengan mengganggap jumlah wisatawan yang berkunjung di tahun 2016 sama dengan jumlah pengunjung tahun 2015 (Khairirie, 2014). Jumhlah wisatawan yang berkunjung ke Kraton Ratu Boko pada tahun 2015 sebanyak 238.976 (N) orang, sehingga jumlah minimal sampel (n) yang diambil adalah :


(48)

( dibulatkan)

Berdasarkan rumus Slovin, diperoleh jumlah responden yang

digunakan sejumlah 100 responden, akan tetapi penelitian ini menggunakan 105 responden.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang yang digunakan meliputi:

1. Studi kepustakaan

Penulis memperoleh data melalui literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

2. Kuisoner

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner berupa daftar pertanyaan untuk memperoleh keteranagan dari sejumlah responden yang peneliti sebar di kawasan obyek wisata Kraton Ratu boko. Peneliti memberikan kuisioner pada responden saat responden sudah menikmati suasana Kraton Ratu Boko dan sedang beristirahat di gazebo.


(49)

H. Definisi Operasional Penelitian 1. Willingness to Pay (WTP)

Willingness to Pay (WTP) adalah kesediaan individu untuk membayar kondisi lingkungan atau penilaian terhadap sumber daya alam dan jasa alami dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan. Dalam WTP, dihitung seberapa jauh kemampuan individu atau masyarakat secara agregat untuk membayar dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai dengan kondisi yang diinginkan.

2. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan pada penelitian ini adalah jumlah pendapatan per bulan yang diterima oleh pengunjung wisata Keraton Ratu Boko atau responden yang telah bekerja dan berpendapatan. Bagi responden pelajar dan mahasiswa, tingkat pendapatan diukur berdasarkan uang saku per bulan. 3. Usia

Usia adalah ukuran satuan waktu yang mengukur keberadaan suatu benda atau makhluk hidup. Dalam penelitian ini, usia yang dimaksud adalah usia responden yang dinyatakan dalam satuan tahun.

4. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah pembagian jenis seksual yang ditentukan secara biologis dan anatomis untuk memebedakan responden laki-laki atau perempuan.


(50)

5. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seberapa lama responden menempuh pendidikan yang ditunjukan oleh pendidikan terakhir yang ditempuh oleh responden.

6. Jarak

Variabel ini melihat jarak dari rumah pengunjung dengan obyek wisata Kraton Ratu Boko. Varibel ini diukur secara kontinyu dengan satuan kilometer.

I. Metode analisis data

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan alat bantu perangkat lunak SPSS yang digunakan untuk mencari keterkaitan antar variabel-variabel dalam penelitian.

a. Analisis Statistik Deskriptif

Karakteristik sosial ekonomi pengunjung Kraton Ratu Boko dianalisis dan diidentifikasi secara deskriptif. Karakteristik-karakteristik tersebut akan menjadi gambaran faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesediaan membayar dari pengunjung dalam upaya pelestarian lingkungan. Sama halnya dengan karakteristik pengunjung, persepsi pengunjung kondisi Kraton Ratu Boko pun dianalisis secara deskriptif.

b. Contingen Valuation Method


(51)

Boko

Menurut Hanley dan Spash (1993), tahapan dalam penerapan analisis CVM dalam menentukan nilai kesediaan membayar, antara lain:

1. Membuat pasar hipotetik

Dalam membuat pasar hipotetik, terlebih dahulu responden diminta untuk mendengarkan pernyataan mengenai kondisi Kraton Ratu Boko saat ini. Selanjutnya responden diminta mendengarkan suatu pernyataan mengenai upaya pelestraian lingkungan sehingga fungsi Kraton Ratu Boko tetap terjaga. Namun, saat ini pengelola masih memiliki kendala dana untuk upaya pelestarian lingkungan tersebut, oleh karena itu pengelola mengajak masyarakat sekitar dan pengunjung untuk berpartisipasi dalam upaya pelestraian lingkungan Kraton Ratu Boko. Selanjutnya responden diberi pertanyaan mengenai kesediaannya dalam membayar retribusui dan besarnya retribusi yang sanggup dibayarkan.

Alat survey yang digunakan dalam penelitian ini adalah kusioner yang memberikan deskripsi mengapa seluruh responden seharusnya membayar dan bagaimana mekanisme pembayaran tersebut dilakukan. Informasi yang diberikan kepada responden meliputi keseluruhan aspek dari pasar hipotetik.

2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP


(52)

dengan bantuan kuisioner. Nilai WTP ditetntukan melalui metode Open-Ended yaitu metode dimana responden menentukan kesediannya membayar maksimal yang mereka inginkan dalam upaya pelestraian lingkungan.

3. Memperkirakan Nilai Rata-rata WTP

WTP dapat diduga menggunakan nilai rata-rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan rataan WTP dihitung dengan rumus:

Dimana:

EWTP = Dugaan rataan WTP Wi = Nilai WTP ke-i

n = Jumlah responden

i= Responden ke-1 yang bersedia membayar (i= 1,2,....,n)

4. Menjumlahkan Data

Setelah menduga nilai tengah WTP maka selanjutnya di duga nilai total WTP dari responden dengan menggunakan rumus:


(53)

TWTP= Total WTP

WTPi = Individu sempel ke-i

ni = Jumlah sempel ke-I yang bersedia membayar WTP N = Jumlah sampel

P = Jumlah populasi

i = Responden ke-i yang bersedia membayar (i=1,2,....,n) J. Model Penelitian

Berdasarkan studi empiris, maka model regresi dalam penelitian ini sebagai berikut:

it i ...(3.1)

Keterangan :

WTP = Willingness to Pay a = Konstanta

β1,β2 = Koefisien Regresi

Age = Usia

Edu = Pendidikan Terakhir Income = Tingkat Pendapatan Jarak = Jarak


(54)

e = Error Term

i =Cross Section

K. Uji Kausalitas Instrumen Data 1. Uji Validitas

Uji validitas merupakan alat ukur yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen. Pengujian validitas konstruk dapat dilakukan dengan cara mengukur korelasi masing-masing skor butir pertanyaan dengan skor total melalui teknik korelasi product moment. Suatu pertanyaan dikatakan valid jika koefisien korelasi antara skor butir dengan total skor positif dan signifikan pada level 5 persen.

2. Uji Reliabilitas

Pengukuran yang menghasilkan data yang reliabel merupakan pengukuran yang memiliki realibilitas tinggi. Pengujian ini dilakukan untuk menjamin instrumen yang digunakan merupakan instrumen yang handal, konsisten dan stabil, sehingga bila digunakan berulang kali hasilnya akan tetap sama. Uji realibilitas dilakukan dengan cara menghitung nilai

Cronbach Alpha pada masing-masing instrumen dalam suatu variabel. Tinggi rendahnya realibilitas secara empirik ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut dengan nilai koefisien reliabilitas. Realibilitas yang tinggi ditunjukkan dengan nilai 1,00. Realibilitas yang dianggap sudah cukup memuaskan atau tinggi apabila nilai Cronbach Alpha ≥ 0,6.


(55)

L. Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolineritas bertujuan menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya hubungan linear yang pasti di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi (Gujarati; 2003) Ada beberapa metode untuk mendeteksi adanya multikolineritas dalam model regresi, antara lain:

a. Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas.

b. Jika nilai koefisien determinan, baik dilihat dari R-square di atas 0,60 namun tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen, maka ditengarai model terkena multikolienaritas. 2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksaman varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas. Kemudian, cara untuk mendeteksinya adalah dengan metode Glejser (Gujarati, 2003), yang terdiri dari dua tahap, yaitu:


(56)

a. Kita melakukan regresi OLS tanpa memandang persoalan heteroskedastisitas dan memperoleh ei dari regresi ini.

b. Lalu gunakan rumus :

ei│ = β ln Xi + υi ... (3.5)

Jika βternyata signifikan secara statistik, hal ini menandakan dalam data terdapat heteroskedastisitas.

3. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau tidak, yakni dengan menggunakan

uji Jarque-Berra. Apabila nilai Jarque-Berra lebih0.05,darimaka α sebagai data tersebut berdistribusi normal, dan sudah memenuhi kriteria uji normalitas.

M. Uji Signifikansi 1. Uji t

Untuk menguji variabel yang berpengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial, maka digunakan uji t. Rumus yang digunakan ialah (Gujarati : 2003):

t = ‘ß1 – ß1

se (‘ß1)...(3.2) Di mana:


(57)

β1 = Koefisien Regresi

se(β1) = Standar error/ kesalahan standar dari koefisien regresi Adapun kriteria uji t adalah sebagai berikut :

a) Uji dua sisi

b) Hipotesisnya akan diuji dengan taraf nyata

c) Jika t-hitung lebih dari t-tabel, maka Ho ditolak sehingga terdapat pengaruh signifikan variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.

d) Jika t-hitung kurang dari t-table, maka Ho ditolak sehingga tidak ada pengaruh signifikan variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.

Nilai t hitung masing–masing koefisien regresi dapat diketahui dari perhitungan program SPSS. Penyajian hipotesis terhadap koofisien regresi dapat ditentukan dengan memperhatikan tingkat singnifikan (α) dan banyaknya sampel yang digunakan untuk penelitian ini. Tingkat signifikan

yang digunakan adalah 5 persen sementara untuk penentuan t-tabel digunakan sampel sebanyak 100 responden.

2. Uji F

Uji F adalah uji yang dilakukan untuk menguji model secara keseluruhan dengan melihat keterkaitan variabel bebas secara bersama-sama


(58)

dalam mempengaruhi variabel terikat. Untuk menguji kebenaran hipotesis alternatif dilakukan uji F dengan rumus sebagai berikut (Gujarati, 2003):

... (3.3)

Bila F hitung lebih dari F table, maka Ho ditolak yang artinya semua veriabel bebas secara bersama-sama merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat. Bila F hitung kurang dari F tabel maka Ho diterima yang artinya semua variabel bebas secara bersama-sama bukan merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat. Atau

dengan membandingkan nilai Probabilitas F-statistik dengan α = 0.05. Probabilitas F-statistik lebih dari 0.05, maka Ho diterima dan jika Probabilitas F-statistik kurang dari 0.05, maka Ho ditolak.

3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur goodness of fit dari garis regresi. Secara verbal, r2 mengukur proporsi (bagian) atau prosentase total variasi dalam Y yang dijelaskan oleh model regresi.

Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai r2 adalah : r2 = ...(3.4) Dua sifat r2 adalah :


(59)

b) Batasnya adalah 0 ≤ r2 ≤ 1. Ketika r2 sebesar 1, itu berarti terdapat kecocokan sempurna antar variasi variabel dependen dengan independennya, sedangkan r2 bernilai nol menjelaskan tidak adanya variasi yang dijelaskan dari variabel dependen melalui variasi pada variabel independennya.


(60)

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Kondisi Geografis Kabupaten Sleman Gambar 4.1 Peta Kabupaten Sleman

Kota Sleman terletak antara 110°33’00” sampai 110°13’00” Bujur Timur dan 7°34’51” sampai 7°47’30” Lintang Selatan. Batas wilayah Kabupaten Sleman di antaranya sebagai berikut:

 Batas utara : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang  Batas selatan : Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta  Batas timur : Kabupaten Klaten


(61)

2. Gambaran Umum Kraton Ratu Boko

Ratu Boko merupakan salah satu peninggalan zaman purbakala yang dibangun sekitar abad 9M oleh Dinasti Syailendra. Kraton Ratu Boko terletak di sebuah bukit sekitar 3 km dari Kraton Prambanan dan 19 km dari Kota Yogyakarta yang luasnya kurang lebih 16 hektar dan mencakup dua desa, yakni Dawung dan Sambirejo. Atribut-atribut yang terdapat di Kraton Ratu Boko mengacu pada sebuah wilayah perkampungan. Namun para ahli masih sulit untuk mengidentifikasi apakah Kraton Ratu Boko merupakan taman kerajaan, istana, benteng, atau kraton.

Ratu Boko memiliki tiga buah teras yang masing-masing dipisahkan dengan dinding batu dan benteng. Untuk mencapai teras pertama, kita harus melewati gerbang besar. Di sebelah barat teras terdapat sebuah benteng atau kraton batu kapur, lalu teras kedua dan pertama dipisahkan oleh tembok andesit. Teras kedua dapat dicapai setelah melewati gerbang di padurakasa yang terdiri dari tiga pintu.

Di teras ketiga, terdapat sisa-sisa peninggalan seperti pendopo (ruang pertemuan), dan komplek pemandian di sebelah timur pendopo yang dikelilingi oleh pagar yang berbentuk persegi panjang. Komplek tersebut terdiri dari tiga kelompok . Kelompok pertama terdiri dari tiga buah kolam berbentuk persegi empat. Dua di antaranya memanjang dari utara sampai selatan. Sedangkan pada kelompok kedua, terdiri dari delapan kolam bundar yang terbagi ke dalam tiga baris. Di dalam Kraton Ratu Boko juga terdapat


(62)

Keputren, yakni istana atau tempat tinggal puteri, dengan jarak sekitar 60 meter dari keputren yang terlihat reruntuhan batu-batuan. Ratu Boko telah menghasilkan banyak sekali artefak, temasuk arca- arca, baik arca hindu maupun arca budha.

Gambar 4.2

Peta Menuju Kraton Ratu Boko

Akses menuju Kraton Ratu Boko cukup jelas dan mudah. Pengunjung dari Yogyakarta bisa menggunakan angkutan umum, seperti bus Trans Jogja dengan nomor trayek 1A dan atau 1B untuk mencapai ke Kraton Prambanan atau naik taksi juga bisa. Setelah sampai di Kraton Prambanan wisatawan bisa menggunakan ojek, delman atau bahkan bisa berjalan kaki kearah selatan untuk mencapai Kraton Ratu Boko, jika ingin lebih praktis, pengunjung bisa membeli tiket terusan Prambanan – Boko sehingga


(63)

pengunjung akan mendapatkan keuntungan diantar oleh mobil khusus wisatawan menuju ke areal wisata Kraton Ratu Boko.

B. Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan pada objek Kraton Ratu Boko yang dimulai pada tanggal 19 Desember sampai 30 Desember 2016, atau saat musim liburan. Penelitian ini menggunakan data primer dengan melakukan interview.

1. Usia responden

Berdasarkan penelitian, responden yang didapat berkisar pada usia 17 tahun hingga >50 tahun.

Gambar 4.3

Usia Pengunjung Kraton Ratu Boko

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan kuisioner, maka didapatkan 26,7% responden berusia kurang dari 21 tahun, 55,2% responden berusia 21 sampai dengan 30 tahun, 8,6% responden berusia 31 sampai dengan 40 tahun, 8,6% responden berusia 41 sampai dengan 50 tahun, dan 1,0% responden berusia lebih dari 50 tahun.

2. Jenis Kelamin

27%

55%

8% 9% 1% < 21 tahun 21 -30 tahun

31 - 40 tahun

41 -50 tahun


(64)

Dari 105 responden jumlah responden laki-laki sebanyak 41 responden, responden perempuan sebanyak 64 responden.

Gambar 4.4

Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Kraton Ratu Boko

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunaan kuisioner, maka didapatkan 39,0% responden berjenis kelamin laki-laki dan 61,0% responden berjenis kelamin perempuan. 3. Berdasarkan Pendidikan

Dari hasil penelitian responden memiliki pendidikan dari jenjang SMP sederajat sampai S2.

Gambar 4.5

Berdasarkan Pendidikan Responden Kraton Ratu Boko

Berdasarkan kuisioner yang telah digunakan peneliti, maka didapatkan 11,4% responden berpendidikan SMP, 51,4% responden

39% 61%

Laki-laki

Perempun

11%

51% 30%

8%

SMP

SMA

S1


(65)

berpendidikan SMA, 29,5% responden berpendidikan S1, dan 7,6% responden berpendidikan S2.

4. Berdasarkan Pendapatan

Dari hasil penelitian pendapatan responden berkisar antara Rp 0– Rp 3.000.000.

Gambar 4.6

Berdasarkan Pendapatan Responden Kraton Ratu Boko

Berdasarkan penelitian dengan menggunakan kuisioner, maka didapatkan 67,7% responden berpendapatan Rp 0 sampai dengan Rp 3.000.000, 26,7% responden berpendapatan antara Rp 3.000.000 sampai dengan Rp 6.000.000, 4,8% responden berpendapatan antara Rp 6.000.000 sampai dengan Rp 9.000.000, dan 1,0% responden berpendapatan lebih dari Rp 9.000.000.

5. Berdasarkan Pekerjaan

67% 27%

5% 1%

Rp 0 - Rp 3.000.000

Rp 3.000.001 -Rp 6.000.000

Rp 6.000.001 -Rp 9.000.000


(66)

Dari hasil penelitian 105 responden sebagian besar responden belum bekerja.

Gambar 4.7

Berdasarkan Pekerjaan Responden Kraton Ratu Boko

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan kuisioner, maka terdapat 55% responden yang belum bekerja, dan 45% responden yang sudah bekerja.

6. Berdasarkan Tempat Tinggal

Berdasarkan hasil penelitian responden paling banyak berasal dari luar Kota Yogyakarta.

Gambar 4.8

Berdasarkan Tempat Tinggal Responden Kraton Ratu Boko 55%

45%

Belum Bekerja

Bekerja

59% 41%

Luar Yogyakarta


(67)

Dari total seluruh responden yang ada, terdapat 59,0% responden yang berasal dari luar Kota Yogyakarta, sedangkan responden yang berasal dari kota Yogyakarta sebesar 41,0%.

7. Berdasarkan Frekuensi Berkunjung

Berdasarkan hasil penelitian frekuensi responden datang ke Kraton Ratu Boko hanya 1 kali.

Gambar 4.9

Berdasarkan Frekuensi Berkunjung Responden Kraton Ratu Boko

Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat frekuensi kunjungan responden ke objek Kraton Ratu Boko dalam satu tahun terakhir. Kunjungan paling sedikit adalah satu kali dan kunjungan paling banyak lebih dari 4 kali. Untuk kunjungan yang baru pertama kali sebanyak 86%, kunjungan 2 kali sebanyak 10%, kunjungan sebanyak 3 kali terdapat 2,9%, dan sisanya terdapat 1,0% yang datang ke Kraton Ratu Boko lebih dari empat kali.

86% 10%

3% 1%

1 Kali

2 Kali

3 Kali


(68)

8. Lama Meluangkan Waktu

Dari hasil penelitian rata-rata responden menghabiskan waktu selama kurang lebih 2 jam.

Gambar 4.10

Berdasarkan Lama Meluangkan Waktu Responden Kraton Ratu Boko

Mengingat Kraton Ratu Boko merupakan destinasi yang menarik dan pengunjung berasal dari lokasi yang berbeda-beda, maka dari hasil wawancara, terdapat 14,3% yang meluangkan waktu di lokasi wisata selama 1 jam, 44,8% meluangkan waktu selama 2 jam, 31,4% meluangkan waktu 2 sampai dengan 3 jam, 4,8% meluangkan waktu selama 3 sampai dengan 4 jam, dan 4,8% meluangkan waktu selama lebih dari 4 jam untuk menikmati wisata di Kraton Ratu Boko. 9. Berdasarkan Status Pernikahan

Dari hasil penelitian sebagian besar responden belum menikah. 14%

45% 31%

5% 5%

1 Jam

2 Jam

2-3 Jam

3-4 Jam


(69)

Gambar 4.11

Berdasarkan Status Pernikahan Responden Kraton Ratu Boko

Bedasarkan data dari kuisioner, maka didapatkan 69% responden belum menikah dan 31% di antaranya sudah menikah. 10. Berdasarkan Tanggungan Anak

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden belum meiliki anak.

Gambar 4.12

Berdasarkan Tanggungan Anak Responden Kraton Ratu Boko

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan kuisioner, maka didapatkan 81% responden belum

31%

69%

Menikah

Belum Menikah

81% 8%

9% 2%

0

1

2


(70)

memiliki tanggungan anak, 8% memiliki tanggungan satu anak, 9% memiliki dua anak, dan 2% memiliki tanggungan tiga anak.

C. Presepsi Responden Pengunjung Kraton Ratu Boko Gambar 4.13

Kondisi Jalan Menuju Kraton Ratu Boko

Berdasarkan hasil wawancara dengan 105 responden di objek wisata Kraton Ratu Boko, sebanyak 18,1% mengatakan jalan menuju Kraton Ratu Boko sangat baik, 53,35% mengatakan bahwa jalan menuju Kraton Ratu Boko baik, 27,6% mengatakan jalan menuju Kraton Ratu Boko cukup baik, dan 1,0% mengatakan bahwa jalan meunuju Kraton Ratu Boko buruk.

Gambar 4.14

Kemudahan Mencapai Kraton Ratu Boko 1,00%

27,60%

53,30%

18,10% Buruk

Cukup Baik

Baik

Sangat Baik

4,80%

31,40%

50,50% 13,30% 0

Sulit

Cukup Mudah Mudah Sangat Mudah


(71)

Pada objek wisata Kraton Ratu Boko, sebanyak 13,3% di antaranya mengatakan sangat mudah dalam menuju lokasi, 50,5% mengatakan mudah untuk menuju lokasi Kraton Ratu Boko, 31,4% mengatakan cukup mudah untuk menuju lokasi Kraton Ratu Boko, dan 4,8% mengatakan sulit menuju lokasi wisata Kraton Ratu Boko.

Gambar 4.15

Keamanan di Kraton Ratu Boko

Banyaknya pengunjung yang berdatangan, terutama setelah film AADC 2, tidak mengurangi keamanan yang ada pada lokasi wisata ini di mana sebanyak 15,2% mengatakan keamanan saat berada di lokasi wiata ini sangat baik, 48,1% mengatakan keamanan saat berada di lokasi wisata sudah baik, 35,2% mengatakan kemanan saat berada di lokasi wisata ini cukup baik, dan 1,0% mengatakan keamanan di lokasi wisata ini buruk

1,00%

35,20%

48,60% 15,20%

Buruk Cukup Baik Baik Sangat Baik


(72)

Gambar 4.16

Parkir Pengunjung Kraton Ratu Boko

Dari 105 responden, pengunjung Kraton Ratu Boko berpendapat bahwa fasilitas area parkir lokasi wisata sangat penting diperhatikan, terutama pada musim liburan. Sebanyak 6,7% mengatakan bahwa lahan parkir sangat memadai, sebanyak 39,0% mengatakan lahan parkir baik, sebanyak 46,7% mengatakan lahan parkir cukup baik, dan sebanyak 7,6% mengatakan bahwa lahan parkir buruk. Tetapi, di saat musim liburan area parkir untuk wisata kurang memadai terutama bagi responden yang datang dengan menggunakan bus-bus besar.

Gambar 4.17

Fasilitas Kraton Ratu Boko 7,60%

46,70% 39,00%

6,70%

Tidak Memadai

Cukup Memadai

Memadai

Sangat Memadai

4,80%

41,90% 49,50%

3,80%

Tidak Lengkap Cukup Lengkap


(73)

Fasilitas sepeti mushola, toilet, dan fasilitas lainnya juga perlu diperhatikan bagi para pengunjung. Sebanyak 3,8% mengatakan fasilitas yang ada sangat baik, sebanyak 49,5% mengatakan fasilitas yang ada lengkap, sebanyak 41,9% mengatakan fasilitas yang ada cukup lengkap, dan 4,8% mengatakan fasilitas yang ada belum lengkap. Yang perlu menjadi catatan dalam fasilitas adalah fasiltas gazebo yang masih sedikit mungkin perlu ditambahi karena jika liburan para pengunjung yang banyak tidak sebanding dengan gazebo yang tersedia.

Gambar 4.18

Informasi di Kraton Ratu Boko

Berdasarkan 105 responden yang berada di area wisata Kraton Ratu Boko, sebanyak 18,1% mengatakan informasi menuju Kraton Ratu Boko sangat mudah, 42,9% mengatakan informasi menuju wisata Kraton Ratu Boko mudah, sebanyak 32,4% mengatakan informasi menuju Kraton Ratu Boko cukup mudah, dan 6,7% Kraton Ratu Boko mengeluhkan sulit mendapatkan informasi menuju Kraton Ratu Boko.

6,70%

32,40%

42,90% 18,10% 0

Sulit

Cukup mudah Mudah Sangat Mudah


(74)

Gambar 4.19

Keramahan Petugas Kraton Ratu Boko

Pengunjung yang datang ke Kraton Ratu Boko juga merasa sangat puas dengan destinasi yang ditawarkan terlebih oleh para petugas dan karyawan Kraton Ratu Boko yang ramah-ramah dalam membantu pengunjung di Kraton Ratu Boko. Dari hasil wawancara, sebanyak 15,25% menilai keramahan petugas sangat baik 41,0% mengatakan baik, 39,0% mengatakan cukup baik, sementara 4,8% mengatakan keramahan petugas dan karyawan buruk.

4,80%

39,00%

41,00% 15,20%

Buruk Cukup Baik Baik Sangat Baik


(75)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data

1. Uji Validitas

Uji validitas bertujuan untuk menguji tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas Variable Corrcted item total

correlation

R tabel Keterangan

WTP 0,409 0,195 Valid

Jenis kelamin 0,352 0,195 Valid

Usia 0,390 0,195 Valid

Pendidikan 0,330 0,195 Valid

Pendapatan 0,471 0,195 Valid

Jarak 0,354 0,194 Valid

Sumber: Hasil olah data primer, 2017

Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa variabel WTP (Willingness to Pay), usia, jenis kelamin, pendapatan, pendidikan, dan jarak mempunyai nilai corrected item-totalcorrelation lebih dari r tabel sebesar 0,195 sehingga variabel WTP, usia, jenis kelamin, pendapatan, pendidikan, dan jarak lolos uji validitas.

Berdasarkan hasil uji validitas pada tabel di atas, diketahui bahwa semua item memiliki nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa semua item pertanyaan tentang fasilitas valid dan layak digunakan dalam penelitian selanjutnya.


(1)

No

Kondisi Jln

Kemudahan

Parkir

Keamanan

Fasilitas

Informasi

35

4

4

5

4

3

4

36

4

5

5

4

3

3

37

4

4

4

4

3

5

38

3

3

4

3

3

3

39

4

4

3

4

4

4

40

4

5

2

4

4

5

41

4

4

2

3

3

4

42

4

5

3

4

4

4

43

3

3

3

3

2

3

44

5

4

4

5

4

4

45

4

4

3

4

4

3

46

5

5

5

5

5

5

47

4

5

4

4

4

4

48

3

3

3

3

3

2

49

4

3

3

4

4

4

50

5

3

4

4

4

4

51

4

4

3

4

4

4

52

3

3

3

4

3

4

53

5

4

4

5

4

5

54

3

4

4

5

4

4

55

3

3

3

2

2

2

56

3

4

3

3

3

3

57

5

5

4

4

4

5

58

3

3

2

4

3

4

59

3

3

4

3

3

3

60

4

3

4

4

3

4

61

5

4

3

5

3

5

62

4

4

3

4

4

4

63

4

4

3

4

3

5

64

4

4

3

4

3

4

65

4

4

4

4

4

4

66

4

3

4

3

4

4

67

5

3

4

3

4

3

68

4

4

3

3

3

5

69

5

5

5

5

4

4

70

4

4

4

3

4

4

71

3

3

3

3

3

3

72

4

4

3

3

3

3


(2)

No

Kondisi Jln

Kemudahan

Parkir

Keamanan

Fasilitas

Informasi

74

4

4

4

4

4

3

75

3

4

2

5

5

3

76

3

4

3

4

3

4

77

4

4

3

3

4

4

78

5

5

4

5

4

3

79

2

2

4

3

4

3

80

4

4

4

4

4

4

81

4

4

4

4

4

4

82

5

5

5

4

4

5

83

4

4

4

5

4

4

84

4

4

4

5

2

3

85

4

4

3

3

3

3

86

4

4

4

4

3

5

87

5

4

3

4

4

5

88

4

2

3

4

4

3

89

4

4

4

3

3

3

90

4

2

3

3

4

4

91

3

3

3

3

3

3

92

4

4

3

4

3

3

93

3

4

3

4

3

4

94

4

4

4

4

3

4

95

3

3

3

3

4

4

96

5

5

3

5

4

5

97

5

3

3

4

4

2

98

4

4

4

3

3

3

99

4

5

4

5

4

4

100

5

4

3

4

4

4

101

3

3

3

3

3

3

102

3

4

3

3

3

3

103

3

2

2

3

2

3

104

3

4

2

5

5

3


(3)

Hasil Univariat

Frequencies

Statistics

JK Usia Pendidikan Pendapatan Jarak

N Valid 105 105 105 105 105

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

JK

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Perempuan 64 61,0 61,0 61,0

Laki-laki 41 39,0 39,0 100,0

Total

105 100,0

100,0

Usia

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 21 tahun 28 26,7 26,7 26,7

21 - 30 tahun 58 55,2 55,2 81,9

31 - 40 tahun

9 8,6 8,6 90,5

41 - 50 tahun 9 8,6 8,6 99,0

> 50 tahun

1 1,0 1,0 100,0

Total 105 100,0 100,0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SMP 12 11,4 11,4 11,4

SMA 54 51,4 51,4 62,9

S1 31 29,5

29,5

92,4

S2 8 7,6 7,6 100,0

Total 105 100,0

100,0

Pendapatan

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rp0 - Rp3.000.000 71 67,6 67,6 67,6

Rp3.000.001 - Rp6.000.000 28 26,7 26,7 94,3

Rp6.000.001 - Rp9.000.000 5 4,8 4,8 99,0

> Rp9.000.000 1 1,0 1,0 100,0

Total

105 100,0 100,0


(4)

Jarak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Dekat 82 78,1 78,1 78,1

Sedang 8 7,6 7,6 85,7

Jauh 15 14,3 14,3 100,0

Total 105 100,0 100,0

Frequencies

Statistics

Lama Meluangkan

Pekerjaan Tempat Tinggal Waktu Frekuensi

N Valid 105 105 105 105

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Belum Bekerja 58 55, 2 55,2 55,2

Valid Bekerja 47 44, 8 44,8 100,0

Total 10 5 100,0 100,0

Tempat Tinggal

Frequency Percent Valid Percent Cu mulat ive

Percent

Luar Jogja 62 59,0 59,0 59,0

Valid Jogja 43 41,0 41,0 100,0

Total 105 100,0 100,0

Lama Meluangkan Waktu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

1 jam 15 14,3 14,3 14,3

2 jam 47 44,8 44,8 59,0

Valid 2-3 jam 3-4 jam 33 5 31,4 4,8 31,4 4,8 90,5 95,2

> 4 jam 5 4,8 4,8 100,0

Total 105 100,0 100,0

Frekuensi

Freq ue ncy Percent Valid Percent Cumulative

Percent

1 kali 90 85,7 85,7 85,7

2 kali 11 10,5 10,5 96,2

Valid 3 kali 3 2,9 2,9 99,0

4 kali 1 1,0 1,0 100,0


(5)

Frequencies

Statistics

Kondisi Kemudahan Parkir Keamanan Fasilitas Informasi Keramahan

N Valid 105 105 105 105 105 105 105

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Kondisi

Cumulative

F req ue nc y Percent Valid Percent Percent

Valid Buruk 1 1,0 1,0 1,0

Cukup Baik 29 27,6 27,6 28,6

Baik 56 53,3 53,3 81,9

Sangat Baik 19

18,1

18,1 100,0

Total 105 100,0 100,0

Kemudahan

Cumulative

Frequency P erce nt Valid Percent Percent

Valid Sulit 5 4,8 4,8 4,8

Cukup Mudah 33 31,4 31,4 36,2

Mudah 53

50,5 50,5 86,7

Sangat Mudah 14 13,3 13,3 100,0

Total 105 100,0 100,0

Parkir

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Memadai 8 7,6 7,6 7,6

Cukup Memadai 49 46,7 46,7 54,3

Tidak Memadai

41 39,0 39,0 93,3

Sangat Tidak Memadai 7 6,7 6,7 100,0

Total 105 100,0 100,0


(6)

Keamanan

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Buruk 1 1,0 1,0 1,0

Cukup Baik 37 35,2 35,2 36,2

Baik 51

48,6

48,6

84,8

Sangat Baik 16 15,2 15,2 100,0

Total 105

100,0

100,0

Fasilitas

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Lengkap 5 4,8 4,8 4,8

Cukup Lengkap

44 41,9 41,9 46,7

Lengkap 52 49,5 49,5 96,2

Sangat Lengkap

4 3,8 3,8 100,0

Total 105 100,0 100,0

Informasi

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Sulit 7 6,7 6,7 6,7

Cukup Mudah 34 32,4 32,4 39,0

Mudah 45 42,9 42,9 81,9

Sangat Mudah 19 18,1 18,1 100,0

Total 105 100,0 100,0

Keramahan

Cumulative

Freq ue ncy Percent Valid Percent Percent

Valid Buruk 5 4,8 4,8 4,8

Cukup Baik 41 39,0 39,0 43,8

Baik 43 41,0 41,0 84,8

Sangat Baik 16

15,2

15,2

100,0

Total 105 100,0 100,0