Analisis Willingness To Pay (WTP) Pengunjung Terhadap Objek Wisata Kandis Sawahlunto Sumatera Barat
ANALISIS
WILLINGNESS TO PAY
(WTP) PENGUNJUNG
TERHADAP OBJEK WISATA KANDIS SAWAHLUNTO
SUMATERA BARAT
M FADHLI DIANA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
(2)
(3)
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Willingness To Pay (WTP) Pengunjung Terhadap Objek Wisata Kandis Sawahlunto Sumatera Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir diskripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.Bogor, Juli 2013 M Fadhli Diana H44080095
(4)
ABSTRAK
M FADHLI DIANA. Analysis Willingness To Pay (WTP) Visitor Attractions:
Kandis Sawahlunto West Sumatra. Guidance SUTARA
HENDRAKUSUMAATMAJA.
Kandis wildlife park is under the auspices of PT . WWS ( Vehicle Travel Sawahlunto ) with offices in the District Muaro Kalaban . Kandis wildlife park offers a variety of rides that can be enjoyed by visitors , which is an outline of the vehicle is classified into 3 broad outline , is as follows : water rides , animal park , and the outbound vehicle .
Contingent Valuation Method ( CVM ) is a method of survey techniques to ask the respondents about the value or price of the commodity they provide that has no market value as environmental goods . CVM uses a direct approach where this technique asked respondents how much Willingness To Pay ( WTP ) to obtain additional benefits from the previous state .
Total respondents interviewed 98 people , consisting of 22 women visitors , and visitors 76 men , who come mostly respondents aged between 26-35 years , amounting to 36 people , the majority of respondents' level of family income ranged between Rp 4100000-6000 . amounted to 39 000 people , the majority of respondents have high levels of education strata 1 ( S1 ) , amounting to 45 people , the majority of respondents who comes has a job as a civil servant 37 people , the majority of respondents incurred travel costs between Rp 101000-299000 which amounted to 51 people , and the majority of time spent in the location visits in kandis attractions ranges from 2.5-4 hours .
From interviews with 98 respondents obtained 94 respondents are willing to pay extra for rides 4 Dimensions and flying fox while the remaining 4 respondents are not willing to pay .
Factors that influence the willingness to pay ( WTP ) for rides 4 dimensions is the time spent at the location , education level , age , and income level , while the factors that affect the flying fox is a vehicle for gender, time spent on site , and income level . Variable is not significant travel expenses for the second vehicle . The average value of WTP for rides 4 dimensions of Rp 20585.11 with a total value of WTP ( TWTP ) amounting to Rp 3,700,194,108 , while the average value of WTP for flying fox rides with a value of Rp 15212.76 Total WTP ( TWTP ) amounting to Rp 2,734,508,823. The average value of WTP respondents in two rides to get to the higher of the plan ticket price will be set by the manager of Rp 20,000 for a vehicle that is 4 dimensios , and Rp 15,000 for a vehicle flying fox . Key words: Kandis wildlife park, Contingent Valuation Method, Willingness To
(5)
ABSTRAK
M FADHLI DIANA. Analisis Willingness To Pay (WTP) Pengunjung Terhadap Objek Wisata Kandis Sawahlunto Sumatera Barat. Dibimbing oleh SUTARA HENDRAKUSUMAATMAJA.
Taman satwa kandis berada di bawah naungan PT. WWS (Wahana Wisata Sawahlunto) yang berkantor di Kecamatan Muaro Kalaban. Taman satwa Kandis menyediakan berbagai macam wahana yang dapat dinikmati oleh pengunjung, dimana secara garis besar wahana tersebut dikelompokan kedalam 3 garis besar, yaitu sebagai berikut : wahana air, taman satwa, dan wahana outbond.
Contingent Valuation Method (CVM) adalah metode teknik survey untuk menanyakan kepada responden tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki nilai pasar seperti barang lingkungan. CVM menggunakan pendekatan secara langsung dimana teknik ini menanyakan kepada responden berapa besarnya Willingness to pay (WTP) untuk memperoleh manfaat tambahan dari keadaan sebelumnya.
Total responden yang di wawancarai 98 orang, terdiri dari 22 orang pengunjung wanita, dan 76 orang pengunjung pria, reponden yang datang kebanyakan berusia antara 26-35 tahun yang berjumlah 36 orang, tingkat pendapatan keluarga responden mayoritas berkisar antara Rp 4.100.000-6.000.000 berjumlah 39 orang, mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan strata 1 (S1) yang berjumlah 45 orang, mayoritas responden yang datang memiliki pekerjaan sebagai PNS yang berjumlah 37 orang, mayoritas biaya perjalanan yang dikeluarkan responden berkisar antara Rp 101.000-299.000 yang berjumlah 51 orang, dan mayoritas waktu kunjungan yang di habiskan dilokasi objek wisata kandis berkisar antara 2,5-4 jam.
Dari hasil wawancara dengan 98 responden diperoleh 94 orang responden bersedia membayar untuk tambahan wahana 4 Dimensi dan flying fox sedangkan sisanya 4 orang responden tidak bersedia membayar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesedian membayar (WTP) untuk wahana 4 dimensi adalah waktu yang dihabiskan di lokasi, tingkat pendidikan, usia, dan tingkat pendapatan, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi untuk wahana flying fox adalah jenis kelamin, waktu yang dihabiskan di lokasi, dan tingkat pendapatan. Variabel biaya perjalanan tidak berpengaruh nyata untuk kedua wahana tersebut. Nilai rata-rata WTP untuk wahana 4 dimensi sebesar Rp 20585.11 dengan nilai total WTP (TWTP) sebesar Rp 3.700.194.108, sedangkan nilai rata-rata WTP untuk wahana flying fox sebesar Rp 15212.76 dengan nilai Total WTP (TWTP) sebesar Rp 2.734.508.823. Nilai rata-rata WTP responden yang di peroleh untuk ke dua wahana tersebut lebih tinggi dari rencana harga tiket yang akan ditetapkan oleh pihak pengelola yaitu Rp 20.000 untuk wahana 4 dimensi, dan Rp 15.000 untuk wahana flying fox.
Kata Kunci: Taman Satwa Kandis, Contingent Valuation Method, Willingness To Pay, flying fox, wahana 4 dimensi
(6)
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
ANALISIS
WILLINGNESS TO PAY
(WTP) PENGUNJUNG
TERHADAP OBJEK WISATA KANDIS SAWAHLUNTO
SUMATERA BARAT
M FADHLI DIANA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
(7)
(8)
Judul Skripsi: Analisis Willingness To Pay (WTP) Pengunjung Terhadap Objek Wisata Kandis Sawahlunto Sumatera Barat
. ama : M Fadhli Diana
. 'L 1 : H44080095
Disetujui oleh
Ir ,Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc Pembimbing
Diketahui oleh
(9)
Judul Skripsi : Analisis Willingness To Pay (WTP) Pengunjung Terhadap Objek Wisata Kandis Sawahlunto Sumatera Barat
Nama : M Fadhli Diana
NIM : H44080095
Disetujui oleh
Ir .Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc Pembimbing
Diketahui oleh
Dr.Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen
(10)
PRAKATA
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Atmi Mayarna dan Ayah Suardi.S atas segala doa, kasih sayang, dan dukungan yang telah diberikan selama ini baik berupa moril maupun materil, serta kepada kakak Pesma Diana, dan Elfita Diana.
2. Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa dengan penuh ketekunan membimbing penulis, memberikan arahan, dan saran hingga skripsi ini selesai.
3. Dr. Ir. Eka Intan Kumala P, M.S dosen penguji utama yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.
4. Asti Istiqomah, S.P, M.Si selaku dosen penguji wakil departemen atas koreksi dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan skripsi ini. 5. Bapak/Ibu karyawan PT WWS Sawahlunto yang telah memberikan
kemudahan dalam pengambilan data untuk keperluan penulisan skripsi ini dan waktu luang atas diskusi yang diberikan.
6. Bapak/ibu dan kakak/adik yang menjadi responden pada penelitian ini untuk meluangkan waktu wawancara dan memberikan informasi yang sangat berharga untuk penulisan skripsi ini.
7. Rekan-rekan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, ESL 45 khususnya untuk sahabat terbaik Stevi Pebriani
8. Rekan-rekan bimbingan skripsi yang telah membantu dalam suka maupun duka selama penyelesaian skripsi ini: Yuliana Ermawan, Rizki Alya Y, Dea Amanda, Imam Mukti W, Heti Septiani, dan Hatifah Setiasih.
9. Nurul Farida da Ananda Bella yang telah memberikan nasihat, kesabaran, dan motivasinya selama penulisan skripsi ini.
10. Teman-teman Universitas Andalas serta sahabat-sahabat di Padang yang memberikan motivasi selama penyelesaian skripsi ini Wahyu Yosyafri, Yudha Ivany, dan Hafiz Alfajri.
(11)
11. Teman-teman warung kopi radar 55 dan anak-anak IDKO yang telah memberikan masukan-masukan positif dalam penyelesaian skripsi ini. 12. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan skripsi ini.
Bogor, Juli 2013 M Fadhli Diana
(12)
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xii
I. PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah... 4
1.3 Tujuan Penelitian... 7
1.4 Manfaat Penelitian... 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA... 9
2.1 Wisata dan Pariwisata... 9
2.2 Sumberdaya Pariwisata... 10
2.3 Wisatawan... 11
2.4 Metode Estimasi Penilaian Nilai Lingkungan... 12
2.5 Contingent Valuation Method (CVM)... 13
2.6 Penelitian Terdahulu... 14
III. KERANGKA PEMIKIRAN... 16
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis... 16
3.1.1 Konsep Contingent Valuation Method... 16
3.1.2 Keunggulan CVM... 16
3.1.3 Kelemahan CVM... 17
3.2 Skenario dan Objek Wisata yang Ditawarkan... 18
3.3 Dasar Pemilihan Variabel... 18
3.4 Kerangka Berpikir Operasional... 20
IV. METODOLOGI PENELITIAN... 23
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 23
4.2 Jenis dan Sumber Data... 23
4.3 Metode Pengambilan Sampel... 23
4.4 Teknik Pengumpulan Data... 24
(13)
4.5.1Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan
Berkunjung Kembali... 25
4.5.2 Estimasi Nilai WTP Pengunjung... 27
4.5.3Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP Pengunjung Objek Wisata Kandis... 28
4.6 Pengujian Parameter... 29
4.6.1 Uji Likelihood ratio... 29
4.6.2 Uji Odds ratio... 29
4.6.3 Uji Keandalan... 30
4.6.4 Uji Heteroskedastisitas... 30
4.6.5 Uji Multicolinearity... 30
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN... 31
5.1 Letak dan Keadaan Geografis Lokasi Penelitian... 31
5.2 Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk... 32
5.3 Kondisi Umum Objek Wisata... 34
VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN... 37
6.1 Karakteristik Responden... 37
6.1.1 Usia... 37
6.1.2 Tingkat Pendapatan... 38
6.1.3 Tingkat Pendidikan... 39
6.1.4 Jenis Pekerjaan... 39
6.1.5 Biaya Perjalanan... 40
6.1.6 Waktu yang di habiskan Dilokasi... 41
6.2 Persepsi Responden... 41
6.2.1 Kemudahan Mencapai Lokasi... 41
6.2.2 Kondisi Kebersihan... 42
6.2.3 Fasilitas Umum yang Tersedia... 43
6.2.4 Keamanan Wahana Wisata... 44
6.2.5 Keramahan Petugas... 44
6.2.6 Wahana yang Tersedia... 45
6.2.7 Perlunya Penambahan Wahana Wisata... 45
(14)
VII. HASIL DAN PEMBAHASAN... 48
7.1 Analisis Faktor-Fakor Kesediaan Berkunjung Kembali... 48
7.2 Analisis Willingness To Pay Pengunjung dengan Pendekatan Contingent Valuation Method... 50
7.3 Analisis Faktor-Fakor yang Mempengaruhi Nilai WTP... 54
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN... 59
8.1 Kesimpulan... 59
8.2 Saran... 60
DAFTAR PUSTAKA... 61
LAMPIRAN... 64
(15)
DAFTAR TABEL
1 Kontribusi pariwisata terhadap perekonomian nasional... 1
2 Jumlah kunjungan wisatawan ke provinsi Sumatera Barat... 3
3 Jumlah pengunjung dan pendapatan pihak pengelola... 6
4 Harga tiket masuk... 6
5 Metode pengolahan data... 24
6 Sebaran jumlah penduduk berdasarkan kecamatan... 32
7 Jumlah penduduk Sawahlunto menurut kelompok umur…... 32
8 Persentase angkatan kerja dan bukan angkatan kerja... 33
9 Hasil analisis regresi logit untuk peluang berkunjung kembali... 48
10 Distribusi nilai WTP pengunjung wahana 4 dimensi... 51
11 Distribusi nilai WTP pengunjung wahana flying fox... 52
12 Analisis regresi berganda untuk wahana 4 dimensi... 54
13 Analisis regresi berganda untuk wahana flying fox... 56
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka berpikir operasional... 222 Wahana air... 34
3 Wahana taman satwa... 35
4 Wahana Outbond... 36
5 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin... 37
6 Karakteristik responden berdasarkan usia... 38
7 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan... 38
8 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan... 39
9 Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan... 40
10 Karakteristik responden berdasarkan biaya perjalanan... 40
11 Karakteristik responden berdasarkan waktu yang di habiskan dilokasi.... 41
12 Persepsi responden tentang kemudahan mencapai tempat wisata... 42
13 Persepsi responden tentang kondisi kebersihan... 43
14 Persepsi responden tentang fasilitas umum yang tersedia... 43
15 Persepsi responden tentang keamanan wahana wisata... 44
16 Persepsi responden tentang keramahan petugas... 45
17 Persepsi responden tentang wahana wisata yang tersedia... 45
18 Persepsi responden tentang perlunya penambahan wahana... 46
19 Persepsi responden tentang perlunya penambahan satwa... 47
20 Hubungan tingkat pendapatan terhadap WTP 4 dimensi... 52
21 Hubungan tingkat pendapatan terhadap WTP flying fox... 53
DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta wisata Sawahlunto... 642 Peta kawasan objek wisata Kandis... 65
(16)
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah dengan jumlah total pulau mencapai 17.508 pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan banyaknya kepulauan-kepulauan kecil dengan tanah dan area lautan yang luas serta ekologi yang beragam. Selain itu, Indonesia juga dikenal sebagai zamrud khatulistiwa karena pesona keanekaragaman alam dan budaya yang dimiliki. Berdasarkan keunggulan tersebut Indonesia sangat berpotensi untuk mengembangkan sektor pariwisata yang dimilikinya.
Pembangunan sektor pariwisata sebagai bagian dari pembangunan nasional, dimana efek positif dari perkembangan sektor pariwisata adalah terjadinya pendapatan dari penukaran valuta asing, menyehatkan neraca perdagangan luarnegri, pendapatan dari usaha atau bisnis pariwisata, pendapatan pemerintah (pajak), penyerapan tenaga kerja, multiplier effects, dan pemanfaatan fasilitas pariwisata oleh masyarakat lokal (Diarta dan Pitana 2009). Dampak pariwisata dapat dilihat dari kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional dan daya serap lapangan pekerjaan di sektor industri pariwisata. Kontribusi pariwisata terhadap perekonomian nasional dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kontribusi pariwisata terhadap perekonomian nasional
Tahun 2004 2005 2006 2007
Kontribusi Pariwisata ( Rp Trilyun)
113,78 146,80 143,62 169,67
Persentase (%) 5,01 5,27 4,30 4,29
Kontribusi Terhadap Lapangan Pekerjaan (Juta Orang)
8,49 6,55 4,41 5,22
Persen (%) 9,06 6,97 4,65 5,22
PDB Nasional (Rp Trilyun) 2.273,14 2.748,90 3.339,50 3.957,40
(17)
2
Perkembangan sektor pariwisata di Indonesia mendapat perhatian yang serius dari pemerintah, apalagi setelah adanya peristiwa pemboman dan marak-maraknya peristiwa terorisme, pemerintah berusaha untuk memperbaiki sektor pariwisata agar tourist atau wisatawan asing kembali berkunjung ke Indonesia tanpa adanya rasa takut. Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan Republik Indonesia telah mencanangkan visit Indonesia sejak tahun 2009.
Menurut IUOTO (International Union of Official Travel Organization) yang dikutip oleh Spillane (1993) dalam I Gusti Bagus Rai, pariwisata mestinya dikembangkan oleh negara karena delapan alasan utama seperti berikut: (1) Pariwisata sebagai faktor pemicu bagi perkembangan nasional maupun internasional, (2) Pemicu kemakmuran melalui perkembangan komunikasi, transportasi, akomodasi, jasa-jasa pelayanan lainnya, (3) Perhatian khusus terhadap pelestarian budaya, nilai-nilai sosial agar bernilai ekonomi, (4) Pemerataan kesejahteraan yang diakibatkan oleh adanya konsumsi wisatawan pada sebuah destinasi, (5) Penghasil devisa, (6) Pemicu perdagangan international, (7) Pemicu pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan profesi pariwisata maupun lembaga khusus yang membentuk jiwa hospitality yang handal dan santun, dan (8) Pangsa pasar bagi produk lokal sehingga aneka ragam produk terus berkembang, seiring dinamika sosial ekonomi pada daerah destinasi.
Sebagai upaya untuk menikmati efek positif dari pariwisata, Indonesia berupaya untuk memaksimalkan kegiatan di sektor pariwisata karena dari kegiatan pariwisata ini pemerintah dapat tertolong dalam mengurangi tingkat pengangguran. Kegiatan wisata ini memberikan peluang terbukannya lapangan pekerjaan baru seperti usaha restoran, pengadaan jasa akomodasi hingga bisnis souvenir yang berasal dari daerah tempat wisata tersebut.
Potensi wisata yang dimiliki ini memicu aktivitas di sektor pariwisata dan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perkembangan ekonomi daerah. Perkembangan pariwisata dapat dilihat dari jumlah
(18)
3 pengunjung yang mengunjungi tempat wisata baik wisatawan lokal, domestik, maupun wisatawan asing.
Potensi pengembangan pariwisata di Sumatera Barat memilik peluang yang besar terlihat dari banyaknya pantai yang bersih, banyaknya pulau-pulau kecil, ombak yang bisa dimanfaatkan untuk surfing, serta potensi wisata daerah pegunungan. Potensi ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan ke provinsi Sumatera Barat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah kunjungan wisatawan ke provinsi Sumatera Barat Tahun Asing/foreign Domestik/domestic Jumlah
2003 51.678 926.736 978.414
2004 76.951 3.883.984 3.960.935
2005 84.646 4.272.382 4.357.028
2006 24.652 4.526.937 4.551.589
2007 27.978 4.843.822 4.871.800
Sumber: BPS Sumatera Barat
Sawahlunto merupakan salah satu kota yang berada di daerah Sumatera Barat yang memiliki kountur daerah berbukit-bukit. Kota Sawahlunto dahulu terkenal dengan sebutan kota batu bara, karena Kota Sawahlunto merupakan kota penghasil batu bara, dimana batu bara tersebut dikelola oleh PT. Bukit Asam. Setelah deposit batu bara menipis dan tidak ekonomis lagi untuk ditambang, PT. Bukit Asam mengembalikan kawasan bekas penambangan kepada negara, yaitu Pemerintah kota Sawahlunto.
Kota Sawahlunto memiliki banyak daerah potensial yang dapat dikembangkan untuk kawasan pariwisata, dapat dilihat dari banyaknya daerah yang masih kosong dan terbengkalai akibat sisa penambangan batu bara yang dikelola oleh PT. Bukit Asam. Banyaknya daerah yang kosong mengharuskan pemerintah Kota Sawahlunto melakukan upaya reklamasi terhadap kawasan bekas tambang batu bara dengan melakukan penanaman pohon seperti pohon Akasia, dimana pohon ini berguna untuk menghilangkan kadar asam dalam tanah.
(19)
4
Pemerintah Daerah Sawahlunto memiliki orientasi untuk menjadikan kota Sawahlunto sebagai kota wisata dengan beberapa alasan. Pertama adalah mengantisipasi secepatnya ketertinggalan Kota Sawahlunto semenjak menipisnya produksi batu bara PT. Bukit Asam yang disebabkan semakin menipisnya deposit batu bara yang ada dan tidak ekonomis lagi untuk ditambang. Alasan kedua karena banyaknya sisi historis budaya dan bangunan tua yang ditinggalkan oleh Pemerintah kolonial Belanda. Alasan ketiga Sawahlunto juga kaya dengan panorama alam berupa gua yang mempunyai ornamen beragam. Alasan untuk menjadikan pariwisata Sawahlunto sebagai orientasi masa depan bagi kota Sawahlunto cukup rasional, karena Kota Sawahlunto mempunyai keindahan alam di berbagai pinggiran kota.
1.2 Perumusan Masalah
Sawahlunto merupakan suatu kota yang terletak di Provinsi Sumatera Barat yang berjarak 95 km dari ibukota Sumatera Barat, yaitu Kota Padang. Secara astronomis Sawahlunto berada pada 0.34 – 0.46 Lintang Selatan dan 100.41 – 100.49 Bujur Timur. Sawahlunto memiliki suhu minimun 22,5°C dengan curah hujan rata-rata pertahun 1.072 mm. Kota Sawahlunto memiliki luas 273,45 km² yang terdiri dari empat kecamatan dengan jumlah penduduk lebih dari 54.000 jiwa.
Pemerintah Daerah Sawahlunto menargetkan Kota Sawahlunto menjadi kota pariwisata karena didukung oleh bentangan alam yang berpotensi untuk menjadikan daerah tersebut sebagai tempat berwisata. Salah satu objek wisata yang ada di Sawahlunto adalah objek wisata Kandis. Objek wisata kandis merupakan suatu objek wisata yang baru terbentuk pada tahun 2006. Objek wisata Kandis diresmikan pada tanggal 1 Desember 2006 oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Objek wisata Kandis atau Taman satwa Kandis menempati areal sekitar 5 Ha yang terletak dibekas penambangan batu bara yang luas keseluruhannya lebih kurang 400 Ha. Bertempat di dalam lingkungan Kecamatan Talawi 15 km dari Kota Sawahlunto, objek wisata Kandis ini dapat ditempuh
(20)
5 menggunakan akses transportasi darat dimana wisatawan dapat menggunakan mobil ataupun sepeda motor. Tidak tersedianya angkutan umum untuk tujuan ke objek wisata Kandis mengharuskan wisatawan yang datang kesana menggunakan kendaraan pribadi.
Taman satwa Kandis merupakan objek wisata yang dikelola oleh pemerintah daerah Sawahlunto. Pada tahap awal pembangunannya, pemerintah mengeluarkan dana investasi sebesar Rp 6,7 milliar. Hak kepemilikan objek wisata Kandis 99,999% dipegang oleh pemerintah daerah dan 0,001% dipegang oleh perorangan.
Taman satwa Kandis adalah suatu objek wisata yang unik karena pengunjung yang datang di tempat ini bisa menikmati 2 objek wisata sekaligus. Selain bisa melihat koleksi satwa kebun binatang, di tempat tersebut juga terdapat sebuah danau yang bernama Danau Tandike yang digunakan sebagai sarana wisata air. Objek wisata Kandis yang dibangun sejak tahun 2006 sampai saat ini masih dalam tahap pengembangan.
Pengembangan tersebut seperti penambahan jumlah satwa yang dipelihara di kebun binatang, perubahan dan perbaikan wahana yang ada serta adanya penambahan wahana baru. Perencanaan pariwisata sangat penting dilakukan karena saat ini dan masa depan akan terus terjadi pergeseran pasar wisata. Motif, minat, selera, tuntutan, dan perilaku wisatawan terus-menerus berubah dan hal ini perlu direspon dengan tepat (Damanik dan Weber, 2006).
Wisatawan yang berkunjung dapat menikmati tempat wisata secara sendiri, keluarga, maupun dengan teman-teman. Pengunjung dapat menikmati beragam objek wisata yang tersedia disana mulai dari kebun binatang, tempat bermain paint ball, taman kupu-kupu, flying fox, lapangan golf dan adanya wahana air seperti banana boat, dan perahu-perahuan. Selain itu objek wisata kandis juga bisa dijadikan sebagai sarana edukatif buat anak-anak.
Jumlah pengunjung dan pendapatan dari objek wisata Kandis dapat dilihat pada Tabel 3. Jumlah pendapatan yang didapat oleh pihak pengelola
(21)
6
dari objek wisata Kandis ini pertahun umumnya melampaui target yang telah di tetapkan setiap tahun oleh pihak pengelola.
Tabel 3. Jumlah pengunjung dan pendapatan pihak pengelola Kandis Tahun Jumlah Pengunjung
(Orang)
Pendapatan (Rp) Target Pendapatan (Rp)
2007 33.303 96.233.500 80.000.000
2008 83.543 454.803.500 400.000.000
2009 87.093 575.959.500 600.000.000
2010 128.084 1.061.108.000 1.000.000.000 2011 179.751 1.978.897.500 1.600.000.000
Sumber: UPT wisata Kandis
Pihak pengelola menetapkan harga tiket sesuai dengan dana investasi yang mereka keluarkan untuk pembangunan Kandis serta perhitungan jangka waktu pengembalian modal, dimana hargat tiket diobjek wisata Kandis tersebut seperti pada tabel 4.
Tabel 4. Harga tiket masuk objek wisata Kandis
Harga tiket masuk Senin –Jum’at Sabtu – Minggu
Dewasa 5000/orang 7000/orang
Anak – anak (3 sd 12 tahun) 3000/orang 5000/orang
Sumber : UPT Kandis
Di tahun 2013 rencananya pihak pengelola wisata kandis akan melakukan penambahan wahana wisata baru dan melakukan pengembangan terhadap wahana wisata yang telah ada. Rencananya pihak pengelola akan mendirikan aquarium raksasa yang konsepnya mengacu kepada aquarium raksasa sea world yang ada di Ancol Jakarta, pembangunan studio 4 dimensi yang konsepnya mengacu kepada studio 4 dimensi yang ada di Duffan Jakarta, pembangunan lapangan futsal serta pengembangan terhadap wahana wisata flying fox yaitu dengan menambah tinggi dan panjang jalur lintasan, membenahi taman kupu-kupu dan menambah jumlah satwanya. Rencananya
(22)
7 penambahan wahana wisata ini akan dibangun di atas lahan kosong yang masih berada di dalam kawasan objek wisata Kandis.
Berdasarkan uraian di atas maka diperoleh beberapa pertanyaan terkait rumusan masalah, yaitu:
1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kesediaan pengunjung untuk berkunjung kembali ke objek wisata Kandis?
2. Berapa nilai Willingness to pay (WTP) pengunjung untuk menentukan potensi harga maksimum yang masih bersedia dibayarkan untuk wahana wisata yang ditawarkan di objek wisata Kandis?
3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung objek wisata Kandis?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengunjung untuk berkunjung kembali ke objek wisata Kandis.
2. Mengestimasi nilai WTP pengunjung untuk menentukan potensi harga maksimum yang masih bersedia dibayarkan untuk wahana wisata yang ditawarkan di objek wisata Kandis.
3. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung objek wisata Kandis.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis penelitian ini diharapkan menjadi pelengkap khasanah keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan.
2. Bagi pemerintah Kota Sawahlunto khususnya Dinas Pariwisata sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengelolaan sektor pariwisata
(23)
8
3. Bagi pihak pengelola tempat wisata, hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi pertimbangan pengelolaan wisata di masa yang akan datang serta dapat menentukan harga tiket yang akan ditetapkan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini diadakan di objek wisata Kandis Sumatera Barat,adapun ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Pokok bahasan penelitian ini mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengunjung untuk berkunjung kembali ke objek wisata Kandis, serta faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai willingness to pay (WTP).
2. Kesediaan membayar dan nilai maksimum yang bersedia dibayarkan dari pengunjung terhadap wahana wisata yang akan dibangun, serta adanya tambahan kepuasaan yang dirasakan pengunjung.
(24)
9
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Wisata dan PariwisataMenurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang di kunjungi dalam jangka waktu sementara.
Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
Menurut Marpaung (2002) dalam Avenzora (2013), pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas dilakukan selama mereka tinggal di tempat yang dituju dan fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Menurut Damanik dan Weber (2006), Pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa yang sangat kompleks. Pariwisata terkait erat dengan organisasi, hubungan-hubungan kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan layanan dan sebagainya. Pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain.
Menurut World Tourism Organization (WTO) (1995:5) dalam
Ismayanti (2010), pariwisata dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya. Perjalanan wisata ini berlangsung dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun secara berturut-turut untuk tujuan bersenang-senang, bisnis dan lainnya.
Pariwisata muncul dari empat unsur pokok yang saling terkait erat atau menjalin hubungan dalam suatu sistem (Damanik dan Weber, 2006), yakni :
(25)
10
1. Permintaan atau kebutuhan
2. Penawaran atau pemenuhan kebutuhan berwisata itu sendiri
3. Pasar dan kelembagaan yang berperan untuk memfasilitasi keduanya 4. Pelaku atau aktor yang menggerakan ketiga elemen tersebut
2.2 Sumberdaya Pariwisata
Menurut Fennel (1999:68) dalam (Diarta dan Pitana 2009) sumber daya alam yang dapat di kembangkan menjadi sumber daya pariwisata adalah :
1. Lokasi geografis
Menyangkut karakteristik ruang yang menentukan kondisi yang terkait dengan variabel lain.
2. Iklim dan cuaca
Iklim merupakan penentu utama dari lingkungan fisik yang mempengaruhi vegetasi, kehidupan binatang, angin, dan sebagainya.
3. Topografi dan landforms
Aspek ini menjadi daya tarik tersendiri yang membedakan kondisi geografis suatu wilayah/benua dengan wilayah/benua lainnya sehingga sangat menarik untuk menjadi atraksi wisata.
4. Surface materials
Menyangkut sifat dan ragam material yang menyusun permukaan bumi.
5. Air
Air memegang peran sangat penting dalam menentukan tipe dan level dari rekreasi outdoor.
6. Vegetasi
Merujuk pada keseluruhan kehidupan tumbuhan yang menutupi suatu area tertentu.
(26)
11 7. Fauna
Binatang berperan cukup signifikan terhadap aktivitas wisata baik dipandang dari sisi konsumsi (berburu dan memancing) maupun non-kunsumsi (kebun binatang).
Menurut Damanik dan Weber (2006) sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata alam adalah keajaiban alam dan keindahan alam (topografi), keragaman flora, keragaman fauna, kehidupan satwa liar, vegetasi alam, ekosistem yang belum terjamah manusia, rekreasi perairan, lintas alam, objek megalitik, suhu kelembaban udara yang nyaman, dan lain-lain.
2.3 Wisatawan
Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009, wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Menurut World Tourism Organization
(WTO) (1995:5) dalam Ismayanti (2010), wisatawan adalah pengunjung yang menginap atau pengunjung yang tinggal di daerah tujuan setidaknya satu malam di akomodasi umum ataupun pribadi.
Menurut Diarta dan Pitana (2009) seorang wisatawan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Melakukan perjalanan jauh dari tempat tinggal normalnya sehari-hari. 2. Perjalanan tersebut dilakukan paling sedikit semalam tetapi tidak
secara permanen.
3. Dilakukan pada saat tidak bekerja atau mengerjakan tugas rutin lain tetapi dalam rangka mencari pengalaman mengesankan dari interaksinya dengan beberapa karakteristik tempat yang dipilih untuk di kunjungi.
Menururt UN-WTO (Cooper 2006, Ricthie and Goeldner 2003, Gee 1999) dalam Ismayanti (2010), wisatawan memiliki tiga kelompok tujuan kunjungan, seperti :
(27)
12
1. Leisure and recreation
Memiliki tujuan vakansi dan rekreasi, mengunjungi event budaya, kesehatan, olah raga aktif (bukan profesional), dan tujuan liburan lain yang termasuk dalam kategori bersenang-senang.
2. Business and profesional
Tujuan kunjungannya adalah rapat, misi, perjalanan insentif, dan bisnis. Tujuan wisatawan ini berhubungan erat dengan pekerjaan, perjalanan yang dilakukan tidak untuk mencari nafkah, tetapi kegiatannya berdampak pada pekerjaannya.
3. Other tourism purposes
Wisatawan ini memiliki tujuan belajar, pemulihan kesehatan, transit, perjalanan ziarah atau religi, dan melakukan kunjungan kepada kerabat dan saudara.
2.4 Metode Estimasi Penilaian Nilai Lingkungan
Perubahan lingkungan baik yang menguntungkan maupun yang merugikan dapat diklasifikasikansebagai berikut (Yakin, 1997) :
1. Kesehatan Manusia (human health) 2. Lingkungan Hidup (living environment)
3. Aliran-aliran output yang bisa direproduksi (reproducible output flows)
4. Stok yang bisa direproduksi (reproducible stocks)
5. Stok yang tidak bisa direproduksi (non-reproducible stocks) 6. Pemandangan alam dan ekosistem (ecosystem and landscapes)
Metode penilaian ekonomi terhadap barang lingkungan telah berkembang sampai sekitar 15 jenis metode penilaian (Yakin,1997), diantaranya adalah Contingent Valuation Method (CVM) ini adalah metode yang paling populer digunakan, metode The Dose-Reponse Method (DRM), metode Hedonic Price Method (HPM), metode Travel Cost Method (TCM), dan metode The Averting Behaviour Method (ABM).
(28)
13
2.5 Contingent Valuation Method (CVM)
Metode Contingent Valuation Method (CVM) adalah teknik survey untuk menanyakan kepada seseorang tentang nilai atau harga yang bersedia mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki harga pasar (Yakin, 1997).
Dalam CVM dikenal lima macam cara untuk mengajukan pertanyaan kepada responden (Yakin,1997), yaitu:
1. Metode tawar menawar (bidding game), yaitu suatu metode dimana jumlah yang semakin tinggi dari nilai awal disarankan pada responden sampai nilai WTP maksimum dari responden didapatkan.
2. Metode referendum tertutup (dichotomous choice) yaitu metode yang menggunakan suatu alat pembayaran yang disarankan kepada responden baik mereka setuju ataupun tidak setuju, dengan jawaban setuju/tidak maupun ya/tidak.
3. Metode kartu pembayaran (payment card), yaitu metode dengan penggunaan nilai yang disajikan pada sebuah kartu yang memungkinkan jenis pengeluaran responden dalam kelompok pendapatan yang ditentukan dengan perbandingan jenis pekerjaan mereka sehingga membantu responden dalam kelompok pendapatan yang ditentukan dengan perbandingan jenis pekerjaan mereka sehingga membantu responden untuk menyesuaikan jawaban mereka. 4. Metode pertanyaan terbuka (open-ended question), yaitu suatu metode
dimana responden ditanyakan nilai maksimum WTP mereka tanpa ada penyaranan nilai awal terlebih dahulu.
5. Metode ranking contingent, yaitu metode terbaru dengan menyodorkan rangking dari nilai moneternya, responden disuruh mengurutkan dari yang paling disukai sampai yang tidak disukai dan nilai-nilai tersebut diterjemahkan melalui analisa statistik.
(29)
14
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian Arifah (2008) mengenai analisis Willingness To Pay petani terhadap peningkatan pelayanan irigasi melalui rehabilitasi jaringan irigasi. Penelitian ini membahas tentang kesediaan petani membayar iuran pengelolaan irigasi dilakukan pada masyarakat daerah irigasi desa Cisadane, Kecamatan Rancabungur, Jawa Barat. Hasil penelitian ini menggunakan analisis regresi logit menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan atau ketidaksediaan petani dalam membayar iuran pengelolaan irigasi adalah tingkat pendidikan dan produktivitas lahan. Hasil penilaian nilai ekonomi air irigasi menggunakan analisis usaha tani diperoleh nilai kontribusi air irigasi (water value) usahatani padi sebesar 938.293/ha. Nilai tersebut menandakan bahwa petani memiliki kemampuan untuk membayar iuran pengelolaan irigasi. Iuran pengelolaan irigasi tersebut ditentukan melalui pendekatan WTP petani terhadap peningkatan pelayanan irigasi yaitu sebesar Rp 70.000/hektar. Berdasarkan nilai tengah WTP masing-masing responden pada usaha tani padi dan dianalisis menggunakan regresi linear berganda, maka diperoleh bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi WTP terhadap peningkatan pelayanan irigasi adalah luas lahan, tingkat pengetahuan petani tentang iuran pengelolaan irigasi, pendapatan, dan tanggungan keluarga.
Fadilah (2011) melakukan penelitian mengenai analisis WTP pengunjung terhadap paket wisata di Wana Wisata Curug Nangka Kabupaten Bogor. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh Nilai rataan WTP yang dihasilkan untuk paket jogging track plus adalah sebesar Rp. 56.132,00 dengan nilai total WTP sebesar Rp 387.366.932,00. Paket konservasi nilai rata-rata WTPnya sebsesar Rp 127.313,00 dan nilai TWTPnya sebesar Rp.878.587.013,00. Nilai rata-rata WTP responden terhadap kedua paket tersebut ternyata lebih kecil dari rencana tarif yang akan diberlakukan oleh pihak pengelola yakni Rp 65.000 dan Rp 170.000. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi secara nyata besarnya nilai WTP responden untuk kedua paket wisata tersebut adalah variabel lamanya menempuh pendidikan dan tingkat pendapatan. Variabel biaya perjalanan
(30)
15 hanya berpengaruh nyata untuk paket konservasi sedangkan untuk paket
jogging track plus tidak berpengaruh nyata. Variabel jumlah kunjungan, jumlah tanggungan dan frekuensi kunjungan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden.
Majid (2008) membahas tentang analisis willingness to pay
pengunjung terhadap upaya pelestarian kawasan Situ Babakan, Jakarta Selatan. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh nilai rata-rata WTP responden sebesar Rp 2.104,65. Nilai ini melebihi nilai yang dibutuhkan pengelola kawasan situ babakan sebesar RP 1.200,00. Sedangkan untuk nilai total WTP responden diperoleh sebesar Rp 23.603.663,00 per bulan. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden yaitu tingkat pendapatan, biaya kunjungan, dan frekuensi kunjungan. Variabel tingkat pendapatan dan biaya kunjungan berkorelasi secara positif terhadap besarnya WTP sedangkan variabel frekuensi kunjungan berkorelasi negatif.
Amanda (2009) melakukan penelitian tentang analisis willingness to pay pengunjung objek wisata danau Situ Gede dalam upaya pelestarian lingkungan. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh sebanyak 81 persen responden (34 orang) bersedia untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situ Gede, kesediaan membayar ini dipengaruhi oleh faktor tingkat usia, tingkat pendidikan, dan pemahaman dan pengetahuan mengenai manfaat serta kerusakan danau. Nilai WTP yang diperoleh sebesar Rp 3.558,24 sedangkan nilai total WTP yang di peroleh sebesar Rp 2.342.000
(31)
16
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Konsep Contingent Valuation Method
Contingent Valuation Method (CVM) adalah metode teknik survey untuk menanyakan kepada responden tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki nilai pasar seperti barang lingkungan (Yakin,1997). CVM menggunakan pendekatan secara langsung dimana teknik ini menanyakan kepada responden berapa besarnya
Willingness to pay (WTP) untuk memperoleh manfaat tambahan dari keadaan sebelumnya atau besarnya Willingness to accept (WTA) sebagai kompensasi dari kerusakan barang lingkungan. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan WTP.
Willingness to pay (WTP) atau kesediaan membayar adalah kesediaan individu untuk membayar terhadap suatu kondisi lingkungan atau penilaian terhadap sumberdaya alam dan jasa alami dalam rangka adanya perubahan terhadapa kualitas lingkungan. Dalam WTP dihitung seberapa jauh kemampuan setiap individu atau masyarkat untuk membayar dalam rangka adanya perubahan lingkungan yang diinginkan. WTP merupakan nilai yang sesuai untuk menghitung sumberdaya alam dan jasa lingkungan.
Tujuan dari CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran yang mendekati barang-barang lingkungan jika pasar dari barang-barang tersebut benar-benar ada. Oleh karena itu, pasar hipotesis harus sebisa mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenarnya.
3.1.2 Keunggulan CVM
Menururt Hanley dan Spash (1993) keunggulan dari CVM adalah : 1. Bisa diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal yang
penting, yaitu sering kali menjadi satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat, dapat diaplikasikan dalam berbagai konteks kebijakan lingkungan.
(32)
17 2. Bisa digunakan untuk menilai berbagai macam barang-barang
lingkungan yang ada disekitar masyarakat.
3. CVM mampu mengestimasi non use value / nilai non pengguna. 4. Hasil yang diperoleh dari metode CVM tidak sulit untuk dianalisis dan
dijabarkan.
3.1.3 Kelemahan CVM
Menurut Yakin (1997), walaupun CVM superior untuk mengestimasi nilai ekonomi dan perubahan kualitas lingkungan, namun masih banyak potensi kesalahan estimasi (bias) terutama dalam hubungan dengan desain survei dan administrasi yang mempengaruhi akurasi metode. Kesalahan potensial estimasi menggunakan CVM ini adalah :
1. Kesalahan hipotesis (hypothetical bias), adalah kesalahan yang terjadi dimana deskripsi situasi hipotesis secara sistimatis berbeda dengan situasi sebenarnya sehingga perbedaan ini mengakibatkan kesalahan sisiematik.
2. Kesalahan strategi (strategic bias), adalah kesalahan yang timbul karena responden merasa bisa mempengaruhi hasil akhir, sehingga responden tidak memberikan nilai yang sebenarnya, kesalahan ini juga muncul akibat adanya responden yang bertindak sebagai free rider. 3. Kesalahan informasi (information bias), adalah kesalahan yang
disebabkan karena jumlah dan informasi yang diberikan kepada responden tidak lengkap.
4. Kesalahan titik awal nilai tawaran (starting point bias), adalah kesalahan yang timbul ketika responden diberikan suatu nilai awal tertentu, sehingga responden terpengaruh oleh nilai awal tersebut. 5. Kesalahan alat (vehicle bias), adalah kesalahan ini muncul disebabkan
responden tidak memberikan nilai karena responden tidak setuju dengan cara atau metode yang dipakai untuk memperoleh nilai tawaran.
(33)
18
3.2 Skenario Dan Objek Wisata Yang Ditawarkan
Rencananya pihak pengelola wisata Kandis akan melakukan pengembangan tehadap wahana wisata, dimana pihak pengelola akan melakukan penambahan wahana wisata studio 4 dimensi, dan adanya perubahan terhadap panjang dan tinggi lintasan flying fox.
Pertanyaan menyangkut skenario
Seandainya PT.WWS (Wahana Wisata Sawahlunto) selaku pihak pengelola objek wisata Kandis melakukan perbaikan dan perubahan terhadap wahana wisata yang ada serta menambah wahana wisata baru, maka responden ditanyakan maksimum kesediaan mereka membayar tiket untuk menikmati wahana wisata tersebut atas adanya tambahan manfaat yang diterima pengunjung. Dari skenario ini maka diperoleh pertanyaan untuk responden :
3.3 Dasar Pemilihan Variabel
Wisatawan mengunjungi sebuah destinasi berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu biaya, aksesibilitas, fasilitas yang sesuai dan memadai, keamanan dan sebagainya. Tetapi faktor yang paling penting adalah persepsi wisatawan tentang hubungan antara karakteristik destinasi dan kebutuhannya akan pemenuhan hasrat leisure-nya (Diarta dan Pitana 2009).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini diduga akan mempengaruhi kesediaan membayar dan akan mempengaruhi besarnya nilai WTP. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan diduga akan memberikan pengaruh yang nyata terhadap keinginan kebutuhan tersier. Semakin tinggi tingkat Apakah bapak/ibu, kakak/adik tertarik terhadap tambahan wahana wisata yang baru? Bersediakah bapak/ibu, kakak/adik membayar terhadap wahana wisata yang baru? Berapa harga tiket maksimum yang ingin bapak/ibu, kakak/adik bayarkan untuk wahana wisata baru
(34)
19 pendapatan seseorang maka tingkat kebutuhan hidupnya akan semakin meningkat, termasuk juga kebutuhan akan rekreasi (tersier). Variabel tingkat pendapatan diduga akan mempengaruhi secara positif terhadap kesediaan membayar dan nilai WTP pengunjung. Tingkat pendapatan yang di maksud adalah pendapatan dalam satu keluarga dimana ada pendapatan suami, pendapatan istri kalau bekerja, dan anak yang udah bekerja tapi masih dalam keluarga tersebut.
2. Biaya perjalanan
Biaya perjalanan merupakan biaya keseluruhan yang dikeluarkan oleh seorang pengunjung mulai seorang keluar dari rumah dan berangkat ke suatu tempat wisata sampai orang tersebut kembali ke rumah. Semua biaya yang dikeluarkan untuk menuju tempat wisata mulai dari biaya transportasi, biaya makan, dan biaya lain yang dikeluarkan selama perjalanan, dimasukan kedalam biaya perjalanan. Adanya biaya yang dikeluarkan dalam perjalanan, diduga akan mempengaruhi secara negatif kesediaan seseorang membayar dan mempengaruhi nilai WTP pengunjung. Semakin besar biaya perjalanan yang di keluarkan akan membuat nilai WTP pengunjung semakin rendah.
3. Usia
Perbedaan antara usia anak-anak, muda, tua sangat menentukan ketertarikan terhadap suatu objek wisata. Dimana usia muda sangat menyukai wisata yang bersifat menantang seperti wisata outbound, sedangkan anak-anak lebih menyukai wisata air seperti waterboom dan wisata yang relatif lebih aman.
4. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan diduga akan memberikan pengaruh positif terhadap WTP pengunjung. Lamanya pendidikan yang ditempuh akan berdampak terhadap perubahan pola pikir seseorang tentang pentingnya keberadaan suatu objek wisata dan apa saja manfaat yang bisa di peroleh dari keberadaan tempat wisata tersebut.
(35)
20
5. Waktu yang dihabiskan di lokasi
Lamanya waktu yang dihabiskan di suatu lokasi objek wisata dipengaruhi oleh sarana dan prasarana yang disediakan oleh pihak pengelola. Tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap membuat pengunjung nyaman terhadap objek wisata tersebut. Kenyamanan yang didapat dari suatu tempat objek wisata akan berpengaruh terhadap jumlah WTP pengunjung.
6. Jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin diduga akan memberikan pengaruh terhadap jumlah WTP yang akan di bayarkan pengunjung. Dimana perempuan akan cenderung menikmati wisata-wisata yang relatif tidak menantang, sedangkan laki-laki akan berusaha mencari objek wisata yang menantang dan memacu adrenalin.
3.4 Kerangka Berpikir Operasional
Wisata Kandis merupakan salah satu objek wisata yang ada di Kota Sawahlunto. Wisata Kandis ini merupakan objek wisata favorit yang ada di Kota Sawahlunto dimana pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari Kota Sawahlunto saja tetapi juga pengunjung yang berasal dari luar Kota Sawahlunto bahkan juga pengunjung yang berasal dari luar Provinsi Sumatera Barat.
Wisata Kandis ini memiliki daya tarik yang cukup kuat dimana pengunjung dapat menikmati berbagai macam wahana yang tersedia mulai dari wisata indoor sampai wisata outdoor. Hal inilah yang menjadi daya tarik wisata Kandis yang tidak disajikan di objek wisata lain yang ada di Sumatera Barat sehingga mengakibatkan banyaknya jumlah pengunjung.
Wisata Kandis berdiri di atas areal penambangan batu bara terbuka, wisata Kandis memiliki luas sekitar 5 Ha. Luasnya kawasan yang dimiliki membuat pihak pengelola berusaha melakukan pengembangan setiap tahunnya. Pengembangan yang dilakukan oleh pihak pengelola ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah pengunjung yang akan datang ke objek wisata Kandis dan berusaha untuk membuat pengunjung yang pernah datang ke
(36)
21 Kandis untuk datang lagi karena adanya penambahan wahana wisata baru yang belum mereka coba.
Pihak pengelola berencana melakukan pengembangan dengan menambah wahana-wahana wisata yang baru dan perbaikan terhadap wahana wisata yang telah ada. Setiap objek wisata yang ditawarkan, pengunjung dikenakan biaya tambahan di luar biaya tiket masuk atau pengunjung diharuskan untuk membeli tiket lagi agar dapat menikmati wahana wisata tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan berkunjung kembali, menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai Willingness To Pay (WTP), dan mengestimasi nilai Willingness To Pay (WTP) pengunjung dalam menentukan potensi harga maksimum yang masih bisa dibayarkan oleh pengunjung terhadap wahana wisata yang ditawarkan. Alur penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.
(37)
22
Gambar 1. Kerangka berpikir operasional
Wahana wisata yang tersedia
Rencana pengembangan objek wisata Kandis
Estimasi Willingness to pay
(WTP) pengunjung untuk wahana wisata yang
ditawarkan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kesediaan berkunjung kembali
Harga tiket yang diinginkan pengunjung akibat adanya tambahan wahana wisata dan adanya tambahan kepuasan yang dirasakan pengunjung
Regresi linier berganda Regresi logit
CVM
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai
WTP pengunjung Perubahan terhadap panjang
dan tinggi lintasan flying fox
Penambahan wahana wisata studio 4 dimensi
(38)
23
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di objek wisata Kandis Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan April 2013. Pemilihan objek wisata Kandis sebagai tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena objek wisata kandis merupakan suatu objek wisata yang baru berdiri dan masih dalam tahap pengembangan.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden pengunjung objek wisata Kandis menggunakan kuesioner. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dari beberapa dinas terkait di daerah penelitian yang meliputi dokumen, arsip, dan laporan dari pemerintah daerah, penelitian-penelitian terdahulu, dan data lainnya yang menunjang tujuan yang ingin dicapai.
4.3 Metode Pengambilan Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah pengunjung yang datang ke objek wisata Kandis. Pengunjung yang dijadikan responden dalam penelitian ini berjumlah 98 orang. Teknik pengambilan sampelnya dilakukan secara accidental sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan spontanitas. Dikatakan pengambilan secara spontanitas karena siapa saja orang yang ditemui bisa menjadi sampel dengan syarat responden harus berusia di atas 18 tahun dan telah memiliki penghasilan sendiri serta hanya dilakukan sekali terhadap satu orang responden tanpa adanya pengulangan terhadap responden yang sama.
(39)
24
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Data dan informasi dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dan perolehan informasi untuk penelitian di lakukan melalui dua cara:
1. Observasi langsung ke lapangan (direct observation), melihat secara langsung objek tempat penelitian berhubungan dengan lokasi, sarana dan prasarana, dan wahana yang tersedia.
2. Wawancara (interview), dilakukan terhadap pihak pengelola, pihak-pihak yang terkait dengan penelitian serta terhadap responden untuk memperoleh data dan informasi berhubungan dengan tingkat pendapatan, jenis kelamin, biaya perjalanan, usia, tingkat pendidikan, dan waktu yang dihabiskan di lokasi menggunakan kuisioner.
4.5Metode Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini akan menganalisis data kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan menggunakan program Microsoft Office Excel, minitab 14 dan program SPSS 16,0 for windows.
Tabel 5. Metode pengolahan data
No Tujuan Penelitian Sumber Data Jenis Data Metode Analisis Data
1 4. Menganalisa faktor-faktor yang
mempengaruhi kesediaan pengunjung untuk berkunjung kembali ke objek wisata Kandis
Pengunjung dengan cara wawancara menggunakan kuisioner
Data primer berupa besarnya nilai yang bersedia
dibayarkan pengunjung
Analisis regresi Logit
(40)
25 Lanjutan tabel 5 metode pengolahan data
No Tujuan Penelitian Sumber Data Jenis Data Metode Analisis Data
2 Mengestimasi nilai WTP pengunjung untuk menentukan potensi harga maksimum yang masih bersedia dibayarkan untuk wahana wisata yang ditawarkan di objek wisata Kandis
Pengunjung dengan cara wawancara menggunakan kuisioner
Data primer berdasarkan tingkat pendapatan, jenis kelamin, biaya
perjalanan, usia, tingkat
pendidikan, dan waktu yang dihabiskan dilokasi
CVM
3 Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya nilai WTP
Pengunjung dengan cara wawancara dengan menggunakan kuesioner
Data primer berdasarkan tingkat pendapatan, jenis kelamin, biaya
perjalanan, usia, tingkat
pendidikan, dan waktu yang dihabiskan dilokasi
Analisis regresi linier berganda
4.5.1 Analisis Faktor-Faktor Kesediaan Berkunjung Kembali
Dalam penelitian ini menggunakan model analisis regresi logit. Analisis regresi logit digunakan untuk melihat pengaruh peubah X1, X2, dan X3 terhadap pengambilan keputusan seseorang disimbolkan dengan (Y), fungsi logit merupakan fungsi yang sangat fleksibel dan mudah
(41)
26
digunakan serta parameter koefisiennya mudah diinterpratasikan (Juanda, 2009).
Regresi logit tidak dimodelkan secara langsung antara variabel dependen (Y) dengan variabel independent (X), melainkan melalui transformasi variabel dependen ke variabel logit yang merupakan natural log dari odds rasio. Transformasi tersebut diformulasikan sebagai berikut :
( )
Model analisis regresi logit dipilih untuk melihat peluang responden bersedia datang atau tidak datang lagi ke objek wisata kandis ini, dimana ada beberapa variabel yang diduga akan mempengaruhinya. Variabel yang di masukkan ke dalam analisis regresi logit ini adalah : tingkat pendidikan, usia, tingkat pendapatan, biaya perjalanan, jenis kelamin, dan lamanya di lokasi.
Bentuk model logistiknya yang akan di gunakan adalah :
Li = Ԑ
Dimana :
Li = Kesedian pengunjung membayar objek wisata yang di tawarkan (bernilai 1 jika bersedia, bernilai 0 jika tidak bersedia ).
β 0 = Konstanta
β1..β6 = Koefisien regresi
JK = Jenis Kelamin (bernilai 1 jika pria, bernilai 0 jika wanita) WK = Waktu yang di habiskan di lokasi (Jam)
TPK = Tingkat pendidikan (Tahun) US = Usia (Tahun)
BP = Biaya perjalanan (Rp)
TP = Tingkat pendapatan (Rp/bulan)
Ԑ = Galat
Hipotesa yang digunakan adalah jenis kelamin, waktu yang di habiskan di lokasi, tingkat pendidikan, usia, dan tingkat pendapatan bernilai positif karena variabel tersebut diduga akan menambah peluang responden
(42)
27 untuk datang lagi ke tempat wisata, sedangkan variabel biaya perjalanan bernilai negatif artinya diduga variabel tersebut yang akan mengurangi keinginan responden untuk datang berkunjung lagi ketempat wisata tersebut.
4.5.2 Estimasi Nilai WTP Pengunjung
Menurut Hanley dan Spash (1993) tahap-tahap menentukan WTP dengan menggunakan CVM adalah:
1. Membuat pasar hipotesis
Skenario yang dibuat dalam penelitian ini adalah :
Pihak pengelola objek wisata Kandis di bawah naungan PT.WWS rencananya pada tahun 2013 ini akan melakukan pengembangan terhadap objek wisata, dimana akan ada penambahan wahana studio 4 dimensi dan akan ada perubahan terhadap panjang dan tingginya lintasan flying fox. Adanya penambahan dan perubahan terhadap objek wisata ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pengunjung terhadap wahana wisata yang tersedia di Kandis. Apakah saudara tertarik terhadap tambahan wahana wisata tersebut? Apakah saudara bersedia membayar untuk tambahan wahana wisata baru tersebut? Berapa nilai harga tiket maksimum yang bersedia anda bayarkan untuk wahana wisata tersebut?
2. Mendapatkan nilai lelang (bids)
Untuk memperoleh nilai WTP dari responden dibentuk suatu metode permainan lelang (bidding game), dimana responden diberi pertanyaan berulang-ulang tentang keinginannya membayar sampai mendapatkan nilai maksimum yang ingin dibayarkannya.
3. Menghitung rataan WTP
Rataan WTP dihitung menggunakan rumus :
.
Dimana:
EWTP Dugaan rata-rata WTP (Rp) WTP Nilai WTP tiap responden (Rp) N Jumlah responden (orang)
(43)
28
4. Memperkirakan kurva lelang (bids curve)
Kurva permintaan dipengaruhi oleh beberapa unsur, dimana unsur tersebut mempengaruhi pendugaan kurva permintaan, adapun pendugaan kurva permintaan seperti berikut :
WTP (PNDK, PNDTN, BP, JT, LK) Dimana :
WTP Nilai WTP yang ingin dibayarkan (Rp) PNDK Tingkat pendidikan (tahun)
PNDTN Tingkat Pendapatan (Rp/bulan) BP Biaya perjalanan (Rp)
JK Jenis Kelamin (orang) LK Lamanya di lokasi (jam)
5. Mengagregatkan data
Data dijumlahkan dimana nilai rata-rata permintaan dikonversikan terhadap populasi yang ditunjuk. Maka nilai total WTP adalah :
TWTP = EWTP.Ni Dimana :
TWTP = Total WTP (Rp) EWTP = Rataan WTP (Rp) Ni = Populasi (orang)
6. Evaluasi penggunaan CVM
Tahap ini melakukan penilaian terhadap sejauh mana penggunaan CVM telah berhasil di aplikasikan. Evaluasi penggunaan CVM dilakukan dengan menggunakan koefisien determinasi (R²) dari analisis regresi.
4.5.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP Pengunjung Objek Wisata Kandis
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi besarnya nilai WTP diolah menggunakan model regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda menyangkut studi tentang hubungan antara satu variabel yang disebut variabel tak bebas atau variabel yang dijelaskan dan satu atau lebih variabel lain yang disebut variabel bebas atau variabel penjelas ( Gujarati, 2006).
(44)
29 Fungsi persamaan yang digunakan untuk mencari besarnya nilai WTP yang akan di bayarkan oleh reponden di pengaruhi oleh beberapa hal, dimana fungsi persamaannya adalah :
Ԑ
Dimana :
Y = Nilai WTP yang ingin dibayarkan (Rp)
β 0 = Konstanta
β1..β6 = Koefisien regresi
JK = Jenis Kelamin (bernilai 1 jika pria, bernilai 0 jika wanita) WK = Waktu yang di habiskan dilokasi (Jam)
TPK = Tingkat pendidikan (Tahun) US = Usia (Tahun)
BP = Biaya perjalanan (Rp)
TP = Tingkat pendapatan (Rp/bulan)
Ԑ = Galat
4.6 Pengujian Parameter
Pengujian terhadap parameter dilakukan untuk memeriksa kebaikan model :
4.6.1 Uji Likelihood ratio
Menguji secara keseluruhan apakah model logit dapat menjelaskan keputusan pilihan kualitatif (Y) (Juanda, 2009).
β β β (model tidak dapat menjelaskan)
untuk j=2,3,....k (model dapat menjelaskan)
likelihood ratio merupakan rasio fungsi kemungkinan (lengkap) terhadap fungsi kemungkinan (Ho benar).
4.6.2 Uji Odds ratio
Peubah dalam persamaan disebut odds atau resiko atau kemungkinan yaitu rasio peluang terjadi peubah bernilai satu muncul terhadap peluang terjadi peubah bernilai nol muncul (Juanda, 2009). Dengan kata lain odds
(45)
30
ratio merupakan interpretasi dari sebuah peluang. Odds ratio tidak membutuhkan variabel yang menyebar normal dan juga hubungan antar variabel tidak terjadi homoskedastisitas.
4.6.3 Uji Keandalan
Uji keragaman untuk melihat sejauh mana keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Uji ini di lakukan untuk evaluasi pelaksanaan CVM dilihat dengan nilai R-Square (R²) dari OLS (Ordinary Least Square) WTP.
4.6.4 Uji Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi dari model regresi liniear adalah bahwa ragam sisaan (ε) sama atau homogen, asumsi ini disebut homoskedastisitas. Jika ragam sisaan tidak sama maka menimbulkan masalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat menggunakan metode grafik (Juanda, 2009).
4.6.5 Uji Multicolinearity
Salah satu asumsi dasar dari model regresi berganda adalah bahwa tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut. Jika hubungan tersebut ada, kita katakan bahwa peubah-peubah bebas tersebut berkolinearitas ganda sempurna (perfect Multicolinearity).
Multikolinearitas muncul jika dua atau lebih peubah (atau kombinasi peubah) bebas berkolerasi tinggi antara peubah yang satu dengan yang lainnya (Juanda, 2009). Multikolinearitas dapat dilihat dari OLS, simpangan baku, dalam uji-F, dan melihat langsung melalui output regresi berganda dengan melihat nilai VIF, dimana jika nilai VIF > 10 maka terdapat masalah multikolenearitas.
(46)
31
V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Letak dan Keadaan Geografis Lokasi Penelitian
Kota Sawahlunto dikenal sebagai kota tambang, secara astronomis Sawahlunto berada pada 0.34 – 0.46 Lintang Selatan dan 100.41 – 100.49 Bujur Timur dengan ketinggian antara 250 – 650 meter di atas permukaan laut dan memiliki suhu minimum 220C dan suhu maksimum 330C dengan curah hujan rata-rata pertahun 1.072 mm, dan memiliki jarak 95 km dari ibu kota provinsi (Padang). Batas wilayah Kota Sawahlunto sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Tanah Datar, sebelah selatan dan barat berbatasan dengan kabupaten Solok, dan sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Sijunjung.
Sawahlunto memiliki luas wilayah sekitar 27.345 Ha atau 273.45 km2 yang terdiri dari 4 kecamatan, 10 kelurahan, dan 27 desa. Kecamatan Talawi merupakan kecamatan terluas dengan luas wilayah sekitar 9.939 Ha dimana objek wisata Kandis terletak di dalam kecamatan Talawi, disusul dengan kecamatan Barangin seluas 8.854,7 Ha, kecamatan Lembah Segar dengan luas 5.528 Ha, dan terakhir kecamatan Silungkang dengan luas wilayah 3.293 Ha.
Luas wilayah Kota Sawahlunto paling banyak terletak pada ketinggian 100-500m, sehingga memiliki topografi yang berbukit dan relative curam, maka pemanfaatan lahan yang ada cukup beragam dan bercampur mulai dari daerah yang terbangun digunakan untuk kepentingan perumahan/pemukiman dan daerah yang tidak terbangun seperti lahan pertanian, perkebunan dan lain-lain. Secara garis besar Kota Sawahlunto terdiri dari Kawasan Lindung (26,5%) dan Kawasan Budidaya (73,5%).
(47)
32
5.2 Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk
Jumlah penduduk Kota Sawahlunto pada tahun 2010 adalah sebanyak 56.866 jiwa terdiri dari 28.161 jiwa laki-laki dan 28.705 jiwa perempuan, dimana sebaran penduduk berdasarkan kecamatannya terdapat pada tabel : Tabel 6. Sebaran jumlah penduduk berdasarkan kecamatan tahun 2010
Kecamatan Penduduk (orang)
Laki-laki Perempuan Jumlah
Silungkang 5057 5069 10126
Lembah Segar 5881 6264 12145
Baringin 8338 8574 16912
Talawi 8885 8798 17683
Jumlah 28161 28705 56866
Sumber : Sawahlunto dalam angka
Sedangkan jumlah penduduk kota Sawahlunto menurut kelompok umur pada tahun 2010 terdapat pada tabel berikut :
Tabel 7. Jumlah penduduk Sawahlunto menurut kelompok umur tahun 2010
Kelompok Umur Penduduk (orang)
Laki-laki Perempuan Jumlah 0 – 4
5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 +
2967 2849 5816
3090 2824 5914
2774 2792 5566
2293 2223 4516
1756 1754 3510
2235 2336 4571
2259 2248 4507
2104 2158 4262
1911 1971 3882
1893 1868 3761
1557 1598 3155
1186 1211 2397
629 746 1375
1507 2127 3634
Jumlah 2010 28161 28705 56866
2009 27241 28050 55291
(48)
33 Pembangunan ekonomi daerah yang tangguh dan berkeadilan merupakan agenda pembangunan pemerintah daerah dimana dalam memajukan perekonomian Kota Sawahlunto di fokuskan kepada pengembangan Industri wisata, revitalisasi pertanian, pengembangan industri kecil dan menengah, pengembangan kelembagaan ekonomi dan peningkatan investasi. Hal ini dapat dilihat dari mata pencarian penduduk sangat beraneka ragam mulai dari bidang pertanian, sektor pertambangan sampai di bidang jasa. Pada umumnya struktur ekonomi masyarakat Kota Sawahlunto sebagian besar di topang oleh sektor pertambangan, sedangkan subsektornya ada dibidang pertanian tanaman pangan, industri kecil/kerajinan rumahan, dan sektor peternakan.
Tabel 8. Persentase angkatan kerja dan bukan angkatan kerja tahun 2010 Kelompok umur Laki-laki Perempuan Total
Angkatan kerja 85,08 65,00 74,81
Bekerja 77,15 51,53 64,05
Pengangguran 7,93 13,47 10,76
Bukan angkatan kerja 14,92 35,00 25,19
Sekolah 9,33 10,23 9,79
Mengurus RT 1,48 22,27 12,11
Lainnya 4,11 2,49 3,28
Sumber : Sawahlunto dalam angka
Produk Regional Bruto (PDRB) merupakan penjumlahan keseluruhan nilai barang dan jasa yang dihasilkan seluruh sektor lapangan usaha ekonomi pada suatu wilayah dalam satu tahun. Pada tahun 2008 nilai PDRB kota Sawahlunto meningkat 14,47% dibanding tahun 2007, sedangkan pada tahun 2009 terjadi peningkatan PDRB sebesar 3,68% dari tahun 2008. Hal ini di sebabkan karena terjadinya pertumbuhan signifikan pada sektor pertanian 8,06%, perdagangan, hotel dan restaurant sebesar 5,50% dan sektor pembangunan 5,30%.
(49)
34
5.3 Kondisi Umum Objek Wisata
Resort Wisata Kandi Sawahlunto memiliki total area sekitar 400 Ha yang berada di areal bekas tambang batu bara yang terletak di Kecamatan Talawi, Taman Satwa Kandi sendiri memiliki luas sekitar 5 Ha yang di bangun pada bulan Agustus tahun 2006 dan diresmikan pada tanggal 1 Desember tahun 2006 oleh menteri Kebudayaan dan Pariwisata Ir, Jero Wacik.
Kawasan Wisata Kandis berada pada ketinggian sekitar 210 – 370 m dpl, dengan topografi lahan berbukit sekitar 80% dan dataran sekitar 20%. Pada permukaan tanah hampir seluruhnya ditanami pohon akasia dengan jarak tertentu untuk menetralkan keasaman tanah dan untuk menghijaukan kembali areal bekas tambang. Objek wisata Kandis ini hanya memiliki satu pintu masuk, dimana pengunjung yang ingin masuk dan keluar melewati pintu yang sama.
Wisata Kandis ini berada di bawah naungan PT. WWS (Wahana Wisata Sawahlunto) yang berkantor di Kecamatan Muaro Kalaban, objek wisata Kandis memiliki jumlah karyawan sebanyak 37 orang, dimana setiap karyawan di gaji sesuai dengan UMR yang berlaku di Kota Sawahlunto yakni sebesar Rp 1.350.000 perbulannya. Setiap karyawan memiliki tugas dan pekerjaan yang berbeda-beda, dimana ada karyawan yang bertugas sebagai penjual tiket, penjaga pintu masuk, animal keepers, petugas kebersihan, penjaga wahana air dan penjaga wahana outbond.
Objek wisata Kandis menyediakan berbagai macam wahana yang dapat dinikmati oleh pengunjung, dimana secara garis besar wahana tersebut dikelompokan kedalam 3 garis besar, diantaranya sebagai berikut :
1. Wahana air
Wahana air merupakan wahana yang secara beroperasi di air, dimana wahana ini beroperasi di kawasan Danau Tandikek yang terdapat di dalam areal objek wisata Kandis, diantaranya ada wahana sepeda air, banana boat, dan perahu naga.
(50)
35
Gambar 2 wahana air
2. Taman satwa
Taman satwa merupakan kawasan hewan atau kebun binatang yang terdapat di objek wisata Kandis, dimana pengunjung dapat melihat berbagai macam koleksi hewan yang ada, selain itu pengunjung juga dapat menunggang satwa yang telah disediakan seperti menunggang kuda, dan menunggang gajah. Selain itu di tamana satwa juga terdapat taman kupu-kupu, di taman kupu-kupu ini terdapat berbagai macam spesies kupu-kupu hidup yang dapat dilihat dan juga bisa menambah wawasan pengunjung.
Gambar 3 wahana taman satwa
3. Wahana Outbond
Wahana outbond merupakan wahana yang terdapat di luar ruangan dan berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitar, wahana outbond merupakan wahana unggulan yang tersedia di Kandis, diantaranya ada wahana flying fox, paint ball, dan aneka permainan bermotor.
(51)
36
(52)
37
VI KARAKTERISTIK RESPONDEN
6.1 Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan di objek wisata Kandis Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto, penelitian menggunakan kuesioner yang hasilnya didapat dari wawancara langsung dengan pengunjung objek wisata Kandis. Pengunjung yang dijadikan responden pada penelitian ini berjumlah 98 orang, terdiri dari 22 orang pengunjung wanita, dan 76 orang pengunjung pria, penetapan responden sesuai dengan syarat yang telah di tentukan pada metode pengambilan sampel.
Gambar 5 karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Karakteristik responden berdasarkan variabel yang digunakan dalam penelitian dapat dijelaskan dalam kriteria di bawah ini :
6.1.1 Usia
Pada penelitian ini responden yang diambil usianya dibatasi yakni yang telah berusia 18 tahun ke atas, pembatasan usia responden ini dilakukan agar pengunjung yang dijadikan reponden merupakan orang yang telah dewasa dan mampu mengambil keputusan sendiri tampa dipengaruhi oleh faktor lain, dengan asumsi bahwa pengunjung telah berumur 18 tahun keatas dan telah memiliki pekerjaan. Berdasarkan usia, responden dibagi
kedalam 4 kelompok dimana kelompok usia ≤ 25 berjumlah 13 orang, usia
26-35 berjumlah 36 orang, usia 36-45 berjumlah 31 orang, dan kelompok
22%
78%
perempuan laki-laki
(53)
38
usia ≥ 46 berjumlah 18 orang. Perbandingan kelompok usia responden dapat
dilihat pada gambar :
Gambar 6 karakteristik responden berdasarkan usia 6.1.2 Tingkat pendapatan
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan kuesioner tingkat pendapatan responden dibagi ke dalam 4 kelompok, pendapatan responden yang dihitung pada penelitian ini merupakan tingkat pendapatan dalam
keluarga, dimana kelompok tingkat pendapatan ≤2.000.000 berjumlah 9
orang, kelompok 2.100.000 – 4.000.000 berjumlah 33 orang, kelompok 4.100.000 – 6.000.000 berjumlah 39 orang, dan kelompok 6.100.000- 8.000.000 berjumlah 17 orang. Dapat dilihat pada gambar :
Gambar 7 karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan
13%
37% 32%
18%
26-35 36-45
9%
34% 40%
17%
. .
2.100.000 -4.000.000 4.100.000 -6.000.000 6.100.000 -8.000.000
(54)
39
6.1.3 Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan responden pada penelitian ini bervariasi mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai bergelar Master atau (S2), responden yang tingkat pendidikannya SD berjumlah 2 orang, SMP berjumlah 5 orang, SMA berjumlah 34 orang, diploma berjumlah 7 orang , S1 berjumlah 45 orang, dan S2 berjumlah 5 orang. Kebanyakan responden yang datang ke objek wisata Kandis ini memiliki tingkat pendidikan sebagai sarjana muda (S1), dimana tingkat pendidikannya dapat dilihat pada gambar :
Gambar 8 karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan 6.1.4 Jenis pekerjaan
Kebanyakan pengunjung yang datang ke objek wisata Kandis memiliki pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), dimana responden yang memiliki pekerjaan sebagai PNS sebanyak 36 orang, pegawai swasta sebanyak 21 orang, wiraswasta sebanyak 13 orang, tenaga honorer sebanyak 8 orang, IRT sebanyak 7 orang, TNI dan Polisi sebanyak 5 orang, buruh dan tani sebanyak 5 orang, dan pekerjaan lainnya sebanyak 3orang.
2% 5%
35%
8% 45%
5%
SD SMP SMA DIPLOMA S1 S2
(55)
40
Gambar 9 karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan 6.1.5 Biaya perjalanan
Penelitian ini membagi biaya perjalanan responden kedalam 4 kelompok dimana kelompok pertama responden yang mengeluarkan biaya perjalanan yang ≤ 100.000 berjumlah 32 orang, kelompok ke-dua responden yang mengeluarkan biaya perjalanan berkisar antara 101.000 – 299.000 berjumlah 51 orang, kelompok ke-tiga responden yang mengeluarkan biaya perjalanan berkisar antara 300.000 – 499.000 berjumlah 10 orang dan kelompok ke-empat adalah responden yang mengeluarkan biaya perjalanan
yang ≥ 500.000 berjumlah 5 orang.
Gambar 10 karakteristik responden berdasarkan biaya perjalanan
5%
37%
13% 22%
5% 7%
8% 3%
TNI dan Polisi PNS
Wiraswasta Pegawai Swasta Buruh dan Tani IRT
Honorer lainnya
32%
51%
11% 6%
.
101.000 - 299.000 300.000 - 499.000
(56)
41
6.1.6 Waktu yang di habiskan dilokasi
Waktu kunjungan yang di habiskan responden dilokasi objek wisata di kelompokan menjadi 4 bagian, pertama waktu kunjungan yang kurang sama dari 2 jam berjumlah 11 orang, kedua waktu kunjungan 2,5-4 jam berjumlah 53 orang, ketiga waktu kunjungan 4,5-6 jam berjumlah 33 orang, dan keempat waktu kunjungan yang lebih dari 6 jam berjumlah 1 orang.
Gambar 11 karakteristik responden berdasarkan waktu kunjungan
6.2 Persepsi Responden
Persepsi responden terhadap objek wisata kandis merupakan penilaian atau tanggapan responden secara tidak langsung terhadap kondisi umum objek wisata kandis, persepsi yang didapat dari penelitian ini merupakan jawaban yang diberikan responden secara langsung menggunakan kuesioner, tanggapan persepsi responden dapat dilihat dari :
6.2.1 Kemudahan mencapai lokasi
Hasil wawancara yang dilakukan dengan responden, dimana 77 orang responden menjawab mudah untuk mencapai lokasi objek wisata Kandis, 10 orang menjawab sangat mudah mencapai lokasi objek wisata, dan 11 orang responden menjawab sulit untuk mencapai lokasi objek wisata. Umumnya responden yang menjawab sangat mudah untuk mencapai lokasi objek wisata merupakan responden yang berasal dari daerah yang sama dengan objek wisata dalam hal ini merupakan responden yang berasal dari Kota
11%
54% 34%
1%
jam
2,5 - 4 jam 4,5 - 6 jam
(57)
42
Sawahlunto. Sedangkan responden yang menjawab sulit untuk mencapai lokasi wisata umumnya responden yang berasal di luar kota Sawahlunto dan mereka yang baru pertama kali objek wisata Kandis, karena jauhnya jarak yang ditempuh serta banyaknya tikungan-tikungan tajam yang baru mereka tempuh, membuat perjalanan terasa lama dan sulit.
Gambar 11 persepsi responden tentang kemudahan mencapai tempat wisata 6.2.2 Kondisi kebersihan
Untuk kondisi kebersihan objek wisata Kandis, mayoritas responden mengatakan kondisi kebersihan diobjek wisata kurang baik, dimana 53 orang responden menjawab kondisi kebersihan objek wisata kurang baik, dan 45 orang responden menjawab baik untuk kondisi kebersihan objek wisata.
Gambar 13 persepsi responden tentang kondisi kebersihan
10%
79% 11%
sangat mudah mudah sulit
46%
54% baik
(58)
43 Kebanyakan responden yang menjawab kondisi kebersihan kurang baik di sebabkan karena responden datang di siang hari atau sore hari sehingga banyaknya sampah makanan yang berserakan berasal dari sampah pengunjung yang datang lebih awal.
6.2.3 Fasilitas umum yang tersedia
Penyediaan fasilitas umum seperti WC dan musahalla merupakan hal yang sangat penting di suatu tempat objek wisata, dimana kelengkapan fasilitas tersebut membuat pengunjung bisa betah dan berlama-lama disana. Sebanyak 1 orang responden menjawab fasilitas umum yang ada sangat memadai, 71 orang responden menjawab fasilitas umum yang ada memadai, dan sebanyak 26 orang responden menjawab kalau fasilitas umum yang tersedia kurang memadai. Dari hasil wawancara diketahui bahwa mayoritas responden mengatakan kalau fasilitas umum yang tersedia memadai. Responden yang menjawab fasilitas umum yang tersedia kurang memadai karena mereka menggunakan fasilitas umum tersebut pada waktu ramai, sehingga menyebabkan antrian untuk penggunaan fasilitas tersebut.
Gambar 14 persepsi responden tentang fasilitas umum yang tersedia 6.2.4 Keamanan wahana wisata
Sebanyak 63 orang responden menjawab wahana wisata yang ada di objek wisata Kandis aman, dan sebanyak 35 orang responden menjawab kalau wahana wisata yang ada di Kandis kurang aman, kebanyakan responden yang menjawab wahana wisata kandis kurang aman adalah
1%
72% 27%
sangat memadai memadai kurang memadai
(59)
44
mereka yang memiliki anak kecil/balita, dimana banyaknya permainan buat anak-anak yang telah rusak dan sudah berkarat serta kurangnya pengawasan dari pihak pengelola.
Gambar 15 persepsi responden tentang keamanan wahana wisata 6.2.5 Keramahan petugas
Hasil wawancara dan tanggapan responden tentang keramahan petugas yang ada di wisata Kandis, 96 orang responden menjawab bahwa petugas di Kandi ramah, hanya 2 orang responden yang menjawab petugas di Kandis tidak ramah. Kesimpulan yang di dapat bahwa Mayoritas responden mengatakan bahwa petugas yang bekerja di Kandis ini ramah-ramah terhadap pengunjung.
Gambar 16 persepsi responden tentang keramahan petugas
65% 35%
aman kurang aman
98% 2%
ramah kurang ramah
(60)
45
6.2.6 Wahana yang tersedia
Berdasarkan persepsi responden tentang ketersediaan wahana yang ada di objek wisata Kandis, sebanyak 1 orang responden menjawab sangat puas terhadap wahana yang ada, sebanyak 64 orang responden menjawab puas, dan sebanyak 33 orang responden menjawab kurang puas akan wahana yang ada. Kurangnya satwa kebun binatang yang ada dan minimnya wahana air yang tersedia merupakan alasan bagi responden mengatakan kurang puas akan wahana yang ada.
Gambar 17 persepsi responden tentang wahana yang tersedia 6.2.7 Perlunya penambahan wahana wisata
Sebanyak 35 orang responden menjawab sangat perlu untuk dilakukan penambahan terhadap wahana wisata, 58 orang responden menjawab perlu, dan sebanyak 5 orang responden menjawab tidak perlu dilakukan penambahan terhadap wahana. Mayoritas pengunjung mengakatan perrlunya penambahan terhadap wahana sehingga dapat disimpulkan bahwa wahana wisata yang tersedia di Kandis ini masih jauh dari harapan pengunjung.
1%
65% 34%
sangat puas puas kurang puas
(61)
46
Gambar 18 persepsi responden tentang perlunya penambahan wahana 6.2.8 Perlu penambahan terhadap satwa
Persepsi responden terhadap satwa yang ada di Kandis, dimana sebanyak 34 orang responden menjawab sangat perlu adanya penambahan satwa kebun binatang, sebanyak 52 orang responden menjawab perlu di lakukan penambahan satwa, dan sebanyak 12 orang responden mengatakan tidak perlu untuk melakukan penambahan terhadap satwa. Responden yang menjawab tidak perlu penambahan terhadap satwa kebun binatang beralasan bahwa objek wisata Kandis bukan berorientasi menjadi kebun binatang sehingga tidak perlu melengkapi satwanya seperti tempat wisata yang memang fokus terhadap kebun binatang, selain itu responden juga berpendapat kalau tujuan mereka datang hanya untuk menikmati suasana alamnya saja bukan fokus untuk melihat satwa yang ada. Mayoritas responden menjawab masih kurangnya ketersediaan satwa yang ada di kebun binatang Kandis beralasan karena responden ingin melihat satwa yang ada selengkap objek wisata yang fokus pada kebun binatang, serta dapat menikmati wahana outboond yang tersedia juga.
35%
60%
5%
sangat perlu perlu tidak perlu
(62)
47
Gambar 19 persepsi responden tentang perlunya penambahan satwa.
35%
53% 12%
sangat perlu perlu tidak perlu
(1)
(2)
64
Lampiran 1. Peta Wisata Sawahlunto
(3)
65 Lampiran 2. Peta Kawasan Objek Wisata Kandis
(4)
66
Lampiran 3. Kondisi Objek Wisata Kandis 1. Pintu masuk
2. Fasilitas yang tersedia
(5)
67
5. Karyawan dan pengunjung
(6)
68
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama M Fadhli diana, dilahirkan pada tanggal 30 November 1988 di Simabur, Batusangkar, Sumatera Barat. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Suardi S dan Atmi Mayarna.
Penulis memulai pendidikan pada tahun 1994 di TK Aisyah Simabur. Kemudian penulis masuk sekolah dasar pada tahun 1995 di SDN 04 Lima Kaum dan lulus pada tahun 2001. Pendidikan tingkat menengah pertama dapat diselesaikan penulis pada tahun 2004 di SMP Negeri 1 Batusangkar. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Simabur dan lulus pada tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi di perguruan tinggi negeri, yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2008 di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL), Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Penulis merupakan penerima beasiswa penelitian dari Bank Negara Indonesia (BNI) pada tahun 2012.