II.2.3. Spesimen Saluran Nafas
Ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan spesimen saluran nafas sehingga hasil pemeriksaan benar-benar merupakan gambaran keadaan yang sebenarnya.
Sputum yang dikumpulkan selama 24 jam tidak direkomendasikan untuk diperiksa di laboratorium mikrobiologi. Selain itu, untuk beberapa mikroorganisme yang
memerlukan teknik isolasi atau media tertentu seperti bakteri Corynebacterium diphteriae, Bordetella pertussis, Neisseria gonorrhoeae, Legionella spp, Chlamydia, atau
Mycoplasma, haruslah menghubungi laboratorium mikrobiologi terlebih dahulu sebelum mengambil spesimen.
a. Pengambilan Spesimen saluran nafas bagian atas 1. Swab tenggorok
• Tekan lidah dengan tongue spatel, masukkan lidi kapas steril melewati daerah antara tonsillar pillar dan di belakang uvula.
Hindari menyentuh lidah, mukosa bukal, uvula atau bibir • Usapkan swab pada daerah posterior laring, tonsil dan daerah
inflamasi atau yang mengalami ulserasi • Kuman yang biasa ditemukan Streptococcus pyogenes,
Corynebacterium diphteriae
Gambar 2. Cara pengambilan swab tenggorok
Universitas Sumatera Utara
2. Swab hidung
• Masukkan lidi kapas steril ke dalam rongga hidung kira-kira 2,5 cm.
• Lidi kapas diputar berlawanan dengan mukosa hidung. • Ulangi proses tersebut pada sisi lainnya.
b. Pengambilan spesimen saluran nafas bawah
Diagnosis laboratorium pada infeksi saluran nafas bawah tidaklah mudah karena adanya kesulitan untuk mendapatkan spesimen saluran nafas bawah yang tidak
terkontaminasi dengan flora normal yang berada pada saluran nafas atas. Cara pengumpulan spesimen yang paling mudah untuk saluran nafas bawah adalah dengan
pengambilan sputum. Namun, bila cara pengumpulan sputum tidak dilakukan dengan baik akan memudahkan terjadinya kontaminasi dengan flora normal yang berada di
daerah orofaring.
Cara pengambilan sputum adalah : – Pasien kumur-kumur dengan air sebelum sputum dibatukkan untuk
mengurangi kontaminasi flora normal orofaring – Batuk sedalam mungkin disertai dengan pengeluaran sputum lalu
masukkan ke pot steril sputum ekspetorasi. Jumlah sputum tidak perlu banyak asalkan bukan saliva.
– Untuk pemeriksaan basil tahan asam BTA diambil sputum pertama pagi 3 hari berturut-turut atau sputum sewaktu-pagi-sewaktu SPS dibawah
pengawasan. Jumlah sputum minimal ± 3 ml – Kuman yang biasa ditemui, Mycobacterium tuberculosis, Legionella,
Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, dan Haemophylus influensa bukan penyebab influensa tapi bakteri.
II.2.4. Spesimen Luka
Spesimen diambil dari dasar luka dengan aspirasi, swab, kerokan, biopsi.
• Luka superfisial. Aspirasi merupakan cara yang paling baik untuk mendapatkan
spesimen dibandingkan dengan swab. Sebelum dilakukan pengambilan spesimen,
Universitas Sumatera Utara
lakukan disinfeksi dipermukaan luka dengan alkohol 70 diikuti dengan larutan povidone iodine 10, biarkan disinfeksi kering lalu lakukan aspirasi dengan
syringe 3 atau 5 ml dengan jarum 22 atau 23 G pada bagian yang paling dalam dari lesi. Bila terdapat vesikel, yang diambil adalah cairan dan sel yang berasal
dari dasar vesikel. Bila aspirasi pertama gagal mendapatkan spesimen, suntikkan NaCl 0,9 steril subkutan. Ulangi kembali aspirasi.
• Ulkus dan nodul. Disinfeksi daerah lesi, lalu hilangkan pus diluar serta bagian
nekrosis debris yang menutupi ulkus terlebih dahulu. Lakukan kuretase pada bagian dasar ulkus atau nodul. Bila eksudat timbul dari ulkus atau nodul,
kumpulkan dengan jarum atau swab steril, sampel yang terbaik adalah biopsi.
• Luka dalam atau abses internal. Disinfeksi permukaan kulit lalu aspirasi bagian
yang paling dalam dari lesi, untuk menghindari kontaminasi dari permukaan luka. Bila pengambilan spesimen dilakukan saat pembedahan, bagian dinding abses
harus diikutsertakan untuk kultur
• Luka bakar. Luka dibersihkan dari pus, serum, jaringan nekrotik dengan NaCl
steril, lalu ambil sampel usapan dari dasar luka • Tidak dianjurkan untuk mengambil pus yang berasal dari drain
• Semua spesimen yang diambil baik secara aspirasi atau swab langsung
dimasukkan ke pot steril dan disimpan pada suhu kamar
II.2.5. Spesimen Urin
Dalam pengambilan spesimen urin, waktu dan penyimpanan spesimen merupakan hal yang berperan penting mempengaruhi hasil pemeriksaan. Selain itu, daerah uretra dan
periuretra berada pada daerah yang berpotensial menjadi sumber kontaminan. Karena itu, saat pengambilan spesimen urin dipastikan daerah ujung uretra pada laki-laki dan
vestibulum vagina pada wanita harus dibersihkan sebelum dilakukan pengambilan spesimen. Dengan tindakan ini diharapkan dapat mengurangi terjadinya kontaminasi pada
spesimen urin. Ujung uretra atau vestibulum vagina cukup dibersihkan dengan sabun. Tidak direkomendasikan menggunakan disinfektan karena penggunaan disinfektan
selama pengambilan urin diduga dapat menjadi penghambat atau inhibitor pertumbuhan mikroorganisme.
Universitas Sumatera Utara
Selain kontaminasi, yang perlu diperhatikan adalah waktu transportasi urin ke laboratorium. Waktu yang paling baik dalam transportasi spesimen urin adalah kurang
dari 2 jam. Bila spesimen tidak dapat diperiksa dalam waktu kurang dari 2 jam, urin harus disimpan dalam lemari es, hitung bakteri relatif stabil paling tidak 24 jam dalam
suhu 4
o
C. Jangan diletakkan dalam freezer. Wadah penampung yang digunakan harus steril. Bila akan dilakukan pemeriksaan
anaerob, spesimen urin harus diambil secara pungsi suprapubik dan disimpan dalam sistem transport anaerob.
Spesimen urin yang paling baik untuk pemeriksaan kultur adalah urin pagi. Untuk pemeriksaan kultur mikrobakteria dalam urin dapat dilakukan dari spesimen urin pagi 3
hari berturut-turut. Tidak direkomendasikan untuk pemeriksaan kultur dari urin 24 jam. Teknik pengumpulan spesimen urin dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara
lain teknik clean catch, straight catheter, indwelling catheter, suprapubic aspiration.
1. Clean catch urine Midstream urine urin porsi tengah
a. Pasien wanita : • Bersihkan ujung uretra dan vestibulum vagina dengan air sabun
atau sabun cair. Cuci bersih dengan air. • Buka labia mayor selama berkemih.
• Mulailah miksi beberapa saat dan tampunglah urin porsi tengah.
dalam pot steril, sisanya dibuang. • Pot jangan sampai menyentuh daerah genitalia.
b. Pasien pria : • Bersihkan bagian penis dan tarik kulit preputium ke belakang bila
tidak disirkumsisi dan cuci dengan sabun. Cuci bersih dengan air. • Biarkan kulit preputium retraksi untuk meminimalisir kontaminasi.
• Mulailah miksi beberapa saat dan tampung urin porsi tengah dalam
pot steril. • Pot jangan menyentuh genitalia.
Universitas Sumatera Utara
2. Straight catheter urine
Teknik ini dilakukan pada keadaan dimana teknik urin porsi tengah clean catch urine tidak bisa dilakukan.
• Sebelum dilakukan kateterisasi, pasien harus minum hingga vesika urinaria penuh.
• Bagian ujung uretra pasien dibersihkan dengan sabun dan dicuci dengan air.
• Dengan menggunakan teknik steril, masukkan kateter ke dalam vesika urinaria.
• Kumpulkan urin 15-30 ml dan buang dari ujung kateter. Ambil urin porsi tengah dan akhir dan masukkan ke pot steril.
3. Indwelling catheter urine
Dilakukan bila pasien tidak dapat berkemih. • Bersihkan catheter collection port dengan alkohol 70.
• Dengan teknik yang steril lakukan pungsi pada collection port
dengan jarum suntik. Jangan mengambil urin dari kantong urin. • Aspirasi urin dan masukkan dalam pot steril.
Gambar 3. Pengambilan urin secara indwelling catheter urine
Universitas Sumatera Utara
4. Supra pubic aspiration SPA
Teknik ini berguna untuk menentukan infeksi urin pada orang dewasa dengan kecurigaan infeksi dimana hasil pemeriksaan urin yang diambil dengan teknik lain
memberikan hasil yang meragukan. a.
Sebelum SPA pasien minum sampai vesika urinaria penuh b.
Disinfeksi kulit daerah supra pubik diatas vesika urinaria. c.
Buat luka sayatan kecil diatas daerah simfisis pubis. Aspirasi urin dari vesika urinaria tersebut dengan menggunakan jarum suntik..
d. Teknik ini tidak lazim karena nyeri dan untuk pemeriksaan. anaerob
spesimen harus diambil dengan cara ini.
Gambar 4. Pengambilan urin secara Supra Pubic Punction
II.2.6. Spesimen Genital
Pengambilan spesimen genital harus dilakukan dengan teliti karena sangat banyak bakteri komensal yang hidup di daerah genital. Pengambilan rutin spesimen vagina
meminimalkan hasil yang akurat karena flora normal tumbuh sangat banyak sehingga sulit untuk diinterpretasikan.
a. Urogenital wanita