PROSES PENYADARAN DARI ANAK NAKAL MENJADI ANAK SHALIH DI PANTI ASUHAN ISLAM IBADAH BUNDA YOGYAKARTA

(1)

i SKRIPSI

Oleh: Jemmy Ardian NPM: 20130720054

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i SKRIPSI

Oleh: Jemmy Ardian NPM: 20130720054

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ii SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.) strata Satu

pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh: Jemmy Ardian NPM: 20130720054

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(4)

iii

Hal : Persetujuan Kepada Yth.

Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama : Jemmy Ardian

NPM : 20130720054

Judul : PROSES PENYADARAN DARI ANAK NAKAL

MENJADI ANAK SHALIH DI PANTI ASUHAN ISLAM IBADAH BUNDA YOGYAKARTA

Telah mengikuti syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat sarjana pada Fakultas Agama Islam Jurusan Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut kepada Fakultas, dengan harapan dapat diterima dan segera di munaqosyahkan. Atas perhatiannya terimakasih.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Pembimbing


(5)

iv

PROSES PENYADARAN DARI ANAK NAKAL MENJADI ANAK SHALIH DI PANTI ASUHAN ISLAM IBADAH BUNDA YOGYAKARTA yang dipersiapkan dan disusun oleh :

Nama : Jemmy Ardian NPM : 20130720054

telah dimunaqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Prodi Pendidikan Agama Islam pada tanggal 1 November 2016 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

Sidang Dewan Munaqasyah

Ketua Sidang : Anita Aisyah , M.Psi (...) Pembimbing : Drs. Marsudi Iman, M.Ag. (...) Penguji : Dr. Hj. Akif Khilmiyah, M. Ag. (...)

Yogyakarta, 1 November 2016 Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan,

Dr. Mahli Zainuddin Tago, M.Si. NIK.19660717199203113014


(6)

v Nama : Jemmy Ardian

NPM : 20130720054

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 1November 2016

Yang membuat pernyataan

Jemmy Ardian NPM. 20130720054


(7)

vi

Serulah (manusia) kepada jlan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang

siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

QS. An-Nahl : 125)


(8)

vii

1. Kedua orang tuaku tercinta, ibunda ku Hj. Nur Aini dan ayahku H. Ahyan, yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan serta motivasi sehingga dapat menyelesaikan dalam penulisan skripsi dengan lancar. 2. Adik-adikku tersayang, Novan Diary, dan Dessy Novita Sari yang tak

pernah lelah memberikan doa, dukungan, motivasi serta memberikan kepercayaan untuk menjadi contoh yang baik untuk kalian. Semangat terus adik-adikku dalam menuntut ilmu.

3. Keluarga dan saudara-saudaraku yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi kepadaku. Teman-temanku yang selalu memberikan keceriaan dan semangat yang luar biasa.

4. Almamaterku tercinta Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang menjadi tempatku menuntut ilmu dan mengembangkan potensi sehingga menjadikanku lebih dewasa dan berkarakter.


(9)

viii

هلْ سر هدْبع اًدَ حم َ أ د ْشأ

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah Swt atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulisan skripsi dengan judul “Konversi Dari Anak Nakal Menjadi Anak Shalih (Studi Terhadap Strategi Pengasuh Dan Guru Dalam Penanaman Akhlak Mulia Di Panti Asuhan Islam Ibadah Bunda Yogyakarta) ” dapat terselesaikan dengan lancar dan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak - pihak yang telah berperan dalam membantu penyelesaian skripsi ini. Tanpa adanya bantuan, motivasi dan semangat dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Mahli Zainuddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Agama Islam. 2. Bapak Dr. H. Abd. Madjid, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Agama Islam.

3. Bapak Drs, Marsudi Iman, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam proses penulisan skripsi ini.

4. Kedua orangtuaku tercinta, ibunda Hj. Nur Aini dan ayahku H. Ahyan, yang tiada hentinya memberikan kasih sayang, perhatian, doa, dukungan, dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Adik-adikku tersayang, Novan Diary, Dessy Novita Sari yang selalu memberikan doa dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.


(10)

ix

7. Semua pihak yang turut membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung hingga skripsi ini selesai dengan baik yang tidak dapat ditulis satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan masa mendatang. Penulis sangat berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta dapat menjadi salah satu acuan dalam menyusun skripsi yang serupa di masa yang akan datang.

Yogyakarta, 1 November 2016 Penulis

(Jemmy Ardian) NPM. 20130720054


(11)

x

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN SAMPUL ... ii

HALAMAN NOTA DINAS ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR ABSTRAK ... xiii

DAFTAR PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 9

E. Sitematika Pembahasan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 11

B. Kerangka Teori ... 15

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 44

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 45

C. Tehnik Pengumpulan Data ... 46


(12)

xi

2. Sejarah Pendirian Panti ... 51

3. Tujuan Pendirian Panti... .. 53

4. Manfaat Pendirian Panti ... 53

5. Struktur Kepengurusan Panti... 53

6. Sarana dan Prasaran Panti... 55

7. Spesifikasi Anak Yang Ditangani Panti ... 55

8. Program Kerja Kegiatan Panti... 55

9. Data Anak Asuh... 56

B. Bentuk-bentuk kenakalan anak panti sebelum pengasuhan dan penyebabnya ... 60

C. Nilai-nilai akhlak mulia yang ditanamkan pengasuh dan guru di panti, serta upaya penanamannya terhadap anak panti ... 92

D. Proses penyadaran anak nakal menjadi anak shalih di panti ... 103

E. Keberhasilan upaya pengasuh dan guru dalam penanaman akhlak mulia di panti Asuhan Islam Ibadah Bunda ... 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 119

B. Saran ... 122

C. Kata Penutup... 123

DAFTAR PUSTAKA………... 124

LAMPIRAN………...………. 127


(13)

xiii

pengasuh serta guru dalam penanaman akhlak mulia terhadap anak di panti asuhan Islam Ibadah Bunda Yogyakarta.

Jenis penelitian ini fenomenologis dengan pendekatan kualitatif yang berlangsung pada saat ini maupun masa lampau. Subjek penelitian adalah pengasuh, 1 orang guru PAI, 25 anak panti. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi., dan langkah-langkah analisis data nenurut Miles dan Huberman yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) kenakalan anak panti terbagi menjadi tiga aspek, yaitu aspek spritual, aspek sosial, aspek seksual. (2) Akhlak mulia yang ditanamkan yaitu religiusitas, jujur, disiplin, kreatifi, kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, bersahabat, peduli sosial, tanggung jawab. (3) Pada peroses penyadaran anak nakal mejadi anak shalih, peneliti melihat hal tersebut terjadi melalui tiga fase yaitu pengenalan atau kognitif, afektif, psikomotorik. (4) Sedangkan keberhasilan dari proses tersebut adalah timbulnya pribadi yang lebih baik secara lahir dan batin, tercapainya porestasi yang membanggakan, dan terciptanya budaya positif dan baik di lingkungan panti ashuan Islam Ibadah Bunda Yogyakarta.


(14)

xiv

ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No: 158/1987 dan 0543b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

1. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif - Tidak dilambangkan

Ba b be

Ta t te

ṡa ṡ es (dengan titik di atas)

Jim j Je

ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah)

Kha kh ka dan ha

dal d de

żal ż zet (dengan titik di atas)

ra r Er

zai z zet

sin s es

syin sy es dan ye

ṣad ṣ es (dengan titik di bawah) ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)

ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)

ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)

„ain „... koma tebalik di atas


(15)

xv

lam l el

mim m em

nun n en

wau w we

ha h ha

hamzah `... apostrof

ya y ye

2. Vokal

a. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huru Latin Nama

Fathah a A

Kasrah i I

ḍammah u U

b. Vokal Rangkap

Tanda dan Huruf Nama Huru Latin Nama

Fathah ai a dan i

kasrah au a dan u

Contoh:

ditulis Kataba

ditulis yażhabu ditulis Su`ila


(16)

xvi

kasrah dan ya ī i dan garis di

bawah ḍammah dan

wau

ū u dan garis di atas

Contoh:

ditulis qāla

ditulis Ramā

ditulis Qīla

ditulis Yaqūlu

4. Ta Marbutah

Transliterasi untuk ta marbutah ada dua yaitu:

1. Ta marbutah yang hidup atau mendapat harkat fathah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah /t/

2. Ta marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah /h/

Jika pada kata yang terakhir dengan ta marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbutah itu transliterasinya ha.


(17)

xvii

5. Syaddah (tasydid)

ditulis Rabbanā

ditulis Nazzala

6. Kata sandang ( )

Dalam transliterasi ini kata sandang dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah.

1. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan sesuai bunyinya, yaitu huruf /1/ diganti dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.

2. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya.

Contoh:

Ditulis ar-rajulu


(18)

xviii

hamzah itu terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif.

Contoh:

Ditulis an-nau`u

Ditulis Syai`un

Ditulis Inna

8. Penulisan kata

Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il, isim maupun harf, ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harkat yang dihilangkan, maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata yang lain yang mengikutinya.

Contoh:

ditulis -Wa innallāha lahuwa khair ar

-rāziqīn.

-Wa innallāhu lahuwa

khairur-raziqīn.

Ditulis -Fa aufū al-kaila wal-mizān. -Fa auful-kaila wal-mizān. Ditulis Bismillāhi majrēha wa mursāhā


(19)

(20)

(21)

(22)

xiii

pengasuh serta guru dalam penanaman akhlak mulia terhadap anak di panti asuhan Islam Ibadah Bunda Yogyakarta.

Jenis penelitian ini fenomenologis dengan pendekatan kualitatif yang berlangsung pada saat ini maupun masa lampau. Subjek penelitian adalah pengasuh, 1 orang guru PAI, 25 anak panti. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi., dan langkah-langkah analisis data nenurut Miles dan Huberman yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) kenakalan anak panti terbagi menjadi tiga aspek, yaitu aspek spritual, aspek sosial, aspek seksual. (2) Akhlak mulia yang ditanamkan yaitu religiusitas, jujur, disiplin, kreatifi, kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, bersahabat, peduli sosial, tanggung jawab. (3) Pada peroses penyadaran anak nakal mejadi anak shalih, peneliti melihat hal tersebut terjadi melalui tiga fase yaitu pengenalan atau kognitif, afektif, psikomotorik. (4) Sedangkan keberhasilan dari proses tersebut adalah timbulnya pribadi yang lebih baik secara lahir dan batin, tercapainya porestasi yang membanggakan, dan terciptanya budaya positif dan baik di lingkungan panti ashuan Islam Ibadah Bunda Yogyakarta.


(23)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia, karena pendidikan memiliki amanah luhur untuk memanusiakan manusia. Hal ini juga tersirat dari makna pendidikan tersebut. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sementara Zamroni memberikan definisi pendidikan adalah suatu proses menanamkan dan mengembangkan pada diri peserta didik pengetahuan tentang hidup, sikap dalam hidup agar kelak ia dapat membedakan sesuatu yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, sehingga kehadirannya ditengah-tengah masyarakat akan bermakna dan berfungsi secara optimal, Zamroni dalam Elmubarok (2009:3). Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa pendidikan adalah merupakan usaha atau proses yang ditujukan untuk membina kualitas sumberdaya manusia seutuhnya agar lebih baik dan optimal, baik secara fungsional maupun potensi personal.

pendidikan merupakan hal yang penting, seperti penunjuk arah atau pembimbingan untuk menjawab pertanyaan bagaimana mengarungi kehidupannya di dunia. Sungguh sulit dibayangkan jika manusia mengikuti


(24)

naluri saja. Dia tidak mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Dia tidak tahu bagaimana harus memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang terjadi jika dia dibiarkan mengarungi dunia tanpa bimbingan, tanpa arahan, tanpa pengetahuan?. Sementara masalah yang muncul pada dewasa ini juga semakin beragam, salah satu masalah terpenting yang dihadapi manusia saat ini adalah masalah moral atau krisis akhlak mulia. Krisis akhlak saat ini sangat memprihatinkan. Pengaruh era globalisasi yang tidak siap di terima sepenuhnya oleh generasi saat ini juga menjadi salah satu pelengkap penyebab krisis moral dan akhlak.

Perkembangan zaman, kecanggihan teknologi semakin maju dan berkembang dimana segala sesuatu bisa diakses dengan begitu instan hanya dalam sekejap mata. Hal ini tidak hanya memberikan pengaruh positif, akan tetapi memberi dampak negatif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak apabila tidak adanya pengawasan dari orangtua. Globalisasi yang beresiko adalah adanya kebebasan informasi, hingga pergaulan dan akhirnya merusak suasana lingkungan yang dulu kondusif kini sudah mengarah kepada kondisi yang mengkhawatirkan. Tayangan televisi saat ini cendrung mempertontonkan hal-hal yang tidak mendidik,. Hal ini bisa kita liat dari sinetron-sinetron tidak bermutu yang menjadi santapan tontonan anak-anak saat ini. Kondisi ini menjadi sangat mengkhawatirkan, karena anak-anak cendrung meniru apa yang ia dengar dan lihat dari acara televisi yang ia senangi.

Permasalahan krisis akhlak tidak terkecuali juga terjadi di panti asuhan yang menjadi pusat penampunagan anak-anak yang kurang mampu


(25)

dan yatim. Anak-anak yang dititipkan di panti memiliki latar belakang yang beragam, baik dari permasalahan ekonomi maupun samapai ke permasalahan perhatian. hal ini juga menyebabkan watak dan prilaku anak panti asuhan beragam. Namun, bagi anak-anak yang baru masuk panti asuhan cendrung memiliki kenakalan yang beragam, baik kenakalan yang masih ringan maupun kenakalan yang berat.

Pendidikan moral atau penanaman akhlak mulia menjadi solusi penting untuk menghadapi masalah ini. Pada dasarnya pendidikan memiliki dua tujuan, yaitu membimbing para generasi muda untuk menjadi cerdar dan memiliki budi pekerti (Lickona, 2013:7). Pentingnya pendidikan bagi manusia berikutnya adalah untuk menjadikan manusia yang lebih baik dan berkarakter. Penanaman akhlak mulia sangat penting untuk menjadikan manusia agar lebih baik karena membuat kita beradab. Pada umumnya Pendidikan adalah dasar dari budaya dan peradaban. Pendidikan membuat kita sebagai manusia untuk berpikir, menganalisa, serta memutuskan. Menumbuhkan karakter pada diri sendiri juga merupakan tujuan dengan adanya pendidikan, sehingga menciptakan Sumber Daya Manusia yang lebih baik.

Penanaman Akhlaq mulia dan Kepribadian kepada peserta didik harus dilaksanakan secara komprehensif dan berkesinambungan, karena kedua komponen dimaksud merupakan salah satu persyaratan suksesnya peserta didik dalam mengaplikasikan pembelajaran akhlak mulia yang ia terima. Penanaman akhlaq mulia yang merupakan aspek afektif dari pembelajaran agama dan akhlak mulia, sebagai perwujudan sikap dan perilaku beriman dan


(26)

bertakwa kepada Tuhan YME, dilakukan oleh pengasuh dan guru agama dalam mengasuh anak panti asuhan.

Penanaman kepribadian, yang merupakan perwujudan kesadaran dan tanggungjawab sebagai warga masyarakat dan warga negara yang baik sesuai dengan norma dan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, adalah bagian dari aplikasi pembelajaran kewarganegaraan dan sosial yang harus di pahami anak panti asuhan. Dengan penanaman nilai-nilai akhlak, keagamaaan dan social yang terapkan pengasuh dalam mendidik anak panti asuhan, maka terciptalah prestasi baik dalam perkembangan anak panti asuhan, baik secara kepribadian, etika, maupun estetika dalam kehidupan sehari-hari.

Pengasuh dan guru di panti asuhan memiliki peran yang sangat penting dalam penanaman akhlak mulia terhadap anak panti, agar menjadi anak yang shalih dan berkarakter baik. Hal ini karena pengasuh dan guru berperan menjadi pengganti orang tua di panti asuhan. Pengasuh dan guru yang menjadi keluarga kedua bagi anak panti asuhan juga merupakan pembentuk dasar tingkah laku, watak, dan pendidikan yang akan menentukan bagaimana interaksi anak dalam hidup bermasyarakat. Di samping itu, pemenuhan kebutuhan anak baik jasmani atau rohani diharap akan diperoleh dari keluarganya. Sudah menjadi kewajiban bagi pengasuh dan guru untuk menanamkan nilai-nilai akhlak dan moral yang akan menjadi bekal untuk kehidupannya dikemudian hari.


(27)

Anak-anak tersebut tidak hanya membutuhkan materi untuk kelangsungan hidup dan biaya pendidikan mereka. Anak yatim (maupun anak piatu, yatim piatu, atupun anak terlantar) juga memerlukan kasih sayang, perhatian, dan cinta dari orang-orang yang peduli pada mereka. Di tengah kehidupan begitu berat yang mereka jalani, sudah bisa dipastikan hal itu akan menyebabkan mereka memerlukan perhatian dan kasih sayang yang lebih (Nur, 2009:87).

Secara psoikologis, orang dewasa sekalipun apabila ditinggal ayah atau ibu kandungnya pastilah merasa tergoncang jiwanya, dia akan sedih karena kehilangan salah se-orang yang sangat dekat dalam hidupnya. Orang yang selama ini menyayanginya, memperhatikannya, menghibur dan menasehatinya. Itu orang yang dewasa, coba kita bayangkan kalau itu menimpa anak-anak yang masih kecil, anak yang belum baligh, belum banyak mengerti tentang hidup dan kehidupan, bahkan belum mengerti baik dan buruk suatu perbuatan, tapi ditinggal pergi oleh Bapak atau Ibunya untuk selama-lamanya (Al-Ikhlas, 2011). Dari hal tersebut maka, keluarga sangatlah diperlukan dalam hati para anak didik di panti asuhan. Keluarga yang dapat memberikan kasih sayang, perhatian dan cinta yang diperlukan anak didik di panti asuhan yang mereka butuhkan dan didambakan oleh setiap anak pada umumnya. Keluarga baru yang mereka harapkan untuk memberikan semua itu. Dalam diri anak didik di panti asuhan mereka menemukan suatu keluarga yang begitu menyayanginya adapun arti dari keluarga dalam artian di dunia panti asuhan yaitu keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh


(28)

adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya, walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan darah (Sochib, 1998: 17).

Kasih sayang yang sangat di dambakan oleh seorang anak, yang selalu memperhatikannya. Kasih sayang memiliki tingkatan khusus, dan dalam Islam menganjurkan kita untuk mengasihi anak yatim, karena Allah telah mempermaklumkan bahwa interaksi yang penuh kasih sayang lebih baik dari pada menjaga diri dari perasaan-perasaan inferioritas, dengki kepada orang lain, dan cacat psikologis, yang mana seluruh hal ini merupakan „pengantar’ kepada hal-hal yang lebih berbahaya (Dimas, 2006:85).

Adapun keutamaannya anak yatim yaitu dalam al-Quran surat Al-Ma’un: 1-2 yang artinya “Tahukah engau siapakah orang yang mendustakan agama? Mereka itulah orang-orang yang menyia-nyiakan anak yatim”. Hal itu membuktikan bahwa kasih sayang untuk seorang anak yatim atau juga piatu ataupun yatim piatu sangatlah diharapkan oleh seorang anak tersebut dan juga sangat di sukai oleh Allah untuk dapat menyayangi anak seperti itu. Selain itu Rasulullah juga telah menjanjikan pahala yang berlimpah bagi orang yang menanggung beban anak yatim, sebagaimana yang disebutkan dalam Sabda Nabi yang artinya “Saya dan orang yang menanggung beban anak yatim di surga bagaikan dua jari ini”, dengan Beliau mengisyaratkan dua jari tangannya; jari telunjuk dan jari tengah”, hadist Riwayat At-Tirmidzi (Dimas, 2006:86).


(29)

Lingkungan panti asuhan, terutama pengasuh dan guru memiliki peran sentral dalam konteks pengasuhan dan perlindungan anak karena anak sangat tergantung kepada orang dewasa. Pengasuh dan guru memiliki kewajiban untuk mendidik dan mengasuh anak-anak asuhnya seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan masing-masing. Hal tersebut sangat beralasan karena kualitas sumberdaya manusia di muka bumi ini sangat ditentukan oleh faktor pendidikan dasar yang diberikan oleh orangtuanya (Suraji dan Rahmawatie, 2008: 8). Anak-anak yang diasuh secara baik dan dibekali dengan pendidikan yang memadai diharapkan menjadi anak yang saleh dan salehah yang akan berguna bagi agama, bangsa dan negaranya.

Pengasuh dan guru tentunya memiliki strategi yang beragam dalam penanaman akhlak mulia terhadap anak panti asuhan, strategi meruapakan hal yang sangat penting dalam melakukan proses penanaman akhlak mulia terhadap anak. Strategi yang jitu merupakan gambaran kematangan manajemen lembaga pendidikan dan kematangan pemikiran pengasuh dan guru dalam mendidik anak panti, sehingga dengan strategi tersebut dapat mencapai hasil lebih yang maksimal. Para pengasuh dan guru harus menjadi inovator yang religius untuk menghasilkan generasi yang religius juga. Seorang inovator yang robbani adalah inovator yang hatinya selalu berhubungan dengan Allah Ta’ala (Abdul Mu’thi, 2008:28). Ia menerapkan ajaran-ajaran Islam dalam hidupnya, sehingga dapat di contoh oleh peserta didiknya.


(30)

Melihat berbagai realita dari permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai proses penyadaran anak panti asuhan yang nakal menjadi anak shalih, dari upaya pengasuh dan guru dalam penanaman akhlak mulia di panti asuhan Islam Ibadah bunda. Penulis memandang pastinya banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dari strategi pengasuh dan guru dalam penanaman akhlak mulia di panti asuhan Islam Ibadah bunda . Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk membahas masalah ini dan menuangkannya dalam sebuah karya ilmiah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai acuan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana kenakalan anak panti sebelum masa pengasuhan?

2. Bagaimana upaya pengasuh dan guru dalam penanaman akhlak mulia terhadap anak panti asuhan Islam Ibadah Bunda Yogyakarta?

3. Bagaimana proses penyadaran anak nakal menjadi anak shalih di panti asuhan Islam Ibadah Bunda Yogyakarta?

4. Bagaimana keberhasilan upaya pengasuh dan guru dalam penanaman akhlak mulia terhadap anak panti Asuhan Islam Ibadah Bunda Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :


(31)

2. Untuk mengetahui upaya pengasuh dan guru dalam penanaman akhlak mulia terhadap anak panti asuhan Islam Ibadah Bunda Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui proses penyadaran anak nakal menajdi anak shalih di panti asuhan Islam Ibadah Bunda Yogyakarta.

4. Untuk mengetahui keberhasilan upaya pengasuh dan guru dalam penanaman akhlak mulia terhadap anak panti asuhan Islam Ibadah Bunda Yogyakarta.

D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis

Penelitian ini dimaksudkan sebagai sumbangan keilmuan di bidang Pendidikan Agama Islam khususnya upaya penanaman akhlak mulia bagi anak panti asuhan, dan dapat dijadikan salah satu referensi untuk penelitian selanjutnya dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan strategi penanaman akhlak mulia bagi anak panti asuhan.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik bagi para pengasuh dan pendidik di panti asuhan, dalam memberikan pendidikan moral dan penanaman akhlak mulia kepada anak panti asuhan sebagai alternative penanggulangan krisis akhlak yang terjadi di lingkungan panti asuhan.

E. Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti membaginya ke dalam lima bab yang saling berhubungan dan terkait dengan yang lainnya.


(32)

Bab pertama, memuat pendahuluan yang terdiri dari hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, berisi tinjauan pustaka terdahulu dan kerangka teori yang berisi tentang upaya pengasuh dan guru dalam penanaman akhlak mulia di panti asuhan.

Bab ketiga,berisi metode penelitian yang memuat secara rinci metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, jenis penelitian, objek dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab keempat, merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini berisi gambaran umum Panti asuhan Islam Ibadah Bunda, profil panti, sejarah , visi dan misi, fungsi, asas panti asuhan Islam Ibadah Bunda, data informasi, dan upaya pengasuh dan guru dalam penanaman akhlak mulia di panti asuhan islam ibadah bunda.

Bab kelima, yaitu penutup, berisi kesimpulan dari penelitian ini, saran-saran untuk perbaikan, dan kata penutup.


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan untuk mengetahui sejauh mana otentisitas suatu karya ilmiah serta posisinya di antara karya-karya sejenis dengan tema ataupun pendekatan yang serupa. Selanjutnya, penulis akan memaparkan beberapa penelitian yang telah berwujud skripsi, yang sedikit banyak berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu tentang nilai-nilai pendidikan Islam.

Sejauh yang penulis ketahui, belum ada penelitian lain yang mengambil judul “Konversi dari anak nakal menjadi anak shalih (studi terhadap strategi pengasuh dan guru dalam penanaman akhlak mulia di panti asuhan Islam Ibadah Bunda Yogyakarta)”. Beberapa penelitian yang sedikit banyak berkaitan dengan judul skripsi ini, akan dipaparkan sebagai berikut. 1. Skripsi Alfa Deti Wulandari (2013), penanaman nilai-nilai akhlak pada

anak dalam keluarga single parent:Skripsi jurusan pendidikan agama islam fakultas tarbiyah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam penelitiannya mendapatkan hasil; penanaman nilai-nilai akhlak yang dilakukan oleh para single parent ini diantaranya yaitu kejujuran, menghormato orang tua, disiplin dan latihan peribadatan. Cara atau upaya single parent dalam mengajarkan penanaman nilai-nilai akhlak pada anak


(34)

dalam keluarga single parent di dusun Gamplong 1,Sumberrahayu, Moyudan, Sleman ini sudah sesuai dengan indikataor yang diinginkan dan perkembangan serta pengetahuan anak semakin baik dananak tersebut dapat mempraktekkan dan dapat menerapkan apa yang diajarkan baik oleh orang tua maupun lingkungan sekitar.

2. Skripsi Ika Daniyati Putri (2015) Fakultas Agama Islam UMY yang berjudul, Upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam Penanggulangan Kenakalan Siswa Di SMK Muhammadiyah 2 Ponjong Gunung Kidul. Penelitian ini mendapatkan hasil;(1) bentuk-bentuk kenakalan SMK Muhammadiyan Ponjong, Gunungkidul dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu kenakalan ringan, kenakalan sedang, dan kenakalan berat.(2) upaya guru bimbingan dan konseling yaitu menasehati siswa yang tergolong nakal, melalui pelajaran di kelas,mengintensifkan bimbingan dan konseling di sekolah, dan melakukan penyuluhan hokum. Selain itu BK juga memiliki kegiatan tersendiri antara lain bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir serta kegiatan-kegiatan keagamaan.(3) factor penghambat guru BK dalam penanggulangan kenakalan antara lain, perkembangan media, pengaruh teman sebaya, tidak semua guru ISMUBA standbay, enggan menerima masukan dari semua guru. Sedangkan factor pendukung dari BK dalam penanggulangan kenakalan antara lain ditangani semua warga sekolah, dari segi SDM dari guru-guru rata-rata mendukung, banyak waktu luang untuk memberikan materi tentang akhlak. Hasil setelah adanya bimbingan yaitu ada anak yang menjadi baik,


(35)

taat terhadap peraturan sekolah, akan tetapi sebaliknya ada anak yang sering mengulangi kenakalan lagi.

3. Skripsi Mochamad Rizal Kurniawan (2015) Fakultas Agama Islam UMY yang berjudul, Metode Pembiiasaan Untuk Meningkatkan Akhlak Di Panti Asuhan Al-Hakim Sinar Melati Dua Pakem. Penelitian ini mendapatkan hasil; pengurus panti menerapkan beberapa aktivitas yang menggunakan

metode pembiasaan, diantaranya: shalat wajib berjama’ah, shalat sunnah

tahajjud, tadarus Al-Qur’an, piket harian, kajian-kajian, dan puasa senin-kamis untuk menunjang dalam peningkatan akhlak anak asuh.

4. Skripsi Alwi Imawan (2014) Fakulas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga yang

berjudul,”Upaya Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Nilai-nilai

Akhlak dan Implikasinya Terhadap Kesadaran Beragama Peserta Didik di MAN 1 Tempel Sleman Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Objek material dalam penelitian ini adalah lingkungan sekolah dan pengembangan nilai-nilai akhlak dalam menumbuhkan kesadaran beragama peserta didik. Hasil penelitian ini adalah pertama nilai-nilai akhlak yang dikembangkan diantaranya: nilai tanggung jawab, kedisiplinan, kesopanan, akhlak terpuji dan tercela, menghormati. Kedua upaya guru aqidah akhlak dalamembangun nilai-nilai akhlak di MAN 1 Tempel adalah melangsungkan pembelajaran ajaran aqidah akhlak dengan dua cara, yang pertama cara visualisasi mata pelajaran keteladanan visualisasi keteladanan visualisasi materi pembelajaran dengan cara memamfaatkan sarana dan prasarana materi aqidah akhlak dapat


(36)

divisualisasikan dengan berbagai contoh kejadian yang terkait dengan materi yang sedang di ajarkan. Kedua ketauladanan berarti meneladani dan menerapkan kehidupan seorang tokoh seperti nabi Muhammad SAW. Ketiga Implikasi upaya guru aqidah dalam mengembangkan nilai-nilai akhlak di Man 1 Tempel terhadap kesadaran beragama peserta didik. Maka dapat diambil dua tahap dalam implikasi kesadaran beragama dalam lingkungan dan diri siswa-siswinya. nilai-nilai akhlak tersebut sangat berdampak pada diri siswa sehingga terjadi proses kristalisasi rasa beragama dalam perilaku, dan juga upaya yang dilaaukan guru aqidah akhlak baik secara materi dan kegiatan keagamaan maka dengan begitu maka keteladanan dapat dimunculkan dalam diri siswa-siswi MAN 1 Tempel Yogyakarta.

Berdasarkan hasil eksplorasi peneliti atas karya-karya tulis ilmiah skripsi di atas, belum ada satupun yang secara khusus membahas mengenai strategi pengasuh dan guru dalam penanaman akhlak mulia terhadap anak di panti asuhun. Selama ini penelitian tentang penanaman akhlak mulia lebih banyak di lakukan di lembaga pendidikan formal. Atau sekolah. Penulis memandang pastinya banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dari strategi yang telah di terapkan oleh pengasuh dan guru di panti asuhan Islam Ibadah Bunda. Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk membahas masalah ini dan menuangkannya dalam sebuah karya ilmiah.


(37)

B. Kerangka Teoritik 1. Proses penyadaran

a. Pengertian proses

Dalam kamus besar bahasa Indonesia(KBBI) proses/pro·ses/ /prosés/ n 1 runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu.(http://kbbi.web.id/proses)

Dalam wikipedia proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya. Bandingkan dengan pengolahan.

Definisi lain dari proses adalah serangkaian kegiatan yang saling terkait atau berinteraksi, yang mengubah input menjadi output Kegiatan ini memerlukan alokasi sumber daya seperti orang dan materi. Input dan output yang dimaksudkan mungkin tangible (seperti peralatan, bahan atau komponen) atau tidak berwujud (seperti energi atau informasi). Output juga dapat tidak diinginkan, seperti limbah atau polusi. (https://id.wikipedia.org/wiki/Proses) b. Pengertian penyadaran

Dalam kamus besar bahasa Indonesia(KBBI), Sadar adalah insaf, merasa, tahu dan mengerti. Ditinjau darai sisi hukum adalah


(38)

kesadaran untuk menegakkan hukum di dalam kehidupan bermasyarakat. (http://kamus.sabda.org/kamus/penyadaran)

Penyadaran berasal dari kata sadar yaitu kesadaran akan perbuatan. Sadar artinya merasa, tau atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat kembali (dari pingsannya), siuman, bangun (dari tidur) ingat, tau dan mengerti, misalnya , rakyat telah sadar akan politik.

Kesadaran menurut Sartre berifat itensional dan tidak dapat dipisahkan di dunia. Kesadaran tidak sama dengan benda-benda. Kesadaran selalu terarah pada etre en sio (ada-begitu-saja) atau berhadapan dengannya. Situasi di mana kesadaran berhadapan oleh Sartre disebut etre pour soi (ada-bagi-dirinya). Bahwa kesadaran saya akan sesuatu juga menyatakan adanya perbedaan antara saya dan sesuatu itu. Saya tidak sama dengan sesuatu yang saya sadari ada jarak antara saya dengan objek yang saya lihat. Misalkan entre pour soi menunjuk pada manusia atau kesadaran. Manusia adalah eter pour soi sebab ia tidak persis menjadi satu dengan dirinya sendiri. Tiadanya identitas manusiadengan dirinya sendiri memungkinkan manusia untuk melampaui, untuk mengatasi dirinya dan menghubungkan benda-benda dengan dirinya sesuai dengan yang dimaksud dan tujuannya. Ketidak identikan manusia dengan dirinya sendiri tampak dalam kesadaran yang ditandai oleh regativitas, penidakan. Negativitas menunjukan bahwa terhadap etre pour soi atau kesadaran hanya dikatakan it is not what it is. Maka kesadaran disini merupakan non identitas, jarak, distansi. Kegiatan hakiki kesadaran merupakan menindak, mengatakan tidak. Etre por soi tidak lain daripada menindak atau menampilkan ketiadaan. Kebebasan bagi Sartre merupakan kesadaran menindak, dan manusi sendiri merupakan kebebasan. Pada manusialah itu eksistensi itu mendahului esensi, sebab manusia selalu berhadapan dengan kemungkinan untuk mengatakan tidak. Selama manusia masih hidup ia bebas untuk mengatakan tidak, baru setelah kematian maka cirri-ciri hidupnya dapat dibeberkan. (Alex Lanur, Pengantar dalam

“Kata-Kata”). Kesadaran sebagai keadaan sadar, bukan merupakan keadaan yang pasif melainkan suatu proses aktif yang terdiri dari dua hal hakiki; diferensiasi dan integrasi. Meskipun secara kronologis perkembangan kesadaran manusia berlangsung pada tiga tahap; sensansi (pengindraan), perrseptual (pemahaman), dan konseptual (pengertian). Secara epistemology dasar dari segala pengetahuan


(39)

manusia tahap perseptual. Sensasi tidak begitu saja disimpan di dalam ingatan manusia, dan manusia tidak mengalami sensasi murni yang terisolasi. Sejauh yang dapat diketahui pengalaman indrawi seorang bayi merupakan kekacauan yang tidak terdeferensiasikan. Kesadaran yang terdiskreminasi pada tingkatan persep. Persep merupakan sekelompok sensasi yang secara otomatis terimpandan dintgrasikan oleh otak dari suatu organisme yang hidup. Dalam bentuk persep inilah, manusia memahami fakta dan memahami realitas. Persep buka sensasi, merupakan yang tersajikan yang tertentu (the given) yang jelas pada dirinya sendiri (the self evidence). Pengetahuan tentang sensasi sebagai bagian komponen dari persep tidak langsung diperoleh mnusia jauh kemudian, merupakan penemuan ilmiah, penemuan konseptual.( https://id.wikipedia.org/wiki/Kesadaran)

Jadi Pengertian Proses penyadaran adalah seraikaian langkah aktif untuk kembali ke jalan yang benar menjadi lebih baik, agar mampu besosialilasi dalam kehidupan masyarakat yang madani. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengatakan, ada empat aspek yang dilalui dalam proses penyadaran diri ini. Yaitu, al-yaqdzah, al-’azm, al-fikrah dan al-bashirah. Empat rangkaina inilah yang mesti menjadi unsur muhasabah.

a. Al-yaqdzah, yaitu perasaan hati berupa penyesalan setelah ia bangun

dari ’tidur’. Ini merupakan proses awal untuk membenahi perilaku

yang telah dikerjakan. Yang ditekankan di sini adalah pengakuan bahwa dirinya hamba Allah SWT yang butuh pentunjuk-Nya karena telah berbuat dosa. Jika telah sadar, maka dia mesti punya tekad bulat.

b. Al-’azm, yaitu niat kuat untuk melakukan perbaikan. Karena tekadnya telah bulat, maka segala hambatan dan rintangan siap dihadapi. Sebab dalam proses perbaikan, bisa dipastikan seseorang


(40)

mengalami cobaan. Maka dia harus memiliki seorang penuntun yang dapat menghantarkan kepada tujuan. Makin kuat kesadaran, maka makit kuat pula niatnya.

c. Al-fikrah, yaitu fokus pada tujuan perbaikan. Hati hanya tertuju kepada sesuatu yang hendak dicari. Sekalipun dia belum memiliki gambaran jalan yang menghantarkan ke sana. Selama proses ini, seseorang tidak memikirkan yang lain dari muhasabahnya kecuali menjadi pribadi yang lebih baik dari kemarin yang diridlai Allah SWT. Jika konsentrasi muhasabahnya masih diliputi tendensi-tendesi diluar kepentingan perbaikan diri, maka pasti pikiran lebih condong kepada tendensi-tendensi tersebut.

d. Al-bashirah yaitu semacam cahaya dalam hati untuk melihat janji dan ancaman, surga dan neraka. Fase ini tidak dimiliki jika pada fase sebelumnya dia tidak serius membersihkan dosa. Menyucikan jiwa dari kotoran hati. Sehingga ia memiliki pandangan jauh ke depan, segala sesuatunya dipertimbangan berdasarkan tujuan final hidup ini. Seperti firman Allah SWT: ”Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah SWT dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari kiamat.” (QS. Al-Hasyr: 18). (Al-Jauziyah, 2013:66)


(41)

2. Anak Nakal

a. Pengertian anak nakal

Pengertian anak menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 yaitu, anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus memerlukan pembinaan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, sosial secara utuh, serasi, selaras dan seimbang.

Pengertian anak yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Pasal 1 yaitu, Anak adalah dalam orang yang perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin. Sedangkan anak nakal adalah Anak yang melakukan tindak pidana atau anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat bersangkutan (Nashriana, 2011: 11).

Pengertian anak nakal atau kenakalan anak ini diambil dari istilah asing Juvenile Delequency, tetapai kenakalan anak ini bukan kenakalan yang dimaksud dalam Pasal 489 KUHP. Juvenile Delequency artinya young, anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan


(42)

Delequency artinya doing wrong, terabaikan/mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, a-sosial, kriminal, pelanggaran aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan lain-lain.

Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah Juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja,

sedangkan delinquent berasal dari bahasa latin “delinquere ” yang

berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau peneror, durjana dan lain sebagainya. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal.(Kartono, 2014:6)

Istilah kenakalan anak itu pertama kali ditampilkan pada badan peradilan Amerika Serikat dalam rangka usaha membentuk suatu undang-undang peradilan bagi anak di Negara tersebut. Dalam pembahasannya ada kelompok yang menekankan segi pelanggaran


(43)

hukumnya, ada pula kelompok yang menekankan pada sifat tindakan anak apakah sudah menyimpang dari norma yang berlaku atau belum melanggar hukum. Namun semua sepakat bahwa dasar pengertian kenakalan anak adalah perbuatan atau tingkah laku yang bersifat anti sosial.

Sebagaimana diketahui terdapat berbagai macam definisi yang dikemukakan oleh para ilmuwan tentang Juvenile Delequency ini, seperti diuraikan dibawah ini.

Paul MoediknoI dalam Nashriana memberikan perumusan, mengenai pengertian Juvenile Delequency, yaitu sebagai berikut:

1) Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan, bagi anak-anak merupakan delequency. Jadi semua tindakan yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya, membunuh dan sebagainya.

2) Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang menimbulakan keonaran dalam masyarakat, misalnya memakai celana jangki tidak sopan, mode you can see dan sebagainya.

3) Semua perbuatan yang menunjukan kebutuhan perlindungan bagi social, termasuk gelandangan, pengemis dan lain-lain.(Nashrina, 2011:9)


(44)

Menurut Kartini Kartono, yang dikatan Juvenile Delequency adalah:

Perilaku jahat/dursila, atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang meyimpang. (Nashrina, 2011:9)

R. Kusumanto Setyonegoro, mengemukakan pendapatnya tentang Juvenile Delequency antara lain sebagai berikut:

Tingkah laku individu yang bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang dianggap sebagai akseptabel dan baik, oleh suatu lingkungan masyarakat atau hukum yang berlaku disuatu masyarakat yang berkebudayaan tertentu. Apabila individu itu masih anak-anak, maka sering tingkah laku serupa itu disebut deengan istilah tingkah laku yang sukar atau nakal. Jika ia berusah adolescent atau preadolescent, maka tingkah laku itu sering disebut delinkuen; dan jika ia dewasa maka tingkah laku ia seringkali disebut psikopatik dan jika terang-terangan melawan hukum disebut kriminal. (Nashrina, 2011:10

b. Bentuk bentuk dan aspek kenakalan remaja

Menurut Kartono (2014:49-54), bentuk-bentuk perilaku kenakalan remaja dibagi menjadi empat, yaitu:


(45)

Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari remaja nakal. Pada umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis. Perbuatan nakal mereka didorong oleh faktor-faktor berikut :

a) Keinginan meniru dan ingin konform dengan gangnya, jadi tidak ada motivasi, kecemasan atau konflik batin yang tidak dapat diselesaikan.

b) Mereka kebanyakan berasal dari daerah kota yang transisional sifatnya yang memiliki subkultur kriminal. Sejak kecil remaja melihat adanya gang-gang kriminal, sampai kemudian dia ikut bergabung. Remaja merasa diterima, mendapatkan kedudukan hebat, pengakuan dan prestise tertentu.

c) Pada umumnya remaja berasal dari keluarga berantakan, tidak harmonis, dan mengalami banyak frustasi. Sebagai jalan keluarnya, remaja memuaskan semua kebutuhan dasarnya di tengah lingkungan kriminal. Gang remaja nakal memberikan alternatif hidup yang menyenangkan.

d) Remaja dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali mendapatkan supervisi dan latihan kedisiplinan yang teratur, sebagai akibatnya dia tidak sanggup menginternalisasikan norma hidup normal. Ringkasnya, delinkuen terisolasi itu mereaksi terhadap tekanan dari


(46)

lingkungan sosial, mereka mencari panutan dan rasa aman dari kelompok gangnya, namun pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal ini meninggalkan perilaku kriminalnya, paling sedikit 60 % dari mereka menghentikan perilakunya pada usia 21-23 tahun. Hal ini disebabkan oleh proses pendewasaan dirinya sehingga remaja menyadari adanya tanggung jawab sebagai orang dewasa yang mulai memasuki peran sosial yang baru

2. Kenakalan Neurotik (Delinkuensi neurotik)

Pada umumnya, remaja nakal tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak ama n, merasa bersalah dan berdosa dan lain sebagainya. Ciri - ciri perilakunya adalah :

a) Perilaku nakalnya bersumber dari sebab-sebab psikologis yang sangat dalam, dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima norma dan nilai subkultur gang yang kriminal itu saja.

b) Perilaku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum terselesaikan, karena perilaku jahat mereka merupakan alat pelepas ketakutan, kecemasan dan kebingungan batinnya.

c) Biasanya remaja ini melakukan kejahatan seorang diri, dan mempraktekkan jenis kejahatan tertentu, misalnya suka


(47)

memperkosa kemudian membunuh korbannya, kriminal dan sekaligus neurotik.

d) Remaja nakal ini banyak yang berasal dari kalangan menengah, namun pada umumnya keluarga mereka mengalami banyak ketegangan emosional yang parah, dan orangtuanya biasanya juga neurotik atau psikotik.

e) Remaja memiliki ego yang lemah, dan cenderung mengisolir diri dari lingkungan.

f) Motif kejahatannya berbeda-beda.

g) Perilakunya menunjukkan kualitas kompulsif (paksaan).

3. Kenakalan psikotik (Delinkuensi psikopatik)

Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya. Ciri tingkah laku mereka adalah :

a) Hampir seluruh remaja delinkuen psikopatik ini berasal dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi banyak pertikaian keluarga, berdisiplin keras namun tidak konsisten, dan orangtuanya selalu menyia-nyiakan mereka, sehingga mereka tidak mempunyai kapasitas untuk menumbuhkan afeksi dan tidak mampu menjalin hubungan emosional yang akrab dan baik dengan orang lain.


(48)

b) Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa, atau melakukan pelanggaran.

c) Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau dan tidak dapat diduga. Mereka pada umumnya sangat agresif dan impulsif, biasanya mereka residivis yang berulang kali keluar masuk penjara, dan sulit sekali diperbaiki.

d) Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan norma-norma sosial yang umum berlaku, juga tidak peduli terhadap norma subkultur gangnya sendiri.

e) Kebanyakan dari mereka juga menderita gangguan neurologis, sehingga mengurangi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri. Psikopat merupakan bentuk kekalutan mental dengan karakteristik sebagai berikut: tidak memiliki pengorganisasian dan integrasi diri, orangnya tidak pernahbertanggung jawab secara moral, selalu mempunyai konflik dengan norma sosial dan hukum. Mereka sangat egoistis, anti sosial dan selalu menentang apa dan siapapun. Sikapnya kasar, kurang ajar dan sadis terhadap siapapun tanpa sebab


(49)

Defek (defect, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang. Delinkuensi defek moral mempunyai ciri-ciri: selalu melakukan tindakan anti sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan, namun ada disfungsi pada inteligensinya. Kelemahan para remaja delinkuen tipe ini adalah mereka tidak mampu mengenal dan memahami tingkah lakunya yang jahat, juga tidak mampu mengendalikan dan mengaturnya, mereka selalu ingin melakukan perbuatan kekerasan, penyerangan dan kejahatan, rasa kemanusiaannya sangat terganggu, sikapnya sangat dingin tanpa afeksi jadi ada kemiskinan afektif dan sterilitas emosional. Terdapat kelemahan pada dorongan instinktif yang primer, sehingga pembentukan super egonya sangat lemah. Impulsnya tetap pada taraf primitif sehingga sukar dikontrol dan dikendalikan. Mereka merasa cepat puas dengan prestasinya, namun perbuatan mereka sering disertai agresivitas yang meledak. Remaja yang defek moralnya biasanya menjadi penjahat yang sukar diperbaiki. Mereka adalah para residivis yang melakukan kejahatan karena didorong oleh naluri rendah, impuls dan kebiasaan primitif, di antara para penjahat residivis remaja, kurang lebih 80 % mengalami kerusakan psikis, berupa disposisi dan perkembangan mental yang salah, jadi mereka menderita defek mental. Hanya kurang


(50)

dari 20 % yang menjadi penjahat disebabkan oleh faktor sosial atau lingkungan sekitar.

c. Macam-macam anak nakal

Tingkah laku atau perbuatan siswa beraneka ragam, yang sering menimbulkan kegelisahan dan permasalahan dengan orang lain. Sering dikemukakan bahwa siswa itu nakal sehingga kenakalan itu mengesalkan, melelahkan maupun merugikan orang lain.

Menurut Sudarsono (2008:23), bahwa ada dua macam bagian kenakalan remaja yakni:

1) Bentuk kenakalan remaja yang bukan sebagai pelanggaran hukum atau disebut hidden delinguency, antara lain:

a) Berbohong, memutar balikkan fakta dengan maksud mentpu orang lain atau menutupi kesalahan yang telah diperbuat.

b) Membolos, pergi meninggalkan sekolah tanpa pengetahuan pihak sekolah.

c) Kabur, meninggalkan rumah tanpa ijin orang tua atau menentang keinginan orang tua.

d) Keluyuran, pergi sendiri maupun berkelompok tanpa tujuan dan mudah menimbulkaan perbuatan iseng yang negative. e) Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang


(51)

f) Bergaul dengan teman yang member pengaruh buruk, sehingga mudah teijerat dalam perkara

g) Berpesta pora semalam suntuk tanpa pengawasan, sehingga menimbulkan tindakan-tindakan yang kurang

h) bertanggungjawab (amoral dan asusila).

i) Membaca buku cabul, menonton film porno, dan kebiasaan menggunakan bahasa yang tidak sopan atau tidak senonoh. j) Turut dalam pelacuran atau melacurkan diri.

k) Berpakaian tidak pantas dan meminum-minuman keras atau menghirup rokok dan ganja.

2) Kenakalan yang digolongkan sebagai pelanggaran hukum dan mengarah kepada tindakan kriminal, yaitu:

a) Kejahatan-kejahatan kekerasan, seperti pembunuhan dan penganiayaan.

b) Pencurian yaitu pencurian biasa dan pencurian dengan pemberatan.

c) Penggelapan. d) Penipuan. e) Pemerasan. f) Gelandangan, dan g) Narkotika.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja


(52)

sebagai berikut : 1) Identitas 2) Kontrol diri 3) Usia

4) jenis kelamin

5) Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah 6) Proses keluarga

7) Pengaruh teman sebaya 8) Kelas sosial ekonomi

9) Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal e. Cara Mengatasi anak nakal

Berikan perhatian dan kasih sayang lebih kepada anak setiap saat, tidak hanya pada saat perilaku nakal anak muncul. Perhatian dan aksih sayang ini tidak harus yang berbentuk sesuatu yang besar, istimewa dan lain dari yang lain. Perhatian dan kasih sayang ini bisa berujud hal-hal yang kecil-kecil seperti membelai rambut anak, memeluk, dan memberinya hadiah sesuatu yang kecil dan menyenangkan. Disarankan untuk memulai perhatian ini pada hal yang sekecil-kecilnya yang tidak disadari anak, tetapi dirasakannya. Sebab, kalau perhatian dan kasih sayang ini dirasakan berbeda oleh anak, bisa jadi anak akan menolaknya dan justru memancing munculnya perilaku nakalnya.


(53)

penting bagi kita, lebih penting dari rekan bisnis atau bahkan bos kita. Jadi, sekali pun pada suatu saat kita sedang berbicara dengan teman bisnis atau bos di telepon, kalau anak memanggil, sempatkan waktu sedikit untuk menjawab panggilan anak dan memberinya perhatian.

Pahami anak. Kadang-kadang orangtua menuntut terlalu tinggi sehingga anak tidak bisa memenuhi harapan orangtua. Dalam hal ini orangtua tidak boleh kecewa dan mencela anak. Tetap berikan apreasiasi yang positif dengan senyum penuh penerimaan, dan kebanggaan.

Setiap kali perilaku anak muncul, alihkan energy dan perhatiannya pada hal-hal lain yang lebih positif sehingga perilaku nakalnya tidak berlarut-larut

3. Anak Shalih

1. Defenisi anak shalih

Sering kali kita mendengar kata shalih atau shalihin dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berbagai kesempatan, kata tersebut, memang, sering diungkapkan oleh orang tua kita, guru kita dan saudara-saudara kita sesama muslim. Hal itu karena kata tersebut,

apabila dikaitkan dengan anak menjadi suatu do’a yang kelak

diharapkan menjadi suatu kenyataan, khususnya bagi orang tua. Kata shalih atau sholihun, memang sering kita dijumpai dalam ayat-ayat


(54)

yang baik, orang yang tidak rusak atau orang yang patut dan cocok menurut ajaran Al-Qur’an. Dengan kata lain, orang shalih adalah orang yang prilaku dan akhlaknya sesuai dengan ajaran-ajaran

Al-Qur’an. Dijelaskan dalam Al-Qur’an, orang shalih adalah orang yang senatiasa membaca Al-Qur’an di waktu malam, melaksanakan shalat malam (tahajjud),beriman dan beramal shalih, menyuruh kepada kebaikan, mencegah perbuatan mungkar dan bersegera mengerjakan kebajikan. (QS Ali Imran 113-114 dan Al-Ankabut ayat 9).

Secara etimologi, Dalam Bahasa Arab, „saleh’ atau aslinya “shalih”, menunjukkan lawan dari kerusakan, yakni selalu ingin berbuat baik dan mendamaikan. Dalam hubungan ini, kota Mekah

disebut sebagai kota kesalehan, karena ditempat itu ada Ka’bah yang

merupakan tempat, dapat memperbaiki diri dan bertobat ( Maqayis Lughat : 574 ). kata shalih berasal dari shaluha-yashluhu – shalahan yang artinya baik , tidak rusak dan patut. Sedangkan Shalih

merupakan isim fa’il dari kata tersebut di atas yang berarti orang

yang baik, orang yang tidak rusak dan orang yang patut. Sedangkan Shalih menurut definisi Al-Qur’an adalah orang yang senatiasa membaca Al-Qur’an di waktu malam, melaksanakan shalat malam (tahajjud),beriman dan beramal shalih, menyuruh kepada kebaikan, mencegah perbuatan mungkar dan bersegera mengerjakan kebajikan. Definisi ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Ali Imran 113-114 dan Al-Ankabut ayat 9.


(55)

Menurut mufasir Al-Jazairi, yang disebut anak saleh ialah

“Mereka yang mampu melaksanakan kewajibannya dengan baik.

Terhadap Allah SWT dan kepada sesama manusia. Atau anak yang saleh ialah dominan amal baiknya dari amal jeleknya”( Juz II : 5O4).

Dari pengertian tersebut dipahami, anak saleh itu ialah anak yang taat kepada Allah, taat kepada Rasul dan taat kepada kedua orangtuanya serta berprilaku baik kepada sesama manusia dan lingkungannya (termasuk negaranya).Atau anak saleh ialah anak yang selalu siap mendamaikan, memperbaiki yang jelek serta mempunyai keterampilan yang berguna kepada masyarakat. Bukan dimonopoli hanya orang yang kuat ke mesjid dan banyak membaca tasbih, seperti pengertian klasik.

2. Ciri-ciri anak shalih

Menurut Anto(2011;39), Orang shalih memiliki ciri-ciri tertentu. Hal ini digambarkan Allah dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 113-114 dengan firmanNya :

Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud shalat malam. Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada kebaikan, dan mencegah dari yang mungkar, dan bersebera kepada mengerjakan pelbagai kebajikan;


(56)

mereka itulah termasuk orang yang shalih” (Ali Imran 113-114). Dalam surat Al-Angkabut ayat 9 Allah juga berfirman :

“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal

shaleh benar-benar akan Kami masukkan mereka ke dalam (golongan) orang-orang shalih”.

1) Membaca Al-Qur’an di Waktu Malam.

Banyak hadits Nabi saw yang membicarakan tentang keutamaan dan keistimewaan membaca Al-Qur’an. Oleh karena itu, banyak diantara umatnya yang membacanya. Membaca

Al-Qur’an di waktu pagi dan sore bagi seorang muslim merupakan

hal biasa. Akan tetapi, membaca Al-Qur’an di waktu pertengahan malam adalah sesuatu hal yang luar biasa. Mengapa demikian ? Karena firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 113-114 mengelompokkan orang-orang yang membacanya di waktu pertengahan malam ke dalam golongan Orang-Orang Shalih. Sebagaimana firmanNya : wahum yatlu ayatillah aanallail. Menurut tafsir Ibnu Katsir yang dimaksud dengan ayat ini adalah mereka membaca ayat-ayat Al-Qur’an pada saat melaksanakan shalat malam (shalat tahujjud).

2) Mengerjakan Qiyamul Lail.

Ciri orang shalih yang kedua berdasarkan Al-Qur’an adalah mereka menegakkan shalat malam atau tahajjud. Hal ini diperkuat dengan hadits Nabi saw yang mengatakan :


(57)

“ Hendaknya kamu sekalian melaksanakan qiyamul lail. Karena yang demikian itu telah menjadi kebiasan

orang-orang shalih (Para Nabi dan Rasul)”. (HR Muslim) 3) Beriman dan Beramal Shaleh.

Ciri orang shalih, selain membaca Al-Qur’an di pertengahan malam dan mengerjakan shalat tahajjut juga memiliki ciri yang lain yakni beriman kepadaAllah, hari akhir dan beramal shalih. Hal ini dijelaskan oleh Al-Qur’an dalam surat Ali Imran ayat 114 dan Al-Angkabut ayat 9.

4) Menganjurkan Berbuat Baik.

Orang shalih bukan saja mengerjakan perbuatan baik untuk dirinya. Akan tetapi, ia juga harus menganjurkan orang lain berbuat kebaikan dan keshalehan sebagaimana ini juga didasarkan pada Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 114.

Untuk menjadi seorang pengajur dan penunjuk kebaikan, memang tidaklah mudah. Sebab, sebelum ia mengajurkan orang lain berbuat kebaikan, maka dirinya harus telah melakukan hal tersebut. Allah memberikan peringatan bagi orang yang beariman, menyuruh orang lain berbuat kebaikan, namun dirinya tidak melakukannya. Al-Qur’an Surat Ash-Shaf ayat 2-3.


(58)

Disamping sebagai penganjur dan penunjuk jalan kebaikan, orang shalih juga mempunyai tugas lain yakni mencegah dirinya dan orang lain untuk berbuat kemungkaran. Hal ini juga didasarkan pada Al-Qur’an Ali Imran ayat 114.

Mencegah orang lain berbuat mungkar biasanya lebih mudah dari pada mencegah dirinya dari pada padanya. Ibarat

peribahasa mengatakan : “ kuman diseberang lautan tanpak. Tapi, gajah di pelupuk mata tak tampak”. Oleh sebab itu, orang

shalih dituntut harus memiliki ilmu pengetahuan agama yang mendalam. Bagaimana mungkin, ia bisa memberi saran dan nasehat kepada orang lain kalau dirinya itu bodoh, alias tidak berpengetahuan.

Perlu diketahui bahwa mencegah kemungkaran merupakan kewajiban setiap orang muslim. Hal ini dinyatakan dalam hadits Nabi saw yang mengatakan :

Barang siapa melihat kemungkaran hendaknya merubah dengan tangannya (kekuasannya). Dan apabila tidak mampu dengan tangan, maka rubahlah dengan lidahnya. Dan apabila masih tidak mampu juga, maka dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemahnya Iman”.

6) Bersegera Dalam Berbuat Kebajikan.

Bersegera dalam berbuat kebaikan dan kebajikan bukanlah suatu hal yang mudah. Coba kita perhatikan dalam


(59)

kehidupan kita sehari-hari. Misalnya saja, saat kita mendengar suara adzan. Apakah kita langsung segera menyambut panggilan tersebut atau justru sebaliknya, bermalas-malas dan santai-santai saja ? orang yang langsung dengan segera menyambutnya bisa dikatagorikan orang shalih. Namun, orang yang malas dan santai, tidak segera menyambutnya, bisa dikatagorikan orang munafik. Hal ini didasarkan pada Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 142.

Sementara itu, kata Al-Khair biasanya diartikan dengan kebaikan atau kebajikan.. Namun dalam hadits Nabi saw

„Al-Khair’ diartikan “Mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah’. Jadi,

dengan kata lain „yusariuna fil khairaat’ mengandung arti

bersegera mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah. Oleh karena itu, ciri orang shalih yang terakhir ini bisa dikatakan yang paling berat. Sebab, ia akan selalu bersegera dalam setiap melakukan amal kebajikan, tidak terbatas pada panggilan adzan saja.

4. Upaya Pengasuh dan Guru

a. Upaya

Dalam Kamus besar bahasa Indonesia(KBBI) upaya adalah usaha; ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dan sebagainya); daya upaya: menegakkan keamanan patut dibanggakan.


(60)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III tahun 2003

yang dimaksud dengan “Upaya adalah usaha; ikhtiar (untuk

mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan

keluar); daya upaya”.

Menurut Poerwadarminta (1991 : 574), “Upaya adalah usaha

untuk menyampaikan maksud, akal dan ikhtisar. Upaya merupakan segala sesuatu yang bersifat mengusahakan terhadap sesuatu hal supaya dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan maksud, tujuan dan fungsi serta manfaat suatu hal tersebut

dilaksanakan”.

Upaya sangat berkaitan erat dengan penggunaan sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan tersebut, agar berhasil maka digunakanlah suatu cara, metode dan alat penunjang yang lain.

Dari beberapa pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian dari upaya adalah suatu kegiatan atau usaha dengan menggunakan segala kekuatan yang ada dalam mengatasi suatu masalah.

Upaya merupakan usaha untuk mencapai sesuatu dalam memecahkan persoalan atau masalah yang dihadapi. Untuk menanggulangi permasalahan yang dihadapi pengasuh dan guru dalam mengatasi kenakalan anak panti, maka pengasuh dan guru mengadakan penanaman akhlak mulia. Dimana hal tersebut bermanfaat untuk merubah anak panti yang nakal menjadi shalih.


(61)

b. Pengasuh

Definisi menurut kamus ekabahasa resmi Bahasa Indonesia atau KBBI, definisi dari Pengasuh adalah sebagai berikut: pengasuh Nomina (kata benda)

1) orang yang mengasuh;

2) wali (orang tua dan sebagainya)

Kata Pengasuh dalam thesaurus adalah asuh, mengasuh.

1) melatih, membesarkan, membimbing, memelihara, mendidik, mengajar, mengemong, mengempu, menjaga, menuntun, merawat;

2) memimpin, mengelola, mengurus, menyelenggarakan.

Pengasuh bias jadi seorang abdi, ayah, babu, dosen, guru, hamba, inang, jongos, pamong, pelatih, pembimbing, pemelihara, pemimpin, penanggung jawab, pendidik, pengajar, pengampu, pengelola, penjaga, penuntun, penyelenggara, penyusu, pramusiwi, wali.

Pengasuhan juga berarti pembimbingan, pemeliharaan, pendidikan, pengajaran, penjagaan. Sedangkan asuhan adalah ajaran, belaan, didikan, jagaan, peliharaan.

c. Guru

Kata guru sebenarnya tidak hanya mengandung arti "pengajar", akan tetapi juga disebut "pendidik". Baik di dalam maupun di luar sekolah, ia harus menjadi penyuluh masyarakat


(62)

(Darajat, dkk, 2009:39-40). Jadi guru adalah orang yang bekerja, dimana profesi guru itu sebagai pengajar dan pendidik baik di luar dan di dalam sekolah.

5. Penanaman Akhlak Mulia

Istilah penanaman menurut Kamus Besar bahasa Indonesia tahun 2001 yaitu proses (perbuatan, cara) menanamkan. Dimana dalam suatu proses terdapat obyek yaitu anak-anak single parent, materi dan metode atau usaha orang tua dalam menanamkan akhlak kepada anak yang dengan dilandasi oleh pemahaman terhadap berbagai kondisi lingkungan yakni salah satu usahanya. Selanjutnya proses pendidikan mendorong seseorang untuk secara nyata menjunjung tiggi nilai-nilai dasar manusiawi dan menjabarkan serta memperkembangkannya. Dengan kata lain, intisari proses pendidikan adalah proses penyadaran akan nilai-nilai dasar manusiawi (Mardiratmadja, 1986: 21).

Sedangkan Akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu alkhulqu, al-khuluq yang mempunyai arti watak, tabiat, keberanian, atau agama. Secara Istilah akhlak menurut Ibnu Maskawaih (421 H) adalah "suatu keadaan bagi jiwa yang mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan pertimbangan. Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan, kemudian dilakukan terus menerus, maka jadilah suatu bakat dan akhlak."


(63)

Disamping itu pengertian akhlak sebagai budi pekerti, dari sudut etimologi "budi" bahasa Sansekerta, dari akar "buddh" artinya nalar, pikiran. Pekerti dari akar kata "kr- yang berarti bekerja, berkarya, perbuatan, akhlak, watak, dan tindakan yang sudah menjadi kebiasaan. Budi pekerti merupakan akumulasi dari cipta, rasa dan karsa yang diaktualisasikan kedalam sikap, kata-kata dan tingkah laku. Budi pekerti menggambarkan sikap batin dalam wawasan keagamaan dikenal dengan sebutan Akhlakul Karimah (budi pekerti mulia).

Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian Jika keadaan tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syara' (hukum Islam), disebut akhlak yang baik (akhlaqul mahmudah). Sebaliknya jika perbuatan yamg muncul itu tidak baik dinamakan akhlak yang buruk (akhlaqul madzmumah) (Mujieb, 2009:38).

Menurut Abdullah Draz dalam bukunya Dustur Akhlaq Fi Al-Islam membagi ruang lingkup akhlaq dalam lima bagian yaitu : akhlaq pribadi, akhlaq berkeluarga, akhlaq bermasyarakat, akhlaq bernegara dan akhlaq beragama. Dari sistematika diatas Yunahar Ilyas dalam bukunya Kuliah Akhlaq melakukan sedikit modifikasi dan membagi ruang lingkup akhlaq kedalam enam bagian yatitu : akhlaq terhadap Allah, akhlaq


(64)

terhadap Rasulullah, akhlaq pribadi, akhlaq dalam keluarga, akhlaq bermasyarakat dan akhlaq bernegara.

Perbuatan baik menurut syariat Islam dinamakan akhlak Maahmudah, Sedangkan perbuatan buruk dinamakan akhlak Madzmumah. Manusia akan menjadi muslim yang sempurna apabila memiliki akhlak terpuji(akhlak mahmudah), serta menjauhkan diri dari akhlak tercela(akhlak madzmumah) (Masnur, 2005:37).

Dapat diambil kesimpulan, penanaman nilai-nilai akhlak adalah meletakkan dasar-dasar keimanan, kepribadian/ budi pekerti yang terpuji dan kebiasaan ibadah sesuai kemampuan anak.

6. Panti Asuhan

Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia menjelaskan bahwa panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti fisik, mental dan sosial pada anak asuh, sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai begi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional (Suyuti, 2010:37). Menurut Arif Gosita (dalam Suyuti, 2010:37)

secara etimologi, panti asuhan berasal dari dua kata yaitu


(65)

prasarana dan sarana yang memberikan layanan sosial, dan “asuhan’

yang mempunyai arti berbagai upaya yang diberikan kepada anak yang mengalami masalah kelakuan, yang bersifat sementara sebagai pengganti orang tua atau keluarga agar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Dengan demikian pengertian panti asuhan adalah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggungjawab memberikan pelayanan pengganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental, dan sosial pada anak asuh. Sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat, dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan.

Dari pengertian panti asuhan merupakan sebuah lembaga pengganti fungsi orang tua bagi anak-anak terlantar dan memiliki tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak- anak terlantar terutama kebutuhan fisik, mental, dan sosial pada anak asuh supaya mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya dan menjadi generasi penerus cita- cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta dalam bidang pembangunan sosial.

Sedangkan menurut Gospor Nabor (Bardawi Barzan:1999: 5)

menjelaskan bahwa: “Panti asuhan adalah suatu lembaga pelayanan sosial yang didirikan oleh pemerintah maupun masyarakat, yang bertujuan untuk membantu atau memberikan bantuan terhadap individu,


(66)

Berdasarkan pengertian diatas panti asuhan sebagai lembaga sosial yang didirikan secara sengaja oleh pemerintah ataupun masyarakat guna membantu invidu atau kelompok dalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai wujud upaya terjaminnya kesejahteraan sosial.

Dari pengertian yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa panti asuhan adalah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang didirikan secara sengaja oleh pemerintah atau masyarakat yang bertanggung jawab dalam melakukan pelayanan, penyantunan dan pengentasan anak terlantar dan memiliki fungsi sebagai pengganti peranan orang tua dalam memenuhi kebutuhan mental dan sosial pada anak asuh agar mereka memiliki kesempatan yang luas untuk mengalami pertumbuhan fisik dan mengembangkan pemikiran hingga ia mencapai tingkat kedewasaan yang matang dan mampu melaksanakan peranan-perannya sebagai individu dan warga negara dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam panti asuhan anak asuh di asuh oleh pengasuh yang tidak ada hubungan darah sama sekali dengan mereka. Dalam Pasal 31-39 diatur bahwa Yayasan Sosial/Panti Asuhan tidak boleh mengasuh anak yang berbeda agama karena konsekuensi hukumnya. Dalam iklim seperti ini telah terjadi berbagai upaya teror berupa pemaksaan untuk menutup suatu institusi yang melakukan pelayanan pengasuhan anak. Pemaksaan untuk menutup panti sosial dan menghentikan pelayanan anak oleh sekelompok masyarakat, serta menjerat pengasuh-pengasuh


(67)

kesejahteraan anak dengan UU PA, justru merupakan pelanggaran hak anak (Yamin, 2011). Dalam sebuah panti asuhan di dalamnya terdapat anak asuh yang tergolong dari yatim, piatu dan juga anak-anak terlantar. Yang mana diantara mereka yang tidak mampu dalam kehidupannya, sehingga di taruh oleh keluarganya dipanti asuhan. Dalam konteks Indonesia, kata yatim identik dengan anak yang bapaknya meninggal. Sedangkan bila bapak ibunya meninggal, maka anak tersebut disebut dengan anak yatim piatu (Nur, 2009:62). Sedangkan anak-anak terlantar yaitu anak yang tidak mampu dan juga tidak memiliki rumah untuk

tempat tinggal menetap dengan layak. Secara bahasa “yatim” berasal dari

bahasa arab. Dari fi’il madli “yatama” mudlori’ “yaitamu” dab mashdar

” yatmu” yang berarti : sedih. Atau bermakana : sendiri. Adapun menurut istilah syara’ yang dimaksud dengan anak yatim adalah anak yang

ditinggal mati oleh ayahnya sebelum dia baligh. Batas seorang anak disebut yatim adalah ketika anak tersebut telah baligh dan dewasa, berdasarkan sebuah hadits yang menceritakan bahwa Ibnu Abbas r.a. pernah menerima surat dari Najdah bin Amir yang berisi beberapa pertanyaan, salah satunya tentang batasan seorang disebut yatim, Ibnu

Abbas menjawab: “Dan kamu bertanya kepada saya tentang anak yatim,

kapan terputus predikat yatim itu, sesungguhnya predikat itu putus bila ia sudah baligh dan menjadi dewasa” hadist Riwayat Imam Muslim (Al -Ikhlas, 2011).


(68)

Sedangkan kata piatu bukan berasal dari bahasa arab, kata ini dalam bahasa Indonesia dinisbatkan kepada anak yang ditinggal mati oleh Ibunya, dan anak yatim-piatu (Al-Ikhlas, 2011).


(69)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian dapat diartikan sebagai rancangan atau desain penelitian yang berisi rumusan tentang objek atau subjek yang akan diteliti, teknik-teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan dan analisis data yang berkaitan dengan fokus masalah tertentu. Sedangkan, penelitian adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu (Sukmadinata, 2013:5). Pada bagian ini akan dijelaskan tentang hal-hal yang menyangkut penelitian, meliputi:

A. Jenis Penelitian

Sesuai dengan masalah yang akan diteliti, penelitian ini dapat digolongkan ke dalam jenis penelitian fenomenologis. Jenis penelitian ini berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam stuasi-situasi tertentu (Moleong, 2012: 4). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif, yaitu untuk mengetahui secara langsung strategi pengasuh dan guru dalam penanaman akhlak mulia di panti asuhan Islam Ibadah Bunda.Terdapat beberapa pengertian mengenai penelitian kualitatif yang diungkapkan oleh para ahli sebagai berikut:

1. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain yang disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Sedangkan, yang dimaksud


(1)

15.Bagaimana usaha panti untuk menjalin kerjasama komunikasi dengan keluarga siswa?

16.Apasaja prestasi yang pernah diperoleh anak panti ? 17.Apa profesionalitas guru yang diterapkan ?

18.Wewenang apa yang diberikan panti kepada guru PAI untuk mengelola dan mengatur pengajaran PAI ?

19.Bagaimana minat dan kemampuan siswa dalam mempelajari PAI? 20.Akhlak mulia apa saja yang diterapkan pengasuh terhadap anak panti?


(2)

B. Guru Pendidikan Agama Islam (pak imam hidayat, tgl 10-9-2016,di panti, jam 20.00-20.30)

1. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang pengertian pendidikan agama Islam?

2. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang pendidikan karakter?

3. Bagaimanakah peran Bapak/Ibu sebagai guru PAI dalam mengembangkan nilai-nilai karakter yang ada terhadap peserta didik di Panti Asuhan Islam Ibadah Bunda agar mereka menjadi anak shaleh? 4. Bagaimanakah strategi pengembangan pembelajaran pendidikan

Agama Islam yang Bapak/Ibu lakukan melalui perencanaan pelaksanaan pembelajaran PAI dalam rangka mendorong terbentuknya karakter siswa menjadi anak shaleh?

5. Bagaimanakah pengembangan pembelajaran pendidikan Agama Islam yang Bapak/Ibu lakukan melalui kegiatan evaluasi pembelajaran dalam rangka mendorong terbentuknya karakter siswa?

6. Nilai-nilai karakter apa saja yang diintegrasikan dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam di Panti Asuhan Islam Ibadah Bunda?

7. Nilai-nilai karakter apa saja yang diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari anak di Panti Asuhan Islam Ibadah Bunda?

8. Apa saja faktor penunjang dan penghambat dalam pembentukan karakter siswa di Panti Asuhan Islam Ibadah Bunda hingga menjadi anak shaleh?

9. Bagaimana upaya guru pendidikan Agama Islam mengatasi hambatan-hambatan dalam pembentukan karakter siswa di Panti Asuhan Islam Ibadah Bunda?

10.Kegiatan/program-program apa saja yang menunjang pembentukan karakter di luar kegiatan pengasuhan di panti?

11.Apakah kurikulum yang digunakan sebagai acuhan pembelajaran ? 12.Apakah setiap kali hendak mengajar guru membuat RPP ?


(3)

13.Bagaimana guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran ?apakah murni mengambil kurikulum atau ada modifikasi lagi guna menyesuikan kemampuan anak didik ( standar minimal pencapaian tujuan pada tiap-tipa materi )?

14.Dalam pengasuhan atau pembelajaran PAI secara umum atau

menyeluruh atau universal, apakah tujuan minimal yang diharapkan mampu dimiliki atau dikuasai anak didik ?

15.Apasajakah materi yang terangkum dalam mata pelajaran PAI yang disampaikan pada anak panti ?

16.Prinsip yang digunakan dalam merumuskan atau menyajikan materi ? 17.Apa sajakah materi yang mudah diterima oleh mayoritas siswa ? 18.Apasajakah yang sulit di terima oleh mayoritas siswa ?

19.Sejauh ini, bagaiman respon para siswa terhadap guru sebagai pengampu PAI dan yang bertanggung jawab terhadap spritualitas anak panti ? 20.Bagaimana antusisame siswa dalam menerima bimbingan Agama Islam

?

21.Bagaiman sikap atau pembawaan siswa di dalam panti ketika proses pembelajaran dan bimbingan berlangsung?

22.Apakah siswa aktif dalam merespon pelajaran dan bimbingan yang mereka terima ?

23.Apakah hubungan yang terjalin antara siswa dengan guru cukup akrab ? 24.Setiap siswa mempunyai karakter yang berbeda-beda, tak terkecuali

yang unik, bagaimana guru menghadapi keberagaman pribadi tersebut dalam membimbing anak panti?

25.Apa karektristik kenakalan yang paling dominan di lakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran atau bimbingan?

26.Bagaiman upaya yang dilakukan guru untuk memancing respon atau perhatian anak panti ketika pembelajaran ataupun bimbingan ?

27.Bagaiman usaha guru dalam menumbuhkan motifasi siswa agar menjadi anak yang shaleh ?


(4)

29.Apakah ada usaha menyesuaikan antara materi pelajaran denagan metode atau strategi ?

30.Dalam satu kali bimbingan atau pembelajaran, ada beberapa metode yang sering digunakan ?

31.Bagaimana guru menyampaikan materi yang sifatnya abstarak dalam bimbingan ?

32.Dalam setiap proses belajar mengajar apakah selalu membutuhakan adanya media pembelajaran ?

33.Media pembelajaran apayang paling sering atau dominan digunakan ? 34.Apakah guru merasakan kesulitan dalam medapatkan media

pembelajaran yang dibutuhkan?

35.Bagaiman cara guru daam memancing repon anak panti saat proses belajar mengajar berlangsung sehingga hubungan yang terjalin bersifat dua arah?


(5)

C. Siswa (Selasa 8-9-2016, dari jam 19.15-19.30 di mushola panti). 1. Bagaimana sikap keseharian pengasuh terhadap anak panti?

2. Apa saja akhlak mulia yang ditanamkan pengasuh terhadap anak panti? 3. Bagaimana guru pendidikan Agama Islam mengajarkan sikap-sikap

positif dalam pembimbingan terhadap anak panti?

4. Nilai-nilai apa yang menurut Anda banyak dikembangkan dalam pendidikan Agama Islam yang diajarkan di Panti Asuhan Islam Ibadah Bunda baik yang memberikan dampak pembelajaran di panti dan di luar panti?

5. Apa yang Anda ketahui tentang menjadi anak yang shaleh? 6. Apa yang Anda pahami mengenai berakhlak mulia?

7. Apa saja metode pembelajaran yang digunakan guru dalam bimbingan dan pembelajaran Agama Islam di panti Anda?

8. Apakah guru pendidikan Agama Islam memiliki peran dalam mendorong siswa menjadi anak yang shaleh dan berakhlak mlia?

9. Akhlak apa saja yang dikembangkan dalam kegiatan d dalam dan luar panti sebagai dampak penanaman akhlak mulia? Berikan contoh konkrit! 10. Apakah anda merasa nyaman tinggal di Panti Asuhan Islam Ibadah

Bunda ?

11. Apakah anda merasa antusias dibimbing menjadi anak yang shaleh? 12. Apakah siswa suka dengan materi dan bimbingan Agama Islam yang di

berikan ?

13. Model bimbingan apa yang mudah anda pahami dan senangi dalam proses bimbingan menjadi anak shaleh ?

14. Apasaja yang membuat siswa sulit dalam menerima pelajaran ? 15. Kenakalan apa dulu yang sering anda lakukan sebelum dibimbing

menjadi anak yang shaleh?

16. Apa saja kesulitan yang anda rasa dalam menerima bimbingan menjadi anak shaleh, dan apa penyebabnya ?


(6)

Pedoman Data Dokumentasi

Pengembangan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran PAI dapat dilihat dalam dokumen perencanaan pembelajara yang ada. Berikut ini cakupan

pengembangan nilai budaya dan karakter bangsa yang dikembangkan dalam RPP dan Silabus. Sekolah : Panti Asuhan Islam Ibadah Bunda

Mapel : PAI

No Jenis Data Ada/Tidak Keterangan

1. Silabus