PROSES PENANAMAN NILAI KARAKTER ANAK DI PANTI ASUHAN BERBASIS PONDOK PESANTREN ZUHRIYAH SLEMAN YOGYAKARTA.

(1)

PROSES PENANAMAN NILAI KARAKTER ANAK DI PANTI ASUHAN BERBASIS PONDOK PESANTREN ZUHRIYAH SLEMAN

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Latiful Ifadah NIM 10102244012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

Jika anak dibesarkan dalam kecaman, ia akan belajar menyalahkan Jika anak dibesarkan dalam permusuhan, ia akan belajar berkelahi Jika anak dibesarkan dalam ketakutan, ia akan menjadi penakut di masa depan

Jika anak dibesarkan dalam belas kasihan, ia akan menyesali dirinya Jika anak dibesarkan dalam olok olokan, ia akan menjadi pemalu

Jika anak dibesarkan dalam kecemburuan, ia akan belajar iri hati Jika anak dibesarkan dalam aib, ia akan belajar merasa bersalah

Jika anak dibesarkan dalam toleransi, ia akan belajar bersyukur Jika anak dibesarkan dalam dorongan, ia akan belajar percaya diri

Jika anak dibesarkan dalam pujian, ia akan belajar menghargai Jika anak dibesarkan dalam restu dan persetujuan, ia akan belajar menyukai

dirinya

Jika anak dibesarkan dalam penghargaan, ia akan belajar memiliki cita-cita Jika anak dibesarkan dalam suasana saling memberi, ia akan belajar murah hati Jika anak dibesarkan dalam kejujuran dan keadilan, ia akan belajar kebenaran dan

keadilan

Jika anak dibesarkan dalam rasa aman, ia akan belajar mempercayai orang-orang sekitar

Jika anak dibesarkan dalam persahabatan, ia akan mengetahui bahwa hidup ini menyenangkan

Jika anak dibesarkan dalam ketentraman, ia akan belajar memiliki pemikiran damai


(6)

PERSEMBAHAN

Atas karunia Allah SWT karya ini adalah bingkisan terindah studi saya di kampus tercinta saya persembahkan karya ini untukAyah dan Ibu yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya serta doa-doa yang tak pernah lupa di sisipkan dalam setiap sujudnya sehingga penulis berhasil menyusun karya ini. Terimakasih menjadi anugrah terindah dalam hidup saya.


(7)

PROSES PENANAMAN NILAI KARAKTER ANAK DI PANTI ASUHAN BERBASIS PONDOK PESANTREN ZUHRIYAH SLEMAN

YOGYAKARTA

Oleh Latiful Ifadah NIM 10102244012

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1)Proses penanamannilaikarakterpantiasuhan, (2) nilai karakter yang ditanamkan untuk anak panti asuhan, (3)Faktor penghambat dan pendukung dalam penanaman karakter anak di panti asuhan, (4) cara mengatasi hambatan mengasuh anak di panti asuhan.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan penelitian menggunakan analisis data secara kualitatif. Subjek penelitian ini yaitu: 2 orang pemilik panti asuhan, 18 orang pengurus, dan 100 anak panti asuhan dan pondok pesantren Zuhriyah. Objek penelitian ini meliputi: proses pengasuhan yang dilakukan pengasuh dalam menanamkan nilai karakter anak asuh di panti asuhan Zuhriyah. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah reduksi data, displaydata, dan penarikan kesimpulan. Trianggulasi yang digunakan untuk menjelaskan keabsahan data dengan menggunakan sumber.

Hasil penelitian ini menunjukan:(1) Proses penanaman nilai karakter panti asuhan dan pondok pesantren Zuhriyah yaitu pendidikan karakter melaluipendekatan religius, nilai budaya, lingkungan, potensi diri yang dilaksanakan melalui sikap dan keseharian seperti menjalankan ibadah, siraman rohani, membersihkan lingkungan, memberikan bimbingan keterampilan.(2) Nilai karakter yang ditanamkan terhadap anak asuh yaitureligius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, tanggung jawab.Nilai karakter tersebut ditanamkan terhadap anak asuh melalui perencanaan, pelaksanaan, materi pengasuhan, dan evaluasi pengasuhan. (3) Faktor penghambat dalam pengasuhan nilai karakter adalah asal mula anak yang belum memperhatikan nilai karakter karena anak hidup di lingkungan. Faktor pendukungnya adalah panti asuhan yang berbasis pondok pesantren, lingkungan panti asuhan yang kekeluargaan. (4) Cara mengatasi hambatan yang ada di panti asuhan tersebut adalah lingkungan panti asuhan yang mendukung dengan kehidupan yang religius, pihak panti asuhan bekerja sama dengan bimbingan konseling.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari adanya berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan fasilitas dan sarana sehingga studi saya berjalan dengan lancar. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kemudahan

dalam proses pengajuan dan penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dr. Sugito, MA. selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dr. Puji Yanti Fauziah, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah berkenan mengarahkan dan membimbing saya selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas IlmuPendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan.

5. Kedua orang tua saya Bapak Muh Idris dan Ibu Sartinah yang selalu mendoakan dan mendukung saya dalam menyusun tugas akhir.

6. Adekku yang selalu mendukung dalam tugas akhir skripsi

7. Seluruh Pengelola dan Pengasuh serta Adik-adik Panti Asuhan Zuhriyah Sleman Yogyakarta atas ijin dan bantuan untuk penelitian.


(9)

8. Sahabat terbaikku kos amanah dan kos dinda yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam penulisan penelitian ini.

9. Teman-temanku risa, wulan, nunik, nobi, bulus, nadra, frita, lusy, uci, asri, kartika, vita, wahyu, ade, mita, woro, nyda, atun, hikmah, mbk dewi, mbk tamy, mbk mey, mbk ivon yang telah mendukung dan saling membantu dalam penulisan skripsi.

10. Sahabat dan teman hidupku yang senantiasa menunggu dan mendoakandalam tugas akhir skripsi.

11. Teman-teman seperjuangan PLS angkatan 2010 terimakasih atas segala dukungan, motivasi, persahabatan dan cerita indah yang terukir di sanubari. 12. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi

ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang peduli terhadap Pendidikan Luar Sekolah dan bagi para pembacanya umumnya.

Yogyakarta, September 2014 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULAN A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. IdentifikasiMasalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. TujuanPenelitian... 5

F. ManfaatPenelitian... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Proses Penanaman ... 7

1. Tinjauan Mengenai Proses Penanaman ... 7

2. Tinjauan Mengenai Pendidikan Karakter ... 12

3. Tinjauan Mengenai Tujuan Pembentukan Karakter ... 16

4. Tinjauan Mengenai Prinsip-Prinsip Penanaman Karakter ... 17


(11)

6. Tinjauan Mengenai Nilai Karakter di Panti Asuhan Zuhriyah... 19

7. Tinjauan Mengenai Nilai-Nilai Pendidikan Karakter di Indonesia ... 19

a. Tinjauan Mengenai Religius ... 20

b. Tinjauan Mengenai Jujur ... 20

c. Tinjauan Mengenai Toleransi ... 21

d. Tinjauan Mengenai Disiplin ... 22

e. Tinjauan Mengenai Kerja Keras ... 23

f. Tinjauan Mengenai Kreatif ... 24

g. Tinjauan Mengenai Mandiri ... 25

h. Tinjauan Mengenai Demokratis ... 25

i. Tinjauan Mengenai Rasa Ingin Tahu ... 26

j. Tinjauan Mengenai Semangat Kebangsaan ... 27

k. Tinjauan Mengenai Cinta Tanah Air ... 28

l. Tinjauan Mengenai Tanggung Jawab ... 28

8. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Pendidikan Karakter ... 30

9. Tinjauan Mengenai Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran ... 32

B. Panti Asuhan... 35

1. Tinjauan MengenaiPengertian Panti Asuhan ... 35

2. Tinjauan Mengenai Tujuan Panti Asuhan ... 36

3. Tinjauan Mengenai Fungsi Panti Asuhan ... 38

C. Penelitian Yang Relevan ... 39

D. Kerangka Pikir ... 40

E. Pertanyaan Penelitian ... 41

BAB III METODOE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian... 43

B. Tempat dan Aaktu Penelitian ... 44

C. Subjek Penelitian... 44

D. Metode Pengumpulan Data ... 45

E. Teknik Analisis Data ... 46


(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Panti Asuhan Zuhriyah Sleman Yogyakarta ... 51

1. Kondisi Umum dan Sejarah PantiAsuhan ... 51

a. Kondisi Umum ... 51

b. Sejarah ... 52

2. Visi dan Misi ... 53

3. Dasar Hukum ... 53

4. Tujuan didirikannya Panti Asuhan Zuhriyah ... 53

5. Kegiatan-Kegiatan ... 54

6. Struktur Organisasi ... 56

7. Profil Lembaga ... 58

8. Mekanisme Rekrutmen Anak Asuh Panti Asuhan Zuhriyah ... 58

9. Subyek Penelitian ... 59

B. Hasil Penelitian... 60

1. Nilai Karakter Anak yang di Tekankan di Panti Asuhan Zuhriyah... 59

a. Pelayanan Pendidikan Karakter Yang di Peroleh Anak Asuh ... 64

1) Menanamkan nilai religius ... 64

2) Menanamkan nilai jujur ... 68

3) Menanamkan nilai toleransi ... 70

4) Menanamkan nilai disiplin ... 73

5) Menanamkan nilai kerja keras ... 77

6) Menanamkan nilai kreatif ... 79

7) Menanamkan nilai mandiri ... 81

8) Menanamkan nilai demokratis ... 84

9) Menanamkan nilai rasa ingin tahu ... 85

10) Menanamkan nilai semangat kebangsaan ... 87

11) Menanamkan nilai cinta tanah air ... 90

12) Menanamkan nilai tanggung jawab ... 92

b. Proses Menanamkan Nilai-Nilai Karakter... 95

1) Perencanaan Kegiatan Pengasuhan ... 95


(13)

3) Evaluasi Pengasuhan ... 99

c. Hasil Proses dalam Menanamkan Nilai-Nilai Karakter... 100

1) Pengasuhan Anak Melalui Pendidikan Karakter ... 101

2) Kondisi Sosial Anak Asuh ... 103

3) Perubahan Sikap dan Perilaku Anak Asuh ... 104

d. Faktor Pendukung dan Penghambat ... 105

e. CaraMengatasi Hambatan... 109

C. Pembahasan... 111

1. NilaiYang di Tekankan di Panti Asuhan ... 111

2. Proses Menanamkan Nilai Karakter ... 121

3. Faktor Penghambat dan Pendukung ... 125

4. Cara Mengatasi Hambatan ... 126

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 128

B. Saran ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 131


(14)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1.Profil Sumber Data Penelitian... 60

Tabel 2.Cara Menanamkan Nilai Religius ... 67

Tabel 3. Cara menanamkan Nilai Jujur... 70

Tabel4.Cara Menanamkan Nilai Toleransi ... 73

Tabel5. Cara MenanamkanNilaiDisiplin ... 76

Tabel6. Cara Menanamkan Nilai Kerja Keras ... 78

Tabel7. Cara Menanamkan Nilai Kreatif ... 81

Tabel8. Cara Menanamkan Nilai Mandiri ... 83

Tabel9. Cara Menanamkan Nilai Demokratis... 85

Tabel10. Cara Menanamkan Nilai Rasa Ingin Tahu... 87

Tabel11. Cara Menanamkan Nilai Semangat Kebangsaan ... 89

Tabel12. Cara menanamkan Nilai Cinta Tanah Air... 92


(15)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Bagan Komponen Karakter Yang Baik... 15 Gambar 2. Struktur Organiasasi Panti Asuhan Zuhriyah... 57


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi... 133

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ... 137

Lampiran3. Pedoman Wawancara... 138

Lampiran4. Catatan Lapangan ... 149

Lampiran5. Reduksi, Display dan Kesimpulan Hasil Wawancara ... 165

Lampiran6. JadwalKegiatan ... 179


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mendidik anak denganpendidikan karakter yang bermoral menjadi salah satu dari sekian banyak persoalan utama yang dialami oleh negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Suatu bangsa dalam membangun keluarganya harus mampu membentuk dan membina kehidupan serta kepribadian masing-masing anggota keluarga Usaha ini dilakukan dari generasi ke generasi secara sadar dan terencana.

Generasi muda dibekali oleh generasi terdahulu dengan keinginan, kesediaan, kemampuan dan keterampilan untuk melaksanakan tugas masing-masing keluarga. Hal ini akan terwujud jika generasi penerus bangsa mampu meneruskan tugas untuk mewujudkan karakter setiap individu yang baik. Untuk itu perlu adanya usaha generasi muda yang memiliki karakter.Tingginyan angka kenakalan dan kurangnya sopan santun peserta didik dinilai sebagai tolak ukur dari gagalnya sistem pendidikan saat ini. Data tahun 2005 mencatat kejadian perkelahian antar pelajar/remaja di sebanyak 58 desa/kelurahan di seluruh wilayah Indonesia, kasus perkelahian tersebut pada tahun 2008 semakin meluas dan terjadi sebanyak 108 desa/kelurahan, (BPS,2005/2008).Seperti yang diketahui, banyak pelajar/remaja yang mulai tidak berpijak dengan nilai-nilai budaya dalam bertindak atau bahkan tidak memiliki karakter yang kuat, oleh sebab itu pelajar/remaja tidak mempunyai karakter yang baik sehingga sangat


(18)

mudah sekali untuk dapat terpancing emosi yang mana emosi remaja belum bisa terkontrol dengan baik.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional mencanangkan pendidikan berbasis karakter untuk semua tingkat pendidikan. Menurut Mendiknas (Prof. Muhammad Nuh, 2005) pembentukan karakter perlu dilakukan sejak usia dini. Jika karakter sudah terbentuk sejak usia dini, maka tidak akan mudah untuk mengubah karakter seseorang. Ia juga berharap, pendidikan karakter dapat membangun kepribadian bangsa.Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan usaha dan pembinaan, pemeliharaan peningkatan karakter anak.

Ajaran agama Islam Al Qur’an merupakan pedoman hidup yang dasar dan nyata dalam tata kehidupan di dunia dan di akhirat. Karena itu usaha-usaha untuk memelihara, membina dan meningkatkan karakter anak haruslah didasarkan pada Al Qur’an, dengan maksud untuk menjamin kelangsungan hidup dan kepribadian setiap individu. Namun demikian, mengingat kehidupan bangsa Indonesia yang beraneka ragam tingkatnya, maka anak belum dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar baik ecara rohani, jasmani maupun sosial.Usaha pemerintah atau masyarakat untuk mewujudkan karakter anak, terutama diajukan kepada anak yang mempunyai masalah, antara lain: anak yang tidak mempunyai orang tua dan terlantar, anak terlantar, anak yang tidak mampu, anak yang mengalami masalah kelakuan dan anak cacat.Lembaga untuk menampung dan mendidik anak-anak dengan sebutan panti asuhan. Panti asuhan


(19)

sebagai suatu lembaga yang memperhatikan kebutuhan dan pendampingan serta pembentukan karakter anak yatim, piatu, yatim piatu dan fakir miskin, serta anak terlantar.

Lembaga panti asuhan masih mempunyai kepedulian sosial tinggi terhadap nasib anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian kasih sayang dan pendidikan. Maka dari itu sebagai wadah yang baik untuk mengikuti langkah yang positif untuk ditempuh oleh lembaga panti asuhan tersebut.

Panti asuhan sebagai lembaga yang mengganti peran keluarga memberi arti penting dalam pelaksanaan proses pembentukan karakter anak yang relijius karena di panti asuhan merupakan pembelajaran berbasis pondok pesantren. Dalam lembaga panti asuhan tersebut anak-anak sudah didik dan diarahkan serta dibina sedemikian rupa sesuai ajaran pondok pesantren agar terbentuk perilaku mandiri dan berakhlak mulia. Dengan demikian dalam menjalani kehidupan generasi selanjutnya anak-anak sudah terbiasa di lingkungan dengan karakter yang baik, sehingga tidak selalu merepotkan lingkungan sosial yang ada di sekitarnya. Ajaran agama yang di bina di panti asuhan yang merupakan panti asuhan berbasis pendidikan pondok pesantren menjadikan bekal untuk mereka terapkan di dunia maupun di yaumul akhir.

Panti asuhan dan pondok pesantren Zuhriyah adalah lembaga swadaya mandiri untuk mengasuh dan membimbing anak yatim, piatu, yatim piatu, dan anak terlantar agar mampu hidup mandiri dan religius dan dapat berfungsi secara wajar setelah terjun ke masyarakat.Panti Asuhan yang berbasis pondok


(20)

pesantren Zuhriyah merupakan sebuah pondok pesantren yang terdapat di kampung Rejodani, yang lokasinya terletak di depan Masjid Sulthony Rejodani. Panti asuhan ini juga termasuk pondok pesantren yang dikelola oleh Bp./Ibu Tony Willy, hingga saat ini dihuni oleh kurang lebih 100 anak asuh/santri. Panti asuhan ini berusaha mendidik agar anak sehat jasmani, rohani, serta dapat melaksanakan peran sosial secara wajar dan memiliki kesanggupan untuk berpartisipasi dalam keluarga, masyarakat dan dalam pembangunan nasional beserta kehidupan keagamaan.

Anak asuh tersebut mulai masuk di lingkungan panti pada usia sekolah dasar hingga mahasiswa, yang kemudian mereka dibekali dengan berbagai keterampilan dan berbagai kegiatan keagamaan agar mereka setelah keluar dari panti sudah mendapatkan karakter dan religius yang bisa di bawa dan di terapkan di kehidupan masa depan. Dengan adanya panti asuhan ini anak dapat belajar dari kehidupan di dunia hingga ajaran agama Islam.Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengambil judul penelitian adalah:

“Proses penanaman nilai karakter anak di panti asuhan berbasis pondok pesantren Zuhriyah Ngaglik Sleman Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas tersebut ada beberapa permasalahan yang perlu diidentifikasi, yaitu sebagai berikut:

1. Penanamannilaikarakter yang kurang optimal


(21)

3. Latarbelakangtingkat pendidikandanpengalamanpengasuh

4. Kurangpembinaan orang tuadalammenanamkanpendidikankarakter C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan dapat dikaji lebih mendalam maka diperlukan pembatasan masalah tentang proses penanaman nilai karakter anak di panti asuhan berbasis pondok pesantren Zuhriyah Sleman Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka masalah-masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penanaman nilai karakter anak panti asuhan berbasis pondok pesantren Zuhriyah Sleman Yogyakarta?

2. Nilaikarakterapayang di tanamkananak panti asuhan berbasis pondok pesantren Zuhriyah Sleman Yogyakarta?

3. Faktor pendukung dan penghambat dalam penanaman karakter anak di panti asuhan berbasis pondok pesantren Zuhriyah Sleman Yogyakarta?

4. Bagaimana cara mengatasi hambatandalampenanaman karakter anak di panti asuhan berbasis pondok pesantren Zuhriyah Sleman Yogyakarta. E. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini:

1. Untuk mendeskripsikanproses penanaman nilaikarakter apa yang di tanamkan di panti asuhan berbasis pondok pesantren Zuhriyah Sleman Yogyakarta.


(22)

2. Untuk mendeskripsikan cara menanamkan nilai karakter di panti asuhan berbasis pondok pesantren Zuhriyah Sleman Yogyakarta.

3. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam penanaman karakter anak di panti asuhan berbasis pondok pesantren Zuhriyah Sleman Yogyakarta.

4. Untukmendeskripsikancaramengatasihambatandalampenanaman karakter anak di panti asuhan berbasis pondok pesantren Zuhriyah Sleman Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Bagi pengembang teori, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan wahana dabn masukan baru bagi perkembangan dan konsep pengasuhan anak, terutama pengetahuan tentang pengasuhan anak di panti asuhan.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dan informasi tentang proses pengasuhan anak di panti asuhan.

3. Bagi peneliti

Bagi peneliti, sebagai wacana untuk memperdalam pemikiran dan pengetahuan, khususnya tentang proses pengasuhan dalam penanaman nilai karakteranak di panti asuhan.


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Proses Penanaman

1. Pengertian Proses Penanaman

Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan secara terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya. Proses didalam lingkungan pengasuhan panti asuhan (http://id.wikipedia.org/wiki/Proses diakses pada tanggal 8 Maret 2014). Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa (Assauri, 1995).

Proses diartikan sebagai suatu cara/metode atau tindakan seseorang untuk menghasilkan suatu hasil perubahan yang dimiliki oleh subjek, proses yang di maksud disini yaitu bagaimana mengasuh anak di panti asuhan untuk mengasuh dengan cara memberikan suatu perawatan, pendidikan secara jasmani dan rohani. Proses juga dapat diartikan sebagai pola asuh yaitu sama-sama merupakan proses dalam mendidik anak sebagaimana mestinya untuk menunjang keberhasilan dan cita-cita anak. Menurut Gunarsa dalam A. Utomo Budi (2005: 11) pola asuh orang tua tidak lain merupakan metode atau


(24)

proses/cara yang dipilih orang tua dalam mendidik anak-anaknya, dan bagaimana orang tua memperlakukan anak mereka. Sedangkan menurut Tarsis Tarmuji (2001: 37) mengemukakan bahwa pola asuh orang tua merupakan interaksi anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan yang di maksud yaitu berarti me ndidik, membimbing, dan mendisiplinkan anak untuk mencapai kedewasaan sesuai norma-norma yang ada didalam masyarakat.

Darling dalam Ade Rahmawati mengungkapkan aktivitas kompleks yang melibatkan banyak perilaku spesifik dan bekerja secara individual dan bersama-sama untuk mempengaruhi anak ke dalam hal kebaikan. Proses memang bisa di artikan sebagai pola asuh orang tua atau pengasuh dalam membentuk interaksi antara anak dan orang tua atau pengasuh dengan cara mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan anak serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma dan budaya yang berlaku dalam lingkungan masyarakat.

Pengasuh merupakan seseorang yang memberikan perhatianya secara lebih terhadap orang yang di berikan perhatian sehingga orang yang di berikan perhatian akan merasa nyaman dan memiliki pengetahuan. Hal ini biasanya di rasakan oleh anak-anak usia dini yang perlu dan harus mendapat perhatian dan pendidikan secara sadar dan terencana guna menjadikan pribadi anak dan kemandirian yang lebih baik. Namun tidak di pungkiri jika pengasuhan anak dalam usia remaja juga perlu dan harus di asuh tetapi dalam bentuk pengawasan


(25)

dan pendidikan untuk menunjang kemampuan dalam bergaul di lingkungan sekitar. Menurut Euis Sunarti (2004: xii) Pengasuan sebagai proses merawat, memelihara, mengajarkan, dan membimbing anak merupakan aplikasi bagaimana orang tua membimbing anak agar dapat menjalani kehidupan dengan baik. Anak adalah pribadi yang lain, memiliki pandangan dan pemikiran sendiri, memiliki pandangan dan pemikiran sendiri, memiliki garis hidup dan takdirnya sendiri. Anak merupakan dambaan setiap orang tua agar tumbuh dan berkembang sesuai karakter yang ada di dalam dirinya sehingga orang tua hanya mengarahkan bagaimana anak itu akan hidup dan berkembang.

Orang tua dalam mendidik anak menggunakan karakteristik yang ideal dapat digunakan untuk pedoman atau arah untuk membangun anaknya lebih berkompeten yang bisa menggunakan sumberdaya lingkungan dengan baik dan efisien. Didasarkan pada teori Baumrind dalam buku Euis Sunarti: 2004 membagi tiga gaya pengasuhan, yaitu otoriter (fokus kepada orang tua), gaya authoritative (demokratis, fokus kepada anak), dan gaya permisif (serba membolehkan).Pengasuhan erat kaitannya dengan kemampuan suatu keluarga atau rumah tangga dan komunitas dalam hal memberikan perhatian, waktu dan dukungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan serta bagi anggota keluarga. Orangtua dalam pengasuhan memiliki beberapa definisi yaitu ibu, ayah, atau seseorang yang akan membimbing dalam kehidupan baru, seorang penjaga, maupun seorang pelindung.


(26)

Orangtua adalah seseorang yang mendampingi dan membimbing semua tahapan pertumbuhan anak, yang merawat, melindungi, mengarahkan kehidupan baru anak dalam setiap tahapan perkembangannya. Sehingga dapat di artikan bahwa metode ini fokus ke depan untuk meningkatkan kemampuan analisa dan empati anak serta kekuatan antisipasi dalam menjaga keharmonisan hubungan anak dengan pengasuh.Pengasuhan tidak hanya berdampak terhadap kompetensi anak, namun juga berkaitan dengan kebahagiaan anak. Jadi secara sederhana pengasuhan dapat diartikan sebagai implementasi serangkaian keputusan yang dilakukan orang tua atau orang dewasa terhadap anak, sehingga memungkinkan anak menjadi bertanggungjawab, menjadi anggota masyarakat yang baik, dan memiliki karakter-karakter baik dan mengevaluasi semua hal yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Euis sunarti (2004: 4) Sifat dua arah dari pengasuhan ditunjukkan oleh serangkaian interaksi orang tua-anak, dimana aksi yang diberikan orang tua sebagai pengasuh mendapat reaksi dari anak, dan reaksi tersebut di pandang sebgaai aksi yang kemudian ditanggapi oleh orang tua.

Proses pengasuhan bukanlah sebuah hubungan satu arah yang mana orang tua mempengaruhi anak namun lebih dari itu, pengasuhan merupakan proses interaksi antar orang tua dan anak yang dipengaruhi oleh budaya dan kelembagaan sosial dimana anak dibesarkan. Pengasuhan merupakan proses yang panjang, maka proses pengasuhan akan mencakup a) interaksi antar anak, orang tua, dan masyarakat lingkungannya, b) penyesuaian kebutuhan hidup dan


(27)

temperamen anak dengan orang tuanya, c) pemenuhan tanggung jawab untuk membesarkan dan memenuhi kebutuhan anak, d) proses mendukung dan menolak keberadaan anak dan orang tua, serta, e) proses mengurangi resiko dan perlindungan terhadap individu dan lingkungan sosialnya.

Beberapa definisi tentang pengasuhan tersebut menunjukkan bahwa pengasuhan merupakan sebuah proses interaksi yang terus menerus antara orang tua dengan anak yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, baik secara fisik, mental maupun sosial, sebagai sebuah proses interaksi dan sosialisasi bisa dilepaskan dari sosial budaya dimana anak di asuh dan dibesarkan.

Marclom Nuryanto Puji Lestari mengungkapkan (2008:53-54 ) empat macam pola asuh yang diterapkan pada anaknya dapat digolongkan menjadi:

a. Pola asuh otoriter

Yang dimaksud adalah setiap orang tua atau pengasuh dalammendidik anak mengharuskan setiap anak patuh tunduk terhadap setiap kehendak orang tua. Kesempatan yang menyangkut tentang tugas, tentang tugas dan hak yang diberikan kepada dirinya,

b. Pola asuh demokratis

Yang dimaksud adalah sikap orang tua dan pengasuh yang mau mendengarkan pendapat anak, kemudian dilakukan musyawarah antara pendaat orang tua dan pendapat anak lalu diambil suatu kesimpulan secara bersama tanpa ada rasa terpaksa.

c. Pola asuh permisif

Yang dimaksud dengan sikap orang tua yang mendidik anak secara mutlak pada anak dalam bertindak tanpa adanya pengarahan sehingga bagi anak yang perilakunya menyimpang akan menjadi anak yang tidak diterima dimasyarakat karena dia tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Dari beberapa pengertian macam-macam pola asuh/proses pengasuhan anak diatas perlu kita simpulkan bahwa pendidikan anak di dalam lingkungan


(28)

panti asuhan memberikan pengasuhan secara demokratis sehingga pengasuh anak mudah untuk berinteraksi tanpa adanya paksaan yang didasari oleh peraturan di lingkungan panti asuhan tersebut, karena dengan adanya pendidikan yang dan pengasuhan anak secara demokratis anak menjadi lebih mengembangkan keinginan dan pembentukan watak yang baik sebagaimana pendidikan karakter yang di junjung tinggi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

2. Pendidikan Karakter

Heri Gunawan (2012:3) menyatakan pendapatnya bahwa keadaan asli yang ada dalam individu yang membedakan dirinya dengan orang lain, dengan begitu orang dapat dikenal melalui karakternya.Manusia antara satu dengan yang lainnya memiliki ciri-ciri yang bisa membedakan dirinya dan orang lain, perbedaan tersebut dapat dilihat melalui bentuk fisik maupun karakternya. Hal tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Dharma Kusuma, Cepi Triatna, dan johar permana (2012:11), karakter merupakan suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku anak , sehingga karakter seseorang dapat dilihat berdasarkan perilakunya.

Pendapat lain menurut Simon Philips dalam Masnur Muslich (2011:70), karakter merupakan kumpulan tata nilai yang membentuk kesatuan serta menjadi landasan dalam pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan. Menurut mulyasa (2012:3), bahwa karakter merupakan sikap alami sseseorang dalam merespon situasi secara bermoral yang diwujudkan dalam tindakan baik, jujur,


(29)

bertanggung jawab, hormat kepada orang lain, dan nilai-nilai karakter lainnya. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan aplikasi nilai-nilai yang ada dalam diri individu tersebut seperti perilaku jujur, tanggung jawab, hormat kepada orang lain, toleransi, kerja sama, adil, disiplin, dan kerja keras, ulet, sehingga akan membedakan antara individu yang satu dengan individu yang lain dengan cara melihat perilaku yang ada dalam individu tersebut.

Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakinmendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini terlebih dilihat dari hasil dan perilaku lulusan pendidikan formal saat ini, misalnya tawuran, korupsi, perkembangan seks bebas pada kalangan remaja, narkoba, pembunuhan, perampokan oleh pelajar, dan pengangguran lulusan sekolah atas.Secara sederhana,pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter. Menurut seorang filsuf Michael Novak dalam buku Thomas Licona: (1991: 81) merupakan campuran kompatibel dari seluruh kebaikan yang diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang berakal yang ada didalam sejarah. Jadi karakter yag ada pada diri manusia tidak semua mempunyai kebaikan dari dalam diri melainkan banyak fator lebih dan kurang karena perkembangan manusia dalam hakikatnya berada dalam suatu kebudayaan terdahulu yang secara turun menurun mengakibatkan suatu kebiasaan manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang benar.


(30)

Pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti. Sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.Istilah pendidikan karakter masih jarang didefinisikan oleh banyak kalangan. Kajian teoritis terhadap pendidikan karakter ahkan masih banyak yang salah tafsir tentang makna pendidikan karakter. Menurut Ratna Megawi (2004:95) sebuah usaha untuk mendidik anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannyadalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap lingkungannya. Pendidikan karakter telah menjadi perhatian berbagai negara dalam rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu warga negara, tetapi juga untuk warga masyarakat secara keseluruhan.

Pendidikan karakter memerlukan metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Di antara metode pembelajaran yang sesuai adalah metode keteladanan, metode pembiasaan, dan metode pujian dan hukuman. Karakter menurut filusuf Michael Novak (Thomas Licona, 1991: 81) merupakan campuran kompatibel dari seluruh kebaikan yang diidentifikasikan oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang berakal sehat yang ada dalam ssejarah. Karakter yang ada saat ini memiliki tiga bagian yang saling berhubungan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral.


(31)

Ketiga hal tersebut berguna untuk mengarahkan suatu kehidupan moral karena ketiga bagian ini membentuk kedewasaan moral. Seperti diagram di bawah ini mengidentifikasikan kualitas moral tertentu yang membentuk pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral.

Komponen Karakter yang baik

Thomas Lickona (1991: 84) Gambar 1. Komponen Karakter yang baik

Komponen karakter yang baik di atas merupakan suatu bagan yang menerangkan tentang bagaimana mengasuh dan mendidik anak secara sadar dan

Pengetahuan moral

1. Kesadaran moral 2. Pengetahuan nilai moral 3. Penentuan perspektif 4. Pemikiran moral 5. Pengambilan keputusan 6. Pengetahuan pribadi

Perasaan Moral

1. Hati nurani 2. Harga diri 3. Empati

4. Mencintai hal yang baik 5. Kendali diri

6. Kerendahan hati

Tindakan Moral

1. Kompetensi 2. Keinginan 3. Kebiasaan


(32)

terencana. Didalam komponen tersebut perlu kita ketahui bahwa pengetahuan dan perasaan moral menghasilkan tindakan moral yang dapat menjadi dasar anak untuk mendapatkan kemampuan berkompetensi, mempunyai keinginan, dan terbiasa dengan hal yang baik.

3. Tujuan Pembentukan Karakter

Tujuan mendidik karakter adalah untuk membentuk karakter yang terwujud dalam suatu subyek dan pelaku sikap hidup yang dimilikinya, karakter juga memberikan kesatuan dan kekuatan yang diambilnya. Kekuatan karakter dalam pandangan Foerster yaitu (1) Karakter yang terbentuk dengan baik tidak akan mengenal yang namanya konflik, (2) dapat mengakarkan diri, teguh pada prinsip, tidak terombang ambing oleh pengaruh baru atau takut resiko, (3) kemampuan seseorang dalam menginternalisasikanatas keputusan pribadi tanpa didesak pengaruh dari luar, (4) ketahanan seseorang untuk mengingini apa yang di pandang baik, sedangkan kesetiaan adalah dasar dari penghormatan atas komitmen yang dipilih.Dari pandangan Foerster tersebut perlu kita ketahui bahwa pandangan tentang kebebasan berfikir dan berpendapat sesui dengan batasan yang diketahui oleh seseorang individu tanpa adanya paksaan.

Muhammad Fadilillah (2013: 25) mengemukakan beberapa tujuan pendidikan karakter sebagai berikut:

a. Mengembangkan potensi kalbu/nuraini/efektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa.

b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius. c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai


(33)

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.

e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi serta penuh kekuatan.

Definisi tujuan pendidikan karakter diatas perlu kita ketahui bahwa pendidikan karakter sama halnya mengasuh pendidikan pada umumnya melainkan karakter lebih diintensifkan sehingga nilai-nilainya dapat ditanamkan oleh anak sejak dini sampai remaja. Penanaman karakter sejak dini akan menjadikan anak memiliki kepribadian maupun akhlak yang baik karena apa yang anak lihat, rasakan, dan lakukan akan menjadi penentu atau langkah awal keberhasilan di waktu dewasa kelak.

4. Prinsip-Prinsip Penanaman Karakter

Mulyasa dalam Muhammad fadilillah & lilif (2013: 31) merekomendasikan 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif yaitu:

a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.

b. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk membangun karakter.

c. Menciptakan komunitas yang memiliki kepedulian.

d. Memberi kesempatan pada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik.

e. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang, yang menghargai semua anak didik, membangun arakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.

f. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para anak didik.

g. Memfungsikan seluruh staf/pengasuh sebagai komunitas moral yang berbagai tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada nilai dasar yang sama.

h. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.


(34)

i. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun pendidikan karakter.

5. Proses Penanaman nilai karakter di Panti Asuhan

Penanaman nilai karakter anak di panti asuhan Zuhriyah yang berbasis pendidikan pondok pesantren membentuk anak menjadi individu yang memiliki karakter baik sesuai dengan ajaran Agama Islam, namun dalam kenyataanya menanamkan nilai karakter anak panti asuhan membutuhkan suatu konsep yang matang sehingga anak dapat menerima pendidikan karakter yang baik dan benar sesuai ajaran agama Islam yang diberikan oleh pengasuh di panti asuhan Zuhriyah.

Anak asuh yang ada di panti asuhan sendiri memiliki berbagai karakter yang awalnya tidak memiliki panduan pendidikan karakter yang baik. Anak yang masuk dalam dunia panti asuhan berbasis pondok pesantren akan terbiasa dan terbentuk karakter yang baik sesuai ajaran agama Islam dan norma-norma bangsa Indonesia.

6. Nilai karakter di panti asuhan Zuhriyah

Agama merupakan penentu dalam pendidikan karakter karena agama merupakan dasar untuk memegang peranan vital dalam nilai-nilai luhur dalam pendidikan karakter. Penanaman nilai agama tersebut dalam amalan, sikap, dan keseharian dan berpedoman pada Al-Quran dimana isi di dalam Al-Quran memberikan petunjuk kepada manusia mengenai karakter yang baik dan tidak baik. Dengan demikian pendidikan karakter di Panti Asuhan Zuhriyah melalui amalan, sikap, dan keseharian serta berpedoman pada isi dari Al-Quran dan


(35)

menjelaskan larangan dan perintah. Selain itu anak asuh di harapkan mengikuti sikap dan perilaku pengasuh yang sabar dan santun, meniru suri tauladan Nabi Muhammad SAW. Saran yang diajukan kepada Panti Asuhan Zuhriyah agar pendidikan karakter di Panti dapat meningkat, sebaiknya buku penunjang untuk pendidikan agama harus ditambah.

Nilai-nilai karakter yang ditanamkan di Panti asuhan adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan karakter berbasis religius b. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya c. Pendidikan karakter berbasis lingkungan

d. Pendidikan karakter berbasis potensi diri yang dilaksanakan melalui sikap dan keseharian seperti menjalankan ibadah, siraman rohani, membersihkan lingkungan, memberikan bimbingan keterampilan.

Dalam menenamkan nilai karakter di Panti Asuhan Zuhriyah di butuhkan pengasuh yang sopan dan santun dalam berbagai kegiatan, sehingga anak panti dapat mengikuti pengasuh yang dapat membimbing mereka ke dalam sikap yang positif.

7. Nilai-nilai pendidikan karakter di Indonesia

Pelaksanaan pendidikan karakter di berikanpenanamannilai-nilaikarakter di Indonesia menurut Balitbang Kemendiknas (2010:7) sebagaiberikut:


(36)

a. Religius

Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleransi terhadap ajaran agama lain . dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Nilai agama ataau religius hendaknya di ajarkan oleh anak karena inilah yang akan mejadi dasar seseorang untuk dapat menalani kehidupan yang baik dan benar yaitu secara vertikal dan horizontal

Agama merupakan sumber dan acuan dalam kehidupan manusia sebagai tembok dalam menjalankan kehidupan yang baik secraa rohani. Penanaman nilai religius/nilai agama terhadap anak di panti asuhan dilakukan dengan cara memberi contoh dan memfasilitasi anak untuk beribadah sesuai peraturan yang ada di dalam lingkungan panti asuhan berbasis pondok pesantren.

b. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Dengan kata lain orang dapat dipercaya oleh orang lain jika ia mampu jujur terhadap dirinya sendiri. Dalam diri seseorang telah tertanam sifat jujur, orang tersebut akan berusaha mendapatkan haknya atas usaha atau tindakan yang telah dilakukannya.

Upaya dalam membiasakan anak agar berperilaku jujur hendaknya pengasuh memberikan contoh dengan cara memberi stimulus terhadap anak,


(37)

sehingga anak tidak merasa di jadikan robot yang selalu diperintah dan dipaksa dalam melakukan sesuatu.

c. Toleransi

Toleransi sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Manusia juga diciptakan oleh Allah SWT dengan berbagai perbedaan. Dalam QS. Al Hujaraat (49) ayat 13 :

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lahi Maha Mengenal.

Ayat diatas dapat disimpulkan bahwa Allah menciptakan manusia secara berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal. Indonesia sebagai negara kepulauan tentunya memiliki beragam budaya yang berbeda-beda, perbedaan tersebut bukan menjadi pemisah melainkan sebagai persatuan bangsa.

Pengasuh di panti asuhan menjadi orang tua sekaligus pendidik hendaknya memberikan kesempatan belajar memahami segala sesuatu untuk dapat hidup secara toleransi kepada sesama temannya. Selain itu anak dibimbing agar saling mehormati terhadap teman yang berbeda agama meskipun dilingkungan panti merupakan agama Islam.


(38)

d. Disiplin

Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Perilaku ini dilandaskan kesadaran diri akan pentingnya berperilaku disiplin. Dalam pendapat Gede Raka (2011:113) bahwa orang berkarakter adalah orang yang mempunyai disiplin diri yang tinggi karena mereka adalah orang yang melakukan kebaikan atas kemauannya sendiri, bukan karena disuruh atau diawasi orang lain.

Disiplin dapat dilakukan sebagai kebiasaan untuk mendapatkan nilai kehidupan yang terarah. Disamping itu Nurul Zuriyah (2008: 2009) juga menjelaskan bahwa nilai disiplin dapat ditanamkan melalui pengkondisian lingkungan seperti memasang tata tertib yang mudah untuk di mengerti anak. Seseorang yang dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya merupakan orang yang beruntung, hal ini sebgaimana yang terdapat dalam QS. Al’Ashr (103) ayat 1-2 yang artinya sebagai berikut:

1. Demi masa.

2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

3. Kecuali orang-orang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Disiplin merupakan sikap dan perilaku seseorang yang mencerminkan ketaatan/kepatuhan terhadap peratuan.nilai disiplin dapat ditanamkan terhadap anak panti asuhan dengan menunjukkan kedisiplinan, pembiasaan


(39)

mentaati peraturan yang ada di panti, serta mengkondisikan lingkungan santri dan sekolah yang dapat mendukung penanaman nilai disiplin anak.

e. Kerja Keras

Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik baiknya. Upaya tersebut dapat ditunjukkan oleh siswa ketika mengikuti proses pembelajaran di panti asuhan dengan basis pondok pesantren yaitu pada saat anak kesulitan dalam belajar mendalami ilmu agama oleh sebab itu dengan semangat dan kerja keras secara sungguh-sungguh kesulitan belajar tersebut akan teratasi.

Semnagat anak untuk bekerja keras hendaknya di iringi dengan kecerdasan dan keikhlasan ssaat melakukan suatu pekerjaan, hal ini di sampaikan oleh Abdullah Gymnastiar (2006:107) bahwa “salah satu kunci kesuksesan adalah bekerja keras dengan cerdas dan ikhlas yang artinya kita harus menggunakan cara dalam bekerja, tidak hanya fisik yang kita kerahkan namun kita harus memiliki potensi diri kita yaitu akal/ hati”.

Semangat anak untuk bekerja keras hendaknya diimbangi dengan kecerdasan dan keikhlasan dalam melakukan suatu pekerjaan. Berdasarkan uraian diatas, baha kerja keras merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk menyelesaikan berbagai hambatan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Nilai kerja keras dapat di berikan dengan cara pemberian tugas untuk anak, menyediakan fasilitas yang mendorong anak untuk bekerja keras,


(40)

suasana panti asuhan yang menyenangkan, anak juga sebaiknya selalu dibimbing agar bekerja secara ikhlas.

f. Kreatif

Kreatif adalah berpikir dan melakukan suatu untuk menghasilkan cara atau hasil dari suatu yang telah dimiliki. Dengan kata lain upaya seseorang untuk mengoptimalkan potensi yang dia miliki dengan cara menciptakan sesuatu yang baru dari sesuatu yang telah ada. Nilai kreatif dpat ditanamkan kepada siswa dengan cara menciptakan situasi yang menumbuhkan daya berfikir dan bertindak kreatif, dan memberikan tugas yang menjadikan tantangan adanya karya baru. Menurut Muhammad Fauzil adhim (2007:195) bahwa Kreativitas bisa kita tumbuhkan dengan membangun sikap pengasuhan yang baik. Anak-anak kita akan terdorong kreativitasnya jika mereka menerima perlakuan yang wajar dan terhormat dari lingkugannya. Anak yang mendapat pujian yang spontan dari orangtuanya cenderung lebih cerdas dan kreatif.

Pengasuh dalam mengasuh anak panti juga sebaiknya memiliki sikap untuk mengasihi dan membimbing anak panti dengan ikhlas sehingga mereka dapat percaya diri dalam mengembangkan kreativitasnya, pengasuh juga dapat merangsang kreativitas anak dan mereka akan dapat terbiasa dengan metode yang diberikan pengash. Adapun nilai kreatif dapat ditanamkan melalui pemberian kesempatan bagi anak untuk mengembangkan


(41)

kreativitasnya, mengadakan berbagai kegiatan yang bernuansa kreativias islami, melibatkan anak dalam festival.

g. Mandiri

Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas, seseorang akan merasa yakin dan mampu untuk menyelesaikan masalah atau pekerjaannya, bukan hanya mengandalkan kemampuan atau bantuan orang lain.

Mohamad Mustari (2011: 94) mengemukakan pendapatnya bahwa orang yang mandiri adalah orang yang cukup diri, yaitu mampu berpikir dan bertindak atas keputusannya sendiri, tidak perlu bantuan orang laikk, berani mengambil resiko, serta mampu menyelesaikan masalah. Menanamkan nilai mandiri pengasuh mempunyai porsi pada anak untuk membimbing anak agar terbentuk sebgaai individu yang mandiri hal tersebut dilakukan atas dasar rasa cinta terhadap anak, bukan hanya sekedar memenuhi kewajiban rutinitas, bentuk ungkapan rasa cinta pengasuh kepada anaknya yaitu dengan memberikan motivasi dan dukungan pada semuaaktivitas anak. Sikap dan perilaku kemampuan seseorang yang menunjukkan kemampuannya untuk mampu menyelesaiakn suatu pekerjaan tanpa bergantung pada orang lain. h. Demokratis

Demokratis yaitu “Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya sendiri”. Demokratis identik dengan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dan menentukan pilihan yang


(42)

dilandasi oleh kesamaan hak dan kewajiban. Sehingga perlu adanya wadah yang dapat memudahkan seseorang guna menyampaikan aspirasinya. Pengasuh hendaknya memberikan kesempatan bagi anak untuk bersikap demokratis melaui metode diskusi antar teman untuk bebas menyampaikan pendapatnya, selanjutnya pengasuh juga membimbing anak dalam menjaga etika ketika menyampaikan pendapat, sehingga anak belajar bertanggungjawab dengan tindakan yang dilakukannya.

Mohamad Mustari (2011: 175) mengemukakan pendapatnya bahwa nilai-nilai demokratis hendaknya dipelajari melalui pengalaman, sehingga panti asuhan memberi kesempatan kepada anak untuk bebas memilih, kebebasan bertindak, dan kebebasan mendapat hasil atas tindakannya yang membentuk tanggung jawab personal. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa demokratis merupakan sikap dan perilaku yang menghargai orang lain atas dasar kesamaan hak dan kewajiban.

i. Rasa ingin tahu

Rasa ingin tahu adalah Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Bahwa sikap atau tindakan seseorang untuk memperoleh informasi tersebut dapat juga dikatakan dengan emosi rasa ingin tahu.

Menurut Mustari (2011: 104) bahwa rasa ingin tahu adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku secara ilmiah seperti eksplorasi,


(43)

investigasi, dan belajar. Penanaman rasa ingin tahu dapat dilakukan dengan cara menggunakan metode pembelajaran yang dapat mendorong rasa ingin tahu siswa seperti pemecahan masalah, menyediakan berbagai media informasi, mengajak anak untuk bereksplorasi dengan lingkungan sekitar. Pendapat lain menurut S. Devi (2010: 172) menyatakan bahwa salah satu cara menanamkan rasa ingin tahu siswa yaitu dengan memberikan perhatian penuh atau dengan memberikan sebuah penghargaan terhadap anak. Pengasuh sebaiknya membimbing siswa untuk mengetahui saat yang tepat untuk etika bertanya kepada orang lain. Rasa ingin tahu sangat baik dan merupakan hal yang positif untuk dikembangkan dalam diri anak, namun rasa ingin tahu dapat menjadi negatif jika keingintahuannya tersebut merugikan dirinya dan orang lain. Hal yang dapat merugikan dirinya sendiri misalnya keingintahuan seseorang tentang privacy orang lain, keingintahuan ini dapat mencari kelemahan orang lain, serta keingintahuan seseorang untuk mencelakakan orang lain. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu merupakan emosi seseorang yang ada dalam diri seseorang untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang suatu hal yang diekspresikan melalui sikap mendengar, melihat, dan memperhatikan tentang hal yang ingin ia ketahui. j. Semangat kebangsaan

Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya. Olehkarenanya semnagat kebangsaan


(44)

ditanamkan sejak dini kepada anak, agar generasi penerus bangsa memiliki semangat untuk memajukan bangsanya.

Penanaman nilai kebangsaan menurut Kemendiknas (2010: 34) dapat dilakukan dengan cara mengadakan upacara di lingkungan seolah, mengadakan upacara pada hari besar nasional, mengikuti lomba pada hari besar di lingkungan panti, mendiskusikan hari besar nasional. Berdasarkan uraian di atas, dapt di simpulkan bahwa semangat kebangsaan merupakan sikap dan perilaku seseorang yang mencerminkan semangatnya untuk membela kepentingan bangsa yang mencerminkan semangatnya untuk membela kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi. Nilai semangat kebangsaan dapat diketahahui dengan cara mengenalkan tokoh pahlawan nasional yang rela berkorban, mengenalkan tokoh keagamaan yang menyebarkan agama di dunia, mengadakan suatu kegiatan yang menumbuhkan semangat kebangsaan dalam diri anak.

k. Cinta tanah air

Cinta Tanah air menurut adalah cara berpikir untuk menjaga dan membudayakan serta mendahulukan kepentingan bangsa dan negara. Dengan kata lain cinta tanah air memiliki arti yang sama dengan nasionalisme.

l. Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,


(45)

masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

http://rumahinspirasi.com/18-nilai-dalam-pendidikan-karakter-bangsa/ (diakses pada tanggal 26/03/2014).

Dalam pendidikan di pondok pesantren di panti asuhan tersebut sudah menjadi kewajiban seorang pengasuh untuk menjadikan anak asuhnya menjadi pribadi yang mencintai tuhan dan segenap ciptaanya, kemandirian dan tanggung jawab, kejujuran/amanah, bijaksana, hormat dan santun, dermawan, suka menolong dan gotong royong, percaya diri, kreative dan pekerja keras, kepemimpinan dan keadilan, baik dan rendah hati, toleransi dan kedamaian dan kesatuan Ratna Megawangi 2004:95.

Pengasuh dapat mengajarkan secara baik dalam menangani anak asuh yang ada di panti asuhan yang berada di bawah pendidikan setara pondok pesantren, karena dengan adanya pendidikan karakter di dalam lingkungan panti asuhan akan mendapatkan pandangan yang lebih baik seiring dengan pendidikan karakter berdasarkan ilmu agama Islam yang kita anut, serta memberi contoh karakter yang baik yang akan di bawa sehari-hari di masyarakat luas. Secara keseluruhan pendidikan karakter lebih mengutamakan pertumbuhan moral individu yang ada dalam lembaga pendidikan.


(46)

8. Faktor-faktor penghambat dan pendukung pendidikan karakter

Darmiyati Zuchdi (2009: 86) berpendapat bahwa pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah pada anak melainkan menanamkan kebiasaan pada anak tentag yang baik sehingga anak paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik. Jadi pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai yang tidak hanya berhenti pada tingkatan sehingga anak dapat membedakan suatu hal yang salah dan benar. Kebiasaan anak yang melakukan hal yang baik di harapkan akan membentuk karakter dalam dirinya.

Berbagai pendapat yang disampaikan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya mengenalkan, megembangkan, serta membiasakan nilai-nilai karakter melalui berbagai stimulus dan latihan agar anak menjadi insan yang memiliki kepribadian dan perilaku yang baik serta bermanfaat bagi orang lain, lingkungan panti asuhan dan sekitarnya Faktor-faktor resiko menurut (Darmiyati Zuchdi 2011: 31) yang disebabkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampun bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi. Anak-anak yang bermasalah dalam kecerdasan emosional akan mengalami kesulitan dalam belajar, bergaul dengan teman dan tidak dapat mengontrol emosinya. Pribadi yang berkarakter tidak hanya cerdas lahir batin tetapi memiliki dan menjalankan suatu kegiatan dengan benar dan dapat menyalurkan kepada orang lain.


(47)

Seorang yang memiliki karakter yang kuat dapat menghiasi dunia atau sebagai tokoh yang dipercaya untuk orang yang ada di lingkungannya. Karakter seseorang akan di pengaruhi oleh gen atau keturunan karena karakter dapat di bentuk sejak lahir.

Gen merupakan faktor penentu yang pertama melekat pada diri anak. Maka dari itu faktor genetis inilah yang menjadi karakter anak jika tidak ada proses selanjutnya. Dalam Islam faktor genetis disarankan dalam memilih jodoh, sebaiknya melihat rupa, harta, keturunan, dan agama. Dalam buku Darmiyati Zuhdi (2011: 32) bahwa pendidikan karakter diajarkan secara sistematis menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Dari tiga metode tersebut merupakan serangkaian suatu penanaman karakter yang mana knowing the good mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif, setelah itu adalah feeling love the good membuat orang senantiasa melakukan perilaku kebijakan karena cinta. setelah melakukan kebijakan acting the good ini merubah kebiasaan, Setelah itu untuk mengimplementasikan metode pendidikan karakter melalui 3 metode menurut Zulhan dalam Darmiyati zuhdi (2010:15) menyatakan bahwa terdapat langkah-langkah sebagai berikut :

1. Memasukkan semua pendidikan karakter dalam semua mata pelajaran di sekolah termasuk ke dalam pelajaran jasmani dan olahraga.

2. Membuat slogan atau yel-yel yang dapat menumbuhkan kebiasaan semua masyarakat sekolah untuk bertingkah laku yang baik misalnya slogan yang berbunyi kebersihan bagaian dari iman, tolong menolong dalam kebaikan, jangan menolong dalam kejahatan, mengatakan yang jujur walau itu pahit, hormati guru sayangi teman, sesungguhnya Allah


(48)

menjadi orang yang sabar, keselamatan manusia terletak pada mulutnya, dan sebagainya.

3. Melakukan pemantauan atau kontinyu, beberapa hal yang perlu dipantau antara lain adalah kedisiplinan masuk sekolah, kebiasaan saat mankan di kantin, kebiasaan saat di kelas, kebiasaan dalam berbicara. 9. Pendidikan karakter dalam pembelajaran

Pendidikan karakter meliputi berbagai wahana pendidikan untuk menunjang keberhasilan pendidikan karakter yang di berikan yaitu sebagai berikut:

a. Bahasa dan sastra sebagai wahana pendidikan karakter

Bahasa indonesia merupakan alat pemersatu dalam perjuangan mencapai kemerdekaan. Sesuai dengan fungsinya sebagai pemersatu, bahasa, negara, dan bahasa ilmu, bahasa Indonesia merupakan wahana yang tepat untuk pendidikan karakter. Wahana menulis juga tepat untuk pendidikan karakter karena dalam pembelajaran bahasa maupun pembelajaran di bidang pembelajaran lainnya perlu di berikan nilai kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab. Anak didik juga diberikan pendidikan untuk menghargai dan menghormati pendapat orang lain.

b. Pembelajaran karakter berbasis seni

Pendidikan seni merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk mentransfer nilai-nilai tersebut. Nilai pendidikan karakter dapat diajarkan melalui substansi seni dan proses berkreasi seni, pemilihan materi seni yang dapat mengembangkan pendidikan karakter yang


(49)

mencerminkan nilai-nilai pancasila, proses penanaman nilai secara tidak langsung, proses pembelajaran yang memperhatikan pengembangan karakter.

c. Pendidikan karakter dalam pendidikan sains

Pendidikan sains sebagai bagaian kecil medan pendidikan sangat menjanjikan dalam memberikan sumbangannya bagi pengembangan moral anak bangsa. Pendidikan sains diyakini dan harus mampu merenovasi karakter yang telah rapuh.

d. Implementasi pendidikan dalam pendidikan IPA di LPTK

Memberikan pengalaman, keterampilan, dan karakter unttuk membangun calon pendidik agar dapat menyalurkan ilmunya ke anak didik.

e. Pengembangan karakter dalam pendidikan matematika

Kegiatan matematika sangat cocok untuk anak didik cocok dengan pengembangan karakter antara lain menganggap matematika sebagai kegiatan menelusuri pola-pola, kegiatan penelitian atau investigasi, kegiatan pemecahan masalah, dan kegiatan komunikasi.

f. Pendidian kewarganegaraan sebagai wahana membangun karakter warga negara demokratis

Hadirnya pendidikan kewarganegaraan baru memasuki era reformasi di Indonesia. Karakter ideal yang diperlukan untuk membentuk karakter negara demokratis dalam pendidikan kewarganegaraan


(50)

selama Orde Baru yang cenderung normatif, dan formalistik terhadap penafsiran nilai-nilai bersama (pencasila), mengharuskan kerja keras dari segenap elemen pendidikan yang menginginkan terjadinya demokratis di Indonesia berlangsung sesuai harapan.

g. Praktik IPS sebagai wahana pendidikan karakter

Dalam praktik ini mendapt gambaran tentang kehidupan masyarakat yang sesungguhnya sehingga dapat dijadikan cermin atau acuan dalam kehidupan sehari-hari, dalam prktik ini masyarakat diharapkan menerapkan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakt seperti etika dan sopan santun dengan menghargai dan menghormati orang tua.

h. Implementasi pendidikan karakter dalam pendidikan jasmani dan olahraga

Dalam bentuk aktivitas olahraga sebagai sarana prasarana pembentukan karakter peserta didik yang dapat ditempuh dalam dua cara, yaitu aktivitas melalui olahraga dan aktivitas dalam olahraga. Aktivitas ini berdampak pada bagaimana peserta didik melaksanakan tugas-tugas sosial melalui olahraga, dari kegiatan tersebut peserta didik akan mendapatkan nilai tambah secara sosial, psikologis, dan keterampilan secara fisik. Dampak dari kegiatan olahraga tersebut akan membawa peserta didik pada kebiasaan peserta agar taat dan patuh mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung.


(51)

i. Prinsip dasar pendidikan karakter prespektif Islam

Indonesia banyak bermasalah dalam hal karakter, karakter yang baik dalam diri anak-anak disimpulkan menjadi tujuh cara yang harus dilakukan anak untuk menumbuhkan kebijakan utama yaitu empati, hati nurani, kontrol diri, rasa hormat, kebaikan hati, toleransi, dan keadilan. Para tokoh etika Islam mendasari pengembangan karakter manusia dengan pondasi aqidah yang benar, dengan pondasi aqidah tersebut mereka membangun ide bagaimana seharusnya manusia dapat mencapai kesempurnaan agamanya sehingga menjadi orang yang benar-benar berkarakter mulia.

B. Panti asuhan

1. Pengertian Panti Asuhan

Pengertian panti menurut W.J. S. Poerwadarminta (1976:710) dalam penelitian Siti Yuliana merupakan tempat atau rumah untuk memelihara atau merawat dan mendidik anak-anak yatim piatu. Pati juga dapat di katakan sebagai lembaga kesatuan kerja yang merupakan sarana dan prasarana yang memberikan pelayanan sosial dengan berdasarkan profesi pesekrjaan sosial. Sedangkan arti dari asuhan adalah berbagai upayakepada anak yang tidak mempunyai orang tua dan terlantar, anak terlantar yang bersifat sementara sebagai pengganti orang tuaatau keluarga agar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmanio, maupun sosial.


(52)

Definisi di atas menerangkan bahwa pengertian panti asuhan pada hakikatnya adalah lembaga sosial yang memiliki program pelayanan yang disediakan untuk menjawab kebutuhan masyarakat dalam rangka menangani permasalahan sosial terutama permasalahan kemiskinan, kebodohan dan, dan permasalahan anak yatim piatu, anak yatim piatu yang berkembang di masyarakat. Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sangat populer untuk membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal bersama dengan keluarga. Anak-anak panti asuhan diasuh oleh pengasuh yang menggantikan peran orang tua dalam mengasuh, menjaga dan meberikan bimbingan kepada anak agar anak menjadi manusia dewasa yang berguna dan bertanggung jawab atas dirinya dan terhadap masyarakat di kemudian hari (Santoso, 2005)

Dalam pasal 55 (3) UU RI No.23 Tahun. 2002 dijelaskan bahwa kaitannya dengan penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan anak terlantar, lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat, sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait. Panti asuhan diartikan sebagai rumah, tempat atau kediaman yang digunakan untuk memelihara (mengasuh) anak yatim, piatu dan yatim piatu (W.J.S Poerwadarminta, 2002: 710).

2. Tujuan panti asuhan

Panti Asuhan Sebagai Tempat Perlindungan Terhadap Anak-Anak yang Ditelantarkan oleh Orang Tuanya ditinjau dari UU No.23 Tahun 2002 Tentang


(53)

Perlindungan Anak. Tujuan Panti Asuhan adalah menjadikan anak mampumelaksanakan perintah agama, menjadikan anakmampu menghadapi masalah secara arif dan bijaksana dan memberikanpelayanan kesejahteraan kepada anak-anak yatim dan miskin denganmemenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial agar kelak mereka mampuhidup layak dan hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat. Pelayanandan pemenuhan kebutuhan anak di panti asuhan dimaksudkan agar anakdapat belajar dan berusaha mandiri serta tidak hanya menggantungkandiri tehadap orang lain setelah keluar dari panti asuhan.

Devinisi di atas dapat di simpulkan bahwa panti asuhan sebagai pelayan berdasarkan profesi pekerjaan sosial dengan cara membantu membimbing mereka kearah perkembangan pribadi yang mandiri, wajar serta keamampuan keterampilan kerja, sehingga menjadi anggota masyarakat yang hidup layak dan penuh tanggung jawab baik terhadap dirinya, keluarga maupun masyarakat (Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyantunan dan Pengentasan Anak Terlantar, 1986). Ada beberapa tujuan panti asuhan antara lain adalah sebagai berikut:

1) Membantu pemerintah dalam usaha menciptakan manusia seutuhnya (sehat jasmani dan rohani) dengan jalan menampung dan membina serta menyekolahkan mereka.

2) Meningkatkan pelayanan sosial secara kualitas dan kuanttas.

3) Panti asuhan hadir sebagai wadah yang sah dan berfungsi sebagai pembina, pengarah dan pendamping bagi anak yang merasa tersish, terabaikan, merasa tdak berguna bahkan merasa tertolak dalam pergaulan masyarakat dari berbagai latar belakang (http://pap-immanuel-sby-blogspot.com/).

Berdasarkan tujuan diatas yaitu mempersiapkan generasi muslim yang mandiri dan memberikan beekal pelatihan untuk menciptakan lapangan kerja mandiri dan memberikan bekal pelatihan untuk menciptakan lapangan kerja


(54)

mandiri. Mengasuh anak bukan hanya merawat atau mengawasi saja, melainkan lebih dari itu, yakni meliputi: pendidikan, sopan santun, membentuk latihan-latihan tanggung jawab, pengetahuan, pergaulan, dan sebagaianya, yang bersumber pada pengetahuan dan kebudyaan yang di miliki orang tua. Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan dan pengajaran kepada anak didik didasarkan atas ajaran Islam dengan tujuan ibadah untuk mendapatkan ridho Allah SWT.

Para santri dididik untuk menjadi mukmin sejati yaitu manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, mempunyai integritas pribadi yang utuh, mandiri, dan mempunyai kualitas intelektual. Anak panti yang berada di lingkungan pondok pesantren belajar hidup bermasyarakat, berorganisasi, memimpin dan dipimpin dan juga di tuntut untuk mentaati peraturan yang ada di lingkungan tersebut.

3. Fungsi Panti Asuhan

Adapun fungsi Panti Asuhan adalah sebagai berikut:

a. Sebagai tempat bagi rengekan belas kasihan anak-anak terlantar dan kekurangan.

b. Sebagai lembaga sosial yang mempunyai andil yang luar biasa untuk mengurangi pengangguran, dan pada akhirnya bisa membantu pemerintah mengurangi kemiskinan.

c. Sebagai sarana dan prasarana mekanisme pembinaan, penyantunan dan pengentasan anak-anak yatim, piatu, yatim piatu, dan anak-anak terlantar. Karakter berkaitan dengan kepribadian yang mana anak akanterbiasa dengan lingkungan yang ada di sekitar individu seseorang sesuai dengan nilai dan norma ajaran agama Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist. Karakter


(55)

merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

C. Penelitian relevan

Dalam penelitian anggraini, dkk dengan judul skripsi kehidupan anak-anak di panti asuhan, dalam penelitian ini yaitu mendiskripsikan kehidupan anak-anak di panti asuhan dan mendiskripsikan kendala-kendala yang akan timbul bagi orang tua pengganti tersebut dalam proses pembinaan, mendidik, dan membesarkan anak-anak asuhnya teersebut. Data yang dicari oleh peneliti yaitu kehidupan atau aktifitas sehari-hari yang kenyataanya anak di asuh dan dibimbing serta dibina oleh pengurus panti asuhan sebagai pengganti berupaya untuk memenuhi kebutuhan dari anak-anak asuh seperti kebutuhan fisik, kebutuhan mental, atau kebutuhan intelektualnya. Sehingga dalam penelitian angraini tersebut mempunyai kesamaan dan tujuan yang sama dalam penelitian.

Penelitian yang ke dua yaitu penelitin Dra siti asdiqoh, M.Si dalam penelitian skripsi berjudul pola pengasuhan di panti asuhan darul hadlanah nahdlatul ulama kota Salatiga tahun 2012 yaitu dalam penelitian ini mengupayakan bagaimana pola pengasuhan yang dilakukan di panti tersebut, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang menghasilkan data-data yang diperoleh dari obyek penelitian dengan metode wawancara, observasi dan komunikasi, yang kemudian dilakukan analisis dengan cara mendiskripsikan


(56)

data dan informan, mereduksi data sesuai kebutuhan penelitian kemudian dianalisis oleh penulis dan disimpulkan untuk menjawab penelitian. Temuan peneliti ini menunjukkan bahwa pola pengasuhan yang diterapkan di panti asuhan tersebut menggunakan pengasuhan demokratis dan menggunakan pendekatan pengasuhan kekeluargaan, yang mana pengasuh menyesuaikan kondisi anak asuh. Kegiatan pengasuhan mengikuti lingkup fisik, intelektual, moral, spiritual, mental, keterampilan, dan sosial. Dengan begitu ada kaitan program pendidikan untuk anak di panti asuhan tersebut dengan anak di panti asuhan Zuhriyah Sleman Yogyakarta yang mana pengasuh lebih mengedepankan proses pengasuhan anak dalam karakter anak.

D. Kerangka Pikir

Pada dasarnya anak merupakan suatu anugrah yang di berikan oleh Allah SWT untuk di asuh dan di didik untuk menjadikan anak yang baik dan berguna untuk bangsa dan negara, namun pada kenyataanya tidak semua anak mendapatkan keberuntungan dalam hidupnya. Banyak anak yang lahir tanpa adanya kasih sayang dari orang tua dan keluarganya sehingga anak tidak mendapatkan pola asuh yang benar untuk menciptakan anak yang mempunyai masa depan. Pendidikan untuk anak yang tidak mempunyai orang tua dan keluarga otomats tidak memiliki panduan ntuk mengembangkan karakter anak.

Penanaman nilai karakter di lingkungan panti asuhan merupakan tanggung jawab komponen yang terlibat dalam panti asuhan tersebut. Kebijakan pengasuh anak di panti asuhan serta peran kyai yang memberikan pendidikan karakter anak


(57)

panti asuhan merupakan hal pokok dalam menanamkan nilai-nilai karakter di panti asuhan. Dengan demikian pengasuh sebagai pendidik memiliki peran utama dalam mengaktualisasikan nilai karakter tersebut kepada anak. Adanya lembaga panti asuhan yang berbasis pondok pesantren anak akan mendapatkan pendidikan dan pengasuhan seperti anak-anak pada umumnya yang mempunyai orang tua dan keluarga, sehingga anak mempunyai karakter yang terarah dan tidak di selewengkan untuk menciptakan kehidupan yang layak dan menentukan keberhasilan penanaman karakter di panti asuhan.

E. Pertanyaan penelitian

Pertanyaan peneliti dikembangkan berdasarkan rumusan masalah dan digunakan sebagai rambu-rambu untuk memperoleh data penelitian. Pertanyaan peneliti yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penanaman nilai karakter anak yang di tekankan di panti asuhan Zuhriyah?

2. Bagaimananilaikarakter anak yang di tekankan di panti asuhan Zuhriyah? a. Bagaimana proses menanamkan nilai itu?

b. Nilai apakah yang di tekankan?

3. Faktor pendukung dan penghambat dalam penanaman karakter anak yang di tekankan di panti asuhan Zuhriyah?

a. Apakah faktor penghambat dalam menanamkan pendidikan karakter? b. Apakah faktor pendukung dalam menanamkan pendidikan karakter?


(58)

4. Bagaimana mengatasi hambatandalam penanaman karakter anak yang di tekankan di panti asuhan Zuhriyah?

a. Apa saja hambatan dalam penekanan pendidikan karakter? b. Bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut?


(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian merupakan serangkaian langkah penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti meliputi metode-metode yang akan digunakan selama penelitian berlangsung dari awal sampai akhir penelitian. Dilihat dari jenis datanya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bermaksud untuk mengetahui apa yang terjadi di lingkungan subyek penelitian sehubungan dengan proses pengasuhan di panti asuhan dan pondok pesantren Zuhriyah, dengan metode kualitatif mampu menyajikan secara langsung hakikat antara peneliti dan responden, selain itu metode kualitatif lebih peka dandapat menyesuaikan diri.

Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Lexi Moleong, 2006) menyebutkan bahwa metodologi kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Responden dalam metode penelitian kualitatif berkembang terus secara bertujuan sampai data yang dikumpulkan dianggap memuaskan. Alat dari pengumpulan data atau instrumen peneliti adalah peneliti itu sendiri. Dalam mengumpulkan data peneliti harus terjun sendiri ke lapangan secara aktif.


(60)

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Panti Asuhan dan Pondok Pesantren Zuhriyah dengan alamat Jalan Palagan Tentara Pelajar Km.10 Rejodani Sariharjo, Ngaglik Sleman, Yogyakarta.

Alasan peneliti mengambil Panti Asuhan dan Pondok Pesantren Zuhriyah sebagai tempat penelitian adalah dimana panti asuhan dan pondok pesantren di bina untuk mendidik santri terutama dalam pendidikan nilai karakter. Panti Asuhan dan Pondok Pesantren Zuhriyah melindungi ddan memberikan pendidikan terhadap santri sesuai dengan ketentuan pendidikan nilai karakter sebagai dasar. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 Bulan yaitu mulai Bulan Januari sampai dengan Juni 2014. C. Subjek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah pemilik panti asuhan, pengurus, dan 6 anak panti asuhan yang didampingi oleh Panti Asuhan berbasis Pondok Pesantren Zuhriyah dengan alamat Jalan Palagan Tentara Pelajar Km.10 Rejodani Sariharjo, Ngaglik Sleman, Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini yaitu proses pengasuhan yang dilakukan pengasuh dalam menanamkan nilai karakter anak asuh di panti asuhan Zuhriyah.


(61)

D. Metode Pengumpulan Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengamatan data maka diadakan suatu analisis untuk mengolah data yang di peroleh. Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam wawancara, pengamatan. Peneliti juga saja dapat menjadi pengamat berperan-serta dalam budaya yang sedang diteliti selama penelitian itu berlangsung (Moleong, 2006: 237).

Analisis data dilakukan secara induktif yaitu dimulai dari lapangan atau terjun langsung ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsir dan menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan. Analisis data dalam penelitian kulaitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Pendekatan yang digunakan dalam peneliti ini adalah deskriptif analitik nyaitu data yang diperoleh dituangkan dalam bentuk kualitatif, dengan memberi pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian.

Mengumpulkan data merupakan pekerjaan penting dalam penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi (pengamaatan), interview (wawancara), dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi meliputi kegiatan pemuatan erhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera (Suharsini Arikunto, 2010:199). Beberapa alasan metodologis penggunaan observasi atau pengamatan dalam penelitian adalah: (a) pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian tidak sadar, kebiasaan dan sebagainya; (b)


(62)

pengematan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek, menangkap subjek pada keadaan waktu itu; (c) pengamatan memungkinkan pola peneliti menjadi sumber data; (d) pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek (Moleong Lexy, 2005: 175).

Observasi dalam penelitia ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pengasuhan anak panti asuhan dan pondok pesantren Zuhriyah dengan mengadakan pengamatan secarlangsung apa yang tampak pada pengasuhan anak dengan cara melihat apa yang dilakukan di panti asuhan dan pondok pesantren itu. Metode pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan partisipatif. Pengamatan ini merupakan teknik pengumpulan data yang melibatkan interaksi sosial antara peneliti dan informan dalam suatu latar belakang penelitian selama pengumpulan data berlangsung, dilakukan secara sistematis.

2. Wawancara (interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan tersebut dilakukan dalam dua pihak yaitu pewawancara atau yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu Lexy Moleong (2006).

Dalam peneitian ini wawancara sangat efektif untuk dijadikan teknik dalam mengambil data di lapangan. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Wawancara diadakan dalam bentuk


(63)

percakapandengan sasaran seperti dirumuskan dalam pedoman wawancara. Wawancara dalam peneliti ini dilakukan untuk memperoleh data-data berupa kata yang tidak terungkap dalam observasi. Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh keterangan lebih rinci dan mendalam mengenai proses pengasuhan dalam menanamkan nilai karakter anak panti asuhan dan pondok pesantren Zuhriyah, peneliti akan melakukan wawancara secara lagsung dan mendalam dengan responden.

3. Dokumentasi

Dokumen adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan, menyangkut persoalan pribadi, dan memerlukan interpretasi yang berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa tersebut (Burhan Bunging, 2003:97). Dokumentasi dalam penelitian kualitatif merupakan alat pengumpulan data yang mendukung data utama. Dokumentasi dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh keterangan lebih rinci dan mendalam mengenai proses pengasuhan dalam menanamkan nilai karakter anak panti asuhan dan pondok pesantren Zuhriyah. Dokumentasi ini diperlukan untuk memperkuat data yang diperoleh dari lapangan sehingga data yang dikumpulkan akan lebih akurat karena mempunyai dokumentasi secara mendalam selama penelitian berlangsung.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2009: 246-253) yaitu sebgagai berikut.


(64)

a. Reduksi data

Mereduksi data berati merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Dalam mereduksi data, penelitian ini memfokuskan pada hal-hal yang dilakukan kepala Panti Asuhan, pengasuh, dan pengurus serta kondisi fisik di Panti Asuhan Zuhriyah yang mendukung penanaman nilai-nilai karakter kepada anak panti asuhan.

b. Displaydata

Display data merupakan penyajian data dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data tentang cara yang dilakukan panti asuhan untuk menanamkan nilai-nilai karakter terhadap anak dalam bentuk teks yang bersifat diskriptif dan tabel. Data tersebut berasal dari hasil observasi kegiatan panti asuhan, wawancara dengan kepala panti asuhan, wawancara dengan pengurus, wawancara dengan pengasuh, dan petugas panti asuhan, wawancara dengan anak panti.

c. Conclusion Drawing/verification

Langkah selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal ini masih bersifat sementara dan akan berubah apabila ditemukan bukti-bukti baru yang berbeda dengan kesimpulan awal. Kesimpulan awal ini akan berkembang setelah peneliti melakukan penelitan yang lebih mendalam hingga memperoleh data yang lebih akurat.


(65)

Dalam penelitian ini data tentang cara yang dilakukan pihak panti asuhan untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada anak panti asuhan yang telah tertulis dalam penyajian data, dianalisis untuk memperoleh kesimpulan.

d. Keabsahan Data

Trianggulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat trianggulasi data dengan trianggulasi sumber. Teknik trianggulasi sumber melihat data dari sumber tersebut kemudian didiskripsikan dan diuraikan untuk evaluasi. Peneliti menggunakan observasi partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak kemudian ditarik kesimpulan dan peneliti memulai membuat desain program yang didasarkan pada kesimpulan dan hasil observasi. Jadi penelitian ini menggunakan trianggulasi sumber yang sebagaimana setelah peneliti mendapatkan hasil setelah observasi dapat didiskripsikan dan diuraikan kemudian di evaluasi untu hasil lebih maksimal.

Menurut Sugiyono (2010: 121) menjelaskan cara pengujian kredibilitas yaitu dengan perpanjanagan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, trianggulasi, diskusi dengan teman, analisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi, dan member chek. Dalam penelitian ini, uji kredibilitas data dilakukan dengan perpanjanagan pengamatan dan menggunakan bahan refrensi.


(66)

1) Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan ini berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Perpanjangan pengamatan ini dilakukan peneliti uuntuk menguji kebenaran data yang telah diperoleh.

2) Penggunaan bahan refrensi

Menggunakan bahan refrensi merupakan menggunakan alat bantu untuk membuktikaan obyektivitas dan keaslian data yang diperoleh peneliti. Alat pendukung tersebut misalnya wawancara melalui camera digital atau hendycam, dokumentasi pada saat observasi, dan arsip atau dokumen lainnya yang berkaitan dengan penelitian.


(67)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Panti Asuhan Zuhriyah Sleman Yogyakarta

1. Kondisi Umum dan Sejarah Panti Asuhan Zuhriyah Sleman Yogyakarta

a. Kondisi Umum

Dilihat dari segi geografis, Panti Asuhan Zuhriyah memiliki posisi yang sangat strategis guna melakukan aktivitasnya. Lokasinya berada di pinggiran luar kota sehingga terhindar dari kebisingan dan polusi keramaian kota, yang otomatis sangat baik mendapatkan ketenangan proses belajar mengajar. Kedua: lokasinya tidak begitu jauh, kurang lebih 10 km dari kota Yogyakarta, sehingga mempermudah para santri dan ustadz untuk memperoleh perkembangan informasi. Ketiga: lokasinya di pinggir jalan rasa masuk sekitar 100 m, dan mudah dilintasi kendaraan.

Panti Asuhan Zuhriyah dibangun di atas tanah seluas 2000 m oleh keluarga Djamhuriyah, suami dari ibu Zuhriyah. Panti Asuhan Zuhriyah, terdiri dari “ndalem” pengasuh panti asuhan. Panti Asuhan Zuhriyah bernafaskan Islam dan sistemnya seperti pondok pesantren. selain itu juga ada mushola, asrama, aula (tempat mengaji) serta gedung pertemuan.Dusun rejodani, dimana Panti Asuhan berada, merupakan salah satu kampung padukuhan yang mempunyai area tanah yang subur sangat cocok dijadikan ajang praktik pertanian, karena daerah Rejodani tersebut mempunyai iklim dan suhu udara


(68)

yang tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin sehingga cocok sekali untuk pertanian.

b. Sejarah Berdirinya

Panti Asuhan Zuhriyah berdiri atas inisiatif dari Ibu Zuhriyah yang ingin sekali mendirikan atau mempunyai panti asuhan, karena melihat kondiri anak yatim di Dusun Rejodani dan sekitarnya memprihatinkan dan belum ada yang mengelola. Selanjutnya beliau mewakafkan tanahnya kepada Yayasan Taruna Al-Qur’an untuk di jadikan panti asuhan. Namun selama kurang lebih tiga tahun, dari pihak yayasan tidak menindak lanjuti dengan proses pembangunan sampai Ibu Zuhriyah meninggal dunia

Dengan melihat kondisi yang seperti itu, maka timbul kekhawatiran dari pihak keluarga dan merasa kasihan kepada Ibu Zuhriyah yang telah mewakafkan tanahnya, namun tidak ada tindak lanjutnya. Kemudian semua anggota keluarga dikumpulkan dan membahas mengenai bagaimana panti asuhan tersebut berdiri. Kebetulan cucu Ibu Zuhriyah mempunyai istri bernama Ibu Syamsiyah yang notabenya beliau lulusan dari pondok pesantren Tebuireng, Jawa Timur. Ayah serta kakek beliau mempunyai pondok pesantren. dari sinilah keluarga Ibu Zuhriyah mendirikan panti asuhan sekaligus Ibu Syamsiyah ditunjuk sebagai ketua panti, serta di beri amanat untuk mengelola panti tersebut. Dengan mengikuti backgraund yang beliau miliki, maka Panti Asuhan Zuhriyah, dijadikan panti asuhan yang bernafaskan Islam dengan sistem pondok pesantren. itulah sejarah berdirinya Panti Asuhan


(69)

Zuhriyah yang berdiri pada tahun 2000 sampai sekarang masih tetap berdiri bahkan telah banyak mengalami kemajuan.

2. Visi dan Misi

a. Visi

Beriman, berilmu, beramal shaleh, dan sejahtera menuju kehidupan masyarakat mandiri

b. Misi

1) Pengembangan informasi, konsultasi, dan layanan kesejahteraan sosial anak secara profesional.

2) Melakukan kerjasama dengan instansi pemerintah, ormas, LSM, dan masyarakt luas, dalam masalah kesejahteraan sosial.

3) Sebagai institusi dakwah Islamiyah. 3. Dasar

Panti Asuhan Zuhriyah yang beralamat di Rejodani, Sariharjo, ngaglik, Sleman, Yogyakarta didirikan atas dasar. Ajaran dan Syariat Islam dasar 1945 Bab XIV, pasal 24 yang berbunyi: “fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”. Dengan dasar UUD panti asuhan tersebut berusaha membantu mengembangkan tugas negara.

4. Tujuan Didirikannya

Sedangkan tujuan didirikannya Panti Asuhan Zuhriyah yaitu untuk meningkatkan sumber daya manusia serta meningkatkan kualitas SDM sekaligus membangun akhlak yang mulia sesuai dengan ajaran Islam.


(70)

5. Kegiatan-kegiatan

a. Pengajian Diniyah

Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari mulai dari pukul 04.00 pagi hingga pukul 09.00 malam, adapun kitab-kitab yang dikaji adalah kitab-kitab yang berisi tentang fiqih atau syariah, tauhid, bahasa, akhlaq, tasawuf, dan lain-lain.

b. Pengajian umum

Kegiatan ini dilaksanakan tiap hari Jumat dengan melibatkan masyarakat umum sekaligus para anak asuh, kegiatan ini diawali dengan menyimak bersama Al-Qur’an yang di bacakan oleh para hafidz/hafidzoh, kemudian dilaksanakan dengan sholat berjamaah bersama mujahadah dan pengajian umum dengan penceramah bergantian.

c. Pembacaan sholawat diba’iyah atau sholawat berjanjen

Kegiatan ini dilaksanakan setiap malam jumat yang diikuti oleh seluruh santri dan masyarakat setempat yang dipimpin oleh ibu Nyai ibu Dra Hj. Syamsiyah M.Pd.I, kegiatan ini di laksanakan dengan tujuan untuk diteladani setiap manusia, menghidukan kembali seni yang bernuansa Islami, dan menjalin hubungan silaturahmi antara panti asuhan dn masyarakat.

d. Keterampilan-keterampilan

Keterampilan ini dilakukan setiap minggu sekali yang dilaksanakan oleh seluruh anak asuh, keterampilan yang diajarkan meliputi: menjahit, memasak, kaligrafi, computer, taekwondo, seni baca Al-Qur’an dan lain-lain.


(71)

e. Sekolah formal

Semua anak asuh PAPP Zuhriyah disamping mengikuti kegiatan yang telah dislenggarakan, mereka juga mengikuti sekolah formal, baik ditingkat TK, SD, SLTP, SLTA, PT, serta kursus-kursus sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.

f. Pembiayaan

Para anak asuh Zuhriyah adalah anak yatim atau piatu, fakir miskin, dan anak terlantar, maka anak asuh tersebut diperlukan dana untuk pembiayaan, antara lain:

1) Kebutuhan makan 2) Kebututuhan kesehatan

3) Kebutuhan pendidikan formal di sekolah umum dan kejuruan 4) Kebutuhan pakaian

5) Kebutuhan pendidikan Agama di panti asuhan

Untuk mencapai kebutuhan tersebut Panti Asuhan Zuhriyah berupaya untuk mendapatkan dari usaha lain antara lain dari:

1) Yayasan 2) Donatur tetap 3) Donatur non tetap

4) Sumbangan barang berupa bahan makanan, pakaian dan sebagainya.


(72)

6. Struktur Organisasi dan Susunan Pengurus

Organisasi adalah suatu badan atau tempat penyelenggara suatu usaha kerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain suatu kerangka yang menunjukkan segenap tugas dan pekerjaan untuk mencapai tujuan dan fungsi organisasi. Demikian juga untuk menunjukkan wewenang dan tanggung jawab atas tugas-tugas tersebut. Sesuai data yang diperoleh dalam penelitian, didapatkan kerangka bahwa struktur organisasi Panti Asuhan Zuhriyah adalah sebagai berikut:


(73)

STRUKTUR ORGANISASI PANTI ASUHAN ZUHRIYAH YOGYAKARTA

7.

Gambar 2. Struktur Organisasi

PENASEHAT

ANAK-ANAK ASUH WAKIL KETUA

KETUA KETUA UMUM

BENDAHARA SEKERTASRIS

SIE HUMAS SIE ALAT

KETRAM SIE

LOGISTIK SIE

USAHA DANA SIE BK

SIE PENDIDIKAN


(74)

8. Profil Lembaga

Nama : Pondok Pesantren Zuhriyah

Alamat : Jl. Palagan Tentara Pelajar km 10 Rejodani, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta

No Telp. : (0274) 866663

Status kelembagaan : SK Departemen Agama No. E. 22151 SK Kelembagaan : Dep. Agama

Tahun didirikan : 2000 Status Tanah : Wakaf Luas Status : 2000 m2

Nama pengasuh : Dra. Hj. Syamsiyah, M. Pd.I

No Rekening : Simpedes BRI cabang pasar Colombo no: 1056-01-000091-53-2

9. Mekanisme Anak Asuh Panti Asuhan Zuhriyah Sleman Yogyakarta

Perekrutan anak asuh untuk menjadi binaan Panti Asuhan Zuhriyah melalui sosialisasi dengan madrasah dan koordinasi dengan aparatur desa dan membuka layanan kepada anak asuh yang akan mendaftarkan diri untuk datang ke Ndalem Panti Asuhan Zuhriyah Rejodani . Usaha yang di lakukan melalui sosialisasi dengan menceritakan tentang penerimaan anak asuh di Panti Asuhan Zuhriyah. Dalam penerimaan anak asuh, Panti Asuhan Zuhriyah menentukan kriteria calon anak asuh yang harus dipersiapakan oleh orang tua/wali calon anak


(1)

184

Gambar 7. Saat anak asuh mengikuti keterampilan menjahit


(2)

185

Gambar 9. Tempat anak asuh memasak


(3)

186

Gambar 10. Sholat berjamaah


(4)

(5)

(6)