Kesejahteraan Sosial Anak Binaan Panti Asuhan Elida

(1)

KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK BINAAN PANTI ASUHAN

ELIDA

SKRIPSI

Diajukan oleh:

JUNIARI SINAGA

NIM: 040902053

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di hadapanTim Peguji Skripsi Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

Hari/Tanggal : Selasa 25 Maret 2008

Waktu : 9.30-11.30 WIB

Tempat : Ruang Sidang FISIP USU

Tim Penguji

Ketua Penguji : Agus Suriadi, S. Sos, M. Si ( ) Reader/Penguji : Drs. Matias Siagian, M. Si ( )

Penguji II : Dra. Tuti Atika, M. SP ( )


(3)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas ilmu sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

ABSTRAK JUNIARI SINAGA

040902053

‘‘Kesejahteraan Anak Binaan Panti Asuhan Elida’’

Masa kanak-kanak merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang semestinya memerlukan perhatian khusus. Setiap anak memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang sehingga orang tua dilarang menelantarkan anaknya. Sebagaimana diatur dalam UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, anak juga berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa yang menjadi warga yamg berguna. Selanjutnya anak juga berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan secara wajar. Namun demikian, pada kondisi tertentu ada kalanya keluarga atau orang tua tidak mampu melaksanakan peran dan fungsinya sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Salah satu penyebabnya adalah karena terbatasnya kemampuan sosial ekonomi atau dapat juga karena terjadinya keretakan dalam keluarga. Kondisi yang demikian dapat mengakibatkan anak-anak mengalami gangguan belajar dan kelainan tingkah laku seperti pemalu, malas, bandal dan sebagainya. Hal ini sering kali menyebabkan prestasi belajar mereka kurang menggembirakan, sehingga membutuhkan peran alternatif dari lembaga tertentu seperti Panti Asuhan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kesejahteraan sosial anak binaan panti asuhan Elida yang terletak di Jl. Flamboyan Raya IV No. 2 Tanjung Selamat, Medan terhadap anak binaannya. Penelitian ini bersifat deskriptif analisa dengan populasi sebanya 75 orang dan sampel sebanyak 31 orang. Data diperoleh dengan wawancara langsung dengan menggunakan angket pada responden dan diolah dengan menggunakan tabel tunggal.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ditinjau dari segi kesejahteraan sosial yang diberikan oleh Panti Asuhan Elida terhadap anak binaannya, baik dari segi pemenuhan kebutuhan pokok, sosialisasi dengan lingkungan, biaya pendidikan, pembinaan rohani, keterampilan, perawatan kesehatan sudah dilaksanakan sebagaimna mestinya walaupun hasilnya tidak semaksimal mungkin.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan segenap hati, sebab karena kasih dan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

Adapun judul skripsi ini adalah : “Kesejahteraan Sosial Anak Binaan Panti Asuhan Elida”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis megucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain kepada :

1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Ibu Dra. Tuti Atika. M. Sp, selaku Dosen pembimbing yang membimbing dan telah banyak membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Bapak Pdt. Domianus. M. Th dan Ibu Sri Devi selaku pimpinan Panti Asuhan Elida. Dan juga staf pegawai.

5. Teristimewa untuk kedua orang tuaku yang kukasihi dan selalu kubanggakan, Ayahanda S. Sinaga dan Ibunda R. br Siregar, yang telah mengasuh, membesarkan dan membina penulis dengan penuh kesabaran dan ketabahan serta banyak memberi semangat moril dan kasih sayang, materi dan juga doa sampai saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.


(5)

6. Secara khusus abang, kakak dan adik-adikku (B’Lambok, B’Sinta, B’Putri, Regen Ronald, Sarlin, K’Jojor, K’Sion, K’Sidni, teristemewa buat B’parni dan juga buat adik-adiku yang kukasihi Nova, Rita, Ebi semangat ya dek belajarnya kita harus bisa membanggakan orang tua kita…..! ) terimakasih atas doa dan dukungannya.

7. Sahabat-sahabat seperjuangan di Depertemen Ilmu Kesejahteraan Sosial stambuk’04 ( Rini gitoe loh, Neng Tatia, Deswita, Lusi, Betty DJ, Kristin, Supeno, Roby. S. Sos, Klaten, Triadi, Deo, Argentina, Eda Friska and Special kawanku Nina yang telah banyak berjuang, thanks ya)

8. Buat junior-juniorku di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial stambuk 0’5 dan stambuk 0’6 juga stambuk 0’7 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas doa dan semangat yang diberikan kepada penulis. Ayo kamu bisa..!

9. Buat rekan-rekan seperjuangan Sarmin Gank( K’Nety, K’Mone, K’siska, K’Riana, k’Vera, Vina, K’Nora Dina, Gontar alias tehknisi, B,Jhon alias B’Ganteng, Ana Caem cepat nyusul ya eda…!) terima kasih atas doa dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

10.Buat kawan-kawanku yang teristemewa dan selalu kubanggakan, senasib sepenanggungan dari awal sampai akhir kuliah di Base Camp “Siboto Lungun” (Butet alias Eda yang banyak sekali membantu saya, Elsa, Via S. Sos, Tere S. Sos) makasih ya atas doa dan dukungannya.

11.Terima kasih untuk semua pihak yang dengan sengaja atau tidak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(6)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena terbatasnya kemampuan penulis, untuk itu dengan kerendahan hati penulis membuka diri terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang.

Medan, Maret 2008 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL ...vi

BAB I PENDAHULUAN A. . Latar Belakang Masalah ...1

B. Perumusan Masalah ...4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...4

D. Sistematika Penulisan ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.1 Pengertian Anak ...6

A.2 Pelayanan Sosial ...7

A.3 Konsep kesejahteraan Sosial ...7

A.4 Tujuan dan Fungsi Kesejahteraan Sosial ...11

B. Usaha Kesejahteraan Sosial ...14

C. Kesejahteraan Anak...16

D. Anak Binaan ...17

E. Panti Asuhan ...18

F Kerangka Pemikiran ...22

G. Bagan Kerangka Pemikiran ...23

H. Definisi Konsep dan definisi Operasional H.1 Definisi konsep ...24


(8)

H.2 Definisi Operasional ...25

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ...26

B. Lokasi Penelitian ...26

C. Populasi dan Sampel C.1 Popoulasi ...26

C.2 Sampel ...27

D. Tehnik Pengumpulan Data ...27

E. Tehnik Analisa Data ...28

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ...29

B. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Elida ...29

C. Susunan Pengurus PAnti Asuhan ELida ...32

D. Petugas Panti Asuhan Elida ...33

E. Gambaran Demografis Anak Binaan ...34

F. Usaha-usaha Kesejahteraan Yang Dilakukan Panti asuhan Elida Terhadap Anak Binaan ...41

F.1 Pemenuhan Kebutuhan Makanan ...41

F.2 Bidang Pendidikan ...42

F.3 Pembinaan Rohani ...42

F.4 Latihan Keterampilan ...42

F.5 Bidang seni ...43

G. Sumber Daya dan Sumber Dana Panti Asuhan Elida G.1 Sumber Daya Panti Asuhan Elida ...43


(9)

G.2 Sumber Dana Panti Asuhan Elida ...48 BAB V ANALISA DATA

1. Identitas Responden ...50 2. Analisa Tanggapan Responden Terhadap

Kesejahteraan Anak Binaan Panti AsuhanElida ...56 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...77 B. Saran ...78

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Gambaran Panti Asuhan Elida ...33

2. Jumlah Anak Binaan Berdasarkan Penggolongan Usia ...34

3. Jumlah Anak Binaan Berdasarkan Jenis Kelamin ...34

4. Jumlah Anak Binaan Berdasarkan Tingkat dan Jenis Pendidikan ...35

5. Jumlah Anak Binaan Berdasarkan Penggolongan Status ...36

6. Jumlah Anak Binaan Berdasarkan Suku Bangsa ...37

7. Jumlah Anak Binaan Berdasarkan Asal Daerah ...38

8. Jumlah Anak Binaan Berdasarkan Tahun Masuk Panti ...39

9. Daftar Inventaris Panti Asuhan Elida ...45

10. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Umur ...50

11. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...51

12. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Suku Bangsa ...51

13. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pendidikan ...52

14. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Alasan Masuk Panti ...52

15. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Orang Yang Membawa ke Panti Asuhan Elida ...53

16. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tempat Tinggal Orang Tua ...54

17. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Agama ...54

18. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua ...55

19. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Variasi Menu Makanan ...56

20. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Bahan Makanan Yang Dinikmati Anak Binaan ...56


(11)

21. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kebutuhan

Gizi Sehari-hari ...57 22. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Frekuensi Minum Susu ...57 23. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Mutu Menu Makanan ...58 24. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pemenuhan

Sandang Pangan (Akomodasi dan Makanan) ...59 25. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pelatihan

Keterampilan Yang Diselenggarakan di Panti Asuhan Elida ...59 26. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pelatihan

Yang Diikuti Anak Binaan ...60 27. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Bermanfaat

Tidaknya Kegiatan Keterampilan Yang Diikuti di Panti

Asuhan Elida ...61 28. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pembinaan

Rohani Yang Diikuti di Panti Asuhan Elida ...61 29. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jenis

Pembinaan Rohani ...62 30. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pilihan

Responden Berhubungan Dengan Kerohanian ...63 31. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap

Pimpinan dan Staf Panti Asuhan Terhadap Anak Binaan ...63 32. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pembagian

Kerja Bagi Anak Binaan di Panti Asuhan Elida ...64 33. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan yang Mengawasi


(12)

34. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Yang Dilakukan

Staf Pada Saat Anak Binaan Melakukan Tugasnya ...65 35. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan PR Diperiksa

Oleh Staf Panti ...66 36. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Mendampingi

Anak Binaan Pada Saat Belajar ...66 37. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Yang Mendampingi

Anak Pada Saat Belajar ...67 38. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Fasilitas

Pemeriksaan Kesehatan ...67 39. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Berfungsi

Atau Tidak Berfungsinya Kondisi Bangunan

(Sarana dan Prasarana di Panti Asuhan Elida ...68 40. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Lampu, Air, Dapat

Digunakan Sesuai Dengan Kebutuhan ...69 41. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jika Terjadi

Kerusakan Yang Dilakukan Oleh Pihak Panti ...69 42. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sarana

Yang Mendukung Olah Raga...70 43. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kebutuhan

Responden Tentang Pemenuhan Pendidikan Formal ...70 44. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan keinginan

Melanjutkan Pendidikan ...71 45. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pihak panti


(13)

46. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Bebas atau

Tidaknya Untuk Memilih Jurusan Dalam Pendidikan Mereka ...73

47. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sosialisasi

Dengan Lingkungan ...73 48. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Panti Asuhan

Elida Mengadakan Kegiatan Hiburan ...73 49. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Ketika Anak

Binaan Mempunyai Kesulitan/Masalah ...74 50. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Perasaan Anak

Binaan Terhadap Teman Sekamarnya ...75 51. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kemampuan

Hidup Secara Wajar ...75


(14)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas ilmu sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

ABSTRAK JUNIARI SINAGA

040902053

‘‘Kesejahteraan Anak Binaan Panti Asuhan Elida’’

Masa kanak-kanak merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang semestinya memerlukan perhatian khusus. Setiap anak memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang sehingga orang tua dilarang menelantarkan anaknya. Sebagaimana diatur dalam UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, anak juga berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa yang menjadi warga yamg berguna. Selanjutnya anak juga berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan secara wajar. Namun demikian, pada kondisi tertentu ada kalanya keluarga atau orang tua tidak mampu melaksanakan peran dan fungsinya sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Salah satu penyebabnya adalah karena terbatasnya kemampuan sosial ekonomi atau dapat juga karena terjadinya keretakan dalam keluarga. Kondisi yang demikian dapat mengakibatkan anak-anak mengalami gangguan belajar dan kelainan tingkah laku seperti pemalu, malas, bandal dan sebagainya. Hal ini sering kali menyebabkan prestasi belajar mereka kurang menggembirakan, sehingga membutuhkan peran alternatif dari lembaga tertentu seperti Panti Asuhan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kesejahteraan sosial anak binaan panti asuhan Elida yang terletak di Jl. Flamboyan Raya IV No. 2 Tanjung Selamat, Medan terhadap anak binaannya. Penelitian ini bersifat deskriptif analisa dengan populasi sebanya 75 orang dan sampel sebanyak 31 orang. Data diperoleh dengan wawancara langsung dengan menggunakan angket pada responden dan diolah dengan menggunakan tabel tunggal.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ditinjau dari segi kesejahteraan sosial yang diberikan oleh Panti Asuhan Elida terhadap anak binaannya, baik dari segi pemenuhan kebutuhan pokok, sosialisasi dengan lingkungan, biaya pendidikan, pembinaan rohani, keterampilan, perawatan kesehatan sudah dilaksanakan sebagaimna mestinya walaupun hasilnya tidak semaksimal mungkin.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan generasi pewaris kehidupan suatu bangsa. Oleh karena itu, keadaan bangsa mendatang tergantung dari usaha yang dilakukan bangsa tersebut kepada anak-anak masa kini. Menciptakan sumber daya yang handal dan tangguh yang dapat bersaing diperlukan strategi dan budaya yang matang, dimulai dari masa kanak-kanak sampai masa muda. Masa tersebut merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang semestinya memerlukan perhatian khusus. Jika masa kanak-kanak mengalami eksplotasi atau perlakuan tidak wajar dengan sendirinya pertumbuhan anak tersebut akan terganggu yang berdampak pada perkembangan psikologinya.

Masa kanak-kanak merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang semestinya memerlukan perhatian khusus. Setiap anak memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang sehingga orang tua dilarang menelantarkan anaknya. Sebagaimana diatur dalam UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, anak juga berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa yang menjadi warga yamg berguna. Selanjutnya anak juga berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan secara wajar.

Untuk itu setiap keluarga dalam hal ini ayah dan ibu sebagai tempat pengasuhan dan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak haruslah memberikan kasih sayang, memenuhi semua kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis yang sesuai dengan perkembangannya. Pengaruh paling besar


(16)

selama perkembangan anak pada usia lima tahun pertama kehidupannya terjadi dalam keluarga. Orang tua khususnya ibu mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak, walaupun kualitas kodrati dan kemauan anak akan ikut menentukan proses perkembangannya. Sedang kepribadian dan perilaku orang tua sangat besar pengaruhnya pada pembentukan pribadi anak.

Lingkungan keluarga acapkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal yang mempengaruhi berbagai aspek perkembangan anak. faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran seseorang telah dewasa. Buruk dialami dalam keluarga akan buruk pula diperlihatkan terhadap lingkungannya(Gunarsa,1993:186-187).

Namun demikian, pada kondisi tertentu ada kalanya keluarga atau orang tua tidak mampu melaksanakan peran dan fungsinya sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Salah satu penyebabnya adalah karena terbatasnya kemampuan sosial ekonomi atau dapat juga karena terjadinya keretakan dalam keluarga. Kondisi yang demikian dapat mengakibatkan anak-anak mengalami gangguan belajar dan kelainan tingkah laku seperti pemalu, malas, bandal dan sebagainya. Hal ini sering kali menyebabkan prestasi belajar mereka kurang menggembirakan, sehingga membutuhkan peran alternatif dari lembaga tertentu seperti Panti Asuhan.

Masalah kesejahteraan sosial yang selalu eksis dari masa ke masa. Mereka juga berhak memperoleh hak-hak, baik dalam sebuah keluarga maupun sebagai warga Negara, namun tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar ketelantaran anak berkaitan dengan kemiskinan.jumlah penduduk miskin pada tahun 2007:37,17 juta jiwa atau 16,58% dari 224.328 juta penduduk. sedangkan jumlah anak terlantar di Indonesia masih sekitar 4,6 juta jiwa atau 7,64% dari jumlah anak yang berusia 0-18


(17)

tahun, sedangkan di Sumatera Utara menurut data BPS teardapat 4.001.153 anak terlantar.(kompas,07 juli 2007).

Dari jumlah jiwa yang dibawah garis kemiskinan dan anak terlantar tersebut sebagian dari data yang ada merupakan kondisi keluarga (hidup dibawah garis kemiskinan) tentu anak-anak juga banyak mengalami gizi yang rendah dan tingkat kesehatan yang rendah pula, maka anak mengalami masalah dalam proses perkembangannya.kondisi ini tentunya amat kontradiktif dengan bunyi pasal 2 ayat 2 UU No.4 tahun 1979 yang menegaskan bahwa anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun dalam asuhan khusus untuk berkembang dengan wajar.

Panti Asuhan merupakan salah satu wujud partisipasi yang membantu pemerintah dalam melaksanakan pelayanan kesejahteraan sosial. Di dalam panti asuhan tersebut anak-anak terlantar diberi pelayanan kesejahteraan sosial sebagaimana pelayanan tersebut yang seharusnya mereka dapatkan dari keluarga mereka.

Berdasarkan hal diatas maka panti asuhan Elida hadir untuk memenuhi kebutuhan anak-anak terlantar dan anak yatim piatu, baik kebutuhan makanan, kebutuhan akan kesehatan, pendidikan formal, Rekreasi, dan juga kebutuhan akan kasih sayang.

Pelayanan sosial yang dilakukan oleh panti asuhan Elida memiliki pengaruh bagi tingkat kesejahteraan anak yang menjadi penghuni panti tersebut. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang kesejahteraan mereka yang penulis angkat melalui judul “Kesejahteraan Anak Binaan Panti Asuhan Elida”


(18)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang ada pada latar belakang, maka yang menjadi perumusan masalah yaitu “Bagaimanakah Kesejahteraan Anak Binaan Panti Asuhan Elida?”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian C.1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesejahteraan anak binaan di panti asuhan Elida.

C.2. Manfaat penelitian

1. Bagi penulis dan pembaca, dapat menambah atau memperluas khasanah ilmu pengetahuan dalam menganalisa persoalan yang berhubungan dengan masalah kesejahteraan sosial.

2. Bagi pihak panti asuhan Elida dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan, dalam mengambil kebijaksanaan untuk meningkatkan pelayanan panti asuhan Elida dalam meningkatkan kesejahteraan anak.


(19)

D. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep, dan definisi operasional.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan rentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sample penelitian, tehnik pengumpula data serta tehnik analisa data.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang sejarah dan gambaran tentang lokasi penelitian yang dapat digunakan memperkuat ilmiah.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan pembahasannya.

BAB VI PENUTUP

Bab inji berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran atas penelitian yang telah dilaksanakan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.1 Pengertian Anak

Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21(dua puluh satu) dan belum pernah kawin. Anak merupakan generasi penerus cita-cita bangsa yang dipersiapkan untuk dapat menggantikan para pendahulunya. Oleh sebab itu, agar setiap anak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.

Didalam UU RI No. 23 Tahun 2002 pasal 1 Tentang Perlindungan Anak disebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang ada di dalam kandungan. Sedangkan menurut UU Kesejahteraan Anak di dalam pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang berusia 21 tahun atau anak yang belum menikah.

Anak adalah manusia yang masih kecil, dan bukan pula orang yang disebut dewasa. Didalam kehidupannya anak patut memiliki kesejahteraan yaitu suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan kehidupan secara wajar, baik secara jasmani maupun secara rohani dan sosial. Anak merupakan harapan bangsa dan orang tua akan selalu berusaha agar anak mereka menjadi apa yang diinginkan dengan memberikan seluruhnya yang ada pada orang tua, yang akan diberikan kepada anaknya.


(21)

A.2 Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial dalam arti sempit, adalah bantuan yang diberikan pada orang-orang miskin, pada orang-orang-orang-orang terlantar, yang terkena bencana alam, serta bantuan-bantuan lainnya yang ditujukan untuk membantu orang-orang kurang mampu secara ekonomi. Pelayanan sosial terdiri dari dua kata pelayanan dan sosial. Pelayanan berarti pemberian bantuan atau pertolongan bagi anak-anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna susila dan sebagainya.

Kemudian Alfred J. Khan (Sumarnugroho, 1987:72) mengemukakan pendapatnya tentang pelayanan sosial sebagai program-program yang dilakukan tanpa mempertimbangkan kriteria pasar umtuk menjamin suatu tingkatan dasar dalam penyediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan akan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan, untuk meningkatkan kehidupan bermasyarakat, serta kemampuan menjangkau dan menggunakan pelayanan serta lembaga-lembaga yang telah ada, dan membantu warga masyarakat yang mengalami kesulitan dan keterlantaran.

A.3 Konsep Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan kalau diartikan secara harfiah mengandung makna yang luas dan mencakup berbagai segi pandangan atau ukuran-ukuran tertentu tentang suatu hal yang menjadi ciri utama dari pengertian tersebut. Kesejahteraan bermula dari kata sejahtera, berawalan kata ke dan berakhiran kata an. Sejahtera berarti aman sentosa, makmur, atau selamat, artinya terlepas dari segala macam gangguan dan kesukaran.

Istilah ‘sosial’ berasal dari kata bahasa latin ; socius yang berarti kawan atau teman. Manusia lahir dengan apa adanya, kemudian memulai hidup saling berkawan dan saling membina kesetiakawanan. Menurut Dr. J. A. Ponsioen, dikutip T. Sumarnogroho (1982), istilah sosial mempunyai arti yang berbeda :


(22)

1. Sosial diartikan sebagai suatu indikasi daripada kehidupan bersama mahluk manusia, umpamanya dalam kebersamaan rasa, berfikir, bertindak, dan dalam hubungan antar manusia

2. Istilah sosial pada abad ke 19 mempunyai konotasi yang berbeda, lebih sentimental dan karena itu menjadi agak kabur seperti beberapa istilah yang agak serupa yang dikaitkan dengan persoalan kemiskinan dan ketelantaran orang (misalnya; pekerjaan sosial, pelayanan sosial, aksi sosial). Meskipun demikian dari konotasi ini kemudian berkembang dalam segala arah yang bersangkut paut dengan pembaharuan masyarakat yang bertujuan menanggulangi kemiskinan dan keterlantaran.

Kesejahteraan sosial dewasa ini lebih ditujukan guna mencapai produktivitas yang maksimum, setiap masyarakat perlu mengembangkan cara-cara meningkatkan kemampuan, melindungi mayarakat dari gangguan-gangguan dan masalah-masalah yang dapat mengurangi dan merusak kemampuan yangs telah dimilki. Melihat konsepsi kesejahteraan sosial, perlu didapat pemahaman. Oleh karena itu, beberapa definisi atau pengertian tentang kesejahteraan sosial dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi atau keadaan sejahtera baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya perbaikan-perbaikan penyakit-penyakit sosial tertentu saja. Dan ini merupakan suatu kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan membantu penyesuaian timbal-balik antara individu-individu dengan lingkungan sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui tehnik-tehnik dan metode-metode dengan maksud supaya memungkinkan individu-individu, kelompok-kelompok, maupun komunitas memenuhi kebutuhan dan memecahkan


(23)

masalah dan penyesuaian diri mereka terhadap pola-pola masyarakat, serta melalui tindakan kerja sama untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial 2. Arthur Dunham mengemukakan kesejahteraan sosial sebagai suatu bidang

usaha manusia, dimana didalamnya terdapat berbagai macam badan dan usaha sosial yang tujuannya meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial pada bidang-bidang kehidupan keluarga anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial memberikan perhatian utama terhadap individu, kelompok, komunitas dan kesatuan-kesatuan pendukung yang lebih luas.

3. Walter Friedlander “ Social welfare is the organize system of social servicesand institutions, designed to aid individuals and group to attain satisfying standartds of life and health”. (kesejahteraan sosial merupakan suatu sistem yang terorganisasi dari intitusi dan pelayanan sosial, yang dirancang untuk membantu individu ataupun kelompok agar dapat mencapai stabdar hidup dan kesehatan yang lebih memuaskan).

4. Menurut UU No.6 Tahun 1974 kesejahteraan sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusialaan, dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjungjung tinggi hak-hak azasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.

Kesejahteraan sosial mencakup berbagai tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik. Dimana berbagai usaha dilakukan dan dikembangkan agar dapat meningkatkan taraf hidup manusia, baik di bidang fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi ataupun kehidupan spiritual.


(24)

Yang termasuk kesejahteraan sosial adalah peraturan perundangan, program, tunjangan, dan pelayanan yang menjamin dan memperkuat untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta menjamin kesetentraman dalam masyarakat. (Elizabet Wickended)

Pengertian yang dikembangkan oleh Pre-confrence Working Committee For the . International Confrence of social Welfare Kesejahteraan sosial sebagai suatu gerakan yang global

“Social Welfare is all the organized social arrangement which have as their direct ang primary objective the well being of people in social context. It includes the range of polices and sevices with various espects of people live-their income. Security, health, housing, education, recreation, cultural, ect.

(Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang teroganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Didalamnya termasuk unsur kebijakan dan pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, perumahan, pendidikan, rekreasi, tradisi budaya, dan lain sebagainya).

Sehingga beberapa definisi diatas dapat ditarik pokok pikiran bahwa kesejahteraan sosial itu adalah suatu kondisi atau keadaan yang sejahtera fisik, sosial, maupun mentalnya yang bertujuan untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, dan juga relasi-relasi sosial dengan lingkungannya dengan cara meningkatkan meningkatkan kemampuan individu, untuk memecahkan masalahnya dalam rangka memenuhi kebutuhannya tersebut.


(25)

A.4 Tujuan dan Fungsi Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial sebagai sistem mempunyai tujuan dan fungsi-fungsi, (Nurdin, 1989:32), tujuannya adalah :

a. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan pokok; sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan relasi-relasi sosial yang baik dengan lingkungannya.

b. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik, apakah itu kepada masyarakat di lingkungannya, misalnya menggali sumber-sumber daya, meningkatkan, dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan

Leonard Scneiderman, berdasarkan rumusan atau pendapat PBB dan beberapa ahli bidang kesejahteraan sosial secara terperinci menguraikan tujuan-tujuan sistem kesejahteraan sosial.

a. System maintenance (sistem pemeliharaan)

Tujuan kesejahteraan sosial mencakup pemeliharaan dan menjaga kesinambungan atau kelangsungan keberadaan serta nilai-nilai sosial b. System control

Tujuannya adalah mengadakan kontrol secara efektif terhadap perilaku yang tidak sesuai atau menyimpang dari nilai-nilai sosial yang ada. Tujuan ini dapat dicapai dengan melakukan kegiatan :

1) Intensifikasi fungsi-fungsi pemeliharaan, berupa kompensasi, resosialisasi, dan penyadaran terhadap kelompok-kelompok penduduk yang berperilaku menyimpang agar supaya dapat mengembangkan pengawasan diri

2) Menggunakan prosedur-prosedur hukum dan peraturan-peraturan untuk meningkatkan pengawasan eksternal dari


(26)

perilaku yang menyimpang; misalnya kerusakan dan kemunduran mental, kelalaian, dan kekejaman orang tua, pencegahan tindakan bunuh diri, kriminal.

c. System change (sistem perubahan)

Tujuan ini adalah mengadakan perubahan ke arah perkembangan suatu sistem yang lebih efektif bagi anggota masyarakat. Dalam hal ini sistem kesejahteraan sosial merupakan suatu alat untuk menghilangkan hambatan-hambatan terhadap terwujudnya :

1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan secara penuh dan lebih adil

2) Distribusi sumber-smber yang lebih adil dan merata

3) Penggunaan kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam struktur sistem secara lebih banyak dan lebih adil

Memperhatikan ketiga tujuan di atas, pelaksanaannya dapat dilihat pada program-program kesejahteraan sosial, misalnya program-program pengembangan masyarakat, ketenagakerjaan, kesehatan, kesejahteraan keluarga, kesejahteraan anak yang semuanya bertujuan untuk mencapai sasaran pemeliharaan, kontrol, dan perubahan.

Fungsi-fungsi kesejahteraan sosial adalah mengorganisasi dari adanya disorganisasi. Pengertian reorganisasi mempunyai ukuran yang luas dan mendalam sehubungan dengan kegiatan-kegiatan yang mencakup pemulihan serta pemberian peranan-peranan baru

Pada dasarnya fungsi-fungsi kesejahteraan sosial bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi tekanan-tekanan yang diakibatkan perubahan-perubahan sosial ekonomi, menghindarkan terjadinya konsekuensi-konsekuensi sosial


(27)

yang negatif terhadap pembanguan serta menciptakan kondisi-kondisi yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.

1) Fungsi Penyembuhan (Curative)

Kesejahteraan sosial melaksanakan fungsi penyembuhan bila di dalamnya tercakup sekumpulan kegiatan yang ditujukan untuk menghilangkan kondisi-kondisi, ketidakmampuan fisik, emosional dan sosial agar orang yang mengalami masalah tersebut dapat berfungsi secara normal kembali di dalam masyarakat.

2) Fungsi Pencegahan (Preventive)

Kesejahteraan sosial yang bersifat pencegahan ditujukan untuk memperkuat keluarga, kelompok-kelompok dan kesatuan-kesatuan masyarakat agar jangan sampai timbul masalah-masalah sosial yang baru. Di samping itu juga diuahakan pencegahan tingkah laku peroangan yang abnormal.

3) Fungsi pengembangan (Development)

Kegiatan kesejahteraan sosial yang bersifat pengembangan tujuan-tujuan dan orientasinya untuk memberikan sumbangan langsung bagi proses pembangunan. Dalam hal ini kesejahteraan sosial bertindak sebagai suatu unsur pelaksana perubahan (Change agent), yaitu membantu peningkatan proses perubahan sosial berencana. Perubahan ini dapat mempengaruhi struktur dan fungsi-fungsi keluarga serta masyarakat, sehingga perlu disiapkan untuk memperoleh dan melaksanakan peranan-peranan serta tanggung jawab yang baru.

4) Fungsi penunjang (Suppotive)

Kegiatan kesejahteraan sosial yang bersifat penembangan tujuan-tujuan dan orientasinya untuk memberikan sumbangan langsung bagi proses


(28)

pembangunan. Dalam hal ini kesejahteraan sosil bertindak sebagai suatu unsur pelaksana perubahan (change agent), yaitu membantu peningkatan proses perubahan sosial berencana.

B. Usaha Kesejahteraan Sosial

Usaha kesejahteraan sosial mengacu pada program, pelayanan dan berbagai kegiatan yang secara konkret (nyata) berusaha menjawab kebutuhan ataupun masalah yang dihadapi anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial itu sendiri dapat diarahkan pada individu; keluarga; kelompok; ataupun komunitas. Berdasarkan hal di atas dapat dirasakan bahwa kesejahteraan sosial tidaklah bermakna bila tidak diterapkan dalam bentuk usaha kesejahteraan sosial yang nyata menyangkut kesejahteraan masyarakat.

Dari terminologi tersebut terlihat bahwa usaha kesejahteraan sosial seharusnya merupakan upaya yang konkret (nyata) baik ia bersifat langsung (direct service) ataupun tidak langsung (indirect service), sehingga apa yang dilakukan dapat dirasakan sebagai upaya yang benar-benar ditujukan untuk menangani masalah ataupun kebutuhan yang dihadapi warga masyarakat, dan bukan sekedar program, pelayanan ataupun kegiatan yang lebih dititik beratkan pada upaya menghidupi organisasinya sendiri ataupun menjadikan sebagai “panggung” untuk sekedar mengekspresikan penampilan diri person dalam suatu lembaga.

Menurut Thelma Lee Mendoza, ada tiga tujuan utama yang terkait dengan kesejahteraan sosial (yang pada umumnya berhubungan dengan upaya memperoleh sumber dana yang sangat tebatas.), yaitu :

1. Tujuan yang bersifat Kemanusiaan dan Keadilan Sosial (Humanitorian and Social Justice Goals). Berdasarkan tujuan ini, usaha kesejahteraan sosial banyak diarahkan pada upaya pengidentifikasian kelompok yang paling tidak


(29)

mendapat perhatian; kelompok yang paling mempunyai ketergantungan; kelompok yang paling ditelantarkan; ataupun kelompok yang tidak mampu untuk menolong dirinya sendiri, dan menjadikan mereka kelompok sasaran dalam kaitan dengan upaya menjembatani sumber daya yang langka.

2. Tujuan yang terkait dengan Pengendalian Sosial (Social Control Goal). Tujuan ini berdasarkan pemahaman bahwa kelompok yang tidak diuntungkan; kekurangan; ataupun tidak terpenuhinya kebutuhannya dapat melakukan “serangan” (baik secara individu maupun kelompok) terhadap masyarakat (terutama yang sudah mapan).

3. Tujuan yang terkait dengan Pembangunan Ekonomi (Economic Development Goal). Tujuan pembangunan ekonomi memprioritaskan pada program-program yang dirancang untuk meningkatkan produksi barang dan pelayanan yang dapat diberikan, ataupun berbagai sumber daya yang lain yang dapat memberikan sumbangan terhadap pembangunan ekonomi (Rukminto Adi, Isbandi, 1994:6-9)

Usaha Kesejahteraan Sosial yang baik dan bermanfaat mengandung ciri-ciri khas : (a). Relevan: pelayanan atau bantuan yang disediakan sesuai dengan kebutuhan

warga masyarakat yang menjadi sasaran/penyandang masalah.

(b). Konsisten: dilaksanakan secara terus menerus sampai terpecahkan masalah yang dialami oleh sasaran.

(c). Aksesibel: pelayanan atau bantuan yang disediakan dapat dijangkau dan digunakan oleh sasaran.

(d).Partisipasif: ketertiban semua terkait, termasuk sasaran, dalam pelaksanaan pelayanan atau bantuan


(30)

C. Kesejahteraan Anak

Anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar, baik secara jasmani, rohani, maupun sosial. Sementara usaha kesejahteraan anak adalah kesejahteraan sosial yang ditujukan untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan anak terutama terpenuhinya kebutuhan anak-anak. (UU Kesejahteraan Anak No. 6 Tahun 1974)

Dalam hal ini anak yang perlu mendapatkan perhatian adalah anak yang tidak mempunyai orang tua dan ibu kandung dan anak yang tidak mampu karena suatu sebab tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya baik secara rohani, jasmani, sosial dengan wajar. Dalam pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial dapat dilakukan melalui 5 bidang praktek pekerjaan sosial (Sumarnogroho, 1987: 78) yaitu :

1. Usaha kesejahteraan anak

2. Usaha bimbingan kesejahteraan keluarga 3. Usaha kesejahteraan lanjut usia

4. Usaha Kesejahteraan para cacat 5. usaha kesejahteraan umum

Berdasarkan Undang-undang nomor 6 Tahun 1974 tentang ketentuan pokok kesejahteraan sosial bahwa, setiap warga Negara berhak atas taraf sosial yang sebaik-baiknya, maka kesejahteraan anak merupakan hal yang perlu mendapat perhatian, karena masih banyak anak-anak yang tidak dapat menikmati masa kanak-kanaknya yang menyenangkan karena kondisi yang dihadapinya dan keadaan orang tuanya. Usaha kesejahteraan anak sebagai pembinaan pertumbuhan dan perkembangan secara wajar bagi anak yang akan menentukan keutuhan pribadi anak dalam menyonsong masa depannya untuk manusia dewasa yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri secara wajar adalah :


(31)

a) Bantuan sosial untuk anak-anak terlantar baik melalui panti maupun luar panti

b) Rehabilitasi dan pendidikan anak cacat (cacat fisik, indera maupun mental)

c) Perawatan anak-anak yang mengalami gangguan emosional d) Sistem usaha keluarga (foster home care)

e) Adopsi anak perwalian f) Bimbingan anak

g) Perkumpulan dan kegiatan untuk mengisi waktu senggang termasuk rekreasi serta bermain (play group)

D. Anak Binaan

Anak binaan yaitu anak yang diberi biaya pendidikan oleh seseorang dan bantuan untuk memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani, dan sosialnya. Anak binaan yang dimaksud disini yaitu anak yang telah mencapai umur 8 tahun tetapi belum mencapai 18 tahun dan belum pernah kawin yang berdasarkan keputusan pengadilan diserahkan pada Negara yang dididik dan ditempatkan pada panti asuhan Elida (Dirjen Hukum & Perundang-undangan, 1995 : Bab I)

Yang menjadi pola pembinaan yaitu : 1. Macam pembinaan

a. Pembinaan penyuluhan hokum b. Pembinaan penyuluhan rohani c. Pembinaan penyuluhan jasmani d. Pembinaan bimbingan bakat


(32)

2. Tujuan dan kejelasan pola pembinaan 3. manfaat pola pembinaan

4. pelaksanaannya

5. sumber-sumber yang digunakan. E. Panti Asuhan

Panti asuhan atau kesataun kerja yang merupakan prasarana dan sarana yang memberikan pelayanan sosial berdasarkan profesi pekerjaan sosial dan lembaga kesejahteraan sosial yang bergerak dalam bidang kesejahteraan anak, terutama bimbingan sosial dan pelayanan untuk anak-anak. Panti asuhan juga merupakan tempat merawat serta mendidik anak-anak terlantar dan kurang mampu dalam pendidikannya, sehingga mereka itu diharapkan dapat menolong dirinya sendiri serta berfungsi dalam masyarakat. Sebagai panti sosial, menurut M. Fadil Nurdin panti asuhan merupakan perwujudan fungsi-fungsi kesejahteraan sosial yang melahirkan bentuk-bentuk pelayanan sosial yang bervariasi. Penanganan kesejahteraan anak-anak terlantar dari sistem panti ini adalah pelayanan yang dilakukan dalam panti asuahan dimana panti asuhan berfungsi sebagai lembaga subsitusi keluarga yaitu keluarga pengganti untuk memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak terlantar yang dikenal dengan anak-anak binaan.

Usaha-usaha kesejahteraan yang diberikan pada panti asuhan berupa peningkatan pemenuhan kebutuhan pokok, peningkatan pendidikan dan keterampilan anak binaan, pemenuhan kebutuhan rohani, sosial, dan kesehatan, keterampilan sehingga anak-anak binaan tersebut diharapklan dapat mengembangkan pribadi, potensi, kemampuan dan minatnya secara optimal, sehingga panti asuhan sebagai lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab memberikan pelayanan pengganti fungsi keluarga harus benar-benar memperhatikan fisik, mental,


(33)

dan sosial mereka agar pertumbuhan daan perkembangnnya dapat sesuai dengan tingkat usianya.

Fungsi panti asuhan : 1. Fungsi perlindungan

fungsi panti asuhan disini adalah untuk menghindarkan anak dari keterlantaran, perlakuan kekejaman atau semena-mena dari orang tua atau Walinya.

2. Fungsi pendidikan

Panti asuhan berfungsi untuk membimbing, mengembangkan kepribadian anak binaan secara wajar melalui berbagai keahlian tehnik dan penggunaan fasilitas-fasilitas sosial demi tercapainya pertumbuhan dan perkembangan fisik, rohani dan sosial anak binaan.

3. Fungsi pengembangan

Untuk mengembangkan kemampuan atau potensi anak binaan sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan yang baik, sehingga kelak anak tesebut dapat menjadi anggota masyarakat yang hidup layak dan penuh tanggung jawab terhadap dirinya, keluarga maupun masyarakat.

4. Fungsi pencegahan

Menghindarkan anak binaan dari pola tingkah laku sosial anak binaan yang bersifat buruk atau negatif.

5. Fungsi perawatan

Merawat anak-anak binaan dengan kasih sayang sebagaimana orang tua. Pelayanan panti asuhan disini merupakan wujud dari fungsi lembaga kesejahteraan sosial dalam menangani masalah kesejahteraan anak, khususnya anak-anak yang tidak mampu ekonominya dan anak-anak yang terlantar.


(34)

Sebagai lembaga sosial panti asuhan mempunyai tugas pokok seperti yang dijelaskan pasal 4 ayat 1 Keputusan Menteri Sosil RI. No HUK 3.3.8/239 Tahun 1974 yakni :

1. Mempersiapkan mereka yang dilayani sedemikian rupa, sehingga menjadi manusia yang sadar akan tanggung jawab dan berdaya guna, baik dalam kedudukan sebagai anggota masyarakat.

2. Mengembangkan potensi yang terdapat pada mereka yang dilayani secara berencana dan terarah, sehingga mereka dapat menjalankan fungsi sosial mereka.

3. Menghindari terdapatnya jurang pemisah dalam hubungan pergaulan antara mereka yang dilayani dengan mayarakat sekeliling dengan cara menciptakan/mengadakan modus-modus yang bersegi pendekatan pribadi/sosial yang efektif dan efisien.

4. Menciptakan suasana hubungan yang serasi, baik antar mereka yang dilayani. Maupun dengan para pengasuhnya sehingga tercipta suasana kekeluargaan. 5. Mengusahakan penyaluran dan penempatan terhadap warga panti sosial

keberbagai lapangan kerja sesuai dengan kemampuan dan keahliannya.

6. Memberikan motivasi kepada lingkungan masyarakat, untuk dapat lebih meningkatkan usaha-usaha praktis kesejahteraan sosial keluarga dan masyarakat, berdasrkan kemampuan yanga ada.


(35)

Dijelaskan pula dengan peraturan panti asuhan yaitu pada pasal 3 dalam Keputusan Menteri Sosial RI. 3.3.8/239 Tahun 1974.

1. Panti sosial berfungsi sebagai sarana dan prasarana pembinaan kegiatan sosial berdaya guna, efektif dan efisien serta bermanfaat bagi yang bersangkutan maupun masyarakat pada umumnya.

2. Panti sosial juga merupakan kegiatan kesejahteraan sosial bagi masyarakat yang memerlukan


(36)

F. Kerangka Pemikiran

Di Indonesia semakin banyak terjadi masalah sosial yang mengakibatkan bertambahnya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial, dimana salah satunya adalah anak-anak menjadi terlantar. Anak terlantar atau tidak mampu adalah anak yang karena suatu sebab orang tuanya melalaikan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat dipenuhi dengan wajar. Yang termasuk anak terlantar adalah anak yatim, piatu, lainnya seperti keluarga yang tidak mampu yang mengalami hambatan dalam memenuhi kebutuhan baik jasmanai, rohani, dan sosial.

Dalam usaha memelihara anak terlantar maka salah satunya dengan melalui panti asuhan, karena panti asuhan merupakan lembaga sosial yang berfungsi sebagai pengganti fungsi keluarga. Oleh karena itu panti asuhan Elida mengasuh dan membina anak-anak terlantar tersebut, sehingga anak-anak terlantar tersebut tidak lagi merasa kekurangan akan kebutuhannya baik jasmani maupun rohani.

Di dalam panti asuhan Elida. Anak-anak terlantar mendapat pelayanan sosial yang bertujuan untuk membina dan meningkatkan kehidupan anak-anak terlantar. Adapun usaha-usaha kesejahteraan yang dilakukan oleh panti asuhan Elida terhadap anak-anak binaan Elida yang meliputi: peningkatan pemenuhan kebutuhan pokok, peningkatan pendidikan keterampilan anak binaan, pemenuhan kebutuhan rohani, sosial, dan kesehatan.


(37)

G. Bagan Kerangka Pemikiraan

Anak-anak Terlantar

Panti Asuhan Elida

Usaha-usaha Kesejahteraan yang dilakukan berupa :

1. Peningkatan pemenuhan

kebutuhan pokok

2. Peningkatan pendidikan dan

keterampilan anak binaan

3. pemenuhan kebutuhan rohani,

sosial, dan kesehatan

kesejahteraan Yang dicapai :

1. Kebutuhan sandang pangan

terpenuhi

2. memperoleh pendidikan

3. kebutuhan fisik dan phisikis terpenuhi

4. sosialisasi dengan lingkungan


(38)

H. Definisi Konsep dan Definisi Operasional H.1 Definisi konsep

Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk mengambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian (Singarimbun, 1989 : 33). Konsep penelitian diperlukan untuk menghindari salah pengertian tentang arti konsep yang digunakan dalam penelitian.

Batasan-batasan konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kesejahteraan anak binaan yaitu, suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara jasmani, rohani, dan sosial, termasuk pendidikan, kesehatan, dan semua kebutuhan anak binaan. anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak terlantar dan kurang mampu.

2. Anak binaan yaitu, anak yang mempunyai masalah sosial yaitu anak-anak terlantar dan anak yatim piatu.

3. Pelayanan sosial yaitu, bantuan yang diberikan pada orang-orang miskin, pada orang-orang terlantar, yang terkena bencana alam serta bantuan-bantuan lainnya yang ditujukan untuk membantu orang-orang kurang mampu secara ekonomi.

4. Panti asuhan yaitu, lembaga sosial yang memberikan pelayanan sebagai tempat merawat serta mendidik anak-anak terlantar dan kurang mampu dalam pendidikannya, sehingga mereka dapat menolong dirinya sendiri. Dalam hal ini panti asuhan yang dimaksud adalah panti asuhan Elida.


(39)

H.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara untuk mengukur variabel (Singarimbun, 1989 :46). Adapun variabel yang akan diteliti antara lain Kesejahteraan, diukur dengan:

1. Terperhatikan kebutuhan sandang pangan. 2. Keterampilan.

3. Terperhatikan kebutuhan fisik dan phisikis. 4. Memperoleh pendidikan.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisa yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau melukiskan kenyataan yang ada tentang masyarakat atau kelompok orang tertentu di lapangan secara analisis yang prosesnya meliputi penguraian hasil observasi dari suatu gejala yang diteliti atau lebih ( Irawan, 2004 : 35). Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tingkat kesejahteraan yang diberikan oleh yayasan panti asuhan Elida terhadap anak binaannya.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dipanti asuhan Elida, yang berlokasi di Jl. Flamboyan Raya IV No. 2, Tanjung Selamat. Kecamatan Medan Tuntungan, alasan penulis dalam memilih panti asuhan ini adalah karena panti asuhan ini merupakan panti asuhan yang tidak membatasi kesempatan untuk menolong anak-anak terlantar yang berasal dari latar belakang (adat, suku) yang berbeda dan berlandaskan kasih. C. Populasi dan Sampel

C.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai atau peristiwa sebagai sumber data. Yang dimiliki karakter tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1998:141). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan anak-anak binaan yang ada dipanti asuhan Elida yaitu sebanyak 75 orang, yang terdiri dari : anak usia belum sekolah sebanyak 2 orang, TK sebanyak 1 orang, SD sebanyak 60 orang, SMP


(41)

sebanyak 9 orang, SMA sebanyak 1 orang, anak yang tidak bersekolah sebanyak 2 orang.

C.2. Sampel

Menurut Prof. Dr. Suharsini Arikunto, sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,1997: 109). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dalam tehnik ini, siapa yang akan diambil sebagai anggota sampel diserahkan pada pertimbangan-pertimbangan pengumpul data yang menurut dia sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian (Soehartono, 2004:63).

Maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang dimiliki peneliti terhadap kondisi anak binaan panti asuhan Elida yang tidaksama, maka yang menjadi sampel penelitian adalah batasan usia 10 tahun ke atas sebanyak 31 orang. Dimana anak SD sebanyak 21 orang, SMP sebanyak 9 orang, SMA sebanyak 1 orang, dan staf panti sebagai key informan atau sebagai pelengkap data. Adapun alasannya karena mereka inilah yang dianggap mampu untuk memberikan jawaban untuk mengisi bahan pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang diberikan peneliti nantinya, sedangkan sebagian lagi anak binaan tidak ikut menjadi sampel dikarenakan, pada usia belum sekolah sampai pada TK, SD dan juga yang tidak bersekolah belum mampu memahami dan menangkap dengan tepat secara psikologi, juga belum mampu berbahasa Indonesia dengan baik.

D. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini akan menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan

yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui buku, jurnal, karya ilmiah dan bentuk tulisan lainnya yang ada relevansinyan dengan masalah yang diteliti.


(42)

2. Studi Lapangan

yaitu pengumulan data yang diperoleh dari kegiatan secara langsung di lapangan, tehnik penelitian lapangan ditempuh dengan cara :

a. Observasi, yaitu mengamati objek yang diteliti secara langsung dengan mengadakan pencatatan seperlunya dengan kondisi yang dihadapi secara objektif.

b. Wawancara, yaitu mendapatkan dan mengumpulkan data, berdialog secara langsung dengan anak panti asuhan.

c. Kuesioner, yaitu pengumpulan data melalui penyebaran angket yang berisikan pertannyaan yang diajukan secara tertulis.

E. Tehnik Analisa Data

Dalam penelitian ini, tehnik analisa data yang digunakan adalah tehnik analisa deskriptif kuantitatif dengan cara mentabulasi data yang berhasil dijaring keterangan yang diperoleh dari responden. Data yang didapat akan dipaparkan dan dianalisa dengan menggunakan tabel tunggal, selanjutnya diberi keterangan sesuai dengan gejala yang diamati.


(43)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah salah satu lembaga sosial yang khusus menangani anak-anak terlantar, anak yatim, anak yatim piatu dan prasejahtera, yang tidak mempunyai kesempatan memadai untuk bertumbuh dan berkembang secara wajar, karena keadaan dimana salah satu atau kedua orang tuanya meninggal dunia, perceraian dan kemiskinanan sehingga tidak dapat menjalankan fungsi sosial sebagaimana mestinya.

Lembaga ini merupakan lembaga/yayasan Kristen yang berlokasi di Jalan Flamboyan Raya IV A No. 2 Tanjung Selamat, Medan.

B. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Elida

Panti Asuhan Elida berdiri pada bulan Januari 1990, dengan cikal bakal 3 orang anak terlantar abang beradik yang diserahkan oleh seorang yang tidak dikenal kepada bapak Pdt. Domianus dan Sarah Devi yang mana pada saat itu baru menikah kira-kira 2 minggu. Dalam keadaan yang masih bingung, keluarga ini tetap merawat ketiga anak itu dengan baik. Kemudian pada hari-hari berikutnya ada saja anak-anak yang terlantar diserahkan kepada keluarga hamba Tuhan ini oleh seseorang yang berbeda, dan asal daerah yang berbeda-beda, sehingga pada usia pernikahan mereka baru 3 bulan keluarga ini sudah memiliki 15 orang anak yatim dan anak terlantar.

Dengan semakin banyaknya jumlah anak yang datang pada keluarga ini, mengakibatkan mereka semakin bingung untuk merawatnya dan bertanya-tanya mengapa orang-orang tersebut datang kepada keluarga mereka. Tetapi bapak Pdt.


(44)

Domianus tahu bahwa ini nazar yang pernah ia janjikan kepada tuhan ketika ia masih anak-anak. Bapak Pdt. Domianus berjanji “jika aku nanti menjadi orang yang berhasil, Aku akan menolong setiap orang yang tidak mampu yang sama seperti aku”. Bapak Pdt. Domianus adalah seorang anak yatim yang tinggal dengan ibunya yang selalu merasakan kesusahan dan kesedihan. Tetapi didalam kesusahan dan kesedihannya, ia merasakan bahwa Tuhan selalu menolong keluarganya melalui orang-orang yang ada disekitarnya. Sehingga dengan pertolongan dari orang lain terutama dalam hal biaya pendidikan serta kerja keras dan semangat yang dimiliki, Bapak ini terus berjuang untuk belajar dengan maksimal memanfaatkan waktu serta fasilitas yang ada. Usaha dan kerja kerasnya tidak sia-sia karena pada akhirnya dia menjadi orang yang berhasil, mampu untuk mencukupi semua kebutuhan keluarganya, bahkan mereka dapat merawat setiap anak-anak yang diserahkan kepada mereka, membiayai pendidikan anak binaan dan memenuhi kebutuhan pokok anak-anak binaan tersebut.

Meskipun dengan susah payah keluarga hamba Tuhan ini merawat anak-anak setiap harinya, tetapi Tuhan selalu membuktikan kuasa dan anugrah-Nya. Tuhan senantiasa memberikan dan menyediakan jalan keluar untuk setiap kebutuhan anak-anak setiap harinya. Sehingga keluarga ini menyadari bahwa merawat anak-anak-anak-anak yatim dan terlantar adalah beban dan panggilan Tuhan bagi mereka. Dengan melihat ini Bapak Pdt. Domnianus mendirikan Panti Asuhan Elida, yang telah terdaftar pada tanggal 6 Oktober 1990 di pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara, dan Dinas Sosial Cabang Medan mengeluarkan surat izin dengan nomor 467-6/1471 (Brosur Panti Asuhan Elida).


(45)

Adapun yang menjadi Misi dan Visi panti asuhan Elida adalah sebagai berikut:

VISI:

Panti asuhan Elida ingin menjadi panti asuhan yang dipercaya di linggkungannya dan mempunyai kemampuan finansial untuk mendidik, menanamkan kasih dan memberikan kehidupan yang layak bagi anak binaan MISI:

1. Sebagai rumah asuh bagi setiap anak yatim piatu dengan didikan iman kristiani yang terbuka bagi setiap anak yatim piatu di seluruh Indonesia.

2. Menanamkan kasih kepada Kristus dan kepada sesama manusia dan peka terhadap lingkungan.

3. Memberikan kehidupan yang layak kepada anak binaan sebagaimana orang tua terhadap anak kandungnya.

4. Memberikan pendidikan dan keahlian khusus untuk mempersiapkan mereka sebagai manusia yang mampu memberikan kontribusi terhadap perkembangan kehidupan manusia manusia dan lingkungannya di seluruh dunia.

E : Evangelistic(Penginjilan) L : Life (Kehidupan)

I : Inpiration (Insipirasi) D : Deliverance (Kelepasan) A : Amen (Amin)

Jadi Elida dapat disimpulkan sebagai panti asuhan yang memiliki inspirasi kehidupan dan kelepasan.


(46)

C. SUSUNAN PENGURUS PANTI ASUHAN ELIDA Pimpinan : Pdt. Domianus S.Th Ketua panti : Pdt. Domianus S. Th Sekretaris : Titus Dachi

Bendahara : Ev.Sarah Devi

Adapun tugas masing-masing jabatan pada sturuktur organisasi panti asuhan Elida adalah sebagai berikut :

Pimpinan panti : Bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan operasional panti asuhan Elida .

Ketua panti : Bertanggung jawab atas semua yang berhubungan dengan panti asuhan dan seluruh kebutuhan anak-anak.

Sekretaris panti : Mendata anak asuh yang masuk panti Asuhan Elida a.Mendata keadaan anak asuh di dalam panti Asuhan.

b.Mempersiapkan anak binaan yang nantinya akan dikembalikan ke masyarakat.

c.Menyusun program yang akan dilaksanakan untuk mempersiapkan kemajuan anak panti.

d.Menerima tamu yang dating ke panti asuhan.

e.Menerima dan mencatat surat yang masuk dan surat keluar. Bendahara panti : Mencatat semua pendapatan dan pengeluaran untuk kebutuhan


(47)

D. PETUGAS PANTI ASUHAN ELIDA

Tabel 1. Gambaran Petugas Panti Asuhan Elida

No Nama Jabatan umur Pendidikan Lama

bekerja 1 Pdt. Domianus

S.Th

Pimpinan 43 tahun Sarjana Theologi

17 tahun

2 Ev. Sarah Devi 34 tahun Sekolah

penginjil

17 tahun

3 Titus Dachi Sekretaris 1 23 tahun P. Tinggi 4 tahun

4 Erni Pengasuh 19 tahun SLTA 3 bulan

5 Bernike Pengasuh 21 tahun SLTA 3 bulan

6 Josua Pengasuh 25 tahun SLTA 2 tahun

7 N. karo-karo supir 48 tahun SLTA 2 tahun

8 Perma Juru masak 45 tahun SLTA 3 tahun

9 Sandi Ben Keamanan 42 tahun SLTA 4 tahun


(48)

E. Gambaran Demografis Anak Binaan 1. Jumlah Anak Binaan

Tabel 2. Berdasarkan Penggolongan Usia

Penghuni (anak binaan) panti asuhan Elida Tanjung Selamat-Medan berjumlah 75 orang, dan didominasi oleh anak-anak yang berusia 11-15 tahun yaitu sebanyak 40 orang dapat dilihat melalui tabel di bawah ini :

No Usia Jumlah

1 2 3 4 5

0-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun 21-25 tahun

3 orang 30 orang 40 orang 2 orang

Total 75 orang

Sumber data : kantor Panti Asuhan Elida Medan, 2007 Tabel 3. Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah anak binaan panti asuhan Elida sebanyak 75 orang, laki-laki 50 orang dan perempuan 25 orang. Dapat dilihat melalui tabel di bawah ini, bahwa penghuni panti didominasi oleh laki-laki, yaitu sebanyak 50 orang.

No Jenis kelamin Jumlah

1 Laki-laki 50 orang

2 Perempuan 25 orang

Total 75 orang

Sumber data : Kantor Panti Asuhan Elida Medan, 2007 .


(49)

Tabel 4. Berdasarkan Tingkat dan Jenis Pendidikan

Anak-anak yang berada di panti asuhan Elida yang telah memasuki usia sekolah, disekolahkan pada berbagai tingkat pendidikan meskipun sebagian besar masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Hal ini disebabkan karena setiap anak binaan yang ada di Elida harus dididik terlebih dahulu sebelum memasuki Sekolah Dasar maka, mereka yang masih duduk di bangku SD sementara usianya seharusnya sudah mengecap pendidikan SMP. Dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:

No Tingkat dan Jenis Pendidikan Jumlah 1

2 3 4 5 6 7

Belum Sekolah Taman Kanak-Kanak

SD SMP SMA Tamat SMA Perguruan Tinggi

4 orang 1 orang 60 orang

9 orang 1 orang

- -

Total 75 orang


(50)

Tabel 5. Berdasarkan Penggolongan Status

Anak binaan yang ditampung di panti asuhan Elida Medan, adalah anak yatim, piatu, yatim piatu, anak terlantar dan anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya lemah (prasejahtera). Sebagian besar dari mereka masih memiliki orang tua namun keadaan mereka tidak memungkinkan untuk merawat dan membesarkan anaknya. Sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan anak dengan layak, seperti terlihat pada tabel di bawah ini :

No Status Jumlah

1 2 3 4 5

Yatim Piatu Yatim Piatu Prasejahtera Terlantar

14 13 9 39

-

Total

75 orang


(51)

Tabel 6. Berdasarkan Suku Bangsa

Anak binaan panti asuhan Elida berasal dari berbagai suku, ada yang berasal dari suku Nias, Mentawai, Batak Karo, Batak Toba, Pakpak Dairi, Aceh. tetapi yang mayoritas adalah suku Nias. Ini dapat dilihat melalui tabel di bawah ini :

No Etnis/Suku bangsa Jumlah

1 2 3 4 5 6

Nias Mentawai Batak Karo Batak Toba

Pakpak Aceh

56 orang 12 orang 4 orang 2 orang 1 orang 1 orang

Total 75 orang


(52)

Tabel 7. Berdasarkan Asal Daerah

Anak binaan yang ada di panti asuhan Elida mayoritas berasal dari pulau Nias dan yang paling sedikit dari Banda Aceh, Medan dan Pakpak Dairi. Ini dapat dilihat melalui tabel di bawah ini :

No Asal Daerah Jumlah

1 2 3 4 5 6

Nias Mentawai Kab. Karo Banda Aceh Pakpak Dairi Kodya Medan

56 orang 12 orang 5 orang 1 orang 1 orang 2 orang

Total 75 orang


(53)

Tabel 8. Berdasarkan Tahun Masuk Panti

Anak-anak yang berada dipanti asuhan Elida jika dilihat dari tahun masuk ke panti asuhan bervariasi mulai dari tahun 2001-2007 tetapi didominasi oleh anak binaan yang masuk ke panti pada tahun 2005 sebanyak 23 orang. ini dapat dilihat melalui tabel di bawah ini :

No Tahun Masuk Panti Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Tahun 1997 Tahun 1998 Tahun 1999 Tahun 2000 Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 1 2 4 4 8 5 9 10 23 6 3

Total 75 orang

Sumber data : Kantor Panti Asuhan Elida Medan, 2007

Adapun yang menjadi syarat yang harus dipenuhi sebelum menjadi anak binaan pada panti asuhan Elida adalah sebagai berikut :

1. Berusia antara 4-10 tahun.

2. Memiliki identitas yang jelas (dibuktikan dengan adanya syarat lahir/akta kelahiran).


(54)

4. Rekomendasi dari lurah atau camat tempat dimana berdomisili sebelumnya. 5. Wali anak (sipengantar) membuat surat pernyataan diatas segel atas

penyerahan anak kepada panti asuhan Elida.

6. Setiap anak binaan wajib diperhatikan oleh pihak keluarganya untuk urusan sekolah.

7. Diijinkan memberikan sesuatu kepada anak binaan berupa benda, kecuali uang bagi anak kecil.

8. Membesuk anak 2 bulan sekali selama 2 jam.

9. Bagi keluarga anak binaan tidak boleh menginap dipanti.

Adapun kegiatan sehari-hari anak-anak binaan yang ada di panti asuhan Elida adalah sebagai berikut :

Pagi (05.00 WIB) Bangun pagi, doa pagi, mengerjakan tugas rutin seperti membersihkan kamar tidur dan serapan.

(07.00 WIB) Berangkat ke sekolah.

(13.15 WIB) Pulang dari sekolah kemudian kumpul di aula untuk kebaktian siang sebelum makan siang, bagi anak yang bertugas membagi nasi langsung menuju ruang makan untuk mempersiapkan segala sesuatunya termasuk menyusun kursi

Siang (14.00 WIB) Makan siang

(15.00 WIB) Melaksanakan/mengerjakan tugas yang sudah dibagi oleh staf panti seperti membersihkan dapur, kamar mandi, aula, ruang makan, halaman panti dan sebagainya. Sebagian doa bersama/kelompok sesuai


(55)

dengan jadwal masing-masing yang sudah ditentukan oleh staf panti.

(16.00 WIB) Bermain bersama dan mandi sore Sore (17.00 WIB) Kebaktian sore

Malam (19.00 WIB) Makan malam, belajar dan tidur

F. Usaha-usaha kesejahteraan Yang Dilakukan panti Asuhan Elida Terhadap Anak Binaan

Panti asuhan Elida sebagai suatu badan atau lembaga sosial, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteran anak-anak binaan. Adapun usaha kesejahteraan yang dilakukan yaitu : pemenuhan kebutuhan pokok, pendidikan dan keterampilan anak binaan, pemenuhan kebutuhan rohani, sosial, dan kesehatan.

F.1. Pemenuhan kebutuhan pokok

Panti asuhan Elida sebagai lembaga subtitusi keluarga yang melaksanakan peran orang tua untuk mengasuh dan mendidik anak, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Dalam hal memenuhi kebutuhan ini sesuai dengan wawancara dengan pihak panti. Panti asuhan Elida tidak mengalami kesulitan karena para donatur yang datang ke panti ini disamping memberi bantuan dalam bentuk uang, juga memberikan bantuan berupa sandang, pangan. Diluar kebutuhan sandang, pangan, dan tempat tinggal anak-anak yang ada di panti ini sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari pihak panti asuhan karena kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang mendasar.


(56)

F.2 Bidang Pendidikan

Dalam hal ini bidang pendidikan yang penulis maksudkan adalah bidang pendidikan formal anak binaan kecuali mereka yang belum memasuki usia sekolah. Anak binaan yang berada di panti asuhan Elida ini dimasukkan keberbagai jenis sekolah dan tingkatan pendidikan yang sesuai dengan usianya, dimulai dari TK hingga ke perguruan Tinggi bagi yang ingin melanjutkan pendidikan mereka di bidang keagamaan/kerohanian.

F.3 Pembinaan Rohani

Panti asuhan Elida sebagai lembaga yang berada di bawah suatu naungan satu agama, yakni Kristen maka pembinaan rohani yang diterapkan bagi anak-anak binaan yang ada di panti ini adalah ajaran Kristen yaitu kharismatik. Pembinaan ini diterapkan melalui kebaktian yang dilaksanakan3 x sehari yakni saat teduh pada pagi hari pada pukul 05.00 WIB dan kebaktian pada siang hari sebelum makan siang pada pukul 13.30 WIB dan kebaktian sore hari pada pukul 17.00WIB serta adanya doa kelompok yang dilakukan secara bergantian pada sore hari. Kebaktian ini meliputi : acara menyanyikan lagu pujian penyembahan, berdoa bersama dan pembacaan alkitab dan renungan firman Tuhan.

Anak-anak yang berada di panti Asuhan ini secara bergiliran bertugas memimpin pujian yang diawasi oleh staf panti. Namun pada saat tertentu, kebaktian dan renungan Firman Tuhan langsung dibawakan oleh Ibu pimpinan panti asuhan yaitu Ev. Sarah Devi.

F.4. Latihan keterampilan

Pelatihan keterampilan yang diberikan oleh panti asuhan Elida adalah mengikutsertakan anak binaan dalam hal kegiatan bermain musik. Dengan demikian kegiatan tersebut dapat mengisi waktu luang mereka, juga disertai apabila anak sudah


(57)

keluar dari panti ini, keterampilan yang mereka peroleh selama di panti dapat dijadikan modal untuk memulai hidup baru.

Bidang kegiatan yang masih ditekuni anak binaan pada panti asuhan Elida ini adalah bidang pertanian untuk anak-anak laki-laki seperti menanam jagung, ubi dan lain sebagainya dan masak-memasak untuk anak perempuan.

F.5. Bidang Seni

Kegiatan yang dilakukan oleh panti asuhan Elida untuk mengembangkan bakat anak binaannya dalam bidang seni adalah dengan menyediakan alat musik gitar. Dengan demikian anak binaan baik laki-laki maupun perempuan dapat berlatih memainkan gitar secara bergantian, sehingga mereka dapat berlatih Vokal Group atau paduan suara tanpa diawasi oleh staf panti. Selain itu mereka juga dapat mengiringi lagu pujian pada kebaktian yang dilaksanakan di panti dan acara peringatan hari-hari besar keagamaan.

G. Sumber Daya dan Sumber Dana Panti Asuhan Elida G.1. Sumber Daya Panti Asuhan Elida

Sumber daya yang penulis maksudkan disini adalah meliputi sarana fisik panti asuhan Elida meliputi : bangunan dan peralatan yang terdapat didalamnya yang digunakan dalam proses kesejahteraan kepada anak binaan. Hal ini perlu diketahui karena fasilitas ini digunakan dalam rangka memberikan pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan hidup anak binaan.

Bangunan panti asuhan Elida terdiri dari 4 unit gedung, dimana 2 unit bangunan bertingkat dengan kondisi permanen dengan rincian: 1 bangunan untuk asrama putera, 1 bangunan untuk kantor, garasi dan ruang makan, 1 bangunan untuk sekolah dan 1 bangunan untuk aula (tempat kebaktian), asrama puteri, dan rumah tempat tinggal pimpinan panti asuhan Elida dan keluarga.


(58)

Bangunan masing-masing asrama memiliki 5 kamar mandi, tempat tidur lengkap dengan kasur, bantal, selimut, meja, kursi, dan lemari pakaian. Disamping itu pula panti asuhan Elida menerapkan sistem barak yang umum dipakai oleh panti asuhan lainnya yaitu sistem pelayanan dimana klien, yamg dimaksud disini adalah anak binaan ditempatkan pada suatu gedung yang besar dalam jumlah besar juga (tidak dibagi berdasarkan usia mereka).


(59)

Rincian Keadaan Ruangan Beserta Fasilitas Panti Asuhan Elida dapat dilihat dalam daftar inventaris berikut :

Tabel 9. Daftar Inventaris PantiAsuhan Elida

No Inventaris Jumlah

1. Bangunan Asrama Putera : Tempat tidur bertingkat

Tilam Bantal Selimut Meja belajar Kursi Lemari Kamar mandi Kipas angin 18 unit 37 unit 37 unit 1 unit 1 unit 7 unit 5 unit 4 unit 4 unit 2. Bangunan Asrama Puteri :

Tempat tidur bertingkat Tilam Bantal Selimut Meja belajar Kursi Lemari Kamar mandi Kipas angin 14 unit 28 unit 28 unit 28 unit 1 unit 1 unit 4 unit 5 unit 4 unit


(60)

No Inventaris Jumlah Box bayi TV 1 unit 1 unit Aula : Kursi plastik Mimbar Kipas angin Pot bunga plastik

TV

Tempat tinggal pimpinan panti Dapur Ruang tamu Komputer Kamar tidur Ruang makan Telepon TV Sofa AC 100 buah 1 unit 4 unit 2 buah 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 3 unit 1 unit 1 unit 2 unit 5 unit 3 unit

3 Kantor

Komputer Mesin tik Meja Sofa Kursi 1 unit 3 buah 1 set 6 buah 1 buah


(61)

No Inventaris Jumlah Lemari

Telepon White board

Garasi: Mobil Bus antar jemput

Gudang Sepeda motor Ruang Musik:

Gitar biasa Drum Keyboard Gitar Bas/listrik

Kursi

Ruang Makan Anak Binaan: Kursi plastik

Meja panjang Lemari es

1 buah 1 buah

2 unit 1 unit 1 unit 2 unit

1 buah 1 set 1 set

- 2 buah

60 buah 12 buah 1 unit


(62)

No Inventaris Jumlah 4 Sekolah Panti Asuhan Elida :

Kantor Ruang kelas TK

Ruang SD

1 ruangan 2 ruangan 2 ruangan

Sumber data : Hasil observasi dan data dari kantor panti asuhan Elida Medan, 2007

G.2. Sumber Dana Panti Asuhan Elida, terdiri dari 3 yaitu : 1. Dana Rutin

Dana rutin yang diperoleh panti asuhan Elida berasal dari pemerintah yaitu Dinas Sosial sebesar Rp1000,00/orang anak asuh sebanyak 45 orang anak binaan asuh per 30 hari, tetapi dalam hal ini pemerintah memberikannya secara triwulan, disamping itu pula sumber Dana tersebut biasa datang melalui anak-anak Tuhan yang dijamah hatinya oleh Tuhan baik pribadi, keluarga, gereja, persekutuan doa, perkantoran, dll.

2. Dana Insidental

Sumber dana insidental ini biasanya berupa sumbangan yang datangnya tidak secara periodik atau teratur. Biasa datangnya dari anggota jemaat atau masyarakat dan bentuknya tidak selalu berupa uang tetapi berupa sandang dan bahan makanan. Sumbangan seperti ini jumlahnya lebih banyak dari pada sumbangan bentuk uang, terutama pada peringatan hari-hari besar keagamaan seperti hari Natal dan Paskah.


(63)

3. Hasil Kegiatan Panti Asuhan

Sumber dana yang diperoleh dari hasil kegiatan panti asuhan tidak terlalu berpengaruh; karena hasilnya belum banyak, maka hasil kegiatan pertanian seperti berkebun ini hanya dapat dinikmati untuk kebutuhan panti saja hal ini terjadi karena anak-anak di panti ini masih relatif muda sehingga pengetahuan untuk berkebun belum ada, ditambah pula dengan staf pengasuhnya yang intens tidak ada.


(64)

BAB V

ANALISA DATA

Dalam bab ini, peneliti menjabarkan dan menganalisa data yang diperoleh dari hasil penyebaran angket dan wawancara yang diajukan kepada responden yaitu anak binaan panti asuhan Elida yang berada di Panti Asuhan Elida, Tanjung Selamat Medan. Sebanyak 75 orang yang diwakili oleh 31 orang. Adapun data yang dianalisa dalam bab ini adalah:

1. Identitas Responden 1.1. umur Responden

Tabel 9. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan umur No Usia Responden Frekuensi %

1 10-11 5 16,12

2 12-13 11 35,48

3 14-15 10 32,25

4 16-17 4 13.03

5 18-19 1 3,22

Jumlah 31 100

Sumber : Hasil kuesioner Penelitian 2008

Data pada tabel 9 menunjukkan bahwa 5 responden (16,12%) berada pada kelompok usia 10-11 tahun, 11 responden (35,48%) berada pada kelompok usia 12-13 taun, 10 responden (32,25) berada pada kelompok usia 14-15 tahun, 4 responden (13,03) berada pada kelompok usia 16-17 tahun, 1 responden (3,22%) berada pada kelompok usia 18-19 tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden


(65)

anak binaan panti asuhan Elida didominasi oleh kelompok usia 12-13 tahun yaitu anak anak yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar.

1.2 Jenis Kelamin Responden

Tabel 10. Distribusi Jawaban Responden Bedasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Responden Frekuensi %

1 Laki-laki 14 45.16

2 Perempuan 17 54,83

Jumlah 31 100

Sumber : Hasil Kuesioner Penelitian 2008

Data pada tabel 10 menunjukkan bahwa 14 responden (45,16 %) adalah laki-laki, 17 responden (54,83 %) adalah perempuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden didominasi oleh laki-laki.

1.3 Suku Bangsa Responden

Tabel 11. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Suku Bangsa

No Suku Bangsa Frekuensi %

1 Batak Toba 1 3,22

2 Batak Karo 2 6,45

3 Nias 16 51,61

4 Mentawai 12 38,70

Jumlah 31 100

Sumber : Hasil Kuesioner Penelitian 2008

Data pada tabel 11 menunjukkan bahwa 1 responden (3,22 %) adalah Suku Batak Toba, 2 responden (6,45 %) Suku Batak Karo, 16 responden (51,61 %) Suku Nias, 12 responden (38,70 %) suku Mentawai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang mendominasi Etnis/Suku adalah Suku Nias.


(66)

1.4 Tingkat Pendidikan Responden

Tabel 12. Distribusi FJawaban Responden Berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi %

1 SD 16 51,61

2 SMP 14 45,16

3 SMA 1 3,22

Jumlah 31 100

Sumber : Hasil Kuesioner Penelitian 2008

Data pada tabel 12 menunjukkan bahwa 16 responden (51,61 %) yang berpendidikan SD, 14 responden (45,16 %) yang berpendidikan SMP, 1 responden (3,22 yang berpendidikan SMA. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden didominasi oleh kelompok yang berpendidikan SD.

1.5 Alasan masuk Panti Asuhan Elida

Tabel 13. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Alasan masuk Panti Asuhan Elida

No Alasan Masuk Panti Frekuensi %

1 Yatim Piatu 2 6,45

2 Yatim 6 19,35

3 Piatu 3 9,67

4 Kondisi Keluarga 20 64,51

Jumlah 31 100

Sumber : Hasil Kuesioner Penelitian 2008

Data pada tabel 13 menunjukkan bahwa 2 responden (6,45 %) adalah anak Yatim Piatu, 6 responden (19,35 %) anak Yatim, 3 responden (9,67 %) Piatu, 20 responden (64,51 %) kondisi keluarga. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa


(67)

yang mendominasi Alasan masuk Panti Asuhan Elida adalah kondisi keluarga. Kondisi keluarga ini diakibatkan oleh lemahnya ekonomi keluarga (keluarga miskin), sehingga keluarga tidak mampu untuk membiayai anak-anaknya untuk bersekolah. Jadi pihak keluarga memasukkan anak binaan tersebut dimasukkan ke panti asuhan Elida.

1.6 Orang Yang Membawa ke Panti Asuhan Elida.

Tabel 14. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Orang Yang Membawa ke Panti Asuhan Elida

No Orang Yang Membawa ke Panti Asuhan Elida

Frekuensi %

1 Orang Tua 4 12,90

2 Keluarga 11 35,48

3 Pihak Gereja 14 45,16

4 Pihak Elida 1 3,22

5 Datang Sendiri 1 3,22

Jumlah 31 100

Sumber : Hasil Kuesioner Penelitian 2008

Data pada tabel 14 menunjukkan bahwa 4 responden (12,90 %) orang tua, 11 responden (35,48 %) keluarga, 14 responden (45,16 %) pada pihak Gereja, 1 responden (3,22 %) pihak Elida,1 responden (3,22 %) datang sendiri. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa yang mendominasi orang yang membawa ke panti asuhan Elida adalah Pihak Gereja.


(68)

1.7 Tempat Tinggal Orang Tua

Tabel 15. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tempat Tinggal Orang Tua

No Tempat Tinggal Orang Tua Frekuensi %

1 Nias 17 54,83

2 Mentawai 11 35,48

3 Karo 2 6,45

4 Tapanuli 1 3,22

Jumlah 31 100

Sumber : Hasil Kuesioner Penelitian 2008

Data pada tabel 15 menunjukkan bahwa 17 responden (54,83 %) daerah Nias, 11 responden (35,48 %) daerah Mentawai, 2 responden (6,45 %) daerah Karo, 1 responden (3,22 %) daerah Tapanuli. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang mendominasi adalah kelompok daerah Tempat Tinggal Orang Tua di daerah Nias.

1.8 Agama

Tabel 16. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Agama

No Agama Frekuensi %

1 Kristen Protestan 29 93,54

2 Kristen Katolik 2 6,45

Jumlah 31 100

Sumber : Hasil Kuesioner Penelitian 2008

Data pada tabel 16 menunjukkan bahwa terdapat keragaman karakteristik agama anak binaan., hal ini membuktikan bahwa panti ini terbuka untuk semua agama sekalipun di dominasi oleh anak-anak yang beragama kristen protestan sebesar 29


(1)

25. Bagaimana menurut adik tentang kebutuhan yang behubungan dengan pendidikan formal seperti, uang sekolah, seragam sekolah dll apakah dipenuhi oleh pihak panti?

a. Dipenuhi b. Tidak Dipenuhi

26. Apakah adik ingin untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi? a. Ya

b. Tidak

27. Apakah pihak panti asuhan bersedia membiayai anak yang ingin melanjutkan pendidkan?

a. Bersedia b. Tidak Bersedia

28. Jika ya, apakah adik bebas memilih jurusan atau jenis sekolah pendidikan yang lebih tinggi?

a. Bebas

b. Tidak ditentukan

29. Apakah adik kenal dan bisa bergaul dengan teman ataupun masyarakat sekitar panti?

a. Bisa b. Tidak Bisa

30. Apakah panti asuhan Elida pernah mengadakan kegiatan hiburan atau kesenian a. Pernah

b. Tidak pernah

31. Jika adik mempunyai kesulitan/masalah, kepada siapa adik mengunggkapkannya : a. Kepada sesama anak panti

b. Kepada staf panti c. Kepada pimpinan panti

32. Bagaimana kesan dan persaan adik terhadap teman sekamar di panti asuhan Elida :

a. Seperti saudara b. Teman akrab c. Teman biasa d. Tidak tahu-menahu

33. setelah memperoleh pelayanan sosial di panti ini apakah adik nantinya mampu hidup secara wajar dalam kehidupan sehari-hari?

a. Mampu

b. Kurang mampu c. Tidak mampu


(2)

Adapun jumlah anak asuh dan penggolongan status di Yayasan Panti Asuhan Elida adalah berjumlah 75 orang. Berikut ini akan disajikan nama-nama dan data anak binaan :

N O

NAMA L/

P

STATUS ASAL KETERANGAN

1

HADIRATTA

L YATIM KARO Anak ke 3 dari 5 bersaudara 2

RISKI

TARIGAN L PRASEJATRA KARO Anak ke 4 dari 5 bersaudara 3

ALEXANDE

R L PRASEJAHTRA NIAS Anak ke 4 dari 6 bersaudara

4

DAVID L NIAS Anak ke 8 dari

9bersaudar 5

YOHANES L YATIM NIAS Anak ke 3 dari 4 bersaudar. Bapak meninggal

karena batuk berdarah. 6

MEMA L YATIM NIAS Anak ke 2 dari 3 bersaudara 7

AYUB L PRASEJAHTRA NIAS Anak ke 3 dari 5 bersuadra. Masuk

panti thn.’02 8

IDRIS L PRASEJAHTRA SIDIKALA NG

Anak ke 2 dari 3 bersaudara. Masuk panti

januari ‘03 9

RIJUL NAIDIN

L PRASEJAHTRA MENTAW AI

Anak bungsu dari 3 bersudara. Masuk panti januari ‘03


(3)

10 DARMAN

L PRASEJAHTRA NIAS Anak ke3 dari 6 bersaudara 11

PARTOYO L PRASEJAHTRA MENTAW AI

Anak bungsu dari 3 bersaudara 12

TOMAS L PRASEHAHTRA NIAS ANAK KE 4 DARI 7 BERSAUDARA.

MASUK PANTI JULI ‘02 13

HARRY L PRASEJAHTRA NIAS ANAK KE 2 DARI 6 BERSAUDARA.

MASUK PANTI JULI ‘02 14

PAULIANUS L YATIM NIAS

ANAK KE 2 DARI 3 BERSAUDAR 15

JOSMAR L PRASEJAHTRA MENTAW AI

ANAK KE 5 DARI 7 BERSAUDAR. PASUK PANTI JANUARI 2003 16

MARTO L PRASEJAHTRA MENTAW AI

ANAK BUNGSU DARI 4 BERSAUDARA.

MASUK PANTI JANUARI 2003 17

SURMANTI L PRASEJAHTRA MENTAW AI

ANAK KE 2 DARI 3 BERSAUDARA.

MASUK PANTI JANUARI 2003. 18

ANGGA L PRASEJAHTRA KARO

ANAK BUNGSU DARI 3 BERSAUDARA.

MASUK PANTI FEBRUARI

2003. 19

JONATHAN L PRASEJAHTRA KARO

ANAK SULUNG DARI 3 BERSAUDARA.

MASUK PANTI FEBRUARI

2003. 20

NISME P PRASEJAHTRA MENTAW

ANAK BUNGSU DARI 4


(4)

AI BERSAUDARA. MASUK PANTI JANUARI 2003. 21 LINDA P PRASEJAHTRA MENTAW

AI

ANAK SULUNG DARI 3 BERSAUDARA.

MASUK PANTI JANUARI 2003. 22 EMAR P PRASEJAHTRA MENTAW

AI

ANAK KE 2 DARI 3 BERSAUDARA.

MASUK PANTI JANUARI 2003. 23 MESRA P PRASEJAHTRA MENTAW

AI

ANAK BUNGSU DARI 3 BERSAUDAR. MASUK PANTI JANUARI 2003. 24

DHARLIAN A

P PRASEJAHTRA MENTAW AI

ANAK BUNGSU DARI 3 BERSAUDARA.

MASUK PANTI JANUARI 2003. 25 SADIWATI P TERLANTAR NIAS ANAK SULUNG

DARI 3 BERSAUDARA.

MASUK PANTI 2002. 26 MARIA P TERLANTAR NIAS ANAK SULUNG

DARI 3 BERSAUDARA.

MASUK PANTI JULI 2002. 27 RUT FILIUS P PRASEJAHTRA NIAS ANAK BUNGSU

DARI 3 BERSAUDARA.

MASUK PANTI JUNI 2002. 28 YULIANTI P PRASEJAHTRA NIAS ANAK KE 2

DARI 6 BERSAUDARA. 29 YURNIMA P PRASEJAHTRA NIAS ANAK KE 4

DARI 6 BERSAUDARA. 30 RISMAWATI P PRASEJAHTRA NIAS ANAK SULUNG

DARI 3 BERSAUDARA. 31 RIBKA P PRASEJAHTRA NIAS ANAK SULUNG

DARI 5 BERSAUDARA.


(5)

32 VEDILINA P PRASEJAHTRA NIAS ANAK KE 5 DARI 8 BERSAUDARA. 33 RISKI

JOHANES

L YATIM KARO ANAK SULUNG

DARI 4 BERSAUDARA.

MASUK PANTI 2003. 34 NANDA

KRISTIAN

L YATIM KARO ANAK KE 3

DARI 4 BERSAUDAR. MASUK PANTI

2003. 35 REPELITA L PRASEJAHTRA SUMBUL ANAK

SULUING DARI 4 BERSAUDAR. MASUK PANTI

2003.

36 NATALIUS L PIATU NIAS ANAK KE 3

DARI 5 BERSAUDARA. 37 WIKNES

PRAN L PRASEJAHTRA MED AN

ANAK KE 3 DARI 5 BERSAUDARA. 38 RICARDO L PRASEJAHTRA NIAS ANAK KE 2

DARI 3 BERSAUDARA. 39 MARTINUS L PRASEJAHTRA NIAS ANAK BUNGSU

DARI 5 BERSAUDARA 40 YONATHAN L PRASEJAHTRA NIAS ANAK KE 2

DARI 6 BERSAUDARA 41 RESTU

ALRIAMAN

L PRASEJAHTRA NIAS ANAK KE 4 DARI 5 BERSAUDARA. 42 BERKAT

JAYA

L PRASEJAHTRA NIAS ANAK KE 5 DARI 7 BERSAUDARA. 43 BEWENAM

A

L PRASEJAHTRA NIAS ANAK KE 4 DARI 6 BERSAUDARA. 44 YUSMAN L PRASEJAHTRA NIAS ANAK KE 4

DARI 5 BERSAUDARA. 45 DANDI

PRANATA

L PRASEJAHTRA KARO ANAK SULUNG DARI 2 BERSAUDARA.


(6)

46 ARMAN LINUS

L PRASEJAHT RA

NIAS ANAK KE 2 DARI 6 BERSAUDAR. 47 WITA

SAOGOK

P PRASEJAHTRA MENTAW AI

ANAK BUNGSU DARI 4 BERSAUDARA.

MASUK PANTI 2003.

48 YUSFINA P PIATU NIAS ANAK KE 3

DARI 5 BERSAUDARA 49 LIRIA P PRASEJAHTRA NIAS ANAK KE 4

DARI 7 BERSAUDARA.

50 ASLINA P NIAS

51 TANTRI YANI

P KARO

52 KALEB SAMUEL

L YATIM PIATU B.ACEH ANAK TUNGGAL

KORBAN TSUNAMI

53 FEBRIANDI L KARO

54 DEDI YANUS

L NIAS

55 SADIRIA P NIAS

56 ROSANI P NIAS

57 RESTINA P NIAS

58 FAANE L NIAS

59 KORNELIUS L NIAS

60 ALBINUS L NIAS

61 FALUA ZATULE

L NIAS

62 YASAMA L NIAS

63 HERMAN L NIAS

64 ANU ELI L NIAS

65 RIJAL GINTING

L KARO

66 PAHALA L L.PAKAM

67 JOSAFAT L L.PAKAM

68 WASPADA L NIAS

69 GAHOSI L NIAS

70 FATI ELI L NIAS

71 YOSUA L P.BATU

72 PERIUS L NIAS

73 WIDIA P NIAS

74 VIANUS L NIAS

75 SUDIRMAN L MENTAWAI