Proses Pengolahan Air Minum

8. Finish Water Pump FWP atau Pemompaan Air Akhir

Finish Water Pump FWP Instalasi Pengolahan Air IPA Sunggal berjumlah 14 unit yang berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir distribusi cabang-cabang melalui pipa-pipa transmisi yang dibagi menjadi 5 jalur dengan kapasitas masing-masing 150 ldetik Gani, 2006.

9. Sludge Lagoon Empang Lumpur

Air buangan limbah cair dari masing-masing unit pengolahan dialirkan ke lagoon untuk di daur ulang. Daur ulang merupakan cara yang tepat dan aman dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah diterapkan sejak tahun 2002 di unit IPA Sunggal yaitu dengan membangun unit pengendapan berupa Lagoon dengan kapasitas 10.800 m 3 Gani, 2006.

10. Monitoring System Sistem Pengawasan

Metode pegawasan selama proses pengolahan di masing-masing unit kondisi proses pengolahan dari ruang tertentu baik terhadap kuantitas, kualitas maupun kontinuitas olahan. Fasilitas ini didesain sedemikian rupa sehingga dapat mempermudah pengawasan terhadap proses pengolahan air menurut standar dan ketentuan yang berlaku Gani, 2006.

2.5. Proses Pengolahan Air Minum

Air minum dapat diartikan sebagai air yang langsung dapat diminum, yakni air yang bebas dari unsur kimia dan mikrobiologi serta aman untuk diminum. Guna mendapatkan air minum yang memenuhi standar kualitas air Universitas Sumatera Utara diperlukan pengolahan yang dimaksudkan untuk memelihara dan menjaga dan mengendalikan air agar tidak tercemar oleh proses kejadian alam, kegiatan manusia dan teknologi industri Tjokrokusumo, 1995. Proses pengolahan di Perusahaan Daerah Air Minum Sunggal meliputi : Air baku 1 yang bersumber dari aliran sungai Belawan tertampung di bendungan yang selanjutnya masuk melalui pintu intake 2 untuk disaring terlebih dahulu dari sampahkotoran kasar. Selanjutnya air akan tertampung di Raw Water Tank RWT 3 Disini terjadi proses fisika dan biokimia. Proses fisika yang terjadi adalah pengendapan lumpur-lumpur sehingga dihasilkan air dengan turbidity yang lebih rendah. Sedangkan proses biokimia yang terjadi adalah penginjeksian klorin cair preklorinisasi. Klorin cair pada preklorinisasi bertujuan untuk mengoksidasikan logam-logam, membunuh mikroorganisme seperti plankton dan juga membunuh spora dari lumut, jamur dan alga. Dosis yang diberikan adalah 2-3 gm 3 air, tergantung pada turbidity air. Proses selanjutnya air akan dipompakan melalui RWP 4 ke clearator 5 Di clearator terjadi proses koagulasi proses pencampuran koagulan dan air baku dengan cepat dan merata menggunakan koagulan tawas dan proses flokulasi penggumpalan flok-flok yang lebih besar, akibat adanya pengadukan cepat dan pengadukan lambat. Air baku yang mengandung koagulan akan masuk clearator melalui Primary Reaction Zone yang berada pada bagian tengah sel secondary. Sel secondary adalah inti dari clarifier yang terletak pada bagian tengah bangunan Universitas Sumatera Utara tersebut. Di bagian ini terdapat sebuah alat pengaduk yang disebut blade agitator. Blade agitator berputar dengan kecepatan lambat sehingga diharapkan akan terjadi proses flokulasi Secondary Reaction Zone. Setelah tawas larut, selanjutnya akan mengikat partikel yang ada di dalam air membentuk partikel- partikel yang lebih besar flok. Flok-flok ini lalu akan melakukan pengikatan kembali dengan butiran flok lainnya dengan bantuan turbulensi dan bantuan gerakan blade agitator tersebut. Flok-flok yang terbentuk akan semakin besar sludge dan pengaruh gaya gravitasi akan mengendap pada dasar clarifier Return Reaction Zone. Untuk itu perlu dipertahankan kandungan flok-flok dan sludge dalam clarifier dengan memantau kekeruhan sehingga diharapkan turbidity pada air kumpulan Clarification Reaction Zone dapat serendah mungkin. Selanjutnya, air kumpulan difiltrasi di filter 6 sehingga diperoleh air hasil proses filtrasi yang jernih. Sebelum air proses filtrasi masuk ke reservoir, ditambahkan terlebih dahulu klorin cair postklorinisasi. Penambahan klorin bertujuan sebagai desinfektan. Setelah itu penambahan klor atau kaporit, selanjutnya ditambahkan larutan kapur jenuh soda ash untuk menetralisir pH air olahan 6,8 - 7,3 karena penambahan tawas di clearator cukup membuat pH air bersifat asam, sehingga harus dinetralkan. Penambahan larutan kapur tetap sebelum air masuk reservoir untuk mencegah pengendapan dari reaksi sisa tawas Al 3+ dengan ion hidroksida dari kapur OH - yang dapat membentuk flok sehingga mengotori air reservoir. Setelah seluruh proses pengolahan air tersebut berlangsung, air hasil olahan ditampung di bak penampungan akhir yang disebut dengan reservoir 7 Universitas Sumatera Utara untuk didistribusikan melalui Finish Water Pump FWP. Air hasil olahan tersebut dapat didistribusikan bila air memenuhi syarat kualitas air. Untuk memastikan kualitas air, perlu dilakukan pengendalian mutu. Pengendalian mutu mutlak diperlukan agar kualitas air bersih dapat dijamin kualitasnya sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492MENKESPERIV2002 yang meliputi aspek fisika, kimia dan biologis Katalog PDAM Tirtanadi Medan.

2.6. Syarat - Syarat Air Minum