BAB 3 PEMBAHASAN
3.1. Tokoh dan Penokohan Mourning Becomes Electra
Seperti telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa penampilan fisik, pikiran dan watak tokoh dalam sebuah karya sastra dapat diketahui dari apa yang ia ucapkan,
perbuat, dan juga apa yang ia pikirkan. Selain itu, pendapat tokoh-tokoh lain dalam karya sastra tersebut serta deskripsi dari pengarang juga dapat dijadikan pedoman
untuk mengungkapkan tokoh tertentu. Dalam drama terdapat satu pengecualian, yaitu pengarang tidak memberikan deskripsi tentang tokoh-tokohnya. Deskripsi tersebut
diberikan dalam bentuk stage directions yang berfungsi untuk mengarahkan performance drama tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan tokoh dalam sebuah teks
drama bisa ditelusuri melalui ucapan, perbuatan, pendapat tokoh lain dan juga stage directions. Analisis tokoh dan penokohan dalam drama Mourning Becomes Electra
selanjutnya disingkat MBE-pen akan diuraikan berikut ini dengan berdasarkan urutan kemunculan dalam cerita drama tersebut bukan berdasarkan pada urutan
keutamaan tokoh.
3.1.1. Tokoh Christine Mannon
Tokoh Christine Mannon adalah istri Ezra Mannon. Pada usianya yang sedang merangkak menuju ke paruh baya, empat puluh 40 tahun, Christine Mannon
merupakan sosok wanita yang sangat cantik dan menarik. Bahkan usia tersebut disamarkan dengan penampilan fisiknya yang tampak lebih muda. Christine Mannon
adalah wanita dengan wajah cantik, berpostur tinggi dan anggun. Kecantikan yang Christine miliki sangat unik dan juga mempesona bagi yang melihatnya. Salah satu
bagian yang mendukung kecantikannya adalah warna rambut yang unik, yaitu campuran antara warna coklat tembaga dan emas keperakan yang saling berpadu.
Matanya juga memancarkan pesona tersendiri. Selain mata yang berbinar, ia juga memiliki warna mata tidak kalah menarik, yaitu biru keunguan. Mata yang menarik
tersebut semakin menarik ditambah dengan alis yang tebal dan jelas di atas hidungnya yang mancung. Kecantikan Christine tersebut ditambah lagi dengan
bentuk bibir yang sangat menarik perhatian. Bibirnya besar dan sensual dengan bibir bawah tebal dan bibir atas tipis seperti busur yang diatasnya dihiasi dengan segaris
rambut tipis. Kecantikan dan pesona Christine tersebut terlihat jelas pada kutipan stage directions berikut;
CHRISTINE MANNON is a tall striking-looking woman of forty but she appears younger. She has a fine, voluptuous figure and she moves with a
flowing animal grace. She wears a green satin dress, smartly cut and expensive, which brings out the peculiar color of her thick curly hair, partly a
copper brown, partly a bronze gold, each shade distinct and yet blending with the other. Her face is unusual, handsome rather than beautiful. …only the
deep-set eyes, of a dark violet-blue, are alive. Her black eyebrows meet in a pronounced straight line above her strong nose. Her chin is heavy, her mouth
large and sensual, the lower lip full, the upper a thin bow, shadowed by a line of hair…O’Neill, 1959: 230.
Pada wajah yang cantik itu terlihat adanya sesuatu yang disembunyikan yang menimbulkan kesan aneh pada wajah itu. Keanehan wajah itu digambarkan seperti
orang yang memakai topeng sehingga orang lain tidak bisa melihat wajah aslinya. Hal tersebut terungkap pada stage directions dan percakapan antara Louisa, istri seorang
tukang kayu, Amos Ames, dan sepupunya, Minnie, berikut; …One is struck at once by the strange impression it gives in repose of being
not living flesh but a wonderfully life-like pale mask,… ……
MINNIE in an awed whisper My She’s awful handsome, ain’t she? LOUISA Too furrin lookin’ fur my taste.
MINNIE Ayeh. There’s somethin’ queer lookin’ about her face. AMES Secret lookin’—‘s if it was a mask she’d put on O’Neill, 1959:
230.
Walaupun tampak seperti wajah topeng, Christine Mannon tetap saja merupakan sosok perempuan yang menggairahkan. Kecantikan Christine Mannon
tersebut juga diakui oleh suaminya, Ezra Mannon yang selalu mengagumi kecantikannya seperti yang ia ungkapkan melalui perkataannya kepada Christine
berikut; “MANNON ….You have changed, somehow. You are prettier than ever— But you always were pretty.” O’Neill, 1959: 263.
Christine dapat dikatakan sebagai seorang gadis yang beruntung karena berhasil mendapatkan seorang suami keturunan Mannon yang kaya. Ia dilahirkan di
tengah keluarga yang tidak begitu kaya karena ketika Ezra menikahinya Christine tidak memiliki uang sama sekali, begitu juga dengan orangtuanya. Ia merupakan anak
dari perkawinan campuran antara orang Perancis dan Belanda. Pekerjaan ayahnya sebagai seorang dokter tidak dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
keluarga. Kondisi keluarga tersebut tergambar dalam perkataan Louisa saat bercakap-
cakap dengan Ames, Minnie dan Seth, seorang tukang kebun yang telah bekerja di keluarga Mannon selama 60 tahun, berikut;
LOUISA … She ain’t Mannon kind. French and Dutch descended, she is. … Her father’s a doctor in New York, but he can’t be much of a one ‘cause
she didn’t bring no money when Ezra married her. O’Neill, 1959: 229.
Namun di balik kecantikannya Christine juga memiliki perangai dan sikap yang tidak disukai oleh orang-orang di sekitarnya. Mereka memang mengakui
kecantikannya tetapi mereka juga menemukan hal yang tidak mereka sukai pada diri Christine. Pengungkapan rasa tidak suka tersebut diwakili oleh Louisa dan Ames
berikut; LOUISA Which is more you kin say fur his wife. Folks all hates her
…… LOUISA …I couldn’t help givin’ him a dig about Ezra’s wife.
AMES Wal, don’t matter much. He’s allus hated her O’Neill, 1959: 229-
230.
Uraian-uraian di atas menjelaskan bahwa tokoh Christine Mannon merupakan seorang wanita yang cantik, sensual dan menggairahkan. Kecantikan itu tersirat dari
penampilan fisik mulai dari rambut sampai kakinya. Namun, di balik kecantikannya, Christine memancarkan sesuatu yang aneh di wajahnya, yaitu pancaran wajah topeng
yang kosong.
3.1.2. Tokoh Lavinia Mannon