JENIS DAN MEKANISME PEMBENTUKAN REGULASI DESA

BAB IV PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

Pasal 10

Apabila dalam tahun anggaran terjadi perubahan penerima- an maupun pengeluaran keuangan desa, Kepala Desa di-

ha ruskan membuat perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

50 Pengembangan Regulasi Desa

Pasal 11

Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa seba- gaimana dimaksud pada pasal 9, diatur dengan Peraturan Desa sekurang-kurangnya tiga bulan sebelum tahun ang- garan berakhir.

BAB V KETENTUAN PERALIHAN DAN PENUTUP

Pasal 12

(1) Dengan berlakunya Peraturan Desa ini, maka semua ketentuan yang menyangkut mengenai Anggaran Pe- ne rimaan dan Pengeluaran Keuangan Desa serta ke- ten tuan lain yang bertentangan dengan Peraturan ini di nyatakan tidak berlaku lagi.

(2) Hal-hal lain yang belum cukup diatur dalam Peraturan Desa ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Desa yang ditetapkan dalam Keputusan Kepala Desa.

Pasal 13

(1) Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetap- kan. (2) Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintah- kan perundangan Peraturan Desa ini dengan penem-

Pengembangan Regulasi Desa Pengembangan Regulasi Desa

DiKeluarkan di Senggigi Pada tanggal Januari 2011

KEPALA DESA SENGGIGI

( H. MUSTAKIR AHMAD )

Diundangkan di Gerung Pada tanggal 2011

SEKRETARIS DESA SENGGIGI

(MUSTAHIQ) NIP.19790605 201001 1 007

LEMBARAN DESA SENGGIGI TAHUN 2011 NOMOR 1

52 Pengembangan Regulasi Desa

LAMPIRAN I PERATURAN DESA SENGGIGI NOMOR

: 1 Tahun 2011 TANGGAL

: 1 Januari 2011

PENERIMAAN PENDAPATAN

KODE ANGG.

JUMLAH Rp.

URAIAN

1 2 3 1.1 POS SISA LEBIH PERHITUNGAN ANGGARAN

1.2. TAHUN LALU

Pos Penerimaan Pendapatan Asli Desa: 22.000.000 1.2.1. Pungutan Administrasi Surat-surat keterang an 1.2.1.1 Surat Keterangan Jual Beli,Hibah,Gadai, Warisan,

11.000.000 Sporadik 1.2.1.2 Surat-surat Keterangan lainnya

4.500.000 1.2.2. Swadaya dan partisipasi masyarakat

Jumlah 249.500.000 1.3 Pos Penerimaan dari Pemerintah Pusat

1.3.1 Bantuan dari Pemerintah Pusat 500.000.000 1.3.2 Dana Raskin

Jumlah 650.000.000 1.4 Pos Penerimaan dari Pemerintah Provinsi

1.4.1 Bantuan dari Pemerintah Provinsi 446.000.000

Jumlah 446.000.000

Pengembangan Regulasi Desa

KODE ANGG.

JUMLAH Rp.

URAIAN

1 2 3 1.5 Pos Penerimaan dari Pemerintah Kabupaten

Dana Alokasi Dana Desa ( ADD )

1.5.1 Dana PNPM Mandiri 200.000.000 1.5.2 Dana PNPM Generasi Sehat dan Cerdas

500.000.000 1.5.3 Dana P2SPP

300.000.000 1.5.4 Dana PPIP

350.000.000 1.5.5 Pembagian Hasil Pengelolaan Limbah Sampah

350.000.000 1.5.6 antara Desa & UPTD Kebersihan dan Pertamanan

12.000.000 Kab. Lombok Barat 1.5.7 Tunjangan Penghasilan Aparat Desa : 1.5.7.1 Kepala Desa

12.000.000 1.5.7.2 Kepala- Kepala Urusan

36.000.000 1.5.7.3 Kepala Dusun

19.200.000 1.5.7.4 4. Penghulu Desa

2.400.000 1.5.7.5 Insentif pengganti tanah Pecatu Kepala Desa

Jumlah 1.784.600.000 1.6. Pos Lain-lain Pendapatan yang sah

1.6.1 Iuran dan atau pungutan dari semua perusahan se 150.000.000 Desa Senggigi

Jumlah 150.000.000 TOTAL JUMLAH

KEPALA DESA SENGGIGI

( H. MUSTAKIR AHMAD )

54 Pengembangan Regulasi Desa

LAMPIRAN II PERATURAN DESA SENGGIGI NOMOR

: 1 Tahun 2011 TANGGAL

: 1 Januari 2011

BELANJA RUTIN

KODE

JUMLAH (Rp) ANGG.

URAIAN

1 2 3 2R.1

POS BELANJA PEGAWAI :

2R.1.1 Penghasilan Aparatur Desa terdiri dari : a. Dari Penerimaan APB Desa : • Honor Kepala Desa

14.400.000,- • Honor Sekretaris Desa

9.000.000,- • Honor Kepala Urusan

36.000.000,- • Honor Staf Pembantu

5.400.000,- • Honor Penjaga Kantor

4.200.000,- • Honor Linmas Desa

3.600.000,- • Honor Tenaga Keamanan Desa

40.000.000,- • Honor Tenaga Kebersihan Desa

40.000.000,- • Honor Ketua BPD

3.600.000,- • Honor Wakil Ketua

3.000.000,- • Honor Sekretaris BPD

3.000.000,- • Honor Anggota BPD 4 orang

9.600.000,- • Honor Ketua dan Anggota LPM

19.200.000,- • Honor 4 orang Kepala Dusun

12.000.000,- • Honor 4 Orang Penghulu Dusun

12.000.000,- • Honor Penghulu Desa

6.000.000,- • Honor 17 orang Ketua RT

51.000.000,- b. Dari Penerimaan Kabupaten :

• Tunjangan Kepala Desa 14.400.000.- • Tunjangan Kepala Urusan

36.000.000.- • Tunjangan Kepala Dusun

19.200.000,- • Tunjangan Penghulu Desa

2.400.000.- • Insentif Tanah Pecatu Kepala Desa

Pengembangan Regulasi Desa

KODE

JUMLAH (Rp) ANGG.

URAIAN

1 2 3 2R.2

POS BELANJA BARANG

2R.2.1 Biaya Pembelian ATK 4.500.000,- 2R.2.2

Biaya Peralatan Kantor 5.000.000.- 2R.2.3

Perlengkapan Kantor 5.000.000.- 2R.2.4

Pengadaan Perlengkapan Kebersihan 5.000.000,- 2R.2.5

Pengadaan Perlengkapan Keamanan 5.000.000,- 2R.2.6

Pengadaan 1 Unit Komputer 6.000.000,-

Jumlah 30.500.000 2R.3

POS BIAYA PEMELIHARAAN

2R.3.1 Pengecetan Gedung Kantor Desa 20.000.000.- 2R.3.2

Pemiliharaan Kendaraan milik Desa 2.000.000.- 2R.3.3

Pemeliharaan Peralatan Kantor Desa 5.000.000.-

Jumlah 27.000.000 2R.4

POS BIAYA PERJALANAN

2R.4.1 Kepala Desa 10.000.000.- 2R.4.2

Sekretaris Desa 8.000.000.- 2R.4.3

6 Kepala Urusan 7.000.000.-

Jumlah 25.000.000

56 Pengembangan Regulasi Desa

KODE

JUMLAH (Rp) ANGG.

URAIAN

1 2 3 2R.5

POS BELANJA LAIN-LAIN

2R.5.1 Tunjangan Hari Raya dan Operasional 1. Kepala Desa

2.500.000.- 2. Sekretaris Desa

2.000.000.- 3. Kepala Urusan dan Staf Pembantu

8.400.000.- 4. Kepala Dusun

4.000.000.- 5. Ketua RT

4.400.000,- 6. Badan Permusyawaratan Desa

7. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

4.000.000.- 8. Penghulu Desa

1.000.000.- 9. Penghulu Dusun

2.000.000,- 2R.5.2

Biaya Rapat Dinas 10.000.000,- 2R.5.3

Biaya Rapat LPJ Kepala Desa 8.000.000.- 2R.5.4

Biaya kegiatan hari-hari besar Agama & Nasio- 30.000.000.- 2R.5.5

nal 2R.5.6

Biaya Fotocopy surat-surat 6.000.000.- 2R.5.7

Biaya Bayar Rekening Listrik 3.600.000.- 2R.5.8

Dana Layatan Kemasyarakatan 10.000.000,- 2R.5.9

Dana Kesehatan Perangkat Desa 30.000.000,-

Jumlah 131.000.000 2R.6

POS BIAYA TAK TERDUGA

2R.6.1 Biaya Tak Terduga 30.000.000

Jumlah 30.000.000 TOTAL JUMLAH

KEPALA DESA SENGGIGI

( H. MUSTAKIR AHMAD )

Pengembangan Regulasi Desa

LAMPIRAN III PERATURAN DESA SENGGIGI NOMOR

: 1 Tahun 2011 TANGGAL

: 1 Januari 2011

BELANJA PEMBANGUNAN

KODE JUMLAH

URAIAN

ANGG. ( Rp ) 1 2 3 2.P.1

POS PRASARANA PEMERINTAHAN DESA

2.P.1.1 Pemasangan kramik gedung Kantor Desa 100.000.000 2.P.1.2

Lanjutan Pembangunan Kantor Desa 70.000.000 2.P.1.3

Penembokan Kantor Desa 50.000.000

Jumlah 220.000.000 2.P.2

POS PRASARANA PRODUKSI

2.P.2.1 Pengadaan Air bersih bagi 1 Dusun 100.000.000

Jumlah 100.000.000 2.P.3

POS PRASARANA PERHUBUNGAN

2.P.3.1 Pembangunan jembatan di Mangsit 3 x 5 M 90.000.000 2.P.3.2

Pembukaan jalan di Mangsit 200 M 100.000.000 2.P.3.3

Pembangunan rabat jalan di Mangsit 250 M 100.000.000 2.P.3.4

Penalutan pinggir Jalan dan pinggir kali di Ke- randangan 350 M

250.000.000 2.P.3.5

Pembangunan rabat jalan di Kerandangan 100M 90.000.000 Pembukaan jalan di Senggigi 500 m

400.000.000 2.P.3.6

Pembangunan rabat jalan di Senggigi 150 m 90.000.000 2.P.3.7

Peningkatan jalan ekonomi di Loco, Senggigi 2.P.3.8

dan Mangsit 900 m 350.000.000 2.P.3.9

Pembangunan rabat jalan di Loco 1500 m 149.600.000

Jumlah 1.619.600.000

58 Pengembangan Regulasi Desa

KODE JUMLAH

URAIAN

ANGG. ( Rp ) 1 2 3 2.P.4

POS PRASARANA PEMASARAN

2.P.4.1 Pembangunan tempat asongan di Senggigi & Mangsit

100.000.000 2.P.4.2

Bantuan modal untuk nelayan, petani dan pedagang kecil

100.000.000 2.p.4.3

Bantuan modal Simpan Pinjam untuk Perempu- an (SPP)

50.000.000

Jumlah 250.000.000 2.P.5

POS PRASARANA SOSIAL DAN BUDAYA

2.P.5.1 Bantuan dana dan perlengkapan PKBM, TPQ, 50.000.000 2.P.5.2

PAUD dan TK 150.000.000 2.P.5.3

Pembangunan TK di Mangsit Lanjutan pemba- ngunan masjid dan musholla di 4 dusun

150.000.000 2.P.5.4

Bantuan honor guru TK dan SD 50.000.000 2.P.5.5

Bantuan Penunjang kegiatan Lomba Desa ting- kat Kecamatan

5.000.000

Jumlah 405.000.000 2.P.6

PEMBANGUNAN LAI-LAIN

2.P.6.1 Pemasangan lampu penerang jalan umum (PJU) 4 Dusun

30.000.000 2.P.6.2

Pembangunan gapura batas desa 45.000.000 2.p.6.3

Pembangunan gapura dusun 20.000.000

Jumlah 95.000.000 TOTAL JUMLAH

2.689.600.000

KEPALA DESA SENGGIGI

( H. MUSTAKIR AHMAD )

59

Pengembangan Regulasi Desa

BAB IV REGULASI DESA PARTISIPATIF

roses pembahasan dan penentuan Peraturan Desa secara teoritis dapat dilakukan melalui dua jalur, yai- tu jalur lembaga permusyawaratan Desa (BPD) dan

pemerintah desa (Kepala Desa). Karena kedua lembaga ter - sebut penentuannya dilakukan oleh rakyat di desa baik me- la lui pemilihan langsung maupun musyawarah, maka seca- ra politis rakyat memiliki hak untuk berpartisipasi.

Bagaimana Proses Pembahasan dan Penentuan Per- aturan Desa yang Partisipatif?

Pembentukan regulasi desa terkait pengelolaan parti- sipasi rakyat di desa merupakan sesuatu yang tidak bisa diundur-undur lagi. Hal ini perlu segera diwujudkan karena perangkat peraturan yang ada belum bahkan tidak membe- rikan akses dan ruang yang jelas bagi rakyat di desa untuk

Pengembangan Regulasi Desa Pengembangan Regulasi Desa

Pemerintah yang baik menjamin hak masyarakat umum untuk mendapatkan pelayanan umum seperti ke- se hatan, pendidikan, perumahan dan pelayanan publik yang lainnya. Tanpa pemerintahan yang baik, sangatlah sulit untuk mewujudkan pelayanan publik dengan kualitas yang baik. Ciri-ciri dan kewajiban pemerintahan yang baik: bersifat menolong, bergantung pada tata aturan, bersifat terbuka (transparan), harus bertanggung jawab (responsi- ble), menghargai dana publik (atau uang rakyat), bersifat responsif, menawarkan informasi, dan bersifat adil.

Pembentukan peraturan hukum (Perdes) yang demo- kratis hanya akan terjadi apabila didukung oleh pemerintah- an desa yang baik dan sebaliknya pemerintahan yang baik akan diperkuat dengan peraturan hukum yang demokra- tis. Dengan demikian, terdapat hubungan timbal-balik dan sa ling menunjang antara pemerintahan yang baik dengan peraturan hukum yang demokratis. Pemerintahan yang baik adalah sekumpulan prinsip dan gagasan tentang: a) Keabsahan (legitimasi), kewenangan (kompetensi) dan pertanggungjawaban (responsiblity) dari pemerintah: b)

62 Pengembangan Regulasi Desa

Penghormatan terhadap kewibawaan (supremasi) hukum dan perangkatnya dan hak asasi manusia, serta: c) Berba- gai hal lainnya yang diharapkan oleh rakyat dari pemerin- tah yang melayani kepentingan khalayak.

Pembuatan Perdes dalam konteks untuk menunjang kemandirian desa ditujukan dalam kerangka:

a. Melindungi dan memperluas ruang otonomi dan kebe- basan masyarakat;

b. Membatasi kekuasaan (kewenangan dan intervensi) pe- me rintah daerah dan pusat, serta melindungi hak-hak prakarsa masyarakat desa;

c. Menjamin kekebasan masyarakat desa;

d. Melindungi dan membela kelompok yang lemah di desa;

Pengembangan Regulasi Desa Pengembangan Regulasi Desa

f. Memfasilitasi perbaikan dan pengembangan kondisi

sosial politik dan sosial ekonomi masyarakat desa.

Bagaimana Langkah Menyusun Peraturan Desa yang Partisipatif?

Tujuan penyusunan Peraturan Desa secara partisipatif agar dihasilkan Peraturan Desa yang memenuhi aspek ke- berlakuan hukum dan dapat dilaksanakan sesuai tujuan pembentukannya. Partisipasi masyarakat dapat berupa ma sukan dan sumbang pikiran dalam perumusan subs- tan si pengaturan Peraturan Desa. Peraturan Desa yang par tisipatif dapat dilakukan dengan jalan sebagai berikut:

a. Identifikasi persoalan di masyarakat;

b. Menerima masukan masyarakat/keterlibatan masya- rakat dalam proses penyusunan regulasi desa;

c. Membuat topik Regulasi Desa;

d. Membuat draft atau kerangka umum regulasi desa;

e. Konsultasi publik;

f. Regulasi desa dengan kearifan lokal;

g. Revisi dari draft perdes hasil konsultasi publik;

h. Penetapan regulasi desa: kepala desa dengan BPD;

64 Pengembangan Regulasi Desa

(menurut UU No. 6/2014 tentang Desa menyebutkan bahwa penetapan regulasi desa menjadi sebuah kese- pa katan antara Pemerintah Desa dengan BPD)

i. Implementasi regulasi desa; hambatan dan dukungan. Peraturan Desa yang partisipatif dapat dilakukan oleh

masyarakat desa dengan cara melakukan usulan ataupun ikut terlibat dalam proses penyusunannya. Proses keterli- batan masyarakat dalam menyusun Perdes ini menunjuk- kan bahwa masyarakat desa mempunyai akses dalam pe- merintahan desa. Namun di sisi lain pemerintah desa harus membuka akses terhadap masyarakatnya. Peraturan desa yang partisipatif juga dapat dilakukan oleh masyarakat desa dengan membawa usulannya ke Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Fungsi menampung dan menyalurkan aspira- si dan menetapkan Perdes yang dimiliki Badan Permusya- waratan Desa merupakan sarana penting bagi pelemba- gaan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan politik di desa. Berikut beberapa contoh bagaimana parti- sipasi warga dalam usahanya untuk menginisiasi menyu- sun Peraturan Desa yang partisipatif di desa dampingan ACCESS.

Pengembangan Regulasi Desa

Kotak 1.

Dian adalah sosok perempuan berumur sekitar 24 tahun yang mampu bersekolah sampai jenjang SMA. Walaupun di Desa Bonto Maccini jauh dari kota, tapi semangat dan spirit yang selalu tumbuh di dalam diri Dian membuat dia mam- pu menyelesaikan pedidikannya. Sosok perempuan seperti Dian semestinya harus ada di setiap desa agar bisa menjadi motivator perubahan.

Pengalaman organisasi pertama Dian sebagai KPL (Kader Peduli Lingkungan), sekaligus juga sibuk menjadi staf kantor Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng. Dian terlibat di Pro- gram Led Lolo Gading karena menggantikan salah seorang KPL atas nama Hasnadi. Setelah Dian mendapat rekomen- dasi dari Hasnadi dan warga Desa Bonto Maccini, maka Dian mulai berani aktif melakukan sosialisasi (FGD) di tingkat ko- munitas. Hal tersebut karena Dian merasa baru ada man- dat sosial yang ada pada dirinya karena diberi kepercayaan penuh oleh warga.

Spirit inilah yang Dian jadikan sebagai motivasi sehingga mampu menggali informasi terkait kearifan lokal yang ada di Desa Bonto Maccini. Dengan modal hasil pelatihan yang diadakan oleh Led Lolo Gading maka Dian sudah mulai bera- ni memfasilitasi semua kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Led Lolo Gading di tingkat desanya sendiri.

66 Pengembangan Regulasi Desa

Selanjutnya Dian mulai terlibat di berbagai kegiatan yang diadakan oleh warga Desa Bonto Maccini seperti kegiatan pengajian, takziah dan kegiatan-kegiatan di kantor kecamat- an. Ide-ide Dian mulai diakomodasi oleh pihak pengambil kebijakan. Menurut warga dan pemerintah, ide-ide yang digagas oleh Dian mampu mendorong perubahan yang ce- pat melalui isu-isu pengembangan lingkungan yang berbasis pengembangan lingkungan hidup. Hal tersebut dilakukan melalui inisiasi kader-kader peduli lingkungan dan inisiasi kebijakan berbasis kearifan lokal yang dituangkan dalam bentuk Perdes.

Pengembangan Regulasi Desa

Dian merasakan perubahan yang cukup besar pada dirinya, karena Dian merasa pengembangan kapasitas dan keteram- pilannya meningkat cukup pesat. Ini karena hasil gembleng- an tanpa henti oleh lembaga Led Lolo Gading yang selalu melibatkan KPL dalam segala pelatihan dan pertemuan yang sifatnya memberdayakan KPL. Dengan modal keterampilan yang dimiliki, maka Dian memiliki harapan yang cukup besar yaitu Perdes Lingkungan yang digagas bersama warga Desa Bonto Maccini dapat diterapkan dengan baik dan masif agar Desa Bonto Maccini kembali HIJAU.

Selain pengalaman Dian di wilayahnya, juga terdapat pengalaman motivasi pembentukan Peraturan Desa dalam bidang inovasi perlindungan terumbu karang di Desa Bola. Kegalauan atas terumbu karang yang rusak dan mempe- ngaruhi biota laut menjadi perhatian serius warga dan pemerintah desa yang akhirnya bersepakat untuk mela- kukan perlindungan terumbu karang, melalui penerbitan Peraturan Desa (Perdes). Gagasan untuk menyusun Perdes ini memperoleh dukungan fasilitasi dari Program Coremap yaitu program pengelolaan ekosistem terumbu karang se-

68 Pengembangan Regulasi Desa 68 Pengembangan Regulasi Desa

Perdes pengelolaan terumbu karang ini bisa dicatat se- bagai terobosan atau inovasi yang dilakukan oleh Pemerin- tah Desa Bola. Dikatakan inovasi karena Perdes menjadi ja- lan keluar yang menjamin kepastian hukum atas perlakuan terhadap sumber daya laut di sekitar desa.

Pengalaman Dian dan Desa Bola tersebut menunjuk- kan semangat pengaturan desa, sehingga menginisiasi pe- nyusunan Peraturan Desa yang partisipatif.

Pengalaman inisiasi dan motivasi pembentukan Pera- turan Desa di Desa Bonto Maccini, Desa Bola, Desa Eela Haji, dan Desa Karangrejek menunjukkan bahwa pemben- tukan Peraturan Desa tidak hanya dilandaskan pada perin- tah dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, tetapi jauh lebih penting inisiasi itu muncul dari masyarakat ataupun pimpinan desa. Dengan model inisiasi ini dapat dihasilkan Peraturan Desa yang benar-benar dapat dilak- sanakan di desa tanpa adanya penolakan dari masyarakat desa. Cerita pengalaman tersebut menunjukan urgensi

Pengembangan Regulasi Desa Pengembangan Regulasi Desa

Kotak 2:

Inovasi Perdes yang partisipatif juga muncul dalam peman- faatan potensi obyek wisata. Pemerintah Desa Eela Haji menggali dan mengembangkan potensi obyek wisata pan- tai yang terletak di wilayah desanya. Pengembangan ini ti- dak mempergunakan program/kegiatan dan anggaran dari APBD kabupaten, provinsi maupun pemerintah pusat. Pe- ngem bangan ini dilakukan oleh desa untuk meningkatkan pendapatan asli desa dan memberikan alternatif sumber penghidupan bagi warga desa. Upaya tersebut diwujudkan dalam bentuk pembuatan Rancangan Perdes tentang Pe- nge lolaan Obyek Wisata Pantai Mantatahe.

Sebenarnya, Pantai Mantatahe merupakan salah satu obyek wisata yang akan dikembangkan oleh Pemerintah Kabupa- ten Buton sebagai kawasan kunjungan wisata. Pengelolaan obyek wisata tersebut akan dilakukan oleh pihak ketiga. Sa-

70 Pengembangan Regulasi Desa 70 Pengembangan Regulasi Desa

Rancangan yang tidak partisipatif tersebut akhirnya dito- lak oleh masyarakat Eela Haji. Penolakan dilakukan secara langsung kepada pemerintah kabupaten. Meskipun respon kabupaten tidak jelas dan pembangunan infrastruktur di Pantai Mantatahe yang rencananya akan dilakukan pihak ketiga, sampai sekarang jaga belum dilaksanakan. “Keko- songan” pengelolaan tersebut melandasi pemerintah desa untuk mengelola Pantai Mantatahe sebagai obyek wisata yang ada di Desa Eela Haji.

Dari pengelolaan yang sudah dilakukan, pemasukan yang diperoleh desa dari Pantai Mantatahe sekarang ini menca- pai Rp 600 ribu per minggu. Untuk memperbaiki akses jalan ke Pantai Mantatahe, pemerintah desa memanfaatkan dana PNPM. Dengan dikelolanya Pantai Mantatahe oleh desa, maka para pedagang yang berasal dari Desa Eela Haji bisa menjual dagangannya di pantai. Hal tersebut tentu saja me- nambah pemasukan penghasilan bagi masyarakat.

Pengembangan Regulasi Desa

Pengembangan regulasi desa yang partisipatif juga perlu menampung tentang adanya produk aturan lokal. Ini mengingat bahwa desa-desa di Indonesia mempunyai adat-istiadat yang beraneka ragam yang mempengaruhi berlakunya regulasi desa di suatu desa. Peraturan lokal yang sekarang ini merupakan bentuk regulasi desa kita kenal dengan sebutan awig-awig yang terdapat di Desa Mambalan. Di Desa Mambalan ini hampir di setiap dusun mempunyai Awig-awig. Contoh di bawah ini adalah awig- awig yang berlaku di Dusun Baturiti.

72 Pengembangan Regulasi Desa 72 Pengembangan Regulasi Desa

AWIG-AWIG DUSUN BATURITI TENTANG

KEAMANAN AN KETERTIBAN, KESEHATAN LINGKUNGAN, PENDIDIKAN DAN SOSIAL KEMASYARAKATAN LAINNYA

Bab I Ketentuan Umum

Pasal 1

Dalam awig-awig ini yang dimaksud dengan : a. Desa adalah desa Mambalan

b. Kades adalah Kepala Desa Mambalan c. Dusun adalah Dusun Baturiti d. Kadus adalah Kepala Dusun Baturiti e. Ketua RT adalah Ketua RT yang ada dalam bagian

wilayah Dusun Baturiti f. Warga masyarakat dusun adalah warga masyarakat yang berdomisili di wilayah Dusun Baturiti

Pengembangan Regulasi Desa Pengembangan Regulasi Desa

h. Tamu yang bermalam adalah orang atau sekelompok orang, baik yang sudah dikenal maupun yang baru dike- nal serta tidak ada hubungan famili atau kekeluarga an yang bermaksud akan bermalam dirumah warga.

Bab II Azas dan Tujuan

Pasal 2

(1) Awig-awig ini berazaskan iman dan taqwa yang dilandasi oleh rasa kekeluargaan, kebersamaan, kegotongroyon- gan serta rasa saling asah, saling asih dan saling asuh.

(2) Awig-awig ini bertujuan : a. menciptakan rasa aman dan nyaman bagi seluruh

warga dusun, b. mencapai kehidupan yang sehat lahir maupun ba-

tin, c. menuju masyarakat yang beriman dan bertaqwa serta berilmu pengetahuan, d. memupuk semangat kegotongroyongan, saling har- ga menghargai, tenggang rasa dan toleransi an tar sesama warga.

74 Pengembangan Regulasi Desa

Bab III Hak dan Kewajiban Warga Dusun

Pasal 3

Bidang Keamanan dan Ketertiban (1) Setiap warga masyarakat dusun wajib ikut serta men-

jaga keamanan dan ketertiban lingkungan (2) Setiap warga masyarakat Dusun Baturiti diwajibkan

me miliki kentongan (3) Setiap warga masyarakat yang kedatangan tamu dari

luar wilayah Desa Mambalan yang bermaksud meng- inap/menetap sementara maka warga masyarakat tersebut wajib melaporkan kepada Ketua RT dengan membawa Kartu Identitas tamu yang bersangkutan.

(4) Setiap warga yang bertamu (midang) dibatasi sampai dengan Pukul : 22.00 WITA.

(5) Setiap warga masyarakat dilarang melakukan kegiatan yang dapat meresahkan masyarakat antara lain:

a. Judi didalam kampung b. Mabuk – mabukan

(6) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana terse-

but pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) di atas, maka di berikan sanksi sebagai berikut :

Pengembangan Regulasi Desa Pengembangan Regulasi Desa

b. Bagi masyarakat yang tidak melaksanakan kewa- jiban pada poin 2 maka akan diberikan teguran langsung oleh ketua RT,apabila teguran tersebut tidak diindahkan maka kepala dusun tidak ber- tanggung jawab apabila terjadi sesuatu yang da- pat merugikan warga tersebut.

c. Bagi masyarakat yang tidak mentaati poin 4 maka akan diberikan teguran langsung oleh Ketua RT atau kepala dusun dan apabila teguran tersebut tidak diindahkan maka Kepala Dusun akan mela- por kan kepada pihak kepolisian.

Pasal 4

Bidang Kesehatan Lingkungan (1) Setiap diatur pada ayat 1, 2, 3, dan 4 diberikan sangsi

sebagai berikut : a. Setiap warga yang tidak aktif melaksanakan go- tong royong dan setelah diberikan peringatan

berturut-turut 3 (tiga) kali namun tetap tidak

76 Pengembangan Regulasi Desa 76 Pengembangan Regulasi Desa

b. Setiap warga yang tidak aktif membawa Balitanya ke Posyandu selama 3 (tiga) kali berturut-turut ma ka dikenakan sangsi tidak akan diberikan ban- tuan apabila ada bantuan pemerintah terkait de- ngan fasilitas kesehatan anak.

c. Setiap ibu-ibu yang melahirkan pada dukun tidak terlatih, apabila terjadi sesuatu dalam melahirkan maka tidak akan diberikan Surat Rujukan Kesehat- an dari Puskesmas.

Pasal 5

Bidang Pendidikan (1) Setiap orang tua yang memiliki anak wajib belajar 9 ta-

hun diwajibkan menyekolahkan anaknya (2) Setiap warga masyarakat yang tidak mampu melanjut- kan putra-putrinya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, hendaknya orang tua yang bersangkutan mela- ku kan pendekatan kepada kepala Dusun atau Kepala Desa untuk kiranya dapat dicarikan bapak asuh/angkat agar anak tersebut dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi

Pengembangan Regulasi Desa

(3) Apabila ada warga masyarakat yang tidak mau melan jutkan pendidikan anaknya yang disebabkan oleh karena kondisi ekonomi/kurang mampu, maka kepala dusun/desa dapat mencarikan alternatif agar anak ter sebut dapat bersekolah kembali sebagaimana anak-anak yang lain.

(4) Setiap sekolah-sekolah yang ada di wilayah Desa Mam- balan agar memprioritaskan warga yang ada di wilayah Desa Mambalan

(5) Setiap warga masyarakat yang merasa masih belum mampu membaca dan atau menulis huruf latin, wajib mengikuti program Keaksaraan Fungsional (Paket A).

(6) Setiap warga masyarakat yang tidak mematuhi atau tidak melaksanakan anjuran sebagaimana ayat (1) sampai dengan ayat (3), maka akan diberikan teguran dan nasihat oleh kepala dusun sebanyak 3 (tiga) kali.

(7) Apabila teguran tersebut tidak dipatuhi, maka yang ber- sangkutan tidak akan dilayani segala kebutuhan yang berhubungan dengan administrasi (surat menyurat).

Dirumuskan di : Dusun Baturiti Pada Tanggal : November 2009

Kepala Dusun Baturiti

LALU RAHMAN

78 Pengembangan Regulasi Desa

BAB V PENGAWASAN REGULASI DESA

Apa Tujuan Pengawasan Regulasi Desa?

Regulasi desa memerlukan pengawasan. Pengawasan sangat penting dilakukan untuk melihat apakah regulasi tersebut bertentangan atau berbenturan dengan peraturan yang lebih tinggi.

Tujuan pengawasan produk hukum desa adalah untuk mewujudkan sinkronisasi dan harmonisasi produk hukum dalam satu kesatuan sistem hukum nasional agar pelaksa- naan pemerintahan desa berjalan sesuai standar dan kebi- jakan Pemerintah.

Pengawasan produk hukum desa sebagaimana dimak- sud dilaksanakan melalui kegiatan:

a. Evaluasi;

b. Klarifikasi; dan

c. Pengendalian.

Pengembangan Regulasi Desa

Apa yang disebut dengan evaluasi, klarifikasi dan pen- gendalian? Siapa yang melakukan pengawasan terhadap regulasi desa?

Apa yang Dimaksud dengan Evaluasi Peratur- an Desa?

Evaluasi pada hakekatnya merupakan pengkajian dan penilaian terhadap Rancangan Peraturan Desa untuk meng- etahui kesesuaian dengan peraturan perundang-undang an yang lebih tinggi dan kepentingan umum. Sedang kan kla- ri fikasi adalah pengkajian dan penilaian terha dap Per aturan Desa untuk mengetahui kesesuaian dengan peratur an per undang-undangan yang lebih tinggi dan kepentingan umum. Pengendalian adalah pengawasan terhadap produk hu kum desa yang telah ditetapkan melalui monitoring dan inventarisasi.

Jenis rancangan peraturan desa apakah yang perlu dievaluasi?

Evaluasi dilakukan terhadap Rancangan Peraturan Desa yang telah mendapatkan persetujuan bersama de- ngan BPD. Rancangan Peraturan Desa yang harus dilaku- kan evaluasi terdiri atas :

80 Pengembangan Regulasi Desa 80 Pengembangan Regulasi Desa

b. Rancangan Peraturan Desa tentang Pungutan Desa;

c. Rancangan Peraturan Desa tentang Organisasi Peme- rintah Desa; dan

d. Rancangan Peraturan Desa tentang Penataan Ruang.

Klarifikasi dilakukan terhadap semua Peraturan Desa dan Peraturan Lurah/Kepala Desa yang telah ditetapkan. Kepala Desa dan Lurah menyampaikan Peraturan Desa dan Peraturan kepala desa secara tertulis kepada bupati melalui camat paling lambat 7 (tujuh) hari kerja. Setelah di tetapkan, camat menyampaikan Peraturan Desa dan Per aturan kepala desa ke Bagian Hukum disertai pendapat atas catatan yang dianggap perlu. Pengendalian dilakukan terhadap semua peraturan perundang-undangan di tingkat desa.

Pengendalian dilaksanakan melalui monitoring terha- dap:

a. Tindak lanjut hasil evaluasi terhadap Peraturan Desa;

b. Tindak lanjut hasil klarifikasi terhadap Peraturan Desa dan Peraturan kepala desa;

c. Tindak lanjut pembatalan Peraturan Desa; dan

d. Inventarisasi terhadap Peraturan Desa dan Peraturan Lu rah.

Pengembangan Regulasi Desa

Untuk melaksanakan monitoring sebagaimana dimak- sud pada ayat (2) dibentuk tim monitoring yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Tim monitoring sebagaima- na dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Bagian Pemerintahan Desa dan terdiri dari pejabat dan/ atau staf Bagian Pemerintahan Desa, Bagian Hukum dan instansi terkait lainnya sesuai kebutuhan.

Bagaimana Proses Evaluasi Dijalankan?

Proses evaluasi dilakukan oleh perangkat supra-desa terhadap regulasi yang dihasilkan oleh desa. Prinsip ini merupakan konsekuensi sebagai negara kesatuan dan ju ga bentuk pembinaan yang dilakukan oleh perangkat supra- desa terhadap kemandirian desa. Fasilitasi pemerintah ka bupaten terhadap penyusunan Peraturan Desa sangat diperlukan untuk mempermudah dan membangun kapasi- tas pemerintah desa untuk menyusun Perdes. Pengawasan (su pervisi) kabupaten terhadap Peraturan Desa sangat di- per lukan agar Perdes tetap berjalan sesuai dengan norma- norma hukum, yakni tidak menyimpang dari peraturan di atasnya dan tidak merugikan kepentingan umum. Peng- awasan bisa berbentuk preventif (proses konsultasi sebe- lum Raperdes disahkan menjadi Perdes) dan berbentuk re- presif (membatalkan Perdes yang bertentangan).

82 Pengembangan Regulasi Desa

Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Penda- patan dan Belanja Desa, Pungutan, Tata Ruang, dan Orga- ni sasi Pemerintah Desa yang telah disetujui bersama de- ngan BPD, sebelum ditetapkan oleh kepala desa paling la ma 3 (tiga) hari disampaikan oleh kepala desa kepada bu pati/walikota untuk dievaluasi. Hasil evaluasi rancangan Per aturan Desa disampaikan oleh bupati/walikota kepada ke pala desa paling lama 20 (dua puluh) hari sejak Rancang- an Peraturan Desa tersebut diterima. Apabila bupati/waliko- ta belum memberikan hasil evaluasi Rancangan Peratur an Desa, kepala desa dapat menetapkan Rancangan Peratur- an Desa menjadi Peraturan Desa.

Pengembangan Regulasi Desa

Siapa yang Berhak Mengawasi Pelaksanaan Regulasi Desa?

Pengawasan tidak hanya oleh perangkat supra-desa, BPD juga mempunyai peran dalam mengawasi dan meng eva luasi pelaksanaan regulasi desa yang dilakukan oleh pe merintah desa. Setelah Peraturan Desa ditetapkan secara formal oleh kepala desa dan BPD, maka tahap berikutnya adalah pelaksa- naan perdes yang menjadi tanggung jawab kepala desa. BPD mempunyai hak melakukan pengawas an dan evaluasi terha- dap pelaksanaan peraturan desa. Masyarakat juga mempu- nyai hak untuk melakukan monitoring dan eva luasi secara partisipatif terhadap pelaksana an Perdes.

84 Pengembangan Regulasi Desa

BAB VI PENUTUP

egulasi desa akan dapat berjalan dengan baik kalau ada dukungan dari berbagai pihak. Pengembangan regulasi desa tidak hanya menjadi tugas pemerintah

desa, BPD juga mempunyai peran untuk mengajukan Per- aturan Desa.

Peraturan Desa disusun untuk memberikan arah dan pedoman bagi penyelenggaraan pemerintahan, pem ba ngun- an dan pemberdayaan di desa. Selain itu pengembang an re- gulasi desa juga merupakan bagian dari kewenangan yang dimiliki oleh desa.

Untuk menghasilkan produk regulasi desa yang baik, partisipasi masyarakat menjadi hal yang penting. Keterlibat- an masyarakat dalam menyusun regulasi desa hendaknya dimulai pada saat pembuatan Rancangan Peraturan Desa. Adanya keterlibatan masyarakat menunjukan bahwa Per- aturan Desa disusun secara partisipatif.

Pengembangan Regulasi Desa

Namun memang harus diakui bahwa untuk meng- hasilkan produk peraturan/regulasi desa yang baik masih banyak hambatan dan kendala yang dihadapi. Kendala dan hambatan tersebut misalnya pengembangan regulasi desa selama ini masih dipahami sebagai tugas pemerintah desa saja. Permasalahan sumber daya manusia juga men- ja di persoalan. Tidak banyak pemerintah desa dan anggo- ta BPD yang menguasai ataupun memahami legislative drafting. Persoalan peran serta ataupun sikap permisif ma- syarakat desa terhadap pengembangan regulasi desa juga menjadi hambatan. Masih sedikit masyarakat yang memi- liki kepedulian terhadap pengembangan regula si desa.

Untuk mengatasi persoalan dan hambatan tersebut diperlukan kerja keras dari semua pihak. BPD mulai diberi- kan kesadaran bahwa mereka juga mempunyai hak untuk mengusulkan peraturan desa. Selain itu masyarakat perlu disosialisasikan betapa pentingnya Peraturan Desa bagi mereka. Penguatan kemampuan pemerintah desa dan anggota BPD sebagai ujung tombak dalam pengembang- an regulasi desa perlu diupayakan melalui pelatihan le- gislative drafting baik dari pemerintah kabupaten maupun dari pihak-pihak yang peduli terhadap desa.

Pemerintah kabupaten baik melalui bagian hukum ataupun pemerintahan desa dan kecamatan perlu membe- rikan pembinaan dan pendampingan terus-menerus terha- dap kemampuan perangkat desa dan BPD dalam membu- at regulasi desa.

86 Pengembangan Regulasi Desa

SUMBER BACAAN

Tri Cahyono, Ibnu. “Program Legislasi yang Partisipatif” (Makalah), disampaikan dalam seminar: Merumus kan Model Kelembagaan Legislasi yang Partisipa tif, dise- leng garakan oleh Pattiro (Pusat Telaah dan Informasi Regional) Kota Malang. Malang 19 Fe bruari 2005.

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Kons titusi. Sekreta- riat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia 2005.

Undang Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Peme rin- tahan Daerah. LNRI Tahun 1999 No. 60, TLN No. 3839.

Undang Undang RI Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentuk- an Peraturan Perundang-Undangan. LNRI Tahun 2004 No. 53, TLN No. 4389.

Undang Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah- an Daerah. LNRI Tahun 2004 No. 125, TLN No. 4437 sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang

Pengembangan Regulasi Desa

RI No. 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. LNRI Tahun 2008 No. 59, TLN No. 4844.

Undang Undang RI Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentuk- an Peraturan Perundang-Undangan. LNRI Tahun 2011 No. 82, TLN No. 5234.

Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. LNIRI 2014 No. 7, TLN No. 5495

Peraturan Pemerintah RI Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa. LNRI Tahun 2005 No. 158, TLN No. 4587.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa.

88 Pengembangan Regulasi Desa

TENTANG PENULIS

Andi Sandi Antonius Tabusassa Tonralipu, lahir di Ujung Pandang, 17 April 1974. Tahun 1993-1998 menyelesaikan pen- didikan di Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada, Yog ya- karta, dilanjutkan tahun 2002-2003 di University of Washing- ton Law School (Seattle, Washington). Associa te Researcher pada Institute for Research and Empower ment (IRE) dan aktif di FPPD, Yogyakarta. Dosen dan se kretaris di Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada Ba gian Hukum Tata Negara. Dari ta- hun 2005-sekarang seba gai Ke tua Unit Teknologi Informasi dan Telekomunikasi Fakultas Hu kum serta Staf Ahli Kepala Korps Lalu Lintas Markas Besar Kepolisian Negara RI. Penelitian yang dilakukan terkait de ngan Peraturan Perundang-undangan, dan Kajian Akade mik Peraturan Daerah. Terlibat pada pembuatan Naskah Aka demik dan Rancangan Undang-Undang tentang Keisti me waan Yogyakarta.

Pengembangan Regulasi Desa

Widyo Hari Murdianto, staf Pengajar Sekolah Tinggi Pem- bangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta ini, di Lahir di Surakarta, 24 Juni 1967. Menyelesaikan pendidik an S1 di Fakul- tas Ilmu Pemerintahan UGM tahun 1992 dan lulus pendidikan Magister Program Studi Ilmu Politik kon sentrasi pada Politik Lo- Program Studi Ilmu Politik kon sentrasi pada Politik Lo- kal dan Otonomi Daerah. Sejak 2002 aktif di Forum Pe ngem- bangan Partisipasi Masyarakat (FPPM), Konsorsium Sekolah Pembaharuan Desa, dan di Fo rum Pengembangan Pembaharu- an Desa (FPPD).

90 Pengembangan Regulasi Desa

PROFIL FPPD

Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD) merupakan are- na untuk menyemai gagasan dan mendorong gerakan pembaharuan desa. FPPD sebagai forum terbuka, merupakan arena bagi proses pembelajaran dan pertukaran pengetahuan, pengalaman multipihak, yang memungkinkan penyebarluasan gagasan pembaharuan desa, konsolidasi gerakan dan jaringan, serta kelahiran kebijakan yang res- ponsif terhadap desa.

Visi

Menjadi arena belajar pengembangan pembaharuan desa yang terper- caya untuk mewujudkan masyarakat desa yang otonom dan demokratis

Misi

Meningkatkan keterpaduan gerak antar pihak untuk pembaharuan desa

Nilai-nilai Dasar

Menghormati keputusan bersama Solidaritas Tanggung-gugat Menghargai perbedaan

Strategi

Konsolidasi gerakan pembaharuan desa

91

Pengembangan Regulasi Desa

LAMPIRAN:

(lampiran ini masih mendasarkan diri pada produk PP Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa)

KERANGKA STRUKTUR PERATURAN DESA, PERATURAN KEPALA DESA DAN KEPUTUSAN KEPALA DESA (Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006)

Dalam sebuah Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala Desa, terdapat bagian:

A. Penamaan/Judul; B. Pembukaan;

C. Batang Tubuh; D. Penutup; dan E. Lampiran (bila diperlukan).

Uraian dari masing-masing substansi kerangka Per aturan Desa, Peraturan Kepala Desa, atau Keputusan Kepala Desa se- bagaimana dimaksud di atas, sebagai berikut:

A. PENAMAAN/JUDUL

1. Setiap Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, atau Kepu- tusan Kepala Desa mempunyai penamaan/judul.

Pengembangan Regulasi Desa

2. Penamaan/judul Peraturan Desa, Peraturan Kepala De sa atau Keputusan Kepala Desa memuat keterang an menge- nai jenis, nomor, tahun dan tentang nama peraturan atau keputusan yang diatur.

3. Nama Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Kepu- tusan Kepala Desa dibuat singkat dan mencerminkan isi Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala Desa. 4. Judul ditulis dengan huruf kapital tanpa diakhiri tanda baca.

Contoh Penulisan Penamaan/Judul: a. Jenis Peraturan Desa

PERATURAN DESA CIMANGGIS NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

b. Jenis Peraturan Kepala Desa

PERATURAN KEPALA DESA CIMANGGIS

NOMOR 22 TAHUN 2006

TENTANG IURAN PEMBANGUNAN JEMBATAN DESA

c. Jenis Keputusan Kepala Desa

KEPUTUSAN KEPALA DESA CIMANGGIS

NOMOR 44 TAHUN 2006

94 Pengembangan Regulasi Desa

TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA HARI ULANG TAHUN RI KE

B. PEMBUKAAN

1. Pembukaan pada Peraturan Desa terdiri dari:

a. Frasa “ Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”; b. Jabatan pembentuk Peraturan Desa.

c. Konsiderans; d. Dasar Hukum; e. Frasa “Dengan persetujuan bersama Badan Permu- sya waratan Desa dan Kepala Desa”; f. Memutuskan; dan

g. Menetapkan. 2. Pembukaan pada Peraturan Kepala Desa terdiri dari:

a. Frasa “ Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”; b. Jabatan pembentuk Peraturan Kepala Desa.

c. Konsiderans; d. Dasar Hukum; e. Memutuskan; dan

f. Menetapkan. 3. Pembukaan pada Keputusan Kepala Desa terdiri dari:

a. Frasa “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”; b. Jabatan pembentuk Keputusan Kepala Desa;

c. Konsiderans; d. Dasar Hukum; dan e. Memutuskan;

Pengembangan Regulasi Desa

Penjelasan mengenai bagian Pembukaan: a. Frasa “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”;

Kata frasa yang berbunyi “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa” merupakan kata yang harus ditulis dalam Per- aturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputus an Kepa- la Desa, cara penulisan seluruhnya huruf kapital dan tidak diakhiri tanda baca.

Contoh:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

b. Jabatan Jabatan pembentuk Peraturan Desa, Peraturan Kepala De- sa dan Keputusan Kepala Desa, ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca koma (,).

Contoh:

KEPALA DESA CIMANGGIS,

c. Konsiderans Konsiderans harus diawali dengan kata “Menimbang” yang memuat uraian singkat mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang, alasan-alasan serta landasan yuridis, filosofis, sosiologis, dan politis dibentuknya Per- aturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa.

96 Pengembangan Regulasi Desa

Jika konsiderans terdiri dari lebih satu pokok pikiran, maka tiap-tiap pokok pikiran dirumuskan pengertian, dari tiap- tiap pokok pikiran diawali dengan huruf a, b, c, dst. dan diakhiri dengan tanda titik koma (;).

Contoh : Menimbang: a.……………………….....………....…...;

b..…………………………………………; c………………......………………………;

d. Dasar Hukum 1) Dasar Hukum diawali dengan kata “Mengingat” yang harus memuat dasar hukum bagi pembuat an produk hukum. Pada bagian ini perlu dimuat pula jika ada peraturan perundang-undangan yang memerintahkan dibentuknya Peraturan De sa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Ke pala Desa atau yang mempunyai kaitan langsung de ngan materi yang akan diatur.

2) Dasar Hukum dapat dibagi 2, yaitu: a) Landasan yuridis kewenangan membuat Per atur-

an Desa, Peraturan Kepala Desa atau Ke putusan Kepala Desa; dan

b) Landasan yuridis materi yang diatur. 3) Yang dapat dipakai sebagai dasar hukum hanya lah

jenis peraturan perundang-undangan yang ting kat de- rajatnya lebih tinggi atau sama dengan pro duk hukum yang dibuat.

Pengembangan Regulasi Desa

Catatan: Keputusan yang bersifat penetapan, Instruk- si dan Surat Edaran tidak dapat dipakai sebagai dasar hukum karena tidak termasuk jenis peraturan perun- dang-undangan.

4) Dasar hukum dirumuskan secara kronologis se suai dengan hierarkhi peraturan perundang-un dangan, atau apabila peraturan perundang -un dangan tersebut sama tingkatannya, maka di tu liskan berdasarkan urut- an tahun pembentuk an nya, atau apabila peraturan per undang- un dangan tersebut dibentuk pada tahun yang sama, maka dituliskan berdasarkan nomor urut- an pembuatan peraturan perundang-undangan terse- but.

5) Penulisan dasar hukum harus lengkap dengan Lembar- an Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah, dan Tambahan Lembaran Daerah (kalau ada).

6) Jika dasar hukum lebih dari satu peraturan perun- dang-undangan, maka tiap dasar hukum diawali de- ngan angka arab 1, 2, 3, dst dan diakhiri de ngan tanda baca titik koma (;)

Contoh penulisan Dasar Hukum: Mengingat:

1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pem- bentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No- mor 4389);

98 Pengembangan Regulasi Desa

2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158. Tambahan Lembaran Negara Re- publik Indonesia Nomor 4546); 3. Peraturan Menteri ... Nomor... Tahun ... tentang....;

4. Peraturan Daerah ... Nomor ... Tahun ... tentang ... (Lembaran Daerah Tahun ... Nomor ... , Tambahan Lembaran Daerah Nomor ...);

e. Frasa “Dengan persetujuan bersama Badan Permu sya- wa rat an Desa dan Kepala Desa” Kata frasa yang berbunyi “Dengan persetujuan bersama Badan Permu syawaratan Desa dan Kepala Desa”, merupakan kalimat yang harus di- cantumkan dalam Peraturan Desa dan cara penulisannya dilakukan sebagai berikut :

1) Ditulis sebelum kata MEMUTUSKAN; 2) Kata “Dengan Persetujuan Bersama”, hanya huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital; 3) Kata “dan”, semua ditulis dengan huruf kecil; dan 4) Kata “Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala De- sa” seluruhnya ditulis dengan huruf kapital.

Contoh:

Dengan Persetujuan Bersama BADAN PERMUSYAWARATAN DESA CIMANGGIS

dan

KEPALA DESA CIMANGGIS

Pengembangan Regulasi Desa Pengembangan Regulasi Desa

g. Menetapkan Kata “menetapkan:” dicantumkan sesudah kata ME MU- TUSKAN yang disejajarkan ke bawah dengan kata “Me- nimbang” dan “Mengingat”. Huruf awal kata “Menetapkan” ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik dua (:).

Contoh :

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : …………………. dst. Penulisan kembali nama Peraturan Desa, Peraturan Kepala

Desa, atau Keputusan Kepala Desa yang bersangkutan di- lakukan sesudah kata “menetapkan” dan cara penulisannya adalah : • Menuliskan kembali nama yang tercantum dalam ju­

dul; • Nama tersebut di atas, didahului dengan jenis peratur­ an yang bersangkutan; • Nama dan jenis peraturan tersebut, ditulis dengan hu- ruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik (.).

Pada Peraturan Desa sebelum kata “MEMUTUSKAN” di- cantumkan frasa:

100 Pengembangan Regulasi Desa

Dengan Persetujuan Bersama

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA CIMANGGIS dan

KEPALA DESA CIMANGGIS

Contoh : a) Jenis Peraturan Desa

MEMUTUSKAN :

Menetapkan: PERATURAN DESA CIMANGGIS TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI ORGANISASI PEMERINTAH DESA CIMANGGIS.

b) Jenis Peraturan Kepala Desa

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN KEPALA DESA CIMANGGIS TENTANG TATA CARA

PUNGUTAN UANG SAMPAH.

c) Jenis Keputusan Kepala Desa

MEMUTUSKAN :

Menetapkan: KEPUTUSAN KEPALA DESA CIMANGGIS TENTANG PENUNJUKAN

PETUGAS JAGA SISKAMLING.

Pengembangan Regulasi Desa

Catatan : Contoh pembukaan Peraturan Desa, Peraturan Kepala De-

sa, atau Keputusan Kepala Desa secara keseluruh an dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Peraturan Desa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA CIMANGGIS,

Menimbang : a.………………………………………; b.………………………………………; c.............…………………………..dst;

Dengan persetujuan bersama BADAN PERMUSYAWARATAN DESA CIMANGGIS

dan KEPALA DESA CIMANGGIS

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DESA CIMANGGIS TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI ORGANISASI PEMERINTAH DESA CIMANGGIS.

102 Pengembangan Regulasi Desa

C. BATANG TUBUH

Batang Tubuh memuat semua materi yang dirumuskan dalam pasal- pasal atau diktum-diktum. Batang tubuh yang dirumuskan dalam pasal-pasal adalah jenis Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa yang bersifat mengatur (Regeling), se- dangkan jenis Keputusan Kepala Desa yang bersifat penetapan (Beschikking), batang tubuh dirumuskan dalam diktum-diktum.

Uraian masing-masing batang tubuh, sebagai berikut:

1. Batang Tubuh Peraturan Desa

a. Batang Tubuh Peraturan Desa 1) Ketentuan Umum;

2) Materi yang diatur; 3) Ketentuan Peralihan (kalau ada); dan 4) Ketentuan Penutup.

b. Pengelompokan materi dalam Bab, Bagian dan Paragraf tidak merupakan keharusan.

Jika Peraturan Desa mempunyai materi yang ruang lingkup- nya sangat luas dan mempunyai banyak pasal, maka pasal- pasal tersebut dapat dikelompokkan menjadi Bab, Bagian, dan Paragraf. Penge lompokan materi-materi dalam Bab, Ba- gian dan Paragraf dilakukan atas dasar kesamaan kategori atau kesatuan lingkup isi materi yang diatur.

Urutan penggunaan kelompok adalah: 1) Bab dengan pasal-pasal, tanpa bagian dan paragraf; 2) Bab dengan bagian dan pasal-pasal tanpa paragraf;

104 Pengembangan Regulasi Desa

3) Bab dengan bagian dan paragraf yang terdiri dari pa- sal-pasal.

c. Tata cara penulisan Bab, Bagian ; Paragraf, Pasal, dan ayat ditulis sebagai berikut:

1) Bab diberi nomor urut dengan angka Romawi dan judul Bab semua ditulis dengan huruf kapital.

Contoh :

BAB I KETENTUAN UMUM

2) Bagian diberi nomor unit dengan bilangan yang ditulis dengan huruf kapital dan diberi judul. Huruf awal kata Bagian, urutan bilangan, dan judul Bagian ditulis de- ngan huruf kapital, kecuali huruf awal dari kata partikel yang tidak terletak pada awal frasa.

Contoh :

BAB II (……… JUDUL BAB ……... )

Bagian Kedua ..............................................................

3) Paragraf diberi nomor urut dengan angka arab dan di- beri judul. Huruf awal dalam judul paragraf, dan huruf awal judul paragraf ditulis dengan huruf kapital, se- dang kan huruf lainnya setelah huruf pertama ditulis

de ngan huruf kecil.

Pengembangan Regulasi Desa

Contoh :

Bagian Kedua (……… Judul Bagian ………)

Paragraf 2 (Judul Paragraf)

4) Pasal adalah satuan aturan yang memuat satu norma dan dirumuskan dalam satu kalimat. Materi Peraturan Desa lebih baik dirumuskan dalam banyak pasal yang singkat dan jelas dari pada dalam beberapa pasal yang panjang dan memuat beberapa ayat, kecuali jika ma- teri yang menjadi isi pasal itu merupakan satu serang- kaian yang tidak dapat dipisahkan. Pasal diberi nomor unit dengan angka arab, dan huruf awal kata pasal ditulis dengan huruf kapital.

Contoh :

Pasal 5

5) Ayat adalah merupakan rincian dari pasal, penulisan- nya diberi nomor unit dengan angka arab di antara tanda baca kurung tanpa diakhiri tanda baca. Satu ayat hanya mengatur satu hal dan dirumuskan dalam satu kalimat.

106 Pengembangan Regulasi Desa

Jika satu pasal atau ayat memuat rincian unsur, maka di samping dirumuskan dalam bentuk kalimat yang bia sa, dapat pula dipertimbangkan penggunaan dalam bentuk tabulasi.

Contoh :

Pasal 3

Kartu tanda iuran pedagang paling rendah harus me muat nama pedagang, jenis dagangan, besarnya iuran, alamat pedagang.

Isi pasal ini dapat lebih mudah dipahami dan jika diru- muskan sebagai berikut:

Kartu tanda iuran paling rendah harus memuat: a. nama pedagang; b. jenis dagangan; c. besarnya iuran; dan d. alamat pedagang.

Dalam membuat rumusan pasal atau ayat dengan tabulasi, hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai beri- kut:

Pengembangan Regulasi Desa

rangkaian kesatuan dengan kalimat. b. Setiap rincian diawali dengan huruf abjad kecil;

c. Setiap rincian diakhiri dengan tanda baca titik koma (;); d. Jika suatu rincian dibagi lagi ke dalam unsur-un- sur yang lebih kecil, maka unsur yang lebih kecil dituliskan agak ke dalam; e. Kalimat yang masih mempunyai rincian lebih lan- jut diberi tanda baca titik dua (:); f. Pembagian rincian hendaknya tidak melebihi em- pat tingkat. Jika rincian lebih dari empat tingkat, maka perlu dipertimbangkan pemecahan pasal yang bersangkutan ke dalam beberapa pasal.

Jika unsur atau rincian dalam tabulasi dimaksudkan sebagai rincian yang kumulatif, maka perlu ditambah- kan kata “dan” di belakang rincian kedua dari bela- kang.

Contoh : a. Tiap-tiap rincian ditandai dengan huruf a dan se- terusnya. (3) ………………………………………

a ……………………..; dan b ……………………..

b. Jika suatu rincian memerlukan perincian lebih lanjut, maka perincian itu ditandai dengan angka

1, 2, dan seterusnya.

108 Pengembangan Regulasi Desa

BAB III (Judul Bab)

Bagian Kesatu (Judul Bagian)

Paragraf Kesatu (Judul paragraf)

Pasal ….

(1) (Isi ayat); (2) (Isi ayat);

Perincian ayat: a. ………………

: dan b. ……………… : Isi sub ayat;

a) (perincian sub ayat); b) ……………………; c) ……………………

1) (perincian mendetail dari sub

ayat); 2) …………….

Penjelasan masing-masing bagian batang tubuh adalah:

a. Ketentuan Umum Ketentuan umum diletakkan dalam Bab Pertama atau dalam pasal pertama, jika tidak ada penge lompokan dalam bab.

110 Pengembangan Regulasi Desa

Ketentuan umum berisi: 1) Batasan dari pengertian;

2) Singkatan atau akronim yang digunakan da lam Peraturan Desa; dan 3) Hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal-pasal berikutnya.

Jika ketentuan umum berisi lebih dari satu hal, maka setiap batasan dari pengertian dan singka- tan atau akronim diawali dengan angka arab dan diakhiri dengan tanda baca titik (.).

Contoh :

Pasal 1

Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi. 2. ………………………………………………. 3. ……………………………………………….

Urutan pengertian atau istilah dalam Bab Ketentuan Umum hendaknya mengikuti ketentuan sebagai beri- kut:

1. Pengertian atau istilah yang ditemukan lebih da- hulu dalam materi yang diatur ditempatkan ter- atas.

2. Jika pengertian atau istilah mempunyai hubung- an atau kaitan dengan pengertian atau istilah ter- dahulu, maka pengertian atau istilah yang ada hubungannya itu diletakkan dalam satu kelom- pok berdekatan.

Pengembangan Regulasi Desa

1) Landasan hukum materi yang diatur, arti nya dalam menyusun materi Peraturan Desa harus memperhatikan dasar hukumnya.

2) Landasan filosofis, artinya alasan yang mendasari diterbitkannya Peraturan Desa. 3) Landasan sosiologis, maksudnya agar Per atur- an Desa yang diterbitkan jangan sampai berten- tangan dengan nilai-nilai yang hidup di tengah-te- ngah masyarakat, misalnya adat istiadat, agama.

4) Landasan politis, maksudnya agar Peraturan De- sa yang diterbitkan dapat berjalan sesuai dengan tujuan tanpa menimbulkan gejolak di tengah-te- ngah masyarakat.

5) Tata cara penulisan materi yang diatur adalah: a) Materi yang diatur ditempatkan langsung setelah Bab Ketentuan Umum atau pasal- pasal ketentuan umum jika tidak ada pe- ngelompokan dalam bab.

b) Dihindari adanya Bab tentang Ketentuan Lain-lain. Materi yang akan dijadikan materi Ketentuan Lain-lain, hendaknya ditempatkan dalam kelompok materi yang diatur dengan judul yang sesuai dengan materi tersebut.

112 Pengembangan Regulasi Desa

Ketentuan Lain-lain hanya dicantumkan un- tuk ketentuan yang lain dari materi yang diatur, namun mempunyai kaitan dan perlu diatur. Penempatan bab Ketentuan Lain-lain dicantumkan pada bab atau pasal terakhir sebelum Bab Ketentuan Peralihan.

c. Ketentuan Peralihan Ketentuan Peralihan timbul sebagai cara memperte-

mukan antara asas mengenai akibat keha diran per- aturan baru dengan keadaan sebelum peraturan baru itu berlaku. Pada dasarnya pada saat peraturan baru berlaku, maka semua peratur an lama beserta akibat- akibatnya menjadi tidak berlaku. Kalau asas ini dite- rap kan tanpa memperhitungkan keadaan yang sudah berlaku, maka dapat timbul kekacauan hukum, ke ti- dak pastian hukum atau kesewenang-wenangan hu- kum.

Untuk menampung akibat berlakunya peraturan baru terhadap peraturan lama atau pelaksanaan peraturan lama, diadakan ketentuan atau aturan peralihan. De- ngan demikian Ketentuan Peralihan berfungsi:

1) Menghindari kemungkinan terjadinya kekosong- an hukum (Rechtsvacuum). 2) Menjamin kepastian hukum (Rechtszekerheid). 3) Perlindungan hukum (Rechtsbeseherming), bagi rakyat atau kelompok tertentu atau orang terten- tu.

Pengembangan Regulasi Desa

Jadi pada dasarnya, Ketentuan Peralihan merupa kan “penyimpangan” terhadap peraturan baru itu sendiri. Suatu penyimpangan yang tidak dapat dihindari (ne- cessary evil) dalam rangka mencapai atau memperta- hankan tujuan hukum secara ke seluruhan (ketertiban, keamanan, dan keadilan). Pe nyimpangan ini bersifat sementara, karena itu da lam rumusan Ketentuan Per- alihan harus dimuat keadaan atau syarat-syarat yang akan mengakhir i masa peralihan tersebut. Keadaan atau syarat ter sebut dapat berupa pembuatan peratur- an pe lak sa naan baru (dalam rangka melaksanakan per - aturan baru) atau penentuan jangka waktu terten tu atau mengakui secara penuh keadaan yang lama menjadi keadaan baru.

d. Ketentuan Penutup Ketentuan Penutup merupakan bagian terakhir Batang Tubuh Peraturan Desa, yang biasanya be risi ketentu- an-ketentuan sebagai berikut:

1) Penunjukan organ atau alat kelengkapan yang dii- kutsertakan dalam melaksanakan Per aturan De- sa, yaitu berupa: a) Pelaksanaan sesuatu yang bersifat menja lan-

kan (eksekutif), yaitu menunjuk pe jabat ter- tentu yang diberi kewenangan untuk melak- sanakan hal-hal tertentu.

b) Pelaksanaan sesuatu yang bersifat me ngatur (legislatif), yaitu pendelegasian ke we nangan untuk membuat peraturan pe laksanaan (Per-

a turan Kepala Desa).

114 Pengembangan Regulasi Desa

2) Nama singkatan peraturan tersebut (Citeer Titel). 3) Ketentuan tentang saat mulai berlakunya Peratur-

an Desa dapat melalui cara-cara sebagai berikut: a) Penetapan mulai berlakunya Peraturan Desa

pada suatu tanggal tertentu; b) Saat mulai berlakunya Peratur an Desa tidak harus sama untuk selu ruh nya (untuk bebe- rapa bagian dapat berbeda).

4) Ketentuan tentang pengaruh Peraturan Desa yang baru terhadap Peraturan Desa yang lain.

2. Batang Tubuh Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa

a. Peraturan Kepala Desa adalah bersifat Mengatur (Regeling). 1) Batang tubuh Peraturan Kepala Desa memu at semua

materi yang akan dirumuskan da lam pasal-pasal. 2) Pengelompokan dalam batang tubuh terdiri atas:

a) Ketentuan Umum; b) Materi yang diatur; c) Ketentuan Peralihan (kalau ada);

d) Ketentuan Penutup. 3) Materi muatan Peraturan Kepala Desa adalah merupa-

kan pelaksanaan dari Peraturan Desa. 4) Tata cara perumusan dan penulisan materi muatan batang tubuh Peraturan Kepala Desa, sama halnya de- ngan tata cara perumusan dan penulisan materi muat- an Peraturan Desa.

Pengembangan Regulasi Desa

1) Batang Tubuh Keputusan Kepala Desa memuat se- mua materi muatan keputusan yang dirumuskan da- lam diktum-diktum.

2) Pengelompokan dalam batang tubuh terdiri atas ma- teri yang akan diatur.

Contoh :

KESATU :................................................. KEDUA :.................................................

3) Diktum terakhir menyatakan Keputusan dinyatakan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Catatan: Ketentuan Umum dan Ketentuan Peralihan tidak perlu ada dalam Batang Tubuh, kare na Keputusan Kepala Desa yang bersifat pe ne tap an adalah konkrit, individu- al, dan final.

D. PENUTUP

Penutup suatu Peraturan Desa, Peraturan Kepala De sa, atau Keputusan Kepala Desa, memuat hal-hal sebagai be rikut:

a. Rumusan tempat dan tanggal penetapan, diletakkan di se- belah kanan;

b. Nama jabatan ditulis dengan huruf kapital, dan pada akhir kata diberi tanda baca koma;

116 Pengembangan Regulasi Desa 116 Pengembangan Regulasi Desa

E. PENJELASAN

Adakalanya suatu Peraturan Desa atau Peraturan Ke pala Desa memerlukan penjelasan, baik penjelasan umum maupun penjelasan pasal demi pasal.

Pada Bagian penjelasan umum biasanya dimuat politik hu kum yang melatarbelakangi penerbitan Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa yang bersangkutan. Pa da bagian penje- lasan pasal demi pasal dijelaskan materi dari norma-norma yang terkandung dalam setiap pasal di dalam batang tubuh.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penjelasan adalah: 1. Pembuat Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Ke-

putusan Kepala Desa agar tidak menyadarkan argu mentasi pada penjelasan, tetapi harus berusaha membuat Peratur- an Desa, Peraturan Kepala Desa, atau Keputusan Kepala Desa yang dapat meniadakan keragu raguan dalam inter- prestasi. 2. Naskah penjelasan disusun (dibuat) bersama-sama dengan Rancangan Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa yang bersangkutan. 3. Penjelasan berfungsi sebagai tafsiran atau materi ter tentu. 4. Penjelasan tidak dapat dipakai sebagai dasar hukum untuk membuat peraturan lain.

Pengembangan Regulasi Desa

5. Judul penjelasan sama dengan judul Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala Desa yang bersangkutan.

6. Penjelasan terdiri atas penjelasan umum dan penjelas an

pasal yang pembagiannya dirinci dengan angka romawi. 7. Penjelasan umum memuat uraian sistematis mengenai la- tar belakang pemikiran, maksud, dan tujuan penyusunan serta pokok-pokok atau asas yang dimuat dalam Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Ke putusan Kepala Desa.

8. Bagian-bagian dari penjelasan umum dapat diberi nomor dengan angka Arab jika hal itu lebih memberikan kejelasan. 9. Tidak boleh bertentangan dengan apa yang diatur dalam materi Peraturan Desa, atau Peraturan Kepala Desa. 10. Tidak boleh memperluas atau menambah norma yang su-

dah ada dalam batang tubuh. 11. Tidak boleh sekedar pengulangan semata-mata dari materi

Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, atau Keputusan Kepala Desa.

12. Tidak boleh memuat istilah atau pengertian yang sudah dimuat dalam ketentuan umum.

13. Beberapa pasal yang tidak memerlukan penjelasan, dipi- sahkan dan diberi keterangan cukup jelas.

118 Pengembangan Regulasi Desa

Regulasi pada prinsipnya dibutuhkan oleh suatu masyarakat agar tata kehidupan dan hubungan di dalam masyarakat menjadi lebih tertib, aman dan harmonis. Untuk menghasilkan produk regulasi desa yang baik peran serta ataupun parti- sipasi masyarakat menjadi hal yang penting. Partisipasi masyarakat dalam menyusun regulasi desa ini hendaknya dimulai pada saat pembuatan rancangan peraturan desa.

Pengembangan regulasi desa selama ini masih dipahami sebagai tugas pemerintah desa saja. Permasalahan sumber daya manusia juga menjadi persoalan. Tidak sedikit peme- rintah desa dan anggota BPD yang kurang menguasai atau- pun memahami legislative drafting. Persoalan peran serta ataupun sikap permisif dari masyarakat desa juga terhadap pengembangan regulasi desa menjadi hambatan.

Untuk mengatasi hambatan tersebut perlu penguatan ke- mampuan pemerintah desa dan anggota BPD melalui pelatihan legislative drafting baik dari pemerintah kabupaten maupun dari pihak-pihak yang perduli terhadap desa. Pe- merintah kabupaten baik melalui bagian hukum ataupun pemerintahan desa dan kecamatan perlu memberikan pem- binaan dan pendampingan terus-menerus terhadap kemam- puan perangkat desa dan BPD dalam membuat regulasi desa.

Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD)

Jl. Karangnangka No. 175, Dusun Demangan Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Sleman, Yogyakarta, Telp./Fax. 0274-4333665, mbl: 0811 250 3790, website: //www.forumdesa.org E-mail: fppd@indosat.net.id

Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II

Australian Aid managed by IDSS on behalf of the Australian Government

ISBN 602-14643-6-2