Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat dan Respon Aparat Pemerintah Desa &lam Bidang Pembangunan di Kabupaten Bogor
SALURAN KOIMUNIKASI PENGAWASAN MASYARAKAT
DAN RESPON APARAT PEMERINTAH DESA
DALAM BIDANG PEMBANGUNAN
Dl KABUPATEN BOGOR
OLEH :
R.H. IBRAHIM ARIFIN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRAK
RH. IBRAHIM ARIFIN. Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat dan
Respon Aparat Pemerintah Desa dalam Bidang Pembangunan di Kabupaten
Bogor. Dibimbing oleh SYAFRI MANGKUPRAWIRA, HADIYANTO dan
AMIRUDDIN SALEH.
Penelitian yang didesain sebagai survey deskriptif korelasional ini,
bertujuan untuk menggambarkan profil tanggapan responden tokoh masyarakat,
tokoh fonnal dan aparat tentang proses pengawasan masyarakat, serta respons
aparat desa dalam pembangunan. Jumlah responden mencapai 144 orang yang
tersebar di 12 desa dari 6 kecamatan yang mewakili 3 wilayah pengembangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ide pembangunan desa menurut
sebagian besar responden datangnya dari aparat, masyarakat, tokoh masyarakat
dan {tokoh lembaga formal. Perencanaan pembangunan desa dilakukan dalam
musyawarah dan disesuaikan dengan kemampuan masyarakat desa. Pelaksanaan
pemt~angunandesa disesuaikan dengan kebutuhan warga masyarakat. Manfaat
hasil pembangunan desa dirasakan manfaatnya oleh warga masyarakat.
Sebagian besar responden menyatakan jarang berpartisipasi dalam
pengiiwasan masyarakat baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun dalam
evaluasi hasil pembangunan. Responden yang berasal dari wilayah pertanian
relatif lebih sering berpartisipasi dalam pengawasan pembangunan desa
dibandingkan dengan masyarakat wilayah industrilperdagangan dan pariwisata.
Saluran komunikasi yang paling banyak dimanfaatkan untuk pengawasan adalah
disanipaikan melalui f o d r a p a t .
Respon aparat terhadap pengawasan masyarakat tentang cara memberikan
respon sebagian besar akan segera ditanggapi secara lisan dahulu disamping
ditanggapi setelah diadakan pengkajian. Program-program pembangunan yang
dikel~~hkan
masyarakat/tokoh masyarakat lima terbesar adalah: (1) pembangunan
jalan desa kurang merata, (2) bangunan sekolahlsarana pendidikan kurang
diperhatikan, (3) kurangnya sumberdaya manusia yang terampil, (4) sarana
ibadah, dan (5) sarana pendidikan agama kurang diperhatikan.
Tidak ada hubungan yang nyata antara pemanfaatan saluran komunikasi
pengawasan dengan respon a p t , kecuali dengan respon aparat tentang prioritas
penarlganan menurut persepsi tokoh masyarakat.
Partisipasi pengawasan masyarakat, tokoh masyarakat dan tokoh formal
dengm respon aparat secara keseluruhan tidak mempunyai hubungan yang nyata,
kecuali dengan cara aparat memberikan respon menurut persepsi tokoh formal dan
tokoh masyarakat.
Terdapat hubungan yang nyata antara pesan-pesan program pembangunan
dari masyarakat/tokoh dengan respon aparat terhadap cara memberikan respon
dan prioritas penanganan untuk wilayah industri dan pariwisata.
Kata Kunci: Komunikasi Pengavasan, Pembangunan Desa, Saluran pengawasan
rnasyarakat, Partisipasi, Respon aparat
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
SALURAN KOMUNIKASI PENGAWASAN MASYARAKAT
DAN RESPON APARAT PEMERINTAH DESA
DALAM BIDANG PEMBANGUNAN
DI KABUPATEN BOGOR
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah
dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyrdakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
S.4LURAN KOMUNIKASI PENGAWASAN MASYARAKAT
DANRESPON APARAT PEMERINTAH DESA
DALAM BIDANG PEMBANGUNAN
Dl KABUPATEN BOGOR
R.H. IBRAHIM ARIFIN
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sain pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
Judul Tesis
: Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat dan Respon
Aparat Pemerintah Desa &lam Bidang Pembangunan
di Kabupaten Bogor.
Nama
: R.H. Ibrahim Arifin
NRP
: 9847108
Program Studi
: Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP)
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Dr. k. Siafii k p k u ~ r a w i r a
Ketua
Ir. Hihivant;. M.S
Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan Pedes
w7
&.Ir. Aida Vitavala S. Hubeis
Tanggal Lulus : 5 April 2002
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Juni 1952 di Bekasi, menikah dengan
H. Suhanah pada tahun 1977, dikarunia 6 orang anak yaitu: Nila Inayati, Leni
Maelani Patimah, Rizal Mutaqin, Eli Halimah Tu'sadiah, Riki Zulkipli dan Egie
Ruldah.
Penulis lulus SMA Negeri I Bogor pada tahun 1970, memperoleh sajana
muth pada Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Bandung tahun 1977,
me~nperolehgelar Sarjana pada Universitas Lang-lang Buana Bandung pada
tahun 1989.
Mulai bekerja di kabupaten Bogor sejak tahun 1977, menjadi Camat
selama 14 tahun yaitu di kecamatan Kedung Halang, Parung, Cileungsi dan
Cib~nongdari tahun 1982 - 1996, Sekretaris Korpri Kabupaten Bogor, Kepala
Bagian Pemerintahan Desa, Kepala Dinas Pasar dan terakhir Kepala Sub Dinas
Pasw Kabupaten Bogor hingga sekarang.
Penulis mulai tercatat sebagai mahasiswa Program Pascasarjana Institut
Pertiinian Bogor (IPB) tahun ajaran 199811999 pada Program Studi Komunikasi
Pembangunan Pertanian dm Pedesaan.
PRAKATA
Segala puji dan rasa syukur penulis .panjatkan ke hadirat Allah SWT,
karena hanya dengan rahmat dan ridha-Nya penulis berhasil merarnpungkan tesis
ini yang menjadi syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi
Koml~nikasiPembangunan Pertanian dan Pedesaan, Program Pascasajana Institut
Pertanian Bogor.
Studi mengenai Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat dan Respon
Apamt Pemerintah Desa dalam Bidang Pembangunan di Kabupaten Bogor yang
p u l i s lakukan ini, dilatarbelakangi oleh perlunya upaya yang sungguh-sungguh
untuk mengembangkan pelaksanaan pembangunan desa secara terpadu dalam
memasuki era otonorni daerah.
Selesainya tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga
sepanitnyalah penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setiaggi
tingginya kepada Bapak Dr. Ir. Sjafri Mangkuprawira, Bapak Ir. Hadiyanto, MS
dan B a p k Ir. H. Amiruddin Saleh, M.S. sebagai komisi pembimbing yang telah
memberikan perhatian dan bimbingannya, bzik selama masa perkuliahan,
penelltian, maupun dalam penulisan tesis ini.
Dalam kesempatan ini, disampaikan pula terima kasih
kepada Ibu
Dr.Ir.Hj. Aida Vitayala S.Hubeis dan Bapzk Ir. H. Amiruddin Saleh, MS beserta
seluruh staf dan karyawan Program Studi Komunikasi Pembangunan, Program
Pasc83arjana Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih menyimpan banyak
kelemahan dan kekurangan, maka dengan segala keterbukaan menantikan saran
dan pandangan berbagai pihak bagi penyempurnaannya.
Semoga tesis ini memberi manfaat, khususnya memberikan andil untuk
merlingkatkan kinerja organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam
memasuki era otonomi daerah.
Bogor,
Penulis
April 2002
DAFTAR IS1
DAFTAR TABEL .......................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
xiii
I. I'ENDAHULUAN
I . l . Latar Belakang ................................................................................
1.2. Perumusan Masalah ...........................................................................
..
1.3. Tujuan Penellhan .............................. ........................... .....................
..
1.4. Kegunaan Penellhan ..........................................................................
11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemerintahan Desa dan Pembangunan ..........................................
2.2. Pengertian Komunikasi, Pengawasan dan
Komunikasi Pengawasan .......................................... ................. .
....................................... . ..........
:!.3. Ruang Lingkup Pengawasan
;!.4. Komunikasi Pengawasan Masyarakat ........................ .................
2.5. Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat &lam Bidang
Pemerintahan dan Pembangunan .......... ..........................................
1
3
4
5
7
15
18
18
22
111. FERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2'. 1. Kerangka Pemikiran .................... .................. . .. .. . . . . . .
.............. ...................... . . . .. . . . .........
3.2. Definisi Operasional
3.3. Hipotesis ................................................................................
24
27
28
IV.METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian .......................... ..................................... . .
4.2. Waktu clan Lokasi Penelitian .........................................................
4.3. Populasi dan Sampel ....................... ............... ................ . . ..........
4.4. Data dan Insbumentasi ........... ............................. . . . . ,. . . . .
4.5. Validitas dan Reliabilitas Instnunen ................................................
4.6. Analisis Data ........................................ .................. . ............ .
29
29
31
33
42
43
'
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5 1. Deskripsi Umum Wilayah Penelitian ..............................................
5 2 . Organisasi Pemerintah Kabupaten .................................................
5 3. Karakteristik Responden ................................................................
5 4 . Persepsi terhadap Pembangunan Desa ..........................................
5.5. Partisipasi Pengawasan Pembangunan ...........................................
5.6. Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan .............................
5.7. Respon Aparat terhadap Pengawasan Masyarakat .........................
5.8. Pesan-pesan Program Pembangunan dari Masyarakat dan Tokoh
Masyarakat ..................................................................................
5.9. Hubungan Pemanfaatan Saluran Komunikasi terhadap
Respon Aparat ...............................................................................
5.10. Hubungan antara Partisipasi Pengawasan dengan Respon Aparat...
5.1 1. Hubungan antara Pesan ProgramPembangunan dengan
Respon Aparat ...............................................................................
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ....................................................................................
6.2. Saran ..............................................................................................
44
49
51
55
59
64
72
77
80
84
87
90
91
DAFTAR TABEL
Tabel
Teks
Halaman
I. Perbandingan Undang-undang Nomor 5 tahun 1979 dan
Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 .............................................
:!. Nama-nama Kecamatan dan Jumlah DesaKelurahan
di Kabupaten Bogor .........................................................................
Distribusi Sampel Berdasarkan Wilayah ...........................................
Sampel Penelitian Aparat Desa, Tokoh Lembaga Formal
dan Tokoh Masyarakat .....................................................................
Deskripsi Wilayah dan Penduduk Kabupaten Bogor menurut
Wilayah Pengembangan ...............................................................
Deskripsi
Ketersediaan Sarana dan Prasarana Sosial di Kabupaten
ti.
Bogor menurut Wilayah Pengembangan...........................................
Distribusi Karakteristik Aparat Desa .................................................
Distribusi Karakteristik Tokoh Formal .............................................
Distribusi Karakteristik Tokoh Masyarakat .......................................
Persepsi Aparat Desa terhadap Pembangunan Desa .........................
Persepsi Tokoh Formal terhadap Pembangunan Desa .......................
Persepsi Tokoh Masyarakat terhadap Pembangunan Desa ................
Persepsi Responden terhadap Pembangunan Desa .......................
Partisipasi Pengawasan Pembangunan menurut persepsi Aparat
Desa
..............................................................................................
Partisipasi Pengawasan Pembangunan menurut persepsi Tokoh
Formal .............................................................................................
Partisipasi Pengawasan Pembangunan menurut persepsi Tokoh
Masyarakat ......................................................................................
Partisipasi Pengawasan Pembangunan menurut persepsi
Responden ........................................................................................
Pernanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan dalam
Pembangunan menurut Persepsi Aparat Desa ...............................
Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan dalam
Pembangunan menurut Persepsi Tokoh Formal ...........................
Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan dalam
Pembangunan menurut Persepsi Tokoh Masyarakat .....................
Persepsi Responden terhadap Pemanfaatan Saluran Komunikasi
Pengawasan dalam Pembangunan ....................................................
Respon Aparat terhadap Pengawasan Masyarakat Menurut Persepsi
Aparat Desa ......................................................................................
23. Respon Aparat terhadap Pengawasan Masyarakat Menurut Persepsi
...............................................................................
Tokoh Formal
Respon Aparat terhadap Pengawasan Masyarakat Menurut Persepsi
Tokoh Masyarakat ............................................................................
Persepsi Responden tentang Respon Aparat terhadap Pengawasan
Masyarakat .......................................................................................
Pesan-pesan Program Pembangunan menurut Persepsi Tokoh
Formal
.........................................................................................
Pesan-pesan Program Pembangunan menurut Persepsi Tokoh
Masyarakat .......................................................................................
Hubungan antara Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan
dengan Respon Aparat menurut Persepsi Aparat Desa ..................
Hubungan antara Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan
dengan Respon Aparat menurut Persepsi Tokoh Formal .................
Hubungan antara Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan
dengan Respon Aparat menurut Persepsi Tokoh Masyarakat ..........
Hubungan antara Partisipasi Pengawasan dengan Respon Aparat
menurut Persepsi Aparat Desa .........................................................
Hubungan antara Partisipasi Pengawasan dengan Respon Aparat
Menurut Persepsi Tokoh Formal .......................................................
Hubungan antara Partisipasi Pengawasan dengan Respon Aparat
Menurut Persepsi Tokoh Masvarakat ...............................................
Hubungan an&a Pesan progPembangunan dengan Respon
Aparat menurut Persepsi Tokoh Formal .........................................
Hubungan antara Pesan Program Pembangunan dengan Respon
Aparat menurut Persepsi Tokoh Masyarakat
...............................
DAFTAR GAMBAR
1.
Proses Pengawasan Masyarakat terhadap Kineja Pemerintah
Desa di Bidang Pembangunan ......................................................
26
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Teh
Halaman
1.
Peta Kabupaten Bogor .......................................................................
96
2.
Hasil Uji Coba Kuesioner...................................................................
97
3.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa ..............................
98
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam Undang-undang No. 511979 tentang Pemerintahan Desa, peran
Pemerintah sangat dominan dalam mengatur desa-desa diseragamkan secara
Nasilonal, yang berpeluang menghancurkan keanekaragaman, diantaranya
menghancurkan adat-istiadat sehingga masyarakat desa dalam melakukan
pembangunan desanya tergantung kepada Pemerintah.
Peran masyarakat dalam menentukan pembangunan desanya terlihat masih
kura11g. Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan kepada Kepala Desa tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Kondisi seperti ini terjadi, karena pembangunan
desa yang dilaksanakan itu bukan keinginan masyarakat secara umum.
Lahimya Undang-undang No. 2211999 tentang Pemerintahan Daerah
Sebagai Pengganti UU No. 511974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah
dan IJU No. 511979 tentang Pemerintahan Desa, dalam keterikatan keterangan
tersebut sangat jelas dominasi eksekutif di tingkat desa, sementara peran
masyarakat dikebiri, misalnya Kepala Desa sebagai penanggung jawab
pelaksanaan Pemerintahan dan pembangunan memiliki rangkapan jabatan yang
cukup banyak baik sebagai perencana, pelaksana dan juga sebagai pengawas,
karena adanya jabatan Kepala Desa secara ex-oficio menjadi ketua LMD dan
Ketua. Umum LKMD.
Dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 yang disebut Pemerintahan
Deerah adalah terdiri dari Kepala Desa dan perangkatnya bersama-sama dengan
Badart Petwakilan Desa yang merupakan parlemen atau badan legislatif di tingkat
Desa. Kedudukan Kepala Desa sejajar dengan Badan Perwakilan Desa dan
keduanya merupakan mitra keja. Badan Perwakdan Desa mempunyai fungsi
mengayomi adat istiadat, membuat Peraturan Desa, menampung dan menyalurkan
aspiriui masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Peme:rintahan Desa.
Terselenggaranya
pelaksanaan
Pemerintahan
Desa
di
bidang
pembangunan sangat terkait langsung dengan masyarakat, pengawasan
masyarakat memegang peranan yang sangat penting untuk terlaksananya kegiatan
pemerintahan, pembangunan.
Pengawasan masyarakat disampaikan secara
langsung, melalui media cetak dan media elektronik.
Kenyataan selama ini menunjukkan pengawasan masyarakat terhadap
Kepai!a Desa dan perangkatnya di bidang pembangunan meliputi :
1. Adanya pengaduan masyarakat di bidang pembangunan, diantaranya
penyalahgunaan wewenang oleh Kepala Desa.
2. K;xsus-kasus yang dilaporkan diantaranya penyimpangan pembangunan.
3. Kiarangnya disiplin
aparatur desa dalam melaksanakan tugas dan
ke.wajibannya.
4. Masalah pelayanan aparatur desa yang kurang baik terhadap pelaksanaan
pembangunan.
Kasus-kasudmasalah tersebut disampaikan dalam berbagai cara, yaitu
pengalduan langsung kepada perangkat atau pimpinan tingkat atasnya ada juga
melalui media cetak dan elektronik dan kadang-kadang dilakukan dengan
demorlstrasi.
Garnbaran masalah tersebut memperkuat bahwa masyarakat pada dasamya
menginginkan pelaksanaan pembangunan di desa bejalan dengan baik, dan
apabila melihat kurang baik kadang-kadang secara emosional melakukan kritik
dan kadang-kadang melalui cara-cara yang kurang baik.
Tujuan pengawasan masyarakat pada dasamya untuk memberikan koreksi
kepath kinej a aparatur desa. Pada dasarnya pengawasan masyarakat tidak lepas
dari proses komunikasi yang terdiri dari beberapa unsur, yaitu unsur komunikator
(mas:yarakat desa) yang menyampaikan pesan melalui saluran kepada komunikan
(aparat desa) dan efewreaksi komunikasi.
Dalam komunikasi pengawasan di tingkat desa yang menjadi komunikator
adalah pribadi atau kelompok masyarakat, yang dipakai pesan ialah kasus-kasus
pengaduan, saluran yang digunakan ialah media massa suratkabar, elektronik dan
pengaduan langsung.
Kajian penelitian ini dititikberatkan kepada saluran komunikasi yang
digunakan oleh masyarakat desa dalam pengawasan pelaksanaan di bidang
pembangunan clan pemerintahan yang &laksanakan oleh perangkat desa.
1.2. Perurnusan Masalah
Kelemahan pemerintahan desa pada masa yang lalu pada dasamya
disebabkan oleh (1) lemahnya kontrol masyarakat terhadap Kepala Desa,
(2) pwangkapan jabatan Kepala Desa, secara ex-officio sebagai Ketua Umum
LKMI) dan Ketua LMD dimana satu pihak sebagai pelaksana juga sebagai
perenc:ana dan sebagai pengawas serta (3) desa dianggap mempakan saluran
program pemerintah tingkat atas, kadang-kadang program tersebut tidak sesuai
dengan keinginan masyarakat.
Dengan adanya reformasi tejadi perubahan yang diharapkan mampu
meng:akomodasi tuntutan di kalangan masyarakat desa. Diharapkan pengawasan
komunikasi masyarakat mencerminkan hubungan timbal balik antara pemerintah
desa dan masyarakatnya, dan juga dituntut adanya partisipasi masyarakat dalam
pemt~angunan,baik mulai dari perencanaan, biayaldana pelaksanaan dan juga
pengiwasan.
Masyarakat memberikan respon terhadap pelaksanaan pembangunan dan
pemerintahan di desanya. Sedangkan perangkat desa dituntut untuk dapat
menangkap keinginan masyarakatnya, h a s memiliki kepekaan tentang kesulitan,
keluhan dan ketidakpuasan dari masyarakat terhadap kinerja pemerintah desa.
Berkaitan dengan ha1 tersebut, peneliti mencoba merumuskan pertanyaan
penel~~tian
sebagian berikut :
1. Btigaimana tanggapan masyarakat terhadap program-program pembangunan ?
2. Sanpai
seberapa jauh
partisipasi
masyarakat
dalam
pengawasan
pembangunan?
3. Saluran komunikasi pengawasan manakah yang paling efektif bagi masyarakat
dalam menyampaikan pesanlpengaduan di bidang pembangunan ?
4. Bagaimana respons Kepala Desa dan perangkatnya terhadap pesan yang
dirmnpaikan oleh masyakarat ?
1.3. Tujuan Peuelitian
Tujuan urnurn penelitian adalah untuk mengetahui sejauhrnana
pemanfaatan saluran komunikasi pengawasan masyarakat terhadap pelaksanaan
pembangunan desa di Kabupaten Bogor. Secara khusus tujuan penelltian ini
dapztt dinunuskan sebagai berikut :
I. lvlenganalisis pemahaman masyarakat tentang pengertian pembangunan desa.
2. Menganalisis partisipasi masyarakat dalam pengawasan
di
bidang
pembangunan mulai dari perencanaan sampai kepada pelaksanaan.
3. ldenganalisis saluran komunikasi yang digunakan oleh masyarakat terhadap
~elaksanaanpembangunan desa.
4. Menganalisis respons aparat desa (Kepala Desa dan perangkatnya) terhadap
pengawasan masyarakat di bidang pembangunan.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian pemanfaatan komunikasi pengawasan terhadap kineja
pemerintah desa, &lam bidang pembangunan dan pemerintahan di Kabupaten
Bogor diharapkan dapat memberikan kegunaan, antara lain:
1. Pengembangan teori komunikasi pembangunan dan pedesaan dalam
~r~enyelenggarakan
pembangunan serta pemanfaatan komunikasi pengawasan
masyarakat terhadap kinerja pemenntahan desa.
2. Bahan masukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dan Kepala
Desa sebagai bahan kajian dan pengembangan untuk menyempumakan dalam
proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan di bidang pembangunan dan
pemerintahan.
3. Memberikan masukan kepada aparatur pengawas tingkat Kabupaten untuk
di-jadikanbahan kajian dan untuk ditindak lanjuti.
4. IMasukan kepada peneliti selanjutnya, khususnya peneliti yang berkaitan
dengan komunikasi pengawasan masyarakat
11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemerintahan Desa dan Pembangunan Desa
Pemerintahan Desa menurut Undang-undang nomor 5 tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa terdiri dari Kepala Desa dan Lembaga Musyawarah Desa
(LMD).
Pemerintah Desa
adalah
pelaksana
kegiatan
dalam
rangka
penyelenggaraan pemerintahan yang berada di bawah Camat. Kepala Desa
berkedudukan sebagai alat Pemerintah Daerah dan alat Pemerintah Desa yang
memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Dalam penyelenggaraan tugas
dan Fungsinya Kepala Desa bertanggungjawab kepada Bupati~Walikotamelalui
dan memberikan keterangan dan pertanggungiawaban kepada Lembaga
Cam>%t
Musyawarah Desa (LMD).
LMD sebagai wadah musyawarah pemuka-pemuka masyarakat yang
mempunyai tugas untuk menyalurkan pendapat masyarakat Desa dengan
musyawarah/mufakat dalam rangka penyusunan Keputusan Desa. Ketua LMD
dijab:xt oleh Kepala Desa, Sekretaris Desa menjabat sebagai Sekretaris LMD dan
Kepala Dusun menjabat sebagai anggota LMD (Anonim, 1982)
Di desa dan kelurahan dibentuk LKMD yang mempunyai fungs~antara
lain :
1. Sebagai
wadah
partisipasi
masyarakat dalam
merencanakan
dan
melaksanakan pembangunan.
2. Menggali, mernanfaatkan potensi dan menggerakkan swadaya, gotongroyong
rr~asyarakatuntuk pembangunan.
3.
Sebagai sarana komunikasi antara pemerintah dan rnasyarakat serta warga
masyarakat itu sendiri.
Kepala DesaJLurah duduk sebagai ketua umum Lembaga Ketahanan
Masyarakat Desa (LKMD) dimaksudkan untuk terpeliharanya hubungan antara
Kepala Desallurah sehingga terpelihara kestabilan DesaKelurahan.
Menurut undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah dimana Pemerintahan Desa terdiri dari: Pemerintahan Desa dan Badan
Perwakilan Desa. Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan perangkat Desa.
Kepida desa mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :
a.
Memimpin penyelenggaraan pernerintahan desa,
b.
Membina kehidupan masyarakat desa,
c.
Membina perekonomian desa,
d.
Memelihara ketentraman dan ketertiban,
e.
Mendamaikan penelisihan masyarakat di desa, serta
f.
Mewakili desanya di dalam dan di luar.
Berdasarkan Undang Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah, Kepala desa sebagai pimpinan pemerintah desa mengemban tugas dan
kewajiban yang cukup berat dm bertanggung jawab kepada rakyat melalui Badan
Perwakilan Desa (BPD).
Kedudukan Badan Perwakilan Desa sejajar dengan
Kepala Desa dan merupakan mitra pemerintah desa, yang mempunyai tugas
mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan
aspinisi masyarakat serta
Pemerintahan Desa
melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) dipilih dari dan oleh penduduk
desa yang memenuhi persyaratan. Pimpinan Badan Perwakilan Desa dipilih dari
dan toleh anggota. Badan Perwakilan Desa bersama-sama dengan Kepala Desa
mew:tapkan Peraturan Desa.
Pada dasarnya ha1 tersebut memberikan akses partisipasi pa& rakyat,
melalui mekanisme perwakilan. Hal ini sangat positif bagi rakyat sebab rakyat
dapal
mengembangkan demokrasi secara sehat, mempakan proses institusi
demclkrasi di desa dan memunglankan rakyat untuk melakukan kontrol terhadap
gerak langkah eksekutif desa, arus ini menjadi tekanan balik bagi eksekutif desa,
yang selama ini sudah terbiasa sebagai penguasa desa.
Tabel. 1. Perbandingan Undang-undang Nomor 5 tahun 1979
dan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999
2.
Sekntaris desa
Perangkat desa tediri dari :
1. Unsur staf
2. Unsurpelaksann
Paling lama 10 tahun atau 2 kali
Pembangunan desa adalah seluruh proses kegiatan pembangunan yang
berlangsung di desakelurahan dan m e ~ p a k a nbagian talc terpisahkan dari
pembangunan nasional yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan
masyarakat dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong
royolig (Depdagri, 1996). Keterlibatan masyarakat secara langsung pada setiap
tahapan pembangunan di desa mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan
peng;awasan serta tindaklanjut pembangunan, merupakan salah satu kunci
kebellnasilan pembangunan itu sendiri.
Pengertian Pembangunan desa, dimulai dari tahap perencanaan yaitu
pembangunan fisik
dan pembangunan non-fisik, peneliti
akan mengamati
kegiatan pengawasan masyarakat dalam bidang pembangunan fisik saja, yaitu
pembangunan sarana transportasi, pengairan dan pembangunan sarana pendidikan,
keagamaan yang dibiayai dari swadaya masyarakat melalui Anggaran Pendapatan
dan Elelanja Desa dan bantuan dari Pemerintah atasnya.
Pemerintah desa dalam menyusun dan melaksanakan pembangunan di
bantu oleh Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) yang mempunyai
tugas pokok menggerakkan dan meningkatkan prakarsa dan partisipasi
masylrakat untuk melaksanakan pembangunan secara terpadu baik yang berasal
dari berbagai kegiatan pemerintah maupun swadaya masyarakat.
Hasil musyawarah dengan masyarakat tentang rencana pembangunan,
disusun sesuai dengan skala prioritas dan kemampuan masyarakat desa nantinya
dituangkan dalam putusan desa. Bagi proyek yang tidak mampu dibiayai oleh
desa, maka diajukan kepada pemerintah atasnya, melalui diskusi Unit Daerah
Keja Pembangunan (UDKP) dan temu karya LKMD Tingkat Kecamatan dan
selanjutnya diajukan ke Rakorbang tingkat I1 dan tingkat I.
Dalam menyusun rencana pembangunan diperlukan kesepakatan bersama
tentang apa yang perlu diperbaiki atau dibangun, kemudian disusun rencana
kegiiitannya. Rencana pembangunan tersebut hams berisikan keterangan yang
dapat menjawab persoalan antara lain :
1. ,\pa tujuan yang diinginkan ?
2. ,\pa kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan ?
3. ICapan kegiatan dilaksanakan ?
4. 9iapa pelaksana dan penanggungjawabnya ?
5. Berapa dan darimana asal sumber dana yang diperlukan ?
IIasil yang diperoleh dari musyawarah pembangunan desa adalah (a) rencana
pemt~angunanyang dibiayai swadaya masyarakat, (b) rencana pembangunan dari
banturan pemerintah, (c) rencana pembangunan swadaya dan program pemerintah,
serta (d) rencana pembangunan yang diusulkan.
Di tingkat desa setiap tahun dilaksanakan musyawarah pembangunan desa,
yang berperan adalah pengurus LKMD dan Kepala desa dan diundang hadir
adalah Camat, Kepala seksi PMD, Dinashstansi tingkat kecamatan, Pengurus
BPD, Tokoh masyarakat, Kepala seksi pembangunan desa, RT/RW. Dalam
musy:iwarah disusun Rencana Pembangunan Tahunan Desa (RPTD) dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD).
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa adalah rencana
pemb(mgunan yang disusun masyarakat untuk jangka waktu pelaksanaan cukup
panjang antara 3 sampai 5 tahun, disesuaikan dengan kemampuan masyarakat
&lam menyediakan dananya, maksud pnyusunan RPJMD adalah : (1) agar desa
mempunyai rencana induk, (2) RPJMD berkaitan dengan RPJMK
dan
pembirngunan lima tahun daerah, serta (3) akan mudah dan terarah dalam RPTD
(lampnran 3).
Untuk
menyusun
konsep
RPJMD,
masing-masing
bidang
mempergunakan formulir Usulan Rencana Pembangunan Tahunan Desa (RPTD)
sebagaimana disajikan &lam lampiran 3. Perencanaan yang telah disyahkan oleh
BPD, dan telah dimusyawarahkan di tingkat kecamatan melalui diskusi Unit
Daerah Keja Pembangunan dan Temu Karya LKMD, maka pembangunan desa
yang: dibiayai oleh masyarakat dapat dilaksanakan oleh kepala desa dan
perangkatnya dan dibantu oleh LKMD dan Kepala urusan pembangunan desa.
Pengawasan masyarakat yang dilakukan oleh BPD terhadap pelaksanaan
pembangunan yang dilaksmakan oleh kepala desa dan perangkatnya biasanya
dilakukan secara formal di antaranya melalui, meminta pertanggungjawaban
Kepala desa dan meminta keterangan kepada P e m e ~ t a hDesa.
Kepala desa berhenti atau dapat diberhentikan atas usul BPD karena di
antaranya adalah :
1. 'Tidak lagi memenuhi syarat danlatau melanggar sumpah/janj~.
2. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan perundang-
ilndangan yang berlaku danlatau norma yang hidup dan berkembang dalarn
rnasyarakat desa.
3. Idengalami krisis kepercayaan publik yang luas akibat kasus yang melibatkan
pertanggungjawabannya.
4. 1)itolak pertanggungjawabannya oleh BPD sebanyak dua kali sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Pengawasan masyarakat Non BPD terhadap kepala desa dan perangkatnya
dalani pembangunan dm biasanya ada pengaduan langsung kepada kepala desa
atau perangkatnya dan juga pengaduan tertulis, serta pengaduan melalui media
suraitkabar pada umumnya dilakukan secara bertahap.
Biasanya apabila pengaduan langsung masyarakat tidak direspons oleh
kepala desa, mereka menulis surat pada Kepala desa atau atasan langsungnya dan
apabila masih tidak diperhatikan juga bam disampaikan melalui suratkabar. Jika
maslh tidak diperhatikan, biasanya dilakukan demo oleh warga masyarakat.
Untuk itulah maka media-media komunikasi pengawasan masyarakat yang
diduga mampu memberikan kontribusi terhadap kinej a pernerintahan di tingkat
desa perlu di amati, dipahami, dikembangkan dan diteliti sehingga dapat dilihat
mana yang lebih besar kontribusinya pada kinerja pemerintahan desa.
Pengertian Perfrmnce atau kineja menurut Prawirosentono (1999)
adaliih hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
dalrun suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungiawab masingmasing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara
legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Menurut Depari (1995) faktor-faktor utama dalam pendekatan-pendekatan
kom~mikasi untuk pembangunan desa &pat digambarkan sebagai berikut;
Pertama
Kelompok-kelompok
(leadmg
group),
yang
meningkatkan
peml)angunan dan pemrakarsa komunikasi (a) Para profesional, dan (b) Kaderkader partai politik. Kedua masyarakat desa sebagai pemetik manfaat
pemt)angunan desa (a) Kelompok-kelompok keluarga yang berpengaruh dan (b)
Lemlmga-lembaga formal di daerah pedesaan.
ICemunculan kasus pengawasan masyarakat mempakan bentuk komunikasi
dua acrah dalam proses pembangunan, yang mencerminkan partisipasi aktif warga
masyarakat dalam pembangunan, yang menjadi umpanbalik bagi pemerintah
untuk: mengevaluasi, mengoreksi dan mengembangkan, meningkatkan kualitas
kineria aparat untuk menuju ke arah yang lebih baik terhadap penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan yaitu :
1. Pengamatan akhf warga masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan
pemerintahan yang dilaksanakan oleh aparat desa. Masyaralcat selalu
mengawasi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan pembangunan di
de:sanya. Karena ketidaksenangan dari anggota masyarakat akan men?unculkan
perasaan opini masyarakat yang tidak puas terhadap aktivitas pemerintahan
dan pembangunan. Misalnya telah tejadinya
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
penyalahgunaan wewenang,
0,
proyek pembangunan
yang tidak
selesai, dalam pelaksanaan pembangunan tidak transparan, adanya
penyimpangan dalam pelaksanaan proyek pembangunan fisik seperti
pembangunan jalan, jembatan, dan sebagainya.
2. ~e:rasaantidak senang masyarakat terhadap kasus-kasus tersebut dapat
m~lncul kepermukaan. Perasaan tidak senang tersebut baik secara individu
atau kelompok dapat diekspresikan dalam bentuk pengawasan masyarakat.
Kasus pengawasan masyarakat dapat diadukan langsung dengan mendatangi
perangkat desa, baik secara formal maupun dalam bentuk pertemuanpertemuan secara tatapmuka atau juga dengan unjukrasa atas ketidakpuasan
kir~eja pemngkat desa. Pengaduan dapat pula dilakukan melalui surat
pengaduan tidak langsung dan swat pengaduan dan suratkabar.
Untuk selanjutnya bagaimana pen&maan dan respons pengawasan oleh
pemerintah desa? dan bagaimana tindak lanjutnya? atau langkah-langkah apa saja
yang dilakukan untuk merespons pengaduan masyarakat tersebut? perlu dipelajari
dan dicarikan solusinya. Apabila perangkat desa tidak merespons, maka
pengawasan masyarakat akan berlanjut dan tidak menutup kemunglunan akan
timbul pengerahan massa yang lebih besar. Apabila masyarakat merasa puas,
maka proses komunikasi pengawasan masyarakat tersebut dianggap selesai.
Sebdiknya apabila masyarakat merasa tidak puas, maka komunikasi akan
berlr~njut dan warga akan terus mengajukan pengaduan sampai keinginannya
tercapai.
.
2.2. Pengertian Komunikasi, Pengawasan dan Komunikasi Pengawasan
Pada dasarnya manusia tidak hidup sendirian, manusia adalah sebagai
mahxuk sosial yang hidup bermasyarakat, semakin besar suatu masyarakat,
semakin banyak manusia yang dicakup dan cenderung semakin banyak masalah
yang tirnbul akibat adanya perbedaan pendapat di antara manusia baik mengenai
pikiran, perasaan, tujuan dan keinginan maupun aspirasinya.
Menurut Depari (1995) dalam kehidupan manusia, akan terjadi interaksi
anku individu, kelompok dan d i n g mempengaruhi demi untuk kepentingan dan
keuntungannya. Komunikasi terjadi apabila adanya penyampaian pesan oleh
kom~lnikator kepada komunikan, isi pesan ialah pikiran atau perasaan
kom~lnikator yang ditujukan kepada komunikan. Hal penting selain unsur
komllnikator dan komunikan yang berpengaruh dalam berkomunikasi adalah
peslu~yang terdiri dari bentuk verbal (lisan atau tertulis) dan bentuk non verbal
(tanpa kata). Berikutnya adalah d u r a n yang bisa berupa media yang dilalui pesan
sepe~tisuratkabar dan media elektromk, seperti Radio dan TV. Seseorang &pat
dan akan menerima pesan menurut Efendi (1993) jika terdapat empat kondisi
yaitu
a. Ia dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi.
b. Piida saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu sesuai
dcngan tujuannya.
c. Pi~da saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu
krsangkutan dengan kepentingan pribadinya.
d. Ia mampu untuk me~epatinyabaik secara mental maupun secara fisik.
Pengawasan menurut McFarland (Handayaningrat, 1981) ialah suatu
proses dimam pimpinan ingin mengetahui apabila hasil pelaksanaan pekerjaan
yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan atas
kebijaksanaan yang
telah
ditentukan,
artinya
melalui
suatu
proses
membandingkan antara rencana dengan yang dilaksanakan diperoleh suatu
pengetahuan dalam informasi dari tujuan yang dkehendaki. Hal ini memberikan
suatu konotasi bahwa suatu komunikasi perlu dilakukan agar yang dikehendaki
dapat diketahui bagaimana perkembangannya. Demikian pula dengan dampak
yang ditimbulkannya hanya dapat diketahui melalui proses atau bentuk
komunikasi pengawasan, sehingga memperoleh informasi tentang adanya
penyirnpangan.
Dengan pengawasan diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi dapat ditekan, sehingga kemungkman timbulnya kerugian yang besar &pat
dihilangkan atau diperkecil. Ada beberapa metode pengawasan, pertama
pengawasan langsung, yaitu pimpinan instansi melakukan pemeriksaan langsung
pada lempat pelaksanaan pekerjaan, pengawasan' ini disebut Built in Control.
Kedm pengawasan tidak langsung di mana pimpinan instansi melakukan
pengawasan melalui laporan yang masuk, pengawasan tidak langsung dapat
segera mengetahui kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan
Disamping itu d i k e d pula, pengawasan formal ialah pengawasan yang dilakukan
oleh aparat pengawasan dan pengawasan informal yaitu pengawasan yang
dilakrukan oleh pimpinan melalui kunjungan tidak resmi, hal ini untuk
men,&ndarkan kekakuan hubungan atasan dan bawahan (Nawawi, 1989).
Dengan demikian pengawaS&me~pakan segala usaha, kegiatan atau
tindakan untuk mengetahui dan menilai pelaksanaan tugas atau kegiatan agar
berjdan samadengan rencana yang telah ditetapkan. Adanya suatu proses
perbandingan antara rencana dan pelaksanaan, maka suatu pengawasan sering
diset~utsebagai suatu bagian dari kegiatan manajemen. Hal ini disebut demikian,
karena dalam suatu proses manajemen yang lengkap dilaksanakan suatu fungsifungi manajemen antara lain menurut G.R.Terry (Panglaikim dan Tanzil, 1960)
meliputi empat fungsi yaitu Planning, Organizing, Actuiting and Controling.
Menurut Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (1992) dalam
pengawasan pelaksanaan pemerintahan d i k e d ada empat macam pengawasan
berdiisarkan subyeknya yaitu sebagai berikut :
a. Pengawasan melekat, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung
terhadap bawahan dalam suatu kerja yang dipimpinnya.
b. Pengawasan fungsiod, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat yang
tt~gaspokoknya melakukan fungsi pengawasan, seperti Inspektorat Jenderal,
BPKP serta Deputi-Deputi.
c. Pengawasan legislatif, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh lembaga
.
.
Pserwakilan Rakyat.
d. Pengawasan masyarakat yaitu pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat,
b;xik secara langsung atau tidak langsung melalui media massa.
23.
Ruang lingkup Pengawasan
Menurut Nawawi (1989) pengawasan merupakan salah satu fungsi
mansjemen yang tidak dapat dilepaskan dari faktor manusia, karena yang
melakukan pemantauan, pemeriksaan clan evaluasi atau yang mengawasi dan yang
diawlsi adalah manusia.
Selanjutnya, bila berpatokan pada Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nom(or 116 tahun 1981 tentang Pengawasan Melekat adalah sebagai berikut :
a. Pengawasan m e ~ p a k a nproses berlanjut, yaitu dilaksanakan secara terus
menerus,
sehingga
dapat
memperoleh
hasil
pengawasan
yang
bt:rkesinarnbungan.
b. Pengawasan tidak mencari-cari kesalahan, apabila ditemukan kesalahan,
penyimpangan dan hambatan supaya dilaporkan sebab-sebab dan kejadiannya.
c. P1:ngawasan harus menjamin adanya kemunglanan pengambilan koreksi yang
cepat dan tepat.
2.4.
Komunikasi Pengawasan Masyarakat.
Pengertian komunikasi menurut Muhamad (2000) adalah pertukaran pesan
verbal maupun non-verbal antara sipengirim dengan sipenerima pesan untuk
mengubah tingkah laku. Artinya dalam komunikasi tejadi proses di rnana suatu
ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih agar tingkahlakunya
bisa berubah. Dengan demikian pada dasarnya komunikasi dapat berlangsung
setiap saat, di mana saja dan kapan saja, karena sejak lahir manusia sudah
meng,adakan hubungan dengan kelompok masyarakat di sekelilingnya.
Shannon dan Weaver (Cangara, 1998) mendefinisikan komunikasi adalah
bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh dan mempengaruhi satu sama
lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Berlo (1960) membuat formulasi yabg lebih
sederhana, yang
dikenal dengan nama SMCR, yakni
Source
(Pengirim),
Message (Pesan), Channel (Saluran/media) dan Receiver (Penerima). Hal tersebut
dikenlbangkan oleh Osgood (Cangara, 1998) dengan menambahkan unsur efek
dan tunpan balik (Feedback) sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi
yang sempuma.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat diketahui, bahwa apabila
diterapkan dalam pengawasan pemerintahan, maka diperoleh pengertian seperti
yang diungkapkan oleh LAN-RI tersebut di atas. Di mana dikatakan bahwa dalam
pengawasan pelaksanaan pemerintahan dikenal pengawasan masyarakat, yaitu
pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat baik secara langsung maupun tidak
langs~mgmelalui media massa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam
pengacwasan masyarakat terkandung unsur-unsur komunikasi yaitu :
1. K o m m h t o r yaitu individuflrelompok masyarakat.
2. Plesan, yaitu pengaduan masyarakat tentang pelaksanaan pemerintahan dan
p:mbangunan oleh kepala desa dan pemgkatnya.
3. Media, yaitu alat yang digunakan untuk menghubungkan antara surnber dan
pznerima yang sifatnya terbuka.
4. I'enerima,
yaitu aparat desalpemerintah desa yang menjadi sasaran
pengaduan.
Komunikasi pengawasan masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat di
n e g m yang sedang berkembang pada umurnnya mengalami banyak kendala,
temt;ma karena faktor pendidlkau, pengalaman dan kemampuan masyarakat dan
aparaturnya yang rendah, mungkin sistem politiknya yang tertutup (Otoriter).
Demikian pula yang bersifat pengaduan-pengaduan masyarakat baik bempa
temuan-temuan, keluhan-keluhan atau ketidakpuasan masyarakat kepada
pemc:rintah/ pemerintah desa yang berhubungan dengan pelaksanaan kinerja
aparat
desa dalam pelayanan kepada masyarakat di bidang pembangunan, jarang
atau relatif sedikit dari temuan tersebut dapat segera diperbaiki. Sujanto (1994)
mengpngkapkan bahwa ha1 ini selain karena faktor-faktor rendahnya kualitas dari
masyarakat serta aparatumya, juga karena rendahnya dorongan atau dasar
motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu. Penelitian Alamsyah (1998)
mengatakan bahwa peranan pengawasan masyarakat sebagai umpanbalik proses
pemt~angunanakan ditentukan antara lain oleh keterkaitan pesan pengawasan
tersebut dengan program dan lingkup pembangunan yang berlangsung.
Beberapa pengertian di atas mengisyaratkan bahwa
"
Sunhi'' dapat
digurlakan untuk membedakan antara pengawasan masyarakat atau bukan. Sanksi
masyarakat adalah "Moral " sedangkan individu adalah " denda atau hukuman " .
Oleh karena itu bila pengawasan tidak " digubris " atau tidak d i p e r h a w maka
secara sistematis moral masyarakat mengecamnya baik berupa ketidakpercayaan
atau pemberontakan. Namun Roucek (dalam Susanto 1989) mengatakan bahwa
pengiiwasan oleh individu terhadap sesamanya pun termasuk dalarn kategori
penrawasan masyarakat atau sosial yang terjadi dalam tiga bentuk, yaitu:
(1) Kelompok terhadap kelompok lain ;(2) Kelompok terhadap kelompok sendiri;
(3) lndividu terhadap sesamanya. Hal tersebut terjadi manakala seseorang atau
suatu kelompok dipengaruIu atau dipaksa untuk bertindak sesuai keinginan orang
atau kelompok lain, tanpa menghiraukan sesuai tidaknya perilaku yang
dianj~urkan,dengan kepentingan individu atau kepentingan kelompok yang ingin
diub;h perilakunya.
Berdasarkan uraian tersebut dapatlah kita simpulkan bahura suatu
pengawasan sosial atau masyarakat terjadi begitu kuat melalui komunikasi.
Temyata komunikasi dari kelompok mayoritaslah yang biasanya dapat
memberikan pengaruhnya, walaupun kadangkala atau suara mayoritas melalui
sikap toleran dan konfomitas terhadap tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok
minc~ritas.
Sejak awal berdirinya Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 dan
sejak: lahimya UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 masyankat Indonesia
sebeilamya telah mengenal secara formal pengendalian masyarakat melalui
H k u n Formal disamping pengawasan sosial. Bahkan melalui lembaga-lembaga
adat dan lembaga-lembaga agama, pengendalian masyarakat itu sejak berabadabad telah berlaku. Hal tersebut dimaksudkan bahwa "Norma
ukur yang bersifat
"
"
sebagai tolok
ajeg " atau tetap akan senantiasa menjadi surnber dan dasar
pengembangan anggota masyarakat, sehingga yang terjadi adalah adanya upaya
anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku. Hal
tersebut senada dengan apa yang dikatakan oleh Cohen (dalam Susantol989)
bahwa inti pengawasan sosial adalah pengembangan (kemampuan) anggota
masyarakat u
n
k menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku.
2.5.
Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat dalam Bidang
Pembangunan.
Media atau saluran komunikasi adalah medium atau pembawa pesan, yang
mana pesan tersebut disampaikan dari sumber kqpada penerima, misalnya kalau
orang; berbicara, medianya adalah udara, menyampaikan pesan secara tertulis
..~~
mediimya bisa bempa papan tulis, folder, buku, diktat, swat menyurat dan
sebag,ainya.
Rogers (Leta, 1996) membagi saluran komunikasi menjadi : (1) Saluran
interpersonal dan media massa,
(2) Saluran lokal atau saluran kosmopolit.
Salman interpersonal adalah saluran yang melibatkan pertemuan tatapmuka
(sumlxr pesan dan penerima) antara dua orang atau Iebih. Misalnya rapat,
pertelnuan kelompok, percakapan langsung, pembicaraan dari mulut ke mulut,
getok tular dan sebagainya. Sedangkan pesan yang memungkinkan sumber
'
mencapai suatu audjens dalam jumlah besar, yang dapat menembus batas waktu
dan ruang misalnya radio, video, film suratkabar, buku dan sebagainya. Saluran
interpersonal dapat bersifat kosmopolit yakni jika
s u m k di dalam atau di luar sistem.
menghubungkan dengan
Misalnya, seorang anggota sistem
mengadakan pej a l d p e r g i ke luar daerah untuk menjumpai sumber informasi,
atau ada orang dari luar sistem yang berkunjung ke dalam sistem sosial dan
mengadakan pertemuan dengan anggota sistem untuk menyampaikan infkomasi.
Sedarngkan saluran antar pribadi bersifat lokalit jika kontak-kontak langsung itu
sebatas daerah atau sistem sosial itu saja, sebaliknya saluran media massa dapat
dipastikan bersifat kosmopolit.
Apabila disimak lebih jauh media di atas pada dasarnya adalah suatu
medi~a di mana komunikasi baik sektoral maupun vertikal dapat terjadi di &lam
masyarakat, namun ha1 tersebut bukan berarti komunikasi pengawasan masyarakat
dapat dilaksanakan oleh media seperti di atas. Karena media komunikasi
pengawasan masyarakat bersifat
"
melahcsanakan program-prop,
ke atas " atau kontrol kepada pemerintah yang
agar program tersebut sesuai aspirasi
masyarakat. Namun untuk dapat melakukan pengawasan yang baik tentunya
hams dipahami terlebih dahulu apa yang menjadi sasaran atau program yang harus
dike~jakanatau dilaksanakan. Apabila berasumsi bahwa penyusunan program
sesuiti dengan aspirasi masyarakat, maka pengawasannya pun lebih mudah
dilaksanakan. Artinya setiap saat masyarakat dapat merasakan bagaimana
progam tersebut dilaksanakan.
Pengaduan masyarakat adalah temuan-temuan, keluhan-keluhan atau
ketidak puasan masyarakat kepada pemerintah/pemerintah desa yang berhubungan
dengan pelaksanaan tugas dan kinej a aparat desa dalam melaksanakan tugas di
bidat~gpemerintahan dan pembangunan. Pada umumnya pengaduan masyarakat
tersebut
meliputi : pungutan liar, penyalahgunaan wewenang, masalah
pertanahan, indisipliner dan tindakan amoral, penyimpangan pembangunan serta
pelayanan.
m. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Pemikiran
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik mengisyaratkan bahwa
pem'berdayaan masyarakat adalah tujuan akhit yang harus ditumbuhkembangkan.
Hal ini sejalan dengan semangat baru dalam kehidupan pemerintahan pasca era
birokrasi di mana pemerintahan bukan lagi bersifat "rowing" (mengayuh), akan
tetapi menjadi bersifat "steering" (mengendalikan). Artinya, peran pemerintah
dala~n bidang pembangunan
akan semakin sedikit dan hanya bersifat
mengendalikan apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan masyarakat. Hal
tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor
Pem~xintahan Daerah, di mana
22 tahun 1999 tentang
daerah diberikan keleluasaan untuk
menyelenggarakan pemerintahan maupun pembangunan yang semakin has.
Aspirasi bersumber dari bawah (Stakeholder) adalah landasan tujuan yang
h
r difasilitasi oleh pemerintah desa, untuk itu pemanfaatan komunikasi
pengawasan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan merupakan
prasyarat mutlak yang dibutuhkan dalam tata wahana demokrasi yang transparan,
sehingga kajian terhadap substansi
media akan semakin penting dan harus
diperhitungkan tingkat rasionalitasnya agar partisipasi masyarakat dalam
melakukan pengawasan pembangunan terselenggara dengan lancar, efektif dan
efisiea.
Dafam pelaksanaan pembangunan desa, masyarakat akan melaksanakan
penginwan secara formaVkelembagaan oleh Badan Perwakilan Desa dan oleh
masyarakat itu sendiri di luar BPD @on BPD), pengawasan yang dilakukan oleh
Non BPD ditujukan pada perangkat desa dan juga kepada BPD. Pengawasan yang
ditujukan kepada perangkat desa itu menyangkut pelaksanaan tugas pokoknya
dalarn menyelenggarakan rumahtangga desa, urusan pemerintahan mum,
pemtmgunan desa dan pembinaan kemasyarakatan serta menjalankan tugas
pemtrantuan dari pemerintah, baik dari Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah
KabupatenIKota
DAN RESPON APARAT PEMERINTAH DESA
DALAM BIDANG PEMBANGUNAN
Dl KABUPATEN BOGOR
OLEH :
R.H. IBRAHIM ARIFIN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRAK
RH. IBRAHIM ARIFIN. Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat dan
Respon Aparat Pemerintah Desa dalam Bidang Pembangunan di Kabupaten
Bogor. Dibimbing oleh SYAFRI MANGKUPRAWIRA, HADIYANTO dan
AMIRUDDIN SALEH.
Penelitian yang didesain sebagai survey deskriptif korelasional ini,
bertujuan untuk menggambarkan profil tanggapan responden tokoh masyarakat,
tokoh fonnal dan aparat tentang proses pengawasan masyarakat, serta respons
aparat desa dalam pembangunan. Jumlah responden mencapai 144 orang yang
tersebar di 12 desa dari 6 kecamatan yang mewakili 3 wilayah pengembangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ide pembangunan desa menurut
sebagian besar responden datangnya dari aparat, masyarakat, tokoh masyarakat
dan {tokoh lembaga formal. Perencanaan pembangunan desa dilakukan dalam
musyawarah dan disesuaikan dengan kemampuan masyarakat desa. Pelaksanaan
pemt~angunandesa disesuaikan dengan kebutuhan warga masyarakat. Manfaat
hasil pembangunan desa dirasakan manfaatnya oleh warga masyarakat.
Sebagian besar responden menyatakan jarang berpartisipasi dalam
pengiiwasan masyarakat baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun dalam
evaluasi hasil pembangunan. Responden yang berasal dari wilayah pertanian
relatif lebih sering berpartisipasi dalam pengawasan pembangunan desa
dibandingkan dengan masyarakat wilayah industrilperdagangan dan pariwisata.
Saluran komunikasi yang paling banyak dimanfaatkan untuk pengawasan adalah
disanipaikan melalui f o d r a p a t .
Respon aparat terhadap pengawasan masyarakat tentang cara memberikan
respon sebagian besar akan segera ditanggapi secara lisan dahulu disamping
ditanggapi setelah diadakan pengkajian. Program-program pembangunan yang
dikel~~hkan
masyarakat/tokoh masyarakat lima terbesar adalah: (1) pembangunan
jalan desa kurang merata, (2) bangunan sekolahlsarana pendidikan kurang
diperhatikan, (3) kurangnya sumberdaya manusia yang terampil, (4) sarana
ibadah, dan (5) sarana pendidikan agama kurang diperhatikan.
Tidak ada hubungan yang nyata antara pemanfaatan saluran komunikasi
pengawasan dengan respon a p t , kecuali dengan respon aparat tentang prioritas
penarlganan menurut persepsi tokoh masyarakat.
Partisipasi pengawasan masyarakat, tokoh masyarakat dan tokoh formal
dengm respon aparat secara keseluruhan tidak mempunyai hubungan yang nyata,
kecuali dengan cara aparat memberikan respon menurut persepsi tokoh formal dan
tokoh masyarakat.
Terdapat hubungan yang nyata antara pesan-pesan program pembangunan
dari masyarakat/tokoh dengan respon aparat terhadap cara memberikan respon
dan prioritas penanganan untuk wilayah industri dan pariwisata.
Kata Kunci: Komunikasi Pengavasan, Pembangunan Desa, Saluran pengawasan
rnasyarakat, Partisipasi, Respon aparat
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
SALURAN KOMUNIKASI PENGAWASAN MASYARAKAT
DAN RESPON APARAT PEMERINTAH DESA
DALAM BIDANG PEMBANGUNAN
DI KABUPATEN BOGOR
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah
dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyrdakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
S.4LURAN KOMUNIKASI PENGAWASAN MASYARAKAT
DANRESPON APARAT PEMERINTAH DESA
DALAM BIDANG PEMBANGUNAN
Dl KABUPATEN BOGOR
R.H. IBRAHIM ARIFIN
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sain pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
Judul Tesis
: Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat dan Respon
Aparat Pemerintah Desa &lam Bidang Pembangunan
di Kabupaten Bogor.
Nama
: R.H. Ibrahim Arifin
NRP
: 9847108
Program Studi
: Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP)
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Dr. k. Siafii k p k u ~ r a w i r a
Ketua
Ir. Hihivant;. M.S
Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan Pedes
w7
&.Ir. Aida Vitavala S. Hubeis
Tanggal Lulus : 5 April 2002
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Juni 1952 di Bekasi, menikah dengan
H. Suhanah pada tahun 1977, dikarunia 6 orang anak yaitu: Nila Inayati, Leni
Maelani Patimah, Rizal Mutaqin, Eli Halimah Tu'sadiah, Riki Zulkipli dan Egie
Ruldah.
Penulis lulus SMA Negeri I Bogor pada tahun 1970, memperoleh sajana
muth pada Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Bandung tahun 1977,
me~nperolehgelar Sarjana pada Universitas Lang-lang Buana Bandung pada
tahun 1989.
Mulai bekerja di kabupaten Bogor sejak tahun 1977, menjadi Camat
selama 14 tahun yaitu di kecamatan Kedung Halang, Parung, Cileungsi dan
Cib~nongdari tahun 1982 - 1996, Sekretaris Korpri Kabupaten Bogor, Kepala
Bagian Pemerintahan Desa, Kepala Dinas Pasar dan terakhir Kepala Sub Dinas
Pasw Kabupaten Bogor hingga sekarang.
Penulis mulai tercatat sebagai mahasiswa Program Pascasarjana Institut
Pertiinian Bogor (IPB) tahun ajaran 199811999 pada Program Studi Komunikasi
Pembangunan Pertanian dm Pedesaan.
PRAKATA
Segala puji dan rasa syukur penulis .panjatkan ke hadirat Allah SWT,
karena hanya dengan rahmat dan ridha-Nya penulis berhasil merarnpungkan tesis
ini yang menjadi syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi
Koml~nikasiPembangunan Pertanian dan Pedesaan, Program Pascasajana Institut
Pertanian Bogor.
Studi mengenai Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat dan Respon
Apamt Pemerintah Desa dalam Bidang Pembangunan di Kabupaten Bogor yang
p u l i s lakukan ini, dilatarbelakangi oleh perlunya upaya yang sungguh-sungguh
untuk mengembangkan pelaksanaan pembangunan desa secara terpadu dalam
memasuki era otonorni daerah.
Selesainya tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga
sepanitnyalah penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setiaggi
tingginya kepada Bapak Dr. Ir. Sjafri Mangkuprawira, Bapak Ir. Hadiyanto, MS
dan B a p k Ir. H. Amiruddin Saleh, M.S. sebagai komisi pembimbing yang telah
memberikan perhatian dan bimbingannya, bzik selama masa perkuliahan,
penelltian, maupun dalam penulisan tesis ini.
Dalam kesempatan ini, disampaikan pula terima kasih
kepada Ibu
Dr.Ir.Hj. Aida Vitayala S.Hubeis dan Bapzk Ir. H. Amiruddin Saleh, MS beserta
seluruh staf dan karyawan Program Studi Komunikasi Pembangunan, Program
Pasc83arjana Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih menyimpan banyak
kelemahan dan kekurangan, maka dengan segala keterbukaan menantikan saran
dan pandangan berbagai pihak bagi penyempurnaannya.
Semoga tesis ini memberi manfaat, khususnya memberikan andil untuk
merlingkatkan kinerja organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam
memasuki era otonomi daerah.
Bogor,
Penulis
April 2002
DAFTAR IS1
DAFTAR TABEL .......................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
xiii
I. I'ENDAHULUAN
I . l . Latar Belakang ................................................................................
1.2. Perumusan Masalah ...........................................................................
..
1.3. Tujuan Penellhan .............................. ........................... .....................
..
1.4. Kegunaan Penellhan ..........................................................................
11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemerintahan Desa dan Pembangunan ..........................................
2.2. Pengertian Komunikasi, Pengawasan dan
Komunikasi Pengawasan .......................................... ................. .
....................................... . ..........
:!.3. Ruang Lingkup Pengawasan
;!.4. Komunikasi Pengawasan Masyarakat ........................ .................
2.5. Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat &lam Bidang
Pemerintahan dan Pembangunan .......... ..........................................
1
3
4
5
7
15
18
18
22
111. FERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2'. 1. Kerangka Pemikiran .................... .................. . .. .. . . . . . .
.............. ...................... . . . .. . . . .........
3.2. Definisi Operasional
3.3. Hipotesis ................................................................................
24
27
28
IV.METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian .......................... ..................................... . .
4.2. Waktu clan Lokasi Penelitian .........................................................
4.3. Populasi dan Sampel ....................... ............... ................ . . ..........
4.4. Data dan Insbumentasi ........... ............................. . . . . ,. . . . .
4.5. Validitas dan Reliabilitas Instnunen ................................................
4.6. Analisis Data ........................................ .................. . ............ .
29
29
31
33
42
43
'
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5 1. Deskripsi Umum Wilayah Penelitian ..............................................
5 2 . Organisasi Pemerintah Kabupaten .................................................
5 3. Karakteristik Responden ................................................................
5 4 . Persepsi terhadap Pembangunan Desa ..........................................
5.5. Partisipasi Pengawasan Pembangunan ...........................................
5.6. Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan .............................
5.7. Respon Aparat terhadap Pengawasan Masyarakat .........................
5.8. Pesan-pesan Program Pembangunan dari Masyarakat dan Tokoh
Masyarakat ..................................................................................
5.9. Hubungan Pemanfaatan Saluran Komunikasi terhadap
Respon Aparat ...............................................................................
5.10. Hubungan antara Partisipasi Pengawasan dengan Respon Aparat...
5.1 1. Hubungan antara Pesan ProgramPembangunan dengan
Respon Aparat ...............................................................................
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ....................................................................................
6.2. Saran ..............................................................................................
44
49
51
55
59
64
72
77
80
84
87
90
91
DAFTAR TABEL
Tabel
Teks
Halaman
I. Perbandingan Undang-undang Nomor 5 tahun 1979 dan
Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 .............................................
:!. Nama-nama Kecamatan dan Jumlah DesaKelurahan
di Kabupaten Bogor .........................................................................
Distribusi Sampel Berdasarkan Wilayah ...........................................
Sampel Penelitian Aparat Desa, Tokoh Lembaga Formal
dan Tokoh Masyarakat .....................................................................
Deskripsi Wilayah dan Penduduk Kabupaten Bogor menurut
Wilayah Pengembangan ...............................................................
Deskripsi
Ketersediaan Sarana dan Prasarana Sosial di Kabupaten
ti.
Bogor menurut Wilayah Pengembangan...........................................
Distribusi Karakteristik Aparat Desa .................................................
Distribusi Karakteristik Tokoh Formal .............................................
Distribusi Karakteristik Tokoh Masyarakat .......................................
Persepsi Aparat Desa terhadap Pembangunan Desa .........................
Persepsi Tokoh Formal terhadap Pembangunan Desa .......................
Persepsi Tokoh Masyarakat terhadap Pembangunan Desa ................
Persepsi Responden terhadap Pembangunan Desa .......................
Partisipasi Pengawasan Pembangunan menurut persepsi Aparat
Desa
..............................................................................................
Partisipasi Pengawasan Pembangunan menurut persepsi Tokoh
Formal .............................................................................................
Partisipasi Pengawasan Pembangunan menurut persepsi Tokoh
Masyarakat ......................................................................................
Partisipasi Pengawasan Pembangunan menurut persepsi
Responden ........................................................................................
Pernanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan dalam
Pembangunan menurut Persepsi Aparat Desa ...............................
Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan dalam
Pembangunan menurut Persepsi Tokoh Formal ...........................
Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan dalam
Pembangunan menurut Persepsi Tokoh Masyarakat .....................
Persepsi Responden terhadap Pemanfaatan Saluran Komunikasi
Pengawasan dalam Pembangunan ....................................................
Respon Aparat terhadap Pengawasan Masyarakat Menurut Persepsi
Aparat Desa ......................................................................................
23. Respon Aparat terhadap Pengawasan Masyarakat Menurut Persepsi
...............................................................................
Tokoh Formal
Respon Aparat terhadap Pengawasan Masyarakat Menurut Persepsi
Tokoh Masyarakat ............................................................................
Persepsi Responden tentang Respon Aparat terhadap Pengawasan
Masyarakat .......................................................................................
Pesan-pesan Program Pembangunan menurut Persepsi Tokoh
Formal
.........................................................................................
Pesan-pesan Program Pembangunan menurut Persepsi Tokoh
Masyarakat .......................................................................................
Hubungan antara Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan
dengan Respon Aparat menurut Persepsi Aparat Desa ..................
Hubungan antara Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan
dengan Respon Aparat menurut Persepsi Tokoh Formal .................
Hubungan antara Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan
dengan Respon Aparat menurut Persepsi Tokoh Masyarakat ..........
Hubungan antara Partisipasi Pengawasan dengan Respon Aparat
menurut Persepsi Aparat Desa .........................................................
Hubungan antara Partisipasi Pengawasan dengan Respon Aparat
Menurut Persepsi Tokoh Formal .......................................................
Hubungan antara Partisipasi Pengawasan dengan Respon Aparat
Menurut Persepsi Tokoh Masvarakat ...............................................
Hubungan an&a Pesan progPembangunan dengan Respon
Aparat menurut Persepsi Tokoh Formal .........................................
Hubungan antara Pesan Program Pembangunan dengan Respon
Aparat menurut Persepsi Tokoh Masyarakat
...............................
DAFTAR GAMBAR
1.
Proses Pengawasan Masyarakat terhadap Kineja Pemerintah
Desa di Bidang Pembangunan ......................................................
26
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Teh
Halaman
1.
Peta Kabupaten Bogor .......................................................................
96
2.
Hasil Uji Coba Kuesioner...................................................................
97
3.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa ..............................
98
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam Undang-undang No. 511979 tentang Pemerintahan Desa, peran
Pemerintah sangat dominan dalam mengatur desa-desa diseragamkan secara
Nasilonal, yang berpeluang menghancurkan keanekaragaman, diantaranya
menghancurkan adat-istiadat sehingga masyarakat desa dalam melakukan
pembangunan desanya tergantung kepada Pemerintah.
Peran masyarakat dalam menentukan pembangunan desanya terlihat masih
kura11g. Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan kepada Kepala Desa tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Kondisi seperti ini terjadi, karena pembangunan
desa yang dilaksanakan itu bukan keinginan masyarakat secara umum.
Lahimya Undang-undang No. 2211999 tentang Pemerintahan Daerah
Sebagai Pengganti UU No. 511974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah
dan IJU No. 511979 tentang Pemerintahan Desa, dalam keterikatan keterangan
tersebut sangat jelas dominasi eksekutif di tingkat desa, sementara peran
masyarakat dikebiri, misalnya Kepala Desa sebagai penanggung jawab
pelaksanaan Pemerintahan dan pembangunan memiliki rangkapan jabatan yang
cukup banyak baik sebagai perencana, pelaksana dan juga sebagai pengawas,
karena adanya jabatan Kepala Desa secara ex-oficio menjadi ketua LMD dan
Ketua. Umum LKMD.
Dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 yang disebut Pemerintahan
Deerah adalah terdiri dari Kepala Desa dan perangkatnya bersama-sama dengan
Badart Petwakilan Desa yang merupakan parlemen atau badan legislatif di tingkat
Desa. Kedudukan Kepala Desa sejajar dengan Badan Perwakilan Desa dan
keduanya merupakan mitra keja. Badan Perwakdan Desa mempunyai fungsi
mengayomi adat istiadat, membuat Peraturan Desa, menampung dan menyalurkan
aspiriui masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Peme:rintahan Desa.
Terselenggaranya
pelaksanaan
Pemerintahan
Desa
di
bidang
pembangunan sangat terkait langsung dengan masyarakat, pengawasan
masyarakat memegang peranan yang sangat penting untuk terlaksananya kegiatan
pemerintahan, pembangunan.
Pengawasan masyarakat disampaikan secara
langsung, melalui media cetak dan media elektronik.
Kenyataan selama ini menunjukkan pengawasan masyarakat terhadap
Kepai!a Desa dan perangkatnya di bidang pembangunan meliputi :
1. Adanya pengaduan masyarakat di bidang pembangunan, diantaranya
penyalahgunaan wewenang oleh Kepala Desa.
2. K;xsus-kasus yang dilaporkan diantaranya penyimpangan pembangunan.
3. Kiarangnya disiplin
aparatur desa dalam melaksanakan tugas dan
ke.wajibannya.
4. Masalah pelayanan aparatur desa yang kurang baik terhadap pelaksanaan
pembangunan.
Kasus-kasudmasalah tersebut disampaikan dalam berbagai cara, yaitu
pengalduan langsung kepada perangkat atau pimpinan tingkat atasnya ada juga
melalui media cetak dan elektronik dan kadang-kadang dilakukan dengan
demorlstrasi.
Garnbaran masalah tersebut memperkuat bahwa masyarakat pada dasamya
menginginkan pelaksanaan pembangunan di desa bejalan dengan baik, dan
apabila melihat kurang baik kadang-kadang secara emosional melakukan kritik
dan kadang-kadang melalui cara-cara yang kurang baik.
Tujuan pengawasan masyarakat pada dasamya untuk memberikan koreksi
kepath kinej a aparatur desa. Pada dasarnya pengawasan masyarakat tidak lepas
dari proses komunikasi yang terdiri dari beberapa unsur, yaitu unsur komunikator
(mas:yarakat desa) yang menyampaikan pesan melalui saluran kepada komunikan
(aparat desa) dan efewreaksi komunikasi.
Dalam komunikasi pengawasan di tingkat desa yang menjadi komunikator
adalah pribadi atau kelompok masyarakat, yang dipakai pesan ialah kasus-kasus
pengaduan, saluran yang digunakan ialah media massa suratkabar, elektronik dan
pengaduan langsung.
Kajian penelitian ini dititikberatkan kepada saluran komunikasi yang
digunakan oleh masyarakat desa dalam pengawasan pelaksanaan di bidang
pembangunan clan pemerintahan yang &laksanakan oleh perangkat desa.
1.2. Perurnusan Masalah
Kelemahan pemerintahan desa pada masa yang lalu pada dasamya
disebabkan oleh (1) lemahnya kontrol masyarakat terhadap Kepala Desa,
(2) pwangkapan jabatan Kepala Desa, secara ex-officio sebagai Ketua Umum
LKMI) dan Ketua LMD dimana satu pihak sebagai pelaksana juga sebagai
perenc:ana dan sebagai pengawas serta (3) desa dianggap mempakan saluran
program pemerintah tingkat atas, kadang-kadang program tersebut tidak sesuai
dengan keinginan masyarakat.
Dengan adanya reformasi tejadi perubahan yang diharapkan mampu
meng:akomodasi tuntutan di kalangan masyarakat desa. Diharapkan pengawasan
komunikasi masyarakat mencerminkan hubungan timbal balik antara pemerintah
desa dan masyarakatnya, dan juga dituntut adanya partisipasi masyarakat dalam
pemt~angunan,baik mulai dari perencanaan, biayaldana pelaksanaan dan juga
pengiwasan.
Masyarakat memberikan respon terhadap pelaksanaan pembangunan dan
pemerintahan di desanya. Sedangkan perangkat desa dituntut untuk dapat
menangkap keinginan masyarakatnya, h a s memiliki kepekaan tentang kesulitan,
keluhan dan ketidakpuasan dari masyarakat terhadap kinerja pemerintah desa.
Berkaitan dengan ha1 tersebut, peneliti mencoba merumuskan pertanyaan
penel~~tian
sebagian berikut :
1. Btigaimana tanggapan masyarakat terhadap program-program pembangunan ?
2. Sanpai
seberapa jauh
partisipasi
masyarakat
dalam
pengawasan
pembangunan?
3. Saluran komunikasi pengawasan manakah yang paling efektif bagi masyarakat
dalam menyampaikan pesanlpengaduan di bidang pembangunan ?
4. Bagaimana respons Kepala Desa dan perangkatnya terhadap pesan yang
dirmnpaikan oleh masyakarat ?
1.3. Tujuan Peuelitian
Tujuan urnurn penelitian adalah untuk mengetahui sejauhrnana
pemanfaatan saluran komunikasi pengawasan masyarakat terhadap pelaksanaan
pembangunan desa di Kabupaten Bogor. Secara khusus tujuan penelltian ini
dapztt dinunuskan sebagai berikut :
I. lvlenganalisis pemahaman masyarakat tentang pengertian pembangunan desa.
2. Menganalisis partisipasi masyarakat dalam pengawasan
di
bidang
pembangunan mulai dari perencanaan sampai kepada pelaksanaan.
3. ldenganalisis saluran komunikasi yang digunakan oleh masyarakat terhadap
~elaksanaanpembangunan desa.
4. Menganalisis respons aparat desa (Kepala Desa dan perangkatnya) terhadap
pengawasan masyarakat di bidang pembangunan.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian pemanfaatan komunikasi pengawasan terhadap kineja
pemerintah desa, &lam bidang pembangunan dan pemerintahan di Kabupaten
Bogor diharapkan dapat memberikan kegunaan, antara lain:
1. Pengembangan teori komunikasi pembangunan dan pedesaan dalam
~r~enyelenggarakan
pembangunan serta pemanfaatan komunikasi pengawasan
masyarakat terhadap kinerja pemenntahan desa.
2. Bahan masukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dan Kepala
Desa sebagai bahan kajian dan pengembangan untuk menyempumakan dalam
proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan di bidang pembangunan dan
pemerintahan.
3. Memberikan masukan kepada aparatur pengawas tingkat Kabupaten untuk
di-jadikanbahan kajian dan untuk ditindak lanjuti.
4. IMasukan kepada peneliti selanjutnya, khususnya peneliti yang berkaitan
dengan komunikasi pengawasan masyarakat
11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemerintahan Desa dan Pembangunan Desa
Pemerintahan Desa menurut Undang-undang nomor 5 tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa terdiri dari Kepala Desa dan Lembaga Musyawarah Desa
(LMD).
Pemerintah Desa
adalah
pelaksana
kegiatan
dalam
rangka
penyelenggaraan pemerintahan yang berada di bawah Camat. Kepala Desa
berkedudukan sebagai alat Pemerintah Daerah dan alat Pemerintah Desa yang
memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Dalam penyelenggaraan tugas
dan Fungsinya Kepala Desa bertanggungjawab kepada Bupati~Walikotamelalui
dan memberikan keterangan dan pertanggungiawaban kepada Lembaga
Cam>%t
Musyawarah Desa (LMD).
LMD sebagai wadah musyawarah pemuka-pemuka masyarakat yang
mempunyai tugas untuk menyalurkan pendapat masyarakat Desa dengan
musyawarah/mufakat dalam rangka penyusunan Keputusan Desa. Ketua LMD
dijab:xt oleh Kepala Desa, Sekretaris Desa menjabat sebagai Sekretaris LMD dan
Kepala Dusun menjabat sebagai anggota LMD (Anonim, 1982)
Di desa dan kelurahan dibentuk LKMD yang mempunyai fungs~antara
lain :
1. Sebagai
wadah
partisipasi
masyarakat dalam
merencanakan
dan
melaksanakan pembangunan.
2. Menggali, mernanfaatkan potensi dan menggerakkan swadaya, gotongroyong
rr~asyarakatuntuk pembangunan.
3.
Sebagai sarana komunikasi antara pemerintah dan rnasyarakat serta warga
masyarakat itu sendiri.
Kepala DesaJLurah duduk sebagai ketua umum Lembaga Ketahanan
Masyarakat Desa (LKMD) dimaksudkan untuk terpeliharanya hubungan antara
Kepala Desallurah sehingga terpelihara kestabilan DesaKelurahan.
Menurut undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah dimana Pemerintahan Desa terdiri dari: Pemerintahan Desa dan Badan
Perwakilan Desa. Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan perangkat Desa.
Kepida desa mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :
a.
Memimpin penyelenggaraan pernerintahan desa,
b.
Membina kehidupan masyarakat desa,
c.
Membina perekonomian desa,
d.
Memelihara ketentraman dan ketertiban,
e.
Mendamaikan penelisihan masyarakat di desa, serta
f.
Mewakili desanya di dalam dan di luar.
Berdasarkan Undang Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah, Kepala desa sebagai pimpinan pemerintah desa mengemban tugas dan
kewajiban yang cukup berat dm bertanggung jawab kepada rakyat melalui Badan
Perwakilan Desa (BPD).
Kedudukan Badan Perwakilan Desa sejajar dengan
Kepala Desa dan merupakan mitra pemerintah desa, yang mempunyai tugas
mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan
aspinisi masyarakat serta
Pemerintahan Desa
melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) dipilih dari dan oleh penduduk
desa yang memenuhi persyaratan. Pimpinan Badan Perwakilan Desa dipilih dari
dan toleh anggota. Badan Perwakilan Desa bersama-sama dengan Kepala Desa
mew:tapkan Peraturan Desa.
Pada dasarnya ha1 tersebut memberikan akses partisipasi pa& rakyat,
melalui mekanisme perwakilan. Hal ini sangat positif bagi rakyat sebab rakyat
dapal
mengembangkan demokrasi secara sehat, mempakan proses institusi
demclkrasi di desa dan memunglankan rakyat untuk melakukan kontrol terhadap
gerak langkah eksekutif desa, arus ini menjadi tekanan balik bagi eksekutif desa,
yang selama ini sudah terbiasa sebagai penguasa desa.
Tabel. 1. Perbandingan Undang-undang Nomor 5 tahun 1979
dan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999
2.
Sekntaris desa
Perangkat desa tediri dari :
1. Unsur staf
2. Unsurpelaksann
Paling lama 10 tahun atau 2 kali
Pembangunan desa adalah seluruh proses kegiatan pembangunan yang
berlangsung di desakelurahan dan m e ~ p a k a nbagian talc terpisahkan dari
pembangunan nasional yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan
masyarakat dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong
royolig (Depdagri, 1996). Keterlibatan masyarakat secara langsung pada setiap
tahapan pembangunan di desa mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan
peng;awasan serta tindaklanjut pembangunan, merupakan salah satu kunci
kebellnasilan pembangunan itu sendiri.
Pengertian Pembangunan desa, dimulai dari tahap perencanaan yaitu
pembangunan fisik
dan pembangunan non-fisik, peneliti
akan mengamati
kegiatan pengawasan masyarakat dalam bidang pembangunan fisik saja, yaitu
pembangunan sarana transportasi, pengairan dan pembangunan sarana pendidikan,
keagamaan yang dibiayai dari swadaya masyarakat melalui Anggaran Pendapatan
dan Elelanja Desa dan bantuan dari Pemerintah atasnya.
Pemerintah desa dalam menyusun dan melaksanakan pembangunan di
bantu oleh Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) yang mempunyai
tugas pokok menggerakkan dan meningkatkan prakarsa dan partisipasi
masylrakat untuk melaksanakan pembangunan secara terpadu baik yang berasal
dari berbagai kegiatan pemerintah maupun swadaya masyarakat.
Hasil musyawarah dengan masyarakat tentang rencana pembangunan,
disusun sesuai dengan skala prioritas dan kemampuan masyarakat desa nantinya
dituangkan dalam putusan desa. Bagi proyek yang tidak mampu dibiayai oleh
desa, maka diajukan kepada pemerintah atasnya, melalui diskusi Unit Daerah
Keja Pembangunan (UDKP) dan temu karya LKMD Tingkat Kecamatan dan
selanjutnya diajukan ke Rakorbang tingkat I1 dan tingkat I.
Dalam menyusun rencana pembangunan diperlukan kesepakatan bersama
tentang apa yang perlu diperbaiki atau dibangun, kemudian disusun rencana
kegiiitannya. Rencana pembangunan tersebut hams berisikan keterangan yang
dapat menjawab persoalan antara lain :
1. ,\pa tujuan yang diinginkan ?
2. ,\pa kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan ?
3. ICapan kegiatan dilaksanakan ?
4. 9iapa pelaksana dan penanggungjawabnya ?
5. Berapa dan darimana asal sumber dana yang diperlukan ?
IIasil yang diperoleh dari musyawarah pembangunan desa adalah (a) rencana
pemt~angunanyang dibiayai swadaya masyarakat, (b) rencana pembangunan dari
banturan pemerintah, (c) rencana pembangunan swadaya dan program pemerintah,
serta (d) rencana pembangunan yang diusulkan.
Di tingkat desa setiap tahun dilaksanakan musyawarah pembangunan desa,
yang berperan adalah pengurus LKMD dan Kepala desa dan diundang hadir
adalah Camat, Kepala seksi PMD, Dinashstansi tingkat kecamatan, Pengurus
BPD, Tokoh masyarakat, Kepala seksi pembangunan desa, RT/RW. Dalam
musy:iwarah disusun Rencana Pembangunan Tahunan Desa (RPTD) dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD).
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa adalah rencana
pemb(mgunan yang disusun masyarakat untuk jangka waktu pelaksanaan cukup
panjang antara 3 sampai 5 tahun, disesuaikan dengan kemampuan masyarakat
&lam menyediakan dananya, maksud pnyusunan RPJMD adalah : (1) agar desa
mempunyai rencana induk, (2) RPJMD berkaitan dengan RPJMK
dan
pembirngunan lima tahun daerah, serta (3) akan mudah dan terarah dalam RPTD
(lampnran 3).
Untuk
menyusun
konsep
RPJMD,
masing-masing
bidang
mempergunakan formulir Usulan Rencana Pembangunan Tahunan Desa (RPTD)
sebagaimana disajikan &lam lampiran 3. Perencanaan yang telah disyahkan oleh
BPD, dan telah dimusyawarahkan di tingkat kecamatan melalui diskusi Unit
Daerah Keja Pembangunan dan Temu Karya LKMD, maka pembangunan desa
yang: dibiayai oleh masyarakat dapat dilaksanakan oleh kepala desa dan
perangkatnya dan dibantu oleh LKMD dan Kepala urusan pembangunan desa.
Pengawasan masyarakat yang dilakukan oleh BPD terhadap pelaksanaan
pembangunan yang dilaksmakan oleh kepala desa dan perangkatnya biasanya
dilakukan secara formal di antaranya melalui, meminta pertanggungjawaban
Kepala desa dan meminta keterangan kepada P e m e ~ t a hDesa.
Kepala desa berhenti atau dapat diberhentikan atas usul BPD karena di
antaranya adalah :
1. 'Tidak lagi memenuhi syarat danlatau melanggar sumpah/janj~.
2. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan perundang-
ilndangan yang berlaku danlatau norma yang hidup dan berkembang dalarn
rnasyarakat desa.
3. Idengalami krisis kepercayaan publik yang luas akibat kasus yang melibatkan
pertanggungjawabannya.
4. 1)itolak pertanggungjawabannya oleh BPD sebanyak dua kali sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Pengawasan masyarakat Non BPD terhadap kepala desa dan perangkatnya
dalani pembangunan dm biasanya ada pengaduan langsung kepada kepala desa
atau perangkatnya dan juga pengaduan tertulis, serta pengaduan melalui media
suraitkabar pada umumnya dilakukan secara bertahap.
Biasanya apabila pengaduan langsung masyarakat tidak direspons oleh
kepala desa, mereka menulis surat pada Kepala desa atau atasan langsungnya dan
apabila masih tidak diperhatikan juga bam disampaikan melalui suratkabar. Jika
maslh tidak diperhatikan, biasanya dilakukan demo oleh warga masyarakat.
Untuk itulah maka media-media komunikasi pengawasan masyarakat yang
diduga mampu memberikan kontribusi terhadap kinej a pernerintahan di tingkat
desa perlu di amati, dipahami, dikembangkan dan diteliti sehingga dapat dilihat
mana yang lebih besar kontribusinya pada kinerja pemerintahan desa.
Pengertian Perfrmnce atau kineja menurut Prawirosentono (1999)
adaliih hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
dalrun suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungiawab masingmasing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara
legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Menurut Depari (1995) faktor-faktor utama dalam pendekatan-pendekatan
kom~mikasi untuk pembangunan desa &pat digambarkan sebagai berikut;
Pertama
Kelompok-kelompok
(leadmg
group),
yang
meningkatkan
peml)angunan dan pemrakarsa komunikasi (a) Para profesional, dan (b) Kaderkader partai politik. Kedua masyarakat desa sebagai pemetik manfaat
pemt)angunan desa (a) Kelompok-kelompok keluarga yang berpengaruh dan (b)
Lemlmga-lembaga formal di daerah pedesaan.
ICemunculan kasus pengawasan masyarakat mempakan bentuk komunikasi
dua acrah dalam proses pembangunan, yang mencerminkan partisipasi aktif warga
masyarakat dalam pembangunan, yang menjadi umpanbalik bagi pemerintah
untuk: mengevaluasi, mengoreksi dan mengembangkan, meningkatkan kualitas
kineria aparat untuk menuju ke arah yang lebih baik terhadap penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan yaitu :
1. Pengamatan akhf warga masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan
pemerintahan yang dilaksanakan oleh aparat desa. Masyaralcat selalu
mengawasi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan pembangunan di
de:sanya. Karena ketidaksenangan dari anggota masyarakat akan men?unculkan
perasaan opini masyarakat yang tidak puas terhadap aktivitas pemerintahan
dan pembangunan. Misalnya telah tejadinya
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
penyalahgunaan wewenang,
0,
proyek pembangunan
yang tidak
selesai, dalam pelaksanaan pembangunan tidak transparan, adanya
penyimpangan dalam pelaksanaan proyek pembangunan fisik seperti
pembangunan jalan, jembatan, dan sebagainya.
2. ~e:rasaantidak senang masyarakat terhadap kasus-kasus tersebut dapat
m~lncul kepermukaan. Perasaan tidak senang tersebut baik secara individu
atau kelompok dapat diekspresikan dalam bentuk pengawasan masyarakat.
Kasus pengawasan masyarakat dapat diadukan langsung dengan mendatangi
perangkat desa, baik secara formal maupun dalam bentuk pertemuanpertemuan secara tatapmuka atau juga dengan unjukrasa atas ketidakpuasan
kir~eja pemngkat desa. Pengaduan dapat pula dilakukan melalui surat
pengaduan tidak langsung dan swat pengaduan dan suratkabar.
Untuk selanjutnya bagaimana pen&maan dan respons pengawasan oleh
pemerintah desa? dan bagaimana tindak lanjutnya? atau langkah-langkah apa saja
yang dilakukan untuk merespons pengaduan masyarakat tersebut? perlu dipelajari
dan dicarikan solusinya. Apabila perangkat desa tidak merespons, maka
pengawasan masyarakat akan berlanjut dan tidak menutup kemunglunan akan
timbul pengerahan massa yang lebih besar. Apabila masyarakat merasa puas,
maka proses komunikasi pengawasan masyarakat tersebut dianggap selesai.
Sebdiknya apabila masyarakat merasa tidak puas, maka komunikasi akan
berlr~njut dan warga akan terus mengajukan pengaduan sampai keinginannya
tercapai.
.
2.2. Pengertian Komunikasi, Pengawasan dan Komunikasi Pengawasan
Pada dasarnya manusia tidak hidup sendirian, manusia adalah sebagai
mahxuk sosial yang hidup bermasyarakat, semakin besar suatu masyarakat,
semakin banyak manusia yang dicakup dan cenderung semakin banyak masalah
yang tirnbul akibat adanya perbedaan pendapat di antara manusia baik mengenai
pikiran, perasaan, tujuan dan keinginan maupun aspirasinya.
Menurut Depari (1995) dalam kehidupan manusia, akan terjadi interaksi
anku individu, kelompok dan d i n g mempengaruhi demi untuk kepentingan dan
keuntungannya. Komunikasi terjadi apabila adanya penyampaian pesan oleh
kom~lnikator kepada komunikan, isi pesan ialah pikiran atau perasaan
kom~lnikator yang ditujukan kepada komunikan. Hal penting selain unsur
komllnikator dan komunikan yang berpengaruh dalam berkomunikasi adalah
peslu~yang terdiri dari bentuk verbal (lisan atau tertulis) dan bentuk non verbal
(tanpa kata). Berikutnya adalah d u r a n yang bisa berupa media yang dilalui pesan
sepe~tisuratkabar dan media elektromk, seperti Radio dan TV. Seseorang &pat
dan akan menerima pesan menurut Efendi (1993) jika terdapat empat kondisi
yaitu
a. Ia dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi.
b. Piida saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu sesuai
dcngan tujuannya.
c. Pi~da saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu
krsangkutan dengan kepentingan pribadinya.
d. Ia mampu untuk me~epatinyabaik secara mental maupun secara fisik.
Pengawasan menurut McFarland (Handayaningrat, 1981) ialah suatu
proses dimam pimpinan ingin mengetahui apabila hasil pelaksanaan pekerjaan
yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan atas
kebijaksanaan yang
telah
ditentukan,
artinya
melalui
suatu
proses
membandingkan antara rencana dengan yang dilaksanakan diperoleh suatu
pengetahuan dalam informasi dari tujuan yang dkehendaki. Hal ini memberikan
suatu konotasi bahwa suatu komunikasi perlu dilakukan agar yang dikehendaki
dapat diketahui bagaimana perkembangannya. Demikian pula dengan dampak
yang ditimbulkannya hanya dapat diketahui melalui proses atau bentuk
komunikasi pengawasan, sehingga memperoleh informasi tentang adanya
penyirnpangan.
Dengan pengawasan diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi dapat ditekan, sehingga kemungkman timbulnya kerugian yang besar &pat
dihilangkan atau diperkecil. Ada beberapa metode pengawasan, pertama
pengawasan langsung, yaitu pimpinan instansi melakukan pemeriksaan langsung
pada lempat pelaksanaan pekerjaan, pengawasan' ini disebut Built in Control.
Kedm pengawasan tidak langsung di mana pimpinan instansi melakukan
pengawasan melalui laporan yang masuk, pengawasan tidak langsung dapat
segera mengetahui kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan
Disamping itu d i k e d pula, pengawasan formal ialah pengawasan yang dilakukan
oleh aparat pengawasan dan pengawasan informal yaitu pengawasan yang
dilakrukan oleh pimpinan melalui kunjungan tidak resmi, hal ini untuk
men,&ndarkan kekakuan hubungan atasan dan bawahan (Nawawi, 1989).
Dengan demikian pengawaS&me~pakan segala usaha, kegiatan atau
tindakan untuk mengetahui dan menilai pelaksanaan tugas atau kegiatan agar
berjdan samadengan rencana yang telah ditetapkan. Adanya suatu proses
perbandingan antara rencana dan pelaksanaan, maka suatu pengawasan sering
diset~utsebagai suatu bagian dari kegiatan manajemen. Hal ini disebut demikian,
karena dalam suatu proses manajemen yang lengkap dilaksanakan suatu fungsifungi manajemen antara lain menurut G.R.Terry (Panglaikim dan Tanzil, 1960)
meliputi empat fungsi yaitu Planning, Organizing, Actuiting and Controling.
Menurut Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (1992) dalam
pengawasan pelaksanaan pemerintahan d i k e d ada empat macam pengawasan
berdiisarkan subyeknya yaitu sebagai berikut :
a. Pengawasan melekat, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung
terhadap bawahan dalam suatu kerja yang dipimpinnya.
b. Pengawasan fungsiod, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat yang
tt~gaspokoknya melakukan fungsi pengawasan, seperti Inspektorat Jenderal,
BPKP serta Deputi-Deputi.
c. Pengawasan legislatif, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh lembaga
.
.
Pserwakilan Rakyat.
d. Pengawasan masyarakat yaitu pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat,
b;xik secara langsung atau tidak langsung melalui media massa.
23.
Ruang lingkup Pengawasan
Menurut Nawawi (1989) pengawasan merupakan salah satu fungsi
mansjemen yang tidak dapat dilepaskan dari faktor manusia, karena yang
melakukan pemantauan, pemeriksaan clan evaluasi atau yang mengawasi dan yang
diawlsi adalah manusia.
Selanjutnya, bila berpatokan pada Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nom(or 116 tahun 1981 tentang Pengawasan Melekat adalah sebagai berikut :
a. Pengawasan m e ~ p a k a nproses berlanjut, yaitu dilaksanakan secara terus
menerus,
sehingga
dapat
memperoleh
hasil
pengawasan
yang
bt:rkesinarnbungan.
b. Pengawasan tidak mencari-cari kesalahan, apabila ditemukan kesalahan,
penyimpangan dan hambatan supaya dilaporkan sebab-sebab dan kejadiannya.
c. P1:ngawasan harus menjamin adanya kemunglanan pengambilan koreksi yang
cepat dan tepat.
2.4.
Komunikasi Pengawasan Masyarakat.
Pengertian komunikasi menurut Muhamad (2000) adalah pertukaran pesan
verbal maupun non-verbal antara sipengirim dengan sipenerima pesan untuk
mengubah tingkah laku. Artinya dalam komunikasi tejadi proses di rnana suatu
ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih agar tingkahlakunya
bisa berubah. Dengan demikian pada dasarnya komunikasi dapat berlangsung
setiap saat, di mana saja dan kapan saja, karena sejak lahir manusia sudah
meng,adakan hubungan dengan kelompok masyarakat di sekelilingnya.
Shannon dan Weaver (Cangara, 1998) mendefinisikan komunikasi adalah
bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh dan mempengaruhi satu sama
lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Berlo (1960) membuat formulasi yabg lebih
sederhana, yang
dikenal dengan nama SMCR, yakni
Source
(Pengirim),
Message (Pesan), Channel (Saluran/media) dan Receiver (Penerima). Hal tersebut
dikenlbangkan oleh Osgood (Cangara, 1998) dengan menambahkan unsur efek
dan tunpan balik (Feedback) sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi
yang sempuma.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat diketahui, bahwa apabila
diterapkan dalam pengawasan pemerintahan, maka diperoleh pengertian seperti
yang diungkapkan oleh LAN-RI tersebut di atas. Di mana dikatakan bahwa dalam
pengawasan pelaksanaan pemerintahan dikenal pengawasan masyarakat, yaitu
pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat baik secara langsung maupun tidak
langs~mgmelalui media massa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam
pengacwasan masyarakat terkandung unsur-unsur komunikasi yaitu :
1. K o m m h t o r yaitu individuflrelompok masyarakat.
2. Plesan, yaitu pengaduan masyarakat tentang pelaksanaan pemerintahan dan
p:mbangunan oleh kepala desa dan pemgkatnya.
3. Media, yaitu alat yang digunakan untuk menghubungkan antara surnber dan
pznerima yang sifatnya terbuka.
4. I'enerima,
yaitu aparat desalpemerintah desa yang menjadi sasaran
pengaduan.
Komunikasi pengawasan masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat di
n e g m yang sedang berkembang pada umurnnya mengalami banyak kendala,
temt;ma karena faktor pendidlkau, pengalaman dan kemampuan masyarakat dan
aparaturnya yang rendah, mungkin sistem politiknya yang tertutup (Otoriter).
Demikian pula yang bersifat pengaduan-pengaduan masyarakat baik bempa
temuan-temuan, keluhan-keluhan atau ketidakpuasan masyarakat kepada
pemc:rintah/ pemerintah desa yang berhubungan dengan pelaksanaan kinerja
aparat
desa dalam pelayanan kepada masyarakat di bidang pembangunan, jarang
atau relatif sedikit dari temuan tersebut dapat segera diperbaiki. Sujanto (1994)
mengpngkapkan bahwa ha1 ini selain karena faktor-faktor rendahnya kualitas dari
masyarakat serta aparatumya, juga karena rendahnya dorongan atau dasar
motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu. Penelitian Alamsyah (1998)
mengatakan bahwa peranan pengawasan masyarakat sebagai umpanbalik proses
pemt~angunanakan ditentukan antara lain oleh keterkaitan pesan pengawasan
tersebut dengan program dan lingkup pembangunan yang berlangsung.
Beberapa pengertian di atas mengisyaratkan bahwa
"
Sunhi'' dapat
digurlakan untuk membedakan antara pengawasan masyarakat atau bukan. Sanksi
masyarakat adalah "Moral " sedangkan individu adalah " denda atau hukuman " .
Oleh karena itu bila pengawasan tidak " digubris " atau tidak d i p e r h a w maka
secara sistematis moral masyarakat mengecamnya baik berupa ketidakpercayaan
atau pemberontakan. Namun Roucek (dalam Susanto 1989) mengatakan bahwa
pengiiwasan oleh individu terhadap sesamanya pun termasuk dalarn kategori
penrawasan masyarakat atau sosial yang terjadi dalam tiga bentuk, yaitu:
(1) Kelompok terhadap kelompok lain ;(2) Kelompok terhadap kelompok sendiri;
(3) lndividu terhadap sesamanya. Hal tersebut terjadi manakala seseorang atau
suatu kelompok dipengaruIu atau dipaksa untuk bertindak sesuai keinginan orang
atau kelompok lain, tanpa menghiraukan sesuai tidaknya perilaku yang
dianj~urkan,dengan kepentingan individu atau kepentingan kelompok yang ingin
diub;h perilakunya.
Berdasarkan uraian tersebut dapatlah kita simpulkan bahura suatu
pengawasan sosial atau masyarakat terjadi begitu kuat melalui komunikasi.
Temyata komunikasi dari kelompok mayoritaslah yang biasanya dapat
memberikan pengaruhnya, walaupun kadangkala atau suara mayoritas melalui
sikap toleran dan konfomitas terhadap tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok
minc~ritas.
Sejak awal berdirinya Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 dan
sejak: lahimya UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 masyankat Indonesia
sebeilamya telah mengenal secara formal pengendalian masyarakat melalui
H k u n Formal disamping pengawasan sosial. Bahkan melalui lembaga-lembaga
adat dan lembaga-lembaga agama, pengendalian masyarakat itu sejak berabadabad telah berlaku. Hal tersebut dimaksudkan bahwa "Norma
ukur yang bersifat
"
"
sebagai tolok
ajeg " atau tetap akan senantiasa menjadi surnber dan dasar
pengembangan anggota masyarakat, sehingga yang terjadi adalah adanya upaya
anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku. Hal
tersebut senada dengan apa yang dikatakan oleh Cohen (dalam Susantol989)
bahwa inti pengawasan sosial adalah pengembangan (kemampuan) anggota
masyarakat u
n
k menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku.
2.5.
Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat dalam Bidang
Pembangunan.
Media atau saluran komunikasi adalah medium atau pembawa pesan, yang
mana pesan tersebut disampaikan dari sumber kqpada penerima, misalnya kalau
orang; berbicara, medianya adalah udara, menyampaikan pesan secara tertulis
..~~
mediimya bisa bempa papan tulis, folder, buku, diktat, swat menyurat dan
sebag,ainya.
Rogers (Leta, 1996) membagi saluran komunikasi menjadi : (1) Saluran
interpersonal dan media massa,
(2) Saluran lokal atau saluran kosmopolit.
Salman interpersonal adalah saluran yang melibatkan pertemuan tatapmuka
(sumlxr pesan dan penerima) antara dua orang atau Iebih. Misalnya rapat,
pertelnuan kelompok, percakapan langsung, pembicaraan dari mulut ke mulut,
getok tular dan sebagainya. Sedangkan pesan yang memungkinkan sumber
'
mencapai suatu audjens dalam jumlah besar, yang dapat menembus batas waktu
dan ruang misalnya radio, video, film suratkabar, buku dan sebagainya. Saluran
interpersonal dapat bersifat kosmopolit yakni jika
s u m k di dalam atau di luar sistem.
menghubungkan dengan
Misalnya, seorang anggota sistem
mengadakan pej a l d p e r g i ke luar daerah untuk menjumpai sumber informasi,
atau ada orang dari luar sistem yang berkunjung ke dalam sistem sosial dan
mengadakan pertemuan dengan anggota sistem untuk menyampaikan infkomasi.
Sedarngkan saluran antar pribadi bersifat lokalit jika kontak-kontak langsung itu
sebatas daerah atau sistem sosial itu saja, sebaliknya saluran media massa dapat
dipastikan bersifat kosmopolit.
Apabila disimak lebih jauh media di atas pada dasarnya adalah suatu
medi~a di mana komunikasi baik sektoral maupun vertikal dapat terjadi di &lam
masyarakat, namun ha1 tersebut bukan berarti komunikasi pengawasan masyarakat
dapat dilaksanakan oleh media seperti di atas. Karena media komunikasi
pengawasan masyarakat bersifat
"
melahcsanakan program-prop,
ke atas " atau kontrol kepada pemerintah yang
agar program tersebut sesuai aspirasi
masyarakat. Namun untuk dapat melakukan pengawasan yang baik tentunya
hams dipahami terlebih dahulu apa yang menjadi sasaran atau program yang harus
dike~jakanatau dilaksanakan. Apabila berasumsi bahwa penyusunan program
sesuiti dengan aspirasi masyarakat, maka pengawasannya pun lebih mudah
dilaksanakan. Artinya setiap saat masyarakat dapat merasakan bagaimana
progam tersebut dilaksanakan.
Pengaduan masyarakat adalah temuan-temuan, keluhan-keluhan atau
ketidak puasan masyarakat kepada pemerintah/pemerintah desa yang berhubungan
dengan pelaksanaan tugas dan kinej a aparat desa dalam melaksanakan tugas di
bidat~gpemerintahan dan pembangunan. Pada umumnya pengaduan masyarakat
tersebut
meliputi : pungutan liar, penyalahgunaan wewenang, masalah
pertanahan, indisipliner dan tindakan amoral, penyimpangan pembangunan serta
pelayanan.
m. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Pemikiran
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik mengisyaratkan bahwa
pem'berdayaan masyarakat adalah tujuan akhit yang harus ditumbuhkembangkan.
Hal ini sejalan dengan semangat baru dalam kehidupan pemerintahan pasca era
birokrasi di mana pemerintahan bukan lagi bersifat "rowing" (mengayuh), akan
tetapi menjadi bersifat "steering" (mengendalikan). Artinya, peran pemerintah
dala~n bidang pembangunan
akan semakin sedikit dan hanya bersifat
mengendalikan apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan masyarakat. Hal
tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor
Pem~xintahan Daerah, di mana
22 tahun 1999 tentang
daerah diberikan keleluasaan untuk
menyelenggarakan pemerintahan maupun pembangunan yang semakin has.
Aspirasi bersumber dari bawah (Stakeholder) adalah landasan tujuan yang
h
r difasilitasi oleh pemerintah desa, untuk itu pemanfaatan komunikasi
pengawasan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan merupakan
prasyarat mutlak yang dibutuhkan dalam tata wahana demokrasi yang transparan,
sehingga kajian terhadap substansi
media akan semakin penting dan harus
diperhitungkan tingkat rasionalitasnya agar partisipasi masyarakat dalam
melakukan pengawasan pembangunan terselenggara dengan lancar, efektif dan
efisiea.
Dafam pelaksanaan pembangunan desa, masyarakat akan melaksanakan
penginwan secara formaVkelembagaan oleh Badan Perwakilan Desa dan oleh
masyarakat itu sendiri di luar BPD @on BPD), pengawasan yang dilakukan oleh
Non BPD ditujukan pada perangkat desa dan juga kepada BPD. Pengawasan yang
ditujukan kepada perangkat desa itu menyangkut pelaksanaan tugas pokoknya
dalarn menyelenggarakan rumahtangga desa, urusan pemerintahan mum,
pemtmgunan desa dan pembinaan kemasyarakatan serta menjalankan tugas
pemtrantuan dari pemerintah, baik dari Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah
KabupatenIKota