INDEKS ABSTRAK JURNAL VOL. 13 NO 2 TAHUN 2014

INDEKS ABSTRAK JURNAL VOL. 13 NO 2 TAHUN 2014

INDONESIA INGGRIS

1. Dakwah Peka Kultur ala Aipon Asso: Potret Keberislaman Pegunungan Tengah Papua

Abu Muslim

Peneliti Balai Litbang Agama Makassar Email: [email protected]

Diterima redaksi tanggal 26 Agustus 2014, diseleksi 4 November 2014, dan direvisi 8 Desember 2014 Penelitian ini adalah penelitian biograi

This is a biographical study of Islamic tokoh agama Islam dengan pendekatan religious leaders. It utilizes a descriptive kualitatif deskriptif. Riset ini menghendaki

qualitative approach. This paper reviews penelusuran riwayat hidup tokoh agama

religious patterns in Papua by focusing Islam di Papua dengan mereview pola on the characteristics and role of religious keagamaan yang diemban dengan menitikberatkan pada karakteristik dan leaders in society. Speciically, this study

peran tokoh agama tersebut dalam focuses on the biography of religious igure masyarakat. Penelitian dilakukan di Papua

and Islamic ighter: Aipon Asso. He was dengan menfokuskan penulisan biograi

a very industrious Chieftain in terms of seorang Tokoh Agama/Pejuang Islam Papua

spreading Islam in Papua, speciically in bernama Aipon Asso seorang Kepala Suku

the village of Walesi, located in Jayawijaya yang sangat getol memperjuangkan Islam

regency. Although he did not have many di tanah Papua, tepatnya di Desa Walesi educational qualiications, he was a key

Kabupaten Jayawijaya yang meskipun tidak mempunyai kesempatan menempuh

igure in the ight against the OPM. His pendidikan mumpuni adalah sosok pejuang

religion was central to his ight. Through yang dalam penerimaan keislamannya his political activities, Aipon Asso became

ditempuh dengan terlebih dahulu

a role model for citizens. As a Muslim, berperang melawan OPM. Aipon Asso

he became a patron and example for the menjadi panutan bagi warganya sehingga

people to embrace Islam. In short, the pernyataan keislamannya menjadi patron

pattern of islamization in this case was top bagi rakyatnya untuk turut serta menganut

down. Simply put, people’s religious belief Islam. Hal ini mencerminkan pola in Walesi was strongly inluenced by the

keberislaman top down, di mana anutan keagamaan masyarakat (Walesi) sangat decisions of their leaders in selecting and dipengaruhi oleh keputusan pimpinannya

struggling for his religious beliefs. (Kepala Suku Besar) dalam memilih dan

Keywords: Walesi, Aipon Asso, Islam and memperjuangkan keyakinan beragama.

Papua

Kata Kunci: Walesi, Aipon Asso, Islam dan Papua

HARMONI September - Desember 2014 HARMONI September - Desember 2014

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 3

2. Merawat Tradisi Membangun Harmoni: Tinjauan Sosiologis Tradisi Haul dan Sedekah Bumi di Gresik

Mustolehudin

Peneliti Balai Litbang Agama Semarang Email : [email protected] Diterima redaksi tanggal 17 Oktober 2014, diseleksi 4 November 2014, dan direvisi 8 Desember 2014

Sejarah sosial keagamaan di Gresik memiliki corak yang menarik untuk diamati. Proses islamisasi yang dilakukan para wali memberi warna tersendiri terhadap budaya sebelumnya yang merupakan peninggalan kepercayaan Hindu-Budha. Tradisi yang tumbuh dan berkembang sampai saat ini adalah haul dan sedekah bumi. Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana konstruksi sosial tradisi haul dan sedekah bumi membentuk kerukunan umat beragama di Kabupaten Gresik. Penelitian kualitatif dengan teknik wawancara mendalam, observasi, dan penelusuran literatur menemukan bahwa tradisi haul dan sedekah bumi menjadi salah satu media perekat sosial bagi masyarakat. Tradisi haul yang dilakukan sebagian besar masyarakat wilayah pesisir Gresik cenderung bercorak keislaman. Sedangkan tradisi sedekah bumi yang sebagian besar dipraktikkan masyarakat Gresik bagian selatan, cenderung bercirikan Islam kejawen.

Kata Kunci : Tradisi Lokal, Haul, Sedekah Bumi, Gresik.

There are interesting patterns in Gresik’s religious social history in Gresik. Due to the existence and inheritance of Hindu- Buddhist beliefs prior to the process of Islamization undertaken by the Wali Songo, Islam in Gresik has its own unique color. The Hindu-Buddhist traditions were maintained and developed, including the tradition of Sedekah Bumi. This study seeks to understand how the social construction of the Sedekah Bumi tradition has shaped religious harmony in Gresik. Using qualitative data from in-depth interviews, observation, and an investigation of the literature, this article inds that the Sedekah Bumi tradition has become one of the ways to cultivate social cohesiveness in the community. This study also inds that the Sekedah Bumi tradition practiced by the those in the coastal areas tend to have an Islamic character. In contrast, the practices in the Southtend to have a Kejawen Islamic character.

Keywords: Local Tradition, Haul and Earth Alms, Gresik.

182 ISSN 1412-663X

3. Pencarian Otentisitas Diri Komunitas Muallaf di Kabupaten Sorong Papua Barat

Munawir Haris

Dosen Syariah STAIN Sorong Papua Barat Email: [email protected] Diterima redaksi tanggal 05 September 2014, diseleksi 4 November 2014, dan direvisi 8 Desember 2014

Penelitian ini dilaksanakan untuk This study aims to reveal the creative ways mengeksplorasi, memahami, faktor-faktor

that pengempon and traditional village penyebab konversi agama, proses dan boards develop and manage collective

kronologi konversi agama yang dilakukan capital in the temples of Denpasar. In the oleh komunitas muallaf di Kota dan past, capital in the form of temples only

Kabupaten Sorong. Penelitian kualitatif ini menggunakan teori fenomenologi meant pelaba and pratima, but now a diadopsi dari hussrel, dan teori interaksi

variety of assets have been developed. To simbolik yang menceritakan tentang empower the pengempon, oficials of the

fenomena konversi agama yang dilakukan. traditional village manage it by combining Kesimpulan penelitian ini menunjukkan traditional and modern management bahwa faktor utama yang menyebabkan

methods to increase the total quality of mereka berpindah agama dari Kristen management. They are of the opinion that

protestan ke dalam Islam antara lain: temples may have productive assets to faktor sosial, budaya, tokoh spiritual yang

meet its secular needs in the realm of the misterius, serta hidayah langsung dari Allah

yang menggerakkan hati mereka. Mereka socio-cultural and the economic. This can

percaya bahwa Allah telah membukakan

be done because they conceptually and hati dan pikiran mereka untuk melihat

clearly “divide the world”--in other words, kebenaran Islam. Rintangan yang mereka

they divide capital into two worlds: sekala hadapi, seolah tidak diperhatikan karena

and niskala. Capital is divided according to faktor-faktor tersebut telah merasuk ke the structure of the temple as hierarchically

dalam hati nurani suku Abun. Kronologi conceived by Tri Mandala. This conception pindah agama yang mereka lakukan opens up space to manage assets based meliputi tiga tahapan utama, yakni, secara

person (sendiri-sendiri), mengajak keluarga on the framework of Tri Hita Karana. The

setelah pindah dari Kabupaten Sorong, divided world of nista-madya-mandala is serta pindah agama yang dilakukan dengan

a real illustration of the journey from the menyembunyikan identitas mereka, selama

concrete to the abstract world. beberapa tahun kemudian menyatakannya

secara terus terang bahwa mereka telah Keywords: Capital,

Management, masuk Islam.

Empowerment, Tri Mandala, Tri Hita Karana.

Kata kunci : Self Authenticity, Bimbingan, Mengkonversi.

HARMONI September - Desember 2014 HARMONI September - Desember 2014

4. “Membagi Dunia”: Cara Pengelolaan Modal Sosial Pura di Denpasar

I Nyoman Yoga Segara

Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI Email: [email protected] Diterima redaksi tanggal 21 Oktober 2014, diseleksi 4 November 2014, dan direvisi 8 Desember 2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap This study aims to reveal the creative ways cara kreatif umat pengempon dan pengurus

that pengempon and traditional village desa adat dalam mengembangkan dan boards develop and manage collective

mengelola modal sosial sebuah pura capital in the temples of Denpasar. In the di Denpasar. Selama ini modal sebuah

past, capital in the form of temples only pura hanya dimaknai berupa pelaba dan meant pelaba and pratima, but now a pratima, namun kini telah dikembangkan variety of assets have been developed. To melalui berbagai bentuk aset. Untuk dapat

memberdayakan umat empower the pengempon, oficials of the

pengempon, para

pengurus desa adat mengelolanya dengan traditional village manage it by combining memadukan cara tradisional dan manajemen

traditional and modern management modern yakni Total Quality Management.

methods to increase the total quality of Mereka memandang pura juga boleh management. They are of the opinion that memiliki aset produktif untuk memenuhi

temples may have productive assets to kebutuhan sekuler di ranah sosial-budaya

meet its secular needs in the realm of the dan ekonomi. Hal ini bisa dilakukan socio-cultural and the economic. This can karena mereka berhasil “membagi dunia”

be done because they conceptually and namun dengan batas-batas yang jelas. clearly “divide the world”--in other words,

Mereka memaknai modal ke dalam dua they divide capital into two worlds: sekala dunia, yakni sekala dan niskala, sedangkan

and niskala. Capital is divided according to untuk mengelolanya mereka membagi the structure of the temple as hierarchically

dunia sesuai dengan struktur pura sebagai hirarkhi yang dikonsepsikan melalui

conceived by Tri Mandala. This conception

Tri

Mandala. Konsepsi ini membuka ruang opens up space to manage assets based untuk mengelola aset produktif berdasarkan

on the framework of Tri Hita Karana. The kerangka Tri Hita Karana. Dunia yang divided world of nista-madya-mandala is terbagi dari nista-madya-mandala adalah

a real illustration of the journey from the gambaran nyata dari siklus perjalanan concrete to the abstract world. hidup manusia yang bergerak dari dunia

konkrit ke dunia abstrak. Capital,

Keywords:

Management, Empowerment, Tri Mandala, Tri Hita

Kata Kunci : Modal Sosial, Pengelolaan,

Karana.

Pemberdayaan, Tri Mandala, Tri Hita Karana.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 3

184 ISSN 1412-663X

HARMONI September - Desember 2014

5. Pandangan Pimpinan Gereja tentang Pengaturan Organisasi Gereja di Provinsi Jawa Barat

Reslawaty

Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI email : [email protected]

Diterima redaksi tanggal 31 Oktober 2014, diseleksi 4 November 2014, dan direvisi 8 Desember 2014 Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif, bertujuan untuk mengetahui pandangan pemimpin gereja tentang pengaturan organiasi/denominasi gereja yang dilakukan oleh Dirjen Bimas Kristen selama ini; kebijakan Kementrian Agama Provinsi Jawa Barat berkaitan dengan pengaturan organisasi/denominasi gereja yang berlaku selama ini; Pemikiran visioner yang dapat disumbangkan oleh para pemimpin gereja di Prov. Jawa Barat untuk menjamin keharmonisan dan kedamaian kehidupan beragama, berkaitan dengan semakin banyaknya denominasi baru yang ingin mendapatkan legalisasi dari pemerintah. Relasi sosial antara Penyelenggara Pembimas Kristen Kanwil Kemenag dengan para pimpinan gereja/denominasi. Adapun kesimpulan penelitian ini antara lain: hampir semua pimpinan gereja tidak mengetahui adanya kebijakan moratorium yang dikeluarkan oleh Dirjen Bimas Kristen, menurut mereka pendaftaran gereja baru, hanya dilakukan oleh Dirjen Bimas Kristen. Sehubungan dengan isi moratorium tersebut, para pemimpin gereja berpandangan bahwa pemerintah seharusnya tidak melarang umat untuk mendirikan gereja baru serta harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh Dirjen Bimas Kristen.

Kata Kunci : Pemerintah, Pimpinan Gereja, Pengaturan, Organisasi Gereja

The aim of this qualitative study is to determine the views of church leaders in West Java about 1) the church organization/ denomination regulations issued by the Director General of Christian Guidance; 2) the policy of West Java’s Ministry of Religious Affairs on which church organization/ denomination regulations were valid at the time; and how church leaders themselves could ensure peace and harmony with the increasing number of new denominations seeking legal status. The study concludes that almost all church leaders were not aware of any of the moratoriums issued by the Director General of Christian Guidance. Church leaders also were critical towards the content of the moratorium, arguing that the government should not restrict any denomination seeking to would establish new churches if they met the requirements set out by the Director General of Christian Guidance.

Keywords: Government, Church Leaders, Regulations, Church Organizations Keywords: Government, Church Leaders, Regulations, Church Organizations

6. Agama Baha’i Problematika Pelayanan Hak-hak Sipil

Kustini

Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI email : [email protected]

Syaiful Arif

Pengajar Pascasarjana STAINU Jakarta email : [email protected]

Diterima redaksi tanggal 16 Oktober 2014, diseleksi 4 November 2014, dan direvisi 8 Desember 2014

Baha’i merupakan agama yang belum In the eyes of the law, the Baha’i religion dianggap eksis di negeri ini. Alasannya, ia

does not exist in this country, as it is not tidak termasuk di dalam 6 agama, yakni

included in the six religions recognized Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, Budha dan

constitution: Islam, Konghucu yang secara eksplisit disebut Protestantism, Catholicism, Hinduism, dalam konstitusi. Akibatnya, ia dianggap

in

Indonesia’s

Buddhism and Confucianism. As a agama “tidak resmi” atau “belum diakui”.

result, it is considered an “unoficial “ or Padahal sejak dalam Pasal 29 ayat (2)

“unrecognized “ religion. In fact, in Article UUD 19945 hingga Pasal 1 UU No. 1/

29 Paragraph 2 of the 1945 Constitution PNPS/1965, tidak ada istilah agama resmi

and Article 1 of Law No. 1 / PNPS / 1965, dan diakui. Yang ada hanyalah agama the term “unoficial” and “unrecognized” yang dianut dan dilayani. Dari sini, Baha’i

religion is not even used. The only term tidak dianggap sebagai agama mandiri, used are “followed and serviced” religions. tetapi sempalan dari agama lain. Hal ini

From this perspective, Baha’i is not melahirkan kerugian sistemik, yakni belum

considered an independent religion, but a terpenuhinya hak-hak sipil umat Baha’i,

splinter group of other religions. This given sebagai bagian dari warga negara Indonesia

rise to systemic losses, i.e the unfulilled yang sebenarnya berhak mendapatkan hak-

civil rights of Baha’is, as part of Indonesian hak tersebut.

citizens who actually entitled to rights. Kata Kunci: Baha’i, Hak-hak sipil, Relasi

Keywords: Baha’i, Civil Rights, Social Sosial

Relations

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 3

186 ISSN 1412-663X

7. Layanan dan Kerukunan Agama di Perbatasan Negara: Studi Kasus di Distrik Sota Merauke

Muhamad Murtadho

Peneliti badan Litbang dan Diklat kementerian Agama RI Email: [email protected]

Diterima redaksi tanggal 22 Oktober 2014, diseleksi 4 November 2014, dan direvisi 8 Desember 2014 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

This research aims to examine the needs kebutuhan layanan dan kerukunan agama

of religious service and religious harmony di masyarakat daerah perbatasan negara.

in the borderlands of the country. This Penelitian ini menggunakan pendekatan

research uses a case study approach, studi kasus pada masyarakat Distrik Sota

studying the Sota District in Merauke. Sota Merauke (Daerah Perbatasan Indonesia-

District is located at the border between Papua Nugini). Penelitian di lapangan Indonesia and Papua New Guinea.This

menemukan bahwa tingkat pelayanan study inds that the level of religious agama yang diberikan pemerintah di daerah

service provided by the government is still perbatasan negara masih rendah dan perlu insuficient and needs to be strengthened. penguatan. Lemahnya SDM agamawan

daerah perbatasan menyebabkan lemahnya Religious leaders lack resources and this

kesadaran beragama dan merambat ke is one of the main reasons for decreasing kerukunan beragama. kerukunan antar social and religious awareness, which can umat beragama di daerah perbatasan belum

affect religious harmony. Further, inter- terkelola dengan baik, dan berpotensi religious harmony in this border region has melahirkan kerawanan sosial.

not been well managed and there is the potential for social disorder in some cases.

Kata Kunci : Layanan Keagamaan, Kerukunan Agama, Perbatasan Negara dan

Keywords: Religious Service, Religious Agamawan

Harmony, State Borders, Religious Leaders

HARMONI September - Desember 2014 HARMONI September - Desember 2014

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 3

8. Eksistensi Jemaat Ahmadiyah di Kelurahan Kenanga Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang

Nuhrison M Nuh

Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI Email : [email protected]

Diterima redaksi tanggal 22 Oktober 2014, diseleksi 4 November 2014, dan direvisi 8 Desember 2014

Fokus penelitian ini adalah tentang eksistensi Jemaat Ahmadiyah Indonesia di Kelurahan Kenanga Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang. Sebagaimana diketahui di beberapa daerah eksistensi JAI banyak dipermasalahkan masyarakat, namun kejadian menarik justeru terjadi di Kelurahan Kenanga, kehidupan JAI dapat diterima dengan baik oleh masyarakat setempat. Penelitian ini menemukan beberapa faktor yang menyebabkan munculnya integrasi dalam msyarakat setempat. Pertama, para pemuka agama setempat memiliki sikap yang toleran dan menghargai perbedaan dan inklusif. Kedua, adanya hubungan kekerabatan; ketiga, Pemerintaha daerah yang memberikan perlindungan. Keempat, tingginya tingkat pendidikan masyarakat setempat dan kelima, membaurnya anggota jemaat Ahmadiyah dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan. Untuk mempertahankan kondisi yang kondusif di daerah Gondrong (Kenanga), maka disarankan agar terus dipertahankan sikap pimpinan agama yang mempunyai pemahaman yang toleran, terbuka dan inklusif. Pemerintah Kota Tangerang agar tetap memegang prinsip tidak mau tunduk pada tekanan kelompok garis keras yang menghendaki pembubaran Ahmadiyah. Kelompok Ahmadiyah harus tetap menjalin silaturahmi dengan para pemuka agama setempat masyarakat.

Kata kunci : JAI, Faktor Integrasi, Pemuka Agama, Pemerintah Daerah

This study focuses on the Jemaah Ahmadiyah

Indonesia

(Indonesia Ahmadiyah Community) in Kenanga Village, Cipondoh Subregency, Tangerang. While the existence of the JAI community has been questioned by many in Indonesia, this is not the case in Kenanga Village. In this village, JAI is well accepted by the local community. Several factors have led to this integration. First, local religious leaders have an attitude of tolerance and respect for diversity and inclusivity. Second, there are kinship relations between the two communities. Third, the local government has provided protection. Fourth, there is a high level of local public education. Fifth, the Ahmadiyah are involved in a variety of social and religious activities. To maintain the favorable conditions in Gondrong (Kenanga), this article suggests that the tolerant, open and inclusive attitudes of religious leaders must be maintained. The Government of Tangerang City should not submit to the pressure of militant groups who seek to disband Ahmadiyah. They should alsokeep in touch and interact with the local community and religious leaders.

Keywords: JAI, Integration Factor, Religious Leaders, Local Government.

188 ISSN 1412-663X

9. Mengharmoniskan Hubungan Syiah dan Sunni: Perspektif Ushul Fikih

Ahmad Ali MD

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) Nusantara Tangerang Jl. Perintis Kemerdekaan II Cikokol Kota Tangerang Banten E-mail: [email protected] Diterima redaksi tanggal 28 Oktober 2014, diseleksi 4 November 2014, dan direvisi 3 Desember 2014

Perbedaan (ikhtilâf) yang muncul di antara The perceived differences between Shiites Syiah dan Sunni acapkali menimbulkan

and Sunnis often causes disharmony in the disharmonisasi hubungan di antara relationship between the two. The severity

keduanya. Parahnya disharmonisasi itu of this disharmony is expressed in the form terekpresikan dalam bentuk pengkairan

of expiation (takfîr) and even violence (takfîr) bahkan tindakan anarkis antara satu

between the two groups. Whereas the dan yang lainnya. Padahal perbedaan di difference between a man of grace, if not

antara manusia itu merupakan rahmat, jika motivated and caused by the attitudes and bukan dimotivasi dan diakibatkan oleh

sikap dan tindakan fanatisme mazhab atau actions of fanaticism of school or low (al-

aliran (al-ta‘ashshub), dan egoisme atau ta‘ashshub), and selishness or lust (ittibâ‘ hawa nafsu (ittibâ‘ al-hawâ). Untuk itu,

al-hawâ). To that end, efforts towards the upaya menuju ke arah harmonisasi kedua

harmonization of these two major schools mazhab besar tersebut menjadi penting,

has become important, and can even be seen bahkan dipandang sebagai keniscayaan as a political and social necessity (darûrah politis dan kemestian empiris (dharûrah

siyâsiyyah wa-hatmiyyah wâqi‘iyyah). One siyâsiyyah wa-hatmiyyah wâqi‘iyyah).

such harmonization effort is done through Di antara upaya harmonisasi itu adalah

usûl al-iqh. In this context, the concept of dilakukan melalui pendekatan Ushul ijtihâd were revitalized and re-actualized

Fikih. Dalam konteks ini konsep ijtihad in order to be relevant and important. The yang direvitalisasi dan direaktualisasikan

application of ijtihâd as a medium for the menjadi relevan dan sangat penting. harmonization of Shia and Sunni relations Aplikasi ijtihad yang dimaksudkan sebagai

media untuk harmonisasi hubungan Syiah must be placed within the framework of

dan Sunni harus ditempatkan dalam the tashwîb paradigm and not the takhthî kerangka paradigma

tashwîb dan bukan paradigm.

paradigma takhthî’. Keywords: Shia, Sunni, harmonization, Kata Kunci: Syiah, Sunni, harmonisasi, Ushul Fiqh, ijtihad

Ushul Fikih, ijtihad

HARMONI September - Desember 2014 HARMONI September - Desember 2014

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 3

10. Penanganan Potensi Konlik Keagamaan di Cigugur Kabupaten Kuningan

Ahsahul Khalikin

Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Email : [email protected] Diterima redaksi tanggal 28 Oktober 2014, diseleksi 4 November 2014, dan direvisi 8 Desember 2014

Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola penanganan potensi konlik bernuansa keagamaan yang dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat Cigugur, pemerintahan di Cigugur hingga Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan. Kesimpulan penelitian ini antara lain: Pendekatan penanganan potensi konlik keaga maan yang dilakukan FKUB terhadap beberapa kasus, selain berbasis kearifan lokal yang ada pada masyarakat Cigugur, juga mengacu pada ketentuan PBM No.

8 dan 8 Tahun 2006; Pola resolusi konlik bernuansa keagamaan di Kelurahan Cugugur Kabupaten Kuningan, cenderung dibangun melalui ikatan-ikatan solidaritas kekeluargaan antar warga dan faktor kesamaan etnis kesundaan. Adapun rekomendasi penelitian ini adalah: Model pluralisme dan toleransi di Cigugur harus tetap dilestarikan sebagai sebuah model kerukunan umat beragama yang berbasis pada kearifan lokal. Pola interaksi yang harmonis antar umat beragama di Cigugur merupakan model yang khas yang bisa di jadikan rujukan dalam penyelesaian konlik keagamaan di daerah lain dengan tetap mempertimbangkan kearifan lokal yang ada di daerah tersebut; Perlu adanya sosialisasi Peraturan Bersama Menteri No.

9 dan 8 Tahun 2006. Kata Kunci: Penanganan,

Konlik,

Komunitas Keagamaan, Kelurahan Cigugur

This qualitative study aims to describe the pattern of the resolution of conlict with religious characteristics by government and civil society actors in Cigugur. This study looks at the use of local wisdom by the FKUB in resolving conlict as well as the provisions of PBM No. 8 and 8 of 2006. In Cigugur village, “religious” conlict was often resolved through the bonds of kinship solidarity and by emphasizing the similarities amongst the Sundanese co- ethnics. The recommendations of this study are: the Pluralism and toerance of Cigugur should be preserved as a model of religious harmony based on local wisdom. The pattern of harmonious interaction between interreligious communities in Cigugur should be a model for religious conlict resolution in other areas while still taking consideration of local wisdom in those areas. The study also inds thw need for the socialization of the Joint Ministerial Decree No. 9 and 8 of 2006.

Keyword; Resolution, Conlict, Religious Communities, Cigugur Village

190 ISSN 1412-663X

HARMONI September - Desember 2014

11. Isu-isu Kunci Ajaran Kebencian (Hate Speech): Implikasinya terhadap Gerakan Sosial Membangun Toleransi

Mohammad Iqbal Ahnaf & Suhadi

Staf pengajar di Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS) Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada Email: [email protected] ; [email protected] Diterima redaksi tanggal 29 September 2014, diseleksi 4 November 2014, dan direvisi 8 Desember 2014

Ujaran kebencian atau hate speech menjadi salah satu ‘tantangan’ serius bagi proses demokratisasi di Indonesia sejak tahun 1998. Keterbukaan politik memungkinkan berbagai bentuk ceramah dan tulisan dengan pesan yang beragam termasuk narasi-narasi yang mendorong permusuhan terhadap kelompok lain yang berbeda. Ujaran kebencian tidak jarang dikaitkan dengan terjadinya banyak tindak kekerasan terhadap kelompok agama minoritas. Tuntutan agar pemerintah bertindak tegas terhadap ujaran kebencianpun semakin sering terdengar. Namun pelarangan ujaran kebencian di Indonesia bukanlah hal sederhana. Banyak pihak menghawatirkan penegakan hukum terhadap ujaran kebencian akan mengulang represei masa lalu di mana isu SARA digunakan sebagai alat penguasa untuk menekan lawan politik. Selain itu poblem pendeinisian dan sistem perundang-undangan juga bisa menghadirkan kontroversi. Tulisan ini adalah ikhtiar awal untuk memulai diskusi tentang opsi-opsi yang bisa dilakukan untuk menangani ancaman ujaran kebencian, baik oleh negara atau gerakan sosial. Dalam tulisan ini dipaparkan bentuk-bentuk bahaya ujaran kebencian bagi negara demokrasi multikultur seperti Indonesia, konseptualisasi ujaran kebencian, perangkat hukum di Indonesia terkait ujaran kebencian dan pengalaman sejumlah negara demokrasi di Barat dalam menangani ujaran kebencian. Terahir, paper ini memberikan beberpaa usulan langkah yang bisa dilakukan gerakan sosial untuk merespon ujaran kebencian.

Kata Kunci : Hate speech,Demokratisasi, Toleransi,Kkebebasan

Hate speech has become a serious ‘challenge’ for Indonesia’s democratization process. Political openness has allowed various forms of speech and writing with

a variety of messages; this has included narratives that encourage hostility toward other groups. Hate speech is frequently associated with the occurrence of violent acts against religious minorities.

The demand for the government to act decisively against hate speech is getting stronger. However, the prohibition of hate speech in Indonesia is not a simple thing. Many people have expressed concern that enforcing a law against hate speech will recreate the repression of the past era where SARA was used to suppress political opposition. Additionally, deining hate speech and regulating it is also controversial. This paper is an initial effort to start a discussion about policy options to deal with the threat of hate speech, either by the state or by social movements. This paper describes dangerous forms of hate speech for a multicultural democratic country like Indonesia, the conceptualization of hate speech, laws in Indonesia related to hate speech and the experiences of a number of democratic western countries in dealing with hate speech. Finally, this paper proposes actions can be done by social movements to respond to hate speech.

Keyword: Hate speech, Democratization, Tolerance, Freedom Keyword: Hate speech, Democratization, Tolerance, Freedom

12. Relasi Agama dan Negara: Telaah Historis dan Perkembangannya

Muhammad Anang Firdaus

STAIN Al Fatah Jayapura Email : [email protected] Diterima redaksi tanggal 28 September 2014, diseleksi 4 November 2014, dan direvisi 8 Desember 2014

Salah satu topik yang selalu menjadi isu The relationship between religion and dalam perkembangan politik di dunia Islam

the state is an issue that is continually adalah hubungan antara agama dan negara.

discussed. This paper outlines the historical Tulisan ini berupaya mendiskripsikan development of political systems in the

dengan singkat tentang sistem politik yang Islamic world since the early Islam, from berkembang di dunia Islam sejak masa awal

its glory to its decline. Ijtihad of the Islam, kejayaan hingga kemundurannya. Muslim scholars (Ulema) on this matter Ijtihad para ulama tentang hal ini dapat dibagi can be divided into three distinct streams. menjadi tiga aliran, yaitu: Pertama, agama

telah mengatur segala aspek kehidupan In the irst stream, religion must order all

termasuk urusan politik atau negara, kedua, aspects of life including political affairs

agama tidak ada hubungannya dengan and the state. In the second stream, negara, dan ketiga, dalam Islam memang

religion is seen to be completely separate tidak terdapat sistem ketatanegaraan tetapi

from the state. In the third stream, Islam di dalamnya terdapat seperangkat tata nilai

is a set of ethical values for the life of the etika bagi kehidupan bernegara. Dalam

state. In the Indonesian context, conlict konteks Indonesia, hubungan antara agama

about the relationship between religion dan negara telah menjadi pertentangan and state was present at the beginning of pada awal kemerdekaan, hingga akhirnya

independence, but was partially resolved para pendiri bangsa berkompomi dan when the Founding Fathers agreed on the

sepakat tentang hubungan agama dan relationship between religion and state in negara dalam bingkai Negara Kesatuan the Republic of Indonesia. Republik Indonesia (NKRI).

Keyword: Islam, Negara dan NKRI : Islam, Negara dan NKRI

Kata Kunci

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 3 Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 3

192 ISSN 1412-663X

Abu Muslim

Peneliti Balai Litbang Agama Makassar Dakwah Peka Kultur ala Aipon Asso: Potret Keberislaman Pegunungan Tengah Papua Volume 13, Nomor 3, September-Desember 2014

Abdul Jamil

Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan “Masalah, Kebutuhan, dan Pelayanan Keagamaan di Kawasan Perbatasan Kabupaten Karimun Volume 13, Nomor 2, Mei-Agustus 2014

Agus Mulyono

Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Pemberdayaan Penyuluh Agama dalam Peningkatan Pelayanan Keagamaan di Kota Medan Volume 13, Nomor 2, Mei-Agustus 2014

Ahmad Ali MD

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) Nusantara Tangerang Mengharmoniskan Hubungan Syiah dan Sunni: Perspektif Ushul Fikih Volume 13, Nomor 3, September-Desember 2014

Ahsanul Khalikin

Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Penanganan Potensi Konlik Keagamaan di Cigugur Kabupaten Kuningan Volume 13, Nomor 3, September-Desember 2014

Akmal Salim Ruhana

Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Memadamkan Api, Mengingat Apresiasi: Penanganan Konlik Keagamaan di Kota Mataram Volume 13, Nomor 2, Mei-Agustus 2014

Anik Farida

Peneliti Balai Litbang Agama Jakarta “Islamisasi Sains dan Saintiikasi Islam”: Model Manajemen Pemberdayaan di Masjid Salman ITB Bandung Volume 13, Nomor 1, Januari-April 2014

Asnawati

Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Pelayanan Administrasi Kependudukan bagi Komunitas Adat Baduy Volume 13, Nomor 1, Januari-April 2014

HARMONI September - Desember 2014 HARMONI September - Desember 2014

Ayatullah Humaeni

Dosen Fakultas Ushuluddin, Dakwah, dan Adab IAIN “SMH” Banten Pemberdayaan Penyuluh dalam Meningkatkan Pelayanan Keagamaan di Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur Volume 13, Nomor 1, Januari-April 2014

Habibi Zaman Riawan Ahmad

Dondoman Bojoasri Kec. Kalitengah Kabupaten Lamongan Ekspresi Keagamaan, dan Narasi Identitas: Studi Program Pesantren Tahidz Intensif Daarul Quran Cipondoh Tangerang Volume 13, Nomor 2, Mei-Agustus 2014

Haris Burhani

Calon Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Mengelola Konlik Keagamaan Volume 13, Nomor 3, September-Desember 2014

H. Bashori A. Hakim

Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Wawasan Kebangsaan Kelompok Salai di Nusa Tenggara Barat: Studi Kelompok Salai di Pondok Pesantren Daarusy-Syifaa’ Volume 13, Nomor 2, Mei-Agustus 2014

Heru Nugoro

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Agama dan Budaya dalam Integrasi Sosial (Belajar dari Masyarakat Fakfak di Propinsi Papua Barat) Volume 13, Nomor 1, Januari-April 2014

Heru Nugoro

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Kebangkitan Lokal di Aceh: Pembentukan Identitas Keacehan, Reaktualisasi Ruang Publik dan Penguatan Kearifan Lokal Pasca Konlik dan Tsunami Volume 13, Nomor 2, Mei-Agustus 2014

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 3

194 ISSN 1412-663X

Ibnu Hasan Muchtar

Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Dinamika Hubungan Antar Umat Beragama: “Studi Kasus Penanganan Konlik Umat Buddha Tri Dharma dengan Konghucu (MAKIN)” Kecamatan Pemangkat Kabupaten Sambas Kalimantan Barat Volume 13, Nomor 1, Januari-April 2014

Ibnu Mujib

Mahasiswa S3 Prodi Agama dan Lintas Budaya UGM Kebangkitan Lokal di Aceh: Pembentukan Identitas Keacehan, Reaktualisasi Ruang Publik dan Penguatan Kearifan Lokal Pasca Konlik dan Tsunami Volume 13, Nomor 2, Mei-Agustus 2014

I Nyoman Yoga Segara

Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI Membagi Dunia: Cara Pengelolaan Modal Sosial Pura di Denpasar Volume 13, Nomor 3, September-Desember 2014

Irwan Abdullah

Guru Besar FIB UGM Kebangkitan Lokal di Aceh: Pembentukan Identitas Keacehan, Reaktualisasi Ruang Publik dan Penguatan Kearifan Lokal Pasca Konlik dan Tsunami Volume 13, Nomor 2, Mei-Agustus 2014

Kustini

Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Perkawinan di Bawah Umur: Potret Buram Anak Perempuan di Cianjur Volume 13, Nomor 2, Mei-Agustus 2014

Kustini

Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI Agama Baha’i Problematika Pelayanan Hak-hak Sipil Volume 13, Nomor 3, September-Desember 2014

HARMONI September - Desember 2014 HARMONI September - Desember 2014

Mohamad Suhaidi

Peneliti Sosial Agama Madura dan Wakil Sekretaris PCNU Sumenep Harmoni Masyarakat Satu Desa Tiga Agama di Desa Pabian, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, Madura Volume 13, Nomor 2, Mei-Agustus 2014

Mohammad Iqbal Ahnaf

Staf pengajar di Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS) Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada Isu-isu Kunci Ajaran Kebencian (Hate Speech): Implikasinya terhadap Gerakan Sosial Membangun Toleransi Volume 13, Nomor 3, September-Desember 2014

Muhammad Anang Firdaus

STAIN Al Fatah Jayapura Relasi Agama dan Negara: Telaah Historis dan Perkembangannya Volume 13, Nomor 3, September-Desember 2014

Muhammad Ansor

STAIN Zawiyah Cot Kala, Langsa “Kita Kan Beda!” Persamaan Remaja Perempuan Muslim dan Kristen di Langsa, Aceh Volume 13, Nomor 2, Mei-Agustus 2014

Muhammad Murtadlo

Peneliti Badan Litbang dan Diklat kementerian Agama RI Layanan dan Kerukunan Agama di Perbatasan Negara: Studi Kasus di Distrik Sota Merauke Volume 13, Nomor 3, September-Desember 2014

Munawir Haris

Dosen Syariah STAIN Sorong Papua Barat Pencarian Otentisitas Diri Komunitas Muallaf di Kabupaten Sorong Papua Barat Volume 13, Nomor 3, September-Desember 2014

Mustolehudin

Peneliti Balai Litbang Agama Semarang Merawawt Tradisi Membangun Harmoni: Tinjauan Sosiologis Tradisi Haul dan Sedekah Bumi di Gresik Volume 13, Nomor 3, September-Desember 2014

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 3

196 ISSN 1412-663X

M. Alie Humaedi

Peneliti Kajian Budaya Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Kerusuhan Sampang: Kontestasi Aliran Keagamaan dalam Wajah Kebudayaan Madura Volume 13, Nomor 2, Mei-Agustus 2014

M. Yusuf Asry

Peneliti Utama Pada Puslitbang Kehidupanan Keagamaan Miskomunikasi dan Rubuhnya Sendi Harmoni Antar Kristen-Islam dalam Pembangunan Masjid Al-Munawar Nahornop Marsada, Kabupaten Tapanuli Utara Volume 13, Nomor 1, Januari-April 2014

Muchtar

Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Pelayanan Kantor Urusan Agama Terhadap Pencatatan Perkawinan di Kota Kediri Pasca Deklarasi FKK-KUA se-Jawa Timur Tahun 2013 Volume 13, Nomor 1, Januari-April 2014

M. Agus Noorbani

Peneliti Balai Litbang Agama Jakarta Perkembangan Aliran/Paham Keagamaan di Sumatera Barat Pasca Deklarasi FKK-KUA se-Jawa Timur Tahun 2013 Volume 13, Nomor 1, Januari-April 2014

Nawari Ismail

Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Negara, Masyarakat Sipil dan Agensi dalam Relasi Antarkomunal Islam Volume 13, Nomor 1, Januari-April 2014

Nilawati

Dosen Fakultas Syariah IAIN Raden Fatah Palembang Kekerasan dalam Rumah Tangga dari Kacamata Peran BP4 Volume 13, Nomor 1, Januari-April 2014

Nuhrison M Nuh

Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI Eksistensi Jemaat Ahmadiyah di Kelurahan Kenanga Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Volume 13, Nomor 3, September-Desember 2014

HARMONI September - Desember 2014 HARMONI September - Desember 2014

Nur Roiah

Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Perkawinan di Bawah Umur: Potret Buram Anak Perempuan di Cianjur Volume 13, Nomor 2, Mei-Agustus 2014

Reslawaty

Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI Pandangan Pimpinan Gereja tentang Pengaturan Organisasi Gereja di Provinsi Jawa Barat Volume 13, Nomor 3, September-Desember 2014

RR. Rina Antasari

Dosen Fakultas Syariah IAIN Raden Fatah Palembang Kekerasan dalam Rumah Tangga dari Kacamata Peran BP4 Volume 13, Nomor 1, Januari-April 2014

Saidin Ernas

Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon Agama dan Budaya dalam Integrasi Sosial (Belajar dari Masyarakat Fakfak di Propinsi Papua Barat) Volume 13, Nomor 1, Januari-April 2014

Suhadi

Staf pengajar di Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS) Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada Isu-isu Kunci Ajaran Kebencian (Hate Speech): Implikasinya terhadap Gerakan Sosial Membangun Toleransi Volume 13, Nomor 3, September-Desember 2014

Suhanah

Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Potret Radikalisasi Gerakan Keagamaan: (Studi Kasus Organisasi GARDAH di Kota Cirebon, Jawa Barat) Volume 13, Nomor 2, Mei-Agustus 2014

Sulaiman

Peneliti Balai Litbang Agama Semarang Nilai-Nilai Kerukunan dalam Tradisi Lokal (Studi Interaksi Kelompok Umat Beragama di Ambarawa, Jawa Tengah) Volume 13, Nomor 1, Januari-April 2014

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 3

198 ISSN 1412-663X

Syaiful Arif

Dosen Pascasarjana Islam Nusantara STAINU Jakarta Misi Kristen dan Dampaknya bagi Kemajemukan: Pandangan IPTh. Balewiyata Malang Volume 13, Nomor 1, Januari-April 2014

Syaiful Arif

Pengajar Pascasarjana STAINU Jakarta Agama Baha’i Problematika Pelayanan Hak-hak Sipil Volume 13, Nomor 3, September-Desember 2014

Tauik Hidayatullah

Penyuluh Agama Kabupaten Bogor Penistaan/Penodaan Agama dalam Perspektif Pemuka Agama Islam di DKI Jakarta Volume 13, Nomor 2, Mei-Agustus 2014

Zaenal Abidin

Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kementerian Agama RI Pemberdayaan Penyuluh dalam Meningkatkan Pelayanan Keagamaan di Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur Volume 13, Nomor 1, Januari-April 2014

Zaenal Abidin Eko Putro

Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Buddhisme Theravada di Asia Tenggara: Tradisi, Negara dan Modernisasi Volume 13, Nomor 2, Mei-Agustus 2014

Zuly Qodir

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Agama dan Budaya dalam Integrasi Sosial (Belajar dari Masyarakat Fakfak di Propinsi Papua Barat) Volume 13, Nomor 1, Januari-April 2014

HARMONI September - Desember 2014 HARMONI September - Desember 2014

i ndeks P enulis

Redaksi Jurnal Harmoni mengucapkan terimakasih dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Mitra Bestari atas peran serta dan selalu aktif demi meningkatkan kualitas Jurnal Harmoni. Selain itu juga telah memberikan perhatian, kontribusi, koreksi dan pengkayaan wawasan secara konstruktif. Mitra Bestari dimaksud adalah:

1. Jessica Soedirgo (University of Toronto)

2. Abdul Aziz (Badan Litbang dan Diklat Kemenag)

3. Hisanori Kato (Butsuryo College of Osaka)

4. Hery Harjono (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)

5. M. Hisyam (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)

6. Koeswinarno (Balai Litbang Agama Semarang)

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 3

P edoman P enulisan

Z aenal a bidin e ko P utro