Dasar Teori

2.2.3.3 Lebar Gang Parkir

Lebar gang parkir adalah lebar jalur masuk dan keluar ruang parkir. Menurut pedoman teknis penyelenggaraan parkir Dirjen Perhubungan, 1996, patokan umum yang dipakai adalah:

- Panjang sebuah jalur gang tidak lebih dari 100 meter. - Jalur gang yang dimaksudkan untuk melayani lebih dari 50 kendaraan

dianggap sebagai jalur sirkulasi.

Tabel 2.7 Standar Ukuran Lebar Jalur Gang

Keterangan: * = lokasi parkir tanpa fasilitas pejalan kaki

** = lokasi parkir dengan fasilitas pejalan kaki

Sumber : Dirjen Perhubungan (1996)

2.2.3.4 Ramp

Ramp merupakan lantai yang memiliki derajat kemiringan tertentu. Ukuran standar ramp telah dijelaskan pada sub bab 2.2.1. Cara dan jenis parkir_1) b

Parkir di luar badan jalan, dalam hal yang perlu diperhatikan pada parkir gedung bertingkat. Gambar 2.9 di bawah ini merupakan kumpulan gambar dari bermacam jenis ramp yang dapat digunakan pada gedung bertingkat.

SRP

Lebar Jalur Gang (m)

< 30 < 45 < 60 90

1 arah 2 arah 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah

1 arah

2 arah

a. SRP mobil pnp 2,5 m X 5,0 m

3,0 * 6,00 * 3,0 * 6,00 * 5,1 * 6,00 * 6 * 8 * 3,50 ** 6,50 ** 3,50 ** 6,50 ** 5,1 ** 6,50 ** 6,5 ** 8 **

b. SRP mobil pnp 2,5 m X 5,0 m

3,0 * 6,00 * 3,0 * 6,00 * 4,60 * 6,00 * 6 * 8 * 3,50 ** 6,50 ** 3,50 ** 6,50 ** 4,60 ** 6,50 ** 6,5 ** 8 **

c. SRP sepeda motor 0,75 X 30 m

1,6 *

1,6 ** d. SRP bus/truk 3,40

m X 12,5 m

9,5

Sumber: Dirjen Perhubungan (1996)

Gambar 2.9. Berbagai Macam Bentuk Ramp

2.2.3.5 Kapasitas Parkir

Kapasitas parkir adalah jumlah ruang parkir yang tersedia atau jumlah kendaraan maksimum yang dapat di parkir di tempat parkir. Misalnya untuk lokasi tertentu yang memiliki 50 unit ruang parkir kendaraan mobil penumpang, maka disebutkan bahwa kapasitas parkir adalah 50.

F.D. Hobbs (1979) membagi karakteristik parkir menjadi empat bagian yaitu:

1) Akumulasi Parkir

Akumulasi parkir merupakan jumlah kendaraan yang parkir di suatu tempat pada waktu tertentu dan dapat dibagi sesuai dengan kategori jenis maksud perjalanan. Integrasi dari kurva akumulasi parkir selama periode tertentu, menunjukkan beban parkir (jumlah kendaraan parkir) dalam satuan jam

2) Volume Parkir

Volume parkir menyatakan jumlah kendaraan yang termasuk dalam beban parkir (yaitu jumlah kendaraan per periode waktu tertentu, biasanya per hari). Waktu yang digunakan kendaraan untuk parkir, dalam satuan menit atau jam, menyatakan lama parkir.

3) Pergantian Parkir (Parking Turn Over)

Pergantian parkir menunjukkan tingkat penggunaan ruang parkir, dan diperoleh dengan membagi volume parkir dengan luas ruang parkir untuk periode waktu tertentu.

Dalam analisa kebutuhan lahan parkir RSU Pringadi, Medan, Andri Saribudi, 2008, menggunakan rumus;

Tingkat Turn-over parking =

聈ǴúŖƼi Ȗ

.洘Ȗ̜Ϝ ठi gia.Ȗ ៈ 100%......(2.1)

4) Indeks Parkir

Indeks parkir adalah ukuran yang lain untuk menyatakan penggunaan jalan panjang dan dinyatakan dalam persentase ruang yang ditempati oleh kendaraan parkir pada tiap panjang 6 meter yang tersedia di tepi jalan (secara teoritis). Dalam analisa kebutuhan lahan parkir RSU Pringadi, Medan, Andri Saribudi, 2008, indeks parkir merupakan presentase dari jumlah kendaraan pada selang waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia dikali 100%.

IP = Indeks Parkir JKP = Jumlah Kendaraan Parkir

Perhitungan akumulasi dan volume parkir membutuhkan data dari durasi parkir tiap kendaraan. Durasi parkir adalah lama waktu seseorang menggunakan lahan parkir. Perhitungan durasi parkir didapatkan dari perhitungan jeda waktu antara waktu masuk hingga waktu keluar kendaraan.

Dari makalah analisa kebutuhan parkir, karakteristik parkir dibagi sebagai berikut;

1) Durasi Parkir, untuk mengetahui lama suatu kendaraaan.

2) Akumulasi parkir, untuk mengetahui jumlah kendaraan yang sedang berada pada suatu lahan parkir pada selang waktu tertentu.

3) Tingkat Pergantian (Parking Turn Over) diperoleh dari jumlah kendaraan yang telah memanfaatkan lahan parkir pada selang waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia.

4) Tingkat Penggunaan (Occupancy Rate) diperoleh dari akumulasi kendaraan pada selang waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia dikalikan dengan 100%.

5) Volume Parkir merupakan jumlah kendaraan yang telah menggunakan ruang parkir pada suatu lahan parkir tertentu dalam atau satuan waktu tertentu (biasanya per hari).

6) Kapasitas Parkir adalah banyaknya kendaraan yang dapat dilayani

oleh suatu lahan parkir selama waktu pelayanan.

7) Indeks parkir, merupakan persentase dari akumulasi jumlah kendaraan pada selang waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia dikali 100%.

2.2.3.6 Tarif Parkir

Tarif parkir adalah biaya yang dibebankan kepada pengguna lahan parkir. Penetapan tarif parkir adalah salah satu cara pengendalian lalulintas.

2.2.3.7 Fasilitas Parkir

1) Marka dan Rambu Jalan

Marka dan rambu jalan berfungsi sebagai pemandu dan penunjuk bagi pengemudi pada saat parkir. Marka dan rambu jalan harus dijaga agar tetap dapat terlihat jelas.

2) Fasilitas Penunjang Parkir

Menurut pedoman teknis penyelenggaraan parkir Dirjen Perhubungan, 1996, fasilitas penunjang parkir adalah sebagai berikut:

Pos petugas

Lampu penerangan

Pintu keluar dan masuk

Alat pencatat waktu elektronis

5) Pintu elektronis pada fasilitas parkir dengan pintu masuk otomatis.

2.2.3.8 Kebersihan Ruang Parkir

Menurut pedoman teknis penyelenggaraan parkir Dirjen Perhubungan, 1996, Salah satu cara memelihara ruang parkir pelataran adalah dengan menjaga kondisi ruang parkir tetap baik. Pemeliharaan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut;

1) Sekurang-kurangnya setiap pagi hari pelataran parkir dibersihkan agar bebas dari sampah dan air yang tergenang.

2) Pelataran parkir yang sudah berlubang-lubang atau rusak ditambah atau diperbaiki.

3) Secara rutin pada saat tertentu, pelapisan (Overlay) pada perkerasan pelataran parkir perlu dilakukan.

2.2.4. Importance Performance Analysis ( IPA )

Metode Importance Performance Analysis (IPA) pertama kali diperkenalkan oleh Martilla dan James (1977) dengan melakukan penelitian menggunakan karakteristik kepentingan dan kinerja untuk menentukan sejauh mana karakteristik tersebut mempengaruhi kepuasan pelanggan (Kurt Martzler,dkk: 2003). Penelitian menggunakan Importance Performance Analysis (IPA) bertujuan untuk melihat tingkat kepuasan pelanggan. Analisa ini lebih bagus daripada penelitian menggunakan Service performance ataupun Service quality. Karena IPA dapat memberikan nilai kepentingan pada variabel kepuasan yang akan diukur. IPA dapat diplot dalam grafik dengan menggunakan nilai pandangan pengunjung terhadap tingkat kinerja dan tingkat kepentingan suatu variabel. Singkatnya, IPA adalah alat evaluasi yang tepat untuk memprioritaskan suatu variabel kinerja suatu barang. Sehingga hasil dari evaluasi tersebut dapat digunakan untuk pengembangan kinerja yang sudah ada (Meng Seng Wong, dkk: 2010).

Metode Importance Performance Analysis (IPA) membutuhkan penilaian terhadap tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari obyek penelitian. Hasil penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dapat digunakan untuk melakukan perhitungan mengenai tingkat kepuasan antara tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan dari penyedia jasa pelayanan secara umum. Untuk mengukur nilai tersebut digunakan Customer Satisfaction Index. Pedoman interpretasi skor tingkat kepuasan responden secara umum disajikan dalam Tabel

2.8 berikut:

Tabel 2.8 Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index No

Nilai CSI

Keterangan

1 0% - 20%

Sangat Tidak Puas

2 21% - 40%

Tidak Puas

3 41% - 60%

Cukup Puas

Sangat Puas

Berikut tahapan analisa perhitungan Customer Satisfaction Index ; Langkah pertama, menentukan Mean Importance Score / Mean Satisfication

Score (MIS/MSS)

MIS/MSS =Mean Importance Score / Mean Satisfication Score Yi

= Nilai tingkat pandangan pengunjung terhadap kepentingan/ kinerja ruang parkir Sunan hotel per variabel n

= Jumlah sampel

Langkah kedua, membuat Weight Factors (WF)

WF =

2. ∑2. ៈ100% ………………………………………………………….. (2.4)

WF = presentase nilai MIS per variabel dengan jumlah MIS total pada data pandangan pengunjung terhadap kepentingan.

Langkah ketiga, membuat Weight Score (WS)

WSi = WFi x MSSi…………………………………………………………..(2.5)

Langkah keempat, menentukan Customer Satisfication Index (CSI)

CSI =

∑梨 . 柈

ៈ100% ………………………………………………………….(2.6) HS = (Highest Scale) Skala tertinggi yang digunakan .

Tingkat Kepentingan

Kinerja

Rendah Tinggi

Tinggi

Sesuai dengan journal of marketing, martilla dan james(1977), maka Importance Performence Analysis (IPA) dapat didefinisikan sebagai;

1) Kegiatan identifikasi terhadap aspek-aspek tertentu sesuai dengan kenyataan di lapangan.

2) Penilaian tingkat kepentingan terhadap kinerja dari pendapat responden sebagai bentuk saran ataupun keluhan.

3) Kegiatan identifikasi aspek kepentingan dan kinerja pada kenyataan di lapangan. Identifikasi diharapkan menghasilkan solusi penanganan terbaik di masa mendatang.

Analisa di dalam Importance Performence Analysis (IPA) berdasar pada dua hal (Kurt Martzler,dkk, 2003) yaitu;

1) Penilaian pengunjung terhadap kepentingan dari atribut pelayanan yang ada.

2) Penilaian pengunjung terhadap kinerja dari atribut pelayanan yang ada. Berdasarkan hal tersebut, dapat dibuat matriks dua dimensi sebagaimana tersaji

pada Gambar 2.10 dibawah ini.

Sumber: Martilla dan James, 1977 Gambar 2.10 Matrik Importance Performence Analysis (IPA)

Kuadran II Concentrate here

Kuadran I Keep up the good

work

Kuadran III Low priority

Kuadran IV Possible overkill

Secara umum langkah-langkah Importance Performence Analysis (IPA) adalah sebagai berikut (Martilla dan James: 1977):

1) Pertama, memilah elemen-elemen atau apek-aspek kritis dari kinerja yang akan dievaluasi.

2) Kedua, memisahkan variabel antara karakteristik kinerja dan karakteristik kepentingan. Hal ini dilakukan agar mencegah pencampuran pandangan responden terhadap pertanyaan yang diajukan.

3) Ketiga, membuat axis x dan y pada grid berdasarkan nilai tengah dari skala yang digunakan.

4) Keempat, menghitung rata-rata tingkat kepentingan serta kinerja masing- masing elemen. Selanjutnya, membuat nilai tengah pada kuadran agar kuadran lebih spesifik.

5) Kelima, menganalisa tingkat kepentingan dan tingkat kinerja yang berada pada tiap kuadran.

6) Keenam, memisahkan nilai variabel tingkat kinerja dan tingkat kepentingan yang baik dan yang buruk.

Merujuk pada gambar 2.10, dua dimensional Importance Performence Analysis (IPA) dibagi menjadi empat kuadran dengan nilai dari kinerja variabel menjadi x axis dan nilai dari kepentingan variabel menjadi y axis. Empat kuadran itu diberi nama sebagai berikut, keep up the good work, concentrate here, low priority, dan possible overkill. Pembagian kuadran ini bertujuan untuk memberikan saran terhadap pengembangan kinerja variabel dengan cara membaginya ke dalam kuadran (Meng Seng Wong,dkk: 2010). Berikut pembagian empat kuadran beserta maskud dari pembagian kuadran Importance Performence Analysis (IPA):

1) Kuadran I, ”Keep up the good work” : memiliki skor yang tinggi baik dari sisi tingkat kepentingan maupun kinerjanya. Semua yang masuk ke dalam kuadran ini merupakan variabel unggulan dari variabel yang lain.

2) Kuadran II, ”Concentrate here” : memiliki skor yang tinggi dari sisi tingkat kepentingan tetapi memiliki skor rendah dari sisi kinerja. Semua yang masuk 2) Kuadran II, ”Concentrate here” : memiliki skor yang tinggi dari sisi tingkat kepentingan tetapi memiliki skor rendah dari sisi kinerja. Semua yang masuk

3) Kuadran III, ’low priority” : baik skor tingkat kepentingan namun kinerja bernilai rendah. Variabel di dalam kuadran ini dianggap tidak penting dan tidak berpengaruh banyak terhadap kepuasan pelanggan.

4) Kuadran IV, ”possible overkill” : skor tingkat kepentingan rendah namun skor kinerja tinggi. Variabel dalam kuadran ini menunjukkan terjadinya pelayanan berlebih terhadap variabel yang kurang dianggap penting oleh pelanggan. Perusahaan seharusnya melakukan penelitian apakah pelayanan terhadap variabel ini tetap dilakukan seperti biasa atau berkonsentrasi pada pelayanan pada kuadran I ataupun II.

Ada dua macam metode untuk menampilkan data IPA (Martinez: 2003) yaitu: pertama menempatkan garis perpotongan kuadran pada nilai rata-rata skala pengukuran sumbu tingkat kinerja dan sumbu tingkat kepentingan. Tujuannya untuk mengetahui secara umum penyebaran data pada kuadran. Kedua menempatkan garis perpotongan kuadran pada nilai rata-rata hasil pengukuran tingkat kinerja dan nilai rata-rata hasil pengukuran tingkat kepentingan dengan tujuan untuk mengetahui secara spesifik letak masing-masing faktor pada kuadran. Metode yang kedua lebih banyak dipergunakan oleh peneliti.

2.2.5. Teknik Pengambilan Sampel

Prof. DR. Sugiyono (2009) menyatakan bahwa pada dasarnya metode pengambilan sampel dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Non Probability Sampling . Probability Sampling meliputi simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area random. Non Probability Sampling meliputi sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental/insidental, purposive sampling, sampling jenuh,dan snowball sampling. Teknik pengambilan sampel paling sederhana adalah Simple random Prof. DR. Sugiyono (2009) menyatakan bahwa pada dasarnya metode pengambilan sampel dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Non Probability Sampling . Probability Sampling meliputi simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area random. Non Probability Sampling meliputi sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental/insidental, purposive sampling, sampling jenuh,dan snowball sampling. Teknik pengambilan sampel paling sederhana adalah Simple random

Berdasarkan konsep presisi, ukuran sampel dapat ditentukan dengan rumus sederhana (Yamane: 1976) sebagai berikut :

Dimana : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi yang diketahui

d = Presisi yang ditetapkan

Menurut Roscoe (1982) sebaiknya sampel yang digunakan berkisar antara 30 sampai dengan 500 sampel.

2.2.6. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data meliputi wawancara melalui tatap muka, kuesioner, telepon, dan media elektronik lain: observasi individu dan peristiwa baik dengan atau tanpa videotape, atau rekaman audio dan beragam teknik lain (Uma Sekaran: 2006).

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Dalam pembuatan kuesioner, perlu diperhatikan bahwa kuesioner bertujuan untuk menampung data sesuai kebutuhan juga merupakan suatu kertas kerja yang harus disusun dengan baik.

Untuk memungkinkan responden menjawab dalam berbagai tingkatan bagi setiap butir kepuasan, maka dipergunakan skala Likert yang dikembangkan oleh R. S. Likert, dimana setiap skala mewakili suatu tanggapan. Format tipe likert Untuk memungkinkan responden menjawab dalam berbagai tingkatan bagi setiap butir kepuasan, maka dipergunakan skala Likert yang dikembangkan oleh R. S. Likert, dimana setiap skala mewakili suatu tanggapan. Format tipe likert

1) Penilaian untuk kinerja

a) Jawaban sangat baik diberi bobot 5

b) Jawaban baik diberi bobot 4

c) Jawaban cukup baik diberi bobot 3

d) Jawaban kurang baik diberi bobot 2

e) Jawaban tidak baik diberi bobot 1

2) Penilaian untuk kepentingan

a) Jawaban sangat penting diberi bobot 5

b) Jawaban penting diberi bobot 4

c) Jawaban cukup penting diberi bobot 3

d) Jawaban kurang penting diberi bobot 2

e) Jawaban tidak penting diberi bobot 1

Skala likert yang digunakan adalah skala 5 seperti ditunjukkan pada Tabel 2.9 berikut ini;

Tabel 2.9 Skor Skala Likert Pernyataan

Nilai Likert Sangat baik

5 Baik

4 Cukup baik

3 Kurang baik

2 Tidak baik

Sumber: R.S. Likert

2.2.7 Analisa Statistik

2.2.7.1 Uji Validitas

Koefisien korelasi menggambarkan tingkat kemampuan instrumen untuk mengungkap data atau informasi dari variabel yang diukur. Teknik pengujian validitas menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dengan tingkat signifikansi 1% atau 5 % untuk mengetahui keeratan pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan cara mengkorelasikan antara skor butir pada kuesioner terhadap skor total. Bila korelasi lebih tinggi (katakanlah 0,75 atau lebih), kita dapat menduga apakah variabel yang berkorelasi adalah dua variabel berbeda dan akan meragukan validitas pengukuran (Uma Sekaran: 2006)

Rumus Pearson Product Moment :

}{

åå

)( ( ) ( ) y n x x n x

x xy n xy r

( Prof. DR. Sugiyono: 2009 )......( 2.8 )

r = korelasi Pearson Product Moment n

= cacah subyek uji coba Sx

= jumlah skor variabel x Sy

= jumlah skor variabel y Sx 2 = jumlah skor kuadrat variabel x Sy 2 = jumlah skor kuadrat variabel y

Sxy = jumlah perkalian skor variabel x dan y

Selanjutnya uji validitas menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0 for windows. Untuk alur uji validitas disajikan pada Gambar 2.11 sebagai berikut;

Gambar 2.11 Alur Uji Validitas Data

2.2.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat kemampuan suatu instrumen penelitian untuk dapatmengukur suatu variabel secara berulangkali dan mampu menghasilkan informasi atau data yang sama atau sedikit sekali variasi. Teknik pengujian reliabilitas menggunakan koefisien alpha cronbach dengan taraf nyata 1% atau 5 %. Alpha cronbach adalah koefisien keandalan (reliability) yang menunjukkan seberapa baik item dalam suatu kumpulan secara positif berkorelasi satu sama lain.semakin dekat koefisien keandalan dengan 1, semakin baik. Keandalan kurang dari 0,6 dianggap buruk, keandalan dalam kisaran 0,7 bisa diterima, dan lebih dari 0,8 adalah baik (Uma Sekaran: 2006). Alur uji reliabilitas dapat dilihat pada Gambar 2.12.

Rumus alpha cronbach: r i =

Memasukkan data ke data view

Memilih Analysis, Correlate, Bivariate kemudian memasukkan semua variable

pada kotak variable, memilih Pearson pada

pilihan Correlate Coefficient

Menampilkan output

Selesai

Dimana;

k = jumlah sampel

∑ 5 = mean kuadrat kesalahan

= varians total

X t = Jumlah total subyek kuesioner Jk i = Jumlah total kuadrat subyek kuesioner Jk s = Jumlah total subyek kuesioner kuadrat

Selanjutnya uji reliabilitas menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0 for windows.

Mulai

Memasukkan data ke data view

Memilih menu Analyze, Scale, Reliability Analyze

Memasukkan semua variable