Perubahan Pola Menstruasi pada 9 Bulan Pertama KB Suntik DMPA di Klinik Maria Delitua Januari –Maret 2010
PERUBAHAN POLA MENSTRUASI PADA 9 BULANPERTAMA KB SUNTIK DMPA DI KLINIK MARIA DELITUA
Lilis Sumardiani
095102023
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Perubahan Pola Menstruasi Pada 9 Bulan Pertama Aseptor KB Suntik DMPA Tahun 2010
Nama Mahasiswa : Lilis Sumardiani
NIM : 095102023
Program Studi : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU
Ketua
(dr Christoffel L Tobing. SpOG(K) ) NIP. 140139768
Anggota I
(dr Arlinda S Wahyuni M.Kes) NIP. 132231986
Anggota II
( Setiawan S.kp, MNS, Ph.D ) NIP. 197107201999031001
Program D IV Bidan Pendidik telah menyetujui Karya Tulis Ilmiah ini sebagai bagian persyaratan kelulusan untuk Sarjana Sains Terapan D IV Bidan Pendidik.
(Nur Asnah Sitohang, S.Kep,Ns, M.Kep) (dr. Murniati Manik, M.Sc, Sp.KK) NIP. 19740505 200212 2001 NIP. 19530719 198003 2001 Koordinator Karya Tulis Ilmiah Ketua Pelaksana Program D IV
(3)
D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU Karya Tulis Ilmiah Juni 2010-06-14
Nama : Lilis Sumardiani Nim : 095102023
Perubahan Pola Menstruasi pada 9 Bulan Pertama KB Suntik DMPA di Klinik Maria Delitua Januari –Maret 2010
viii + 25 hal + 4 tabel +1 skema+ 7 lampiran
Alat kontrasepsi Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) merupakan alat kontrasepsi hormonal yang di minati oleh Wanita Usia Subur (WUS) alasannya karena pemakaiannya praktis . Disamping memiliki keuntungan DMPA juga memiliki efek samping berupa gangguan pola haid, sakit kepala, peningkatan berat badan Untuk mengetahui perubahan pola haid yang terjadi pada kontrasepsi injeksi DMPA di klinik Maria Delitua Tahun 2010. Rancangan: Suatu penelitian
cross sectional tentang perubahan pola haid yang terjadi pada aseptor 9 bulan
pertama KB DMPA. Jumlah populasi 30 responden sampel total sampling analisa univariat dengan distribusi frekuensi. Hasil penelitian univariat menunjukan data demografi mayoritas usia ibu yang suntik DMPA di Klinik Maria berusia 23-25 tahun terdapat 26 responden (86,6 %) dan paling sedikit berusia >26 tahun 1 responden (3.3%). Pekerjaan responden mayoritas bewiraswasta 20 responden (66,7%) dan yang paling sedikit responden hanya sebagai ibu rumah tangga 4 responden (13,3%), Jumlah anak yang di miliki ibu saat menjadi aseptor KB DMPA mayoritas masih mempunyai anak 2 terdapat 19 responden (63,3%) dan paling sedikit pada anak yang lebih dari responden (6,7%). Dari pola haid terdapat 22 responden (73,3%),7 orang yang mengalami spotting, dan 4 orang yang mengalami perdarahan diluar siklus setelah penyuntikan.
Kata kunci : Aseptor 9 bulan pertama DMPA, Perubahan pola haid Daftar Pustaka : 20 (2000-2010)
(4)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan, yang telah memberikan rahmat dan berkatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul” Perubahan Pola Menstruasi Pada 9 Bulan Pertama KB Suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat(DMPA) di Klinik Maria Delitua tahun 2009” dengan tepat waktu.
Dalam pembuatan karya tulis ini penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
1. dr Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU
2. dr Murniati Manik, MSc, SpKK selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU
3. dr Christoffel L.Tobing, SpOG (K) selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi masukan dan meluangkan waktu untuk memberi petunjuk dalam karya tulis ilmiah ini.
4. Seluruh staf dosen D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara
5. Seluruh staf Tata Usaha D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara
6. Kedua orang tua Para Suster FSE yang telah memberi dukungan moril dan Spiritual kepada penulis
7. Teman-teman dan semua pihak siapa saja yang telah membantu dalam penyusunan KTI .
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menunjang kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
(5)
Akhir kata penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 28 Juni 2010 Penulis Lilis Sumardiani
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAK...i
KATA PENGANTAR... ... ..ii
DAFTAR ISI...iii
DAFTAR SKEMA ...v
DAFTAR TABEL...vi
LAMPIRAN ... ...vii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... .1
B. Rumusan Masalah... 3
C. Tujuan Penelitian ...3
1. Tujuan Umum ... 3
2. Tujuan Khusus ... ...4
D. Manfaat Penelitian ... 4
1. Bagi WUS ... 4
2. Bagi Pendidikan... ... 4
3. Bagi Peneliti... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Menstruasi... 5
1. Definisi Menstruasi... ... 5
2. Aspek Siklus Menstruasi...6
3. Perubahan Histologi Pada Endometrium Dalam Siklus Menstruasi ... ..7
4. Mekanisme Haid... .9
5. Gangguan Menstruasi... 11
B. Depo Medroksi Progesteron Asetat... 13
1. Definisi DMPA... ... 13
2. Mekanisme kerja... ...13
3. Indikasi dan Kontraindikasi...13
4.Keuntungan dan Kerugian ...14
(7)
BAB III .KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep...16
B. Definisi Operasional...17
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ...18
B. Populasi dan Sampel...18
C.Tempat Penelitian ... ...18
D. Waktu Penelitian... ...18
E.Etika Penelitian ...19
F. Alat Pengumpulan Data ...19
G. Prosedur Pengumpulan data ...20
I. Rencana Analisis Data………...21
BAB V. HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian... 22
B.PEMBAHASAN 1. Perubahan Pola Haid Pada Aseptor Depo Medroksi Progesterone Asetat...23
2. Keterbatasan Peneliti...24
3. Implikasi Untuk Asuhan Kebidanan ...24
BAB VII. PENUTUP A. Kesimpulan ...25
B. Saran ...25 DAFTAR PUSTAKA.
(8)
DAFTAR SKEMA
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Aseptor 9 bulan pertama KB suntik DMPAdi klinik Maria Delitua Tahun 2010...hal..21 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Yang Tidak Mengalami Haid di Klinik
Maria Delitua Tahun 2010………...hal..22
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan aseptor yang mengalami perdarahan Bercak –Bercak Spotting di Klinik Maria Delitua Tahun 2010...hal. 22
Tabel 5.4 .Distribusi Frekuensi Responden yang Mengalami Perdarahan di Luar Siklus di Klinik Maria Delitua Tahun 2010...hal 23
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Pengesahan
Lampiran 2 : Lembar Imformed Concent Lampiran 3 : Lembar Kuisioner
Lampiran 4 : Lembar Surat Izin Penelitian Lampiran 5 : Lembar Balasan Klinik
Lampiran 6 : Lembar pernyataan Editor Bahasa Indonesia Lampiran 7 : Master Data
(11)
D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU Karya Tulis Ilmiah Juni 2010-06-14
Nama : Lilis Sumardiani Nim : 095102023
Perubahan Pola Menstruasi pada 9 Bulan Pertama KB Suntik DMPA di Klinik Maria Delitua Januari –Maret 2010
viii + 25 hal + 4 tabel +1 skema+ 7 lampiran
Alat kontrasepsi Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) merupakan alat kontrasepsi hormonal yang di minati oleh Wanita Usia Subur (WUS) alasannya karena pemakaiannya praktis . Disamping memiliki keuntungan DMPA juga memiliki efek samping berupa gangguan pola haid, sakit kepala, peningkatan berat badan Untuk mengetahui perubahan pola haid yang terjadi pada kontrasepsi injeksi DMPA di klinik Maria Delitua Tahun 2010. Rancangan: Suatu penelitian
cross sectional tentang perubahan pola haid yang terjadi pada aseptor 9 bulan
pertama KB DMPA. Jumlah populasi 30 responden sampel total sampling analisa univariat dengan distribusi frekuensi. Hasil penelitian univariat menunjukan data demografi mayoritas usia ibu yang suntik DMPA di Klinik Maria berusia 23-25 tahun terdapat 26 responden (86,6 %) dan paling sedikit berusia >26 tahun 1 responden (3.3%). Pekerjaan responden mayoritas bewiraswasta 20 responden (66,7%) dan yang paling sedikit responden hanya sebagai ibu rumah tangga 4 responden (13,3%), Jumlah anak yang di miliki ibu saat menjadi aseptor KB DMPA mayoritas masih mempunyai anak 2 terdapat 19 responden (63,3%) dan paling sedikit pada anak yang lebih dari responden (6,7%). Dari pola haid terdapat 22 responden (73,3%),7 orang yang mengalami spotting, dan 4 orang yang mengalami perdarahan diluar siklus setelah penyuntikan.
Kata kunci : Aseptor 9 bulan pertama DMPA, Perubahan pola haid Daftar Pustaka : 20 (2000-2010)
(12)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita. Meskipun tidak selalu diakui demikian, peningkatan dan perluasan pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.
Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan Nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi ( Maryani, 1998 ).
Memasuki awal tahun pertama Pembangunan Jangka Panjang Tahap II Pembangunan Gerakan Keluarga Berencana Nasional masih tetap ditujukan terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keluarga sebagai kelompok sumber daya manusia terkecil yang mempunyai ikatan batiniah dan lahiriah. Di mana merupakan pengembangan sasaran dalam mengupayakan terwujudnya visi Keluarga Berencana Nasional yang kini telah diubah visinya menjadi “Keluarga Berkualitas Tahun 2015” keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak – hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga.(Sarwono,2003)
Keluarga berencana merupakan tindakan untuk membantu individu atau pasangan suami istri mendapat objek tertentu, menghindari kelahiran yang diinginkan, menghindari interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dan hubungan dengan suami istri, serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hanafi H. 2004).
(13)
Dalam pelaksanaan Keluarga Berencana, pemerintah menganjurkan penggunaan kontrasepsi yang merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono P,2002 hal 902). Seperti yang kita ketahui ada beberapa metode kontrasepsi seperti metode sederhana, kontrasepsi hormonal, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), dan kontrasepsi mantap.
Salah satu metode kontrasepsi hormonal yang populer di Indonesia adalah metode suntikan. Terdapat dua jenis suntikan yakni sediaan kombinasi dan long action progestin. Kontrasepsi suntikan progestin ( long action progestin) terdiri dari dua jenis Depo Medroksi Enatat (Depo Noristat) dan Depo Medroxi Progesteron Asetat (DMPA). DMPA tersedia dalam bentuk mikro cristal yang tersuspensi dalam larutan akuosa dengan dosis kontrasepsi 150 mg, DMPA disuntikan secara intramuskular pada otot gluteal atau deltoid yang diberikan setiap 3 bulan sekali. (Leon Speroff,2005).
Cara kerja DMPA dengan cara mencegah ovulasi mengentalkan lendir
serviks, menjadikan selaput lendir rahim tipis atau atropi, serta menghambat transportasi gamet ke tuba. Keuntungan penggunaan DMPA yakni sangat efektip
mencegah kehamilan dalam jangka waktu panjang dan tidak memiliki pengaruh terhadap ASI. Sedangkan keterbatasannya yaitu sering di temukan gangguan haid (terganggunya pola haid diantaranya adalah amenorhoe, menoragia dan muncul bercak (spotting), klien tergantung pada sarana pelayanan, terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, terdapatnya beberapa keluhan seperti di bawah ini seperti nyeri kepala, kekeringan pada vagina, peningkatan berat badan, gangguan emosi, nervositas, jerawat, dan penurunan libido (Sarwono P 2004 hal 41)
Penelitian yang dilakukan oleh Lia Ayu Yuliani (2004) dengan judul Hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi Depo Provera dengan siklus menstruasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional dengan analisis statistik yang digunakan adalah uji korelasi non parametris dengan teknik koefisien kontingensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 44 akseptor (97,8%) mengalami gangguan menstruasi berupa: amenorrhoea 43 kasus (55,3%), menorrhagia 12 kasus (15,4%),
(14)
metrorrhagia 6 kasus (7,8%) dan spotting 15 kasus ( 19,3%), serta 1 akseptor (2,2%) tidak mengalami gangguan Menstruasi
Dokumentasi hasil pelayanan terhadap beberapa peserta KB diketahui adanya perubahan pola haid .Dalam rangka aksepbilitas program metode kontrasepsi suntik DMPA dan efek sampingnya maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang ”Perubahan Pola Menstruasi Pada 9 Bulan Pertama Dalam Aseptor KB Suntik (DMPA) di. Klinik Maria Delitua Tahun 2010”
B. Rumusan Masalah
Belum diketahui perubahan pola menstruasi yang terjadi Pada 9 Bulan Pertama aseptor KB suntik DMPA di Klinik Maria Delitua 2010
C.Tujuan Penenelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi Perubahan Pola Menstruasi Pada 9 Bulan Pertama Pemakaian Aseptor KB Suntik DMPA Di Klinik Maria Delitua 2010
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi yang tidak mengalami haid pada 9 Bulan Pertama Aseptor KB Suntik DMPA di Klinik Maria Delitua 2010
2. Untuk mengidentifikasi perdarahan berupa bercak /spotting pada 9 Bulan Pertama Aseptor KB Suntik DMPA Di Klinik Maria Delitua Januari – Maret 2010
3. Untuk mengidentifikasi perdarahan di luar siklus menstruasi pada 9 bulan Pertama Aseptor KB Suntik DMPA Di Klinik Maria Delitua Januari – Maret 2010
(15)
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Klinik Bersalin
Sebagai sumber informasi untuk pelaksanaan program pelayanan kontrasepsi
2. Bagi institusi dan Pendidikan
Sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian yang sejenis dan lebih mendalam
3. Bagi peneliti
• Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang di dapat selama perkuliahan. • Sebagai bahan masukan dalam memberikan penyuluhan kepada WUS
(wanita usia subur )
• Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat
(16)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Menstruasi
1. Pengertian Menstruasi
Menstruasia ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. (Kasdu Dini .2008) Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid yang berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Karena jam mulainya haid tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar haid dari otsium
uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung + 1 hari.
Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklus tidak terlalu sama. Panjang siklus haid dipengaruhi usia seseorang. Rata-rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari, dan pada wanita usia 55 tahun 51,9 hari. Jadi, sebenarnya panjang siklus haid 28 hari itu tidak sering dijumpai. Dari pengamatan Hartman pada kera ternyata bahwa hanya 20% saja panjang siklus haid 28 hari. Panjang siklus yang biasa pada manusia ialah 25-32 hari, dan kira-kira 97% wanita yang
berovulasi siklus haidnya berkisar antara 18 – 42 hari. Jika siklusnya kurang dari
18 hari atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur, biasanya siklusnya tidak berovulasi (anovulator). Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu tetap.
Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 + 16 cc. Pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak. Pada wanita dengan anemia defisiensi besi jumlah darahnya haidnya juga lebih banyak. Jumlah darah haid lebih dari 80 cc dianggap patologik. Darah haid tidak membeku; ini mungkin disebabkan fibrinolisin. (Manuaba, 2007)
(17)
Kebanyakan wanita tidak merasakan gejala-gejala pada waktu haid, tetapi sebagian kecil merasa berat di panggul atau merasa nyeri (dismenorea). Usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi lebar, yaitu antara 10 – 16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum. Semmelweiss menyatakan bahwa 100 tahun yang lampau usia gadis-gadis Vienna pada waktu menarche berkisar antara 15 – 19 tahun. Menurut Brown menurunnya usia waktu menarche itu sekarang disebabkan oleh keadaan gizi dan kesehatan umum yang membaik, dan berkurangnya penyakit menahun. Menarche terjadi di tengah-tengah masa pubertas, wanita memasuki masa reproduksi, yaitu masa di mana ia dapat memperoleh keturunan. Masa reproduksi ini berlangsung 30 – 40 tahun dan berakhir pada masa mati haid atau baki (menopause). (Andrews Gilliy.2010)
2. Aspek Endokrin Dalam Siklus Haid
Sekarang diketahui bahwa dalam proses ovulasi harus ada kerjasama antara korteks serebri, hipotalamus, hipofisis, ovarium, glandula tiroidea,
glandula suprarenalis, dan kelenjar-kelenjar endokrin lainnya. Yang memegang
peranan penting dalam proses tersebut ialah hubungan hipotalamus, hipofisis dan ovarium (hyphotalamic-pituitary-ovarian axis). Menurut teori neurohumoral yang dianut sekarang, hipotalamus mengawasi sekresi hormon gonadotropin
adennohipofisis melalui sekresi neurohormon yang disalurkan ke sel-sel
adenohipofisis lewat sirkulasi portal yang khusus. Hipotalamus menghasilkan faktor yang telah dapat diisolasi dan disebut Gonadotropin Releasing Hormone
Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis. Apakah hipotalamus
menghasilkan Folikel Stimulating Hormon -Releasing Hormone (FSH-RH) yang terpisah dari Luteneting Hormon -Releasing Hormone (LH-RH) belum lagi pasti karena FSH-RH belum dapat diisolasi. Releasing Hormone (RH) disebut juga
Releasing Factor.
(18)
3. Perubahan Histologik Pada Endometrium Dalam Siklus Haid
Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lendir uterus mengalami perubahan-perubahan siklik yang berkaitan erat dengan aktivitas ovarium. Dapat dibedakan 4 fase endometrium dalam siklus haid, yaitu : a. Fase menstruasi atau deskuamasi
Dalam fase endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan. Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah haid mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah dalam
hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan stroma yang mengalami
disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, serviks, dan kelenjar-kelenjar
vulva. Fase ini berlangsung 3-4 hari.
b. Fase pascahaid atau fase regenerasi
Luka I yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel-sel epitel endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium + 0,5 mm. Fase ini telah mulai sejak fase menstruasi berlangsung + 4 hari.
c. Fase intermenstruum atau fase proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal + 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-4 dari siklus haid. Fase
profilerasi dapat dibagi atau 3 subfase, yaitu :
•Fase proliferasi dini (early proliferation phase) •Fase proliferasi madya (midproliferation phase) •Fase proliferasi akhir (late proliferation phase)
(19)
d. Fase proliferasi dini
Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar-kelenjar kebanyakan lurus, pendek, dan sempit. Bentuk kelenjar ini merupakan ciri khas fase proliferasi; sel-sel kelenjar mengalami mitosis. Sebagian sediaan masih menunjukkan suasana fase menstruasi di mana terlihat perubahan-perubahan involusi dari epitel kelenjar yang berbentuk kuboid. Stroma padat dan sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel-selnya berbentuk bintang dan dengan tonjolan-tonjolan anastomosis. Nukleus sel stroma besar sebab sitoplasma relatif sedikit.
e. Fase proliferasi madya
Fase ini berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan yang berbentuk torak dan tinggi. Kelenjar-kelenjar keluk dan bervariasi. Sejumlah stroma mengalami edema. Tampak banyak mitosis dengan inti berbentuk telanjang (nake nucleus).
f. Fase proliferasi akhir
Fase ini berlangsung hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stroma bertumbuh aktif dan padat.
g. Fase prahaid atau fase sekresi
Fase ini sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari 14 sampai ke-28. Pada fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk, dan mengeluarkan getah, yang makin lama makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang
(20)
dibuahi. Memang tujuan perubahan ini adalah untuk mempersiapkan endometrium menerima telur yang dibuahi. Fase sekresi dibagi atas fase
sekresi dini dan fase sekresi lanjut.
Dalam fase ini endometrium lebih tipis daripada fase sebelumnya karena kehilangan cairan. Pada saat ini dapat dibedakan beberapa lapisan, yakni :
1) Stratum basale, yaitu lapisan endometrium bagian dalam yang berbatasan dengan lapisan miometrium; lapisan ini tidak aktif, kecuali mitosis pada kelenjar.
2) Stratum spengiosum, yaitu lapisan tengah berbentuk anyaman seperti spons. Ini disebabkan oleh banyaknya kelenjar yang melebar dan berkeluk-keluk dan hanya sedikit stroma diantaranya.
3) Stratum kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat. Saluran-saluran kelenjar sempit, lumennya berisi sekret, dan stromanya edema.
h. Fase sekresi lanjut
Endometrium dalam fase ini tebalnya 5 – 6mm. Dalam fase ini
terdapat peningkatan dari fase sekresi dini, dengan endometrium sangat banyak mengandung pembuluh darah yang berkeluk-keluk dan kaya dengan glikolagen. Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovum.
Sitoplasma sel-sel stroma bertambah. Sel stroma menjadi sel desidua jika
terjadi kehamilan. . (Pillitery, Adelle. 2003)
4. Mekanisme Haid
Hormon steroid estrogen dan progesteron mempengaruhi pertumbuhan
endometrium. Di bawah pengaruh estrogen endometrium memasuki fase
proliferasi; sesudah ovulasi, endometrium memasuki fase sekresi. Dengan
menurunnya kadar estrogen dan progesteron pada akhir siklus haid, terjadi
(21)
regresi endometrium yang kemudian diiikuti oleh perdarahan yang terkenal
dengan nama haid.( Bobak, .2004)
Mekanisme haid belum diketahui seluruhnya, akan tetapi sudah dikenal beberapa faktor yang, kecuali faktor hormonal, memegang peranan dalam hal ini. Yang penting ialah :
a). Faktor-Faktor Enzim
Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikolagen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut serta dalam pembangunan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada pertengahan fase
luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, dengan akibat mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak
permulaan fase proliferasi. Dengan demikian, lebih banyak zat-zat makanan mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum, apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan terjadi, maka dengan menurunnya kadar progestoren, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, dan merusakkan bagian dari sel-sel yang berperan dalam sintesis protein. Karena itu, timbul gangguan dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.
b). Faktor-Faktor Vaskular
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteria-arteria, vena-vena hubungan antaranya, seperti digambarkan di atas. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosisi dan perdarahan dengan pembentukan hematom, baik dari arteri maupun dari vena.
(22)
c). Faktor Prostaglandin
Endometrium mengandung banyak protaglandin E2 dan F2
5. Gangguan Menstruasi Dan Perdarahan
. Dengan desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid. (Pillitery, Adelle. 2003) Pencegahan ovulasi pada tahun 1940 Sturgis dan Albright melaporkan bahwa suntikan estrogen dapat mencegah ovulasi. Penemuan ini menjadi dasar kontrasepsi dengan pil oral.
Siklus perdarahan haid / menstruasi lamanya lebih dari 2-6 hari. Pada siklus 28 hari, hari hari ke-5 sampai 14 hari adalah fase folikular atau proliferasi yang dimulai setelah perdarahan berakhir dan berlangsung sampai saat ovulasi. Fase ini berguna untuk menumbuhkan endometrium agar siap menerima ovum yang telah dibuahio. Pada fase ini ovarium terjadi pematangan folikel akibat pengaruh FSH. Folikel ini akan menghasilkan estradiol dalam jumlah banyak. Pembentukan estradiol terus menigkat sampai kira-kira hari ke-13.
Puncak sekresi LH akan memacu terjadinya ovulasi pada hari ke-14. pengaruh progesteron terhadap endometrium paling terlihat pada hari ke-22, yaitu saat nidasi seharusnya terjadi.
Bila tidak terjadi nidasi, estradiol dan progesteron akan menghambat FSH dan LH sehingga korpus luteum tidak dapat berkembang lagi. Akibat pengaruh
estradiol dan progesteron akan terjadi penyempitan pembuluh darah endometrium
yang berlanjut dengan iskemia. Dengan demikian, endometrium akan terlepas dan timbul perdarahan. ( Bobak 2004)
(1)Polimenorhoe
Haid sering datang, jadi siklus pendek, kurang dari 25 hari. Kalau siklus pendek tapi teratur ada kemungkinan : stadium proliferasi pendek, stadium sekresi pendek, keduanya pendek.Yang paling sering dijumpai
(23)
ialah pemendekan stadium proliferasi. Kalau siklus lebih pendek dari 21 hari maka kemungkinan besar juga stadium sekresi pendek. Hal ini menyebabkan infertilitas. Siklus yang tadinya normal menjadi pendek. Gejala ini biasanya disebabkan pemendekan stadium sekresi karena corpus
luteum lekas mati. Ini sering terjadi karena disfungsi ovarium pada climacterium, pubertas, penyakit (tbc).Terapi : stadium proliferasi dapat
diperpanjang dengan estrogen dan stadium sekresi dengan kombinasi
estrogen-progesteron
(2) . Oligomenorhoe
Haid jarang, siklus panjang.Oligomenorrhoe terjadi kalau siklus lebih dari 35 hari. Sering terdapat pada wanita yang asthenis. Oligomenore yang menetap dapat terjadi akibat dari perpanjangan stadium follikuler, perpanjangan stadium luteal, kedua stadium di atas menjadi panjang. Kalau siklus sekonyong-konyong menjadi panjang maka dapat disebabkan oleh : pengaruh psikis, pengaruh penyakit : tbc. Pada umumnya
oligomenore yang ovulatoar tidak memerlukan terapi. Kalau mendekati
amenore maka dapat diusahakan mengadakan ovulasi. DD terhadap kehamilan selalu harus dibuat.
(3). Hipomenore
Hipomenore adalah perdarahan haid dalam jumlah sedikit, ganti
pembalut 1-2 kali/hari. Etiologi kekurangan estrogen maupun progesterone, stenosis hymen, stenosis serviks uteri, sinekia uteri (
sindrom asherman). Lamanya Perdarahan Secara normal haid sudah
berhenti dalam 7 hari. Kalau haid lebih lama dari 7 hari maka daya regenerasi selaput lendir kurang, Misalnya pada endomeritis, myoma
atau carcinoma dari corpus uteri.
(24)
(4). Menorrhagia
Menorrhagia adalah pengeluaran darah yang terlalu banyak biasanya lebih dari 80 ml permenses kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi, terjadi pada siklus yang teratur (Menurut Kadir&Lee,2001).
B. Kontrasepsi Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) 1.Definisi Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)
Kontrasepsi suntik yang hanya berisi hormon progesterone dan tidak mengandung estrogen. Daya kerja kontrasepsi DMPA adalah 150 mg setiap 3 bulan dan merupakan dosis yang tinggi. Setelah suntikan 150 mg DMPA, ovulasi tidak akan terjadi untuk minimal 14 minggu. Depo Medroxyprogesteron Asetat (DMPA) diberikan dengan cara disuntikkan secara intramuskuler (Hartanto, 2003).
2. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja pada pemakaian DMPA yaitu mencegah ovulasi dengan cara lendir serviks menjadi kental dan sedikit sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa, membuat endometrium menjadi kurang baik atau layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi dan mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba fallopii (Hartanto, 2003).
3. Indikasi dan Kontra Indikasi
Indikasi dalam pemakaian suntik DMPA diantaranya adalah menginginkan penjarangan kehamilan untuk paling sedikitnya satu tahun, kontrasepsi kerja lama yang sangat efektif dan tidak terkait dengan sanggama, menyusui, penyakit sel sabit atau thalasemia dan gangguan kejang. Adapun kontra indikasi dalam pemakaian suntik DMPA yaitu kehamilan, perdarahan, penyakit hati, kanker payudara, penyakit kardiovaskuler yang berat, menginginkan kembalinya kesuburan dengan cepat dan depresi berat . (Rekomendasi Praktik Pilihan Untuk Penngunaan Kontrasepsi Edisi 2,2009)
(25)
4.Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan dari suntik DMPA yaitu sangat efektif (99,6%), tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak dibutuhkan pemeriksaan awal, tidak mempengaruhi produksi ASI, dapat digunakan oleh wanita tua ( di atas 35 tahun), mencegah kehamilan ektopik, dapat digunakan untuk jangka panjang dan sangat berguna untuk klien yang tidak ingin hamil lagi tetapi belum bersedia untuk mengikuti sterilisasi (Depkes RI, 2009).
Kerugian suntik DMPA yaitu terlambatnya pemulihan kesuburan setelah berhenti pemakaian, tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu sebelum suntikan berikutnya, tidak menjamin perlindungan terhadap penularan penyakit menular seksual dan hepatitis B atau infeksi HIV (Depkes RI, 2001).
Angka kegagalan yang pernah dilaporkan di berbagai komunitas yang memakai suntik DMPA yaitu di bawah 0,5 per 100 wanita (Glasier, 2006).
5. Tanda – Tanda yang Harus Diwaspadai
Tanda – tanda yang harus diwaspadai dalam pemakaian DMPA adalah perdarahan berat yang dua kali lebih panjang dari masa haid atau dua kali lebih banyak dalam satu periode masa haid, sakit kepala yang berulang dan berat atau kaburnya penglihatan, nyeri abdomen sebelah bawah yang berat dan buang air kecil yang berulang kali (Depkes RI, 2001). Abses atau perdarahan tempat injeksi dan kanker merupakan komplikasi yang mungkin terjadi pada akseptor KB suntik DMPA (Varney, 2007).
6. Waktu Pemberian Suntikan DMPA
Waktu pemberian suntik DMPA dibagi menjadi empat, yaitu setelah menstruasi dalam lima hari atau setiap waktu selama siklus wanita, setelah aborsi dalam waktu lima hari setelah dilakukan aborsi, setelah melahirkan (tidak menyusui) dilakukan setelah melahirkan atau tiga minggu pascapartum kecuali pada wanita yang memiliki riwayat pascapartum, setelah melahirkan (menyusui) dilakukan segera atau setelah melahirkan atau enam minggu pasca persalinan (Varney, 2007).
(26)
7. Efek Samping
Efek samping suntik DMPA adalah gangguan Haid
Gejala dan keluhan dalam gangguan pola haid yaitu Amenorrea adalah tidak datangnya haid selama akseptor mengikuti suntikan KB selama tiga bulan bertutut – turut, Spotting adalah bercak – bercak perdarahan di luar haid yang terjadi selama akseptor mengikuti KB suntik, Metroraghia adalah perdarahan yang berlebihan di luar siklus haid, Menorraghia adalah datangnya darah haid yang berlebihan jumlahnya tetapi masih dalam siklus haid (Suratun, 2008).
Gangguan pola haid amenorrea disebabkan karena terjadinya atrofi endometrium yaitu kadar estrogen turun dan progesteron meningkat sehingga tidak menimbulkan efek yang berlekuk – lekuk di endometrium (Wiknjosastro, 2005), gangguan pola haid spotting disebabkan karena menurunnya hormon estrogen dan kelainan atau terjadinya gangguan hormon (Hartanto, 2003), gangguan pola haid metroraghia disebabkan oleh kadar hormon estrogen dan progesteron yang tidak sesuai dengan kondisi dinding uterus (endometrium) untuk mengatur volume darah menstruasi dan dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genetalia atau kelainan fungsional (Depkes RI, 2000), gangguan pola haid menorragia disebabkan karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron sehingga menimbulkan endometrium menghasilkan volume yang lebih banyak). (Hartanto, 2007)
(a)
Penanggulangan dalam gangguan pola haid dapat dilakukan dengan cara Pelayanan Konseling
Memberikan penjelasan kepada calon akseptor suntik bahwa pemakaian suntikan dapat menyebabkan gejala – gejala di atas. Biasanya gejala – gejala perdarahan tidak berlangsung lama.
(b) Bila terjadi perdarahan, dapat pula diberikan preparat estrogen misalnya Lynoral 2X1 sehari sampai perdarahan berhenti. Setelah perdarahan berhenti, dapat dilakukan ”tapering off” (1X1 tablet) selama beberapa hari (Suratun, 2008)
.
(27)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL A.Kerangka Konsep
Kerangka Konseptual adalah kerangka hubungan antara variabel yang ingin di amati melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoadmojo, 2003). Adapun kerangka konsep dalam penelitian mengenai ”Perubahan Pola Menstruasi Pada 9 Bulan Pertama Aseptor KB Suntik DMPA di Klinik Maria Delitua Januari- Maret 2010 adalah sebagai berikut
PERUBAHAN POLA HAID
1. Tidak mengalami haid 2. Perdarahan berupa
bercak /spotting 3. Perdarahan diluar
siklus
ASEPTOR KB SUNTIK DMPA
(28)
B. Definisi Operasional
No Variabel
Definisi
Operasional Alat
Cara
Pengukuran Hasil Skala
Suntik DMPA Penyuntikan DMPA kepada wanita usia subur
Checlist Obser
vasi register 1Diberikan DMPA 2.Tidak diberikan DMPA Ordinal Tidak mengalami Haid Suatu keadaan dimana responden tidak mengalami menstruasi selama pemakaian DMPA
Kuisioner Wawancara 1.Ya
2.Tidak Skala Ordinal Perdarahan berupa bercak /Spotting Suatu keadaan di mana responden mengalami perdarahan perdarahan bercak
Kuisioner Wawancara 1.YA
2.Tidak Ordinal Perdarahan diluar siklus haid Suatu keadaan
di mana
responden mengalami perdarahan perdarahan
bercak
Kuisioner Wawancara 1.Ya
2. Tidak
Ordinal 17
(29)
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif untuk mengetahui perubahan pola menstruasi pada 9 bulan pertama KB suntik DMPA di Klinik Maria Delitua Tahun 2010.
B. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aseptor 9 bulan pertama KB suntik DMPA 30 responden.
b. Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah seluruh aseptor 9 bulan pertama KB suntik DMPA yang tercatat di register Klinik Maria Delitua berjumlah 30 responden.
C. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Maria Delitua. Pertimbangan peneliti memilih lokasi ini adalah untuk efisiensi dan efektifitas waktu dan lokasi mudah dijangkau oleh peneliti.
D. Waktu penelitian
Penelitian mulai dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2010
.
E. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapat izin dari Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian peneliti meminta izin kepada Kepala Klinik Maria Delitua yang akan menjadi tempat pelitian.
(30)
Lembar persetujuan penelitian diberikan kepada responden yang akan diteliti tujuannya untuk memberikan kebebasan kepada responden penelitian untuk menentukan sendiri keikutsertaannya dalam penelitian serta agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian, setelah itu kuesioner yang digunakan oleh peneliti diberikan kepada responden yang akan diteliti setelah responden menandatangani lembar persetujuan penelitian (informed consent), kerahasiaan responden penelitian juga sangat diperhatikan, dengan tidak mencantumkan nama, hanya mencantumkan kode tertentu pada lembar kuesioner serta hanya peneliti yang mempunyai akses terhadap informasi tersebut.
F. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpul data berupa kuesioner , yakni data demografi, kuesioner pengetahuan, dan kuesioner sikap.
1. Data Demografi
Instrumen penelitian berisi data demografi meliputi umur, pekerjaan, paritas yang diperoleh responden.
2. Kuesioner pola menstruasi
Instrumen berisi pertanyaan untuk mengidentifikasi perubahan pola menstruasi pada 9 bulan pertama KB suntik DMPA. Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman dengan pilihan jawaban Ya diberi skor 1 dan jawaban Tidak diberi skor 2.
3. Validitas dan Reliabilitas instrumen
Uji validitas, dimasukkan agar pertanyaan yang termuat dalam kuesioner bisa mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh instrumen atau kuesioner tersebut. Content validity index sudah dilakukan dengan Dr. Partogi, SpOG; reliabitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat kestabilan atau kekonsistenan jawaban yang diberikan responden atas pertanyaan dari kuesioner. Uji validitas di lakukan pada 10 aseptor yang mempunyai kriteria sama dengan responden di Klinik Maria Delitua dilakukan pada bulan januari 2010. Lalu data diolah
(31)
menggunakan komputerisasi dengan cara kemudian scale setelah itu reliability statistic untuk mencari nilai koefisien alpha cronbach sebesar 0,7.
G. Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang di lakukan dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan mengajukan surat permohonan izin melaksanankan penelitian di Klinik Maria Delitua, surat izin tersebut di berikan pada kepala klinik, Setelah mendapat izin, kemudian peneliti melaksanankan pengumpulan data dari buku register. Setelah mendapatkan data yang cukup untuk dijadikan sampel dalam penelitian maka peneliti datang menemui aseptor tersebut untuk menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan manfaat penelitian. Kemudian meminta persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed
concent dan memberikan kuesioner kepada responden, selanjutnya peneliti
menjelaskan kepada responden cara pengisian kuesioner dengan cara melingkari jawaban yang dianggap benar oleh responden. Responden di berikan waktu untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan mengisi seluruh pertanyaan. Dalam pengisian kuesioner tersebut peneliti mendampingi responden agar mempermudah responden untuk menjawab pertanyaan yang kurang jelas. Setelah lembar kuesioner di isi oleh responden, maka selanjutnya peneliti memeriksa kelengkapan data tersebut.
H. Analisis Data
Analisis data yang telah di kumpulkan secara kwantitatif di analisa secara univariat dengan distribusi frekuensi yang menggunakan rumus
Keterangan P =Presentase f = frekuensi
n = jumlah responden
P = f/n x 100%
(32)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada penelitian ini karakteristik responden meliputi umur, pekerjaan,dan umur
Berdasarkan dari hasil penelitian dapat dilihat umur aseptor 20-22 tahun merupakan responden terbanyak yaitu 26 responden (86,6), pekerjaan wiraswasta a terbanyak yaitu 20 responden (66,7%), paritas terbanyak adalah yaitu 19 orang (63,3%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Aseptor 9 bulan pertama KB suntik DMPAdi klinik Maria Delitua Tahun 2010
o
Karakteristik F %
. . . . Umur 20-22 tahun 23-25 tahun >26 tahun 3 26 1 10 86,6 3,3
Total 30 100
. . . Pekerjaan IRT Wiraswasta Pegawai 4 20 6 13,3 66.7 20
(33)
.
Total 30 100
.
. .
Paritas
Satu Dua Tiga
2 19 9
6,,7 63,3 30
Total 30 100
Berdasarkan kategori mengalami haid, menunjukkan hampir seluruh aseptor mengalami tidak haid sebanyak 27 responden(90%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Yang Tidak Mengalami Haid di KLinik Maria Delitua Tahun 2010
o
Kategori F % Ketera
ngan
Mengalami haid 8 26,6
Tidak mengalami
haid 22 73,3
Jumlah 40 100
Berdasarkan kategori perdarahan spotting, menunjukkan hampir seluruh aseptor mengalami tidak megalami spotting sebanyak 23 responden (76,7%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Mengalami Perdarahan Bercak – Bercak Spotting di Klinik Maria Delitua Tahun 2010
21
(34)
o
Kategori F % Ketera
ngan
Perdarahan Bercak/Spotting
7 23,3
Tidak mengalami perdarahan spotting
23 76,7
Jumlah 30 100
Berdasarkan kategori perdarahan diluar siklus menunjukkan aseptor yang mengalami perdarahan di luar siklus yaitu sebanyak 13,3 responden (86,6%). Lebih jelasnya dapat di lihat dari tabel berikut:
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden yang Mengalami Perdarahan di Luar Siklus di Klinik Maria Delitua Tahun 2010
o
Kategori F % Ketera
ngan
Perdarahan di luar siklus
4 13,3
Perdarahan Biasa 26 86,6
Jumlah 30 100
B. Pembahasan
Berdasarkan teori pemakaian DMPA dapat tejadi gangguan pola haid, mual, sakit kepala, penambahan berat badan dan kadang kala ibu mengeluh gairahnya menurun (Hartanto: 2003).
• Dari seluruh responden yang diteliti yang tidak mengalami haid secara keseluruhan berjumlah 22 responden atau 73,3 %. Terdapat responden yang mengalami haid selama pemakaian DMPA namun berupa spotting dan perdarahan diluar siklus. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan responden penelitian ini tidak mengalami haid atau pemberian DMPA merubah siklus haid
(35)
secara nyata pada 27 responden dan menimbulkan efek samping berupa bercakbercak dan perdarahan diluar siklus
2. Perdarahan Bercak-bercak atau Spotting
• Selama pemberian DMPA, siklus haid yang normal dapat berubah menjadi tidak tertentu dan terjadi perdarahan di vagina yang tidak dapat diperkirakan dan/atau spotting pada sebagian besar wanita adalah 7 hari atau kurang dari itu tiap bulan. Kekerapan pendarahan cenderung menurun dengan dilanjutkannya pemberian suntikan • Perubahan pola haid menurut Hartanto (2003) dapat berupa bercak-bercak/spotting.
Hal ini juga terdapat pada responden yang diteliti sebanyak 7 orang atau 23,3% yang membuktikan bahwa pemakaian DMPA dapat menimbulkan perubahan pola haid dengan gejala perdarahan bercak-bercak atau spotting.
2. Perdarahan diluar siklus
Terdapat 4 responden atau 13,3% yang menderita efek samping dari pemakaian DMPA yang berupa perdarahan diluar siklus, hal ini juga menunjukkan bahwa pemakaian DMPA dapat menimbulkan perdarahan diluar siklus haid • Berdasarkan pendapat . Hartanto (2003) Pola haid yang normal dapat berubah menjadi amenorroe, perdarahan bercak, perdarahan dalam frekwensi lama dan jumlah darah yang ilang. Hartanto (2003)
C. Keterbatasan Penelitian
Sampel yang diteliti masih kurang banyak, karena semakin besar sampel dalam suatu penelitian akan semakin baik dan akurat hasil yang akan di capai
D. Implikasi dalam Asuhan Kebidanan
Dari hasil penelitian yang telah di ketahui bahwa metode kontrasepsi KB suntik DMPA mempunyai efek samping perubahan pola haid dan ibu yang suntik DMPA yang cukup lama akan mengalami terlambat pemulihanya ke masa
(36)
subur kembali jadi dianjurkan DMPA tidak di berikan kepada ibu yang mempunyai anak satu.
(37)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian, analisis dan pembahasan yang telah dilakukan tentang perubahan pola Menstruasi pada aseptor KB suntik DMPA di klinik Maria Delitua terhadap 30 responden pada 2010 di klinik Maria Delitua dapat disimpulkan sebagai berikut:
• 22 orang responden tidak mengalami haid,
• 7 orang yang mengalami bercak-bercak/ spotting, • 4 orang yang mengalami perdarahan diluar siklus
Efek Samping dari pemakaian DMPA sesuai dengan seperti yang digambarkan pada tinjauan teoritis yaitu: Gangguan pola haid, mual, sakit kepala, penambahan berat
B. Saran
1. Bagi Klinik Maria Delitua
Dalam pelakasanaan program pelayanan kontrasepsi sebaiknya juga menjelaskan adanya efek samping dari pemakaian kontrasepsi DMPA kepada calon akseptor baru, sehingga calon akseptor dapat menentukan pilihan kontrasepsi apa yang cocok baginya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Informasi yang terdapat dalam karya tulis ini semoga dapat dijadikan sebagai penambah referensi mengenai adanya efek samping dari pemakaian DMPA dan untuk melengkapi isi kepustakaan
(38)
DAFTAR PUSTAKA
Andrews Gilliy.2010. Buku ajar Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta EGC
Arikunto 2006. Prosedur Penelitian .Jakarta .Rineka Cipta Bobak, Irene M.2004. Maternity Nursing. Mosby
Everet Susanne.2008. Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduksi. Jakarta. EGC
Glasier,2006.Keluarga Berencana Kesehatan Reproduksi Edisi 4. Jakarta EGC
Guyton & Hall.2000.Buku Ajar. Fisiologi Kedokteran Edisi 10. Jakarta .EGC
Hartanto, 2003. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta. Sh
Hartanto,2007. Ragam Metode Kontrasepsi .Jakarta EGC
Indarti Junita..2005. Panduan kesehatan Wanita. Jakarta. Puspa Sari Kasdu Dini .2008. Solusi Problem Wanita Dewasa .Jakarta. Puspa Swara. Kopelman Peter dkk.2004. Keterampilan Klinis . Jakarta .EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde.2007.Pengantar kuliah dan Obsetri. Jakarta. EGC Mansjoer, Arief.2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1.Jakarta media aesculapius FKUI.
Manuaba, Ida Bagus Gde.2007.Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta. Arcan.
Pillitery, Adelle. 2003. Maternal & Child Health Nursing 4th ed.Philadelpia:Adelle Pillitery.
(39)
Varney Helen. 2007.Asuhan Kebidanan Volume 1.Jakarta. EGC.
Saifuddin Abdul Bari ,2006. Buku Pelayanan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 2. Jakarta .Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Setya Arum .2009. Panduan lengkap KB Terkini Edisi 2 .Jogjakarta. Press
Suratun, 2008. Pelayanan KB & Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta. TIM
Sastroasmoro S,dan Ismael S 2008 Dasar-dasar Metode Penelitian Klinik Edisi ke-3.Jakarta :CV Seagung Seto
Wiknjosastro,Hanifa.2002. Ilmu Kandungan Edisi 4 Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
(1)
o
Kategori F % Ketera
ngan Perdarahan
Bercak/Spotting
7 23,3
Tidak mengalami perdarahan spotting
23 76,7
Jumlah 30 100
Berdasarkan kategori perdarahan diluar siklus menunjukkan aseptor yang mengalami perdarahan di luar siklus yaitu sebanyak 13,3 responden (86,6%). Lebih jelasnya dapat di lihat dari tabel berikut:
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden yang Mengalami Perdarahan di Luar Siklus di Klinik Maria Delitua Tahun 2010
o
Kategori F % Ketera
ngan Perdarahan di luar
siklus
4 13,3
Perdarahan Biasa 26 86,6
Jumlah 30 100
B. Pembahasan
Berdasarkan teori pemakaian DMPA dapat tejadi gangguan pola haid, mual, sakit kepala, penambahan berat badan dan kadang kala ibu mengeluh gairahnya menurun (Hartanto: 2003).
• Dari seluruh responden yang diteliti yang tidak mengalami haid secara keseluruhan berjumlah 22 responden atau 73,3 %. Terdapat responden yang mengalami haid selama pemakaian DMPA namun berupa spotting dan perdarahan diluar siklus. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan responden penelitian ini tidak mengalami haid atau pemberian DMPA merubah siklus haid
(2)
secara nyata pada 27 responden dan menimbulkan efek samping berupa bercakbercak dan perdarahan diluar siklus
2. Perdarahan Bercak-bercak atau Spotting
• Selama pemberian DMPA, siklus haid yang normal dapat berubah menjadi tidak tertentu dan terjadi perdarahan di vagina yang tidak dapat diperkirakan dan/atau spotting pada sebagian besar wanita adalah 7 hari atau kurang dari itu tiap bulan. Kekerapan pendarahan cenderung menurun dengan dilanjutkannya pemberian suntikan • Perubahan pola haid menurut Hartanto (2003) dapat berupa bercak-bercak/spotting.
Hal ini juga terdapat pada responden yang diteliti sebanyak 7 orang atau 23,3% yang membuktikan bahwa pemakaian DMPA dapat menimbulkan perubahan pola haid dengan gejala perdarahan bercak-bercak atau spotting.
2.Perdarahan diluar siklus
Terdapat 4 responden atau 13,3% yang menderita efek samping dari pemakaian DMPA yang berupa perdarahan diluar siklus, hal ini juga menunjukkan bahwa pemakaian DMPA dapat menimbulkan perdarahan diluar siklus haid • Berdasarkan pendapat . Hartanto (2003) Pola haid yang normal dapat berubah menjadi amenorroe, perdarahan bercak, perdarahan dalam frekwensi lama dan jumlah darah yang ilang. Hartanto (2003)
C. Keterbatasan Penelitian
Sampel yang diteliti masih kurang banyak, karena semakin besar sampel dalam suatu penelitian akan semakin baik dan akurat hasil yang akan di capai
D. Implikasi dalam Asuhan Kebidanan
Dari hasil penelitian yang telah di ketahui bahwa metode kontrasepsi KB suntik DMPA mempunyai efek samping perubahan pola haid dan ibu yang suntik DMPA yang cukup lama akan mengalami terlambat pemulihanya ke masa
(3)
subur kembali jadi dianjurkan DMPA tidak di berikan kepada ibu yang mempunyai anak satu.
(4)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Hasil penelitian, analisis dan pembahasan yang telah dilakukan tentang perubahan pola Menstruasi pada aseptor KB suntik DMPA di klinik Maria Delitua terhadap 30 responden pada 2010 di klinik Maria Delitua dapat disimpulkan sebagai berikut:
• 22 orang responden tidak mengalami haid,
• 7 orang yang mengalami bercak-bercak/ spotting,
• 4 orang yang mengalami perdarahan diluar siklus
Efek Samping dari pemakaian DMPA sesuai dengan seperti yang digambarkan pada tinjauan teoritis yaitu: Gangguan pola haid, mual, sakit kepala, penambahan berat
B. Saran
1. Bagi Klinik Maria Delitua
Dalam pelakasanaan program pelayanan kontrasepsi sebaiknya juga menjelaskan adanya efek samping dari pemakaian kontrasepsi DMPA kepada calon akseptor baru, sehingga calon akseptor dapat menentukan pilihan kontrasepsi apa yang cocok baginya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Informasi yang terdapat dalam karya tulis ini semoga dapat dijadikan sebagai penambah referensi mengenai adanya efek samping dari pemakaian DMPA dan untuk melengkapi isi kepustakaan
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Andrews Gilliy.2010. Buku ajar Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta EGC
Arikunto 2006. Prosedur Penelitian .Jakarta .Rineka Cipta
Bobak, Irene M.2004. Maternity Nursing. Mosby
Everet Susanne.2008. Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduksi. Jakarta. EGC
Glasier,2006.Keluarga Berencana Kesehatan Reproduksi Edisi 4. Jakarta EGC
Guyton & Hall.2000.Buku Ajar. Fisiologi Kedokteran Edisi 10. Jakarta .EGC
Hartanto, 2003. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta. Sh
Hartanto,2007. Ragam Metode Kontrasepsi .Jakarta EGC
Indarti Junita..2005. Panduan kesehatan Wanita. Jakarta. Puspa Sari
Kasdu Dini .2008. Solusi Problem Wanita Dewasa .Jakarta. Puspa Swara.
Kopelman Peter dkk.2004. Keterampilan Klinis . Jakarta .EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde.2007.Pengantar kuliah dan Obsetri. Jakarta. EGC
Mansjoer, Arief.2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1.Jakarta media aesculapius FKUI.
Manuaba, Ida Bagus Gde.2007.Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta. Arcan.
Pillitery, Adelle. 2003. Maternal & Child Health Nursing 4th ed.Philadelpia:Adelle Pillitery.
(6)
Varney Helen. 2007.Asuhan Kebidanan Volume 1.Jakarta. EGC.
Saifuddin Abdul Bari ,2006. Buku Pelayanan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 2. Jakarta .Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Setya Arum .2009. Panduan lengkap KB Terkini Edisi 2 .Jogjakarta. Press
Suratun, 2008. Pelayanan KB & Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta. TIM
Sastroasmoro S,dan Ismael S 2008 Dasar-dasar Metode Penelitian Klinik Edisi ke-3.Jakarta :CV Seagung Seto
Wiknjosastro,Hanifa.2002. Ilmu Kandungan Edisi 4 Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono.