Kontrol Infeksi Di Kedokteran Gigi

(1)

KONTROL INFEKSI

DI KEDOKTERAN GIGI

Oleh :

Isnandar, drg.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

KONTROL INFEKSI

DI KEDOKTERAN GIGI

Oleh :

Isnandar, drg.

Kepala Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial

Fakultas Kedokteran Gigi USU

Eddy A. Ketaren, drg. Sp.BM

NIP . 19530401 198003 1006


(3)

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN...1

BAB II. PENYEBARAN INFEKSI...2

BAB III. INFEKSI SILANG...3

BAB IV. KONTROL INFEKSI...5

BAB V. KESIMPULAN...17


(4)

BAB I PENDAHULUAN

Dokter gigi, stafnya dan juga pasien memiliki resiko tinggi berkontak dengan mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan gigi. Tindakan secara asepsis harus selalu dilakukan, termasuk tindakan pencegahan seperti sterilisasi dan desinfeksi. Dokter gigi harus menganggap pasiennya adalah carrier dari penyakit infeksi dan harus selalu mengikuti prosedur tindakan pencegahan.

Banyak penyakit infeksi dapat ditularkan selama perawatan gigi, antara lain TBC, sifilis, hepatitis A, B, C, AIDS, ARC, herpes, dan lain-lain. Dengan melakukan tindakan pencegahan infeksi dapat dicegah terjadinya infeksi yang berbahaya, bahkan dapat mencegah terjadinya kematian. Sumber infeksi yang potensial pada praktek dokter gigi termasuk tangan, saliva, darah, sekresi hidung, baju, rambut juga alat-alat/instrumen dan perlengkapan praktek lainnya harus dijaga sterilitasnya untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi.

Kontaminasi dari rongga mulut dan luka terbuka dapat disebarkan oleh udara, air, debu, aerosol, percikan atau droplets, sekresi saluran pernafasan, plak, kalkulus, bahan tumpatan gigi dan debris. Flora mulut yang patogen dari pasien dapat ditransmisikan pada jaringan atau organ (autogenous infection) seperti katup jantung, sendi artificial, dan jaringan lunak sekitarnya, dan tulang.

Prosedur pencegahan penularan penyakit infeksi antara lain adalah evaluasi pasien, perlindungan diri, sterilisasi dan desinfeksi, pembuangan sampah yang aman dan tindakan asepsis termasuk juga dalam laboratorium tehnik gigi. Metode sterilisasi dan asepsis masa kini pada praktek dokter gigi dan laboratorium gigi secara nyata telah menurunkan resiko terjadinya penyakit pada pasien, dokter gigi, dan stafnya.


(5)

BAB II

PENYEBARAN INFEKSI

Selain sumber infeksi, transmisi atau perpindahan infeksi dari seseorang ke orang lainnya memerlukan persyaratan,yaitu : perantara, dan cara transmisinya.. Bila sumber infeksi berasal dari manusia atau serangga maka disebut vektor perantara. Sebaliknya bila sumber infeksi adalah benda mati, dinamakan fomites. Bahan infeksi ini dapat masuk kedalam tubuh inang melalui cara inhalasi, inokulasi/injeksi atau ingesti. (Abu, 2008)

Jalur utama penyebaran mikroorganisme pada praktek dokter gigi adalah melalui:

1. Kontak langsung dengan luka infeksi atau saliva dan darah yang terinfeksi. 2. Kontak tidak langsung dari alat-alat yang terkontaminasi.

3. Percikan darah, saliva atau sekresi nasofaring langsung pada kulit yang terluka maupun yang utuh atau mukosa.

4. Aerosol atau penyebaran mikroorganisme melalui udara (droplet infection) Karena sulit menentukan pasien yang mengandung mikroba patogen, maka untuk amannya, dilakukan standar pencegahaa secara menyeluruh, yaitu terhadap setiap pasien yang datang untuk perawatan gigi. Semua pasien dianggap memiliki mikroba yang mampu menyebabkan penyakit infeksi. (Abu, 2008).


(6)

BAB III INFEKSI SILANG

Pada saat ini perhatian tertuju kepada potensial terjadinya infeksi silang

(cross-infection) dalam tindakan atau perawatan gigi, penyakit infeksi

tersebut seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyebabkan AIDS, hepatitis B dan penyakit-penyakit menular lainnya. Infeksi silang

(cross-infection)dapat terjadi melalui jalur-jalur sebagai berikut pasien, dokter

gigi beserta staf, dan peralatan/instrumen.(gambar.1) (Miller,2005; Samaranayake, 2002)

Gambar 1. Rute/ jalur-jalur infeksi silang (cross-infection) (Samaranayake, 2002)

Transmisi dari infeksi ini dapat terjadi dengan kontak langsung dengan pasien atau kontak tidak langsung melalui instrumen terkontaminasi. Berberapa jenis alat kedokteran gigi terutuma Handpiece High

Speed dan Ultra Sonic Scaler menghasilkan aerosol yang masif selama

penggunaan. Beberapa mikroba patogen (termasuk didalam saluran pernapasan) ditransmisikan melalui penyebaran droplet, aerosol, ini merupakan cara potensial yang penting dari penyebaran infeksi di bidang kedokteran gigi. Sterilisasi yang efektif dari instrument


(7)

merupakan aturan utama untuk semua kontrol infeksi, akan mencegah rute/jalur transmisi infeksi silang.(Samaranayake, 2002)

ADA mengemukakan hal-hal yang harus dilakukan secara rutin untuk melindungi orang-orang yang bekerja di praktik dokter gigi dan mencegah penularan penyakit dari seorang pasien ke pasien lainnya, yaitu (Baum, 1995) :

1. Sarung tangan harus dipakai sewaktu merawat pasien.

2. Masker harus dipakai untuk melindungi mukosa mulut dan hidung dari percikan darah dan air ludah.

3. Mata harus dilindungi dengan semacam kacamata dari percikan darah dan air ludah.

4. Metode sterilisasi untuk membunuh mikroba harus digunakan pada alat-alat kedokteran gigi, seperti autoklaf, oven pemanasan kering, sterilisasi uap kimia dan sterilisasi kimia.

5. Harus diperhatikan untuk membersihkan instrumen dan tempat-tempat keria. Dalam hal ini termasuk termasuk menggosok dengan cairan deterjen dan mengelap dengan cairan disinfektan seperti iodine atau chlorine.

6. Bahan-bahan disposibel yang telah digunakan harus dipegang dengan hati-hati dan dikumpulkan dalam suatu kantung plastik, untuk mengurangi berkontak dengan manusia. Alat-alat tajam seperti jarum atau skalpel harus dimasukkan ke kaleng atau wadah yang tidak mudah berlubang sebelum dibuang ke dalam kantung plastik.


(8)

BAB IV

KONTROL INFEKSI

Pada beberapa transimisi infeksi, ada prinsip-prinsip yang merupakan pondasi prosedur kontrol infeksi modern di bidang kedokteran gigi, yaitu (Abu, 2008; Miller,2005; Charlton,2002; Samaranayake, 2002; Baum, 1995) :

1. Riwayat medis

Kumpulan riwayat medis yang akurat merupakan bagian dari praktek klinik yang baik dan membantu dalam mengidentifikasi pasien-pasien yang menderita penyakit infeksi. Riwayat medis pasien dapat menyediakan informasi yang berguna untuk mengetahui penyakit infeksi sebelumnya yang diderita pasien. Riwayat medis ini juga berguna agar dokter gigi mengatahui mana pasien yang berisiko tinggi atau yang berisiko rendah yang dapat menyebarkan penyakit-penyakit infeksi ke staf atau pasien lainnya. Walaupun riwayat medis sangat berharga untuk identifikasi pasien yang mempunyai resiko menularkan penyakit, informasi dari riwayat medis pasien juga berguna untuk menentukan klasifikasi resiko umum dari pasien, yang bisa digunakan untuk memastikan apakah perlu dilakukan modifikasi perawatan. Paling tidak riwayat kesehatan harus meliputi kesehatan umum, rasa sakit yang ada, obat-obatan dan pengobatan, alergi dan tekanan darah. Pertanyaan yang berkenaan dengan perawatan terakhir dan dokter yang merawat merupakan informasi tambahan yang bermanfaat. Data-data yang ada di dalam formulir atau daftar pertanyaan secara pribadi didiskusikan, d i c o c o k k a n d a n d i k e m b a n g k a n s e p e r l u n y a o l e h d o k t e r g i g i . A p a b i l a dikombinasikan dengan evaluasi pasien dan pemeriksaan rongga mulut yang teliti, maka terlewatnya pasien resiko tinggi dapat diperkecil.

2. Pcmbersihan alat


(9)

diperlukan sebelum proses sterilisasi dan disinfeksi. Pembersihan alat akan mengurangi jumlah mikroba yang melekat, menghilangkan darah, saliva, atau bahan lain yang yang dijadikan tempat persembunyian mikroba terhadap sterilisasi. Alat yang hanya kotor dapat menjadi steril dengan hanya proses tersebut, namun dalam hal ini tidak ada jaminan yang pasti. Lagipula pasien tidak akan yakin bahwa suatu alat yang kotor dapat digunakan dengan baik, walaupun steril. Pembersihan alat ini dapat dilakukan dengan cara mengunakan alat ultrasonik, secara manual, dan metode pembersihan alat yang lainnya.

a. Pembersihan dengan alat Ultrasonik.

Pembersihan alat dengan ultrasonik akan mengurangi kontak langsung terhadap alat terkontaminasi dan bahaya terluka atau tertusuk, dibandingkan pembersihan alat dengan tangan. Selain itu mekanisme pembersihannya sangat baik dan selama pembersihan petugas dapat melakukan pekerjaan lainnya. Pembersihan ultrasonik menggunakan energi ultrasonik untuk mengoptimalkan pembersihan alat sebelum proses sterilisasi (gambar.2). Energi ultrasonik dihasilkan dari energi elektrik yang mempunyai gelombang frekuensi antara 20 dan 120 kHz. Energi ultrasonik menghasilkan berjuta-juta gelembang yang sangat kecil dalam larutan perendam, sehingga mampu melepaskan kotoran yang melekat pada permukaan alat. Kotoran yang lepas akan tersuspensikan atau larut dalam perendamnya. Kebanyakan alat-alat dapat dibersihkan dengan ultrasonik, kecuali beberapa high-speed handpiece. Untuk membersihkan alat ini harus diikuti petunjuk pabrik dan harus dalam keadaan tertutup.

Gambar 2. Alat Pembersih Ultrasonik (Miller.2005; Charlton, 2002)


(10)

b. Pembersihan alat secara manual

Pembersihan alat terkontaminasi dengan tangan merupakan metode yang sangat efektif untuk menghilangkan kotoran bila dilakukan secara cermat. Semua permukaan alat disikat dengan hati-hati sambil direndam dalam larutan pembersih untuk menghindarkan percikan. Setelah itu dilanjutkan pembilasan dengan percikan minimal. Pembersihan alat secara manual tidak rutin dilakukan, karena kontak langsung dengan alat terkontaminasi yang maksimal, menambah peluang tertusuk atau terluka melalui sarung tangan. Membersihkan alat-alat harus menggunakan sarong tangan karet yang tebal (gambar.3). Bila pembersih ultrasonik bekerja dengan baik, maka penyikatan dengan tangan ticlak diperlukan, kecuali untuk beberapa alat, misalnya untuk membersihkan semen yang melekat keras pada alat.

Gambar 3. Digunakan sarung tangan karet yang tebal sewaktu membersihkan alat-alat (Baum,1995).

3. Metode Pembersihan alat yang lainnya

Rumah sakit atau klinik gigi yang besar umumnya menggunakan alat pencuci dan dekontaminator yang bertekanan tinggi. Alat pencuci piring yang biasa digunakan didapur seringkali tidak memiliki tekanan air yang cukup untuk pencucian alat kedokteran gigi yang efektif (gambar.4).


(11)

Gambar 4. Alat Pencuci (Miller,2005)

4. Sterilisasi dan disinfeksi alat

Dalam mempertimbangkan metoda sterilisasi yang dipakai, sangatlah penting untuk membedakan seterilisasi dan desinfeksi. Sterilisasi adalah proses yang dapat membunuh semua mikroba hidup, termasuk bakteri dan sporanya, sebagai bentuk mikroorganisme yang paling sulit dibunuh, begitu pula virus a t a u p u n j a m u r . D e s i n f e k s i m e r u p a k a n s u a t u p r o s e s u n t u k m e m b u n u h mikroorganisme patogen sebagai penyebab timbulnya penyakit, walaupun tidak semua mikroorganisme hadir. Pada umumnya disinfeksi ditujukan untuk benda mati, sedangkan terhadap benda atau jaringan hidup digunakan istilah antisepsis.

Metode Sterilisasi yang biasa digunakan dalam kedokteran gigi adalah melalui salah satu dari metode yang umum, yaitu :

a. Sterilisasi Dengan Pemanasan Uap ( Steam Sterilization )

Sterilisasi dengan pemanasan uap (otoklafisasi) meliputi pemanasan air sampai menghasilkan uap dalam ruang autoklaf yang tertutup, dan uap lembab yang panas ini membunuh mikroorganisme dengan cepat. Karena sistem tertutup, uap yang terbentuk akan menjadi uap jenuh dan memenuhi ruangan sterilisator menggantikan udara yang lebih dingin, dan menghasilkan tekanan. Yang membunuh mikroorganisme adalah uap panasnya, bukan tekanannya. Karena daiam sistem tertutup hampa udara, uap ini akan lebih meningkatkan temperatur dibandingkan uap yang terbentuk dari air mendidih dalam panci terbuka pada 212°F atau 100°C, yang memberi peluang kepada uap


(12)

bercampur dengan udara yang lebih dingin diatas panci. Pabrik telah mengatur sterilisator itu untuk mencapai temperatur uap maksimum, yaitu sekitar 250°F (121.5°C) atau 273°F (134°C) dengan tekanan masing-masing 103 atau 206 kilopaskal (kPa), yang sama dengan 15 atau 30 pounds per inci kuadrat (gambar.5).

Alat-alat jangan dibungkus terlalu rapat, karena uap harus bebas tersirkulasi dan berkontak dengan semua permukaan alat didalam autoklaf. Bila volume yang disterilkan berjumlah banyak, maka dibutuhkan waktu pemaparan yang lebih lama untuk mencapai bagian sentral / pusat benda yang disterilkan, misalnya untuk sterilisasi sejumlah 5 liter cairan memerlukan waktu selama 70 menit.

Gambar 5. Alat sterilisasi dengan pemanasan uap (Huup ,2003)

b. Sterifisasi Dengan Uap Kimia Tak Jenuh (Unsatured Chemical Vapor Sterilization)

Sterilisasi dengan uap kimia tak jenuh melibatkan permanasan, suatu larutan kimia khusus dalam ruang tertutup, sehingga menghasilkan uap kimia panas yang dapat membunuh mikroorganisme (gambar.6). Larutan kimia berisi 0.23% formaldehid, 72.38 % etanol + aseton, keton, air dan alkohol lainnya. Lindungi kulit, dan mata dari kontak langsung dengan larutan dan jangan mengisap uap kimianya. Alat-alat yang, akan disterilkan harus dibersihkan dahulu, dikeringkan, dibungkus longgar untuk memberi kesempatan kepada uap meresap masuk dan berkondensasi kedalam bungkusan. Bungkusan yang terlalu tebal dan rapat membutuhkan waktu pemaparan lebih panjang karena uap


(13)

kimia yang tidak jenuh tidak dapat berpenetrasi kedalamnya.

Sterilisasi dengan uap kimia tak jenuh dinamakan juga Harvey sterilizer atau

Chemiciave, yang dioperasikan melalui 4 siklus: pemanasan/ pembentukan uap, siklus sterilisasi, depresurisasi, dan siklus pilihan untuk pembuangan uap. Setelah larutan khusus dimasukkan, ruang sterilisator diisi, pintunya ditutup dan tombol unit dipasang on. Pemanasan ini Akan menyebabkan larutan kimia menguap, menghasilkan tekanan sekitar 172 kPa (25 psi) dan ketika temperatur mencapai kira-kira 270 F (132°C) siklus sterilisasi dimulai. Temperatur dijaga selama 20 menit, kemudian ruangan ini di depresurisasi, dengan penurunan temperatur.

Keuntungan pemakaian sterilisasi dengan uap kimia ini adalah mencegah terjadinya karat pada alat yang terbuat dari karbon baja atau pembentukan karatnya sangat dikurangi. Karena itu penting sekali untuk mengeringkan alat-alat sebelum sterilisasi. Air yang tersisa pada alat basah dapat mengganggu proses bebas karat. Karena larutan kimia yang digunakan segera menguap dengan pemanasan, maka alat-alat yang disterilkan dengan cara ini akan tetap kering pada akhir proses depresurisasi.

Seperti pada sterilisasi pernanasan dengan uap, sangat penting diperhatikan bahan setiap bungkusan jangan disusun terlalu rapat, untuk memberi kesempatan kepada uap kimia berkontak langsung dengan benda yang disterilkan. Begitu pula wadah tertutup jangan dipakai namun untuk pembungkus dalam proses sterilisasi dengan chemiclave digunakan biofilm, kantung, atau pembungkus sterilisasi yang diindikasikan. Demikian pula untuk pembungkus jangan digunakan linen, bahan tenun / absorben lainnya seperti handuk kertas, karena dapat menyerap bahan kimia dan mengurangi penguapan. Sterilisator ini dioperasikan dalam ruangan yang minimal mempunyai ventilasi normal. Sebagai pelengkap digunakan pengisap udara yang mampu mengumpulkan bahan kimia dari uap dalam ruang sterilisator setelah proses sterilisasi berakhir, sehingga sangat mengurangi bau bahan kimia yang berasal dari ruangan ketika pintunya dibuka.


(14)

Gambar 6. Alat Sterilisasi Ocean Uap Kimia Tak Jenuh (Miller,2005)

c. Sterilisasi Dengan Pemanasan Kering (Dry Heat Sterilization)

Sterilisasi dengan pemanasan kering meliputi pemanasan udara dan transfer energi panas dari udara ke alat. Untuk mencapai hal ini dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi dari pada sterilisasi dengan pemanasan uap air atau uap kimia. Pemanasan kering dilakukan pada temperatur sekitar 320°-375"F (160-190°C), tergantung dari tipe sterilisatornya. Keuntungan pemakaian sterilisasi pemanasan kering ialah alat-alat yang terbuat dan baja karbon tidak berkarat seperti pada sterilisasi dengan pemanasan uap.

5. Pcnggunaan alat-alat sekali pakai

Sterilitas alat bisa dengan mudah dipastikan apabila menggunakan alat-alat sekali pakai (disposibel) seperti gelas kumur plastik, saliva ejektor tip, sendok cetak dan jarum suntik (gambar.7). Yang paling penting adalah jarum suntik yang digunakan untuk anestesi lokal atau bahan yang lain. Jarum tersebut terbungkus sendiri-sendiri dan disterilkan, sehingga dijamin ketajaman dan sterilitasnya. Benang dan jarum jahit juga tersedia dalam bentuk siap pakai, yang disebut dengan armed suture yaitu jarum yang disatukan dengan benang jahitnya. Skalpel atau kombinasi skalpel dengan tangkai juga tersedia dalam bentuk steril untuk sekali pemakaian. Sarung tangan steril baik yang panjang maupun yang pendek menjamin adanya asepsis dan dibungkus rangkap dua untuk menjamin bahwa pada waktu pemakaian tidak terkontaminasi. Sebagian besar peralatan dibungkus dengan sistem peel


(15)

menggunakan sarung tangan membuka dan menyerahkan isinya kepada orang lain yang sudah memakai sarung tangan atau menaruh isinya ditempat yang steril. Apabila bungkusannya sobek peralatan tersebut sebaiknya jangan digunakan. Label pada kemasan sering berisi peringatan agar tidak digunakan ulang, dan peringatan ini mempunyai kekuatan hukum.

Gambar 7. Penggunaan Alat-alat sekali pakai, A. Air/water syringe tip, B. High volume evacuator tip, C. Fluoride gel tray, D.

Impression tray, E. Prophylactic cup on nondisposable prophylactic angle, F. Prophylactic angle and cup, G. Saliva ejector tip. (Miller,2005)

6. Dekont

Kebersihan saja tidaklah cukup untuk mengurangi kemungkinan rjadinya kontaminasi silang. Dekontaminasi permukaan-permukaan yang

, Instrumen atau tangan operator biasanya bisa di

foil atau plastik yang j

aminasi permukaan te

tersentuh sekresi mulut pasien

atasi dengan bahan kimia anti mikroba. Semua permukaan kerja yang terkontaminasi, pertama-tama dilap dengan handuk penghisap untuk menghilangkan bahan-bahan organik, kemudian didesinfeksi dengan larutan pemutih (clorox diencerkan dalam perbandingan 1:10 sampai dengan 1:100). Hal tersebut dilakukan setiap hari. Pemutih adalah salah satu bahan anti mikroba yang murah dan efektif, namun perlu diperhatikan bahwa bahan ini bersifat korosif terhadap logam.

Permukaan yang akan menjadi atau akan terkontaminasi setelah perawatan diproteksi dengan pembungkus disposable sebelum terkontaminasi (gambar.8). Kertas dengan lapisan kedap, air, alumunium

ernih bisa dipergunakan sebagai penutup permukaan yang mudah terkontaminasi dengan darah atau saliva, yang sulit didisinfeksi secara


(16)

efektif misalnya pegangan lampu dan kepal unit sinar-X. Penutup ini dibuka oleh personil yang menggunakan sarung tangan pada akhir suatu tindakan pembedahan, kemudian diganti dengan yang bersih (sesudah melepas sarung tangan atau mengganti sarung tangan).

7. Pakaian kerja ya

S e m u a d o k t e r g i g i d a n s t a f h a r u s me n g u n a k a n p a k a i a n y a n g da t melindungi tubuh dan pakaiannya dari kontaminasi seperti, jas lab

ical jacket ). Untuk membatasi kontaminasi

silang

Gambar 8. Peralatan yang permukaannya ditutup (Miller,2005)

ng melindungi

p a

berlengan panjang ( long sleeved clin

pada dokter gigi, staf dan pasiennya maka digunakan triad barrier yaitu masker, sarung tangan, dan kacamata pelindung (gambar.9). Sarung tangan operasi harus secara rutin digunakan oleh semua personil yang berhubungan langsung dengan pasien dan yang menangani cairan tubuh, jaringan atau objek yang terkontaminasi dengan pasien. Penggunaan sarung tangan untuk setiap pasien harus yang baru.


(17)

Masker operasi dan kacamata pelindung harus dipakai oleh dokter gigi dan staf pendukung yang dekat dengan pasien. Masker harus dipakai bila dokter gigi atau pasien menderita infeksi pernapasan. Masker harus d

percikan darah

ibuang kalau basah atau setidaknya setelah 1 jam digunakan.

Rambut harus dijauhkan dari daerah kerja. Tutup kepala berguna untuk mencegah rambut terkena percikan dan aerosol. Pelindung wajah

(surgical face mask-) gunanya untuk melindungi terhadap

atau cairan tubuh lainnya.

Gambar 9. Pakaian kerja ya

8. enghindaran terhadap lu m dan

b

Diketahui bahwa penyebaran infeksi virus seperti Hepatitis B,

leh karena itu perlu untuk pencegahan dan penang

ng dapat melindungi (Miller,2005)

ka yang diakibatkan oleh jaru P

enda tajam lainnya

Hepatitis C dan HIV diperoleh dari kecelakaan dari jarum suntik dan benda tajam lainnya. O

anan yang baik ketika dokter gigi dan staf menggunakan jarum suntik dan alat-alat tajam lainnya (gambar.10). Jarum yang telah digunakan harus selalu disarungkan kembali, supaya tidak melukai dokter gigi dan staf yang lain atau orang lain. Jarum dan alat-alat tajam


(18)

lainnya setelah digunakan harus disimpan kedalam tempat pembuangan

sampah medis yang khusus.

Gamb r 10. A. Self-resheathing needle. B. Tempat sampah alat yang tajam (Hupp, 2003)

Imunisasi

gi dan stafnya 10 kali lebih mudah terkena infeksi virus dibanding dengan populasi umum. Vaksinasi atau imunisasi terhadap Hepat

entilasi yang efektif

Penggantian udara di dalam daerah operasi harus adekuat untuk tetikum atau bahan-bahan aerosol selam

a

9.

Dokter gi

itis B, tuberculosis, tetanus dan yang lainnya sangat diperlukan oleh dokter gigi dan stafnya. Kegunaan dari vaksin ini adalah untuk mencegah penularan infeksi.

10. Aspirasi dan v

mencegah polusi oleh gas-gas anes

a persiapan ruangan. Dimana AC yang dipergunakan untuk penggantian sirkulasi harus di cek untuk memastikan penggantian yang adekuat dari gas yang tidak diinginkan, uap air dan aerosol.


(19)

Penggunaan volume tekanan udara yang tinggi akan menimbulkan erbagai resiko infeksi silang dari a

b erosol. Resiko lebih lanjut ini

dihilan

ri pelum

b. Ope

.

h staf yang berpengalaman.

fektan yang

amanan terhadap limbah medis.

Sampah terkontarninasi dan bahan sekali pakai harus ditempatkan i dan diberi seal terlebih dahulu sebelum

kotak dimana akan menghi

gkan dengan ventilasi yang baik. Aspirator tube dan saliva

ejectors harus disiram dengan air dan dengan desinfektan (sodium

hypochlorite 0,1%) menurut instruksi pabrik diantara pergantian pasien Handpiece, ultrasonic scaler dan syringe air dan udara dimana bisa dilepaskan harus disiram selama 30 detik, dibongkar, dibersihkan dibe

as dan diautoklaf diantara pasien. handpiece yang tidak di autoklaf didisinfeksi dengan agen bakterisidal yang cocok.

Tindakan pencegahan tambahan yang diambil ketika pasien terkena HIV: a. Jika mungkin daftar pasien diakhirkan.

rator harus memakai dua pasang sarung tangan, jubah plastic, topeng dan pelindungi mata harus dipakai.

c. Team harus dibatasi pada anggota inti dari staf dan prosedur harus dilakukan oleh yang berpengalaman

d. Hindari penggunaan instrumen dimana bila mudah terjadi kontaminasi, instrumen dan alat-alat dibersihkan ole

e. Setelah operasi semua permukaan dalam ruangan bedah dan alat-alat harus dibersihkan dan dibebaskan dari kuman-kuman dengan desin

cocok

11. Peng

dalam kotak kedap air yang sekali paka

dibuang. Sampah yang non infeksi harus dibuang dengan memakai plastik warna hitam dalam keadaan tertutup.

Jarum, suntik dan pisau sekali pakai harus di hancurkan dipotong atau dibuat tidak bisa dipakai dan dibuang ke dalam

ndari luka selama dibuang. Bahan-bahan tajam meliputi jarum dan pisau dan jarum suntik harus ditempatkan pada kotak tahan tusukan dimana harus diberi seal.


(20)

memakai kantong merah, dan terkunci. Kantong plastik merah harus diambil

i harus kita buang untuk mence

oleh pelayanan khusus klinik dan rumah sakit.

Anestesi local, cairan intra vena obat yang ada dalam suntikan yang tidak terpakai dan beberapa porsi obat yang tidk terpaka

gah penggunaan yang tidak hati-hati pada pasien lain. Sampah cair harus dituangkan secara hati-hati ke pembuangan dan disiram dengan air, percikan dan cemplungan harus dihindari.


(21)

BAB V KESIMPULAN

Tujuan utama dari tindakan pencegahan penyebaran penyakit infeksi adalah untuk mengurangi resiko kontak dengan mikroorganisme patogen dan mencip

i, dimana individu yang kelihat

encemaran mikroba patogen kepada pasien, tenaga keseha

iwayat medis, pembersihan alat,

takan lingkungan kerja yang aman, baik untuk pasien maupun untuk orang-orang yang bekerja dalam bidang kedokteran gigi.

Riwayat kesehatan pasien atau pemeriksaan fisik saja tidak dapat mengidentifikasi pasien yang menderita penyakit infeks

an sehat bahkan hasil pemeriksaan laboratoriumnya menunjukkan hasil negatif. Oleh karena itu semua pasien yang datang harus dianggap memiliki mikroorganisme patogen dan semua tindakan pencegahan penyebaran penyakit infeksi harus dilakukan.

Tujuan pengelolaan alat kedokteran gigi adalah untuk menghilangkan atau meminimalkan resiko p

tan gigi dalam lingkungan perawatan gigi.

Prinsip-prinsip yang merupakan pondasi prosedur kontrol infeksi modern di bidang kedokteran gigi, yaitu r

sterilisasi dan disinfeksi alat,penggunaan alat-alat sekali pakai,dekontaminasi permukaan, pakaian kerja yang melindungi, penghindaran terhadap luka yang diakibatkan oleh jarum dan benda tajam lainnya, immunisasi, aspirasi dan fentilasi yang efektif, pengamanan terhadap limbah medis.


(22)

DAFTAR PUSTAKA

1. Baum L.dkk 1995. Texbook of Operative Dentistry. 3th Edition. W.B. Saunders Company

Cross-infection and control. Dalam: Essentials of Microbiology for Dentistry. 2nd Ed. Churchill Livingstone : London.

ml

http://www.yahoo.org/ptsafety

2. Samaranayake. 2002.

3. Charlton CD., 2002. Ultrasonic Cleaneres. Dalam Ht

l in Surgical Practice. Dalam; Peterson,dkk.

Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery 4th Edition. St. Louis,

C.J. 2005. Infection Control and Management of

Hazardous Materials for the Dental Team. 3th Edition. St. Louis:

Elsevier-a, 2008. The Practice of Infection Control In Dentistry. Dalam Html

http://abunidathoe.multiply.com/item/reply-to

4. Hupp JR. 2003. Infection Contro

Missouri. Mosby, Inc

5. Miller CH. Palenik

Mosby.

6. Abu Nid


(1)

Masker operasi dan kacamata pelindung harus dipakai oleh dokter gigi dan staf pendukung yang dekat dengan pasien. Masker harus dipakai bila dokter gigi atau pasien menderita infeksi pernapasan. Masker harus d

percikan darah

ibuang kalau basah atau setidaknya setelah 1 jam digunakan.

Rambut harus dijauhkan dari daerah kerja. Tutup kepala berguna untuk mencegah rambut terkena percikan dan aerosol. Pelindung wajah (surgical face mask-) gunanya untuk melindungi terhadap

atau cairan tubuh lainnya.

Gambar 9. Pakaian kerja ya

8. enghindaran terhadap lu m dan

b

Diketahui bahwa penyebaran infeksi virus seperti Hepatitis B,

leh karena itu perlu untuk pencegahan dan penang

ng dapat melindungi (Miller,2005)

ka yang diakibatkan oleh jaru P

enda tajam lainnya

Hepatitis C dan HIV diperoleh dari kecelakaan dari jarum suntik dan benda tajam lainnya. O

anan yang baik ketika dokter gigi dan staf menggunakan jarum suntik dan alat-alat tajam lainnya (gambar.10). Jarum yang telah digunakan harus selalu disarungkan kembali, supaya tidak melukai dokter gigi dan staf yang lain atau orang lain. Jarum dan alat-alat tajam


(2)

lainnya setelah digunakan harus disimpan kedalam tempat pembuangan

sampah medis yang khusus.

Gamb r 10. A. Self-resheathing needle. B. Tempat sampah alat yang tajam (Hupp, 2003)

Imunisasi

gi dan stafnya 10 kali lebih mudah terkena infeksi virus dibanding dengan populasi umum. Vaksinasi atau imunisasi terhadap Hepat

entilasi yang efektif

Penggantian udara di dalam daerah operasi harus adekuat untuk tetikum atau bahan-bahan aerosol selam

a

9.

Dokter gi

itis B, tuberculosis, tetanus dan yang lainnya sangat diperlukan oleh dokter gigi dan stafnya. Kegunaan dari vaksin ini adalah untuk mencegah penularan infeksi.

10. Aspirasi dan v

mencegah polusi oleh gas-gas anes

a persiapan ruangan. Dimana AC yang dipergunakan untuk penggantian sirkulasi harus di cek untuk memastikan penggantian yang adekuat dari gas yang tidak diinginkan, uap air dan aerosol.


(3)

Penggunaan volume tekanan udara yang tinggi akan menimbulkan erbagai resiko infeksi silang dari a

b erosol. Resiko lebih lanjut ini

dihilan

ri pelum

b. Ope

.

h staf yang berpengalaman.

fektan yang

amanan terhadap limbah medis.

Sampah terkontarninasi dan bahan sekali pakai harus ditempatkan i dan diberi seal terlebih dahulu sebelum

kotak dimana akan menghi

gkan dengan ventilasi yang baik. Aspirator tube dan saliva ejectors harus disiram dengan air dan dengan desinfektan (sodium hypochlorite 0,1%) menurut instruksi pabrik diantara pergantian pasien

Handpiece, ultrasonic scaler dan syringe air dan udara dimana bisa dilepaskan harus disiram selama 30 detik, dibongkar, dibersihkan dibe

as dan diautoklaf diantara pasien. handpiece yang tidak di autoklaf didisinfeksi dengan agen bakterisidal yang cocok.

Tindakan pencegahan tambahan yang diambil ketika pasien terkena HIV: a. Jika mungkin daftar pasien diakhirkan.

rator harus memakai dua pasang sarung tangan, jubah plastic, topeng dan pelindungi mata harus dipakai.

c. Team harus dibatasi pada anggota inti dari staf dan prosedur harus dilakukan oleh yang berpengalaman

d. Hindari penggunaan instrumen dimana bila mudah terjadi kontaminasi, instrumen dan alat-alat dibersihkan ole

e. Setelah operasi semua permukaan dalam ruangan bedah dan alat-alat harus dibersihkan dan dibebaskan dari kuman-kuman dengan desin

cocok

11. Peng

dalam kotak kedap air yang sekali paka

dibuang. Sampah yang non infeksi harus dibuang dengan memakai plastik warna hitam dalam keadaan tertutup.

Jarum, suntik dan pisau sekali pakai harus di hancurkan dipotong atau dibuat tidak bisa dipakai dan dibuang ke dalam

ndari luka selama dibuang. Bahan-bahan tajam meliputi jarum dan pisau dan jarum suntik harus ditempatkan pada kotak tahan tusukan dimana harus diberi seal.


(4)

memakai kantong merah, dan terkunci. Kantong plastik merah harus diambil

i harus kita buang untuk mence

oleh pelayanan khusus klinik dan rumah sakit.

Anestesi local, cairan intra vena obat yang ada dalam suntikan yang tidak terpakai dan beberapa porsi obat yang tidk terpaka

gah penggunaan yang tidak hati-hati pada pasien lain. Sampah cair harus dituangkan secara hati-hati ke pembuangan dan disiram dengan air, percikan dan cemplungan harus dihindari.


(5)

BAB V KESIMPULAN

Tujuan utama dari tindakan pencegahan penyebaran penyakit infeksi adalah untuk mengurangi resiko kontak dengan mikroorganisme patogen dan mencip

i, dimana individu yang kelihat

encemaran mikroba patogen kepada pasien, tenaga keseha

iwayat medis, pembersihan alat,

takan lingkungan kerja yang aman, baik untuk pasien maupun untuk orang-orang yang bekerja dalam bidang kedokteran gigi.

Riwayat kesehatan pasien atau pemeriksaan fisik saja tidak dapat mengidentifikasi pasien yang menderita penyakit infeks

an sehat bahkan hasil pemeriksaan laboratoriumnya menunjukkan hasil negatif. Oleh karena itu semua pasien yang datang harus dianggap memiliki mikroorganisme patogen dan semua tindakan pencegahan penyebaran penyakit infeksi harus dilakukan.

Tujuan pengelolaan alat kedokteran gigi adalah untuk menghilangkan atau meminimalkan resiko p

tan gigi dalam lingkungan perawatan gigi.

Prinsip-prinsip yang merupakan pondasi prosedur kontrol infeksi modern di bidang kedokteran gigi, yaitu r

sterilisasi dan disinfeksi alat,penggunaan alat-alat sekali pakai,dekontaminasi permukaan, pakaian kerja yang melindungi, penghindaran terhadap luka yang diakibatkan oleh jarum dan benda tajam lainnya, immunisasi, aspirasi dan fentilasi yang efektif, pengamanan terhadap limbah medis.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Baum L.dkk 1995. Texbook of Operative Dentistry. 3th Edition. W.B. Saunders Company

Cross-infection and control. Dalam: Essentials of Microbiology for Dentistry. 2nd Ed. Churchill Livingstone : London.

ml

http://www.yahoo.org/ptsafety

2. Samaranayake. 2002.

3. Charlton CD., 2002. Ultrasonic Cleaneres. Dalam Ht

l in Surgical Practice. Dalam; Peterson,dkk. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery 4th Edition. St. Louis,

C.J. 2005. Infection Control and Management of Hazardous Materials for the Dental Team. 3th Edition. St. Louis:

Elsevier-a, 2008. The Practice of Infection Control In Dentistry. Dalam Html

http://abunidathoe.multiply.com/item/reply-to

4. Hupp JR. 2003. Infection Contro

Missouri. Mosby, Inc 5. Miller CH. Palenik

Mosby. 6. Abu Nid