HUBUNGAN ANTARA MITOS SEKS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SMA DI KECAMATAN KLATEN KOTA.
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA MITOS SEKS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SMA DI KECAMATAN KLATEN KOTA
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh: IRFAN TRI RAHARJO
J 410050006
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009
(2)
ii
ABSTRAK IRFAN TRI RAHARJO J 410 050 006
HUBUNGAN ANTARA MITOS SEKS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SMA DI KECAMATAN KLATEN KOTA
xvii + 54 + 8
Banyak remaja mempercayai mitos seks sehingga tidak jarang ditemukan kasus-kasus yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi yang bermula dari keyakinan pada mitos-mitos tersebut. Hal ini menyebabkan semakin banyak remaja yang mencari tahu dan mencoba melakukan perilaku seksual. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan mitos seks dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi adalah 535 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple ra ndom sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 84 siswa. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara mitos alat reproduksi (p=0,007), mitos hubungan seksual (p=0,033), mitos PMS (p=0,044), dan mitos terjadinya kehamilan (p=0,029) dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Klaten kota.
Kata kunci : Mitos seks, perilaku seksual, remaja SMA Kepustakaan : 48, 1997 – 2009
Surakarta, 30 Oktober 2009 Pembimbing I Pembimbing II
Azizah Gama Trisnawati, SKM, M.Pd Ambarwati, S.Pd, M.Si
NIK. 100.1017 NIK. 757
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid) NIK. 863
(3)
iii
IRFAN TRI RAHARJO J 410 050 006
CORRELATION OF SEX MYTH WITH SEX BEHAVIOR OF SENIOR HIGH SCHOOL ADOLESCENT IN TOWN KLATEN
ABSTRACT
Many adolescents believe about sex myths, so we often find reproduction health cases that beginning from this myths. It causes more adolescents want to know and try the sexual behavior. The aim of this research was to know the correla tion of sex myths with sex behavior of senior high school adolescent in town Klaten. The research was observational with cross sectional approach. The population were 535 students and the sample were 84 students. Sampling technique using simple random sampling. The analysis was done by Chi-Square test. The result of this research: there was relationship between reproduction organ myths (p = 0.007), sex intercourse myths (p = 0.033), STD myths (0.044), and pregnancy myths (p = 0.029) with sex behavior of senior high school adolescent in town Klaten.
(4)
iv
HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi dengan judul :
HUBUNGAN ANTARA MITOS SEKS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SMA DI KECAMATAN KLATEN KOTA
Disusun Oleh : Irfan Tri Raharjo NIM : J 410 050 006
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta, 30 Oktober 2009
Pembimbing I Pembimbing II
Azizah Gama Trisnawati, SKM, M.Pd Ambarwati, S.Pd, M.Si NIK. 100. 1017 NIK. 757
(5)
v
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul :
HUBUNGAN ANTARA MITOS SEKS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SMA DI KECAMATAN KLATEN KOTA
Disusun Oleh : Irfan Tri Raharjo NIM : J 410 050 006
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 30 Oktober 2009 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji.
Surakarta, 30 Oktober 2009
Ketua Penguji : Azizah Gama Trisnawati, SKM, M.Pd ( ) Anggota Penguji I : Ambarwati, S.Pd, M.Si ( ) Anggota Penguji II : Yuli Kusumawati, SKM, M. Kes (Epid) ( )
Mengesahkan
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
(Arif Widodo, A.Kep, M.Kes) NIK. 630
(6)
vi
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap”.
( QS. Al-Insyiroh : 6-8 )
Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan, Jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan, Tapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran
(James Thurber)
Disaat kamu sampai pada suatu titik
Dimana kamu sudah tidak tahu harus berbuat apalagi Maka pasrahkanlah semuanya kepada Allah SWT.
(7)
vii
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT dan kerendahan hati penulis skripsi ini persembahkan kepada :
Ayah dan Ibuku Terima kasih atas segala cinta, kasih sayang dan pengorbanannya, semoga Allah membalas segala kebaikannya dengan surga Kakak-kakakku Mas Joko dan Mbak Dyah, terima kasih atas perhatian, bantuannya serta kepercayaan yang telah diberikan kepadaku. Adikku tersayang
Terima kasih atas do’a dan motivasi yang penuh cinta yang selama ini ia pancarkan Teman-temanku KesMas ’05 Terima kasih atas dukungan dan kebersamaan kalian, semoga kita kelak menjadi
(8)
viii @ 2009
(9)
ix
RIWAYAT HIDUP
Nama : Irfan Tri Raharjo
Tempat/Tanggal Lahir : Klaten, 14 Februari 1987 Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Rajawali no: 50 Klaten 57414 Jawa Tengah Riwayat Pendidikan : 1. Lulus SDN Bareng 1 tahun 1999
2. Lulus SMPN 2 Klaten tahun 2002
3. Lulus SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun 2005
4. Menempuh pendidikan di Program Studi Kesehatn Masyarakt FIK UMS sejak tahun 2005.
(10)
x
KATA PENGANTAR
Assalamuala’kum Wr.Wb
Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya dan kepada junjungan tauladan nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” HUBUNGAN ANTARA MITOS SEKS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SMA DI KECAMATAN KLATEN KOTA”.
Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dalam pembuatan skipsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bpk. Arif Widodo, A.Kep, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Staf yang telah memberi ijin dan membantu selama proses penelitian.
2. Ibu Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid) selaku Ketua Program Studi Kesehatan Mayarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3. Ibu Azizah Gama Trisnawati, SKM, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Ambarwati, S.Pd, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bpk dan ibu dosen Kesehatan Masyarakat (Bu Ambar, Bu Azizah, Bu Dwi, Bu Lina, Bu Yuli, Pak Dar, Pak Alis) terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan.
6. Drs. H. Supardi, S.H selaku kepala sekolah SMAN 3 Klaten yang telah memberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian.
(11)
xi
7. Drs. H. Muhni selaku kepala sekolah SMA Muhammadiyah 1 Klaten yang telah memberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian.
8. Ayahanda dan Ibundaku tercinta, terima kasih atas dukungan dan semangatnya yang tak pernah henti berdo’a dan mencurahkan perhatian, cinta dan kasih sayangnya tanpa batas dengan Ridho Nya.
9. Kakakku mas Joko dan mbak Dyah, yang terus memberikan dukungan dan semangat untuk mengerjakan skripsi.
10.Adik Janar yang selalu memotivasi dan menemaniku hingga terselesaikannya skripsi ini.
11.Teman-teman kontraan B11 terima kasih atas kebersamaan kita selama ini. 12.Teman-teman Kesehatan Masyarakat angkatan ’05 (Anjar, Aput, Widia, Farid,
Pambudi, dan lain-lain) yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas kebersamaannya, tetap semangat.
13.Teman-teman kos Wisma Raditya yang selalu membuat rame kos-kosan. 14.Semua pihak yang telah memberikan semangat dan memberi bantuan sehingga
terselesaikannya skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas jasa serta budi baik yang setimpal kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Amin. Harapan penulis, semoga karya sederhana ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat khususnya bagi pengembangan dunia Kesehatan Masyarakat. Amin.
Wassalamualai’kum Wr.Wb
Surakarta, 20 Oktokber 2009
(12)
xii DAFTARI ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
HAK CIPTA ... viii
RIWAYAT HIDUP ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
DAFTAR SINGKATAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Masalah Penelitian ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja ... 7
B. Kesehatan Reproduksi Remaja ... 12
C. Mitos Seks pada Remaja ... 13
D. Perilaku Seksual... 19
E. Kerangka Teori ... 24
F. Kerangka Konsep ... 25
G. Hipotesis ... 25
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 26
B. Subjek Penelitian ... 26
C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27
D. Populasi dan Sampel ... 27
E. Variabel Penelitian ... 29
F. Definisi Operasional Variabel ... 29
G. Pengumpulan Data ... 30
H. Pengolahan Data ... 33
(13)
xiii BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36
B. Hasil Analisis Univariat ... 37
C. Hasil Analisi Hubungan ... 42
D. Hasil Analisis Bivariat ... 44
BAB V PEMBAHASAN A. Hubungan antara Mitos Alat Reproduksi dengan Perilaku Seksual pada Remaja SMA di Kecamatan Klaten Kota ... 46
B. Hubungan antara Mitos Hubungan Seksual dengan Perilaku Seksual pada Remaja SMA di Kecamatan Klaten Kota ... 47
C. Hubungan antara Mitos PMS dengan Perilaku Seksual pada Remaja SMA di Kecamatan Klaten Kota ... 49
D. Hubungan antara Mitos Trejadinya Hubungan Seksual dengan Perilaku Seksual pada Remaja SMA di Kecamatan Klaten Kota ... 50
E. Keterbatasan Penelitian ... 52
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 53
B. Saran ... 53 DAFTAR PUSTAKA
(14)
xiv DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar
1. Kerangka Teori Penelitian ... 24 2. Kerangka Konsep Penelitian ... 25
(15)
xv DAFTAR TABEL
Halaman Tabel
1. Tahapan Perkembangan Remaja ... 11
2. Definisi Opersional Variabel ... 29
3. Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Variabel Y ... 32
4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 38
5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 38
6. Distribusi Responden Berdasarkan Kelas ... 38
7. Distribusi Responden tentang Mitos Alat Reproduksi ... 39
8. Distribusi Responden tentang Mitos Hubungan Seksual ... 39
9. Distribusi Responden tentang Mitos PMS ... 40
10. Distribusi Responden tentang Mitos Terjadinya Kehamilan ... 41
11. Distribusi Responden tentang Perilaku Seksual ... 41
12. Distribusi Hubungan Mitos Alat Reproduksi terhadap Perilaku Seksual .. 42
13. Distribusi Hubungan Mitos Hubungan Seksual terhadap Perilaku Seksual ... 43
14. Distribusi Hubungan Mitos PMS terhadap Perilaku Seksual ... 43
15. Distribusi Hubungan Mitos Terjadinya Kehamilan terhadap Perilaku Seksual ... 44
16. Rangkuman Hasil Uji Bivariat Variabel Bebas terhadap Perilaku Seksual ... 45
(16)
xvi DAFTAR LAMPIRAN
1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden 2. Kuesioner Pengumpulan Data
3. Pedoman Wawancara
4. Print Out Hasil Validitas dan Reliabilitas 5. Print Out Hasil Analisis Data
6. Dokumentasi Penelitian 7. Surat Ijin Penelitian
(17)
xvii DAFTAR SINGKATAN
AIDS : Acquired Immuno Deficiency Syndrome BP : Bimbingan dan Penyuluhan
HIV : Human Immunodeficiency Virus KTD : Kehamilan Tidak Diinginkan KP2K : Komisi Peduli Perempuan Klaten
LKTS : Lembaga Kajian untuk Transformasi Sosial PMS : Penyakit Menular Seksualitas
PPFA : Planned Parenthood Federation of America PSK : Pekerja Seks Komersial
(18)
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman masyarakat tentang seksualitas masih kurang sampai saat ini, ditandai dengan adanya berbagai ketidaktahuan yang ada di masyarakat tentang seksualitas yang seharusnya dipahaminya. Beberapa kajian menunjukkan bahwa remaja sangat membutuhkan informasi mengenai seksual dan reproduksi. Remaja seringkali memperoleh informasi yang tidak akurat mengenai seks dari teman-teman mereka, bukan dari petugas kesehatan, guru atau orang tua (Saifuddin dan Hidayana, 1999).
Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa remaja sangat merugikan bagi remaja sendiri termasuk keluarga, sebab pada masa ini remaja mengalami perkembangan yang penting yaitu kognitif, emosi, sosial dan seksual. Perkembangan ini akan berlangsung mulai umur 12 tahun sampai 20 tahun (Pangkahila, 2007).
Orang tua adalah sumber penting yang hilang dalam upaya memerangi kehamilan pada remaja dan PMS. Kebanyakan remaja mengatakan bahwa mereka tidak dapat berbicara secara bebas dengan orang tua mereka mengenai hal-hal seksual (Santrock, 2005). Ketidakpekaan orang tua dan pendidik terhadap kondisi remaja menyebabkan remaja sering terjatuh pada kegiatan tuna sosial. Keengganan dan kecanggungan remaja untuk bertanya pada orang yang tepat semakin menguatkan alasan kenapa remaja sering bersikap salah
(19)
2 terhadap organ reproduksinya. Berdasarkan hasil penelitian Muzayyanah (2008), diketahui bahwa remaja usia 12-18 tahun mendapat informasi seputar seks dari teman sebanyak 16%, dari film porno sebanyak 35%, dan dari orang tua sebanyak 5%.
Mitos seksual sangat penting dalam perkembangan reproduksi remaja. Kesalahpahaman mengenai mitos seperti petting tidak akan menyebabkan kehamilan, terkadang membuat remaja melakukan perilaku seksual yang berisiko seperti hubungan seksual. Mitos-mitos tersebut ternyata memang sudah beredar luas di masyarakat. Pengaruh mitos-mitos tersebut masih kuat di antara para remaja yang sedang giat-giatnya mencari informasi tentang seks dan kesehatan reproduksi. Banyak remaja yang mempercayai mitos sehingga tidak jarang ditemukan kasus-kasus yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi yang bermula dari keyakinan pada mitos-mitos tersebut. Hal itu terjadi karena tidak lengkapnya informasi tentang kesehatan reproduksi yang bisa diakses oleh remaja, baik melalui lembaga formal seperti sekolah, keluarga atau masyarakat pada umumnya (Negara, 2008).
Sebuah survei terbaru terhadap 8084 remaja laki-laki dan remaja perempuan usia 15-24 tahun di 20 kabupaten pada empat propinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Lampung) menemukan 46,2% remaja masih menganggap bahwa perempuan tidak akan hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seks. Kesalahan persepsi ini sebagian besar diyakini oleh remaja laki-laki (49,7%) dibandingkan pada remaja perempuan (42,3%). Survei yang sama juga diketahui bahwa hanya 19,2% remaja yang menyadari
(20)
3 peningkatan risiko untuk tertular PMS (Penyakit Menular Seksual) bila memiliki pasangan seksual lebih dari satu dan sebanyak 51% mengira bahwa mereka akan berisiko tertular HIV (Human Immunodeficiency Virus) hanya bila berhubungan seks dengan PSK (Pekerja Seks Komersial) (Darwisyah, 2008).
Menurut Pangkahila (2007), sebagian kelompok remaja mengalami kebingungan untuk memahami tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan olehnya, antara lain boleh atau tidaknya untuk melakukan pacaran, melakukan onani, nonton bersama atau ciuman. Kebingungan ini akan menimbulkan suatu perilaku seksual yang kurang sehat di kalangan remaja. Berdasarkan hasil survei dan penelitian Psikolog Mitra Citra Remaja Cirebon (2002) melalui angket yang dibagikan kepada 500 remaja SLTA, menunjukkan bahwa 7% remaja mengakui melakukan hubungan seksual di luar nikah, 4% pernah menggunakan alat, dan 75% remaja melakukan onani (Susilowati, 2002). Survei yang dilakukan oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (2008) yang dilakukan di 33 provinsi di Indonesia, menunjukkan bahwa sekitar 62,7% pelajar SMP dan SMA di Indonesia mengaku tidak perawan lagi, dimana siswi yang disurvei tidak merasa bersalah dengan perbuatannya (Prasasti dan Indrini, 2008).
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan LKTS (Lembaga Kajian untuk Transformasi Sosial) Boyolali dan KP2K (Komisi Peduli Perempuan Klaten) tahun 2008 tentang “Kekerasan terhadap Perempuan dan Perilaku Seksual terhadap Siswa SMA di Klaten” yang melibatkan responden sebanyak 160
(21)
4 perempuan dan laki-laki yang berasal dari perwakilan siswa dan siswi dari 80 sekolah (SMA/MA/SMK) di Kabupaten Klaten terungkap bahwa aktifitas seksual remaja dalam berpacaran bukan hanya merupakan proses komunikasi yang sehat, akan tetapi sudah mengarah pada hal-hal yang melanggar norma hukum. Aktifitas pacaran yang dilakukan menyebutkan antara lain ngobrol (24%), pegang tangan (16%), pelukan (13%), cium pipi (12%), cium bibir dan necking (9%), meraba organ seksual (4%), petting (2%) dan intercourse (1%). Fase mengenal pacaran inilah yang sering menjadi masalah bagi remaja karena di fase inilah sering terjadi masalah perilaku seksual pra nikah. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian tentang perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
B. Masalah Penelitian
1. Adakah hubungan antara mitos alat reproduksi dengan perilaku seksual remaja SMA di Kecamatan Klaten kota?
2. Adakah hubungan antara mitos hubungan seksual dengan perilaku seksual remaja SMA di Kecamatan Klaten kota?
3. Adakah hubungan antara mitos PMS dengan perilaku seksual remaja SMA di Kecamatan Klaten kota?
4. Adakah hubungan antara mitos terjadinya kehamilan dengan perilaku seksual remaja SMA di Kecamatan Klaten kota?
(22)
5 C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan mitos seks dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui hubungan antara mitos alat reproduksi dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
b. Mengetahui hubungan antara mitos hubungan seksual dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
c. Mengetahui hubungan antara mitos PMS dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
d. Mengetahui hubungan antara mitos terjadinya kehamilan dengan perilaku seksual pada remaja di Kecamatan Klaten kota.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi pihak sekolah
Sebagai informasi dan masukan bagi para guru atau pendidik agar lebih mendukung adanya pendidikan seksual dalam upaya pemberian informasi kesehatan reproduksi sehingga remaja dapat mengetahui informasi yang benar dan dapat dipercaya, mengenai kesehatan reproduksi.
(23)
6 2. Bagi siswa SMA
Sebagai informasi dan masukan dalam meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dalam upaya mengungkap mitos seks agar para remaja terhindar dari perilaku seks berisiko.
3. Bagi peneliti lain.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dasar bagi peneliti selanjutnya.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi pada penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai hubungan antara mitos seks pada remaja dengan perilaku seksual remaja SMA Muhammadiyah 1 Klaten dan SMA N 3 Klaten.
(24)
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja 1. Definisi
Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak intrauterin dan terus berlangsung sampai dewasa. Dalam proses mencapai dewasa inilah anak akan mengalami tumbuh kembang termasuk masa remaja. Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilisasi, dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. Tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologinya.
Menurut Soetjiningsih (2007) berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat berbagai definisi remaja yaitu :
a. Pada buku-buku pediatrik, pada umumnya mendefinisikan remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki.
b. Menurut Undang-Undang No 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah.
(25)
8 c. Menurut Undang-Undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal.
d. Menurut Undang-Undang Perkawinan No 1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.
e. Menurut Pendidikan Nasional, anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah. f. Menurut WHO (World Health Organization), remaja bila anak telah
mencapai umur 10-18 tahun. 2. Ciri-ciri remaja.
Perkembangan seksualitas pada remaja ditandai dengan beberapa ciri atau tanda, antara lain :
a. Tanda kelamin primer
Tanda kelamin primer ditandai dengan mulai berfungsinya organ-organ genital yang ada, baik di dalam maupun di luar badan
atau “menunjuk pada organ badan yang langsung berhubungan dengan persetubuhan dan proses reproduksi”. Pada anak laki-laki yang mulai menginjak remaja ditandai dengan keluarnya air mani ketika mimpi basah. Pada anak perempuan ditandai dengan terjadinya menarche atau permulaan haid yang selanjutnya diikuti pula dengan kesiapan organ-organ reproduksi untuk terjadinya kehamilan.
(26)
9 b. Tanda kelamin sekunder.
Tanda kelamin sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan persetubuhan dan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang khas pada perempuan dan khas pada laki-laki.
1) Perubahan fisik yang terjadi pada laki-laki adalah : a) Suara membesar dan dalam
b) Bidang bahu lebar
c) Bulu-bulu tumbuh di ketiak dan kadang-kadang juga di dada dan daerah kelamin.
d) Penis sering berdiri kalau terangsang karena melihat perempuan atau mengkhayalkan perempuan.
e) Sering bermimpi basah.
2) Sedangkan perubahan fisik yang terjadi pada perempuan adalah : a) Suara merdu, kulit bertambah bagus dan halus.
b) Bidang bahu mengecil dan bidang panggul melebar. c) Bulu-bulu tumbuh pada ketiak dan di sekitar alat kelamin. d) Buah dada mulai membesar.
e) Alat kelamin membesar dan mulai berfungsi, menghasilkan sel telur (ovum).
(27)
10 c. Tanda kelamin tersier
Tanda kelamin tersier adalah keadaan psikis yang berbeda antara laki dan perempuan, yaitu yang disebut sifat maskulin pada laki-laki dan sifat feminisme pada perempuan.
1) Perubahan pada laki-laki antara lain:
Mudahnya terangsang seksual, yang menghendaki kepuasan seksual, yaitu senggama, yang tentu tidak dilaksanakan, karena perkawinan menghendaki persyaratan tertentu, ekonomi, dan kematangan diri.
2) Perubahan psikis yang terjadi pada perempuan antara lain adalah : a) Bila melihat darah keluar dia ketakutan.
b) Sering mengalami sakit-sakit perut, sampai muntah-muntah, dan sakit kepala.
c) Tidak pernah mengalami orgasme, rasa sex, seperti pada remaja laki-laki.
d) Pemalu, tapi aktraktif pada laki-laki.
Oleh karena itu, pada masa remaja perlu diberikan pengarahan tentang pendidikan seks, agar para remaja dapat mengendalikan dorongan seksualnya, sehingga tidak menyimpang dari jalan yang benar (Miqdad, 2001).
3. Perkembangan perilaku remaja
Menurut Pangkahila (2007), perkembangan fisik termasuk organ seksual serta peningkatan kadar hormon reproduksi atau hormon seks baik
(28)
11 pada laki-laki maupun pada anak perempuan akan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja secara keseluruhan.
Menurut PPFA (Planned Parenthood Federation of America) (2001) berdasarkan perkembangan perilaku, remaja dibagi menjadi beberapa tahapan, yang dapat disajikan pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Tahapan Perkembangan Remaja Tahapan Remaja Umur bagi Laki-laki
(Tahun)
Umur bagi Perempuan (Tahun)
Pra Remaja < 11 <9
Remaja Awal 11-14 9-13
Remaja Menengah
14-17 13-16
Remaja Akhir >17 >16
Sumber : PPFA. Adolescent Sexuality. 2001
Menurut Pangkahila (2007), perkembangan seksual remaja terdiri dari empat fase, yaitu :
a. Pra remaja
Masa pra remaja adalah suatu tahap untuk memasuki tahap remaja yang sesungguhnya. Pada masa pra remaja ini mereka sudah mulai senang mencari tahu informasi tentang seks dan mitos seks baik dari teman sekolah, keluarga atau dari sumber lainnya.
b. Remaja awal
Merupakan tahap awal atau permulaan, remaja sudah mulai menunjukkan perubahan fisik, yaitu fisik sudah mulai matang dan berkembang. Pada masa ini, remaja sudah mulai mencoba melakukan onani karena telah seringkali terangsang secara seksual akibat
(29)
12 pematangan yang dialami. Rangsangan ini diakibatkan oleh faktor internal yaitu meningkatnya kadar testosteron pada laki-laki dan estrogen pada remaja perempuan.
c. Remaja menengah
Pada masa remaja menengah, para remaja sudah mengalami pematangan fisik secara penuh yaitu anak laki-laki sudah mengalami mimpi basah sedangkan anak perempuan sudah mengalami haid. Pada masa ini gairah seksual remaja sudah mencapai puncak sehingga mereka mempunyai kecenderungan mempergunakan kesempatan untuk melakukan sentuhan fisik.
d. Remaja akhir
Pada masa remaja akhir, remaja sudah mengalami perkembangan fisik secara penuh, sudah seperti orang dewasa. Mereka telah mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan mereka sudah mulai mengembangkannya dalam bentuk pacaran.
B. Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat di sini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural (Anonim, 2008 a).
Kebutuhan akan informasi tentang reproduksi termasuk perilaku seksual memang diperlukan oleh remaja. Informasi kesehatan reproduksi diperoleh
(30)
13 remaja dari orang tua, teman sebaya, guru BP (Bimbingan dan Penyuluhan), pelajaran biologi, surat kabar, seminar, diskusi remaja, majalah, dan TV (Ramdhani, dkk, 2001).
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Diharapkan dengan informasi yang benar, remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi. Disamping itu dengan mengetahui berbagai aspek kesehatan reproduksi maka remaja dapat melakukan berbagai tindakan pencegahan atau sedini mungkin melakukan tindakan pengobatan bila memiliki permasalahan dengan sistem, proses, dan fungsi alat reproduksi.
C. Mitos Seks pada Remaja
Menurut Subinarto (2008), mitos adalah informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap benar, yang telah diyakini, beredar, dan populer di masyarakat. Mitos cepat sekali berkembang di masyarakat, padahal kebenarannya masih dipertanyakan dan sering tidak akurat atau tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Banyak masyarakat yang percaya kepada mitos karena mereka sulit mendapatkan informasi yang akurat dan biasanya malas untuk mencari serta mendapatkan informasi yang benar, oleh sebab itu mereka dengan mudahnya menerima segala informasi yang sifatnya desas-desus atau gosip semata.
Menurut Budinurdjaja (2007) mitos seks adalah contoh mitos yang sangat luas beredar dan mempengaruhi pandangan dan perilaku seksual masyarakat.
(31)
14 Sebenarnya mitos seks secara tidak langsung berhubungan dengan kesehatan seksual, sebab orang-orang yang meragukan kebenaran dari mitos seks akan berupaya mencari kebenaran yang sesungguhnya. Setelah mendapatkan keterangan atau pengetahuan yang sebenarnya, maka orang tersebut secara otomatis akan mengetahui tentang kesehatan seksual, dimana kesehatan seksual itu mengandung pengertian “kemampuan untuk menikmati dan mengungkapkan seksualitas kita yang bebas dari risiko terkena penyakit, kehamilan yang tidak diinginkan, paksaan, kekerasan, dan diskriminasi” (Sjarif, dkk. 2006).
Kategori mitos :
1. Mitos alat reproduksi
a. Sering masturbasi atau onani bisa membuat mandul.
Faktanya, secara medis masturbasi atau onani tidak mengganggu kesehatan fisik selama dilakukan secara aman (tidak sampai menimbulkan luka atau lecet). Kemandulan justru dapat terjadi akibat dari PMS atau penyakit lainnya seperti kanker atau karena sebab fisik lainnya misalnya kualitas sperma yang kurang baik (Negara, 2008). b. Masturbasi atau onani dapat menyebabkan lutut kopong.
Faktanya, masturbasi atau onani tidak dapat menyebabkan lutut kopong. Spermatozoa tidak diproduksi dan tidak disimpan di dalam lutut melainkan di testis. Mungkin setelah masturbasi atau onani, biasanya timbul rasa lelah karena masturbasi atau onani mengeluarkan
(32)
15 energi. Itulah yang membuat pelakunya menjadi lemas, jadi bukan karena lututnya jadi kosong (Negara, 2008).
c. Menyiram penis dengan bir atau soda bisa mematikan bakteri atau virus.
Faktanya, tidak mungkin bakteri atau virus yang ditularkan lewat hubungan seksual akan mati dengan disiram bir atau soda. Hanya dengan pengobatan antibiotik bakteri bisa dimatikan (Sjarif, dkk. 2008).
2. Mitos hubungan seksual
a. Berhubungan seks dengan pacar merupakan bukti cinta.
Faktanya, berhubungan seks bukan cara untuk menunjukkan kasih sayang pada saat masih pacaran, melainkan karena disebabkan adanya dorongan seksual yang tidak terkontrol dan keinginan untuk mencoba-coba. Rasa sayang dengan pacar bisa ditunjukkan dengan cara lain (Negara, 2008).
b. Hubungan seks pertama kali selalu ditandai dengan keluarnya darah dari vagina.
Faktanya, tidak selalu hubungan seks yang pertama kali itu kelihatan berdarah. Apabila komunikasi seksual terjalin dengan baik dan hubungan seksual dilakukan dalam keadaan siap dan disertai foreplay tidak memunculkan adanya pendarahan (Negara, 2008).
(33)
16 c. Selaput dara yang robek berarti sudah pernah melakukan hubungan
seksual atau tidak perawan lagi.
Faktanya, selaput dara merupakan selaput kulit yang tipis yang dapat meregang dan robek karena beberapa hal. Selain karena melakukan hubungan seks, selaput dara juga bisa robek karena melakukan olah raga tertentu seperti naik sepeda. Karena itu robeknya selaput dara belum tentu karena hubungan seks (Negara, 2008).
d. Perempuan yang berdada besar dorongan seksualnya besar.
Faktanya, secara medis tidak ada hubungan langsung antara ukuran payudara dengan dorongan seksual seseorang. Dorongan seksual tersebut ditentukan oleh kepribadian, pola sosialisasi dan pengalaman seksual (melihat, mendengar atau merasakan suatu rangsangan seksual) (Negara, 2008).
e. Seks oral tidak bisa menularkan penyakit.
Faktanya, ada dua cara penularan penyakit menular seksual yaitu melalui pertukaran cairan dan persentuhan kulit. Selama hubungan seksual yang dilakukan melibatkan keduanya, risiko tertular tetap tinggi. Jenis penyakit herpes, klamidia, gonore, dan sifilis tetap bisa ditularkan melalui oral seks (Anonim, 2008 c).
3. Mitos PMS
a. PMS dapat dicegah dengan mencuci alat kelamin.
Faktanya, tidak ada sabun atau disinfektan apapun yang dapat mencegah PMS, bahkan penggunaan sabun pada vagina akan
(34)
17 mempertinggi risiko terkena keputihan akibat dari berkurangnya kadar keasaman dari permukaan vagina yang berfungsi untuk membunuh kuman-kuman yang ada (Sjarif, dkk. 2008).
b. Minum antibiotik sebelum hubungan seksual akan mencegah penularan PMS
Faktanya, minum antibiotik sebelum hubungan seksual tidak dapat mencegah PMS, karena masing-masing penyakit memerlukan jenis antibiotik yang berbeda dan antibiotik yang dimakan belum tentu sebagai pencegah PMS (Sjarif, dkk. 2008).
c. PMS dapat dilihat secara kasat mata.
Faktanya, gejala PMS dapat tidak terlihat oleh mata terutama jika terjadi pada perempuan (Sjarif, dkk. 2008).
d. Kondom 100% aman untuk mencegah PMS
Faktanya, efektifitas kondom hanya sekitar 44% - 74% sehingga kemungkinan terkena PMS tetap ada (Nugraha, 2008).
4. Mitos terjadinya kehamilan
a. Hubungan seksual yang dilakukan sekali saja tidak dapat menyebabkan kehamilan.
Faktanya, kehamilan akan terjadi bila sel telur yang matang dibuahi oleh sperma. Sel telur akan dilepas pada saat masa subur seorang perempuan. Jadi apabila hubungan seksual dilakukan pada saat masa subur, berarti ada sel telur matang yang dilepas oleh
(35)
18 indung telur, sehingga memungkinkan untuk terjadi kehamilan (Sjarif, dkk. 2008).
b. Ejakulasi di luar (terputus) tidak menyebabkan kehamilan.
Faktanya, sperma terdapat di dalam cairan seminal yang dilepaskan sebelum laki-laki mengalami ejakulasi. Jadi, meskipun laki-laki menarik penisnya ke luar sebelum orgasme, pasangan tetap saja bisa hamil (Anonim, 2008 c).
c. Petting tidak dapat menyebabkan kehamilan
Faktanya, walaupun tidak melepaskan pakaian, petting tetap dapat menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan. Sperma tetap bisa masuk ke dalam rahim. Karena ketika terangsang, perempuan akan mengeluarkan cairan yang mempermudah masuknya sperma ke dalam rahim. Sedangkan sperma itu sendiri memiliki kekuatan untuk berenang masuk ke dalam rahim. Jika tertumpah pada celana dalam yang dikenakan perempuan, dan langsung mengenai bibir kemaluan (Anonim, 2008 c).
d. Berhubungan seks di masa menstruasi tidak menimbulkan kehamilan Faktanya, masa subur wanita dua minggu menjelang masa haidnya datang. Dengan kondisi tersebut hubungan seks yang dilakukan pada saat wanita sedang menstruasi memungkinkan terjadinya kehamilan. Setelah ejakulasi sperma dapat hidup 3-4 hari di dalam vagina (Prihantina, 2008)
(36)
19 D. Perilaku Seksual
Menurut Hartono (2007), perilaku (behavior) adalah tindakan-tindakan (actions) atau reaksi-reaksi (reactions) dari suatu obyek atau organisme. Perilaku dapat berupa sadar (conscious) atau tidak sadar (unconscious), terus terang (overt) atau diam-diam (covert), sukarela (voluntary) atau tidak suka rela (unvoluntary). Dorongan seksual bisa diekspresikan dalam berbagai perilaku, namun tentu saja tidak semua perilaku merupakan ekspresi dorongan seksual seseorang. Ekspresi dorongan seksual atau perilaku seksual ada yang aman dan ada yang tidak aman, baik secara fisik, psikis, maupun sosial. Setiap perilaku seksual memiliki konsekuensi berbeda.
1. Pengertian.
Perilaku seksual adalah perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual. Bentuk perilaku seksual bermacam-macam mulai dari bergandengan tangan, berpelukan, bercumbu, petting (bercumbu berat) sampai berhubungan seks. Perilaku seks aman adalah perilaku seks tanpa mengakibatkan terjadinya pertukaran cairan vagina dengan cairan sperma misalnya dengan bergandengan tangan, berpelukan, berciuman. Sementara hubungan seks tanpa menggunakan kondom bukan merupakan perilaku seks aman dari kehamilan dan PMS. Jika benar-benar ingin aman, tetaplah tidak aktif seksual. Jika sudah aktif, setialah dengan satu pasangan saja atau gunakan kondom dengan mutu yang baik dan benar agar dapat mengurangi risiko terkena PMS, HIV/AIDS, dan kehamilan (Anonim, 2008 b).
(37)
20 2. Objek perilaku seksual.
Menurut Novita, dkk (2006) perilaku seksual terbagi menjadi dua yaitu :
a. Objek seksualnya diri sendiri, terdiri dari : melihat, berfantasi atau berkhayal, mimpi basah, onani, dan masturbasi.
b. Objek seksualnya orang lain, terdiri dari : mencium pacar, memeluk pacar, necking, petting, oral genital, anal seks, berhubungan seks dengan pacar, dan berhubungan seks dengan PSK.
3. Akibat perilaku seksual
Menurut Lukman (2004), akibat yang dapat ditimbulkan dari perilaku seksual adalah :
a. PMS
Sebelum dikenal sebagai PMS, jenis penyakit ini sudah cukup lama dikenal dengan sebutan penyakit kelamin. Saat itu penyakit kelamin yang baru dikenal adalah sifilis dan gonore. Sedangkan istilah PMS baru dikenal setelah ditemukannya jenis penyakit kelamin selain kedua jenis di atas. Penyakit ini mengenai alat (organ) reproduksi laki-laki atau perempuan terutama akibat dari hubungan seksual dengan orang yang sudah terjangkit penyakit kelamin.
b. HIV/AIDS
HIV merupakan virus yang merusak system kekebalan tubuh manusia. HIV dengan perantara darah, sperma atau cairan vagina, masuk ke dalam aliran pembuluh darah. Kemudian HIV merusak
(38)
21 sistem kekebalan tubuh individu. Setelah beberapa tahun jumlah HIV semakin banyak sehingga system kekebalan tubuh tidak lagi mampu melawan bibit penyakit yang masuk. Kumpulan berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia inilah yang disebut AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai penyakit akibat turunnya kekebalan individu karena HIV.
c. KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan)
Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja umumnya terjadi karena:
1) Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat menyebabkan kehamilan.
2) Tidak menggunakan alat kontrasepsi.
3) Kegagalan alat kontrasepsi akibat remaja menggunakan alat kontrasepsi tanpa disertai pengetahuan yang cukup tentang metode kontrasepsi yang benar.
4) Akibat pemerkosaan, diantaranya pemerkosaan oleh teman kencannya (date rape).
d. Aborsi
Secara medis aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan mencapai usia 20 minggu yaitu sebelum janin dapat hidup di luar kandungan secara mandiri. Tindakan aborsi
(39)
22 mengandung risiko yang cukup tinggi apabila dilakukan tidak sesuai standar profesi medis.
Alasan-alasan yang membuat remaja mengambil tindakan aborsi adalah :
1) Ingin terus melanjutkan sekolah atau kuliah. 2) Takut kepada kemarahan orangtua.
3) Belum siap secara mental dan ekonomi untuk menikah dan mempunyai anak.
4) Malu pada lingkungan sosial bila ketahuan hamil sebelum menikah.
5) Tidak mencintai pacar yang menghamili. Hubungan seks terjadi karena iseng saja.
6) Ingin terus bekerja. Bila tidak melakukan aborsi akan dipecat dari pekerjaan karena terikat kontrak untuk tidak hamil selama 2 tahun pertama bekerja.
7) Tidak tahu status anaknya nanti karena kehamilan terjadi akibat perkosaan, terlebih bila pemerkosa tidak dikenal oleh si remaja perempuan.
4. Penyebab timbulnya masalah seksualitas di kota.
Menurut Miqdad (2001), bahwa masalah seksualitas di kalangan remaja di kota besar timbul karena :
a. Kurang adanya pendidikan seks pada remaja, sehingga praktis mereka buta terhadap masalah seks.
(40)
23 b. Banyaknya rangsangan-rangsangan pornografi, baik berupa film, bahan bacaan maupun yang berupa obrolan sesama teman sebaya yang kemudian akan menimbulkan mitos seks.
c. Tersedianya kesempatan untuk melakukan perbuatan seks, misalnya pada waktu orang tua tidak di rumah, di dalam mobil atau pada kesempatan piknik atau berkemah.
(41)
24 E. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori Hubungan antara Mitos Seks dengan Perilaku Seksual Remaja SMA di Kecamatan Klaten kota
Akibat : a. PMS b. HIV/AIDS c. KTD d. Aborsi a.Pra Remaja
b.Remaja Awal c.Remaja
Menengah
Remaja
Informasi Kesehatan Reproduksi a. Orang tua
b. Guru c. Teman sebaya d. Diskusi
e. Media massa dan elektronik
Mitos Kesehatan Reproduksi a.Mitos alat reproduksi b.Mitos hubungan seksual c.Mitos PMS
d.Mitos terjadinya kehamilan
Perilaku Seksual
Objek orang lain a.Mencium pacar b. Oral genital c. Memeluk pacar d. Anal seks
e. Necking
f. Berhubungan seks dengan pacar
g. Petting
h. Berhubungan seks dengan PSK Tumbuh Kembang Remaja Faktor Intern a. Fisik b. Psikologis Faktor Ekstern a. Orang tua b. Guru c. Teman sebaya d. Masyarakat
Objek diri sendiri a. Melihat b. Berfantasi atau
berkhayal c. Mimpi basah d. Onani e. Masturbasi
(42)
25 Mitos Seks :
a. Mitos alat reproduksi b. Mitos hubungan seksual c. Mitos PMS
d. Mitos terjadinya kehamilan
Perilaku seksual remaja SMA
F. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
G. Hipotesis.
1. Ada hubungan antara mitos alat reproduksi dengan perilaku seksual remaja SMA.
2. Ada hubungan antara mitos hubungan seksual dengan perilaku seksual remaja SMA.
3. Ada hubungan antara mitos PMS dengan perilaku seksual remaja SMA. 4. Ada hubungan antara mitos terjadinya kehamilan dengan perilaku seksual
(43)
26 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor peneliti) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit serentak pada individu-individu dari populasi tunggal, pada suatu saat atau periode (Murti, 1997).
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah remaja yang berumur antara 14-17 tahun bagi laki-laki dan 13-16 tahun bagi perempuan yang bersekolah SMA di Kecamatan Klaten kota.
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian yang layak untuk dilakukan penelitian atau dijadikan responden. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
a. Remaja yang bersekolah di SMA N 3 Klaten dan SMA Muhammadiyah 1 Klaten.
b. Siswa kelas X dan XI
c. Bersedia menjadi subjek penelitian atau menjadi responden hingga akhir penelitian.
(44)
27 2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan subjek penelitian yang tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian.
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
a. Remaja yang tidak bersekolah di SMA N 3 Klaten dan SMA Muhammadiyah 1 Klaten.
b. Siswa bukan kelas X dan XI.
c. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian atau menjadi responden hingga akhir penelitian.
C. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2009. Tempat penelitian di SMA Muhammadiyah 1 Klaten dan SMA N 3 Klaten.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja yang bersekolah SMA di Kecamatan Klaten kota yang meliputi SMA 3 Klaten dan SMA Muhammadiyah 1 Klaten. Jumlah populasi sebanyak 535 siswa.
(45)
28 2. Sampel
a. Jumlah sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti. Penentuan sampel dilakukan secara Simple Random Sampling. Besar sampel dapat dihitung dengan rumus (Murti, 2006)
= 84 responden
Keterangan :
n : Besar sampel N : Besar populasi
p : Perkiraan proporsi (prevalensi) variabel dependen pada populasi (0,93)
q : 1-p
Z-α/2 : Statistik Z (Z=96 untuk α=0,05)
d : Delta, presisi absolute atau margin of error yang diinginkan di kedua sisi proporsi (+/-5%)
Dengan demikian diperoleh sampel sebanyak 84 siswa dengan pembagian 1:1 yaitu sebesar 42 responden di SMA Muhammadiyah 1 Klaten dan 42 di SMA N 3 Klaten.
b. Teknis atau cara pengambilan sampel
Teknik dalam pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode Simple Random Sampling yaitu metode mencuplik sampel secara acak dimana masing-masing subjek atau unit
(46)
29 dari populasi memiliki peluang yang sama dan independen (tidak tergantung) untuk terpilih menjadi sampel (Murti, 2006).
E. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah mitos alat reproduksi, mitos hubungan seksual, mitos PMS, dan mitos terjadinya kehamilan. 2. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku seksual remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
F. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dapat disajikan pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Definisi Operasional Variabel
No. Variabel Diskripsi Cara
Pengukuran
Skala Hasil Ukur 1 Mitos alat
reproduksi
Sesuatu yang salah tetapi dianggap benar oleh responden tentang alat reproduksi.
Kuesioner Nominal Percaya > 50% Tidak percaya < 50% 2 Mitos
hubungan seksual
Sesuatu yang salah tetapi dianggap benar oleh responden tentang hubungan seksual
Kuesioner Nominal Percaya > 50% Tidak percaya < 50% 3 Mitos PMS Sesuatu yang
salah tetapi dianggap benar
Kuesioner Nominal Percaya > 50%
(47)
30 G. Pengumpulan Data
1. Jenis data
a. Kuantitatif meliputi hubungan antara mitos alat reproduksi, mitos PMS, dan mitos terjadinya kehamilan.
b. Kualitatif meliputi perilaku seksual remaja SMA di Kecamatan Klaten kota
2. Sumber data a. Data primer
Data yang langsung diambil dari responden dengan menggunakan kuesioner dan pedoman wawancara terstruktur.
b. Data sekunder
Data diperoleh melalui studi pustaka, internet, dan instansi pendidikan berupa jumlah SMA, jumlah kelas, jumlah siswa, dan jenis kelamin.
No. Variabel Diskripsi Cara
Pengukuran
Skala Hasil Ukur oleh responden
tentang PMS
Tidak percaya < 50% 4 Mitos
terjadinya kehamilan
Informasi yang salah yang berkaitan dengan terjadinya
kehamilan
Kuesioner Nominal Percaya > 50%
Tidak percaya < 50% 5 Perilaku
seksual pada remaja SMA
Tindakan yang muncul karena adanya dorongan seksual. Seperti onani, masturbasi, petting, dan lain-lain.
Wawancara Ordinal (1-5) buruk (6-10) sedang (11-13) baik
(48)
31 3. Cara Pengumpulan Data
a. Data mitos seks dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden. Kemudian responden diminta untuk mengisi kuesioner sendiri dan setelah selesai, kuesioner tersebut dikumpulkan kepada peneliti.
b. Data perilaku seksual dikumpulkan dengan pedoman wawancara terstruktur oleh peneliti.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan variabel penelitian yang harus dijawab oleh responden.
a. Kuesioner
1) Jenis pertanyaan yang digunakan berupa kuesioner tertutup dengan jumlah pertanyaan sebanyak 35 item pertanyaan.
2) Skor kuesioner mitos seks dengan pilihan jawaban percaya dan tidak percaya :
a) Jawaban favorable : jawaban percaya skor 1, jawaban tidak percaya skor 0.
b) Jawaban unfavorable : jawaban percaya skor 0, jawaban tidak percaya skor 1.
3) Uji validitas dan reliabilitas
Sifat valid memberikan pengertian bahwa alat ukur yang digunakan mampu memberikan nilai yang sesungguhnya dari nilai
(49)
32 yang kita inginkan. Untuk uji validitas instrument digunakan uji korelasiproduct moment person. Sedangkan Uji reliabilitas dengan rumus alfa cronbath. Rumus korelasi product moment person (Abdurahman dan Muhidin, 2006).
Dengan :
rxy : korelasi antara variabel x dan y
X dan Y : Skor masing-masing skala N : Banyaknya subjek
Tabel 3. Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Variabel Y
Besar rxy Keterangan
0,00 - < 0,20 Hubungan sangat lemah (diabaikan, dianggap tidak ada)
> 0,20 - < 0,40 Hubungan rendah
> 0,40 - < 0,70 Hubungan sedang atau cukup > 0,70 - < 0,90 Hubungan kuat atau tinggi
> 0,90 - < 1,00 Hubungan sangat kuat atau sangat tinggi
Rumus Alfa Cronbath (Abdurahman dan Muhidin, 2006).
Keterangan :
r11 : reliabilitas instrumen
k : banyaknya bulir soal : jumlah varians bulir
(50)
33 Standar reliabilitas adalah jika nilai hitung r lebih besar (>) dari nilai tabel r (0,514), maka instrument dinyatakan reliabel. b. Pedoman wawancara
1) Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang berdasarkan pedoman-pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan. Sehingga peneliti tinggal membacakan pertanyaan-pertanyaan tersebuat kepada responden.
2) Pedoman wawancara terdiri dari 13 pertanyaan dengan topik berupa perilaku seksual dengan obyek diri sendiri dan orang lain. 3) Skor penilaian wawancara dengan pilihan jawaban ya dan tidak.
Jawaban unfavorable : jawaban ya skor 0, jawaban tidak skor 1 4) Penggolongan perilaku dibagi dalam 3 kategori yaitu : buruk (1-5),
sedang (6-10), dan baik (11-13). Perilaku seksual responden langsung dinyatakan buruk jika responden pernah melakukan petting dan hubungan seksual (pilihan 12 dan 13 pada kuesioner).
H. Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan kemudian diolah menggunakan program SPSS versi 16. Tahap-tahap pengolahan data adalah sebagai berikut :
a. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan, kejelasan makna jawaban, konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner.
b. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses pengolahan data.
(51)
34 d. Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti
guna memudahkan analisis data.
I. Analisis Data
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16. Analisis data meliputi :
1. Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing varibel, baik variabel bebas, variabel terikat dan deskriptif karakteristik responden.
2. Analisi bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square dengan rumus :
Keterangan : O : frekuensi observasi E : frekuensi harapan
Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square. Syarat uji chi square antara lain pengamatan harus bersifat independen,
dan hanya digunakan data diskrit dan kontinu yang telah dikelompokkan menjadi kategori (Budiarto, 2001).
Sebelum dilakukan uji chi square dilakukan uji normalitas data dengan mengunakan SPSS tujuannya adalah untuk mengetahui
(52)
35 homogenitas data dengan tingkat signifikan p>0,05 (taraf kepercayaan 95%). Dasar pengambilan keputusan dengan tingkat kepercayaan 95% : a. Jika nilai α > p (0,05) maka Ha penelitian ditolak.
(53)
36 BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan geografi
Kabupaten Klaten terletak secara geografis antara 70321’9” sampai 7048’33” dan antara 110026”14” sampai 110047’51”. Letak Kabupaten Klaten cukup strategis karena berbatasan langsung dengan Kota Surakarta, yang merupakan salah satu pusat perdagangan dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar dan kota wisata.
2. Keadaan demografi
Tahun 2007 jumlah penduduk Klaten sebesar 1.296.987 jiwa, kondisi ini menunjukkan penambahan 3.745 jiwa dari tahun sebelumnya dan pertumbuhannya sebesar 0,29%. Pertumbuhan jumlah penduduk seyogyanya diimbangi dengan pemerataan penyebaran penduduk. Secara umum kepadatan penduduk di Kabupaten Klaten merata untuk semua kecamatan, kecuali Kecamatan Kemalang yang paling rendah kepadatannya yaitu sebesar 669 jiwa per km2.
Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Klaten sebesar 95,50, dimana jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari laki-laki. Jumlah penduduk usia produktif (usia15-64 tahun) sebesar 981.770 jiwa atau sekitar 75,70 % dari total penduduk Klaten.
(54)
37 3. Gambaran sekolah
a. SMA N 3 Klaten
SMA N 3 Klaten terletak di Jl. Solo Km 2 Klaten 57435 dengan kepala sekolah saat ini dijabat oleh Drs. H. Supardi, S.H. SMA N 3 Klaten memiliki siswa sebanyak 920 orang, dengan rincian siswa kelas X sebanyak 281 orang, siswa kelas XI sebanyak 301 orang, dan siswa kelas XII sebanyak 338 orang.
b. SMA Muhammadiyah 1 Klaten,
SMA Muhammadiyah 1 Klaten terletak di Jl. Sersan Sadikin 89 Klaten Utara 57434 dengan kepala sekolah saat ini dijabat oleh Drs. H. Muhni. SMA Muhammadiyah 1 Klaten memiliki siswa sebanyak 854 siswa, dengan rincian siswa kelas X sebanyak 340 orang, siswa kelas XI sebanyak 234 orang, dan siswa kelas XII sebanyak 280 orang.
B. Hasil Analisis Univariat
Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja yang bersekolah SMA di Kecamatan Klaten kota yang meliputi SMA 3 Klaten dan SMA Muhammadiyah 1 Klaten. Jumlah sampel sebanyak 84 responden. Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh data sebagai berikut :
1. Karakteristik responden a. Jenis kelamin
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa baik laki-laki maupun perempuan yang bersekolah di SMA N 3 Klaten dan SMA
(55)
38 Muhammadiyah 1 Klaten dengan jumlah laki-laki sebanyak 28 responden (33,3%) dan perempuan sebanyak 56 responden (66,7%). Hasil selengkapnya dapat disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.
Jenis kelamin Frekuensi Persen (%)
Laki-laki 28 33,3
Perempuan 56 66,7
Jumlah 84 100
b. Umur responden
Berdasarkan umurnya, kebanyakan responden berumur 15 tahun yaitu sebanyak 50 orang (59,5%). Distribusi responden berdasarkan umur selengkapnya disajikan pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi Persen (%)
15 tahun 50 59,5
16 tahun 33 39,3
17 tahun 1 1,2
Jumlah 84 100
c. Kelas responden
Berdasarkan kelasnya, kebanyakan responden kelas X yaitu sebanyak 47 orang (56%). Distribusi responden berdasarkan kelas selengkapnya disajikan pada tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Kelas
Kelas Frekuensi Persen (%)
Kelas X 47 56
Kelas XI 37 44
(56)
39 2. Variabel mitos alat reproduksi
Hasil penelitian mengenai besarnya nilai variabel mitos alat reproduksi diperoleh dari jawaban lembar observasi yang diberikan kepada responden sebanyak 6 pertanyaan. Hasil tersebut kemudian diformulasikan sebagai berikut : jika nilai 1-3 masuk kategori 1 yaitu tidak percaya dan jika skor jawaban 4-6 masuk kategori 2, yaitu percaya. Hasil selengkapnya disajikan pada tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Responden tentang Mitos Alat Reproduksi Mitos alat reproduksi Frekuensi Persen (%) Tidak percaya
Percaya
30 54
35,7 64,3
Jumlah 84 100
Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa remaja SMA percaya pada mitos alat reproduksi yaitu sebanyak 54 orang (64,3%).
3. Mitos hubungan seksual
Hasil penelitian mengenai besarnya nilai variabel mitos hubungan seksual diperoleh dari jawaban lembar observasi yang diberikan kepada responden sebanyak 6 pertanyaan. Hasil tersebut kemudian diformulasikan sebagai berikut : jika nilai 1-3 masuk kategori 1 yaitu tidak percaya dan jika skor jawaban 4-6 masuk kategori 2, yaitu percaya. Hasil selengkapnya disajikan pada tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Responden tentang Mitos Hubungan Seksual
Mitos hubungan seksual Frekuensi Persen (%)
Tidak percaya Percaya
36 48
42,9 57,1
(57)
40 Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa remaja SMA percaya pada mitos hubungan seksual yaitu sebanyak 48 orang (57,1%).
4. Mitos PMS
Hasil penelitian mengenai besarnya nilai variabel mitos PMS diperoleh dari jawaban lembar observasi yang diberikan kepada responden sebanyak 6 pertanyaan. Hasil tersebut kemudian diformulasikan sebagai berikut : jika nilai 1-3 masuk kategori 1 yaitu tidak percaya dan jika skor jawaban 4-6 masuk kategori 2, yaitu percaya. Hasil selengkapnya disajikan pada tabel 9.
Tabel 9. Distribusi Responden tentang Mitos PMS
Mitos PMS Frekuensi Persen (%)
Tidak percaya Percaya
35 49
41,7 58,3
Jumlah 84 100
Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa remaja SMA percaya pada mitos PMS yaitu sebanyak 49 orang (58,3%).
5. Mitos terjadinya kehamilan
Hasil penelitian mengenai besarnya nilai variabel mitos terjadinya kehamilan diperoleh dari jawaban lembar observasi yang diberikan kepada responden sebanyak 8 pertanyaan. Hasil tersebut kemudian diformulasikan sebagai berikut : jika nilai 1-4 masuk kategori 1 yaitu tidak percaya dan jika skor jawaban 5-8 masuk kategori 2, yaitu percaya. Hasil selengkapnya disajikan pada tabel 10.
(58)
41 Tabel 10. Distribusi Responden tentang Mitos Terjadinya Kehamilan
Mitos terjadinya kehamilan Frekuensi Persen (%) Tidak percaya
Percaya
34 50
40,5 59,5
Jumlah 84 100
Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa remaja SMA percaya pada mitos terjadinya kehamilan yaitu sebanyak 50 orang (59,5%).
6. Perilaku seksual
Hasil penelitian mengenai besarnya nilai variabel perilaku seksual diperoleh dari jawaban lembar observasi yang diberikan kepada responden sebanyak 13 pertanyaan. Hasil tersebut kemudian diformulasikan sebagai berikut : nilai 0-5 buruk, nilai 6-10 sedang, dan nilai 11-13 baik. Hasil selengkapnya disajikan pada tabel 11.
Tabel 11. Distribusi Responden tentang Perilaku Seksual
Perilaku seksual Frekuensi Persen (%)
Buruk Sedang Baik
14 37 33
16,7 44,0 39,3
Jumlah 84 100
Berdasarkan tabel 11 diketahui bahwa remaja SMA berperilaku seksual sedang yaitu sebanyak 37 orang (44,0%).
(59)
42 C. Hasil Analisis Hubungan
Penelitian ini menguji hubungan antara mitos seks dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan uji test Chi Square. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16.00 for Windows, hasil analisis diperoleh sebagai berikut.
1. Mitos alat reproduksi
Proporsi responden yang tidak percaya tentang mitos alat reproduksi dan berperilaku seksual baik (13,1%) lebih banyak dari pada yang berperilaku seksual sedang (10,7%) dan buruk (11,9%). Sedangkan responden yang percaya dengan perilaku seksual sedang (33,3%) lebih banyak dari pada yang berperilaku seksual baik (26,2%) dan buruk (4,8%). Hasil selengkapnya dapat disajikan pada tabel 12.
Tabel 12. Distribusi Hubungan antara Mitos Alat Reproduksi dengan Perilaku Seksual
Mitos alat reproduksi
Perilaku seksual
Buruk % Sedang % Baik %
a. Tidak percaya 10 11,9 9 10,7 11 13,1
b. Percaya 4 4,8 28 33,3 22 26,2
Total 14 16,7 37 44,0 33 39,3
2. Mitos hubungan seksual
Proporsi responden yang tidak percaya tentang mitos hubungan seksual dan berperilaku seksual sedang (19,0%) lebih banyak dari pada yang berperilaku seksual baik (11,9%) dan buruk (11,9%). Sedangkan responden yang percaya dengan perilaku seksual baik (27,4%) lebih
(60)
43 banyak dari pada yang berperilaku seksual sedang (25,0%) dan buruk (4,8%). Hasil selengkapnya dapat disajikan pada tabel 13.
Tabel 13. Distribusi Hubungan antara Mitos Hubungan Seksual dengan Perilaku Seksual
Mitos hubungan seksual
Perilaku seksual
Buruk % Sedang % Baik %
a. Tidak percaya 10 11,9 16 19,0 10 11,9
b. Percaya 4 4,8 21 25,0 23 27,4
Total 14 16,7 37 44,0 33 38,3
3. Mitos PMS
Proporsi responden yang tidak percaya tentang mitos PMS dan berperilaku seksual sedang (16,7%) lebih banyak dari pada yang berperilaku seksual baik (13,1%) dan buruk (11,9%). Sedangkan responden yang percaya dengan perilaku seksual sedang (27,4%) lebih banyak dari pada yang berperilaku seksual baik (26,2%) dan buruk (4,8%). Hasil selengkapnya dapat disajikan pada tabel 14.
Tabel 14. Distribusi Hubungan antara Mitos PMS dengan Perilaku Seksual
Mitos PMS Perilaku seksual
Buruk % Sedang % Baik %
a. Tidak percaya 10 11,9 14 16,7 11 13,1
b. Percaya 4 4,8 23 27,4 22 26,2
Total 14 16,7 37 44,1 33 39,3
4. Mitos terjadinya kehamilan.
Proporsi responden yang tidak percaya tentang mitos terjadinya kehamilan dan berperilaku seksual sedang (16,7%) lebih banyak dari pada yang berperilaku seksual baik (11,9%) dan buruk (11,9%). Sedangkan responden yang percaya dengan perilaku seksual sedang (27,4%) dan baik
(61)
44 (27,4%) lebih banyak dari pada yang berperilaku seksual buruk (4,8%). Hasil selengkapnya dapat disajikan pada tabel 15.
Tabel 15. Distribusi Hubungan antara Mitos Terjadinya Kehamilan dengan Perilaku Seksual pada Remaja
Mitos terjadinya kehamilan
Perilaku seksual
Buruk % Sedang % Baik %
a. Tidak percaya 10 11,9 14 16,7 10 11,9
b. Percaya 4 4,8 23 27,4 23 27,4
Total 14 16,7 37 44,1 33 39,3
D. Hasil Analisis Bivariat 1. Mitos alat reproduksi
Hasil uji statistik chi square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan dengan p = 0,007 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara mitos alat reproduksi dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
2. Mitos hubungan seksual
Hasil uji statistik chi square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan dengan p = 0,033 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara mitos hubungan seksual dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
3. Mitos PMS
Hasil uji statistik chi square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan dengan p = 0,044 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara mitos PMS dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
(62)
45 4. Mitos terjadinya kehamilan
Hasil uji statistik chi square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan dengan p = 0,029 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara mitos terjadinya kehamilan dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota. Hasil selengkapnya dapat disajikan pada tabel 16.
Tabel 16. Rangkuman Hasil Uji Bivariat Variabel Bebas dengan Perilaku Seksual
No Variabel X2 Nilai
p
Keterangan
1 Mitos alat reproduksi 9,95 0,007 Terdapat hubungan yang signifikan
2 Mitos hubungan seksual 6,79 0,033 Terdapat hubungan yang signifikan
3 Mitos PMS 6,26 0,044 Terdapat hubungan yang signifikan
(63)
46 BAB V
PEMBAHASAN
A. Hubungan antara Mitos Alat Reproduksi dengan Perilaku Seksual pada Remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan nilai p = 0,007 (p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara mitos alat reproduksi dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota. Alat reproduksi merupakan organ tubuh laki-laki dan perempuan yang menyebabkan terjadinya kehamilan (BKKBN, 2006). Salah satu contoh dari alat reproduksi adalah penis pada laki-laki dan vagina pada perempuan. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data sebanyak 64,3% responden yang percaya terhadap mitos-mitos alat reproduksi. Hal ini berarti bahwa remaja masih memiliki pengetahuan yang kurang sehingga menyebabkan tingginya kepercayaan remaja terhadap mitos-mitos alat reproduksi. Padahal menurut Subinarto (2008), mitos merupakan informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap benar, yang telah diyakini, beredar, dan populer di masyarakat. Menurut Simpen (2007), ketidaktahuan remaja tentang kesehatan reproduksi selama ini disebabkan karena remaja masih menganggap alat reproduksi sebagai hal yang tabu. Tidak banyak siswa SMA yang tahu mengenai kesehatan reproduksi, cara merawat serta menggunakan alat reproduksinya pada waktu dan saat yang tepat.
(64)
47 Perilaku seksual merupakan tindakan yang dilakukan oleh remaja dengan dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data proporsi responden terbanyak yang percaya tentang mitos alat reproduksi adalah berperilaku sedang (33,3%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Gusmiarni (2001), yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap onani atau masturbasi dengan perilaku seksual. Menurut Skiner (1938), dalam Notoatmodjo, 2003), perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Faktor yang menyebabkan perilaku seks remaja, selain faktor jiwa muda dan rasa ingin tahu yang besar, remaja juga kurang mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan yang cukup berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Menurut Wibowo (2004), remaja merasa lebih senang membahas masalah seks, kesehatan reproduksi, dan perilaku seksual dengan teman dari pada dengan orangtua.
B. Hubungan antara Mitos Hubungan Seksual dengan Perilaku Seksual pada Remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan nilai p = 0,033 (p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara mitos hubungan seksual dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota. Menurut Ghozally dan Karim (2009), hubungan seksual terjadi pada saat masuknya penis yang ereksi ke dalam lubang vagina sebagai pelampiasan hasrat seksual untuk pemenuhan kebutuhan biologisnya. Bila terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan mani yang di
(65)
48 dalamnya terdapat jutaan sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada dalam vagina memudahkan pertemuan sperma dan sel telur yang menyebabkan terjadinya pembuahan dan kehamilan.
Menurut Budinurdjaja (2007), mitos seks merupakan contoh mitos yang sangat luas beredar yang mempengaruhi pandangan dan perilaku seksual masyarakat. Mitos hubungan seksual terhadap perilaku seksual menunjukkan bahwa masih terdapat kepercayaan mengenai hal-hal yang bertolak belakang dengan kenyataan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebanyak 57,1% responden yang percaya terhadap mitos-mitos hubungan seksual. Hal ini berarti bahwa remaja masih memiliki pengetahuan yang kurang sehingga menyebabkan tingginya kepercayaan remaja terhadap mitos-mitos hubungan seksual. Hasil ini sejalan dengan penelitian Pusat Studi Seksualitas (2008), yang menyimpulkan sebanyak 52% responden setuju mengenai senggama terputus tidak menyebabkan hamil. Padahal pemahaman di atas keliru karena sperma terdapat di dalam cairan seminal yang dilepaskan sebelum laki-laki mengalami ejakulasi sehingga dapat menyebabkan kehamilan. Menurut Darwisyah (2008), remaja seringkali merasa tidak nyaman atau tabu untuk membicarakan masalah seksualitas dan kesehatan reproduksinya. Karena faktor keingintahuan, remaja akan berusaha untuk mendapatkan informasi ini, sehingga remaja mudah terpengaruh oleh mitos-mitos seks yang ada di masyarakat.
Menurut Mutadin (2002), perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenis mulai dari perasaan
(66)
49 tertarik sampai dengan tingkah laku berkencan, bercumbu sampai hubungan seksual. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data proporsi responden terbanyak yang percaya tentang mitos hubungan seksual adalah berperilaku baik (27,4%). Hubungan seksual dilakukan dengan memasukkan penis ke dalam vagina, tetapi sebagian orang biasa melakukan secara oral dan anal seks. Hal ini sejalan dengan penelitian Sari (2009), yang menyimpulkan bahwa adanya hubungan positif antara tingkat pengetahuan Penyakit Menular Seksual (PMS) dengan perilaku seksual pranikah.
C. Hubungan antara Mitos PMS dengan Perilaku Seksual pada Remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan nilai p = 0,044 (p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara mitos PMS dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota. PMS merupakan penyakit alat (organ) reproduksi laki-laki atau perempuan terutama akibat dari hubungan seksual dengan orang yang sudah terjangkit penyakit kelamin (Sjarif, 2008). Menurut Hanifah (2008), mitos PMS sebenarnya dapat dikontrol, jika masyarakat menyadari bahwa pendidikan seks sejak dini perlu. Maraknya kehamilan di luar nikah atau banyaknya penyakit menular seksual yang terjadi pada remaja disebabkan karena ketidaktahuan remaja tentang seksualitas. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data sebesar 58,3% responden percaya mitos-mitos PMS. Hal ini berarti bahwa remaja masih memiliki pengetahuan yang kurang sehingga menyebabkan tingginya kepercayaan remaja terhadap mitos-mitos PMS. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Hernawati (2005), yang
(67)
50 menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang PMS dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiswa PSIK Program A FK UGM.
Menurut Soetjiningsih (2007), perilaku seksual pranikah merupakan segala tingkah laku seksual yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenisnya, yang dilakukan oleh remaja sebelum mereka menikah. Hal ini mendukung pendapat Kartono (1998), yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa paling rawan, terutama berkaitan dengan meluapnya energi (dorongan seksual) dari dalam. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data proporsi responden terbanyak yang percaya tentang mitos-mitos PMS berperilaku sedang (27,4%). Hal ini mendukung pendapat Duarsa (2007), yang menyatakan golongan remaja mempunyai kemampuan berpikir yang lebih sederhana, cenderung lebih konkrit, lebih perhatian pada hal-hal yang terjadi di sekitarnya sehingga remaja tidak berfikir melakukan pencegahan atau berhati-hati untuk menghindari PMS. Penyimpangan perilaku seksual pada remaja disebabkan karena terlalu dominannya pengaruh lingkungan dan media massa terutama internet dalam penyebaran informasi, sementara petugas dan pendidik kurang membekali pengetahuan tentang PMS dan perilaku seksual bebas yang sebanding dengan apa yang diperoleh melalui internet (Kartono, 1998).
(68)
51 D. Hubungan antara Mitos Terjadinya Kehamilan dengan Perilaku Seksual
pada Remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan nilai p = 0,029 (p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara mitos terjadinya kehamilan dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota. Kehamilan merupakan fase di mana wanita mengandung buah hatinya dan membesarnya perut sebagai tanda perkembangan janin di dalamnya. Kehamilan akan terjadi jika sebuah sel telur yang dibuahi tertanam dalam dinding rahim wanita (Ghozally dan Karim, 2009). Mitos seks secara tidak langsung berhubungan dengan kesehatan seksual, sebab orang-orang yang meragukan kebenaran dari mitos seks akan berupaya mencari kebenaran yang sesungguhnya. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebanyak 59,5% responden percaya akan mitos-mitos terjadinya kehamilan. Hal ini berarti bahwa remaja masih memiliki pengetahuan yang kurang sehingga menyebabkan tingginya kepercayaan remaja terhadap mitos-mitos terjadinya kehamilan. Hal ini sejalan dengan penelitian Pusat Studi Seksualitas (2008), yang menyimpulkan sebanyak 65,1% responden masih menjawab dengan pendapat yang tidak benar (remaja yang berhubungan seksual pertama kali tidak berisiko mengalami kehamilan dan hubungan seksual bisa dijadikan bukti seberapa besar kadar cinta). Risiko-risiko yang menyangkut kesehatan bagi para pelaku hubungan seksual dini meliputi trauma seksual, meningkatnya pertumbuhan kanker leher rahim, terkena PMS, dan kehamilan usia remaja (Athar, 2004).
(69)
52 Menurut Sarlito (2001), perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Objek seksual bisa berupa orang lain, orang dalam hayalan atau diri sendiri. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data proporsi responden terbanyak yang percaya tentang mitos terjadinya kehamilan adalah berperilaku sedang (27,4%) dan baik (27,4%). Hal ini sejalan dengan penelitian Mulyana (2005), yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara mitos seks pranikah dengan praktek seks pranikah. Makin banyak seseorang melakukan fantasi seks makin cenderung untuk melakukan aktifitas seks, sementara perasaan berdosa, mitos-mitos yang menakutkan, kehamilan yang tidak diinginkan dan berbagai penyakit kelamin menghantui remaja (Nugraha, 2005).
E. Keterbatasan Penelitian
1. Peniliti hanya mengambil beberapa mitos yang beredar pada kalangan remaja. Sedangkan di masyarakat masih banyak mitos seksualitas yang masih dipercayai oleh remaja.
2. Perlunya pendekatan khusus pada responden untuk mendapatkan jawaban yang jujur, hal ini kadang sulit dilakukan.
(70)
53 BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara mitos alat reproduksi dengan perilaku seksual pada
remaja SMA di Kecamatan Klaten kota (p=0,007).
2. Ada hubungan antara mitos hubungan seksual dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota (p=0,033).
3. Ada hubungan antara mitos PMS dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota (p=0,044).
4. Ada hubungan antara mitos terjadinya kehamilan dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota (p=0,029).
B. Saran
1. Bagi pihak sekolah
a. Sebaiknya tenaga pendidik memberikan perhatian yang lebih kepada siswanya terhadap pergaulan dan perilaku seksual.
b. Perlunya diberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual untuk menambah pengetahuan siswa yang dimasukkan dalam kurikulum pendidikan sekolah.
(71)
54 2. Bagi orang tua
a. Sebaiknya orang tua berperan sebagai orang pertama dan utama untuk memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi pada anaknya. b. Sebaiknya orang tua menanamkan pendidikan agama yang baik pada
anak-anaknya.
3. Bagi siswa SMA
a. Siswa sebaiknya selektif dalam menerima informasi tentang seksualitas dan jangan menganggap tabu masalah seksualitas.
b. Jika siswa mempunyai masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan seksualitas sebaiknya segera berkonsultasi pada orang tua, guru BP atau petugas kesehatan.
4. Bagi peneliti lain
a. Peneliti lain dapat melanjutkan penelitian ini, dengan mengganti subjek penelitian seperti pada siswa SMP, orang tua atau masyarakat umum, sehingga diperoleh gambaran yang lebih luas tentang mitos-mitos yang berhubungan dengan perilaku seksual di masyarakat atau meneliti tentang mitos lain, misalnya: keperawanan dapat ditebak dari cara berjalan dan bentuk pinggul.
(72)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman M dan Muhidin S A. 2007. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Anonim. 2008a. Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja. Diakses: 13 September 2008. http://www.kesrepro.info/?q=node/380
Anonim. 2008b. Perilaku Seksual. Diakses: 13 September 2008. http://www.kesr epro.info/q=node/383
Anonim. 2008c. 8 Hal yang Berkaitan dengan Mitos Seks. Diakses: 13 September 2008. http://www.f-buzz.com/2008/06/30/8-hal-yang-berkaitan-dengan-mitos-seks/
Athar S. 2004. Bimbingan Seks bagi Kaum Muda Muslimin. Jakarta: Pustaka Zahra.
Besral. 2009. Regresi Linier Ganda. Jakarta: FKM UI.
BKKBN. 2006. Buku Pedoman Advokasi dan KIE Pogram KB Bagi Tokoh Agama Islam. Jakarta: BKKBN Propinsi JABAR.
Budiarto E. 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Budinurdjaja P. 2007. Kita Mitos Seks dan Obat Kuat. Diakses: 26 Maret 2009.
http://www.nabble.com/-sastra-pembebasan--Kita,-Mitos-Seks-dan-Obat-Kuat-td11437623.html.
Damarini S. 2001. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Remaja pada Mahasiswa Akademi Keperawatan DEPKES Curup Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu Tahun 2001. [Skripsi] Jakarta: FKM UI.
(1)
35 41,7 41,7 41,7
49 58,3 58,3 100,0
84 100,0 100,0
Tidak percaya Percaya Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Crosstabs
Case Processing Summary
84 100,0% 0 ,0% 84 100,0%
Mitos PMS * Perilaku seksual
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
Mitos PMS * Perilaku seksual Crosstabulation
10 14 11 35
5,8 15,4 13,8 35,0
28,6% 40,0% 31,4% 100,0%
71,4% 37,8% 33,3% 41,7%
11,9% 16,7% 13,1% 41,7%
4 23 22 49
8,2 21,6 19,3 49,0
8,2% 46,9% 44,9% 100,0%
28,6% 62,2% 66,7% 58,3%
4,8% 27,4% 26,2% 58,3%
14 37 33 84
14,0 37,0 33,0 84,0
16,7% 44,0% 39,3% 100,0%
100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
16,7% 44,0% 39,3% 100,0%
Count
Expected Count % within Mitos PMS % within Perilaku seksual % of Total
Count
Expected Count % within Mitos PMS % within Perilaku seksual % of Total
Count
Expected Count % within Mitos PMS % within Perilaku seksual % of Total
Tidak percaya
Percaya Mitos
PMS
Total
Buruk Sedang Baik Perilaku seksual
(2)
Chi-Square Tests
6,268a 2 ,044
6,261 2 ,044
4,554 1 ,033
84 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,83.
a.
Symmetric Measures
,264 ,044
84 Contingency Coefficient
Nominal by Nominal N of Valid Cases
Value Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis. a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. b.
(3)
Mitos terjadinya kehamilan
34 40,5 40,5 40,5
50 59,5 59,5 100,0
84 100,0 100,0
Tidak percaya Percaya Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Crosstabs
Case Processing Summary
84 100,0% 0 ,0% 84 100,0%
Mitos terjadinya kehamilan * Perilaku seksual
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
Mitos terjadinya kehamilan * Perilaku seksual Crosstabulation
10 14 10 34
5,7 15,0 13,4 34,0 29,4% 41,2% 29,4% 100,0% 71,4% 37,8% 30,3% 40,5% 11,9% 16,7% 11,9% 40,5%
4 23 23 50
8,3 22,0 19,6 50,0 8,0% 46,0% 46,0% 100,0% 28,6% 62,2% 69,7% 59,5% 4,8% 27,4% 27,4% 59,5%
14 37 33 84
14,0 37,0 33,0 84,0 16,7% 44,0% 39,3% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 16,7% 44,0% 39,3% 100,0% Count
Expected Count % within Mitos terjadinya kehamilan
% within Perilaku seksual % of Total
Count Expected Count % within Mitos terjadinya kehamilan
% within Perilaku seksual % of Total
Count Expected Count % within Mitos terjadinya kehamilan
% within Perilaku seksual % of Total
Tidak percaya
Percaya Mitos terjadinya
kehamilan
Total
Buruk Sedang Baik Perilaku seksual
(4)
Chi-Square Tests
7,091a 2 ,029
7,064 2 ,029
5,680 1 ,017
84 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,67.
a.
Symmetric Measures
,279 ,029
84 Contingency Coefficient
Nominal by Nominal N of Valid Cases
Value Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis. a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. b.
(5)
14 16,7 16,7 16,7
37 44,0 44,0 60,7
33 39,3 39,3 100,0
84 100,0 100,0
Buruk Sedang Baik Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
(6)