Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap Di RS Haji Medan Tahun 2009

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL RAWAT INAP DI RS HAJI MEDAN

TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

JULIANTI AISYAH NIM. 061000134

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL RAWAT INAP DI RS HAJI MEDAN

TAHUN 2009 SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

JULIANTI AISYAH NIM. 061000134

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul :

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL RAWAT INAP DI RS HAJI MEDAN

TAHUN 2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : JULIANTI AISYAH

NIM. 061000134

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 14 Maret 2011 dan

Dinyatakan telah Memenuhi Syarat untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

drh. Hiswani, M.Kes Drs. Jemadi, M.Kes

NIP : 196501121994022001 NIP : 19640404 199203 1 005

Penguji II Penguji III

Prof. dr. Nerseri Barus, MPH drh. Rasmaliah, M. Kes NIP : 19450817 197302 2 001 NIP. 19590818 198503 2 002

Medan, Maret 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP : 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Gagal ginjal merupakan penurunan fungsi ginjal secara akut maupun kronis. Data penderita di RS Haji Medan tahun 2008 tercatat 63 kasus GGK dan 10 kasus GGA, tahun 2009 tercatat 93 kasus GGK dan 13 kasus GGA.

Untuk mengetahui karakteristik penderita gagal ginjal di RS Haji Medan Tahun 2009 dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Data dianalisis menggunakan Chi-square, t-test dan Anova dengan jumlah populasi 106 orang dan jumlah sample adalah seluruh populasi.

Proporsi penderita tertinggi pada kelompok umur 47-55 tahun (34,9%), jenis kelamin laki-laki (56,6%), agama Islam (98,1%), pekerjaan PNS (25,5%), daerah asal Medan (56,6%). Proporsi berdasarkan penyakit yang menyertai DM+Hipertensi (34%) dengan jenis GGK (87,7%). Lama rawatan rata-rata 10 hari, penatalaksanaan medis diet + obat + hemodialisa (54,7%), pulang berobat jalan (42,5%) dan sumber biaya Askes (70,8%). Proporsi penderita yang meninggal 39,6%. (CFR= 39,6%). Proporsi penderita yang bukan dengan biaya sendiri menjalani hemodialisa lebih besar dari pada tidak hemodialisa (72,5% vs 27,5%; 2=4,202; p=0,034). Tidak ada perbedaan bermakna proporsi penyakit yang menyertai berdasarkan jenis gagal ginjal (2=3,935; p= 0,105), proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan jenis gagal ginjal ( 2=1,156; p= 0,282), proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan penyakit yang menyertai ( 2=0,039; p=0,844). Hasil uji t-test menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan penyakit yang menyertai ( 2=0,559; p=0,578). Lama rawatan rat-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang pulang meninggal secara bermakna lebih singkat dari pada pulang berobat jalan dan pulang atas permintaan sendiri (6 hari vs 11 hari vs 13 hari; F=3,968; p=0,022).

Diharapkan kepada penderita hipertensi dan diabetes untuk menjaga dan mengontrol secara rutin tekanan darah maupun gula darah sebagai usaha preventif terhadap penyakit ginjal.


(5)

ABSTRACT

Renal failure is the decrease of renal function which is happened as a acute or chronic. In RS Haji Medan there were 63 case of CRF and 10 case of ARF in 2008, 93 case of CRF and 13 case of ARF in 2009.

To know the characteristic of patient with renal failure in RS Haji Medan year 2009, this descriptive research with case series design was done. The data being analyzed using Chi-square, t-test, and Anova with 106 of population and sample is the entire population.

The highest proportion was group of age 47-55 years old (34,9%), male (56,6%), Moslem (98,1%), civil servant (25,5%), and come from Medan (56,6%). The proportion of the other disease was DM+Hypertensi (34%), with type CRF (87,7%). The average treatment time 10 days, medical treatment with diet+medicine+hemodialysa (54,7%), in and outpatient (42,5%), funding source Askes (70,8%) and CFR 39,6%. Proportion of patient not private funding source with hemodialysa was higher than not hemodialysa (72,5% vs 27,5%; 2=4,202; p=0,034). There wasn t significant difference between there wasn t significant difference proportion between other disease based on the type of renal failure ( 2=3,935; p=0,105), medical treatment based on the type of renal failure (2=1,156; p=0,282), there wasn t significant difference proportion between medical treatment based on other disease (2=0,039; p=0,844). The result of t-test showed, there wasn t significant difference between the average treatment time based on other disease (2=0,559; p=0,578). The average treatment based on condition when go home, died was shorter as significant than PBJ and PAPS (6 days vs 11 days vs 13 days; F=3,968; p=0,022).

Patient with hypertensi and diabetic should intensively control their health as a preventive to renal failure.


(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

1. Nama : Julianti Aisyah

2. Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 18 Juli 1987

3. Agama : Islam

4. Anak Ke : 4 dari 4 bersaudara 5. Status Pernikahan : Belum menikah

6. Nama Ayah : Drs. Parlindungan Parinduri 7. Nama Ibu : Marlaini Lubis, S.Pd

8. Alamat : Jl. Prof HM Yamin SH Gg. Aren No. 18 Medan 9. Riwayat Pendidikan

a. Tahun 1993 1999 : SD N 064017 Medan b. Tahun 1999 2002 : SMP N 12 Medan c. Tahun 2002 2005 : SMA N 3 Medan


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap di RS Haji Medan Tahun 2009 .

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Ria Masniari, M.Kes selaku dosen Penasehat Akademik, yang selama masa pendidikan di kampus FKM telah membimbing penulis.

3. drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU, dan dosen penguji II yang memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini. 4. drh. Hiswani, M.Kes selaku dosen pembimbing I yang meluangkan waktu,

membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Drs. Jemadi, M.Kes selaku dosen pembimbing II yang membimbing, memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Prof. dr. Nerseri Barus, MPH selaku dosen penguji I yang telah memberikan masukan dan pengarahan untuk penyempurnaan skripsi ini.


(8)

7. Dosen dan staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 8. Direktur Utama dan Kepala Instalasi Rekam Medik RS Haji Medan yang telah

membantu penulis dalam memperoleh data penelitian.

9. Orang tua tercinta ayahanda Drs. Parlindungan Parinduri dan ibunda Marlaini Lubis SPd yang mengiringi tiap langkah penulis.

10. Iskandar Zulkarnain, ST., Yuis Nurmalinda MM., Eka Ratna Puri, AmKeb., abang dan kakak penulis yang terus memotivasi dengan caranya masing-masing. 11. Teman-teman seperjuangan stambuk 2006 terkhusus peminatan epidemiologi

yang telah membantu dan memotivasi penulis saat menghadapi kesulitan dalam penyusunan skripsi.

12. Keluarga besar HMI Komisariat FKM USU, sekolah pertama dan rumah kedua penulis, hingga sekarang terus membina, semoga menjadi pribadi bermanfaat. 13. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar kedepannya menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya keluarga besar Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

Medan, Maret 2011 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalahan ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Pengertian Gagal Ginjal ... 7

2.2. Ginjal ... 7

2.3. Anatomi Ginjal ... 7

2.3.1. Struktur Makroskopik Ginjal ... 8

2.3.2. Struktur Mikroskopik Ginjal ... 9

2.4. Fungsi Ginjal ... 11

2.4.1. Fungsi Ekskresi ... 11

2.4.2. Fungsi Non Ekskresi ... 11

2.5. Perjalanan Klinis Gangguan Fungsi Ginjal ... 12

2.6. Epidemiologi Gagal Ginjal ... 13

2.6.1. Distribusi Gagal Ginjal ... 13

2.6.2. Determinan Gagal Ginjal ... 15

2.7. Klasifikasi Gagal Ginjal ... 21

2.7.1. Gagal Ginjal Kronis ... 21

2.7.2. Gagal Ginjal Akut ... 23

2.8. Pencegahan ... 23

2.8.1. Pencegahan Primer ... 24

2.8.2. Pencegahan Sekunder ... 25

2.8.3. Pencegahan Tersier ... 27

BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 29

3.1. Kerangka Konsep ... 29


(10)

BAB 4 METODE PENELITIAN... 33

4.1. Jenis Penelitian ... 33

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 33

4.2.2. Waktu Penelitian ... 33

4.3. Populasi dan Sampel ... 33

4.3.1. Populasi ... .. 33

4.3.2. Sampel ... .. 33

4.4. Metode Pungumpulan Data ... 34

4.5. Teknik Analisa Data... 34

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum RS Haji Medan ... 35

5.1.1. Visi ... 35

5.1.2. Misi... 35

5.1.3. Falsafah... 35

5.1.4. Motto ... 36

5.2. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan Sosiodemografi ... 37

5.3. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan Sumber Biaya ... 39

5.4. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan Jenis Gagal Ginjal ... 40

5.5. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan Penyakit Yang Menyertai... 40

5.6. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 42

5.7. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Gagal Ginjal... 42

5.8. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang... 43

5.9. Analisa Statistik ... 44

5.9.1. Penyakit Yang Menyertai Berdasarkan Jenis Gagal Ginjal... 44 42 5.9.2. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Sumber Biaya ... 44

5.9.3. Jenis Gagal Ginjal Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 45

5.9.4. Penyakit Yang Menyertai Berdasarkan Penatalaksanaan Medis... 46

5.9.5. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 46

5.9.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Penyakit Yang Menyertai... 47


(11)

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan

Sosiodemografi ... 49

6.1.1. Umur dan Jenis Kelamin ... 49

6.1.2. Agama ... 51

6.1.3. Pekerjaan ... 52

6.1.4. Daerah Asal ... 54

6.2. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan Sumber Biaya ... 55

6.3. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan Jenis Gagal Ginjal ... 56

6.4. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan Penyakit Yang Menyertai... 57

6.4.1. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan Jenis Penyakit Yang Menyertai ... 58

6.5. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 59

6.6. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Gagal Ginjal... 60

6.7. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang... 61

6.8. Analisa Statistik ... 63

6.8.1. Sumber Biaya Berdasarkan Penatalaksanaan Medis... 63 42 6.8.2. Jenis Gagal Ginjal Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 65

6.8.3. Penyakit Yang Menyertai Berdasarkan Jenis Gagal Ginjal ... 66

6.8.4. Penyakit Yang Menyertai Berdasarkan Penatalaksanaan Medis... 67

6.8.5. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 68

6.8.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Penyakit Yang Menyertai... 69

6.8.7. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 70

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 72

7.2. Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Master Data

Lampiran 2 : Hasil Pengolahan Statistik Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian Lampiran 4 : Surat Selesai Penelitian


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin

Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap di RS Haji Medan Tahun

2009 ... 37 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan

Agama, Pekerjaan, dan Daerah Asal di RS Haji Medan Tahun

2009 ... 38 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan

Sumber Biaya di RS Haji Medan Tahun 2009 ... 39 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan Jenis

Gagal Ginjal di RS Haji Medan Tahun 2009 ... 40 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap

Berdasarkan Penyakit Yang Menyertai di RS Haji Medan

Tahun 2009 ... 40 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Peenderita Gagal Ginjal Rawat Inap

Berdasarkan Jenis Penyakit Yang Menyertai di RS Haji

Medan Tahun 2009 ... 41 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan

Penatalaksanaan Medis di RS Haji Medan Tahun 2009 ... 42 Tabel 5.8. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Gagal Ginjal di RS Haji

Medan Tahun 2009 ... 42 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang di RS Haji Medan Tahun 2009 ... 43 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan

Penatalaksanaan Medis di RS Haji Medan Tahun 2009 ... 44 Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Jenis Gagal Ginjal Berdasarkan


(13)

Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Penyakit Yang Menyertai Berdasarkan

Penatalaksanaan Medis di RS Haji Medan tahun 2009 ... 46 Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang di RS Haji Medan Tahun 2009 ... 46 Tabel 5.15. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan

Penyakit Yang Menyertai di RS Haji Medan Tahun 2009 ... 47 Tabel 5.16. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang Tahun di RS Haji Medan tahun


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Anatomi Ginjal ... 10 Gambar 6.1 Diagram Bar Proporsi Umur Penderita Gagal Ginjal Rawat

Inap Berdasarkan Jenis Kelamin di RS Haji Medan tahun

2009 ... 49 Gambar 6.2 Diagram Pie Proporsi Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap

Berdasarkan Agama di RS haji Medan Tahun 2009 ... 51 Gambar 6.3. Diagram Pie Proporsi Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap

Berdasarkan Pekerjaan di RS Haji Medan Tahun 2009 ... 52 Gambar 6.4. Diagram Pie Proporsi Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap

Berdasarkan Pekerjaan yang Tercatat di RS Haji Medan

Tahun 2009 ... 53 Gambar 6.5. Diagram Pie Proporsi Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap

Berdasarkan Daerah Asal di RS Haji Medan Tahun 2009 ... 54 Gambar 6.6. Diagram Pie Proporsi Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap

Berdasarkan Sumber Biaya di RS Haji Medan Tahun 2009 ... 55 Gambar 6.7. Diagram Pie Proporsi Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap

Berdasarkan Jenis Gagal Ginjal di RS Haji Medan Tahun

2009 ... 56 Gambar 6.8. Diagram Bar Proporsi Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap

Berdasarkan Penyakit Yang Menyertai di RS Haji Medan

Tahun 2009 ... 57 Gambar 6.9. Diagram Bar proporsi Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap

Berdasarkan Jenis Penyakit Yang Menyertai di RS Haji

Medan Tahun 2009 ... 58 Gambar 6.10. Diagram Pie Proporsi Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap


(15)

Gambar 6.11. Diagram Pie Proporsi Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RS Haji Medan

Tahun 2009 ... 61 Gambar 6.12. Diagram Bar Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan

Penatalaksanaan Medis Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap di

RS Haji Medan Tahun 2009 ... 63 Gambar 6.13. Diagram Bar Proporsi Jenis Gagal Ginjal Berdasarkan

Penatalaksanaan Medis Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap di

RS Haji Medan Tahun 2009 ... 65 Gambar 6.14. Diagram Bar Proporsi Penyakit Yang Menyertai Berdasarkan

Jenis Gagal Ginjal Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap di RS

Haji Medan Tahun 2009 ... 66 Gambar 6.15. Diagram Bar Proporsi Penyakit Yang Menyertai Berdasarkan

Penatalaksanaan Medis Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap di

RS Haji Medan Tahun 2009 ... 67 Gambar 6.16. Diagram Bar Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap

di RS Haji Medan Tahun 2009 ... 68 Gambar 6.17. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Penyakit

Yang Menyertai Penderita Gaga Ginjal Rawat Inap di RS

Haji Medan Tahun 2009 ... 69 Gambar 6.18. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap di RS


(16)

ABSTRAK

Gagal ginjal merupakan penurunan fungsi ginjal secara akut maupun kronis. Data penderita di RS Haji Medan tahun 2008 tercatat 63 kasus GGK dan 10 kasus GGA, tahun 2009 tercatat 93 kasus GGK dan 13 kasus GGA.

Untuk mengetahui karakteristik penderita gagal ginjal di RS Haji Medan Tahun 2009 dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Data dianalisis menggunakan Chi-square, t-test dan Anova dengan jumlah populasi 106 orang dan jumlah sample adalah seluruh populasi.

Proporsi penderita tertinggi pada kelompok umur 47-55 tahun (34,9%), jenis kelamin laki-laki (56,6%), agama Islam (98,1%), pekerjaan PNS (25,5%), daerah asal Medan (56,6%). Proporsi berdasarkan penyakit yang menyertai DM+Hipertensi (34%) dengan jenis GGK (87,7%). Lama rawatan rata-rata 10 hari, penatalaksanaan medis diet + obat + hemodialisa (54,7%), pulang berobat jalan (42,5%) dan sumber biaya Askes (70,8%). Proporsi penderita yang meninggal 39,6%. (CFR= 39,6%). Proporsi penderita yang bukan dengan biaya sendiri menjalani hemodialisa lebih besar dari pada tidak hemodialisa (72,5% vs 27,5%; 2=4,202; p=0,034). Tidak ada perbedaan bermakna proporsi penyakit yang menyertai berdasarkan jenis gagal ginjal (2=3,935; p= 0,105), proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan jenis gagal ginjal ( 2=1,156; p= 0,282), proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan penyakit yang menyertai ( 2=0,039; p=0,844). Hasil uji t-test menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan penyakit yang menyertai ( 2=0,559; p=0,578). Lama rawatan rat-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang pulang meninggal secara bermakna lebih singkat dari pada pulang berobat jalan dan pulang atas permintaan sendiri (6 hari vs 11 hari vs 13 hari; F=3,968; p=0,022).

Diharapkan kepada penderita hipertensi dan diabetes untuk menjaga dan mengontrol secara rutin tekanan darah maupun gula darah sebagai usaha preventif terhadap penyakit ginjal.


(17)

ABSTRACT

Renal failure is the decrease of renal function which is happened as a acute or chronic. In RS Haji Medan there were 63 case of CRF and 10 case of ARF in 2008, 93 case of CRF and 13 case of ARF in 2009.

To know the characteristic of patient with renal failure in RS Haji Medan year 2009, this descriptive research with case series design was done. The data being analyzed using Chi-square, t-test, and Anova with 106 of population and sample is the entire population.

The highest proportion was group of age 47-55 years old (34,9%), male (56,6%), Moslem (98,1%), civil servant (25,5%), and come from Medan (56,6%). The proportion of the other disease was DM+Hypertensi (34%), with type CRF (87,7%). The average treatment time 10 days, medical treatment with diet+medicine+hemodialysa (54,7%), in and outpatient (42,5%), funding source Askes (70,8%) and CFR 39,6%. Proportion of patient not private funding source with hemodialysa was higher than not hemodialysa (72,5% vs 27,5%; 2=4,202; p=0,034). There wasn t significant difference between there wasn t significant difference proportion between other disease based on the type of renal failure ( 2=3,935; p=0,105), medical treatment based on the type of renal failure (2=1,156; p=0,282), there wasn t significant difference proportion between medical treatment based on other disease (2=0,039; p=0,844). The result of t-test showed, there wasn t significant difference between the average treatment time based on other disease (2=0,559; p=0,578). The average treatment based on condition when go home, died was shorter as significant than PBJ and PAPS (6 days vs 11 days vs 13 days; F=3,968; p=0,022).

Patient with hypertensi and diabetic should intensively control their health as a preventive to renal failure.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan semua komponen bangsa yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.1

Sejalan dengan upaya pembangunan kesehatan, masyarakat Indonesia tidak terlepas dari pengaruh arus globalisasi yang membawa kecenderungan baru terhadap pola penyakit tidak menular, diantaranya diabetes dan gangguan pada pembuluh darah (hipertensi, serangan jantung dan stroke). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008, bila dibandingkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, SKRT 2001, dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, terlihat proporsi kematian akibat penyakit tidak menular semakin meningkat, sedangkan penyakit proporsi penyakit menular telah menurun. Proporsional Mortality Ratio

(PMR) akibat penyakit tidak menular telah meningkat dari 42% menjadi 60%.2 Pada tahun 2000 di Indonesia terdapat 8,4 juta kasus Diabetes Melitus dan di proyeksikan pada tahun 2030 angka ini akan mencapai 21,25 juta kasus. Prevalens Rate (PR) Diabetes Melitus di Indonesia 1,2% -2,3% pada penduduk usia lebih dari 15 tahun.3 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI pada tahun 2007 menunjukkan prevalensi


(19)

Usia dari populasi penduduk dan adanya peningkatan prevalensi penyakit yang menjadi penyebab penyakit gagal ginjal, seperti hipertensi dan diabetes menggambarkan bahwa gagal ginjal dapat menjadi masalah kesehatan masyarakat yang semakin berkembang di masa depan.5

Gagal ginjal merupakan salah satu penyakit tidak menular, dimana terjadi penurunan fungsi ginjal secara akut (kambuhan) maupun kronis (menahun). Penyebab awal dapat berupa dehidrasi (kurang minum) yang membuat tubuh rawan kena infeksi saluran kemih, dan kemudian dapat berkembang menjadi infeksi ginjal. Radang kronis pada penyaring ginjal (glomerulonefritis), batu ginjal, dan batu saluran kemih yang kurang mendapat perhatian dan obat-obatan (modern maupun tradisional) yang dimakan dalam jangka waktu lama dapat pula membebani kerja ginjal. Namun, menurut Situmorang (2007), dahulu penderita gagal ginjal tahap akhir yang disebabkan oleh radang ginjal menahun, sekarang sudah bergeser penyebabnya ke komplikasi penyakit metabolik dan penyakit degeneratif.6

Menurut hasil penelitian Grassman (2005), hingga akhir 2004 terdapat 1.783.000 penduduk dunia yang menjalani perawatan ginjal akibat gagal ginjal, diantaranya 77% dengan cuci darah dan 23% dengan transplantasi ginjal.7

End Stage Renal Disease (ESRD) di Amerika Serikat, merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Insidensi ESRD meningkat bersamaan dengan bertambahnya usia sehingga faktor penyebabnya mungkin adalah penuaan populasi umum di Amerika Serikat. Faktor lain adalah meningkatnya insidensi diabetes di Amerika Serikat yang juga meningkatkan jumlah penderita nefropati diabetikum. Walaupun ESRD dapat disebabkan oleh pasien penyakit ginjal,


(20)

empat penyebab utama ESRD adalah diabetes (34%), hipertensi (21%),

glomerulonefritis(17%), dan penyakit polikistik ginjal (3,5%). Meskipun pengobatan ESRD telah maju sejak 40 tahun yang lalu, tetapi mortalitas tinggi karena prevalensi penyakit penyebab gagal ginjal seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular. Penyakit ginjal adalah penyebab kematian nomor delapan di Amerika Serikat pada tahun 1998 (U.S Renal Data System, 2000).8

Berdasarkan laporan rutin United States Renal Data System (2009), pada tahun 2007 di Jepang, Insidens Rate (IR) untuk kasus gagal ginjal 2,85/10.000 dengan PR 20,6/10.000.9

Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi. Menurut data dari Persatuan Nefrologi Indonesia (Perneftri) 2004, diperkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal di Indonesia, namun yang terdeteksi menderita gagal ginjal kronis tahap terminal dari mereka yang menjalani cuci darah (hemodialisis) hanya sekitar empat ribu sampai lima ribu saja.6

Berdasarkan data yang diperoleh dari Sistem Pelaporan dan Pencatatan Rumah Sakit (SP2RS), diperoleh gambaran bahwa penyakit gagal ginjal menduduki peringkat ke empat dari sepuluh penyakit tidak menular yang menjadi penyebab kematian terbanyak di rumah sakit di Indonesia dengan PMR sebesar 3,16% (3047 angka kematian).1Sedangkan menurut data Profil Kesehatan Indonesia (2006), gagal ginjal menempati urutan ke 6 sebagai penyebab kematian pasien yang dirawat di RS di seluruh Indonesia, dengan PMR 2,99%.10


(21)

Dari data profil kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (2008), gagal ginjal menempati urutan ke sembilan dengan PMR sebesar 2,54% yang menjadi penyebab kematian pasien rawat inap di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2007.11

Hasil penelitian Yulinda (2002) di RSU Dr Pirngadi Medan, terdapat 160 orang penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) rawat inap.12 Hasil Penelitian Marlina (2009) di RSU Dr Pirngadi Medan terdapat 100 orang penderita Gagal Ginjal Akut (GGA) pada tahun 2002-2006. Pada tahun 2002 sebanyak 11 kasus, 2003 sebanyak 12 kasus, 2004 sebanyak 18 kasus, 2005 sebanyak 22 kasus, dan 2006 sebanyak 37 kasus.13

Dari data rekam medik di RS Haji Medan pada tahun 2007 didapat 142 kasus untuk GGK dan 17 kasus GGA, tahun 2008 tercatat 63 kasus GGK dan 10 kasus GGA, dan pada tahun 2009 tercatat 93 kasus GGK dan 13 kasus GGA. Merujuk pada data di atas, perlu dilakukannya suatu penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita gagal ginjal yang dirawat inap di rumah sakit ini pada tahun 2009, sehingga diharapkan nantinya dapat bermanfaat untuk peningkatan penyediaan sarana kesehatan yang lebih baik.

1.2 Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita gagal ginjal pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan pada Tahun 2009.


(22)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita gagal ginjal di Rumah Sakit Haji Medan pada Tahun 2009.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita gagal ginjal berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, daerah asal).

b. Untuk mengetahui distribusi penderita gagal ginjal berdasarkan sumber biaya c. Untuk mengetahui distribusi proporsi gagal ginjal berdasarkan jenis gagal

ginjal.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita gagal ginjal berdasarkan penyakit yang menyertai.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita gagal ginjal berdasarkan penatalaksanaan medis yang diberikan.

f. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita gagal ginjal.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita gagal ginjal berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

h. Untuk mengetahui proporsi umur berdasarkan jenis kelamin.

i. Untuk mengetahui proporsi penyakit yang menyertai berdasarkan jenis gagal ginjal.


(23)

l. Untuk mengetahui proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan penyakit yang menyertai.

m. Untuk mengetahui proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan penatalaksanaan medis.

n. Untuk mengetahui distribusi lama rawatan rata-rata berdasarkan penyakit yang menyertai.

o. Untuk mengetahui distribusi lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Haji Medan mengenai karakteristik penderita gagal ginjal yang dirawat di rumah sakit tersebut sehingga dapat mendukung upaya penatalaksanaan yang lebih baik terhadap penderita gagal ginjal.

1.4.2 Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta pihak lain khususnya tentang epidemiologi gagal ginjal.

1.4.3 Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).


(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Gagal Ginjal

Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urin.14

2.2. Ginjal

Ginjal adalah suatu organ yang secara struktural kompleks dan telah berkembang untuk melaksanakan sejumlah fungsi penting, seperti : ekskresi produk sisa metabolisme, pengendalian air dan garam, pemeliharaan keseimbangan asam yang sesuai, dan sekresi berbagai hormon dan autokoid.15

2.3. Anatomi Ginjal

Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan kebawah oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi iga keduabelas, sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas.8

Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas, di belakang peritoneum, di depan dua iga terakhir, dan tiga otot besar-transversus abdominis, kuadratus lumborum, dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Ginjal terlindung dengan baik dari trauma langsung,


(25)

Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, dan duodenum, sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas, jejunum dan kolon.

Struktur Ginjal terdiri atas:

2.3.1. Struktur Makroskopik Ginjal

Pada orang dewasa , panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7 hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan beratnya sekitar 150 gram. Secara anatomik ginjal terbagi dalam dua bagian, yaitu korteks dan medula ginjal.8

Ginjal terdiri dari bagian dalam (medula), dan bagian luar (korteks).

a. Bagian dalam (internal) medula. Substansia medularis terdiri dari piramid renalis yang jumlahnya antara 18-16 buah yang mempunyai basis sepanjang ginjal, sedangkan apeksnya mengahadap ke sinus renalis. Mengandung bagian tubulus yang lurus, ansa henle, vasa rekta dan diktus koligens terminal.17

b. Bagian luar (eksternal) korteks. Substansia kortekalis berwarna coklat merah, konsistensi lunak dan bergranula. Substansia ini tepat dibawah tunika fibrosa, melengkung sapanjang basis piramid yang berdekatan dengan garis sinus renalis, dan bagian dalam diantara piramid dinamakan kolumna renalis. Mengandung glomerulus, tubulus proksimal dan distal yang berkelok-kelok dan duktus koligens.18


(26)

2.3.2. Struktur Mikroskopik Ginjal a. Nefron18,19

Tiap tubulus ginjal dan glomerolusnya membentuk satu kesatuan (nefron). Ukuran ginjal terutama ditentukan oleh jumlah nefron yang membentuknya. Tiap ginjal manusia memiliki kira-kira 1.3 juta nefron. Setiap nefron bisa membentuk urin sendiri. Karena itu fungsi satu nefron dapat menerangkan fungsi ginjal.

b. Glomerulus18,20

Setiap nefron pada ginjal berawal dari berkas kapiler yang disebut glomerulus, yang terletak didalam korteks, bagian terluar dari ginjal. Tekanan darah mendorong sekitar 120 ml plasma darah melalui dinding kapiler glomerular setiap menit. Plasma yang tersaring masuk ke dalam tubulus. Sel-sel darah dan protein yang besar dalam plasma terlalu besar untuk dapat melewati dinding dan tertinggal.

c. Tubulus kontortus proksimal20

Berbentuk seperti koil longgar berfungsi menerima cairan yang telah disaring oleh glomerulus melalui kapsula bowman. Sebagian besar dari filtrat glomerulus diserap kembali ke dalam aliran darah melalui kapiler-kapiler sekitar tubulus kotortus proksimal. Panjang 15 mm dan diameter 55 µm.

d. Ansa henle20

Berbentuk seperti penjepit rambut yang merupakan bagian dari nefron ginjal dimana, tubulus menurun kedalam medula, bagian dalam ginjal, dan kemudian naik kembali kebagian korteks dan membentuk ansa. Total panjang ansa henle 2-14 mm.


(27)

e. Tubulus kontortus distalis20

Merupakan tangkai yang naik dari ansa henle mengarah pada koil longgar kedua. Penyesuaian yang sangat baik terhadap komposisi urin dibuat pada tubulus kontortus. Hanya sekitar 15% dari filtrat glomerulus (sekitar 20 ml/menit) mencapai tubulus distal, sisanya telah diserap kembali dalam tubulus proksimal.

f. Duktus koligen medula20

Merupakan saluran yang secara metabolik tidak aktif. Pengaturan secara halus dari ekskresi natrium urin terjadi disini. Duktus ini memiliki kemampuan mereabsorbsi dan mensekresi kalsium.


(28)

2.4. Fungsi Ginjal8

Fungsi utama ginjal terangkum dibawah ini, yang menekankan peranannya sebagai organ pengatur dalam tubuh.

2.4.1. Fungsi Ekskresi

a. Mengeluarkan zat toksis/racun

b. Mengatur keseimbangan air, garam/elektrolit, asam /basa

c. Mempertahankan kadar cairan tubuh dan elektrolit (ion-ion lain)

d. Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein (terutama urea, asam urat dan kreatinin)

e. Bekerja sebagai jalur ekskretori untuk sebagian besar obat 2.4.2. Fungsi Non Ekskresi

Mensintesis dan mengaktifkan Hormon:

a. Renin, penting dalam pengaturan tekanan darah

b. Eritropoetin, merangsang produksi sel darah merah oleh sumsum tulang

c. 1,25-dihidroksivitamin D3 : hidroksilasi akhir vitamin D3 menjadi bentuk yang paling kuat

d. Prostaglandin : sebagian besar adalah vasodilator, bekerja secara lokal, dan melindungi dari kerusakan iskemik ginjal

e. Degradasi hormon polipeptida

f. Insulin, glukagon, parathormon, prolaktin, hormon pertumbuhan, ADH dan hormon gastrointestinal (gastrin, polipeptida intestinal vasoaktif).


(29)

2.5. Perjalanan Klinis Gangguan Fungsi Ginjal

Sebagian besar penyakit ginjal menyerang nefron, mengakibatkan kehilangan kemampuannya untuk menyaring. Kerusakan pada nefron dapat terjadi secara cepat, sering sebagai akibat pelukaan atau keracunan. Tetapi kebanyakan penyakit ginjal menghancurkan nefron secara perlahan dan diam-diam. Kerusakan hanya tertampak setelah beberapa tahun atau bahkan dasawarsa. Sebagian besar penyakit ginjal menyerang kedua buah ginjal sekaligus.14

Gagal ginjal terminal terjadi bila fungsi ginjal sudah sangat buruk, dan penderita mengalami gangguan metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Ginjal yang sakit tidak bisa menahan protein darah (albumin) yang seharusnya tidak dilepaskan ke urin. Awalnya terdapat dalam jumlah sedikit (mikro-albuminuria). Bila jumlahnya semakin parah akan terdapat pula protein lain (proteinuria). Jadi, berkurangnya fungsi ginjal menyebabkan terjadinya penumpukan hasil pemecahan protein yang beracun bagi tubuh, yaitu ureum dan nitrogen.6

Kemampuan ginjal menyaring darah dinilai dengan perhitungan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) atau juga dikenal dengan Glomerular Filtration Rate (GFR). Kemampuan fungsi ginjal tersebut dihitung dari kadar kreatinin (creatinine) dan kadar nitrogen urea (blood urea nitrogen/BUN) di dalam darah. Kreatinin adalah hasil metabolisme sel otot yang terdapat di dalam darah setelah melakukan kegiatan, ginjal akan membuang kretinin dari darah ke urin. Bila fungsi ginjal menurun, kadar kreatinin di dalam darah akan meningkat. Kadar kreatinin normal dalam darah adalah 0,6-1,2 mg/dL. LFG dihitung dari jumlah kreatinin yang menunjukkan kemampuan fungsi ginjal menyaring darah dalam satuan ml/menit/1,73m2.14


(30)

Kemampuan ginjal membuang cairan berlebih sebagai urin (creatinine clearence unit) di hitung dari jumlah urin yang dikeluarkan tubuh dalam satuan waktu, dengan mengumpulkan jumlah urin tersebut dalam 24 jam, yang disebut dengan C_crea (creatinine clearence). C_cre normal untuk pria adalah 95-145 ml/menit dan wanita 75-115 ml/menit.6,14

Perbandingan nilai kreatinin, laju filtrasi glomerulus dan clearence rate untuk menilai fungsi ginjal dapat dikategorikan menjadi:

Kategori fungsi ginjal GFR

(mg/dL) (ml/menit/1,73mKreatinin 2) Clearence Rate(ml/menit)

Normal >90 Pria : <1,3

Wanita : <1,0 Wanita : 75-115Pria : 90-145 Gangguan ginjal ringan 60-89 Pria : 1,3-1,9

Wanita : 1-1,9 56-100

Gangguan ginjal sedang 30-59 2-4 35-55

Gangguan ginjal berat 15-29 >4 <35

2.6. Epidemiologi Gagal Ginjal 2.6.1. Distribusi Gagal Ginjal a. Distribusi Menurut Orang

Gagal ginjal dapat terjadi pada siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, umur maupun ras. Menurut penelitian Aghighi, dkk (2009), dari total 35.859 orang, jumlah penderita yang terdaftar di seluruh Rumah Sakit di Iran dari tahun 1997 sampai dengan 2006, terdapat penderita laki-laki sebesar 20.633 orang dan perempuan sebesar 15.226 orang. Rata-rata umur penderita laki-laki dan perempuan meningkat dari umur 47 dan 49 tahun menjadi 52,5 dan 53 tahun.21


(31)

Dari data United States Renal Data System (USRDS) 2008, di Amerika Serikat sejak tahun 2000 penderita gagal ginjal untuk usia 45-64 meningkat, dengan IR dari 2,6/10.000 menjadi 6,25/10.000. Penderita dengan usia 75 meningkat dengan cepat, dengan IR dari 1,6/10.000 menjadi 17,74/10.000. Penderita dengan usia 20-44 meningkat, dengan IR dari 2,1/100.000 menjadi 12,7/100.000.22

Menurut hasil penelitian Hendrati (1999) menunjukkan bahwa penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di RSUD Dr. Sutomo Surabaya terbanyak pada laki-laki (77,3%).23 Menurut Marlina (2009), di RSU dr. Pirngadi Medan , penderita GGA yang terbesar pada kelompok umur 40-50 tahun (42%).13Menurut Flora (2008) di RSUP H Adam Malik Medan, penderita GGK terbesar terdapat pada kelompok umur 45-59 tahun (43,1%) dan jenis kelamin laki-laki (63,8%).24

b. Distribusi Menurut Tempat

Menurut penelitian Grasmaan (2005), hingga akhir tahun 2004, 52% dari seluruh penderita gagal ginjal di dunia terdapat di Amerika, Jepang, Brazil dan Jerman, dimana ke empat negara tersebut memiliki angka populasi penduduk hanya 11% dari seluruh populasi di dunia. China menempati urutan ke lima dengan penderita gagal ginjal sebanyak 48.000 penderita.7 Pada Tahun 2000 di Indonesia terdapat 3000 penderita gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisa dengan prevalensi sebesar 1,5/100.000 penduduk.25


(32)

c. Distribusi Menurut Waktu

Berdasarkan data laporan European Renal Association European Dialysis and Transplant Association Registry (ERA-EDTA 2008), pada tahun 2007, IR penderita gagal ginjal yang terdaftar adalah 1,16 per sepuluh ribu populasi, dengan PR kasus sebesar 6,62 per sepuluh ribu populasi.26

Pada tahun 2007, Australia and New Zealand Dialysis and Transplant Registry, melaporkan IR gagal ginjal tahap akhir sebesar 1,1/ 10.000 untuk Australia dan 1,09/10.000 di New Zealand, sedangkan PR sebesar 7,97/10.000 untuk Australia dan 7,93/10.000 untuk New Zealand.27

Peningkatan jumlah penderita Diabetes Melitus yang terkena penyakit ginjal di Indonesia menunjukkan angka 8,3% dari seluruh penderita gagal ginjal terminal pada tahun 1983. Sepuluh tahun kemudian, yaitu pada tahun 1993, angka ini telah meningkat lebih dari dua kali lipat yaitu 17% dari seluruh penderita gagal ginjal terminal yang disebabkan nefropati diabetik.28

2.6.2. Determinan Gagal Ginjal a. Host

a.1 Umur

Seiring bertambahnya usia juga akan diikuti oleh penurunan fungsi ginjal. Hal tersebut terjadi terutama karena pada usia lebih dari 40 tahun akan terjadi proses hilangnya beberapa nefron. Perkiraan penurunan fungsi ginjal berdasarkan pertambahan umur tiap dekade adalah sekitar 10 ml/menit/1,73m2. Berdasarkan


(33)

Artinya, sama dengan telah terjadi penurunan fungsi ginjal sekitar 10% dari kemampuan ginjal.14

Dengan semakin meningkatnya usia, dan ditambah dengan penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) atau diabetes, ginjal cenderung akan menjadi rusak dan tidak dapat dipulihkan kembali.6

a.3 Gaya Hidup

Gaya hidup tidak banyak bergerak ditambah dengan pola makan buruk yang tinggi lemak dan karbohidrat (fast food) yang tidak diimbangi serat (sayuran dan buah), membuat menumpuknya lemak dengan gejala kelebihan berat badan.

Gangguan metabolisme lemak menyebabkan Low Density Lipoprotein (LDL) dan trigliserida meningkat. Dalam jangka panjang akan terjadi penumpukan lemak dalam lapisan pembuluh darah. Ginjal bergantung pada sirkulasi darah dalam menjalankan fungsinya sebagai pembersih darah dari sampah tubuh.6

a.4 Riwayat Penyakit i. Nefropati diabetik

Diabetes adalah penyakit yang menghambat penggunaan glukosa oleh tubuh. Bila ditahan dalam darah dan tidak diuraikan, glukosa dapat bertindak seperti racun. Kerusakan pada nefron akibat glukosa dalam darah yang tidak dipakai disebut nefropati diabetik.6Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular diabetes melitus. Pada sebagian penderita komplikasi ini akan berlanjut menjadi gagal ginjal terminal.29


(34)

ii. Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah yang tinggi pada penderita hipertensi dapat merusak jaringan pembuluh darah ginjal. Hipertensi dapat menyebabkan nefrosklerosis atau kerusakan pada arteri ginjal, arteriola, dan glomeruli. Hipertensi merupakan penyebab kedua terjadinya penyakit ginjal tahap akhir. Sekitar 10% individu pengidap hipertensi esensial akan mengalami penyakit ginjal tahap akhir.6

Hipertensi esensial (tidak diketahui penyebabnya) dapat menyebabkan penyakit ginjal menahun, sedangkan penyakit ginjal merupakan penyebab paling sering hipertensi sekunder (penyebab dan patofisiologi diketahui, sehingga dapat dikendalikan dengan obat-obatan). Hipertensi sekunder dapat mempercepat penurunan faal ginjal bila tidak diobati dengan seksama. Pasien hipertensi yang bersama dengan kelainan fungsi ginjal akan sulit dibedakan secara klinis, mana yang primer dari kedua penyebab tersebut.30

iii. Penyakit Glomerulus

Glomerulonefritis menunjukkan proses inflamasi pada glomeruli dengan etiologi, patogenesis dan patofisiologi, perubahan-parubahan histopatologi ginjal berlainan tetapi dengan presentasi klinisnya hampir seragam. Presentasi klinis pada glomerulonefritis mungkin tanpa keluhan dan ditemukan kebetulan pada pemeriksaan urin rutin dengan pasien keluhan ringan atau keadaan darurat medis yang harus memerlukan terapi pengganti ginjal atau dialisis.29


(35)

(membranous nephropathy), nefropati IgA, dan glomerularsklerosis segmental fokal (focal segmental glomerulosclerosis). Protein, darah, atau keduanya dalam air seni sering kali menjadi tanda pertama penyakit ini. Penyakit glomerular dapat merusak fungsi ginjal secara perlahan.30

iv. Penyakit Ginjal Keturunan dan Bawaan29,30

Penyakit ginjal dapat berupa keturunan ataupun bawaan, diantaranya kelaianan struktur kistik maupun non kistik, kelainan fungsi, kelainan lokasi, jumlah dan fungsi ginjal.

Kelainan struktur kistik atau adanya kista, merupakan suatu rongga yang berdinding epitel dan berisi cairan atau material semisolid. Pada ginjal bisa terdapat satu atau banyak kista yang tersebar, baik hanya satu ginjal maupun kedua ginjal, baik pada korteks maupun pada medula. Di Amerika Serikat, proporsi penyakit kista ginjal 11% dari pasien yang mengalami dialisis atau transplantasi ginjal.

Kelaianan struktur nonkistik dibagi atas : (a) sindrom alport atau sering juga disebut hereditary nephritis, merupakan sindrom akibat kelainan genetis pada kromosom X, terdiri dari hematuria, albuminuria, azotemia dan ketulian. (b) Displasia ginjal, terganggunya difrensiasi jaringan nefrogenik dengan struktur yang menetap tidak sesuai dengan kehamilan.

Asidosis Tubular Ginjal (ATG) adalah kelainan yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengekskresikan asam, tanpa adanya penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (Glomerular Filtration Rate).

Kelainan lokasi, jumlah, dan ukuran ginjal, seperti : ginjal ektopik dimana, pada keadaan ini ginjal berada di tempat yang tidak semestinya.


(36)

Biasanya ginjal berukuran lebih kecil daripada normal, terdapat kelainan pada sistem pendarahannya. Umumnya ginjal berlebih tidak berfungsi, terletak di bagian atas atau bawah ginjal normal. Ginjal ekstra ini sering diketemukan secara kebetulan pada pemeriksaan radiologi, pada pembedahan, atau autopsi. Sering terdapat keganasan pada ginjal ekstra, biasanya ditemukan pada usia sekitar 30-40 tahun.

Ginjal dupleks merupakan kelainan ini yang cukup sering didapatkan, yaitu sekitar 4% dari populasi. Pada kelainan ini, ginjal membesar dengan 2 pelvis dan 2 ureter. Agenesis ginjal, dimana ginjal yang tidak terbentuk ini dapat terjadi pada satu atau kedua ginjal. Pada umumnya, keadaan ini disertai kelainan kongenital organ lain. Ginjal hipoplasia pada perkembangan ginjal, bisa terdapat gangguan, baik pada tahap awal maupun sesudah kelahiran. Pada keadaan ini ginjal mempunyai lobus yang lebih sedikit, 5-6 atau bahkan hanya 1-2 lobus saja. Keadaan ini menjadi salah satu penyebab gagal ginjal kronik pada anak.

b. Agent30,31 b.1. Trauma

Terkait terutama trauma pada saluran kemih, antara lain fraktur pelvis, trauma akibat benda tumpul, dan tusukan benda tajam atau peluru. Fraktur dapat mengakibatkan perforasi kandung kemih atau robeknya uretra. Pukulan keras pada tubuh bagian bawah dapat mengakibatkan kontusio, robekan, atau ruptur ginjal.


(37)

b.2. Keracunan Obat

Beberapa jenis obat, termasuk obat tanpa resep, dapat meracuni ginjal bila sering dipakai selama jangka waktu yang panjang. Diantaranya: Antibiotik (Kanamisin, Gentamisin, Kalistin, Neomisin), aspirin, asetaminofen, ibuprofen ditemukan paling berbahaya untuk ginjal, pelarut (Karbon tetraklorida, metanol, etilen glikol), logam berat (merkuri, bismuth, uranium, antimony, arsenik),

Mycobacterium tuberculosis, merupakan organisme penyebab tuberkulosis ginjal. Tuberkulosis ginjal adalah infeksi sekunder yang diakibatkan oleh tuberkulosis paru. Sekitar 15% dari individu dengan tuberkulosis paru aktif akan mengalami tuberkulosis ginjal.

c. Environtment32,33 c.1. Pekerjaan

Orang-orang yang pekerjaannya berhubungan dengan bahan-bahan kimia akan dapat mempengaruhi kesehatan ginjal. Bahan-bahan kimia yang berbahaya jika terpapar dan masuk kedalam tubuh dapat menyebabkan penyakit ginjal. Misalnya, pada pekerja di pabrik atau industri.

c.3. Cuaca

Kondisi lingkungan yang panas dapat, mempengaruhi terjadinya penyakit ginjal. Jika seseorang bekerja di dalam ruangan yang bersuhu panas, hal ini dpaat mempengaruhi kesehatan ginjalnya. Yang terjadi adalah berkurangnya aliran atau peredaran darah ke ginjal dengan akibat gangguan penyediaan zat-zat yang diperlukan oleh ginjal, dan pada ginjal yang rusak hal ini akan membahayakan.


(38)

2.7. Klasifikasi Gagal Ginjal 2.7.1. Gagal Ginjal Kronis

Berdasarkan National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease Outcome Quality Initiative (K/000/) Guidelines Update tahun 2002, definisi Penyakit Ginjal Kronis (GGK) adalah:17

a. Kerusakan Ginjal > 3 bulan, berupa kelainan struktur ginjal, dapat atau tanpa disertai penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang ditandai dengan: kelainan patologi, dan adanya pertanda kerusakan ginjal, dapat berupa kelainan laboratorium darah atau urine, atau kelainan radiologi.

b. LFG <60 mL/menit/1,73 m2 selama >3 bulan, dapat disertai atau tanpa disertai kerusakan ginjal.

Diagnosis dari gagal ginjal kronis terdiri dari: anamnesis yang ditandai seringnya berkemih pada malam hari, pergelangan kaki bengkak, lemah, lesu, mual, muntah, nafsu makan turun, kram otot terutama malam hari, sulit tidur, bengkak disekitar mata terutama pada bangun tidur, dan mata merah serta berair (uremic red eye) karena deposit garam kalsiun fosfat yang dapat menyebabkan iritasi hebat pada selaput lendir mata. Pemeriksaan fisik, seperti anemis, kulit gatal dan kering, edema tungkai maupun palpebra, tanda bendungan paru, mata merah dan berair. Diagnosis juga ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium terhadap gangguan fungsi ginjal.


(39)

Gangguan fungsi ginjal kronis dapat dikelompokkan menjadi empat stadium menurut tingkat keparahannya, yaitu:34

a. Kondisi normal: Kerusakan ginjal dengan nilai GFR normal. Nilai GFR 60-89 ml/menit/1,73 m2.

b. Stadium 1: Kerusakan ginjal ringan dengan penurunan nilai GFR, belum terasa gejala yang mengganggu. Ginjal berfungsi 60-89%. Nilai GFR 60-89 ml/menit/1,73 m2.

c. Stadium 2: Kerusakan sedang, masih bisa dipertahankan. Ginjal berfungsi 30-59%. Nilai GFR 30-59 ml/menit/1,73 m2.

d. Stadium 3: kerusakan beratsudah tingkat membahayakan. Ginjal berfungsi 15-29%. Nilai GFR 15-29 ml/menit/1,73 m2.

e. Stadium 4: Kerusakan parah, harus cuci ginjal. Fungsi ginjal kurang dari 15%. Nilai GFR kurang dari 15 ml/menit/1,73 m2.

Pada kasus gagal ginjal akut kondisi ginjal dapat dipulihkan kembali, hal ini berbeda dengan kasus pada gagal ginjal kronik. Pada gagal ginjal kronik penderita hanya dapat berusaha menghambat laju tingkat kegagalan fungsi ginjal tersebut, agar tidak menjadi gagal ginjal terminal, suatu kondisi dimana ginjal sudah hampir tidak dapat berfungsi lagi. Kondisi ini berlangsung secara perlahan dan sifatnya menahun, dengan sedikit gejala pada awalnya, bahkan lebih sering penderita tidak merasakan adanya gejala.6


(40)

2.7.2. Gagal Ginjal Akut17,35

Gagal ginjal akut adalah sindroma yang ditandai oleh penurunan laju filtrasi glomerulus secara mendadak dan cepat (hitungan jam-minggu) yang mengakibatkan terjadinya retensi produk sisa nitrogen, seperti ureum dan kreatinin.

Terdapat tiga kondisi yang dapat menyebabkan GGA: a. GGA Prarenal

GGA prarenal diakibatkan oleh hipoperfusi ginjal (dehidrasi, perdarahan, penurunan curah jantung, dan hipotensi oleh sebab lain)

b. GGA Renal

GGA renal diakibatkan kerusakan akut parenkim ginjal (obat, zat kimia/toksin, iskemia ginjal, dan penyakit glomerular)

c. GGA Pascarenal

GGA pascarenal diakibatkan obstruksi akut traktus urinarius (batu saluran kemih, hipertrofi prostat, keganasan ginekologis), ureter terjahit.

Fase gagal ginjal akut adalah anuria (produksi urine <100 ml/24 jam, oliguria (produksi urine <400 ml/24 jam), poliuria (produksi urine >3500 ml/24 jam)

Pada kasus penderita gagal ginjal akut (GGA), ginjal akan berfungsi normal kembali bila penyebabnya dapat diatasi, sehingga pengeluaran urin kembali normal, dengan demikian keadaan fisik secara menyeluruh dapat pulih.


(41)

2.8. Pencegahan

2.8.1. Pencegahan Primer6,36

Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain:

a. Modifikasi gaya hidup

Pola hidup memegang peranan penting dalam menentukan derajat kesehatan seseorang. Mengatur pola makan rendah lemak dan mengurangi garam, minum air yang cukup (disarankan 10 gelas atau dua liter per hari), berolahraga secara teratur dan mengatur berat badan ideal, hidup dengan santai merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga fungsi organ tubuh untuk dapat bekerja maksimal.

Bernafas dalam dan perlahan selama beberapa menit perhari dapat menurunkan hormon kortisol sampai 50%. Kortisol adalah hormon stress yang apabila terdapat dalam jumlah berlebihan akan mengganggu fungsi hampir semua sel di dalam tubuh. Bersantai dan melakukakn latihan relaksasi serta mendengarkan musik juga merupakan alternatif untuk mengurangi stress.

b. Hindari pemakaian obat-obat atau zat-zat yang bersifat nefrotoksik tanpa sepengetahuan dokter, misalnya obat pereda nyeri yang dijual bebas dan mengandung ibuprofen maupun obat-obatan herbal yang belum jelas kandungannya.

c. Monitoring fungsi ginjal yang teliti pada saat pemakaian obat-obat yang diketahui nefrotoksik.


(42)

2.8.2. Pencegahan Sekunder

a. Penegakan diagnosa secara tepat29

Pengelolaan terhadap penyakit ginjal yang efektif hanya dapat dimungkinkan apabila diagnosisnya benar. Pemeriksaan fisis yang diteliti dan pemilahan maupun interpretasi pemeriksaan laboratorium yang tepat amat membantu penegakan diagnosis dan pengelolaannya. Ginjal mempunyai kaitan yang erat dengan fungsi organ-organ lain dan demikian pula sebaliknya, oleh karena itu haruslah penderita dihadapi secara utuh bukan hanya ginjalnya saja, baik pada pengambilan anamnesis maupun pada pemeriksaan jasmani dan pemeriksaan lainnya.

b. Penatalaksanaan medik yang adekuat29

Pada penderita gagal ginjal, penatalaksanaan medik bergantung pada proses penyakit. Tujuannya untuk memelihara keseimbangan kadar normal kimia dalam tubuh, mencegah komplikasi, memperbaiki jaringan, serta meredakan atau memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif. Tindakan yang dilakukan diantaranya:

b.1. Penyuluhan pasien/keluarga30

Pasien lebih mampu menerima pendidikan setelah tahap akut. Materi yang dapat dimasukkan dalam pendidikan kesehatan meliputi: penyebab kegagalan ginjal, obat yang dipakai (nama obat, dosis, rasional, serta efek dan efek samping), terapi diet termasuk pembatasan cairan (pembatasan kalium, fosfor dan protein, makan sedikit tetapi sering), perawatan lanjutan untuk gejala/tanda yang memerlukan


(43)

b.2. Pengaturan diet protein, kalium, natrium.29,30,36

Pengaturan makanan dan minuman menjadi sangat penting bagi penderita gagal ginjal. Bila ginjal mengalami gangguan, zat-zat sisa metabolisme dan cairan tubuh yang berlebihan akan menumpuk dalam darah karena tidak bisa dikeluarkan oleh ginjal. Konsumsi protein terlalu banyak dapat memperburuk kondisi kerusakan ginjal karena hasil metabolismenya yang paling berbahaya, urea, menumpuk didalam darah sehingga terjadi peningkatanBlood Urea Nitrogen(BUN).

Diet gagal ginjal juga didukung dengan pembatasan asupan natrium (garam) untuk mengatur keseimbangan cairan-elektrolit, pemberian makanan yang kaya kalsium untuk mencegah osteotrofi ginjal (penurunan masa jaringan, kelemahan otot) dan memperbaiki gangguan irama jantung yang tidak seimbang (aritmia).

b.3. Pengaturan kebutuhan cairan dan keseimbangan elektrolit6,30

Perubahan kemampuan untuk mengatur air dan mengekskresi natrium merupakan tanda awal gagal ginjal. Tujuan Dari pengendalian cairan adalah memepertahankan status normotensif (tekanan darah dalam batas normal) dan status normovolemik (volume cairan dalam batas normal).

Dapat dilakukan dengan pengendalian elektrolit, seperti: Hiperkalemia dikendalikan dengan mengurangi asupan makanan yang kaya dengan kalium (pisang, jeruk, kentang, kismis, dan sayuran berdaun hijau).


(44)

2.8.3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier merupakan langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat, kecacatan dan kematian. Pengobatan penyakit yang mendasari, sebagai contoh: masalah obstruksi saluran kemih dapat diatasi dengan meniadakan obstruksinya, nefropati karena diabetes dengan mengontrol gula darah, dan hipertensi dengan mengontrol tekanan darah.6

a. Cuci Darah (dialisis)

Dialisis adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari satu kompartemen cair menuju kompartemen cair lainnya. Hemodialisis dan dialysis merupakan dua teknik utama yang digunakan dalam dialysis, dan prinsip dasar kedua teknik itu sama, difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisis sebagai respons terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu.8

- Hemodialisis klinis di rumah sakit5,18,30

Cara yang umum dilakukan untuk menangani gagal ginjal di Indonesia adalah dengan menggunakan mesin cuci darah (dialiser) yang berfungsi sebagai ginjal buatan.

- Dialisis peritoneal mandiri berkesinambungan atau CAPD

Dialisis peritoneal adalah metode cuci darah dengan bantuan membran selaput rongga perut (peritoneum), sehingga darah tidak perlu lagi dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan seperti yang terjadi pada mesin dialisis. CAPD merupakan suatu


(45)

teknik dialisis kronik dengan efisiensi rendah sehingga perlu diperhatikan kondisi pasien terhadap kerentanan perubahan cairan (seperti pasien diabetes dan kardiovaskular).

b. Transplantasi Ginjal5,6

Transplantasi ginjal adalah terapi yang paling ideal mengatasi gagal ginjal karena menghasilkan rehabilitasi yang lebih baik disbanding dialysis kronik dan menimbulkan perasaan sehat seperti orang normal. Transplantasi ginjal merupakan prosedur menempatkan ginjal yang sehat berasal dari orang lain kedalam tubuh pasien gagal ginjal. Ginjal yang baru mengambil alih fungsi kedua ginjal yang telah mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsinya. Seorang ahli bedah menempatkan ginjal yang baru (donor) pada sisi abdomen bawah dan menghubungkan arteri dan vena renalis dengan ginjal yang baru. Darah mengalir melalui ginjal yang baru yang akan membuat urin seperti ginjal saat masih sehat atau berfungsi. Ginjal yang dicangkokkan berasal dari dua sumber, yaitu donor hidup atau donor yang baru saja meninggal (donor kadaver).


(46)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL

1. Sosiodemografi

(umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan daerah asal)

2. Sumber biaya 3. Jenis gagal ginjal

4. Penyakit yang menyertai 5. Penatalaksanaan medis 6. Lama rawatan rata-rata 7. Keadaan sewaktu pulang 3.2 Definisi Operasional

3.2.1. Penderita gagal ginjal adalah penderita yang dinyatakan menderita gagal ginjal berdasarkan hasil diagnosa dokter sesuai dengan yang tercatat di kartu status.

3.2.2. Umur adalah lamanya hidup penderita gagal ginjal sesuai dengan yang tertulis di kartu status dan dikelompokkan dengan menggunakan rumusSturgess. 3.2.3 Jenis kelamin adalah ciri khas yang dimiliki penderita gagal ginjal sesuai

dengan yang tercatat di kartu status, dikategorikan atas: 1. Laki-laki


(47)

3.2.4. Agama adalah kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh penderita gagal ginjal sesuai dengan yang tercatat di kartu status, dikategorikan atas:

1. Islam 2. Kristen

3.2.5. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan oleh penderita gagal ginjal untuk mempertahankan hidup dengan tujuan mendapat imbalan ekonomi yang sesuai dengan yang tercatat di kartu status, dikategorikan atas:

1. PNS

2. Wiraswasta 3. IRT

4. Pensiunan PNS

5. Lain-lain (bertani, nelayan, mahasiswa, tidak bekerja)

3.2.6. Daerah asal adalah tempat dimana penderita gagal ginjal tinggal sesuai yang tercatat di kartu status, dikategorikan atas:

1. Medan 2. Luar Medan

3.2.7. Sumber biaya adalah jenis sumber biaya yang digunakan oleh penderita gagal ginjal selama menjalani perawatan di rumah sakit sesuai dengan yang tercatat di kartu status yang dikategorikan atas:

1. Biaya sendiri

2. Asuransi Kesehatan (ASKES)

3. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Untuk analisa statistik dikategorikan atas: 1. Biaya sendiri


(48)

3.2.8. Jenis gagal ginjal adalah pembagian gagal ginjal berdasarkan perkembangan progresifitas penyakit berdasarkan hasil analisa dokter sesuai dengan yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas:7

1. Gagal Ginjal Akut (GGA) 2. Gagal Ginjal Kronik (GGK)

3.2.9. Penyakit yang menyertai adalah penyakit lain yang diderita oleh penderita yang merupakan faktor risiko gagal ginjal sesuai dengan yang tercatat di kartu status, dikategorikan atas:

1. Hipertensi

2. Diabetes Melitus (DM) 3. Glumerulonefritis

4. Ginjal Keturunan/Bawaan 5. Batu Ginjal

6. DM+Hipertensi

7. Hipertensi+ Glomerulonefritis 8. Hipertensi+Batu ginjal

9. DM+Glomerulonefritis

10. Tidak ada (penyakit yang menyertai tidak merupakan faktor risiko gagal ginjal, antara lain, anemia, stroke, maag, myoma uteri, penyakit jantung, tumor pinggang, TB Paru)

Untuk analisa statistik dikategorikan atas:

1. Penyakit Degeneratif (yang terdiri atas : hipertensi, diabetes mellitus, stroke dan penyakit jantung)

2. Bukan Penyakit Degeneratif (yang terdiri atas : glomerulonefritis, ginjal keturunan/bawaan, batu ginjal, anemia, maag, myoma uteri, tumor pinggang, TB Paru)

3.2.10. Penatalaksanaan medis yang diberikan adalah jenis pengobtan dan tindakan yang diberikan kepada penderita gagal ginjal sesuai dengan yang tercatat di kartu status penderita, dikategorikan atas:


(49)

1 Diet + Obat

2 Diet + Obat + Hemodialisa (HD)

3 Diet + Obat + Hemodialisa (HD) + Transfusi 4 Diet + Obat + Operasi

Untuk analisa statistik dikategorikan atas: 1. Hemodialisa

2. Tidak Hemodialisa

3.2.11. Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lama hari rawatan penderita gagal ginjal terhitung mulai hari pertama masuk sampai keluar sesuai dengan yang tercatat di kartu status.

3.2.12. Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan penderita gagal ginjal sewaktu keluar atau pulang setelah menjalani rawat inap di rumah sakit yang tercatat di kartu status, dikategorikan atas:

1. Sembuh

2. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

3. Pulang atas permintaan sendiri (PAPS) 4. Meninggal


(50)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan menggunakan desaincase series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RS Haji Medan. Alasan melakukan penelitian di rumah sakit tersebut adalah:

1. Tersedianya data penderita Gagal Ginjal yang dirawat inap di RS Haji Medan Tahun 2009.

2. Rumah Sakit Haji Medan memiliki fasilitas penegakan diagnosa dan pengobatan Gagal Ginjal berupa pelayanan hemodialisa.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2010 sampai Maret 2011. 4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh data penderita Gagal Ginjal yang dirawat inap di RS Haji Medan tahun 2009 sebanyak 106 orang.

2.3.2. Sampel


(51)

2.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari kartu status penderita gagal ginjal yang di rawat inap di RS Haji Medan tahun 2009.

2.5. Teknik Analisa Data

Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisa secara statitik deskriptif dengan komputer melalui program SPSS. Data dianalisa dengan menggunakan chi square,

t-test dan anova. Data disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi dan proporsi, diagram pie dan bar.


(52)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum RS Haji Medan

Rumah Sakit Haji Medan diresmikan pada tanggal 4 Juni 1992, berlokasi di jalan Rumah Sakit Haji Estate di areal tanah seluas 6 ha dengan luas bangunan 13.017,59 m2. Adapun visi, misi, falsafah dan motto Rumah Sakit Haji Medan adalah:

5.1.1. Visi

Mewujudkan Rumah Sakit Haji Medan sebagai rumah sakit yang bernafaskan Islam dalam semua kegiatannya di Sumatera Utara.

5.1.2 Misi

a. Pelayanan kesehatan yang Islami dan profesional dengan tetap peduli pada kaum dhua fa.

b. Melaksanakan dakwah Islamiah dalam setiap kegiatannya. c. Sebagai sarana untuk menimba ilmu bagi cendikiawan muslim. 5.1.3. Falsafah

Rumah Sakit Haji Medan adalah perwujudan dari iman, amal saleh dan ibadah kepada Allah SWT. Rumah Sakit Haji Medan mempunyai niat untuk melakukan dakwah Islam melalui penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan pengelolaan yang Islami sesuai ajaran Al-Qur an dan Hadits. Rumah Sakit Haji Medan dalam seluruh kegiatannya dilandaskan atas Al-Qur an dan Hadits. Sesuai Surat Maryam ayat 96:


(53)

Surat Assyu ara ayat 80: Dan apabila aku sakit maka Dialah (Allah) yang akan menyembuhkan .

5.1.4 Motto

Bekerja sebagai ibadah, ikhlas dalam pelayanan dan istiqomah dalam pendirian.

Rumah Sakit Haji Medan menyediakan pelayanan kesehatan antara lain: a. Pelayanan gawat darurat baik bedah maupun non bedah.

b. Pelayanan Unit Rawat Jalan, terdiri dari poliklinik umum, poliklinik gigi, pelayanan spesialis seperti: bedah onkologi, bedah umum, pediatri, kebidanan dan penyakit kandungan, mata, kulit dan kelamin, neurologi, psikiatri, paru-paru, THT, jantung orthopedi, dan klinikVoluntary Conseling and Testing(VCT). c. Pelayanan Rawat Inap, terdiri dari: rawat inap (kelas utama A/super VIP, kelas

utama B/VIP, kelas IA, kelas IB, kelas II, kelas III), ranjang bayi, inkubator, dan ruang ICU.

d. Pelayanan farmasi rumah sakit.

e. Pelayanan Penunjang medis terdiri dari : laboratorium, radiologi, arthroscope,

CT Scan, Functional Endoscopy Sinus Surgery (FESS), ureteroscope, electrokinetic, lithotriptor, multimobile (C-Arm), gastroscopy, fisioterapi, konsultasi gizi, dan rehabilitasi medis.

f. Pelayanan transportasi pasien terdiri dari : ambulance gawat darurat, antar jemput pasien dan antar jemput jenazah.


(54)

5.2. Sosiodemografi Penderita Gagal Ginjal

Proporsi penderita gagal ginjal rawat inap di RS Haji Medan tahun 2009 berdasarkan sosiodemografi yaitu meliputi Umur dan Jenis Kelamin, Pekerjaan, Agama dapat dilihat pada tabel 5.1. dan 5.2.

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin di RS Haji Medan Tahun 2009

No Umur Laki-lakiJenis KelaminPerempuan Jumlah

f % f % f %

1. 20-28 2. 29-37 3. 38-46 4. 47-55 5. 56-64 6. 65-73 7. 74-82 8. 83-91 1 1 6 28 11 11 1 1 0,9 0,9 5,7 26,4 10,4 10,4 0,9 0,9 3 5 8 9 15 6 0 0 2,8 4,7 7,5 8,5 14,2 5,7 0 0 4 6 14 37 26 17 1 1 3,8 5,7 13,2 34,9 24,5 16,1 0,9 0,9

Total 60 56,6 46 43,4 106 100%

Berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat bahwa proporsi penderita gagal ginjal berdasarkan umur tertinggi adalah kelompok umur 47-55 tahun yaitu 37 penderita (34,9%) dan yang terendah adalah kelompok umur 74-82 dan 83-91 tahun, masing-masing satu penderita (0,9%) . Umur termuda adalah 20 tahun dan tertua adalah 89 tahun.

Proporsi penderita gagal ginjal berdasarkan jenis kelamin laki-laki tertinggi adalah kelompok umur 47-55 tahun, 28 penderita (26,4%) dan yang terendah adalah kelompok umur 20-28 tahun, 29-37 tahun, 74-82 tahun dan 83-91 tahun,


(55)

masing-Proporsi penderita gagal ginjal berdasarkan jenis kelamin perempuan tertinggi adalah kelompok umur 56-64 tahun, 15 penderita (14,2%) dan tidak terdapat penderita dengan jenis kelamin perempuan pada kelompok umur 74-82 dan 83-91 tahun (0%).

Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih banyak daripada perempuan dengan

sex ratio56,6% : 43,4% = 1,304.

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan Agama, Pekerjaan, dan Daerah Asal di RS Haji Medan Tahun 2009

No Sosiodemografi f %

1 Agama Islam

Kristen 1042 98,11,9

Total 106 100,0

2 Pekerjaan PNS

Wiraswasta IRT

Pensiunan PNS

Dll (Bertani, Nelayan, Tdk bekerja, Mahasiswa) 27 12 19 7 5 25,5 11,32 17,9 6,6 4,7

Tidak Tercatat 36 34

Total 106 100

3 Daerah Asal Medan

Luar Medan 6046 56,643,4

Total 106 100,0

Proporsi penderita gagal ginjal berdasarkan agama tertinggi adalah agama Islam yaitu 104 penderita (98,1%) dan terendah adalah agama Kristen yaitu 2 penderita (1,9%). Proporsi penderita gagal ginjal berdasarkan pekerjaan tertinggi adalah


(56)

PNS yaitu 27 penderita (25,5%) dan terendah adalah lain-lain (bertani, nelayan, mahasiswa dan tidak bekerja) yaitu 5 penderita (4,7%), serta terdapat 36 orang yang tidak tercatat pada kartu status.

Proporsi penderita gagal ginjal berdasarkan daerah asal tertinggi adalah Medan yaitu 60 penderita (56,6%) dan terendah adalah Luar Medan yaitu 46 penderita (43,4%).

5.3. Sumber Biaya Penderita Gagal Ginjal

Proporsi penderita Gagal Ginjal rawat inap di RS Haji Medan tahun 2009 berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada tabel 5.3. dibawah ini.

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan Sumber Biaya di RS Haji Medan Tahun 2009

No Sumber Biaya f %

1. Biaya Sendiri 26 24,5

2. Asuransi Kesehatan 75 70,8

3. Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas) 5 4,7

Total 106 100

Dari tabel 5.3. dapat dilihat bahwa proporsi penderita gagal ginjal berdasarkan sumber biaya tertinggi adalah ASKES yaitu 75 penderita (70,8%) dan yang terendah adalah Jamkesmas yaitu 5 penderita (4,7%).


(57)

5.4. Jenis Gagal Ginjal Penderita Gagal Ginjal

Proporsi penderita Gagal Ginjal rawat inap di RS Haji Medan tahun 2009 berdasarkan jenis gagal ginjal dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan Jenis Gagal Ginjal di RS Haji Medan Tahun 2009

No Jenis gagal ginjal f %

1. GGA 13 12,3

2. GGK 93 87,7

Total 106 100

Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa proporsi penderita gagal ginjal berdasarkan jenis gagal ginjal tertinggi adalah GGK 93 penderita (87,7%) dan terendah adalah GGA yaitu 13 penderita (12,3%).

5.5. Penyakit Yang Menyertai Penderita Gagal Ginjal

Proporsi penderita Gagal Ginjal rawat inap di RS Haji Medan tahun 2009 berdasarkan penyakit yang menyertai dapat dilihat pada tabel 5.5. dibawah ini.

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap Berdasarkan Penyakit Yang Menyertai di RS Haji Medan Tahun 2009

No Penyakit Yang Menyertai f %

1 Hipertensi 18 17,0

2 Diabetes Melitus 7 6,6

3 Glomerulonefritis 6 5,7

4 Ginjal Keturunan/bawaan 3 2,8

5 Batu ginjal 5 4,7

6 DM+Hipertensi 36 34

7 Hipertensi+Glumerulonefritis 6 5,7

8 Hipertensi+Batu Ginjal 3 2,8

9 DM+Glumerulonefritis 4 3,7

10 Tidak ada 18 17,0


(58)

Dari tabel 5.5. dapat dilihat bahwa proporsi penderita gagal ginjal berdasarkan penyakit yang menyertai terbesar adalah DM+Hipertensi yaitu 36 penderita (34%) dan yang terendah adalah ginjal keturunan/bawaan dan hipertensi+batu ginjal masing-masing 3 penderita (2,8%).

Berdasarkan tabel 5.5. dapat terlihat bahwa terdapat penderita yang memiliki penyakit yang menyertai lebih dari satu sehingga jenis penyakit secara khusus belum tergambar jelas, proporsi penderita gagal ginjal berdasarkan jenis penyakit yang menyertai dapat dilihat pada tabel 5.6. dibawah ini:

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap Berdasarkan Jenis Penyakit Yang Menyertai di RS Haji Medan Tahun 2009

No Jenis Penyakit Yang Menyertai n=106 f %

1 Hipertensi 63 59,43

2 Diabetes Melitus 47 44,33

3 Glomerulonefritis 16 15,09

4 Ginjal Keturunan/bawaan 3 2,8

5 Batu ginjal 8 7,5

6 Tidak ada 18 16,9

Dari tabel 5.6. dapat dilihat bahwa proporsi penderita gagal ginjal berdasarkan penyakit yang menyertai terbesar adalah Hipertensi yaitu 63 penderita (59,43%) dan yang terendah ginjal keturunan/bawaan yaitu 3 penderita (2,8%).


(59)

5.6. Penatalaksanaan Medis Penderita Gagal Ginjal

Proporsi penderita gagal ginjal rawat inap di RS Haji Medan tahun 2009 berdasarkan penatalaksanaan medis dapat dilihat pada tabel 5.7. dibawah ini.

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RS Haji Medan Tahun 2009

No Penatalaksanaan Medis f %

1. Diet + Obat 33 31,1

2. Diet + Obat + Hemodialisa (HD) 58 54,7

3. Diet + Obat + Hemodialisa (HD) + Transfusi 12 11,3

4. Diet + Obat + Operasi 3 2,9

Total 106 100

Dari tabel 5.7. dapat dilihat bahwa proporsi penderita gagal ginjal berdasarkan penatalaksanaan medis tertinggi adalah dengan Diet+Obat+Hemodialisa (HD) yaitu 58 penderita (54,7%) dan yang terendah adalah dengan Diet+Obat+Operasi yaitu 3 penderita (2,9%).

5.7. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Gagal Ginjal

Proporsi penderita gagal ginjal yang dirawat inap di RS Haji Medan tahun 2009 berdasarkan lama rawatan rata-rata dapat dilihat pada tabel 5.8. dibawah ini.

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan Lama Rawatan Rata-Rata di RS Haji Medan Tahun 2009

Lama Rawatan Rata-Rata (hari)

Mean 9,57

Standard deviation 10,271

Median 6,00

Coef. of variation 107,32%

95% CI 7,59-11,54

Min 1


(60)

Dari tabel 5.8. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita gagal ginjal adalah 9,57 hari atau 10 hari. Standar Deviasi (SD) 10,271 hari dengan

Coefisien of Variationsebesar 107,32% yang menunjukkan bahwa lama rawatan rata-rata penderita gagal ginjal bervariasi. Lama rawatan minimum 1 hari dan lama rawatan maksimum 66 hari.

5.8. Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Gagal Ginjal

Proporsi penderita Gagal Ginjal rawat inap di RS Haji Medan tahun 2009 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel 5.9. dibawah ini. Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Ginjal Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang di RS Haji Medan Tahun 2009

No Keadaan Sewaktu Pulang f %

1. Sembuh 1 0,9

2. PBJ 45 42,5

3. PAPS 18 17,0

4. Meninggal 42 39,6

Total 106 100

Dari tabel 5.9. dapat dilihat bahwa proporsi penderita gagal ginjal berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah PBJ yaitu 45 penderita (42,5%) dan yang terendah adalah sembuh yaitu 1 penderita (0,9%).


(61)

5.9. Analisa Statistik

5.9.1. Penyakit Yang Menyertai Berdasarkan Jenis Gagal Ginjal

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Penyakit Yang Menyertai Berdasarkan Jenis Gagal Ginjal di RS Haji Medan Tahun 2009

No JenisGagal Ginjal

Penyakit Yang Menyertai

Total Penyakit

Degeneratif BukanPenyakitDegeneratif

f % f % f %

1. GGA 7 53,8 6 46,2 13 100

2. GGK 70 75,3 23 24,7 93 100

x2=3,935 df=1 p=0,105

Dari tabel 5.10. dapat dilihat bahwa dari 13 penderita gagal ginjal dengan jenis GGA tertinggi adalah penderita dengan penyakit degenaratif, 7 penderita (53,8%) dan terendah bukan dengan penyakit degenaratif yaitu 6 penderita (46,2%). Dari 93 penderita gagal ginjal dengan jenis GGK tertinggi adalah penderita dengan penyakit degeneratif, 70 penderita (75,3%) dan terendah bukan dengan penyakit degeneratif, 23 penderita (24,7%).

Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p > 0,05 artinya tidak ada perbedaan bermakna antara penyakit yang menyertai dengan jenis gagal ginjal.

5.9.2. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Sumber Biaya

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Sumber Biaya di RS Haji Medan Tahun 2009

No Sumber Biaya HemodialisaPenatalaksanaan MedisTidak Hemodialisa Total

f % f % f %

1. Biaya Sendiri 13 50 13 50 26 100

2. Bukan Biaya Sendiri 58 72,5 22 27,5 80 100


(62)

Berdasarkan tabel 5.11. dapat dilihat bahwa dari 26 penderita gagal ginjal dengan sumber biaya sendiri, proporsi penderita yang menjalani hemodialisa maupun tidak hemodialisa adalah sama, masing-masing 13 penderita (50%). Dari 80 penderita gagal ginjal yang bukan dengan biaya sendiri tertinggi menjalani hemodialisa, yaitu 58 penderita (72,5%) dan terendah tidak menjalani hemodialisa 22 penderita (27,5%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p < 0,05 artinya ada perbedaan bermakna proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan sumber biaya. Proporsi penderita yang menjalani hemodialisa bukan dengan biaya sendiri lebih besar dari pada penderita dengan biaya sendiri.

5.9.3. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Jenis Gagal Ginjal

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Jenis Gagal Ginjal di RS Haji Medan Tahun 2009

No Jenis Gagal Ginjal

Penatalaksanaan Medis Total

Hemodialisa HemodialisaTidak

f % f % f %

1. GGA 7 53,8 6 46,2 13 100

2. GGK 64 68,8 29 31,2 93 100

X2=1,156 df=1 p=0,282

Berdasarkan tabel 5.12. dapat dilihat bahwa dari 13 penderita gagal ginjal dengan jenis gagal ginjal akut (GGA), 7 penderita (53,8%) menjalani hemodialisa dan 6 penderita (46,2%) tidak menjalani hemodialisa. Dari 93 penderita gagal ginjal dengan jenis gagal ginjal kronik (GGK), 64 penderita (68,8%) menjalani hemodialisa dan 29 penderita (31,2%) tidak menjalani hemodialisa.


(63)

5.9.4. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Penyakit Yang Menyertai

Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Penyakit Yang Menyertai di RS Haji Medan Tahun 2009

No Penyakit Yang Menyertai

Penatalaksanaan Medis

Total Hemodialisa HemodialisaTidak

f % f % f %

1. Penyakit Degeneratif 52 67,5 25 32,5 72 100

2. Bukan Penyakit Degeneratif 19 65,5 10 34,5 29 100

2=0,039 df=1 p=0,844

Dari tabel 5.13. dapat dilihat bahwa dari 72 penderita gagal ginjal dengan penyakit degeneratif, 52 penderita (67,5%) menjalani hemodialisa dan 25 penderita (32,5%) tidak menjalani hemodialisa. Dari 29 penderita gagal ginjal yang bukan dengan penyakit degeneratif, 19 penderita (65,5%) menjalani hemodialisa dan 10 penderita (34,5%) tidak menjalani hemodialisa.

Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p > 0,05 artinya tidak ada perbedaan bermakna proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan penyakit yang menyertai.

5.9.5. Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RS Haji Medan Tahun 2009

No PenatalaksanaanMedis Sembuh PBJKeadaan Sewaktu PulangPAPS Meninggal Total

f % f % f % f % f %

1 Hemodialisa 0 0 31 43,7 10 14,1 30 42,2 71 100


(1)

14. PYM analisa * Penatalaksanaan Medis a Crosstabulation

Penatalaksanaan Medis a

Total Hemodialisa HemodialisaTidak

PYM analisa Penyakit

Degeneratif CountExpected Count 51.652 25.425 77.077 % within PYM analisa 67.5% 32.5% 100.0% % within

Penatalaksanaan Medis a 73.2% 71.4% 72.6%

% of Total 49.1% 23.6% 72.6%

Bukan Penyakit Degeneratif

Count 19 10 29

Expected Count 19.4 9.6 29.0

% within PYM analisa 65.5% 34.5% 100.0% % within

Penatalaksanaan Medis a 26.8% 28.6% 27.4%

% of Total 17.9% 9.4% 27.4%

Total Count 71 35 106

Expected Count 71.0 35.0 106.0

% within PYM analisa 67.0% 33.0% 100.0% % within

Penatalaksanaan Medis a 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 67.0% 33.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.(2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .039a 1 .844

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .039 1 .844

Fisher's Exact Test 1.000 .509

Linear-by-Linear

Association .038 1 .845

N of Valid Cases 106

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.58. b. Computed only for a 2x2 table


(2)

15. Penatalaksanaan Medis a * Keadaan sewaktu pulang Crosstabulation

Keadaan sewaktu pulang

Total Sembuh PBJ PAPS meninggal

Penatalaksanaan

Medis a Hemodialisa CountExpected Count .70 30.131 12.110 28.130 71.071 % within

Penatalaksanaan Medis a .0% 43.7% 14.1% 42.3% 100.0% % within Keadaan

sewaktu pulang .0% 68.9% 55.6% 71.4% 67.0%

% of Total .0% 29.2% 9.4% 28.3% 67.0%

Tidak

Hemodialisa CountExpected Count .31 14.914 5.98 13.912 35.035 % within

Penatalaksanaan Medis a 2.9% 40.0% 22.9% 34.3% 100.0% % within Keadaan

sewaktu pulang 100.0% 31.1% 44.4% 28.6% 33.0%

% of Total .9% 13.2% 7.5% 11.3% 33.0%

Total Count 1 45 18 42 106

Expected Count 1.0 45.0 18.0 42.0 106.0

% within

Penatalaksanaan Medis a .9% 42.5% 17.0% 39.6% 100.0% % within Keadaan

sewaktu pulang 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total .9% 42.5% 17.0% 39.6% 100.0

% Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.(2-sided)

Pearson Chi-Square 3.541a 3 .316

Likelihood Ratio 3.690 3 .297

Linear-by-Linear

Association .272 1 .602

N of Valid Cases 106

a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .33.


(3)

T-Test

16. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Penyakit yang Menyertai Group Statistics

PYM analisa N Mean Std. Deviation Std. ErrorMean Lama rawatan rata-rata Penyakit Degeneratif 77 9.91 11.149 1.271

Bukan Penyakit

Degeneratif 29 8.66 7.551 1.402

Independent Samples Test Levene's

Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) DifferenceMean DifferenceStd. Error

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Lama

rawatan rata-rata

Equal variances assumed

1.820 .180 .559 104 .578 1.254 2.245 -3.198 5.706 Equal

variances not assumed


(4)

One Way

17. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Descriptives

Lama rawatan rata-rata

N Mean DeviationStd. ErrorStd.

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance Lower

Bound BoundUpper

PBJ 45 11.42 8.400 1.252 8.90 13.95 2 34

PAPS 18 12.72 15.605 3.678 4.96 20.48 1 66

meninggal 42 6.24 8.599 1.327 3.56 8.92 1 41

Total 105 9.57 10.320 1.007 7.57 11.57 1 66

Model Fixed

Effects 10.037 .980 7.63 11.51

Random

Effects 2.085 .60 18.54 9.084

ANOVA Lama rawatan rata-rata

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 799.506 2 399.753 3.968 .022

Within Groups 10276.208 102 100.747

Total 11075.714 104


(5)

(6)

Lampiran 4, Surat Selesai Penelitian