apabila null hypothesis H ditolak, maka model yang digunakan adalah fixed
effects model FEM.
4.5.1. Uji Hausman
Uji ini dilakukan untuk menentukan model mana yang terbaik antara fixed effects model FEM dan random effects model REM dalam metode
Generalized Least Square GLS. Dari hasil Uji Hausman ini, diperoleh nilai Chi- Squarenya seperti pada Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7. Hausman test for fixed versus random effects
chi-sqr2 = 53.969755
p-value = 0.0000091
Sumber : Lampiran 5
Berdasarkan uji Hausman di atas, diperoleh nilai Chi-squarenya sebesar 53,9697 dengan prob. value sebesar 0,0000 yang berarti null hypothesis H
ditolak, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan untuk model terbaik dalam penelitian ini adalah fixed effects model FEM.
4.5.2. Fixed Effects Model FEM
Sebagaimana analisis sebelumnya, dari uji Hausman menghasilkan suatu model yang terbaik dalam penelitian ini yakni fixed effects model FEM.
Berdasarkan hasil estimasi dengan menggunakan metode fixed effects model FEM memperlihatkan bahwa nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 0,4721 yang berarti secara keseluruhan variabel bebas yang ada dalam model persamaan
tersebut hanya mampu menjelaskan variasi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta BEJ sebesar 47,21 persen dan
ESA SETIANA : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK JAKARTA, 2008.
sisanya sebesar 52,79 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut.
Tabel 8. Hasil Estimasi dengan Metode OLS
Variable Coefficient Std.
Error t-Statistic
Prob. LUP? -6.456346
3.520373 -1.833995
0.0682 PA? 0.000283
0.000112 2.510159
0.0326 KL? 2.171493
1.098952 1.975967
0.0241 R-squared
0.472085 Mean dependent var 1.211676
Adjusted R-squared 0.287992 S.D. dependent var
13.19885 S.E. of regression
11.13727 Sum squared resid 24187.54
F-statistic 4.564377 Durbin-Watson stat
1.764220 ProbF-statistic 0.000000
Sumber : Lampiran 3
Selanjutnya bila dianalisis secara simultan dari masing-masing variabel bebasnya Tabel 8, maka pengaruhnya terhadap variabel struktur modal pada
perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta BEJ selama kurun waktu 2000 – 2004, ternyata memberikan pengaruh yang signifikan secara
statistik pada tingkat kepercayaan 99 persen. Hal ini bisa dilihat dari nilai F statistik sebesar 4,5644 dengan nilai probabilitasnya sebesar 0,0000. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel bebas yang digunakan dalam fixed effects model FEM secara bersama-sama mampu memberikan pengaruhnya secara signifikan
terhadap variasi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta BEJ.
Namun, apabila dianalisis secara parsial dari masing-masing variabel bebasnya ternyata semua variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini
memberikan pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta BEJ selama
kurun waktu 2000 – 2004 dan tanda koefisien regresi dari masing-masing variabel bebasnya sesuai dengan hipotesis atau teori yang ada.
ESA SETIANA : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK JAKARTA, 2008.
Berdasarkan hasil estimasi di atas, variabel ukuran perusahaan UP memiliki tanda koefisien regresi yang negatif sebesar 6,4563 dengan nilai t
statistik sebesar 1,8340. Hal ini dapat menjelaskan bahwa ukuran perusahaan berkontribusi negatif dan signifikan pengaruhnya secara statistik sebesar 6,4563
terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta BEJ dengan tingkat kepercayaan 90 persen. Dengan demikian dapat
diartikan apabila ukuran perusahaan berubah sebesar 1 persen, maka akan berdampak pada menurunnya struktur modal pada perusahaan manufaktur yang
listing di Bursa Efek Jakarta BEJ sebesar 6,4563 persen. Hasil empiris ini tentunya tidak sejalan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh yang positif antara ukuran perusahaan dengan struktur modal pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta BEJ.
Walaupun hasil temuan ini tidak sesuai dengan hipotesis yang ada, namun temuan ini semakin mendukung penelitian yang dilakukan sebelumnya
oleh Budianto 1998 dan Irani 1999, serta hasil penelitian Masidonda dan Idrus 2001 dalam Farah Margaretha 2003 yang membuktikan bahwa ukuran
perusahaan yang diukur dengan total aktiva berpengaruh signifikan dan negatif secara statistik terhadap struktur modal perusahaan. Ketidaksesuaian hasil
penelitian ini dengan hipotesis yang ada atau penelitian-penelitian pada umumnya dimungkinkan karena perbedaan dalam menentukan definisi operasional untuk
variabel pengukuran data perusahaan yang digunakan. Dalam penelitian ini dan beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya seperti Budianto 1998 dan Irani
1999 menggunakan total aktiva sebagai ukuran perusahaan.
ESA SETIANA : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK JAKARTA, 2008.
Sedangkan untuk beberapa penelitian terdahulu seperti Napa dan Mulyadi 1996, Achmad 1998, dan Meivinita 1999 untuk variabel ukuran
perusahaan menggunakan rata-rata total aktiva perusahaan. Sehingga hasil estimasi untuk variabel ukuran perusahaan ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Napa dan Mulyadi 1996 dimana perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman yang memungkinkan leveragenya lebih
besar dibandingkan perusahaan dengan ukuran kecil. Sementara hasil empiris Achmad 1998 dan Meivinita 1999 menemukan bahwa semakin besar
perusahaan cenderung untuk menggunakan dana pinjaman debt financing yang semakin besar. Dengan demikian, hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa
perusahaan-perusahaan yang diteliti lebih cenderung memperbesar usahanya perusahaan dengan menggunakan sumber dana intern dalam membiayai
aktivitasnya aktivanya ketimbang menggunakan sumber dana yang berasal dari pinjaman.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi yang negatif dapat terjadi dengan pemikiran bahwa semakin besar perusahaan
cenderung untuk mengurangi komponen struktur permodalan. Di samping itu, perusahaan dalam memperbesar usahanya cenderung menurunkan komponen
struktur permodalan seperti hutang jangka pendek. Untuk itu, perusahaan dalam meningkatkan ukuran perusahaan usahanya, baik melalui peningkatan asset
ataupun volume penjualan, hendaknya mempertimbangkan komponen-komponen aktiva terutama aktiva tetap. Upaya meningkatkan asset dan volume penjualan
seyogyanya dibelanjai dengan hutang jangka panjang dan modal sendiri.
ESA SETIANA : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK JAKARTA, 2008.
Untuk variabel pertumbuhan asset PA memiliki tanda koefisien regresi yang positif sebesar 0,00028 dengan nilai t statistik sebesar 2,5102. Hal ini dapat
menjelaskan bahwa pertumbuhan asset berpengaruh positif dan signifikan secara statistik sebesar 0,00028 terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur
yang listing di Bursa Efek Jakarta BEJ dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Ini dapat diartikan apabila pertumbuhan asset berubah sebesar 1 persen, , maka
akan menyebabkan meningkatnya struktur modal pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta BEJ sebesar 0,028 persen. Hasil temuan ini
sejalan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara pertumbuhan asset dengan struktur modal pada perusahaan manufaktur
yang listing di Bursa Efek Jakarta BEJ. Hasil penelitian ini mendukung hasil studi yang dilakukan oleh Weston
dan Brigham 1986, Balakrishnan dan Isac 1993 serta Heribertus 2004, yang menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat harus
lebih banyak mengandalkan pada modal eksternal. Dan pada umumnya, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung untuk lebih
banyak menggunakan hutang obligasi dibandingkan dengan perusahaan yang pertumbuhannya relatif lambat. Hal ini membuktikan bahwa pertumbuhan asset
perusahaan memiliki pengaruh yang positif terhadap struktur modal perusahaan. Sehingga dengan semakin meningkatnya asset perusahaan cenderung akan
memperkuat struktur permodalan melalui dana eksternal seperti hutang jangka panjang atau obligasi.
Sementara untuk variabel kemampulabaan KL memiliki tanda koefisien regresi yang positif sebesar 2,1715 dengan nilai t statistik sebesar 1,9760. Hal ini
ESA SETIANA : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK JAKARTA, 2008.
dapat menjelaskan bahwa profitabilitas memberikan pengaruh yang positif dan signifikan secara statistik sebesar 2,1715 terhadap struktur modal pada perusahaan
manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta BEJ dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Hasil empiris ini dapat diartikan apabila profitabilitas berubah sebesar
1 persen, maka akan berdampak pada meningkatnya struktur modal pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta BEJ sebesar 2,1715
persen. Dengan demikian, hasil temuan ini sejalan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara profitabilitas dengan
struktur modal pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta BEJ.
Hasil empiris ini semakin menguatkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Brigham dan Houston 2001, Krishnan dan Moyer 1996,
Bhaduri 2002, dan Heribertus 2004. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi rate of return atas investasi cenderung
menggunakan proporsi hutang yang relatif kecil dikarenakan dengan rate of return yang tinggi, kebutuhan dana dapat diperoleh dari laba ditahan. Dengan
demikian dari beberapa penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang tingkat pengembalian keuntungan pada investasi relatif tinggi return on
investment cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil. Hal ini dikarenakan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba maka akan meningkatkan struktur permodalan dan berdampak pada semakin berkurangnya perusahaan dalam menggunakan dana eksternal.
Selanjutnya dengan tingkat pengembalian rate of return yang tinggi
ESA SETIANA : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK JAKARTA, 2008.
memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan perusahaan dengan dana yang dihasilkan secara internal.
ESA SETIANA : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK JAKARTA, 2008.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Hasil estimasi dengan metode GLS untuk fixed effects model FEM,
menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan UP memberikan pengaruh yang negatif dan signifikan secara statistik terhadap struktur modal pada
perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta BEJ dan temuan ini tidak sesuai dengan hipotesis namun temuan ini semakin mendukung
penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Budianto 1998 dan Irani 1999, serta hasil penelitian Masidonda dan Idrus 2001.
2. Untuk variabel pertumbuhan asset PA dan kemampulabaan KL memiliki
hubungan yang positif dan memberikan pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang listing di
Bursa Efek Jakarta BEJ. Hasil penelitian ini mendukung hasil studi yang dilakukan oleh Weston dan Brigham 1986, Balakrishnan dan Isac 1993,
serta Heribertus 2004. 3.
Bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi struktur modal SM dalam penelitian ini yakni ukuran perusahaan UP, pertumbuhan asset PA, dan
kemampulabaan KL secara simultan serentak memberikan pengaruh yang
ESA SETIANA : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK JAKARTA, 2008.