24 merupakan objek pemuas seks laki-laki. Hal ini merupakan awal lahirnya
demoralisasi atau mengesampingkan norma mengabaikan value system masyarakat.
II.4 Sistem Pembinaan di Panti sebagai Pelayanan Sosial
Panti sebagai lembaga sosial merupakan tempat dimana terdapat kebutuhan yang beraneka ragam dari para penghuninya. Kebutuhan ini
mempunyai konsekuensi adanya tanggung jawab panti untuk memenuhi kebutuhan itu. Salah satu sistem pelayanan sosial adalah melalui panti. Panti
artinya tempat, sarana atau rumah, sedangkan pelayanan adalah usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain baik materi maupun non materi.
Penyantunan WTS dalam sistem perpantian berlangsung selama setengah tahun dengan penjadwalan kegiatan sebagai berikut :
- tahap awal klien sudah diterima di panti
- tahap rehabilitasi sosial berupa kegiatan pengajaran pendidikan,
bimbingan sosial dan mental, latihan keterampilan. Tahap ini dilaksanakan selama 2 bulan lamanya
- tahap resosialisasipersiapan penyaluran yaitu pemantapan bimbingan
sosial dan mental serta latihan keterampilan -
tahap bimbingan lanjut. Jadi pelayanan panti bentuk pelayanan dengan mempergunakan panti
sebagai sarana dalam usaha memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada kliennya sehingga mereka dapat mengatasi masalahnya. Dengan demikian mereka
dapat berperanan sosial dengan sepenuhnya. Sehubungan dengan itu, panti
Universitas Sumatera Utara
25 berfungsi untuk pemulihan fungsi sosial yang terganggu, pengadaan sumber-
sumber dan pencegahan terhadap disfungsi sosial sesuai dengan hakekat pembangunan sosial yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia maka hakekat pelayanan panti menyangkut aspek kehidupan dan penghidupan penghuninya serta pada
hakekatnya pelayanan itu bersifat kuratif, rehabitatif, dan developmental. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa panti merupakan suatu tempat
yang berfungsi untuk memberikan santunan rehabilitasi kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial agar dapat memerankan fungsi sosial mereka secara
wajar dan memadai sesuai dengan harkat dan martabat manusia didalam tata kehidupan normal.
II.5 Kerangka Pemikiran