Pelarutan Mineral TINJAUAN PUSTAKA

c. Trakhit

Tarkhit merupakan batuan beku vulkanik. Trakhit terbentuk pada daerah vulkanik dengan pembekuan magma yang cenderung cepat. Tetapi, trakhit bukan terbentuk akibat letusan gunung berapi. Trakhit terbentuk dari magma yang bersifat asam Anoname, 2012. Trakhit merupakan batuan beku asam yang kaya akan kalium. Trakhit berwarna abu-abu dan mempunyai tekstur porifiritik, kompak, keras dan padu. Sejak ditemukannya, disebutkan bahwa trkhit kini berumur sekitar 17,7 juta tahun. Dalam mineral trakhit juga terdapat feldspar dengan kadar sekitar 69. Trakhit tidak banyak ditemukan di Negara Indonesia. Trakhit tersebar di salah kawasa di Kabupaten Barru. Trakhit yang ditemukan dikabupaten Barru memiliki komposisi kimia seperti, SiO 2 60,40; Al 2 O 3 16,19; Fe 2 O 3 5,25; CaO 4,57; MgO 1,97; Na 2 O 4,26; K 2 O 5,00; TiO 2 0,51; MnO 0,10; P 2 O 5 0,14 dan H 2 O 0,55 Sugeng, 2005.

2.5 Pelarutan Mineral

Pelarutan adalah proses terbaginya suatu zat secara halus kedalam zat lain. Umumnya zat yang terbagi secara halus adalah zat padat dan zat lain berupa air. Hasilnya adalah larutan yang didalamnya terdapat butiran-butiran yang tidak terlihat. Dengan demikian pelarutan adalah peristiwa yang berlangsung pada permukaan zat padat. Oleh sebab itu, ukuran dan kekerasan zat padat sangat menentukan pelarutan. Makin halus dan makin remah suatu mineral, maka makin cepat pelarutannya. Proses pelarutan dimulai dari menempelkan salah satu dwikutub air pada kation dalam jaringan kristal mineral hingga kation terlepas dari permukaan kristal dan masuk kedalam air sebagai larutan. Proses pelarutan ini diyakini disebabkan oleh peran ion H dan OH yang berasal dari disosiasi air. Ion H dapat dihasilkan dari disosiasi asam-asam organik Ismail, 2005 Kekerasan mineral biasanya mencirikan ketahanan mineral terhadap goresan dari berbagai benda atau mineral lainnya serta ketahanannya ditembus oleh proton dalam merusak susunan kristal. Selama ini kekerasan mineral dinilai dari kekerasan skala Mohs. Skala kekerasan Mhos dibuat pada tahun 1812 oleh ahli geologi dan mineralogi dari Jerman yang bernama Friedrich Mohs. Skala kekerasan Mhos dimulai dari angka satu 1 dan yang tertinggi adalah sepuluh 10. Berikut adalah tabel kekerasan mineral pada Skala Mohs Herman, 2009 : Tabel 2.5 Tingkat kekerasan mineral dalam skala Mohs Skala Kekerasan Mohs Mineral Rumus Kimia Gambar 1 Talc Mg 3 Si 4 O 10 OH 2 2 Gypsum CaSO 4 ·2H 2 O 3 Calcite CaCO 3 4 Fluorite CaF 2 5 Apatite Ca 5 PO 4 3 OH – ,Cl – ,F – 6 Orthoclase Feldspar KAlSi 3 O 8 7 Quartz SiO 2 8 Topaz Al 2 SiO 4 OH – ,F – 2 9 Corundum Al 2 O 3 10 Diamond C Sumber : Herman, 2009 Pengaruh asam-asam organik dalam degradasai mineral batuan berupa reaksi pelarutan. Reaksi kimia yang utama pada pelarutan adalah hidrolisis, kemudian hidrolisis yang dipacu dengan adanya asam yaitu asidolisis dan kompleksolisis. Reaksi asidolisis lebih menekankan pada peran ion H + yang berasal dari pemrotonan asam dan kompleksolisis menekankan peran sisa asam atau anion organik Ismail, 2005. Pelaku utama dari pelarutan adalah ion H. Oleh karena itu proses apapun yang menyebabkan perubahan konsentrasi ion H dapat menyebabkan perubahan kecepatan pelarutan mineral. Peningkatan konsentrasi ion H dimungkinkan oleh makin meningkatnya konsentrasi asam ataupun keadaan yang menyebabkan makin kuatnya disosiasi asam menghasilkan ion H. Demikian juga suhu dapat berpengaruh pada reaksi hidrolisis. Suhu mampu meningkatkan disosiasi air sehingga meningkatkan konsentrasi ion H. Dengan demikian pelapukan mineral salah satunya dipercepat dengan meningkatnya suhu Ismail, 2005. 22

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN