Deskripsi penilaian otentik di SMA Negeri se-Tangerang Selatan pada konsep biologi di semester ganjil Kelas X

DESKRIPSI PENILAIAN OTENTIK DI SMA NEGERI
SE-TANGERANG SELATAN PADA KONSEP BIOLOGI DI
SEMESTER GANJIL KELAS X

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Ella Nurlela Sari
NIM: 1110016100021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

ABSTRAK
ELLA NURLELA SARI, (1110016100021). “Deskripsi Penilaian Otentik di

SMA Negeri se-Tangerang Selatan pada Konsep Biologi Semester Ganjil
Kelas X”, Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara sistematis
mengenai penilaian otentik oleh guru biologi kelas X di SMA Negeri se-Kota
Tangerang Selatan. Penelitian dilaksanakan pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran
2014/2015, dimulai pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2014.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model survei. Pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel
penelitan ini berjumlah empat sekolah yaitu SMAN 3 Tangerang Selatan, SMAN
5 Tangerang Selatan, SMAN 9 Tangerang Selatan, dan SMAN 11 Tangerang
Selatan. Instrumen yang digunakan adalah instrumen non tes yang terdiri dari
dokumentasi berupa lembar analisis dokumen penilaian otentik, observasi
pembelajaran dan kuesioner. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
rumus deskriptif persentase, kemudian hasil dikategorikan sesuai dengan kategori
persentase menurut Suharsimi Arikunto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat kelayakan dokumen penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan dari
keempat sekolah termasuk kategori “layak”. Hasil angket dan observasi
pembelajaran menunjukan bahwa penggunaan penilaian otentik dalam

pembelajaran biologi di SMA Negeri Kota Tangerang Selatan sudah berkategori
“baik”.
Kata Kunci:

Penilaian otentik, penilaian sikap, penilaian pengetahuan, penilaian
keterampilan, pembelajaran biologi, kurikulum 2013.

ii

ABSTRACT
Ella Nurlela Sari, (1110016100021). The Description of Authentic Assessment
at all SMA Negeri in Tangerang Selatan in Biology Concept in the First Half
Year of Tenth Grade. BA Thesis, Biology Education Study Program,
Department of Science Education, the Faculty of Tarbiyah and Teachers’
Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
The objective of this study was to find out the systematic picture about the
fact of authentic assessment by Biology teachers of tenth grade of all SMA Negeri
Tangerang Selatan. This study was done in the First Half Year of 2014/2015
Academic Year, started from October to December 2014. The method used in this
study was survey method. The technique of sampling was purposive sampling. The

samples were: SMAN 3 Tangerang Selatan, SMAN 5 Tangerang Selatan, SMAN 9
Tangerang Selatan, and SMAN 11 Tangerang Selatan. The instrument used was
non-test which consisted of authentic assessment checklist sheet, teaching
observation sheet, and questionnaire. The quantitative analysis was done by using
descriptive percentage formula, then the results were categorized according to the
percentage category of Suharsimi Arikunto. The results showed that the
worthiness level of attitude, knowledge, and skill assessment document of those
four schools were counted “suitable” category. The results of questionnaire and
teaching observation showed that the use of authentic assessment in teaching
Biology at all SMA Negeri Tangerang Selatan has been already categorized
“good”.
Keyword:

Authentic assessment, attitude assessment, knowledge assessment,
skill assessment, teaching Biology, Curriculum of 2013.

iii

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil ‘alamin penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

segala rahmat dan hidyah-Nya yang telah diberikan, dengan nikmat iman dan
islam, sehat wal’afiat, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi yang
berjudul “Deskripsi Penilaian Otentik di SMA Negeri se-Tangerang Selatan pada
Konsep Biologi di Semester Ganjil Kelas X”. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, serta kepada keluarga dan
para sahabatnya termasuk kita selaku umatnya.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
orang-orang yang telah mendukung dan membantu terselesaikannya skripsi ini,
diantaranya yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, dosen pembimbing I dan Ibu Eny
Supriyati

Rosyidatun


MA,

dosen

pembimbing

II,

yang

telah

menyempatkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan serta
masukan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Seluruh dosen, staff, dan karyawan jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) yang telah memberikan ilmu dan arahannya selama ini.
6. Seluruh Kepala Sekolah SMA Negeri se-Kota Tangerang Selatan, yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
7. Seluruh dewan guru biologi kelas X SMA Negeri se-Kota Tangerang

Selatan, terima kasih untuk bantuan, kerjasama, dan motivasinya selama
penulis melakukan penelitian.

iv

v

8. Seluruh Ibu dan Bapak guru SMA Negeri se-Kota Tangerang Selatan dan
seluruh staf Tata Usaha (TU) yang telah mendukung terlaksananya
penelitian ini.
9. Kedua orangtua tercinta dan tersayang, Ayahanda H. Nirum dan Ibunda
Hj. Ikah Nirum, yang selalu memberikan kasih sayang dan doanya yang
tak henti untuk kesuksesan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Doa, nasehat, didikan dan semangat yang diberikan senantiasa
menjadi pengobat rasa lelah dan pemicu untuk selalu melakukan yang
terbaik dan berusaha meraih yang terbaik untuk membuat bapak dan mama
bangga dan bahagia. Semoga Allah selalu menyayangi keduanya.
10. Kakak-kakak dan keluarga tersayang, Jamaluddin, Alfiyah, Iwan Sopandi,
Lilis Susanti, Halimah Tussadiyah yang telah memberikan kasih sayang,
semangat dan mendoakan hingga penulis dapat menyelesaikan penelitian.

11. Sahabat-sahabat penyemangat, Aida Fitriyah, Ditya Ambarwati, Tuti
Khoiriah, Kurnia Dewi, Alvian Yadi, Bayu Purnomo, Giri Widyan, Cici
Sulistiawati, Eka Oktavianingsih, Arti Dwiati dan Wulandari, terima kasih
untuk bantuan, waktu, doa, support dan sarannya dari sebelum hingga
setelah penelitian terlaksana.
12. Teman-teman satu perjuangan di Pendidikan Biologi 2010 A dan B, terima
kasih atas doa dan dukungannya.
13. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis tulis satu persatu, penulis akan
selalu mengingat kebaikan dan bantuannya.
Akhir kata teriring do’a semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
pengetahuan baru bagi kita semua. Amin.

Jakarta, Februari 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN


i

ABSTRAK

ii

KATA PENGANTAR

iv

DAFTAR ISI

vi

DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR LAMPIRAN


ix

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

1

B. Identifikasi Masalah

3

C. Pembatasan Masalah

4

D. Perumusan Masalah


4

E. Tujuan Penelitian

4

F.

4

Kegunaan Penelitian

KAJIAN TEORETIK
A. Deskripsi Teoretik

6

1. Konsep Dasar Evaluasi dan Penilaian


6

a. Evaluasi

6

b. Penilaian

8

c. Persamaan, Perbedaan dan Hubungan Evaluasi dengan
Penilaian

11

2. Kurikulum 2013

13

3. Penilaian Otentik

15

a. Pengertian Penilaian Otentik

15

b. Karakteristik Penilaian Otentik

19

c. Ciri-ciri Penilaian Otentik

20

d. Jenis-jenis Penilaian Otentik

21

vi

vii

e. Kelebihan dan Keterbatasan Penilaian Otentik

25

f. Perbandingan Penilaian Otentik dan Penilaian
Tradisional

BAB III

BAB IV

BAB V

25

4. Penilaian Otentik dalam Kurikulum 2013

26

5. Hakikat Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Biologi

28

B. Hasil Kajian Penelitian yang Relevan

29

C. Kerangka Berpikir

31

METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian

32

B. Metode dan Desain Penelitian

32

C. Populasi dan Sampel Penelitian

33

D. Instrumen Penelitian

33

E. Teknik Pengumpulan Data

36

F.

37

Teknik Analisis Data

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Penelitian

39

B. Pembahasan

49

1. Dokumen Penilaian Sikap

49

2. Dokumen Penilaian Pengetahuan

53

3. Dokumen Penilaian Keterampilan

57

4. Tanggapan Guru Biologi mengenai Penilaian Otentik

61

5. Penerapan Penilaian Otentik dalam Pembelajaran

63

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

67

B. Saran

67

DAFTAR PUSTAKA

69

LAMPIRAN

72

DAFTAR TABEL

Judul Tabel
2.1. Hubungan antara Evaluasi, Penilaian, Pengukuran dan Tes

Halaman
12

2.2. Perbandingan Asesmen Otentik dan Asesmen Tradisional

26

3.1. Daftar Nama SMA Negeri dan Jumlah Guru Biologi Kelas X

34

3.2. Format Lembar Analisis Dokumen Penilaian Otentik

35

3.3. Kategori Kelayakan Dokumen Penilaian Otentik

38

4.1. Data Kepemilikan Dokumen Penilaian Otentik

40

4.2. Data Kelengkapan Dokumen Penilaian Otentik

40

4.3. Data Hasil Analisis Dokumen Penilaian Sikap

41

4.4. Data Hasil Analisis Dokumen Penilaian Pengetahuan

43

4.5. Data Hasil Analisis Dokumen Penilaian Keterampilan

44

4.6. Rangkuman Jawaban Kuesioner Guru dari 12 Sekolah

45

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Judul Lampiran

Halaman

1.

Dokumen penilian sikap

72

2.

Dokumen penilaian pengetahuan

79

3.

Dokumen penilaian keterampilan

91

4.

Daftar kelengkapan dokumen penilaian

98

5.

Rencana Pelaksanaan Pembelejaran

102

6.

Rubrik penilaian dokumen

110

7.

Lembar analisis dokumen penilaian otentik

113

8.

Lembar kuesioner penilaian otentik

114

9.

Tabel hasil kuesioner guru

120

10.

Lembar observasi mengajar guru

127

11.

Lembar uji referensi

131

12.

Surat-surat penelitian

135

ix

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penilaian sering dianggap sebagai salah satu dari tiga pilar utama yang
sangat menentukan kegiatan pembelajaran. Ketiga pilar tersebut adalah
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Apabila ketiga pilar tersebut sinergis dan
berkesinambungan, maka akan sangat menentukan kualitas pembelajaran. Dalam
paradigma baru, peran guru bukanlah menjadi pemeran utama dalam
pembelajaran lagi tetapi guru berperan menjadi fasilitator dan motivator belajar
siswa terutama dalam kelas, berawal dari paradigma tersebut munculah istilah
asesmen (assessment).
Penilaian atau assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang
bisa

memberikan

gambaran

perkembangan

belajar

siswa.

Gambaran

perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan
bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.1 Menurut Hart seperti
dikutip oleh Masnur, “Asesmen didefinisikan sebagai proses pengumpulan,
pelaporan, penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik yang
diperoleh melalui pengukuran untuk menganalisis atau menjelaskan unjuk
kerja/kinerja atau prestasi peserta didik dalam mengerjakan tugas-tugas terkait”.2
Penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran yang mencakup
bukti-bukti yang menjadi petunjuk pencapaian hasil belajar peserta didik, maka
dari itu penilaian dilakukan terpadu dengan kegiatan pembelajaran. Ketika
melakukan penilaian dalam pembelajaran, banyak kegiatan yang akan lebih jelas
apabila dinilai langsung, misalnya kemampuan berargumentasi, keterampilan
menggunakan suatu alat dan keterampilan melakukan percobaan. Begitu pula
menilai sikap atau perilaku siswa terhadap sesuatu atau pada saat mengerjakan
sesuatu.

1
Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam
Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), h.177.
2
Masnur Muslich, Authentic Assesment:Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi,
(Bandung: Refika Aditama, 2011), h.2.

1

2

Penilaian oleh guru dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan
hingga didapatnya hasil akhir belajar siswa dalam satu periode pembelajaran
menggunakan teknik yang disesuaikan dengan kompetensi pembelajaran yang
hendak dicapai siswa. Untuk itu penilaian hasil belajar oleh pendidik
menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan
perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.3 Penilaian dalam pengajaran
pada dasarnya terdiri dari penilaian tradisional dan penilaian otentik. Penilaian
tradisional secara konvensional menggunakan tes tertulis dan menekankan pada
keterampilan atau pengetahuan tertentu yang dapat diuji secara obyektif. Karena
itu, bentuknya sering berupa tes obyektif atau tes pilihan berganda. 4 Penilaian
selama pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan
pengumpulan hasil kerja peserta didik (portofolio), hasil karya (product),
penugasan (project), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper and pencil).
Guru menilai kompetensi dan hasil belajar peserta didik berdasarkan tingkat
pencapaian prestasi peserta didik, penilaian demikianlah yang disebut authentic
assessment yang diterjemah ke dalam Bahasa Indonesia menjadi “asesmen
otentik” atau “penilaian otentik”.5
Menurut Hart dalam Harun, penilaian autentik sebagai salah satu hasil dari
pendekatan

penilaian

dapat

dijadikan

alternatif

solusi

dalam

menilai

perkembangan belajar siswa secara lebih komprehensif dan objektif mengingat
penilaian autentik yang lebih secara akurat mencerminkan dan mengukur apa
yang kita nilai dalam pendidikan.6 Penilaian otentik merupakan suatu cerminan
dunia nyata dalam arti bahwa semua kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam
pencapaian kompetensi harus diarahkan dalam kegiatan yang kontekstual dan
bersifat komprehensif dan holistik yang terlihat pada penilaian yang melibatkan
semua ranah kompetensi (kognitif, afektif dan psikomotorik).
3

Peraturan Meteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (PERMEN RI) Nomor 20
tahun 2007, Standar Nasional Pendidikan, h.4, (Tersedia online: www.staff.unila.ac.id. Pada
14/08/2014).
4
Elin Rosalin, Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual (Bandung: Karsa Mandiri
Persada, 2008). h. 92.
5
Ibid.
6
Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: Wacana Prima, 2008),
Cet. II, h. 237.

3

Dalam usaha memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia, perubahan
kurikulum pun dilakukan. Perubahan kurikulum ini memiliki tujuan untuk
meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan mendorong siswa untuk aktif dalam
pembelajaran. Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud
Nomor 66 Tahun 2013 mengenai standar penilaian pendidikan. Kurikulum 2013
mengisyaratkan penggunaan penilaian otentik (authentic assessment), dimana
siswa dinilai kesiapannya, proses, dan hasil belajar secara utuh. Dalam kurikulum
KTSP sebenarnya sudah memberikan ruang untuk penilaian otentik namun dalam
penerapannya di lapangan masih belum optimal, karena penilaian belum
mengarah pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara
tegas menuntut adanya remediasi secara berkala.7 Oleh karena itu, penilaian
otentik perlu digunakan untuk mengukur perkembangan siswa dari kesiapan,
proses hingga akhir pembelajaran baik sikap, pengetahuan dan keterampilannya.
Melihat kenyataan yang ditemukan di lapangan, nampak terdapat
kesenjangan antara pembelajaran biologi dengan teknik penilaian. Proses
penilaian yang selama ini dilakukan guru hanya mampu mengungkap
perkembangan belajar siswa pada salah satu ranah saja, hal tersebut dapat terlihat
bahwa 66,67% guru yang menggunakan penilaian pada ranah sikap, 66,67% guru
menggunakan penilaian pada ranah pengetahuan dan 83,33% guru menggunakan
penilaian pada ranah keterampilan.8 Sedangkan pembelajaran biologi menekankan
pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi (sikap,
pengetahuan dan keterampilan) untuk menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah. Selain itu, untuk menilai hasil belajar peserta didik, guru dituntut
untuk merencanakan dan menyusun instrument penilaian yang disusun sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Dalam Permendikbud No. 66 Tahun 2013, Standar
penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur dan
instrument penilaian hasil belajar peserta didik.9 Namun tidak semua guru mampu
menyusun instrumen penilaian berdasarkan kurikulum 2013, karena penilaian

7

Kunandar, loc. cit.
Lampiran 9 (Hasil Kuesioner Guru Biologi Kelas X), h. 106.
9
Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan, h. 2, (Tersedia online:
www.pgsd.uad.ac.id. Pada 17/12/2014).
8

4

otentik baru dikenal secara teori dan konsep. Sedangkan untuk penyusunan dan
penggunaan penilaian otentik dalam prosedur penilaian kelas sehari-hari masih
belum difahami. Bahkan terdapat sebagian kecil guru yang belum mengetahui apa
dan bagaimana format penilaian otentik serta tujuan dan manfaat dari
menggunakan penilaian otentik.
Penelitian ini dilakukan dengan dokumentasi penilaian otentik yang
digunakan oleh guru biologi. Penelitian ini perlu dilakukan karena pembelajaran
biologi tidak hanya mementingkan produk saja, tetapi proses pembelajaran juga
perlu dilakukan identifikasi dan penilaian dari keutuhan kompetensi peserta didik
(sikap, pemahaman dan keterampilan). Berdasarkan uraian di atas maka penulis
tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Deskripsi Penilaian Otentik di SMA
Negeri se-Tangerang Selatan pada Konsep Biologi di Semester Ganjil Kelas X”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi
masalah-masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penilaian pembelajaran biologi masih cenderung pada ranah tertentu dan
belum mengukur dari keseluruhan kompetensi siswa. Sehingga sasaran belajar
dari biologi belum dapat dicapai secara menyeluruh.
2. Penilaian otentik baru difahami guru secara teori dan konsep, sehingga tidak
semua guru mampu mengimplementasikan penilaian otentik dalam prosedur
penilaian dalam kegiatan sehari-hari.

C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan tidak terlalu meluas, ruang lingkup masalah
yang akan diteliti dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Penelitian survei dilakukan terhadap sejumlah Sekolah Menengah Atas Negeri
se-Tangerang Selatan yang telah memiliki dokumen penilaian otentik
berdasarkan Kurikulum 2013.
2. Dokumentasi penilaian otentik dalam penelitian ini yaitu hanya pada dokumen
penilaian hasil tes tulis, observasi sikap dan penilaian keterampilan yang
digunakan pada proses pembelajaran periode ganjil.

5

3. Deskripsi dilakukan pada dokumen penilaian otentik tanpa mengulas substansi
penilaian otentik dalam pembelajaran. Analisis hanya terhadap materi,
konstruk dan bahasa instrumen yang digunakan pada materi virus dan protista.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah “Bagaimana Deskripsi Penilaian Otentik di SMA Negeri seTangerang Selatan pada Konsep Biologi di Semester Ganjil Kelas X?”

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran penilaian otentik di SMA Negeri seTangerang Selatan.
Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Guru
Sebagai informasi dalam upaya pengembangan dan perbaikan bentuk
penilaian yang ditekankan dalam kurikulum 2013 ini dalam menilai hasil belajar
peserta didik secara menyeluruh.
2. Bagi Satuan Pendidikan
Sebagai informasi dalam upaya perbaikan dan pengembangan bentuk
penilaian pembelajaran setiap mata pelajaran yang ditekankan dalam kurikulum
2013 agar tercapainya tujuan pendidikan.
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai informasi mengenai deskripsi penilaian otentik di SMA Negeri seTangerang Selatan sebagai implementasi kurikulum 2013, sehingga dapat
digunakan

sebagai

bahan

pengembangan yang relevan.

rujukan

ketika

akan

melakukan

penelitian

BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Deskripsi Teoretik
1.

Konsep Dasar Evaluasi dan Penilaian
a. Evaluasi
Dalam satu periode pembelajaran, diakhiri dengan dilakukannya evaluasi

dan penilian yang dilakukan baik oleh guru maupun sekolah. Dari kedua istilah
tersebut (evaluasi dan penilaian) seringkali disalah artikan dan disalah gunakan
dalam kegiatan evaluasi hasil belajar siswa. Secara konseptual kedua istilah
tersebut memiliki kemiripan dan keterkaitan satu sama lain. Evaluasi berasal dari
kata evaluation dalam bahasa Inggris yang memiliki arti penaksiran atau
penilaian. Menurut Raka Joni dalam Siregar “evaluasi adalah suatu proses
mempertimbangkan suatu barang atau gejala dengan pertimbangan pada patokanpatokan tertentu. Patokan tersebut mengandung pengertian baik-tidak baik,
memadai tidak memadai, memenuhi syarat tidak memenuhi syarat, dengan
perkataan lain menggunakan value judgment”.1 Ralph Tyler dalam Siregar
menyatakan, evaluasi merupakan proses pengumpulan data untuk menentukan
sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai.2
Kedua pengertian evaluasi tersebut lebih menekankan pada keberhasilan
pencapaian siswa terhadap kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan dan erat
hubungannya dengan keputusan nilai (value judgement).
Menurut Stufflebeam & Shinkfield dalam Masnur Muslich, evaluasi
adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek.
Dalam melakukan evaluasi di dalamnya ada kegiatan untuk menentukan nilai
suatu program, sehingga ada unsur judgement tentang nilai suatu program, oleh
karenanya terdapat unsur subjektif. Dalam melakukan judgement diperlukan data
hasil pengukuran dan informasi hasil penilaian. Objek evaluasi adalah program

1
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), h. 142.
2
Ibid, h. 143.

6

7

yang hasilnya memiliki banyak dimensi, seperti kemampuan, kreativitas, sikap,
minat, keterampilan, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam kegiatan evaluasi
alat ukur yang digunakan juga bervariasi tergantung pada jenis data yang ingin
diperoleh.3 Menurut Cross dalam sofan Amri, evaluasi merupakan proses yang
menentukan kondisi, di mana suatu tujuan telah dapat dicapai. 4 Dapat pula
diartikan evaluasi (evaluation) adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat
atau kegunaan suatu objek. Dalam melakukan evaluasi, terdapat judgement untuk
menentukan nilai suatu program yang sedikit banyak mengandung unsur
subjektif.5
Berdasarkan definisi-definisi di atas, evaluasi merupakan suatu proses
menentukan ketercapaian tujuan dari suatu kegiatan dengan menggunakan acuan
tertentu. Dalam pendidikan, guru melakukan evaluasi kegiatan belajar siswa dan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Evaluasi
membutuhkan data hasil pengukuran dan informasi penilaian dari berbagai
dimensi (kemampuan, sikap, kreativitas, minat, keterampilan dan lainnya). Karena
hal tersebutlah kegiatan evaluasi memerlukan variasi bentuk alat ukur bergantung
pada jenis data yang diinginkan.
Setelah mengetahui definisi evaluasi yang terkait dalam pembelajaran,
perlu diketahui pula katakteristik dan fungsi dari evaluasi dalam proses belajar
mengajar. Karakteristik evaluasi antara lain:
1) Memiliki implikasi tidak langsung terhadap siswa yang dievaluasi.
2) Lebih bersifat tidak lengkap. Dikarenakan evaluasi tidak dilakukan secara
kontinu, maka ini merupakan bagian dari fenomena saja. Dengan kata lain,
apa yang dievaluasikan hanya sesuai dengan pertanyaan item yang
direncanakan oleh seorang guru.

3
Masnur Muslich, Authentic Assesment:Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi,
(Bandung: Refika Aditama, 2011), h. 6.
4
Sofan Amri, Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013,
(Jakarta:Prestasi Pustaka, 2013), h. 206.
5
Husamah dan Yanur Setyaningrum, Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian
Kompetensi, (Jakarta:Prestasi Pustakaraya, 2013), h. 117.

8

3) Mempunyai sifat kebermaknaan relatif. Ini berarti bahwa hasil penilaian
tergantung pada tolak ukur yang digunakan oleh guru.6
Selain karakteristik, evaluasi juga mempunyai fungsi yang bervariasi
dalam proses belajar mengajar, antara lain:
1) Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah mengetahui
pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang
guru.
2) Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan
kegiatan belajar
3) Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar
4) Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa
5) Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa.
Bervariasinya fungsi evaluasi, maka bagi guru yang terpenting dalam
melakukan evaluasi yakni saat merencanakan kegiatan evaluasi. Hal tersebut
menjadi penting karena guru perlu terlebih dahulu mempertimbangkan fungsi dan
karakteristik evaluasi yang akan dibuat.

b. Penilaian
Penilaian atau asesmen merupakan istilah umum yang mencakup semua
metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu peserta didik
atau kelompok. Arifin dalam Kunandar, mendefinisikan penilaian sebagai suatu
proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan
informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat
keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu.7
Dalam Husamah dan Yanur, Hart berpendapat bahwa asesmen adalah
proses pengumpulan informasi mengenai siswa yaitu apa yang mereka
ketahui dan dapat lakukan. Sedangkan menurut Nurhadi, asesmen adalah
proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran
perkembangan belajar siswa. Arends mendefinisikan asesmen sebagai
proses pengumpulan dan penyintesisan informasi untuk membuat
keputusan mengenai sesuatu. Menurut Blaustein dan rekan-rekannya,
6

Amri, op. cit., h. 209-210.
Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), h. 66.
7

9

asesmen adalah proses pengumpulan informasi dan membuat keputusan
berdasarkan informasi itu.8
Penilaian (assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data yang
bisa

memberikan

gambaran

perkembangan

belajar

siswa.

Gambaran

perkembangan belajar peserta didik perlu diketahui oleh guru agar bisa
memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran dengan benar.9
Lain halnya pendapat Rosalin, assessment adalah istilah umum yang mencakup
semua metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau
kelompok peserta didik. Penilaian juga diartikan sebagai kegiatan menafsirkan
data hasil pengukuran kemajuan belajar peserta didik.10
Beberapa pengertian penilaian di atas sebenarnya satu pemahaman
sehingga dapat dikatakan bahwa penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk mendapatkan informasi mengenai suatu hal yang kemudian ditafsirkan
hingga didapat suatu gambaran rinci mengenai objek penilaian tersebut. Dalam
kegiatan penilaian yang dilakukan oleh guru dalam menilai peserta didiknya tentu
memiliki tujuan untuk mengetahui apakah peserta didik telah mengalami
pembelajaran dengan benar dan apakah peserta didik telah mengalami
peningkatan hasil belajar sebagai bukti dari kegiatan pembelajaran. Sehingga
kegiatan penilaian menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan mengenai pencapaian kompetensi peserta didik.
Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai
bahan dalam menyusun laporan perkembangan hasil belajar, dan memperbaiki
proses pembelajaran. Penilaian dilakukan

secara konsisten, sistematik dan

terprogram dengan menggunakan tes dan non tes bentuk tertulis atau lisan,
pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek
dan/atau produk, portofolio dan penilaian diri.11

8

Husamah, op. cit., h.114.
Kunandar, op. cit., h. 35.
10
Husamah. loc. cit..
11
Amri, op. cit., h. 57.

9

10

Berdasarkan pengertian penilaian di atas, terdapat tiga unsur pokok
penilaian yakni:
1) Informasi, merupakan “bahan baku” yang diperlukan untuk pertimbangan.
Dalam penilaian pendidikan, informasi ini dapat diperoleh dengan berbagai
cara, misalnya pemberian tes, pemberian angket, pengamatan langsung atau
pengujian lisan. Prosedur apa yang dipilih sangat bergantung pada informasi
apa yang diperlukan untuk suatu keputusan.
2) Pertimbangan, merupakan penafsiran terhadap informasi yang diperoleh.
Pertimbangan merupakan hasil akhir dari proses penilaian. Pertimbangan
dapat mengarah ke dua hal yaitu (1) penggambaran suatu keadaan sekarang
dan (2) pemerkiraan suatu keadaan ke masa depan.
3) Keputusan, dalam penilaian keputusan dimaknai suatu alternatif tindakan yang
dipilih. Keputusan ini merupakan tujuan akhir dari penilaian.12
Tujuan utama penggunaan asesmen dalam pembelajaran (classroom
assessment) adalah membantu guru dan siswa dalam mengambil keputusan
profesional untuk memperbaiki pembelajaran. Menurut Popham dalam Husamah
dan Yanur, asesmen bertujuan antara lain untuk:
1) Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar
2) Memonitor kemajuan siswa
3) Menentukan jenjang kemampuan siswa
4) Menentukan efektivitas pembelajaran
5) Mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran
6) Mengevaluasi kinerja guru di kelas
7) Mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru.13
Penilaian merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh
seorang

guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, guru akan

mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat,
hubungan sosial, sikap, dan kepribadian siswa atau peserta didik.14
12

Muslich, op. cit., h. 16.
Husamah, op. cit., h. 119.
14
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanuddin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 4.
13

11

c. Persamaan, Perbedaan dan Hubungan Evaluasi dengan Penilaian
Evaluasi dan penilaian sebenarnya memiliki arti yang sama yaitu menilai
sesuatu atau memberikan nilai terhadap sesuatu untuk mengetahui apakah objek
benar atau tidak benar, mengalami peningkatan atau penurunan dengan value
judgment. Selain memiliki persamaan arti, namun antara evaluasi dan penilaian
memiliki perbedaan yang terletak pada cakupan atau ruang lingkup dalam
pelaksanaannya, ruang lingkup penilaian biasanya lebih sempit dan hanya terbatas
pada aspek tertentu sedangkan evaluasi merupakan penilaian yang lebih
menyeluruh. Contohnya dalam pembelajaran guru bertugas untuk menilai apakah
siswa telah dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan benar atau belum dalam
kegiatan yang berlangsung di kelas selama pembelajaran berlangsung dan
evaluasi dilakukan dalam tingkat sekolah, biasa dilakukan oleh kepala sekolah
sebagai evaluator kegiatan pembelajaran secara lebih luas.
Penilaian dan evaluasi bersifat bertahap yaitu kegiatan yang dilakukan
secara berurutan yang dimulai dengan pengukuran, dari hasil pengukuran
dilakukan penilaian dan terakhir evaluasi. Dalam pembelajaran untuk mengetahui
ketercapaian peserta didik dalam memahami suatu materi, guru dapat
menggunakan tes atau nontes dalam berbagai bentuk. Dari hasil tes maupun
nontes tersebut dapat dilakukan penilaian oleh guru dengan menggunakan
patokan-patokan yang telah ditentukan atau indikator pelajaran, apakah peserta
didik telah mencapai semua indikator atau belum. Dalam tindak lanjutnya guru
melakukan evaluasi dari hasil penilaian tersebut untuk mengetahui mutu dan
keberhasilan dari kegiatan belajar mengajar agar dapat diperbaiki jika ada
kesalahan dan dapat meningkatkan ketercapaian tersebut.
Sekalipun makna dari ketiga istilah (measurement, assessment, evaluation)
secara teoritik definisinya berbeda, namun dalam kegiatan pembelajaran
terkadang sulit untuk membedakan dan memisahkan batas antara ketiganya, dan
evaluasi pada umumnya diawali dengan kegiatan pengukuran (measurement) serta
perbandingan (assessment).15 Grounlund dalam Yuni Pantiwati mengungkapkan
bahwa penilaian dan evaluasi saling terkait karena hasil penilaian merupakan
15

Ibid.

12

salah satu sumber informasi yang penting dalam lingkungan belajar. 16 Oleh
karena itu hasil penilaian dapat dipakai sebagai dasar untuk mengevaluasi
pembelajaran apakah telah sesuai dengan harapan.
Tabel 2.1. Hubungan antara Evaluasi, Penilaian, Pengukuran dan Tes17
Evaluasi

Penilaian

Pengukuran

Tes

Kegiatan

Penerapan

Proses pemberian

Cara penilaian

identifikasi untuk

berbagai prosedur,

angka dari suatu

yang dirancang

melihat apakah

cara dan

tingkatan di mana

dan dilaksanakan

suatu kegiatan

penggunaan

seorang peserta

kepada peserta

pembelajaran yang beragam alat

didik telah

didik pada waktu,

telah direncanakan penilaian untuk

mencapai

tempat, dan syarat

telah tercapai atau

memperoleh

kempetensi

tertentu.

belum

informasi tentang

tertentu.

ketercapaian hasil
belajar peserta
didik.
Evaluasi

Penilaian

Pengukuran

Himpunan

berhubungan

manjawab

berhubungan

pertanyaan yang

dengan keputusan

pertanyaan tentang dengan proses

harus dijawab/

nilai.

sebaik apa hasil

pencarian atau

pernyataan yang

belajar peserta

penentuan nilai

harus ditanggapi.

didik.

kuantitatif tersebut

Yuni Pantiwati, “Hakekat Asesmen Autentik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Biologi”, JEMS (Jurnal Edukasi Matematika dan Sains), Vol. 1, 2013, h. 3. (Tersedia online:
www.ejournal.unri.ac.id. Pada 03/06/2014).
17
Kunandar, op. cit., h. 68.
16

13

2.

Kurikulum 2013
Karena kurikulum bersifat dinamis yang mengikuti kebutuhan akan

perkembangan zaman dan perubahan lingkungan dimana kurikulum itu
diterapkan, maka lahirlah kurikulum 2013 untuk menjawab tantangan dan
pergeseran paradigma pembangunan dari abad ke-20 menuju abad ke-21. Tujuan
kurikulum 2013 ini untuk mempersiapkan manusia yang memiliki kemampuan
hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif,
afektif dan mampu berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara dan peradaban dunia.
Para pengamat pendidikan mengkhawatirkan kondisi pendidikan Indonesia
yang menuju kehancuran, terdapat sedikitnya sepuluh tanda kecenderungan sikap
dan perilaku yang amoral diantara yaitu meningkatnya kekerasan di kalangan
remaja, ketidakjujuran yang telah membudaya, sikap fanatik terhadap kelompok,
rendahnya rasa hormat pada guru dan orang tua, semakin kaburnya moral baik
dan buruk, bahasa yang digunakan memburuk, meningkatkanya prilaku merusak
diri (penggunaan narkoba, alkohol, seks bebas), rasa tanggung jawab yang rendah,
menurunnya etos kerja dan kurangnya kepedulian antar sesama. Sedangkan di sisi
lain para pelajar Indonesia belum mendapat nilai-nilai secara matang dan
bermakna. Hal tersebut disebabkan dalam proses belajar mengajar masih terlalu
menitikberatkan pada aspek kognitif sehingga aspek afektif dan psikomotorik
yang bermuatan karakter masih kurang diperhatikan.
Berdasarkan hasil studi TIMSS (Trends In International Mathematics And
Science Study) dan PISA (Program For International Student Assesment),
Kemendikbud menduga ada yang perlu disempurnakan pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Selama pemberlakuan KTSP tidak menunjukkan
perkembangan yang signifikan terhadap kemampuan siswa di Indonesia. Hasil
studi ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi kurikulum dengan tidak
membebani peserta didik dengan konten namun pada aspek kemampuan esensial

14

yang diperlukan semua warga negara untuk berperan serta dalam membangun
negara pada masa mendatang.18
Kurikulum 2013 tetap berbasis kompetensi dan oleh karena itu
pengembangan

kurikulum

diarahkan

untuk

mencapai

kompetensi

yang

dirumuskan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Kurikulum berbasis
kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman pada peserta didik seluasluasnya dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,
berketerampilan dan bertindak. Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaran
yang dilakukan

guru

(taught

curriculum)

dalam bentuk

proses

yang

dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat;
dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learning-curriculum) sesuai
dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik,
pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi
dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.19
Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional mengatur
pelaksanaan penilaian kelas untuk berbagai tingkatan pendidikan. Pedoman
penilaian kelas tersebut mencakupi aturan tentang (1) konsep dasar penilaian, (2)
teknik penilaian, (3) langkah-langkah pelaksanaan penilaian, (4) pengelolaan
hasil penilaian, dan (5) pengolahan

dan pelaporan hasil penilaian. Adapun

karakteristik penilaian dalam kurikulum 2013 diantaranya:
a. Belajar tuntas
Maksud dari belajar tuntas terletak pada kategori pengetahuan dan
keterampilan (KI-3 dan KI-4), peserta didik tidak diperkenankan untuk
mengerjakan materi berikutnya sebelum mampu menyelesaikan perkerjaan
dengan prosedur dan hasil yang baik. Peserta didik yang belajar lambat perlu
waktu yang lebih lama untuk materi yang sama dibandingkan peserta didik pada
umumnya.

18

Husamah,op. cit., h.2-3.
Kunandar, op. cit., h. 34.

19

15

b. Otentik
Dengan memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu dan
penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata dengan menggunakan
berbagai cara dan kompetensi utuh yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan
dan sikap.
c. Berkesinambungan
Untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai perkembangan hasil belajar
peserta didik maka perlu kegiatan memantau proses, kemajuan dan perbaikan
hasil terus menerus dalam bentuk penilaian proses dan berbagai jenis ulangan
secara berkelanjutan.
d. Berdasarkan acuan kriteria
Kemampuan peserta didik dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan,
misalnya ketuntaasan minimal yang ditetapkan oleh satuan pendidikan.
e. Menggunakan teknik penilaian yang bervariasi
Teknik penilaian dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk
kerja, projek, pengamatan, dan penilaian diri.

3.

Penilaian Otentik
a. Pengertian Penilaian Otentik
Terdapat sejarah singkat mengenai penggunaan kata penilaian otentik

untuk pertama kali muncul. Referensi paling awal untuk tes otentik kemungkinan
besar dibuat oleh Archibald dan Newman pada tahun 1988, dalam sebuah buku
kritis pengujian standar, yang berusaha untuk mempromosikan penilaian
bermakna yang dipusatkan pada tugas atau permasalahan dunia nyata.20
O’Malley dan Pierce dalam Yunus Abidin mendefinisikan penilaian
otentik erat dengan upaya pencapaian kompetensi. Kompetensi adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terunjukkerjakan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak dalam suatu persoalan yang dihadapi. Ciri utama

20
Bruce B.Frey, Vicki L Schmitt, and Justin P Allen, Defining Authentic Classroom
Assesment, Journal of Practical Assessment, Research and Evaluation, Vol.17, 2012, pp. 2,
(Tersedia online: www.pareonline.net, Pada 15/04/2014).

16

kompetensi adalah “able to do”, yakni kemampuan siswa melakukan sesuatu
berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari.21
Arends

mengartikan

penilaian

otentik

sebagai

proses

penilaian

performance siswa dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam situasi nyata.
Mc. Tighe juga menegaskan bahwa penilaian otentik mencari dan mengumpulkan
serta mensintesis informasi kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan
pengetahuan dan keterampilan proses dalam situasi nyata.22 Sejalan dengan
Mueller dalam Yunus Abidin mengemukakan bahwa penilaian otentik adalah
suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks dunia “nyata” yang
memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang
memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu
macam

pemecahan.23

Artinya,

penilaian

otentik

terlibat

dalam

proses

pembelajaran dengan mengukur, memonitor semua aspek pembelajaran siswa
dalam memecahkan permasalahan konteks dunia nyata.
Penilaian otentik merupakan usaha untuk mengukur atau memberikan
penghargaan atas kemampuan seseorang yang benar-benar menggambarkan apa
yang dikuasainya. Penilaian ini dilakukan dengan berbagai cara seperti tes tertulis,
portofolio, unjuk kerja, unjuk tindak (berdiskusi, berargumentasi, dan lain-lain),
observasi dan lain-lain.24 Sebagaimana dinyatakan Mueller dalam Burhan
Nurgianto, penilaian otentik merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki
pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna yang
merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan.25
Authentic assesment atau penilaian otentik adalah kegiatan yang menilai
peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses
21
Yunus Abidin, “Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman
Berorientasi Pendidikan Karakter, Jurnal Pendidikan Karakter, Vol. 2, 2012, h. 169, (Tersedia
online: www.journal.uny.ac.id. Pada 15/04/2014).
22
Yasbiati, “Optimalisasi Penggunaan Assesmen Otentik untuk Meningkatkan Kerja
Ilmiah Siswa pada Pembelajaran Sains”, Jurnal Pendidikan, Vol. 13, 2010, h.2-3, (Tersedia
online: www.file.upi.edu. Pada 02/09/2014).
23
Abidin, op. cit., h.168.
24
Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, (Tersedia online:
www.bsnp-indonesia.org. Pada 10/03/2015).
25
Burhan Nurgiantoro, “Penilaian Otentik”, Cakrawala Pendidikan, Vol. 3, 2008, h. 252,
(Tersedia online: www.eprints.uny.ac.id. Pada 17/05/2014).

17

maupun hasil dengan berbagai intrumen penilaian yang disesuaikan dengan
tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD).26 Authentic assessment merupakan penilaian
yang

menyediakan

peserta

didik

suatu

kesempatan

untuk

mengukur,

memproduksi dan mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri.27
Beberapa definisi mengenai penilaian otentik di atas, dapat pula
disimpulkan bahwa penilaian otentik merupakan suatu kegiatan penilaian oleh
guru dalam kegiatan pembelajaran dengan menafsirkan langsung kinerja siswa,
karena kemampuan penilaian otentik dalam mengukur penampilan peserta didik
yang dapat terungkap melalui aktivitasnya sebagai suatu kegiatan yang
bermanfaat bagi diri mereka sendiri dalam melaksanakan tugas-tugas belajar yang
berhubungan secara langsung dengan masalah dalam kehidupan mereka, oleh
karena itu peserta didik didorong untuk mengevaluasi diri mereka sendiri.
Penilaian otentik merupakan jenis penilaian yang mampu memicu
keaktifan peserta didik dalam membangun pengetahuan dan membentuk
kompetensi-kompetensi yang harus dicapainya dalam suatu pembelajaran, karena
pada penilaian otentik kemampuan berpikir yang dinilai yaitu pada level
konstruksi dan aplikasi. Dalam penilaian otentik hal yang sangat diperhatikan
yaitu keseimbangan antara penilaian pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
disesuaikan dengan perkembangan karakteristik peserta didik sesuai dengan
jenjang pendidikannya. Penilaian otentik termasuk salah satu bentuk penilaian
yang mengukur kemampuan psikomotor. Menurut Johnson dalam Muslich,
penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan
apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar mengajar.28
Berdasarkan keseimbangan antara sikap, keterampilan dan pengetahuan
untuk membangun soft skills dan hard skills, semakin tinggi tingkat jenjang
pendidikan dan perkembangan peserta didik maka semakin luas pula penguasaan

26

Kunandar, op. cit., h. 35-36.
Elin Rosalin, Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual, (Bandung: Karsa
Mandiri Persada, 2008), h.92-93.
28
Masnur Muslich, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2007), h. 51.
27

18

kompetensi pengetahuan dan keterampilannya. Berdasarkan hal tersebut, para
pendidik pendidikan tingkat menengah dalam memilih teknik penilaian lebih
banyak menggunakan teknik penilaian terkait hard skill (misalnya pengukuran
penguasaan konsep, kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah autentik,
penilaian kinerja) dari pada penilaian terkait soft skill (misalnya bekerja sama dan
penilaian diri). Sehingga dalam menggunakan suatu model penilaian, seorang
guru atau pendidik perlu mempertimbangkannya dengan kompetensi yang hendak
dicapai dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan peserta didik.
Suatu asesmen dikatakan otentik apabila sangat mendekati hasil
pendidikan sains yang diinginkan, melibatkan siswa pada tugas-tugas yang
bermanfaat, penting, dan bermakna, mampu menantang siswa menerapkan
informasi/keterampilan akademik baru pada situasi ril untuk maksud yang jelas.29
Masnur menyatakan bahwa suatu assesmen dikatakan “autentik” apabila:
1) Sasaran penilaiannya mengarah kepada kompetensi yang ingin dicapai (alihalih disebut: tujuan pembelajaran);
2) Penilaian yang melibatkan peserta didik pada tugas-tugas atau kegiatan yang
bermanfaat, penting, dan bermakna;
3) Penilaian yang mampu menantang peserta didik menerapkan informasi/
keterampilan akademik baru pada situasi nyata dan untuk maksud yang jelas;
4) Penilaian yang mampu mengukur perbuatan atau penampilan yang sebenarnya
atas kompetensi pada suatu mata pelajaran;
5) Penilaian yang mampu mengukur penguasaan peserta didik terhadap
kompetensi mata pelajaran tertentu dengan cara yang akurat;
6) Penilaian yang menguji atau memeriksa kemampuan koleksi peserta didik
dalam rangka mengevaluasi secara tepat apa yang telah dipelajarinya;
7) Penilaian yang menguji atau memeriksa secara langsung perbuatan/ prestasi
peserta didik berkaitan dengan tugas intelektual yang layak; dan
8) Penilaian yang melibatkan peserta didik untuk mendemonstrasikan apa yang
mereka ketahui dalam suatu konteks kehidupan nyata.30
29
30

Husamah, op. cit., h. 127.
Muslich, Authentic Assessment, h. 2-3.

19

Penilaian otentik bertujuan untuk memberikan informasi yang valid dan
akurat mengenai hal-hal yang benar diketahui, dipahami dan dapat dilakukan oleh
siswa. Dalam penilaian otentik, aktivitas siswa ada yang disebut aktivitas nyata
(dapat diamati) dan aktivitas yang tersembunyi (tidak dapat diamati). Aktivitas
nyata seperti memeragakan kegiatan tertentu dalam praktikum, berdiskusi atau
mendemonstrasikan hasil karyanya, sedangkan aktivitas tersembunyi seperti
berpikir dan tanggapan siswa terhadap pengalaman tertentu.

b. Karakteristik Penilaian Otentik
Penilaian otentik selalu memberi kesempatan pada peserta didik untuk
menunjukkan

pengetahuan

dan

keterampilannya

dengan

baik.

Adapun

katakteristik penilaian otentik sebagai berikut:
1) Fokus pada materi yang penting, ide-ide besar atau kecakapan-kecakapan
khusus;
2) Merupakan penilaian yang mendalam;
3) Mudah dilakukan di kelas atau di lingkungan sekolah;
4) Menekankan pada kualitas produk atau kinerja dari pada jawaban tunggal
5) Dapat mengembangkan kekuatan dan penguasaan materi pembelajaran pada
siswa;
6) Memiliki kriteria yang sudah diketahui, dimengerti dan dinegosiasi oleh siswa
dan guru sebelum penilaian dimulai;
7) Menyediakan banyak cara yang memungkinkan siswa dapat menunjukkan
bahwa ia telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan;
8) Pemberian skor penilaian didasarkan esensi tugas.

c. Ciri-Ciri Penilaian Otentik
Menurut Kunandar, penilaian otentik memiliki ciri-ciri antara lain:
1) Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau
produk. Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus
mengukur aspek kinerja (perfomance) dan produk atau hasil yang dikerjakan
oleh peserta didik.

20

2) Dilaksanakannya selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
3) Menggunakan berbagai cara dan sumber. Artinya, dalam melakukan penilaian
terhadap peserta didik harus menggunakan berbagai teknik penilaian.
4) Tes hanya salah satu syarat pengumpul data penilaian. Artinya, dalam
melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi tertentu
harus secara komprehensif dan tidak mengandalkan tes semata.
5) Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan bagianbagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka harus dapat
menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari.
6) Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta
didik, bukan keluasannya (kuantitas).31
Selain itu, penilaian otentik dapat berupa penilaian formatif (terhadap satu
atau beberapa kompetensi dasar) ataupun sumatif (terhadap standar kompetensi
inti dalam satu semester), berkesinambungan dan terintegrasi, yang diukur adalah
keterampilan dan perfomansi bukan mengingat fakta, dan dapat digunakan
sebagai feed back atau umpan balik terhadap pencapaian kompetensi peserta
didik.

d. Jenis-jenis Penilaian Otentik
Puckett dan Black menjelaskan bahwa teknik dan strategi penilaian otentik
dapat dilakukan dengan formal dan informal. Dalam penilaian formal biasanya
menggunakan tes-tes standar, sedangkan informal menekankan pada penilaian
otentik 4P, yaitu penampilan (performance), proses, produk dan portofolio.32
Penilaian otentik mengukur kinerja peserta didik dalam suatu tugas kehidupan
yang nyata atau realistik, dalam situasi yang relevan, atau masalah yang memiliki
tujuan dan kegunaan yang jelas dan bermanfaat. Untuk itu terdapat jenis-jenis
penilaian otentik yang dapat digunakan oleh guru, sebagai berikut:

31

Kunandar,op. cit., h.39.
Yasbiati, loc. cit..

32

21

1) Asesmen Kinerja (Performance Assessment)
Asesmen kinerja merupakan suatu penilaian yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa baik materi belajar telah mengimplementasikan pengetahuan
dan keterampilan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
tersebut telah ditentukan dan berfokus pada penilaian langsung, apa yang
ditamp