Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Net Interest Margin terhadap Return on Asset pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL, NON PERFORMING LOAN, CAPITAL ADEQUACY RATIO, LOAN TO DEPOSIT

RATIO DAN NET INTEREST MARGIN TERHADAP RETURN ON ASSET PADA BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

INDAH RUMONDANG HUTAJULU 120502264

PROGRAM STUDI STRATA -1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Rasio, Loan To Deposit Ratio

Dan Net Interest Margin Terhadap Return On Asset pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Net Interest Margin terhadap Return on Asset. Sampel penelitian ini menggunakan 17 Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia sehingga jumlah pengamatan sebanyak 68 data. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan tahunan pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode 2010-2013. Metode pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Asset. Net Interest Margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset, sedangkan Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan dan Capital Adequacy Ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap Return on Asset. Kemampuan prediksi dari kelima variabel tersebut terhadap Return on Asset dalam penelitian ini sebesar 77,3%, sedangkan sisanya 22,7% dipengarui oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.

Kata Kunci : Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Net Interest Margin dan Return on Asset.


(3)

ABSTRACT

The Effect of Operating Expenses to Operating Income, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio and Net Interest Margin

to the Return on Asset of the national private commercial bank foreign exchange in Indonesia Stock Exchange (IDX)

The purpose of this study was conducted to examine the effect of Operating Expenses to Operating Income, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, and Net Interest Margin to the Return on Asset. This research samples using a data sample of 17 national private commercial bank foreign exchange in Indonesia, so that total observations are 68 data. The data used are secondary data. The researchers used data on the annual financial statements of the general body of the national private commercial bank foreign exchange the period 2010-2013. The method of data collection using the documentation. Data analysis technique used is multiple linear regression. These results indicate that Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio and Loan to Deposit Ratio variables no significant effect on the Return on Asset. Efficientcy Ratio variable has significant negative effects on Return on Asset. The variables Net Interest Margin significantly positive effect on the Return on Asset. Predictive ability of five variables to ROA in this study of 77,3%, while the remaining 22,7% be affected by other factors not included in the research model.

Keywords : Operating Expenses to Operating Income, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio and Net Interest Margin to the Return on Asset.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa Karena berkat kasih setianya

sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Net Interest Margin terhadap Return on Asset pada Bank Umum Swasta Nasional Devisadi Bursa Efek Indonesia”.

Terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua Ayahanda Drs

Parlindungan Ch Hutajulu, M.Pd dan Ibunda Dra Hotma Suriati yang telah

memberikan motivasi, dukungan, arahan dan doa dengan sepenuh hati sehingga bisa menyelesaikan skripsi dan studi dengan sebaik-baiknya.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan dan dukungan baik secara moril maupun materil. Untuk itu, melalui kesempatan ini, peneliti menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec, Ak., CA., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME, dan Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E., M.Si, dan Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si, selaku Ketua dan Sekretaris Program studi S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan saran kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Dosen Pembanding I yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen, seluruh staf serta para pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

7. Imanuel Ricardo Hutajulu yang memberikan motivasi dalam menyelesaikan penulisa skripsi ini.

8. Sahabat saya Mitha Prihantini,S.E Andrew Pratama N, Rizky Putra H, Riwando, Amd buat motivasi selama ini agar saya dapat menyelesaikan penulisa skripsi ini.

9. Anggota The GankZ Finny Winna, S.E, Juita Erlisa, S.E, Putri Ayu Aprilia dan Junita Charolina yang menginspirasi peneliti.

10. Gemala, Ebek, Citra, sahabat di manajemen 2012 dan kepada organisasi HMM tempat peneliti menerapkan ilmu-ilmu yang dipelajari di kampus selama ini.

Medan, Desember 2015 Peneliti


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11

2.1. Pengertian Bank ... 11

2.2. Fungsi-fungsi Bank ... 12

2.3. Jenis-jenis Bank ... 13

2.4. Analisis Rasio Keuangan ... 16

2.4.1. Return on Assets (ROA) ... 17

2.4.2. Biaya Operasional Terhdap Pendapatan Operasional (BOPO) ... 18

2.4.3 Non Performing Loan (NPL) ... 19

2.4.4 Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 20

2.4.5. Loan to Deposit Ratio (LDR) ... 21

2.4.6. Net Interest Margin (NIM) ... 22

2.5. Penelitian Terdahulu ... 23

2.6. Kerangka Konseptual... 25

2.7. Hipotesis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN... 29

3.1. Jenis Penelitian ... 29

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

3.3. Batasan Operasional ... 29

3.4. Definisi Operasional Variabel ... 30

3.4.1. Variabel Dependen ... 30

3.4.2. Variabel Independen ... 30

3.5. Operasionalisasi Variabel... 31

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

3.7. Jenis Data ... 34


(7)

3.9. Teknik Analisis Data ... 34

3.9.1 Analisis Deskriptif ... 34

3.9.2 Analisis Regresi Berganda ... 34

3.10. Uji Asumsi Klasik ... 35

3.10.1. Uji Normalitas ... 36

3.10.2. Uji Heteroskedastisitas... 36

3.10.3. Uji Autokorelasi ... 37

3.10.4 Uji Multikolinieritas ... 37

3.11. Uji Hipotesis ... 39

3.11.1 Uji F (serempak) ... 39

3.11.2 Uji t (parsial) ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 42

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 42

4.2. Statistik Deskriptif ... 51

4.3. Uji Asumsi Klasik ... 54

4.3.1. Uji Normalitas ... 54

4.3.2. Uji Heteroskedastisitas ... 56

4.3.3. Uji Autokorelasi ... 58

4.3.4. Uji Multikolinieritas ... 60

4.4. Analisis Regresi Berganda ... 61

4.5. Pengujian Hipotesis ... 63

4.5.2. Uji F (Simultan) ... 63

4.5.3. Uji t (Parsial) ... 64

4.5.3. Koefisien Determinasi ... 66

4.6. Pembahasan... 68

4.6.1. Pengaruh BOPO terhadap ROA ... 68

4.6.2. Pengaruh NPL terhadap ROA ... 69

4.6.3. Pengaruh CAR terhadap ROA ... 70

4.6.4. Pengaruh LDR terhadap ROA ... 70

4.6.5. Pengaruh NIM terhadap ROA ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... . 73

5.1. Kesimpulan ... 73

5.2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1. Rasio keuangan Bank Umum Swasta Nasional Devisa. ... 5

2.1. Peringkat Bank Berdasarkan Rasio BOPO ... 19

2.2. Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio NPL ... 20

2.3. Penelitian Terdahulu ... 23

3.1. Operasionalisasi Variabel Penelitian... 32

3.2. Kriteria Sampel ... 33

4.1. Deskriptif Variabel Penelitian Bank Umum Swasta Nasional Devisa ... 51

4.2. Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov- Simirnov ... 54

4.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 57

4.4. Hasil Uji Autokorelasi dengan Runs Test ... 57

4.5. Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson ... 58

4.6. Hasil Uji Multikolinearitas ... 59

4.7. Hasil Analisis Regresi ... 60

4.8. Hasil Koefisien Determinasi ... 62

4.9 Uji Statistik F (Sermpak) ... 64


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1. Kerangka Konseptual ... 28

4.1. Histogram ... 53

4.2. Normalitas P-P Plot ... 55


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

I. Daftar Penentuan Sampel ... 77 II. Rasio Keuangan Bank Devisa Periode 2010 sampai 2013 ... 78 III. Hasil Pengujian SPSS ... 84


(11)

ABSTRAK

Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Rasio, Loan To Deposit Ratio

Dan Net Interest Margin Terhadap Return On Asset pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Net Interest Margin terhadap Return on Asset. Sampel penelitian ini menggunakan 17 Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia sehingga jumlah pengamatan sebanyak 68 data. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan tahunan pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode 2010-2013. Metode pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Asset. Net Interest Margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset, sedangkan Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan dan Capital Adequacy Ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap Return on Asset. Kemampuan prediksi dari kelima variabel tersebut terhadap Return on Asset dalam penelitian ini sebesar 77,3%, sedangkan sisanya 22,7% dipengarui oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.

Kata Kunci : Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Net Interest Margin dan Return on Asset.


(12)

ABSTRACT

The Effect of Operating Expenses to Operating Income, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio and Net Interest Margin

to the Return on Asset of the national private commercial bank foreign exchange in Indonesia Stock Exchange (IDX)

The purpose of this study was conducted to examine the effect of Operating Expenses to Operating Income, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, and Net Interest Margin to the Return on Asset. This research samples using a data sample of 17 national private commercial bank foreign exchange in Indonesia, so that total observations are 68 data. The data used are secondary data. The researchers used data on the annual financial statements of the general body of the national private commercial bank foreign exchange the period 2010-2013. The method of data collection using the documentation. Data analysis technique used is multiple linear regression. These results indicate that Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio and Loan to Deposit Ratio variables no significant effect on the Return on Asset. Efficientcy Ratio variable has significant negative effects on Return on Asset. The variables Net Interest Margin significantly positive effect on the Return on Asset. Predictive ability of five variables to ROA in this study of 77,3%, while the remaining 22,7% be affected by other factors not included in the research model.

Keywords : Operating Expenses to Operating Income, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio and Net Interest Margin to the Return on Asset.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu negara memiliki peranan cukup penting, bahkan dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari sebagian besar melibatkan jasa dari sektor perbankan. Hal tersebut dikarenakan sektor perbankan mengemban fungsi utama sebagai perantara keuangan antara unit-unit ekonomi yang surplus dana, dengan unit - unit ekonomi yang kekurangan dana. Melalui sebuah bank dapat dihimpun dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk simpanan selanjutnya dari dana yang telah terhimpun tersebut, oleh bank disalurkan kembali dalam bentuk pemberian kredit kepada sektor bisnis atau pihak lain yang membutuhkan. Semakin berkembang kehidupan masyarakat dan transaksi-transaksi perekonomian suatu negara, maka akan membutuhkan pula peningkatan peran sektor perbankan melalui pengembangan produk-produk jasanya. (Hempel, 1994 dalam Bachruddin, 2006).

Di Indonesia sendiri fungsi intermediasi bank ini juga pengaruhnya cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, hal ini terlihat pada saat perbankan menurunkan realisasi pemberian kreditnya maka pertumbuhan ekonomi akan mengalami perlambatan. Dengan perannya yang demikian besar itu tak heran jika maju mundurnya perekonomian Indonesia sangat tergantung pada efektivitas sistem perbankan. Malahan secara global kita melihat besarnya peran


(14)

perbankan, boleh dikatakan kehancuran suatu sistem perbankan hampir pasti akan membuat ekonomi suatu negara akan terpuruk. Dunia perbankan secara global pernah mengalami krisis yakni tahun 2008 dan Indonesia dapat menyelamatkan dunia perbankannya dari krisis di tahun tersebut (https://financialanalist.wordpress .com/2009/09/06/perbankan-indonesia-dalam-masa-krisis-2008/).

Indonesia sangat bergantung pada perbankan karena dunia perbankan adalah salah satu faktor yang menjalankan perekonomian Indonesia . Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, perbankan adalah semua hal yang menyangkut mengenai bank, kelembagaan, operasional usaha, serta proses dan cara dalam melaksanakan operasional usaha. Sedangkan bank merupakan bentuk badan usaha yang menghimpun dana masyarakat yang berbentuk simpanan dan disalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit ataupun bentuk lainya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup rakyat banyak (Kasmir, 2008:2).

Kemampuan suatu bank dapat dilihat dari profitabilitasnya, menurut Harahap (2004 : 319), “Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat

untuk mengukur kinerja suatu perusahaan”. Albertazzi dan Gambacorta (2009)

mengemukakan bahwa profitabilitas umumnya digunakan sebagai ukuran tingkat kesehatan dan stabilitas sektor perbankan, karena terdapat hubungan antara fluktuasi siklus bisnis dan profitabilitas bank.

Return on Asset (ROA) merupakan alat yang sering dipergunakan dalam mengukur kinerja keuangan organisasi (Certo dan Peter, 2002:288). Return on


(15)

sumber daya (total aktiva) dalam menghasilkan laba. Menurut Simamora (2006: 529), ROA merupakan suatu ukuran keseluruhan profitabilitas perusahaan,maka rasio ini merupakan ukuran yang tepat jika perusahaan ingin mengevaluasi seberapa baik perusahaan telah memakai dan mendapat imbalan dari dananya, tanpa memperhatikan besarnya relatif sumber dana tersebut. ROA lebih memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan. Bank Indonesia juga lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan ROA karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat, sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas bank (Dendawijaya, 2009:119).

Kondisi ROA dipengaruhi oleh beberapa kondisi keuangan lainnya seperti Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Veithzal et all., (2007:722) Jika rasio BOPO semakin meningkat berarti biaya operasi semakin besar, sehingga pada akhirnya Return on Assets (ROA) bank menurun. Nilai rasio yang ideal berada antara 50%-75% sesuai dengan ketentuan BI.

Non Performing Loan (NPL) menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola kredit bermasalah tersebut. Rasio NPL yang tinggi juga akan mengganggu ROA. Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar dan


(16)

menyebabkan kerugian, sebaliknya jika semakin rendah NPL maka laba atau profitabilitas (ROA) bank tersebut akan semakin meningkat (Hasibuan, 2008:98). Bank Indonesia menetapkan nilai NPL maksimum adalah sebesar 5%.

Aspek lainnya yang dapat dilihat diantaranya adalah aspek permodalan. Jumlah modal yang dimiliki bank mempengaruhi kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan. Rasio yang umum digunakan untuk menilai kecukupan modal bank adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) (Siamat, 2005:290). Dengan meningkatnya rasio ini, maka akan berpengaruh pada meningkatnya laba suatu bank, jadi semakin besar CAR akan berpengaruh kepada semakin besarnya Return on Assets (ROA) bank tersebut (Muljono, 2002:92). Berdasarkan Surat Keputusan DIR BI No. 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 CAR minimal 8%.

Loan to Deposit Ratio (LDR) mencerminkan kegiatan utama suatu bank yang dapat diartikan tingkat penyaluran kredit juga mempengaruhi besarnya nilai ROA, dimana rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Menurut Rivai (2007:724), “Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan laba bank. Peningkatan LDR berarti dana yang disalurkan dalam bentuk kredit semakin besar sehingga pendapatan bunga bertambah dan laba bank akan meningkat. Peningkatan laba tersebut mengakibatkan ROA semakin tinggi”. Maksimal LDR yang diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110%.

Net Interest Margin (NIM) mencerminkan resiko pasar yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar, dimana hal tersebut dapat mempengaruhi


(17)

assets dalam menghasilkan bunga bersih (Rivai et al., 2007:721). Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6% keatas.

Kondisi BOPO, NPL, CAR, LDR dan NIM dan Bank Umum Swasta Nasional pada periode penelitian 2010 hingga 2013 dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut:

Tabel 1.1

Rata Rata Rasio Keuangan Bank Umum Swasta Nasional Devisa Periode Tahun 2010-2013

Rasio Tahun

2010 2011 2012 2013

ROA 2,58% 2,44% 2,64% 2,43%

BOPO 85,53% 81,67% 80,61 % 86,84%

NPL 2,35% 2,41% 2,43% 2,47%

CAR 15,76% 15,55% 15,33% 16,01%

LDR 73,16% 75,86% 81,58% 83,77%

NIM 5,35% 5.42% 5,17% 5,08%

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (SPI) (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 1.1, menunjukan perkembangan rasio keuangan ROA, BOPO, NPL, CAR, LDR dan NIM pada Bank Umum Swasta Nasional yang terdaftar di BEI periode tahun 2010–2013. Dapat dilihat perkembangan rasio keuangan bank mengalami fluktuasi setiap tahunnya, seperti ROA menunjukkan rata rata yang mengalami fluktuasi, dari Tabel 1.1 terlihat bahwa angka ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa pada tahun 2010-2013 berada diatas 2% yaitu 2,58% pada tahun 2010, 2,44% pada tahun 2011, 2,64% pada tahun 2012 dan 2,43% pada tahun 2013 dimana angka ROApada Bank Umum Swasta Nasional Devisa sudah sangat baik karena telah memenuhi standar yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu diatas 2%.


(18)

dimana rasio BOPO mencapai angka diatas 75% dari tahun 2010-2013, tetapi rasio BOPO masih dalam kategori sehat menurut ketentuan BI. Persentase BOPO mengalami penurunan pada periode tahun 2010-2011 sebesar 3,86% dari 85,53 % pada tahun 2010 menjadi 81,67% pada tahun 2011 dan pada tahun yang sama 2010-2011 ROA juga mengalami penurunan sebesar 0,14% dari 2,58% pada tahun 2010 menjadi 2,44% pada tahun 2011. Pada tahun 2011-2012 rasio BOPO pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa tahunmengalami penurunan sebesar 1,06% dari 81,67 pada tahun 2011 menjadi 80,61 pada tahun 2012 diikuti dengan peningkatan ROA sebesar 0,2% dari 2,44% pada tahun 2011 menjadi 2,64 pada tahun 2012.Pada periode tahun 2012-2013 mengalami kenaikan yangcukup besar yaitu sebesar 6,23% dari 80,61% pada tahun 2012 menjadi 86,84% pada tahun 2013 begitu juga dengan ROA Bank Umum Swasta Nasional Devisa pada tahun yang sama mengalami penurunan sebesar 0,21% dari 2,64% pada tahun 2012 menjadi 2,43% pada tahun 2013.

Rasio Non Performing Loan pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode tahun 2010-2013 mengalami fluktuasi yang cukup stabil dan juga telah memenuhi standar Bank Indonesia dibawah 5%,dapat dilihat rasio NPL pada tahun 2010-2011 mengalami kenaikan sebesar 0,06% dari 2,35% pada tahun 2010 menjadi 2,41% pada tahun 2011 dan pada periode yang sama 2010-2011 ROA mengalami penurunan sebesar 0,14% dari 2,58% pada tahun 2010 menjadi 2,44% pada tahun 2011. Pada periode tahun 2011-2012 rasio NPL mengalami kenaikan sebesar 0,02% dari 2,41% pada tahun 2011 menjadi 2,43% pada tahun 2012 akan


(19)

sebesar 0,2% dari 2,44% pada tahun 2011 menjadi 2,64% pada tahun 2012.Pada periode tahun 2012-2013 NPL mengalami kenaikan sebesar 0,04% dari 2,43% pada tahun 2012 menjadi 2,47% pada tahun 2013 tetapi pada tahun yang sama ROA justru mengalami penurunan sebesar 0,21% dari 2,64% pada tahun 2012 menjadi 2,43% pada tahun 2013.

Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Tabel 1.1 juga mengalami flukuasi, dari tabel menunjukkan rasio CAR tertinggi pada tahun 2013 sebesar 16,01% dan terendah pada tahun 2012 sebesar 15,33%. Secara umum rasio CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa sudah memenuhi standar Bank Indonesia yaitu diatas 8%.Pergerakan rasio CAR juga telah sejalan dengan pergerakan Rasio ROA dapat dilihat pada tahun 2010-2011 CAR menurun sebesar 0,21% ROA juga menurun sebesar 0,14%.

Rasio LDR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa mengalami fluktuasi dari tahun ketahun, dapat dilihat pada tabel di atas rasio LDR sudah sesuai dengan ketentuan BI yaitu dibawah 110%.Pada tahun 2010-2011 LDR mengalami kenaikan sebesar 2,7% dari 73,16% pada tahun 2010 menjadi 75,86% pada tahun 2011, tetapi rasio ROA justru mengalami penurunan sebesar 0,14%, pada tahun 2011-2012 LDR mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 5,72% dari 75,86% pada tahun 2011 menjadi 81,58% pada tahun 2012 pada tahun yang sama ROA juga mengalami peningkatan sebesar 0,2% dari 2,44% pada tahun 2011 menjadi 2,64% pada tahun 2012, pada periode tahun 2012-2013 NPL Bank Umum Swasta Nasional Devisa mengalami peningkatan sebesar 2,19% dari 81,58% pada tahun 2012 menjadi 83,77% pada tahun 2013


(20)

tetapi ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa pada tahun yang sama justru mengalami penurunan sebesar 0,21% dari 2,64% pada tahun 2012 menjadi 2,43% pada tahun 2013.

Rasio NIM pada Tabel 1.1 juga mengalami fluktuasi yang cukup stabil, dari tabel menunjukan rasio NIM tertinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar 5,42% dan terendah pada tahun 2013 sebesar 5,08%. Pada tahun 2010-2011 rasio NIM mengalami kenaikan sebesar 0,07% dari 5,35 % pada tahun 2010 menjadi 5,42% pada tahun 2011 tetapi ROA pasa tahun yang sama mengalami penurunan sebesar 0,14% dari 2,58% pada tahun 2010 menjadi 2,44% pada tahun 2011,pada periode tahun 2011-2012 rasio NIM pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa mengalami penurunan sebesar 0,25% dari 5,42% pada tahun 2011 menjadi 5,17% pada tahun 2012 tetapi ROA justru mengalami peningkatan sebesar 0,2% dari 2,44% pada tahun 2011 menjadi 2,64% pada tahun 2012, pada tahun 2012-2013 NIM mengalami penurunan sebesar 0,09% dari 5,17% pada tahun 2012 menjadi 5,08% pada tahun 2013 dan pada tahun yang sama ROA juga mengalami penurunan sebesar 0,21% dari 2,64% pada tahun 2012 menjadi 2,43% pada tahun 2013.

Berdasarkan uraian latar belakang dan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Net Interest Margin TERHADAP Return on Asset pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.


(21)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Net Interest Margin (NIM) berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA) Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Net Interest Margin (NIM) terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Adanya suatu penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat terutama bidang ilmu yang diteliti. Manfaat yang diperoleh dari ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan Perbankan

Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam mengambil kebijakan perbankan, khususnya dalam hal peningkatan laba dengan adanya penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Swasta Devisa di Indonesia, maka akan diketahui


(22)

faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi profitabilitas untuk selanjutnya digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

2. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan,pengetahuan, dan informasi mengenai analisis kesehatan bank, khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas Bank Umum Swasta Devisa yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia.

3. Bagi Investor

Sebagai salah satu refrensi untuk memilih bank yang dapat dipercaya untuk menginvestasikan dananya berdasarkan analisis dari tingkat kesehatan bank. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan referensi tambahan untuk penelitian yang akan dilakukan selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini nantinya.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Bank

Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau tempat untuk menukarkan uang.

Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berikut ini adalah pengertian Bank menurut para ahli:

1. Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru (2008:6)

Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat baik secara langsung berupa tabungan, giro dan deposito maupun secara tidak langsung berupa kertas berharga, penyertaan dan sebagainya yang kemudian menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

2. Ikatan Bankir Indonesia (2013:6)

Bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat kembali dalam rangka meningkatkan kembali taraf hidup rakyat banyak.


(24)

2.2. Fungsi-fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik, fungsi bank dapat sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services (Triandaru, dan Santoso, 2008:9),

1. Agent of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan.

2. Agent of Development

Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan sektor riil, tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Tugas bank sebagai penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang.

3. Agent of Services

Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada


(25)

perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.

2.3. Jenis-jenis Bank

Jenis-jenis perbankan di Indonesia dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain (Kasmir, 2008:20):

1. Dari segi fungsinya a. Bank Umum

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah.

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Dari segi kepemilikannya

Jenis Bank ini dilihat dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja boleh memiliki bank tersebut.Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya adalah sebagai berikut:


(26)

a. Bank milik Pemerintah

Akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Beberapa bank yang termasuk milik pemerintah yaitu PT. Bank Negara Indonesia 46 Tbk,

PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT. Bank Tabungan Negara Tbk, PT. Bank Mandiri Tbk. Keempat bank diatas telah go public dan

sahamnya tidak sepenuhnya lagi milik pemerintah melainkan sebagai milik masyarakat.

b. Bank Pemerintah Daerah (BPD)

Bank yang di mana seluruh sahamnya dimiliki oleh pemerintah daerah dan terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II.

c. Bank milik swasta nasional

Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula. Dalam bank swasta milik nasional tersebut merupakan bank-bank yang dimiliki oleh badan usaha yang berbentuk Koperasi.

d. Bank milik asing

Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara.


(27)

e. Bank milik campuran

Bank milik campuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Di mana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.

3. Dari segi status

Dalam praktiknya jenis bank dilihat dari statusnya dibagi ke dalam 2 (dua) macam, yaitu:

a. Bank devisa

Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. b. Bank non devisa

Bank dengan status non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.

4. Dari segi cara menentukan harga

a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional

Mayoritas bank yang ada di Indonesia menganut prinsip konvensional. Hal ini disebabkan dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip ini menggunakan dua metode yaitu menetapkan bunga sebagai harga jual dan untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional menerapkan berbagai biaya-biaya.


(28)

b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah

Bank yang berdasarkan dengan prinsip syariah merupakan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain, baik dalam hal untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

2.4. Analisis Rasio Keuangan

Menurut Sugiono dan Untung (2008:56) yang dimaksud dengan analisis rasio adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara unsur-unsur dalam laporan keuangan. Hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Disebut rasio karena yang dilakukan pada dasarnya adalah membandingkan (membagi) antara satu item tertentu dalam laporan keuangan dengan item lainnya (Syahyunan, 2013:91).

Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam menganalisa keadaan keuangan suatu bank, tetapi analisa dengan menggunakan rasio merupakan hal yang sangat umum dilakukan dimana hasilnya akan memberikan pengukuran relatif dari kegiatan operasi suatu bank. Data pokok sebagai input dalam analisis rasio ini adalah laporan rugi-laba dari suatu bank. Dengan laporan ini akan dapat ditentukan sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini dapat digunakan untuk meneliti beberapa aspek tertentu dari kegiatan operasi suatu bank tersebut (Syamsuddin, 2009:97).

Menurut Abdullah (2005:124) analisis rasio keuangan perbankan terbagi menjadi lima bagian, yaitu:


(29)

1. Rasio Permodalan

Untuk mengetahui kemampuan kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien.

2. Rasio Likuiditas

Untuk mengukur kemampuan bank dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek.

3. Rasio Rentabilitas

Untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan profit melalui operasi bank.

4. Rasio Resiko Usaha

Untuk mengukur kemampuan bank dalam menyanggah resiko dari aktifitas operasi.

5. Rasio Efisiensi Usaha

Untuk mengetahui kinerja manajemen dalam menggunakan semua asset secara efisien.

2.4.1. Return on Assets (ROA)

ROA merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan/laba secara keseluruhan, semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset (Dendawijaya, 2009:119).


(30)

ROA diperoleh dengan cara membandingkan antara laba sebelum pajak terhadap total assets. Total assets merupakan total aset perusahaan dari awal tahun dan akhir tahun. Total aset yang lazim digunakan untuk mengukur ROA sebuah bank adalah jumlah dari aset-aset produktif yang terdiri dari penempatan surat-surat berharga. ROA dapat dirumuskan sebagai berikut (Pandia, 2012:71):

ROA =

x 100%

Kriteria yang dikeluarkan Bank Indonesia untuk sebuah bank yang memiliki ROA (Return On Asset) minimal sebesar 1,5%.

2.4.2. Biaya Operasional Terhdap Pendapatan Operasional (BOPO)

BOPO adalah rasio perbandingan antara Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional. Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Rivai et al., 2007:549). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Pandia, 2012:73):

BOPO =

x 100%

Semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan. Dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar Besarnya rasio BOPO yang dapat ditolerir oleh perbankan di Indonesia adalah 75-93%.


(31)

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, kategori peringkat yang akan diperoleh bank dari besaran nilai BOPO yang dimiliki adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Peringkat Bank Bedasarkan Rasio BOPO

Peringkat Predikat Besaran Nilai BOPO

1 Sangat Sehat 50-75%

2 Sehat 76-93%

3 Cukup Sehat 94-96%

4 Kurang Sehat 96-100%

5 Tidak Sehat >100%

Sumber : SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004

Berdasarkan Tabel 2.1, Bank Indonesia menetapkan peringkat BOPO dari yang sangat sehat sampai yang tidak sehat.

2.4.3 Non Performing Loan (NPL)

Menurut peraturan Bank Indonesia No.5 tahun 2003, risiko adalah salah satu potensi terjadinya peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian. NPL adalah tingkat pengembalian kredit yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPL merupakan tingkat kredit macet pada bank tersebut. NPL diketahui dengan cara menghitung jumlah kolektabilitas kredit kurang lancar hingga semakin rendah NPL maka bank tersebut akan semakin macet. Apabila mengalami keuntungan, sebaliknya bila tingkat NPL tinggi bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Peningkatan Non Performing Loans (NPL) yang terjadi pada masa krisis secara langsung berpengaruh terhadap menurunnya likuiditas bagi sektor perbankan, karena tidak ada uang masuk baik yang berupa pembayaran pokok ataupun bunga pinjaman dari kredit-kredit yang macet. Sehingga bila hal ini dibiarkan maka akan


(32)

berpengaruh terhadap hilangnya kepercayaan masyarakat. Adapun metode perhitungan NPL sebagai berikut (Pandia, 2012:119):

NPL=

x 100%

Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.2

Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio NPL

Rasio Predikat

NPL ≤ 5% Sehat

NPL > 5% Tidak Sehat

Sumber: SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004

Berdasarkan Tabel 2.2, Bank Indonesia menetapkan nilai NPL maksimum adalah sebesar 5%, apabila bank melebihi batas yang diberikan maka bank tersebut dikatakan tidak sehat.

2.4.4 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Modal merupakan salah satu faktor yang penting bagi bank dalammengembangkan usahanya Siamat, (2005:99).Permodalan bagi bank sebagaimana perusahaan pada umumnya selain berfungsisebagai sumber utama pembiayaan terhadap kegiatan operasinalnya juga berperansebagai penyangga terhadap kemungkinan terjadinya kerugian. Modal yangdimiliki oleh suatu bank pada dasarnya harus cukup untuk menutupi seluruh risikousaha yang dihadapi oleh bank. Rasio kecukupan modal merupakan rasio yangbertujuan untuk memastikan bahwa bank dapat menyerap kerugian yang timbuldari aktivitas yang dilakukannya.Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur


(33)

kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Pandia 2012:72):

CAR = x 100%

Bank yang termasuk bank sehat, apabila memiliki CAR paling sedikit sebesar 8% sesuai dengan standar Bank for International Settlements (BIS). Sesuai dengan penilaian rasio CAR berdasarkan Surat Keputusan DIR BI No. 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 CAR minimal 8%.

Modal yang dimaksud adalah modal inti dan modal pelengkap. Modal inti bank terdiri dari modal disetor, agio saham, cadangan umum, laba yang ditahan, dan yang termaksud modal pelengkap adalah cadangan revaluasi aktiva tetap, cadangan umum PPAP, modal agunan/pinjaman subordinasi.

2.4.5. Loan to Deposit Ratio (LDR)

LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi LDR memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar (Dendawijaya, 2009:116).

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. LDR akan menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak


(34)

ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Maksimal LDR yang diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110%. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Pandia, 2012:119):

LDR =

X 100%

Tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, sesuai dengan ketetapan Bank Indonesia Nomor 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 sebagai berikut:

1. Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit 0, artinyalikuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat.

2. Untuk rasio LDR dibawah 110% atau diberi nilai kredit 100, artinyalikuiditas bank tersebut dinilai sehat.

2.4.6. Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) dijadikan variabel independen yang mempengaruhi ROA, didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Risiko NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, dimana hal tersebut dapat merugikan bank (Hasibuan, 2008:194).

Rasio NIM juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat bergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan. Menurut surat edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, NIM diukur dari perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap aktiva produktif. Semakin besar rasio NIM


(35)

maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, jika hal tersebut terjadi maka dapat menunjukkan kinerja keuangan bank yang semakin baik. NIM dirumuskan sebagai berikut (Pandia, 2012:72):

NIM =

x 100%

Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga yang diterima dari pinjaman yang diberikan dikurangi dengan beban bunga dari sumber dana yang diberikan. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga seperti penempatan pada bank lain, surat berharga, penyertaan, dan kredit yang diberikan. Sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, besarnya NIM yang harus dicapai oleh suatu bank adalah di atas 6%.

2.5. Penelitian Terdahulu

Banyak penelitian yang dapat dijadikan sebagai penelitian terdahulu untuk penelitian ini. Secara ringkas, penelitian terdahulu dapat dilihat padaTabel 2.3 berikut ini.

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

No. Nama (Tahun) Judul Variabel Penelitian Metode

Analisis Hasil Penelitian

1 Diyah Pamularsih (2013)

Pengaruh LDR, NPL, NIM, BOPO, CAR, dan Suku Bunga Terhadap Profitabilitas Pada Sektor

Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009-2013 Dependen: ROA Independen 1. NIM 2. BOPO 3. LDR 4. NPL 5.CAR 6. Suku Bunga

Regresi Linier Berganda

1. LDR, NPL, BOPO Berpengaruh Positif Signifikan terhadap ROA 2. NIM, CAR, dan

SUKU BUNGA berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA.


(36)

Lanjutan Tabel 2.3

No. Nama

(Tahun) Judul Variabel Penelitian

Metode

Analisis Hasil Penelitian

2 Budi Ponco (2008)

Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO, NIM, dan LDR Terhadap ROA (Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI pada tahun 2004-2007) Dependen: ROA Independen: 1.LDR 2.NPL 3.NIM 4.BOPO 5.CAR Regresi Linier Berganda

1. CAR,NIM, dan LDR berpengaruh positf dan signifikan terhadap ROA 2. BOPO berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap ROA

3. NPL yang tidak signifikan berpengaruh terhadap ROA.

3 Wisnu Mawardi (2005) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Umum dengan Total Aset Kurang Dari 1 Triliun)

Dependen: ROA Independen: 1.NPL 2.NIM 3.BOPO 4.CAR Regresi Linier Berganda

1. CARdan NIM mempunyai pengaruh positif terhadap ROA

2. BOPO mempunyai pengaruh negatif terhadap ROA

3. NPL mempunyai

pengaruh negatif terhadap ROA.

4 Munyamb onera Ezra Francis (2013) Determinants of Commercial Bank Profitability in Sub-Saharan Africa Dependen: ROAA Independen: 1. Growth in total

assets 2. Capital

adequacy 3. Growth in total

deposit- 4. Cost income

ratio 5. Liquidity ratio 6. Growth in GDP 7. Inflation

Deskriptif dengan Pendekatan Studi Kasus

1. Growth in total assets, Capital adequacy, Growth in total deposit, dan Growth in

GDPberpengaruh positif terhadap ROAA

2. Cost income ratio, Liquidity ratio dan Inflation berpengaruh negatif signifikan terhadap ROAA


(37)

Lanjutan Tabel 2.3

No. Nama

(Tahun) Judul

Variabel Penelitian

Metode

Analisis Hasil Penelitian

5 Luh Eprima Dewi (2015)

Analisis Pengaruh NIM, BOPO, GCG, LDR, DAN NPL Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada Bank Umum Swasta Nasional Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 ) Dependen: ROA Independen: 1. NIM 2. BOPO 3. LDR 4. NPL 5. GCG Analisis Regresi Linear Berganda

1.NIM dan LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA

2. BOPO, NPL, dan GCG berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA

2.6. Kerangka Konseptual

Tujuan utama operasional bank adalah mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal. Return on Assets (ROA) merupakan ukuran profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan (Dendawijaya, 2009:119). Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank. ROA penting bagi bank karena rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Pandia, 2012:72).

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Bank yang nilai BOPO-nya tinggi menunjukkan bahwa bank tersebut tidak beroperasi dengan efisien karena


(38)

tingginya nilai dari rasio ini memperlihatkan besarnya jumlah biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh pihak bank untuk memperoleh pendapatan operasional (Rivai et al., 2007:722). Semakin rendah BOPO, berarti semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar (Pandia, 2012:72).

Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio untuk mengukur risiko kegagalan kredit yang diberikan bank kepada debitur. Semakin tinggi rasio NPL, mengidentifikasikan bahwa semakin tinggi pula risiko kegagalan kredit yang akan diderita perbankan (Ismail, 2010:218). Oleh karena itu, bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA) yang diperoleh bank (Kasmir, 2008:92).

Menurut Siamat (2005:291), fungsi utama modal yaitu untuk memenuhi kebutuhan minimum dan untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan.Capital Adequency Ratio (CAR)merupakan rasio untuk mengukur kekuatan modal dari suatu perusahaan perbankan. Semakin tinggi rasio CAR, mengindikasikan bahwa kekuatan modal suatu perbankan semakin besar (Riyadi, 2006:161). Semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka semakin besar daya tahan bank dalam menghadapi penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta bermasalah. Semakin tinggi CAR semakin baik kinerja suatu bank. Penyaluran kredit yang optimal, dengan asumsi tidak terjadi macet akan menaikkan laba yang akhirnya


(39)

Peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) berarti penyaluran dana ke pinjaman semakin besar sehingga laba akan meningkat. Peningkatan laba tersebut menunjukkan ROA semakin tinggi. Oleh karena itu, pihak manajemen harus dapat mengelola dana yang dihimpun dari masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali dalam bentuk kredit. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi LDR sampai dengan batas tertentu maka akan semakin banyak dana yang disalurkan dalam bentuk kredit akan meningkatkan pendapatan bunga sehingga ROA semakin tinggi (Pandia, 2012:128).

Net Interest Margin (NIM) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka semakin meningkat pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Pandia, 2012 :71).Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar Net Interest Margin (NIM) suatu perusahaan, maka semakin besar pula Return on Asset (ROA) perusahaan tersebut, yang berarti kinerja keuangan tersebut semakin membaik atau meningkat, begitu juga sebaliknya.


(40)

Sehingga dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

2.7. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual, maka dihipotesiskan bahwa Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Net Interest Margin (NIM) berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

ROA

LDR BOPO

NPL

CAR


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.

3.2Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia melalui media internet dengan websitenya: www.idx.co.idwww.ojk.go.id dan www.bi.go.id.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan November 2015 sampai dengan Desember 2015.

3.3Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel independen dalam penelitian ini adalah, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequecy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Net Interest Margin (NIM).

b. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA).

c. Perusahaan yang diteliti adalah Bank Umum Swasta Nasional Devisa tahun 2010-2013.


(42)

3.4. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variable penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.4.1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA). Return on Assets digunakan untuk Kemampuan dari modal yang diinvestasikan ke dalam seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

ROA =

x 100%

3.4.2. Variabel Independen

1. Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (X1)

BOPO adalah Rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

BOPO =

x 100%

2. Non Performing Loan (X2)

Non Performing Loan merupakan rasio yang membandingkan jumlah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit kurang lancar, diragukan dan macet terhadap seluruh kredit yang diberikan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

NPL=


(43)

3. Capital Adequacy Ratio (X3)

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank.Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

CAR =

x 100%

4. Loan To Deposit Ratio (X4)

LDR adalah menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan.Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

LDR =

X 100%

5. Net Interest Margin (X5)

Net Interest Margin merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya dalam rangka menghasilkan pendapatan bunga bersih. NIM dirumuskan sebagai berikut:

NIM =

x 100%

3.5.Operasionalisasi Variabel

Penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari penelitian ilmiah yang termuat


(44)

dalam operasionalisasi variabel penelitian. Secara rinci, operasionalisasi variabel dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Indikator Skala

Ukur

1 Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (X1)

Rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya

x 100% Rasio

2 Non Performing Loan (X2)

Rasio yang membandingkan jumlah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit kurang lancar, diragukan dan macet terhadap seluruh kredit yang diberikan

x 100% Rasio

3 Capital Adequacy Ratio (X3)

Rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank

x 100% Rasio

4 Loan To Deposit Ratio (X4)

Menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan.

X 100%

Rasio

5 Net Interest Margin (X5)

Rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya dalam rangka menghasilkan pendapatan bunga bersih.

x 100% Rasio

6 Return On Asset (Y)

Kemampuan dari modal yang diinvestasikan ke dalam seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan


(45)

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Bank umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013 yaitu sebanyak 25 bank.

b. Sampel

Sampel pada penelitian diambil dengan kriteria tertentu. Kriteria sampel penelitian ini adalah:

1. Bank Umum Swasta Nasional yang memliki laba selama periode berjalan. 2. Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang memiliki total assettertinggi

minimum Rp. 10 triliun (ojk.go.id).

Tabel 3.2

Kriteria Sampel

No. Kriteria Sampel Sampel

1. Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2013

25

2. Bank Umum Swasta Nasiona Devisa yang tidak memiliki laba

(2)

3. Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang tidak memiliki

total asset minimum Rp. 10 trilliun (6)


(46)

3.6.Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang berupa data tahunan dengan periode penelitian yang dimulai dari tahun 2010 hingga tahun 2013 pada Bank Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.7.Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi dokumentasi dengan mengumpulkan data sekunder yang berupa laporan keuangan yang diperoleh dari website www.idx.co.id, www.ojk.go.id.

3.8.Teknik Analisis Data

Untuk mengolah dan menganalisis data, peneliti menggunakan menggunakan bantuan program statistik, software SPSS for windows. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tahap-tahap sebagai berikut:

3.9.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah suatu metode analisis yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan, kemudian data-data tersebut diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai topik ataupun masalah yang diteliti.

3.9.2 Analisis Regresi Berganda

Untuk menguji pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequecy Ratio


(47)

(CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Net Interest Margin (NIM terhadap Return on Assets (ROA) yang menggunakan regresi linier berganda (multiple linier regression). Adapun model persamaan regresi linier pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Y= α + + + + + +

Dimana:

Y = Return on Assets (ROA)

α = Konstanta

= Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) = Non Performing Loan (NPL)

= Capital Adequecy Ratio (CAR) = Loan to Deposit Ratio

= Net Interest Margin (NIM) b1 - b5 = Koefisien regresi variabel bebas

= Term of error

Regresi linier berganda sangat bermanfaat untuk meneliti pengaruh beberapa variabel yang berkorelasi dengan variabel yang diuji. Teknik analisis ini sangat dibutuhkan dalam berbagai pengambilan keputusan baik dalam perumusan kebijakan manajemen maupun dalam telaah ilmiah.

3.10. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan persyaratan statistik yang harus dipenuhi dalam analisis linier berganda yang berbasis ordiny least square (OLS). Sebelum pengujian hipotesis dilakukan terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik ini yang meliputi uji normalitas, multikoliniearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.


(48)

3.10.1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal atau tidak. Menurut Suliyanto (2011:69) uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normat atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal.

Pengujian normalitas menggunakan analisis grafik yang dilakukan menggunakan histogram dengan menggambarkan variabel dependen sebagai sumbu vertikal sedangkan nilai residual terstandarisasi digambarkan sebagai sumbu horizontal. Cara lain untuk menguji normalitas dengan pendekatan garfik adalah menggunakan Normal Probability Plot, yaitu dengan membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Adapun kriteria pengujian sebagai berikut :

a. Jika Asym. Sig > 0,05 berarti seluruh data berdistribusi normal b. Jika Asym. Sig < 0,05berarti seluruh data berdistribusi tidak normal

3.10.2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi yang tidak sama/konstan (Suliyanto, 2011:95). Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan


(49)

jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedasitas. Metode yang dapat dipakai untuk mendeteksi gejala heterokedasitas antara lain: metode grafik, Uji Park Glajser, Uji Rank Spearman, dan Barlett.

3.10.3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time-series) atau ruang (cross section). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Uji Durbin-Watson (Uji D-W) untuk menguji ada tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris yang diestimasi (Suliyanto, 2011:125).

3.10.4. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam metode regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas atau tidak. Pengujian terhadap multikolinieritas dapat dilakukan dengan: a. Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF)

Nilai VIF yang semakin besar menunjukan masalah multikolinier yang semakin serius. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Bila nilai tolerance diatas 0,1 maka dikatakan tidak terjadi kolinearitas yang berarti. Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai variance inflation factor (VIF). Batas tolerance value adalah 0,1dan batas VIF adalah 5.


(50)

2) Tolerance value > 0,1 atau VIF < 10 = tidak terjadi multikolinearit

Menurut Ghozali (2001:95) gejala Multikolinearitas ini dapat dideteksi dengan beberapa cara antara lain:

1. Menghitung koefisien korelasi sederhana (simple correlation) antara sesama variabel bebas, jika terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau melebihi 0,8, hal tersebut menunjukkan terjadinya masalah multikolinearitas dalam regresi.

2. Menghitung nilai Toleransi atau VIF (Variance Inflation Factor), jika nilai Toleransi kurang dari 0,1 atau nilai VIF melebihi 10 maka hal tersebut menunjukkan bahwa multikolinearitas adalah masalah yang pasti terjadi antar variabel bebas.

3. Lakukan regresi antar variabel bebas dan menghitung masing-masing R2, kemudian melakukan uji–F dan bandingkan dengan Ftabel (a;k-2,n-k+1). Jika nilai Fhit melebihi nilai Ftabel berarti dapat dinyatakan bahwa Xi kolinier dengan X yang lain. Apabila dalam penelitian terjadi multikolineritan, maka dapat diatasi dengan beberapa alternatif cara untuk mengatasi masalah multikolinearitas adalah sebagai berikut:

1) Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi yang tinggi.

2) Menambah jumlah observasi.

3) Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma natural, akar kuadrat atau bentuk first difference delta.


(51)

4) Dalam tingkat lanjut dapat digunakan metode regresi bayessian yang masih jarang sekali digunakan.

3.11.Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan koefisiean determinasi, secara serempak (Uji-F) dan secara parsial (Uji-t).

3.11.1. Uji-F (Uji Serempak)

Uji statistik F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel bebas yang terdapat di dalam model secara serempak terhadap variabel terikat. Hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut:

1. H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = 0, artinya secara serempak Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Net Interest Margin (NIM) berpengaruh tidak signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ b6 ≠ 0, artinya secara serempak Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Net Interest Margin (NIM), berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA) Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Pada uji ini dilakukan uji satu sisi dengan tingkat signifikan (α) = 5% untuk

mendapatkan nilai Ftabel. Kriteria pengambilan keputusannya sebagai berikut: a. Jika Fhitung≤ Ftabel atau nilai signifikan (α) ≥ 0.05, maka H0 diterima.


(52)

b. Jika Fhitung≥ Ftabel atau nilai signifikan (α) ≤ 0.05, maka H1 diterima.

3.11.2. Uji-t (Uji Persial)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan pengujian sebagai berikut:

1. H0 : b1 = 0, artinya Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Net Interest Margin (NIM) berpengaruh tidak signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. H1 : b1≠ 0, artinya secara parsial, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Net Interest Margin (NIM), berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Selanjutnya pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan ttabel

pada tingkat signifikan (α)= 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t ini adalah sebagai berikut:

Bila ttabel≤ thitung≤ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak Bila ttabel> thitung> ttabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak.


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1. Bank Nusantara Parahyangan Tbk

PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk didirikan pada 1972 dengan nama PT. Bank Pasar Karya Parahyangan. Pada tahun 1989 perusahaan berubah status menjadi bank komersial dan sejak tahun 1994 bank diberi izin untuk beroperasi dalam transaksi valuta asing.

4.1.2. Bank of India Indonesia Tbk

Keberadaan Bank Swadesi berawal dari sebuah bank pasar bernama Bank Pasar Swadesi yang berdiri pada tahun 1968 di Surabaya. Pada tahun 1984, kepemilikan Bank diambil alih oleh Keluarga Chugani yang menumbuh- kembangkan bank ini sehingga pada tanggal 2 September 1989, Bank Swadesi secara resmi beroperasi menjadi Bank Umum dengan nama PT Bank Swadesi. Pada tahun 1990, Bank Swadesi melakukan penggabungan usaha (merger) dengan PT Bank Perkreditan Rakyat Panti Daya Ekonomi yang berkedudukan di Surakarta untuk dapat membuka kantor cabang di Jakarta dan setelah memperoleh ijin dari Bank Indonesia, pada tahun 1992 Bank Swadesi menjalankan usaha sebagai pedagang valuta asing. Proses tumbuh dan berkembang ini terns berlanjut dibawah kepemilikan dan manajemen yang baru dan pada tanggal 11 November 1994 Bank Swadesi mendapatkan peningkatan status dari Bank Indonesia dan secara resmi beroperasi menjadi Bank Devisa, Dengan status devisa ini semakin


(54)

memperkokoh posisi Bank Swadesi sebagai lembaga kepercayaan yang memberikan jasa dan layanan perbankan yang iebih beragam sesuai dengan kebutuhan nasabah

4.1.3. Bank Ekonomi Raharja Tbk

Bank ini didirikan pada tanggal 8 Maret 1990, Bank Ekonomi dinyatakan oleh Bank Indonesia sebagai bank yang sehat selama 24 bulan berturut-turut sejak pembukaan dan tetap bertahan hingga saat ini. Karena hasil evaluasi yang baik, maka pada tahun 1992, Bank Ekonomi berhasil mengakreditasi status menjadi Bank Devisa sehingga bentuk pelayanan kepada masyarakat semakin dapat diperluas dan dikembangkan. Pada usia yang ke-19, Bank Ekonomi telah memiliki jaringan kantor cabang dan cabang pembantu sebanyak 92 kantor yang tersebar di 27 kota, seperti Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bogor, Bandung, Cirebon, Semarang, Solo, Kudus, Yogyakarta, Surabaya, Sidoarjo, Malang, Medan, Rantau Prapat, Batam, Palembang, Pekanbaru, Pangkal Pinang, Bandar Lampung, Makassar, Manado, Banjarmasin, Balikpapan, Pontianak, Samarinda, dan Denpasar.

4.1.4. PT. Bank Bumi Arta,Tbk

Bank Bumi Arta yang semula bernama Bank Bumi Arta Indonesia didirikan di Jakarta pada tanggal 3 Maret 1967 dengan Kantor Pusat Operasional di Jalan Tiang Bendera III No. 24, Jakarta Barat. Pada tanggal 18 September 1976. Bank Bumi Arta mendapat izin dari Menteri Keuangan Republik Indonesia untuk menggabungkan usahanya dengan Bank Duta Nusantara. Penggabungan usaha tersebut bertujuan untuk memperkuat struktur permodalan, manajemen


(55)

Bank, dan memperluas jaringan operasional Bank. Delapan kantor cabang Bank Duta Nusantara di Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya, Yogyakarta dan Magelang menjadi kantor cabang Bank Bumi Arta. Kantor cabang Yogyakarta dan Magelang kemudian dipindahkan ke Medan dan BandarLampung hingga saat ini.

4.1.5. PT. Bank Bukopin Tbk

PT Bank Bukopin Tbk. (BBKP) didirikan di lndonesia pada tanggal 10 Juli 1970 dengan nama Bank Umum Koperasi Indonesia (disingkat Bukopin) dan mulai melakukan usaha komersial sebagai bank umum koperasi di Indonesia sejak tanggal 16 Maret 1971. Pada 02 Januari 1990 dalam Rapat Anggota Bank Umum Korporasi Indonesia memutuskan menganti nama Bank menjadi Bank Bukopin. Pada tanggal 30 Juni 2006, BBKP memperoleh pernyataan efektif BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BBKP (IPO) kepada masyarakat sejumlah 843.765.500 saham dengan nilai nominal Rp100,- per saham dan harga penawaran sebesar Rp350,- per saham. Saham-saham tersebut telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 Juli 2006

4.1.6. PT Bank Central Asia Tbk

Bank Central Asia Tbk (BBCA) didirikan di Indonesia tanggal 10 Agustus

1955 dengan nama “N.V. Perseroan Dagang Dan Industrie Semarang Knitting

Factory” dan mulai beroperasi di bidang perbankan sejak tanggal 12 Oktober 1956

Pada tanggal 11 Mei 2000, BBCA memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Saham Perdana BBCA (IPO) sebanyak 662.400.000 saham dengan jumlah nilai nominal Rp500,- dengan


(56)

harga penawaran Rp1.400,- per saham, yang merupakan 22% dari modal saham yang ditempatkan dan disetor, sebagai bagian dari divestasi pemilikan saham Republik Indonesia yang diwakili oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Penawaran umum ini dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 31 Mei 2000.

4.1.7. PT Bank Mega,Tbk

Bank Mega Tbk (MEGA) didirikan 15 April 1969 dengan nama PT BankKarman dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1969. Pada tanggal 15 Maret 2000, MEGA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MEGA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 112.500.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp1.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17 April 2000.

4.1.8. PT Bank Permata,Tbk

PT Bank Permata Tbk (BNLI) merupakan hasil merger 5 (lima) Bank yaitu PT. Bank Bali Tbk, PT. Bank Universal Tbk, PT. Bank Artamedia, PT. Bank Patriot dan PT. Bank Prima Ekspress pada tahun 2002, dan saat ini telah berkembang menjadi sebuah bank swasta utama yang menawarkan produk dan jasa inovatif serta komprehensif terutama disisi delivery channel-nya termasuk Internet Banking dan Mobile Banking. PermataBank memiliki aspirasi untuk menjadi penyedia jasa keuangan terkemuka di Indonesia, dengan fokus di segmen Konsumer dan Komersial.


(57)

4.1.9. PT Bank Internasional Indonesia,Tbk

Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII) didirikan 15 Mei 1959. Padatanggal 31 Maret 1980 Bank BII melakukan penggabungan usaha (merger) dengan PT Bank Tabungan Untuk Umum 1859, Surabaya. Pemegang Pengendali utama Bank BII adalah Malayan Banking Berhad (Maybank). Maybank mengendalikan Bank BII melalui Sorak Financial Holdings Pte. Ltd dan Maybank Offshore Corporate Service (Labuan) Sdn. Bhd. Pada tanggal 02 Oktober 1989, BNII memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BNII (IPO) kepada masyarakat sebanyak 12.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp11.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 21 Nopember 1989.

4.1.10. PT Bank Pan Indonesia,Tbk

Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) (Bank Panin) didirikan tanggal 14 Agustus 1971 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada 18 Agustus 1971. Pada tanggal 28 Oktober 1982, PNBN memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PNBN (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.637.500 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp3.475,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 29 Desember 1982.


(58)

4.1.11.PT Windu Ketjana,Tbk

PT Bank Windu Kentjana International Tbk. lebih dikenal dengan sebutan

“Bank Windu”, adalah Bank Umum Devisa yang tercatat di Bursa Efek Indonesia,

dan merupakan hasil merger antara PT Bank Multicor Tbk dan PT Bank Windu Kentjana pada tanggal 8 Januari 2008. Dalam perjalanan usaha sebagai lembaga Intermediasi, hingga saat ini, Bank Windu telah memiliki jaringan 78 kantor yang tersebar di kota Jakarta, Tangerang, Bogor, Depok, Bekasi, Bandung, Cirebon, Semarang, Solo, Surabaya, Kepulauan Riau, Pontianak, Tanjung Pinang, Palembang, Bali, Pekanbaru, Yogyakarta, Lampung, Sukabumi dan Makassar. Serta kantor-kantor Bank Windu yang akan segera dibuka di daerah-daerah lainnya.

4.1.12. PT Bank Mayapada Internasional, Tbk

Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) didirikan 07 September 1989 dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 16 Maret 1990. Pada tanggal 07 Agustus 1997, MAYA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MAYA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 65.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 29 Agustus 1997.

4.1.13. PT Bank CIMB Niaga, Tbk

Bank CIMB Niaga Tbk (dahulu Bank Niaga Tbk) (BNGA) didirikan 04 Nopember 1955. Pada tanggal 02 Oktober 1989, BNGA memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham


(59)

BNGA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 5.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp12.500,- per saham. Saham- saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 29 Nopember 1989.

4.1.14.PT Bank Danamon, Tbk

PT Bank Danamon Indonesia Tbk. didirikan pada 1956. Nama Bank

Danamon berasal dari kata “dana moneter” dan pertama kali digunakan pada

1976, ketika perusahaan berubah nama dari Bank Kopra.

Pada 1988, Bank Indonesia meluncurkan paket reformasi perbankan yang

dikenal dengan “Paket Oktober 1988” atau PAKTO 88. Tujuan utama PAKTO 88

adalah untuk membangun kompetisi dalam sektor perbankan dengan memberikan kemudahan persyaratan, termasuk liberalisasi peraturan tentang pendirian bank swasta domestik baru dan bank joint-venture. Sebagai hasil dari reformasi ini, Bank Danamon menjadi salah satu bank valuta asing pertama di Indonesia, dan menjadi perusahan publik yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.

Danamon adalah bank ke-enam terbesar di Indonesia berdasarkan aset, dengan jaringan sejumlah sekitar 2.074 pada akhir Juni 2015, terdiri dari antara lain kantor cabang konvensional, unit Danamon Simpan Pinjam (DSP) dan unit Syariah, serta kantor-kantor cabang anak perusahaannya.

4.1.15. PT Artha Graha Internasional, Tbk

PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk., berkedudukan di Jakarta Selatan, semula didirikan dengan nama PT. Inter-Pacific Financial Corporation berdasarkan Akta Nomor 12 tanggal 7 September 1973, dengan ruang lingkup


(60)

usaha sebagai lembaga keuangan bukan bank, dan Akta tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan Nomor Y.A.5/2/12 tanggal 3 Januari 1975, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 6 tanggal 21 Januari 1975 Tambahan Nomor 47.

Perjalanan PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk. berbekal pada kepercayaan stakeholders dengan mempersembahkan value added, cultural capital, dan goodwill untuk peningkatan sosial ekonomi masyarakat.

PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk. berkomitmen untuk menjadi lembaga keuangan yang terkemuka dan selalu menghasilkan yang terbaik dengan memberikan layanan prima untuk mewujudkan kepedulian terhadap kemanusiaan, sosial dan budaya.

4.1.16. PT Bank OCBC NISP Tbk

Bank OCBC NISP (sebelumnya dikenal dengan nama Bank NISP) merupakan bank tertua keempat di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 4 April 1941 di Bandung dengan nama NV Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank. Bank OCBC NISP kemudian berkembang menjadi bank yang solid dan handal, terutama melayani segmen Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Bank OCBC NISP resmi menjadi bank komersial pada tahun 1967, bank devisa pada tahun 1990 dan menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1994.Pada akhir tahun 1990-an, Bank OCBC NISP berhasil melewati krisis keuangan Asia dan jatuhnya sektor perbankan di Indonesia tanpa dukungan obligasi rekapitalisasi pemerintah. Bank OCBC NISP pada saat itu menjadi salah satu bank di Indonesia yang melanjutkan penyaluran kreditnya segera setelah


(1)

90

1.2 Uji Heteroskedastisitas

a. Grafik Scatterplot


(2)

b. Uji Glejser

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .448 .519 .864 .391

BOPO -.003 .005 -.072 -.544 .588

NPL -.007 .040 -.025 -.187 .852

CAR .008 .010 .110 .832 .409

LDR -.003 .003 -.117 -.850 .399

NIM .016 .027 .083 .588 .559


(3)

92

1.3. Uji Autokorelasi

a. Uji Runs

b. Uji Durbin-Watson

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .889a .790 .773 .38612 2.062

a. Predictors: (Constant), NIM, CAR, NPL, BOPO, LDR b. Dependent Variable: ROA

Hasil Uji Runs

Unstandardized

Residual

Test Valuea -.00236

Cases < Test Value 34 Cases >= Test Value 34

Total Cases 68

Number of Runs 37

Z .489

Asymp. Sig. (2-tailed) .625 a. Median


(4)

1.4. Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 8.267 .706 11.710 .000

BOPO -.084 .007 -.804 -12.895 .000 .870 1.150

NPL -.017 .054 -.019 -.307 .760 .896 1.116

CAR -.009 .014 -.040 -.650 .518 .879 1.137

LDR .001 .004 .023 .362 .719 .807 1.240

NIM .115 .036 .210 3.161 .002 .769 1.300

a. Dependent Variable: ROA


(5)

94

2.1. Analisis Regresi Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.267 .706 11.710 .000

BOPO -.084 .007 -.804 -12.895 .000

NPL -.017 .054 -.019 -.307 .760

CAR -.009 .014 -.040 -.650 .518

LDR .001 .004 .023 .362 .719

NIM .115 .036 .210 3.161 .002

a. Dependent Variable: ROA

2.2. Uji F (Serempak)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 34.805 5 6.961 46.691 .000

a

Residual 9.244 62 .149

Total 44.049 67

a. Predictors: (Constant), NIM, CAR, NPL, BOPO, LDR b. Dependent Variable: ROA


(6)

2.3. Uji t (Parsial)

Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

8.267

.706

11.710

.000

BOPO

-.084

.007

-.804

-12.895

.000

NPL

-.017

.054

-.019

-.307

.760

CAR

-.009

.014

-.040

-.650

.518

LDR

.001

.004

.023

.362

.719

NIM

.115

.036

.210

3.161

.002

a. Dependent Variable: ROA

2.4. Koefisien Determinasi (

)

Model Summary

b

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate


Dokumen yang terkait

Pengaruh Beban Operasional Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio, Net Interest Margin Dan Bank Size Terhadap Return On Asset Pada Bank Bumn Go Public Di Bursa Efek Indonesia

0 54 99

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Net Interest Margin, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional dan Loan to Deposit Ratio yang Berimplikasi pada Profitabilitas Bank Mutiara

1 5 140

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) (Studi Empiris pada Bank BUMN Persero di Indonesia Periode 2008-2014)

0 5 118

Pengaruh Rentabilitas Dan Likuiditas Terhadap Capital Adequacy Ratio (Car) Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 - 2015

0 3 96

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, BIAYA OPERASIONAL/PENDAPATAN OPERASIONAL, NET INTEREST MARGIN, LOAN DEPOSIT RATIO TERHADAP PERUBAHAN LABA.

0 3 20

Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Return On Asset (ROA)

0 6 107

Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Net Interest Margin terhadap Return on Asset pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Bursa Efek Indonesia

0 14 107

ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (Car), Non Performing Loan (Npl), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (Bopo), Return On Asset (Roa) Dan Net Interest Margin (Nim) Terhadap Loan To Deposit R

0 2 14

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, BIAYA OPERASIONAL PER PENDAPATAN OPERASIONAL, NON PERFORMING LOAN, DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO TERHADAP RETURN ON ASSET DAN RETURN ON EQUITY (Studi pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Tahun 2012–2016

0 0 11