xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Biodiesel didefinisikan sebagai metil ester yang diproduksi dari minyak tumbuhan atau hewan dan memenuhi kualitas sebagai bahan bakar di dalam mesin
diesel Vicente et al., 2006. Biodiesel ini diharapkan dapat menggantikan solar sebagai bahan dasar mesin diesel. Keuntungan-keuntungan dari biodiesel adalah
angka setananya lebih tinggi dari angka setana solar yang ada saat ini, gas buang hasil pembakaran biodiesel lebih ramah lingkungan karena hampir tidak
mengandung gas SO
x
, akselerasi mesin lebih baik, dan tarikan lebih ringan. Pembuatan biodiesel dari minyak jelantah telah dilakukan oleh para
peneliti dengan berbagai metode. Alex 2000 melakukan pembuatan biodiesel dengan menggunakan sisa-sisa minyak goreng yang telah disaring terlebih dahulu.
Rohan 2005 melakukan pembuatan biodiesel dari minyak jelantah dengan perlakuan
awal menggunakan
Al
2
O
3
-Montmorilonit sebelum
reaksi transesterifikasi. Penelitian lain juga dilakukan oleh Saefudin 2005 yang
melakukan sintesis biodiesel dari minyak jelantah dengan perlakuan awal sebelum transesterifikasi menggunakan montmorillonit teraktivasi asam sulfat.
Minyak jelantah mengandung 5-15 asam lemak bebas yang tidak dapat terkonversi menjadi metil ester atau biodiesel dengan satu langkah
transesterifikasi menggunakan katalis basa alkali, karena kandungan asam lemak bebas yang tinggi tersebut menyebabkan reaksi penyabunan Zappi et al., 2003.
Adanya reaksi penyabunan ini dapat menghambat pembentukan biodiesel pada reaksi transesterifikasi. Salah satu metode untuk mengatasi hal ini adalah dengan
memberikan perlakuan awal terhadap minyak jelantah untuk mengurangi kadar asam lemak bebas dengan penambahan katalis asam sebelum dilakukan
xviii transesterifikasi. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengubah asam lemak
bebas menjadi alkil ester biodiesel melalui reaksi esterifikasi. Reaksi esterifikasi berjalan dengan cepat pada keadaan asam. Katalis asam yang biasa digunakan
dalam reaksi ini adalah asam sulfat van Gerpen et al., 2004. Penggunaan asam sulfat yang merupakan katalis homogen pada
pembuatan biodiesel dalam skala industri dinilai kurang ekonomis karena asam sulfat yang telah digunakan bercampur dengan alkohol sehingga sulit untuk
dipisahkan. Sifat korosif asam sulfat menyebabkan kehawatiran terhadap hasil biodiesel yang bersifat korosif juga sehingga dikembangkan alternatif penggunaan
katalis asam padat agar mudah dipisahkan dari produk serta tidak bersifat korosif. Salah satu alternatif tersebut adalah dengan menggunakan katalis montmorillonit
terpilar pada perlakuan awal pembuatan biodiesel. Montmorillonit adalah kelompok lempung yang memiliki kemampuan
untuk mengembang, memiliki kation-kation yang dapat dipertukarkan, dapat diinterkalasi dan mempunyai kapasitas penukar ion yang tinggi sehingga mampu
mengakomodasikan kation antar lapisnya dalam jumlah besar. Lempung terpilar merupakan salah satu material padat yang mempunyai situs asam dalam
strukturnya, sehingga lempung terpilar dapat digunakan sebagai katalis asam padat dalam mensintesis biodiesel. Sifat-sifat kimia dan fĂsika dari lempung dapat
ditingkatkan dengan pilarisasi salah satunya dengan interkalasi agen pemilar TiCl
4
dimana ion Ti
4+
menggantikan kation-kation yang ada di antara lapisan lempung seperti ion Na
+
, K
+
dan Ca
2+ .
Ti
4+
diubah menjadi bentuk oksidanya yaitu TiO
2
dengan perlakuan panas tinggi Simpen, 2001; Yateman 2006 . Katalis montmorillonit terpilar TiO
2
TiO
2
montmorillonit merupakan katalis asam heterogen yang lebih mudah dipisahkan dari sampel dan sifatnya
tidak korosif jika dibandingkan dengan asam sulfat. Yunida 2008 melakukan modifikasi TiO
2
montmorillonit dan menyebutkan bahwa keasaman total TiO
2
montmorillonit sebesar 7,94 mmol. Dengan demikian katalis montmorillonit terpilar TiO
2
memiliki sifat asam sehingga dapat dijadikan sebagai katalis asam untuk menggantikan asam sulfat pada perlakuan awal pembuatan biodiesel.
2
xix Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dilakukan esterifikasi asam
lemak bebas
dalam minyak
jelantah menggunakan
katalis asam
TiO
2
montmorillonit untuk meminimalkan jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak jelantah. Dengan perlakuan awal berupa reaksi esterifikasi
dengan katalis TiO
2
montmorillonit ini diharapkan dapat diperoleh biodiesel yang lebih baik daripada biodiesel tanpa melalui esterifikasi dengan katalis
TiO
2
montmorillonit.
B. Perumusan masalah