Epidemiologi Taeniasis sp. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi Taeniasis sp

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Epidemiologi Taeniasis sp.

Taeniasis dan sistiserkosis merupakan penyakit yang menyerang masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah, seperti yang dikonfirmasi pada statistika yaitu daerah dengan standar kehidupan yang rendah. Beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, masyarakatnya juga dapat terinfeksi Taenia sp. akibat perjalanan yang dilakukan di daerah endemis. Menurut Tolan 2011, semua usia rentan terhadap infeksi taeniasis. Usia di mana konsumsi daging mentah dimulai adalah faktor yang menentukan usia infeksi. Taeniasis solium dilaporkan terjadi pada anak usia 2 tahun di Mexico Yanez, 2001. Taeniasis dan sistiserkosis merupakan infeksi parasit yang umum dan dapat ditemukan pada seluruh bagian dunia CFSPH, 2005. Sekitar 50 juta orang di seluruh dunia terinfeksi Taenia saginata dan Taenia solium. Sekitar 2-3 juta orang terinfeksi cacing Taenia solium White, 1997; CFSPH, 2005, 45 juta orang terinfeksi Taenia saginata, dan sekitar 50 juta orang mengidap sistiserkosis dari Taenia solium CFSPH, 2005. Taenia solium merupakan infeksi yang endemik pada Amerika Tengah dan Selatan serta beberapa negara di Asia Tenggara seperti Korea Lee et al., 2010, Thailand Anantaphruti et al., 2007, India, Filipina, Indonesia, Afrika Carabin et al., 2009, Eropa Timur, Nepal, Bhutan, dan China Rajshekhar et al., 2003; WHO, 2009. Prevalensi tertinggi ditemukan pada Amerika Latin dan Afrika. Bahkan, prevalensi beberapa daerah di Mexico dapat mencapai 3,6 dari populasi umum Tolan, 2011. Bolivia merupakan salah satu negara dengan prevalensi tertinggi selain Brazil, Ekuador, Mexico, dan Peru di America Latin sesuai dengan kriteria Pan American Health Organization, negara-negara dengan tingkat lebih dari 1 dianggap memiliki tingkat prevalensi tinggi Yanez, 2001. Negara Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk merupakan masyarakat beragama muslim dan tidak mengkonsumsi daging babi. Namun, ada beberapa daerah, seperti Bali dan Papua, yang banyak mengkonsumsi Universitas Sumatera Utara daging babi. Sampai saat ini, Papua masih menjadi daerah endemik taeniasis dan sistiserkosis Handojo dan Margono, 2008b. Provinsi Papua, tepatnya di Kabupaten Jayawijaya, memiliki prevalensi taeniasis solium sebesar 15 Subahar et al., 2005. Sedangkan di Bali, dahulu merupakan daerah endemis bagi taeniasis dan sistiserkosis, telah dilakukan penghentian transmisi dari sistiserkosis WHO, 2009. Prevalensi infeksi Taenia saginata berbeda dengan Taenia solium, infeksi tertinggi Taenia saginata terdapat pada Asia Tengah, sekitar Asia Timur, Afrika Tengah, dan Afrika Timur lebih dari 10. Daerah dengan prevalensi infeksi 0,1 hingga 10 seperti negara pada daerah Asia Tenggara seperti Thailand, India, Vietnam, dan Filipina. Daerah dengan prevalensi rendah sekitar 1 penderita seperti beberapa negara di Asia Tenggara, Eropa, serta Amerika Tengah dan Selatan Sheikh, et al., 2008; Del Brutto, 2005. Epidemiologi sistiserkosis tidak jauh berbeda dengan epidemiologi dari Taenia sp.. Distribusi geografis sistiserkosis di dunia sangat luas. Lebih dari 50 juta orang menderita sistiserkosis, namun jumlah ini masih diyakini melebihi jumlah yang sebenarnya White, 1997; Wiria, 2008. Sekitar 50.000 ribu orang meninggal per tahun akibat komplikasi sistiserkosis pada jantung dan otak CFSPH, 2005; Tolan, 2011. Prevalensi sistiserkosis akibat Taenia solium paling sering terjadi di Amerika Latin, Amerika Tengah dan Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika Sub Sahara CFSPH, 2005; Garcia et al., 1999; WHO, 2009. Pada orang dewasa yang menderita kejang di Negara seperti Meksiko, setengahnya merupakan penderita neurosistiserkosis. Keadaan serupa ditemukan juga di Afrika, India, dan China bahwa sebagian besar penyakit parasit otak disebabkan oleh neurosistiserkosis CFSPH, 2005; Garcia et al., 1999. Telah diketahui bahwa prevalensi neurosistiserkosis di antara penderita kejang pada daerah endemis lebih dari 29 WHO, 2009. Sistiserkosis dan taeniasis pada Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa merupakan penyakit yang jarang. Prevalensi di Amerika Serikat kurang dari 1 karena kebanyakan ternak pada Amerika Serikat bebas dari parasit Tolan, 2011. Insidens sistiserkosis pada Amerika Serikat diperkirakan hanya Universitas Sumatera Utara 1.000 kasus setiap tahunnya Tolan, 2011; CFSPH, 2005; Subahar et al., 2005. Adanya insidens pada Amerika Serikat diduga karena peningkatan jumlah imigran dari Meksiko dan negara berkembang lain yang datang ke negara tersebut White, 1997. Negara-negara di benua Asia, Bhutan, India, Nepal, Thailand, dan beberapa bagian di Indonesia merupakan daerah endemis sistiserkosis WHO, 2009. Daerah Korea dan Myanmar diduga juga merupakan daerah endemik, namun tidak ada data yang mendukung WHO, 2009. Prevalensi sistiserkosis pada Papua, di daerah pedesaan Kabupaten Jayawijaya sebesar 41,3-66,7 Subahar et al., 2005 sedangkan di Sumatera Utara, prevalensi taeniasis dan sistiserkosis sejak tahun 1972-2000 dilaporkan berkisar antara 1,9 sampai 2,29 Simanjuntak dan Widarso, 2004. Pada penelitian epidemiologi yang diadakan tahun 2003 sampai 2006 oleh Wandra, dari 240 orang menunjukkan 2,5 positif terinfeksi Taenia asiatica. Pada tahun 2003, dijumpai 2 orang positif dari 58 orang 3,4, sedangkan pada tahun 2005 ditemukan 4 dari 182 orang positif 2,2 Wandra et al., 2007.

2.2. Epidemiologi Sistiserkosis pada Babi dan Sapi