PERILAKU RESISTENSI WARGA NAHDLIYIN TERHADAP PKB (Studi Tentang Perilaku ”Pemilih Tradisional” di Kecamatan Singosari)
PERILAKU RESISTENSI WARGA NAHDLIYIN TERHADAP PKB (Studi
Tentang Perilaku ”Pemilih Tradisional” di Kecamatan Singosari)
Oleh: Lukman Mawardi ( 03230095 )
Goverment Science
Dibuat: 2010-05-31 , dengan 6 file(s).
Keywords: perilaku resistansi warga
Fenomena perpolitikan yang terjadi di Kecamatan Singosari, dimana masyarakatnya adalah
mayoritas warga Nahdliyin yang memiliki karakter kepatuhan terhadap ulama' sangat tinggi.
Keharmonisan hubungan antara kyai dan warga Nahdliyin menurun ketika dihadapkan pada
pemikiran politik. Perilaku memilih ”Pemilih Tradisional” warga Nahdliyin di Kecamatan
Singosari yang sering dibuat bingung dengan tidak bersatunya antara kyai yang satu dengan kyai
yang lainnya dalam berpolitik, meskipun beberapa kyai mengaku sebagai warga Nahdliyin.
Warga Nahdliyin sekarang sudah tidak lagi terlalu percaya dengan kyai yang terjun ke dunia
politik. Dalam hal ini PKB sebagai bentuk dari pilihan politik KH Abdurahman Wahid memang
memiliki kaitan moral dan kesejarahan politik tertentu dengan NU, sehingga banyak warga NU
mendukung PKB. Namun dewasa ini terdapat gejala perselisihan di tubuh PKB dengan NU.
Disamping itu penolakan warga Nahdliyin ini terlihat pada kekalahan Partai Kebangkitan
Bangsa, namun pemikiran politik warga Nahdliyin tidak berpengaruh terhadap hubungan warga
dengan kyainya. Oleh karena hal tersebut, peneliti ingin mengetahui perilaku memilih warga
Nahdliyin secara mendetail sekaligus respon para kyai yang terlibat dalam politik terhadap
pemikiran politik warga Nahdliyin. Dalam hal ini peneliti memilih lokasi penelitian pada
Kecamatan Singosari.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui: Observasi dan wawancara serta dokumentasi.
Setelah dilakukan pemeriksaan keabsahanya, data dianalisis dengan cara penyajian data
sekaligus dianalisis dan penarikan kesimpulan.
Dari hasil data yang diperoleh (1). Bahwa perilaku memilih warga Nahdliyin di Kecamatan
Singosari atas dasar pertimbangan rasional, dimana masyarakat Kecamatan Singosari walaupun
masih menganut faham patron client namun pola pikir warga nahdliyin cukup memadahi dalam
menentukan pilihan politiknya. Hal yang paling mendasar dalam mempengaruhi pilihan warga
nahdliyin adalah faktor intern dalam organisasi NU, dimana kondisi organisasi NU yang
notabene terlibat dalam PKB sekarang tidak lagi kondusif yang tentunya sangat mempengaruhi
perilaku memilih khususnya bagi “pemilih tradisional”. (2) Sedangkan latarbelakang resistensi
warga Nahdliyin terhadap PKB adalah adanya konflik intern di PKB yang tentu sangat
mempengaruhi keberlangsungan dari partai dan organisasi Nahdlatul Ulama’. Disamping itu
tokoh PKB yang ada kurang memiliki intelektual politik yang baik sehingga banyak warga NU
tidak percaya lagi terhadap PKB, artinya pengurus partai lebih mementingkan golongan tertentu
dan berebut kekuasaan dalam PKB apalagi urusan politik adalah urusan konflik. Oleh karena itu
banyak dari warga nahdlyin yang berpindah haluan ke partai lain sebagai bentuk resistensi
terhadap PKB.
Dengan demikian dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam mempengaruhi pilihan
warga nahdliyin adalah faktor intern dalam organisasi NU, dimana kondisi organisasi NU yang
notabene terlibat dalam PKB sekarang tidak lagi kondusif, khususnya bagi “pemilih tradisional.
Sedangkan latarbelakang resistensi warga Nahdliyin terhadap PKB adalah adanya konflik intern
di PKB dan tokoh PKB yang ada kurang memiliki intelektual politik yang baik sehingga banyak
warga NU tidak percaya lagi terhadap PKB.
Dari hasil penelitian ini diharapkan pola kepemimpinan dalam organisasi NU yang
memunculkan terobosan inovatif untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat
khususnya warga nahdliyin termasuk kesadaran politik dan kepribadian warga nahdliyin semakin
baik. Disamping itu pembaharuan organisasi NU dan kepemimpinan politik yang memunculkan
terobosan inovatif untuk membuat warga nahdliyin semakin berkualitas sehingga berdampak
pada pola pikir politik yang lebih baik dengan menjunjung tinggi rasa kebersamaan seperti yang
digariskan dalam Muktamar 28 di Krapyak Jogjakarta.
Political phenomena happened in Singosari sub-district, where majority of the citizens were
Nahdliyin people whose character was a high obedience to ulama (religious teacher or leader).
Harmonic relation between Kyai (Islamic religious leader of Pondok or Islamic School)
decreased when facing political thought. Election attitude of “traditional elector” from Nahdliyin
people at Singosari sub-district confused by the different voice among all Kyai in politic,
although some Kyai stated himself as Nahdliyin figure. Nahdliyin people no longer had trust to
Kyai in political world. In this, Nation Rise Party (Partai Kebangkitan Bangsa - PKB) as form
and political choice of KH. Abdurrahman Wahid had moral relation and certain political history
with NU, so that so many NU people supported Nation Rise Party (Partai Kebangkitan Bangsa PKB). But this time, there was a quarrel in Nation Rise Party (Partai Kebangkitan Bangsa - PKB)
body with NU. Beside, the Nahdliyin people rejection seemed in the lost of Nation Rise Party
(Partai Kebangkitan Bangsa - PKB). In this, their political thought didn’t influence the people
relation with Kyai. That’s why the writer eager to know the election attitude of nahdliyin people
in detail, also Kyai’s respond to the Nahdliyin people’s political thought. In this, the writer chose
location at Singosari sub-district.
The research was done by qualitative approach with descriptive method. Data collection method
was done through: Observation, interview, and documentation. After validation, data was
analyzed by data served, also analyzed and concluded.
From the data, found: (1) election attitude of Nahdliyin people in Singosari sub-district based on
rational consideration, where people of Singosari sub-district still followed patron client, but the
thinking pattern of Nahdliyin people was enough to state the political choice. Basic thing
influenced Nahdliyin people choice was internal factor in NU organization, where the
organization condition of NU which involved with PKB was no longer condussive influenced the
election attitude, especially “traditional attitude”; (2) The resistence background of Nahdliyin
people to Nation Rise Party (Partai Kebangkitan Bangsa - PKB) was internal conflict in Nation
Rise Party (Partai Kebangkitan Bangsa - PKB) which influenced the existence of the
organizations. Beside, Nation Rise Party (Partai Kebangkitan Bangsa - PKB) figures were no
longer had political intellectual so that many of NU people didn’t trust Nation Rise Party (Partai
Kebangkitan Bangsa - PKB) again, cause they thought that the party committee focused on
certain group and struggle for authority in Nation Rise Party (Partai Kebangkitan Bangsa - PKB),
moreover, politic was about conflict. That caused many of Nahdliyin people changed to another
parties as resistence attitude to Nation Rise Party (Partai Kebangkitan Bangsa - PKB)
So that there could be concluded that things influenced Nahdliyin people choice was internal
factor in NU Organization, where NU organization condition as seemed in Nation Rise Party
(Partai Kebangkitan Bangsa - PKB) was no longer safe, especially for “traditional elector”.
While the background of Nahdliyin people resistence to Nation Rise Party (Partai Kebangkitan
Bangsa - PKB) was internal conflict and Nation Rise Party (Partai Kebangkitan Bangsa - PKB)
figures who lack of politic intellectual so that many of NU people didn’t trust Nation Rise Party
(Partai Kebangkitan Bangsa - PKB).
From the research, there hoped that leadership pattern in NU organization showed innovative
result to give political education to the society, especially Nahdliyin people, including political
awareness and far better Nahdliyin people character. Beside, NU Organization renewal and
better political leadership showed innovative approach to make Nahdliyin people owed more
quality that influenced political thought by focused on togetherness as stated in Muktamar 28 at
Krapyak Jogjakarta.
Tentang Perilaku ”Pemilih Tradisional” di Kecamatan Singosari)
Oleh: Lukman Mawardi ( 03230095 )
Goverment Science
Dibuat: 2010-05-31 , dengan 6 file(s).
Keywords: perilaku resistansi warga
Fenomena perpolitikan yang terjadi di Kecamatan Singosari, dimana masyarakatnya adalah
mayoritas warga Nahdliyin yang memiliki karakter kepatuhan terhadap ulama' sangat tinggi.
Keharmonisan hubungan antara kyai dan warga Nahdliyin menurun ketika dihadapkan pada
pemikiran politik. Perilaku memilih ”Pemilih Tradisional” warga Nahdliyin di Kecamatan
Singosari yang sering dibuat bingung dengan tidak bersatunya antara kyai yang satu dengan kyai
yang lainnya dalam berpolitik, meskipun beberapa kyai mengaku sebagai warga Nahdliyin.
Warga Nahdliyin sekarang sudah tidak lagi terlalu percaya dengan kyai yang terjun ke dunia
politik. Dalam hal ini PKB sebagai bentuk dari pilihan politik KH Abdurahman Wahid memang
memiliki kaitan moral dan kesejarahan politik tertentu dengan NU, sehingga banyak warga NU
mendukung PKB. Namun dewasa ini terdapat gejala perselisihan di tubuh PKB dengan NU.
Disamping itu penolakan warga Nahdliyin ini terlihat pada kekalahan Partai Kebangkitan
Bangsa, namun pemikiran politik warga Nahdliyin tidak berpengaruh terhadap hubungan warga
dengan kyainya. Oleh karena hal tersebut, peneliti ingin mengetahui perilaku memilih warga
Nahdliyin secara mendetail sekaligus respon para kyai yang terlibat dalam politik terhadap
pemikiran politik warga Nahdliyin. Dalam hal ini peneliti memilih lokasi penelitian pada
Kecamatan Singosari.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui: Observasi dan wawancara serta dokumentasi.
Setelah dilakukan pemeriksaan keabsahanya, data dianalisis dengan cara penyajian data
sekaligus dianalisis dan penarikan kesimpulan.
Dari hasil data yang diperoleh (1). Bahwa perilaku memilih warga Nahdliyin di Kecamatan
Singosari atas dasar pertimbangan rasional, dimana masyarakat Kecamatan Singosari walaupun
masih menganut faham patron client namun pola pikir warga nahdliyin cukup memadahi dalam
menentukan pilihan politiknya. Hal yang paling mendasar dalam mempengaruhi pilihan warga
nahdliyin adalah faktor intern dalam organisasi NU, dimana kondisi organisasi NU yang
notabene terlibat dalam PKB sekarang tidak lagi kondusif yang tentunya sangat mempengaruhi
perilaku memilih khususnya bagi “pemilih tradisional”. (2) Sedangkan latarbelakang resistensi
warga Nahdliyin terhadap PKB adalah adanya konflik intern di PKB yang tentu sangat
mempengaruhi keberlangsungan dari partai dan organisasi Nahdlatul Ulama’. Disamping itu
tokoh PKB yang ada kurang memiliki intelektual politik yang baik sehingga banyak warga NU
tidak percaya lagi terhadap PKB, artinya pengurus partai lebih mementingkan golongan tertentu
dan berebut kekuasaan dalam PKB apalagi urusan politik adalah urusan konflik. Oleh karena itu
banyak dari warga nahdlyin yang berpindah haluan ke partai lain sebagai bentuk resistensi
terhadap PKB.
Dengan demikian dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam mempengaruhi pilihan
warga nahdliyin adalah faktor intern dalam organisasi NU, dimana kondisi organisasi NU yang
notabene terlibat dalam PKB sekarang tidak lagi kondusif, khususnya bagi “pemilih tradisional.
Sedangkan latarbelakang resistensi warga Nahdliyin terhadap PKB adalah adanya konflik intern
di PKB dan tokoh PKB yang ada kurang memiliki intelektual politik yang baik sehingga banyak
warga NU tidak percaya lagi terhadap PKB.
Dari hasil penelitian ini diharapkan pola kepemimpinan dalam organisasi NU yang
memunculkan terobosan inovatif untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat
khususnya warga nahdliyin termasuk kesadaran politik dan kepribadian warga nahdliyin semakin
baik. Disamping itu pembaharuan organisasi NU dan kepemimpinan politik yang memunculkan
terobosan inovatif untuk membuat warga nahdliyin semakin berkualitas sehingga berdampak
pada pola pikir politik yang lebih baik dengan menjunjung tinggi rasa kebersamaan seperti yang
digariskan dalam Muktamar 28 di Krapyak Jogjakarta.
Political phenomena happened in Singosari sub-district, where majority of the citizens were
Nahdliyin people whose character was a high obedience to ulama (religious teacher or leader).
Harmonic relation between Kyai (Islamic religious leader of Pondok or Islamic School)
decreased when facing political thought. Election attitude of “traditional elector” from Nahdliyin
people at Singosari sub-district confused by the different voice among all Kyai in politic,
although some Kyai stated himself as Nahdliyin figure. Nahdliyin people no longer had trust to
Kyai in political world. In this, Nation Rise Party (Partai Kebangkitan Bangsa - PKB) as form
and political choice of KH. Abdurrahman Wahid had moral relation and certain political history
with NU, so that so many NU people supported Nation Rise Party (Partai Kebangkitan Bangsa PKB). But this time, there was a quarrel in Nation Rise Party (Partai Kebangkitan Bangsa - PKB)
body with NU. Beside, the Nahdliyin people rejection seemed in the lost of Nation Rise Party
(Partai Kebangkitan Bangsa - PKB). In this, their political thought didn’t influence the people
relation with Kyai. That’s why the writer eager to know the election attitude of nahdliyin people
in detail, also Kyai’s respond to the Nahdliyin people’s political thought. In this, the writer chose
location at Singosari sub-district.
The research was done by qualitative approach with descriptive method. Data collection method
was done through: Observation, interview, and documentation. After validation, data was
analyzed by data served, also analyzed and concluded.
From the data, found: (1) election attitude of Nahdliyin people in Singosari sub-district based on
rational consideration, where people of Singosari sub-district still followed patron client, but the
thinking pattern of Nahdliyin people was enough to state the political choice. Basic thing
influenced Nahdliyin people choice was internal factor in NU organization, where the
organization condition of NU which involved with PKB was no longer condussive influenced the
election attitude, especially “traditional attitude”; (2) The resistence background of Nahdliyin
people to Nation Rise Party (Partai Kebangkitan Bangsa - PKB) was internal conflict in Nation
Rise Party (Partai Kebangkitan Bangsa - PKB) which influenced the existence of the
organizations. Beside, Nation Rise Party (Partai Kebangkitan Bangsa - PKB) figures were no
longer had political intellectual so that many of NU people didn’t trust Nation Rise Party (Partai
Kebangkitan Bangsa - PKB) again, cause they thought that the party committee focused on
certain group and struggle for authority in Nation Rise Party (Partai Kebangkitan Bangsa - PKB),
moreover, politic was about conflict. That caused many of Nahdliyin people changed to another
parties as resistence attitude to Nation Rise Party (Partai Kebangkitan Bangsa - PKB)
So that there could be concluded that things influenced Nahdliyin people choice was internal
factor in NU Organization, where NU organization condition as seemed in Nation Rise Party
(Partai Kebangkitan Bangsa - PKB) was no longer safe, especially for “traditional elector”.
While the background of Nahdliyin people resistence to Nation Rise Party (Partai Kebangkitan
Bangsa - PKB) was internal conflict and Nation Rise Party (Partai Kebangkitan Bangsa - PKB)
figures who lack of politic intellectual so that many of NU people didn’t trust Nation Rise Party
(Partai Kebangkitan Bangsa - PKB).
From the research, there hoped that leadership pattern in NU organization showed innovative
result to give political education to the society, especially Nahdliyin people, including political
awareness and far better Nahdliyin people character. Beside, NU Organization renewal and
better political leadership showed innovative approach to make Nahdliyin people owed more
quality that influenced political thought by focused on togetherness as stated in Muktamar 28 at
Krapyak Jogjakarta.