Preferensi Politik (Studi Tentang Perilaku Pemilih di Lingkungan IV Kelurahan Perkebunan Sipare-Pare pada Pemilihan Kepala Daerah (Bupati) Tahun 2008)

(1)

PREFERENSI POLITIK

(

Studi Tentang Perilaku Pemilih di Lingkungan IV Kelurahan Perkebunan Sipare-Pare pada Pemilihan Kepala Daerah (Bupati) Tahun 2008

)

O

L

E

H

Sandra Tiffany C.R

050906053

Dosen

Pembimbing

:

Drs.Zakaria Taher, MSP

Dosen Pembaca

: Warjio , S.S, MA

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama dengan kerendahan hati penulis mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayahnya akhirnya penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir penulis yaitu berupa sebuah skripsi.

Skripsi ini merupakan suatu kewajiban bagi setiap mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP USU), untuk melengkapi syarat-syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos). Pada kesempatan yang berbahagia ini penulis memilih satu judul yaitu:

“PREFERENSI POLITIK: Studi Tentang Perilaku Pemilih di Lingkungan IV Kelurahan Perkebunan Sipare-pare Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008)”

Menyadari karena keterbatasan pengetahuan teoritis dan praktis, bahwa uraian dalam skripsi ini masih memiliki kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis masih mengharapkan kritik-kritik dan saran-saran yang konstruktif dari para pembaca tentang segala kekurangan dan kelemahan yang terdapat didalam skripsi ini.

Atas bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan ini maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Kepada Dekanat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera utara:

- Dekan : Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA - Pembantu Dekan I : Drs. Humaizi, MA


(3)

- Pembantu Dekan II : Drs. Mukti Sitompul, M.Si - Pembantu Dekan III : Drs. Burhannudin, M.Si

2. Kepada Bapak Drs. Heri Kusmanto,MA selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

3. Kepada Bapak Drs. Zakaria Taher, MSP sebagai Dosen Pembimbing 4. Kepada Bapak Warjio, SS, MA sebagai Dosen Pembaca

5. Kepada Bapak Drs. Antonius Sitepu, M.Si sebagai Dosen Penguji

6. Kepada seluruh Dosen dan Asisten Dosen yang telah mengajar penulis serta seluruh staf Departemen Ilmu Politik FISIP USU

7. Kepada Bapak Buyung AN sebagai Lurah Kelurahan Perkebunan Sipare-pare dan Seluruh Staf Pegawai Kelurahan

8. Kepada Kedua orang tua saya, H. Rahmad Roib dan Hj. Nurhayati Sinaga. Terima kasih atas segala dukungan dan doanya hingga saya diberikan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Kepada Kakak dan Adik saya, Zaini Widya Ramadhani, SE dan Nurul Nazmi Anissa. Terima kasih atas dukungannya yang sangat berarti buat saya.

10. Kepada Opung Hj.Nuraini Panjaitan dan Alm H.M.R. Sinaga dan seluruh keluarga besar Sinaga yang selalu memberikan dukungan dan motivasi sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan cepat.


(4)

11. Kepada teman-teman saya, Annisa’G, Abdu’G, Titin’G, Dame’G, Robi, Taufik, Dayat, Hendra, Jean Ari dan seluruh mahasiswa stambuk 05, Terima kasih atas saran dan kritiknya selama ini.

12. Buat Ayu, Eka, Maya, Ijal, Teo dan teman-teman alumni 12 SMAN 1 Sei Suka.Terima kasih atas semua perhatian yang sudah diberikan.

13. Buat Susan, Ari, Lilis, Lia, Ijonk, Bona, Dedy, Mansur, dan seluruh alumni SMU 4 P.Siantar, terima kasih dukungannya selama ini.

Hormat saya,


(5)

ABSTRAKSI

Nama : Sandra Tiffany CR. Nim : 050906053 Departemen : Ilmu Politik

Judul : PREFERENSI POLITIK

(Studi Tentang Perilaku Pemilih Di Lingkungan IV Kelurahan Perkebunan Sipare-pare Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah (Bupati) Tahun 2008)

(Rincian Isi Skripsi: skripsi ini terdiri dari 72 Hal, 14 Buku, 2 Jurnal, 30 Tabel) Skripsi ini membahas mengenai perilaku pemilih. Perilaku pemilih telah menjadi pembahasan yang sangat menarik didalam proses demokrasi terutama didalam Pemilihan Umum. Perilaku pemilih menempatkan rakyat sebagai hakim tertinggi dalam menentukan calon presiden, wakil presiden, kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dilakukan secara langsung. Perilaku politik berkenaan dengan tujuan suatu masyarakat, kebijakan untuk mencapai suatu tujuan, serta sistem kekuasaan yang memungkinkan adanya suatu otoritas untuk mengatur kehidupan masyarakat secara umum dan bukan tujuan orang perorangan. Dalam Skripsi ini menggunakan metode deskriptif yang memberikan gambaran mengenai situasi atau kondisi yang terjadi dilapangan dengan menggunakan analisa kualitatif. Data - data yang terkumpul melalui kuesioner dan wawancara dengan pihak-pihak yang bersangkutan akan dianalisa. Penelitian ini menggunakan 86 responden sebagai sumber utama.

Lokasi penelitian pada skripsi ini adalah Lingkungan IV Perkebunan Sipare-pare. Daerah ini memiliki jumlah penduduk sebesar 6355 jiwa yang terdiri dari 1262 KK (Kepala Keluarga), 23 RW, 84 RT dengan luas wilayah sebesar 2274 Hektar yang terdiri dari sektor pertanian dan fasilitas prasarana sosial. Daerah ini tidak pernah mengalami kejadian-kejadian yang mencolok seperti adanya penyakit dan tindakan kriminal yang berlebihan.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa pilihan masyarakat tidak dipengaruhi oleh media massa dan keikutsertaan calon independen dalam pemilihan umum kepala daerah. Pilihan masyarakat jatuh kepada faktor kepribadian seorang calon kepala daerah atau dipengaruhi oleh faktor psikologis; adanya faktor ideologis (baik ideologi partai maupun keagamaan) atau pilihan masyarakat dipengaruhi faktor sosiologis; adanya faktor rasionalitas yang artinya masyarakat menjatuhkan pilihannya berdasarkan kepada program yang disampaikan calon kandidat.


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

ABSTRAK...iv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 9

1.3. Tujuan Penelitian... 9

1.4. Manfaat Penelitian... 10

1.5. Kerangka Teori 1.5.1.Pendekatan Dalam Memahami Model Perilaku Politik... 10

1.5.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Politik ... 18

1.5.3.Pemilihan Kepala Daerah ... 21

1.5.4.Rekrutmen Politik ... 24

1.6. Metodologi Penelitian 1.6.1.Jenis Penelitian... 27

1.6.2.Lokasi Penelitian... 27

1.6.3.Populasi dan Sampel ... 27

1.6.4.Teknik Pengumpulan Data... 29

1.6.5.Teknik Analisa Data ... 29


(7)

BAB II DESKRIPSI LOKASI

2.1. Gambaran Umum ... 31

2.1.1. Letak Secara Geografis... 31

2.1.2. Demografis ... 33

2.1.2.1.Komposisi penduduk berdasarkan agama ... 33

2.1.2.2.Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin ... 34

2.1.2.3.Komposisi penduduk berdasarkan umur ... 35

2.1.2.4.Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan ... 36

2.1.2.5.Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian.. 38

2.1.3. Fasilitas Kelurahan ... 39

2.1.3.1.Prasarana Pendidikan... 39

2.1.3.2.Prasarana Rumah Ibadah ... 41

2.1.4. Organisasi di kelurahan ... 43

2.1.5. Jumlah Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Kepala Daerah (Bupati) Kabupaten Batubara Berdasarkan Jenis Kelamin... 43

2.1.6. Rekapitulasi Suara pada Pemilihan Kepala Daerah (Bupati) ... 45

BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA 3.1. Karakteristik Responden ... 47

3.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 47

3.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48

3.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 49

3.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Etnis ... 50


(8)

3.1.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .... 52

3.2. Identifikasi Pilihan Masyarakat ... 53

3.3. Pengaruh Calon Independen... 60

3.4. Pengaruh Media Massa 3.4.1. Sumber Informasi Responden Berkenaan Dengan Pemilihan Kepala Daerah... 63

3.4.2. Sumber Utama Responden Mendapatkan Informasi mengenai Peserta Pemilihan Kepala Daerah ... 64

3.4.3. Media Massa Yang sering dibaca Oleh Responden ... 66

3.4.4. Tanggapan Responden Tentang Kampanye ... 67

3.4.5. Pengaruh Kampanye Terhadap Pilihan Responden... 68

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan ... 70 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pola Tata Guna Tanah... 32

Tabel 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama... 34

Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 35

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur ... 35

Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 36

Tabel 6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 38

Tabel 7. Prasarana dan sarana pendidikan di Kelurahan Sipare-Pare... 40

Tabel 8. Jumlah Prasarana Rumah Ibadah ... 42

Tabel 9. Jumlah Daftar Pemilih Tetap ... 43

Tabel 10. Rekapitulasi Suara ... 45

Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur... 47

Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48

Tabel 13. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 49

Tabel 14. Karakteristik Responden Berdasarkan Etnis... 50

Tabel 15. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama ... 51

Tabel 16. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 52

Tabel 17. Partisipasi Masyarakat Dalam Mengikuti Pemilihan... 53

Tabel 18. Jawaban Responden Mengenai Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Yang Dilakukan Sudah Menampung Aspirasi Masyarakat... 54

Tabel 19. Seberapa Yakin Responden Akan Kemenangan Calon Yang Mereka Dukung ... 54


(10)

Tabel 20. Pilihan Responden Dalam Pemilihan Kepala Daerah... 55 Tabel 21. Bentuk Partisipasi Yang Dilakukan Responden Dalam

Pemilihan Kepala Daerah ... 56 Tabel 22. Preferensi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala

Daerah (Bupati)... 57 Tabel 23. Jawaban Responden Mengenai Pemahaman Responden

Terhadap Calon Independen ... 60 Tabel 24. Jawaban Responden Mengenai Calon Independen Sebagai

Kepala Daerah... 61 Tabel 25. Alasan Responden Terhadap Calon Independen ... 62

Tabel 26. Sumber Informasi Responden Berkenaan Dengan Pemilihan

Kepala Daerah... 63 Tabel 27. Sumber Utama Responden Dalam Mencari Informasi Tentang

Peserta Pemilihan Kepala Daerah (Bupati)... 64 Tabel 28. Media Cetak Yang Sering Dibaca Oleh Responden ... 66 Tabel 29. Tanggapan Responden Tentang Kampanye Calon Kandidat .... 67 Tabel 30. Pengaruh Kampanye Terhadap Pilihan Responden... 68


(11)

ABSTRAKSI

Nama : Sandra Tiffany CR. Nim : 050906053 Departemen : Ilmu Politik

Judul : PREFERENSI POLITIK

(Studi Tentang Perilaku Pemilih Di Lingkungan IV Kelurahan Perkebunan Sipare-pare Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah (Bupati) Tahun 2008)

(Rincian Isi Skripsi: skripsi ini terdiri dari 72 Hal, 14 Buku, 2 Jurnal, 30 Tabel) Skripsi ini membahas mengenai perilaku pemilih. Perilaku pemilih telah menjadi pembahasan yang sangat menarik didalam proses demokrasi terutama didalam Pemilihan Umum. Perilaku pemilih menempatkan rakyat sebagai hakim tertinggi dalam menentukan calon presiden, wakil presiden, kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dilakukan secara langsung. Perilaku politik berkenaan dengan tujuan suatu masyarakat, kebijakan untuk mencapai suatu tujuan, serta sistem kekuasaan yang memungkinkan adanya suatu otoritas untuk mengatur kehidupan masyarakat secara umum dan bukan tujuan orang perorangan. Dalam Skripsi ini menggunakan metode deskriptif yang memberikan gambaran mengenai situasi atau kondisi yang terjadi dilapangan dengan menggunakan analisa kualitatif. Data - data yang terkumpul melalui kuesioner dan wawancara dengan pihak-pihak yang bersangkutan akan dianalisa. Penelitian ini menggunakan 86 responden sebagai sumber utama.

Lokasi penelitian pada skripsi ini adalah Lingkungan IV Perkebunan Sipare-pare. Daerah ini memiliki jumlah penduduk sebesar 6355 jiwa yang terdiri dari 1262 KK (Kepala Keluarga), 23 RW, 84 RT dengan luas wilayah sebesar 2274 Hektar yang terdiri dari sektor pertanian dan fasilitas prasarana sosial. Daerah ini tidak pernah mengalami kejadian-kejadian yang mencolok seperti adanya penyakit dan tindakan kriminal yang berlebihan.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa pilihan masyarakat tidak dipengaruhi oleh media massa dan keikutsertaan calon independen dalam pemilihan umum kepala daerah. Pilihan masyarakat jatuh kepada faktor kepribadian seorang calon kepala daerah atau dipengaruhi oleh faktor psikologis; adanya faktor ideologis (baik ideologi partai maupun keagamaan) atau pilihan masyarakat dipengaruhi faktor sosiologis; adanya faktor rasionalitas yang artinya masyarakat menjatuhkan pilihannya berdasarkan kepada program yang disampaikan calon kandidat.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang menggunakan sistem demokrasi dimana rakyat memiliki peranan penting didalam urusan negara, atau demokrasi merupakan kekuasaan rakyat berbentuk pemerintahan dengan semua tingkatan rakyat ikut mengambil bagian dalam pemerintahan. Oleh karena itu, kekuasaan para pemimpin dan pejabat formal itu bukan muncul dari pribadinya, akan tetapi merupakan titipan rakyat atau merupakan kekuasaan yang dilimpahkan rakyat kepada pemimpin dan pribadi-pribadi penguasa. Rakyat membuat kontrak social lewat perwakilannya untuk mendelegasikan kekuasaannya kepada pemerintah yang dipilih. Maka akan ada aturan main yang berupa Undang-Undang Dasar, Undang- Undang, Peraturan Hukum dan sebagainya. Kemudian dibuat dan ditetapkan dengan maksud agar dengan sarana-sarana kekuasaan titipan yang dilaksanakan oleh pejabat atau penguasa itu benar-benar mulus lurus, benar dan jujur, demi kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Dan tidak dimanipulasikan demi kepentingan pribadi para pemimpin dan pejabat untuk mengeruh keuntungan dan memperkaya diri.1

Pembuatan kontrak sosial tersebut dilakukan melalui pemilu (pemilihan umum) yakni sarana demokrasi yang daripadanya dapat ditentukan siapa yang berhak menduduki kursi di lembaga politik negara, legislatif dan eksekutif. Melalui pemilu rakyat memilih figur yang dapat dipercaya yang akan mengisi

1


(13)

jabatan legislatif dan jabatan eksekutif. Dalam pemilu, rakyat yang telah memenuhi persyaratan untuk memilih, secara bebas dan rahasia, menjatuhkan pilihannya pada figur yang dinilai sesuai dengan aspirasinya.2

Dalam rangka pembagian kekuasaan negara (secara vertikal) dibentuk daerah-daerah yang bersifat otonom dengan bentuk dan susunan pemerintahannya yang diatur dalam undang-undang. Sehingga pemerintah pusat menyelenggarakan pemerintahan nasional dan pemerintah daerah menyelenggarakan pemerintahan daerah, pembagian kekuasaan daerah itu disebut dengan desentralisasi yang dipahami sebagai penyerahan wewenang politik dan perundang-undangan untuk perencanaan, pengambilan keputusan dan manajemen pemerintah (pusat) kepada unit-unit sub nasional (daerah/wilayah) administrasi negara atau kepada kelompok-kelompok fungsional atau organisasi non-pemerintahan swasta.3 Dan Otonomi daerah merupakan bagian sistem politik yang diharapkan memberikan peluang bagi warga Negara untuk lebih mampu menyumbangkan daya kreativitasnya.4

Gagasan otonomi daerah melekat pada pelaksanaan UU No.32 Tahun 2004 mengenai pemerintahan daerah yang sangat berkaitan dengan demokratisasi kehidupan politik dan pemerintahan baik tingkat lokal maupun ditingkat nasional. Agar demokrasi bisa terwujud maka daerah harus memiliki kewenangan yang luas dalam mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri. 5 Sehingga muncul konsep pembaruan kabupaten yang dirumuskan sebagai transformasi kabupaten yang hendak menegaskan bahwa pembaruan bermakna sebagai tidak lagi bekerja

2

Hendarmin Ranadireksa, Arsitektur Konstitusi Demokratik, Bandung: Fokusmedia, 2007, h.173-174

3

Bambang Yudhoyono, Otonomi Daerah, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001, h. 20 4

M.Arif Nasution, Nasionalisme dan Isu-Isu Lokal, Medan:USU Press, 2005, h. 63 5


(14)

dengan skema dan watak yang lama, melainkan telah bekerja dengan skema dan watak yang baru. Proses pembaruan haruslah dapat memberikan kepastian bahwa nasib rakyat akan berubah menjadi lebih baik lagi. Pembaruan kabupaten juga berarti “perombakan” menyeluruh yang dimulai dari paradigma seluruh elemen yang ada atau mengorganisir seluruh sumber daya yang ada agar mengabdi pada kepentingan masa rakyat.6 Didalam merealisasikan demokrasi ditingkat lokal dan implementasi Undang-Undang No.32 Tahun 2004 ini diperlukan adanya pembaruan daerah dalam hal ini adalah pemekaran Kabupaten Batubara.

Dengan adanya pemekaran, membuat daerah tersebut membutuhkan seorang kepala daerah yang bertugas memimpin birokrasi, menggerakkan jalannya roda pemerintahan yang meliputi menjadi perlindungan, pelayanan publik dan pembangunan,7 sehingga dilakukanlah pemilihan kepala daerah secara langsung sesuai dengan UU No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan Peraturan Pemerintahan No.6 tahun 2005 mengenai tata cara pemilihan, pengesahan, dan pemberhentian kepala daerah, yang merupakan tonggak baru penegakkan kedaulatan rakyat daerah di Indonesia.

Pemilihan Kepala Daerah merupakan rekrutmen politik yaitu penyeleksian rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah baik Gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati atau walikota/wakil walikota. Actor utama sistem pemilihan kepala daerah adalah rakyat, parpol dan calon kepala daerah. Ketiga aktor tersebut terlibat langsung dalam kegiatan pemilihan kepala daerah. Kegiatan tersebut antara lain: pendaftaran pemilih, pendaftaran calon,

6

Ibid.,h. 13 7

Joko J. Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, Semarang: Pustaka Pelajar, 2005, h.203


(15)

penetapan calon, kampanye, pemungutan dan penghitungan suara, dan penetapan calon terpilih.

Dengan adanya pemilihan kepala daerah diharapkan dapat menunjang tumbuhnya kekuatan-kekuatan baru yang pro demokrasi di daerah. Pemerintah di tingkat lokal akan semakin dekat dengan rakyat yang pada akhirnya akan menciptakan akuntabilitas yang tinggi dari rakyat untuk pemerintah daerah dan juga akan terciptanya respon yang baik dari rakyat. Rakyat memiliki hak untuk berpartisipasi dalam politik baik dalam memilih atau dipilih. Setiap warga Negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan politik. Warga Negara berhak melakukan kegiatan secara bebas menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul serta mempublikasikan informasi kepada publik.

Perilaku politik berkenaan dengan tujuan suatu masyarakat, kebijakan untuk mencapai suatu tujuan, serta sistem kekuasaan yang memungkinkan adanya suatu otoritas untuk mengatur kehidupan masyarakat secara umum dan bukan tujuan orang perorangan. Perilaku politik dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik yang berkaitan dengan sikap politik. Yakni berkaitan dengan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut.8 Kegiatan politik itu dapat dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat sesuai dengan fungsi-fungsinya.

Pada pemilu 1999, studi tentang perilaku pemilih sudah ikut mewarnai pemilu pada saat itu, namun studi perilaku pemilih kurang mendapatkan ruang sama sekali. William Lidle dan Saiful Mujani menemukan dua kesimpulan dalam

8


(16)

memahami perilaku pemilih pada pemilu 1999,. Pertama, semakin memudarnya politik aliran ditingkat masa pemilih. Massa pemilih cenderung kurang memperdulikan aliran dari masing-masing partai politik. Kedua, ketokohan tetap menjadi variabel yang sangat penting dalam menarik dukungan massa pemilih. Para pemilih memilih partai bukan karena daya tarik terhadap partai dan programnya melainkan lebih karena ketertarikan terhadap tokoh yang ada dipartai tersebut.9

Berbeda dengan pemilu 2004, studi tentang perilaku pemilih semakin mendapat tempat dan mempunyai peran penting dalam merekam opini public, termasuk kecendrungan perilaku pemilih dan pemilu pada saat itu lebih menarik karena menempatkan rakyat sebagai hakim tertinggi dalam menentukan calon presiden dan wakil presiden secara langsung. Penelitian LSI menjelang pemilu legislative 2004 menjatuhkan pilihan politik berdasarkan pendekatan sosiologis (seperti aliran politik, pengaruh keluarga, teman, dll), psikologis (seperti kebiasaan memilih, ketokohan, dll), maupun rasional (berdasarkan kebiasaan dan program partai politik). Adapun hasil temuan survei tersebut seperti gambar grafik berikut,

9

Asep Ridwan. Memahami Perilaku Pemilih Pada Pemilu 2004 di Indonesia, Jurnal Demokrasi


(17)

Mengapa ibu/bapak memilih partai tersebut?

23.8 22.1 21.4 9.1

4 3.5 3.3 3

8.8 1.3

0 5 10 15 20 25

sudah terbiasa memilih partai suka dengan program, visi dan misi suka dengan tokoh karena partai islam keluarga pemilih ikut orang lain yakin partai itu menang karena partai nasional alasan lainnya tidak tahu/tidak jawab

Sumber: Lembaga Survei Indonesia (LSI)

Berdasarkan temuan tersebut, ternyata unsur psikologis merupakan unsur yang paling dominan yang mendasari pemilih dalam menjatuhkan pilihan politiknya pada pemilu 2004. hal itu terlihat dengan mendominannya alasan kebiasaan (23,5%) yang melatarbelakangi pilihan politik para pemilih. Selain itu, alasan ketokohan mendapat 21,4% dan alasan karena adanya keyakinan partai itu akan menang sebesar 3,3%. Dengan demikian, jika ketiga alasan tersebut digabungkan maka akan terdapat 48,2% pemilih akan menjatuhkan pilihan politiknya berdasarkan unsur psikologis. Namun, ternyata alasan rasional cenderung menempati alasan kedua yang mendasari pemilih dalam menjatuhkan pilihan politiknya sebesar 21,1% pemilih yang telah memilih partai berdasarkan alasan kesukaannya terhadap visi, misi dan programnya. Sedangkan disisi lain, hanya sekitar 19,6% pemilih cenderung akan menjatuhkan politiknya berdasarkan


(18)

unsur sosiologis, yaitu gabungan dari 9,1% dari pemilih yang memilih partai islam, 4% karena ikut keluarga, 3,5% karena orang lain, dan 3% karena partai nasionalis.10

Pada Pemilihan Kepala Daerah Jawa Timur (Pilkada Jatim), Dua pasangan yang akan melanjutkan pertarungan di babak kedua adalah pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa) dan Khofifah Indar Parawansa-Mudjiono (KaJi). Mengacu hasil penghitungan sementara lembaga survei seperti Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan Lingkaran Survei Indonesia (LSI), perolehan suara kedua pasangan beda tipis,yakni pada kisaran 25-27%. Sementara untuk pasangan kandidat lain, yakni Sutjipto-Ridwan Hisjam (SR), Soenarjo-Ali Maschan Moesa (Salam), dan Achmadi-Suhartono (Achsan), perolehan suaranya diprediksi pada kisaran 20%,18%,dan 7%. Dua pasangan calon yang akan bertarung dalam putaran kedua bukanlah pasangan yang diusung oleh partai-partai besar, melainkan pertarungan calon dari PPP plus 11 parpol vs PAN, Partai Demokrat,dan PKS.

Para peserta pemilihan kepala daerah diusung dari partai besar di Jatim seperti Partai Kebangkitan Bangsa (Achsan), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (SR),dan Partai Golkar (Salam) terbukti gagal menaklukkan jago yang diusung gabungan partai gurem (KaJi) dan koalisi partai menengah (Karsa), dalam hal ini Partai Amanat Nasional dan Partai Demokrat.

Profil Soekarwo memang sudah sangat dikenal. Soekarwo dianggap sebagai sosok yang merakyat dan birokrat profesional. Dalam posisinya sebagai

10


(19)

Sekretaris Daerah Provinsi Jatim, dia kerap mewakili Gubernur Jatim Imam Utomo melakukan kegiatan-kegiatan yang bersinggungan langsung dengan kebutuhan masyarakat seperti memberi bantuan ke sekolah-sekolah dan pondok pesantren. Profil Khofifah masih didukung dengan pengalamannya sebagai anggota kabinet, sebagai anggota DPR yang bersih dari isu korupsi serta figur yang meiliki kecerdasan dan pemahaman mendalam tentang berbagai persoalan.

Achmady yang diusung PKB ini hanya dikenal masyarakat Mojokerto. Namanya baru muncul menjelang momen pilgub. Karena itu, dengan teori apa pun akan sangat sulit mempromosikan Achmady, termasuk lewat iklan yang menampilkan Gus Dur. Begitu pula dengan Sutjipto. Di luar kepartaian, mantan Ketua DPW PDIP Jatim dan Sekjen DPP PDIP ini relatif tidak dikenal. Di internal partai pun ternyata popularitasnya dikalahkan Soekarwo yang berhasil memenangi Konferda PDIP untuk menentukan calon gubernur yang akan diserahkan ke DPP PDIP.

Dari kasus tersebut terlihat, faktor penting yang mepengaruhi pilihan para pemilih adalah figur para calon sendiri. Ini sekaligus menunjukkan bahwa popularitas dan profil kandidat kembali menjadi faktor determinan dalam pilkada langsung. Sebaliknya, sekuat-kuatnya mesin partai yang biasa menjadi tolok ukur hitam putih kekuatan tidak bisa dijadikan jaminan suksesnya kandidat.11

Dari kasus-kasus tersebut, apakah identifikasi kepartaian masih menjadi faktor utama perilaku pemilih masyarakat atau masyarakat menjatuhkan perilaku pemilih berdasarkan identifikasi calon kandidat atau figur, atau pilihan masyarakat itu

11


(20)

dipengaruhi oleh media massa. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut diperlukan suatu penelitian yang lebih mendalam. Untuk itulah penelitian tentang perilaku pemilih ini dilakukan terutama pada daerah yang baru melakukan pemekaran daerah tepatnya di lingkungan IV kelurahan perkebunan sipare-pare yang masyarakatnya heterogen atau terdiri dari beberapa lapisan umur, pekerjaan yang dapat diharapkan dapat mewakili masyarakat kelurahan.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perilaku pemilih masyarakat di Lingkungan IV Kelurahan Perkebunan Sipare-pare pada Pemilihan Kepala Daerah (Bupati)?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi Perilaku Pemilih Masyarakat pada Pemilihan Kepala Daerah (Bupati) di Lingkungan IV Kelurahan Perkebunan Sipare-pare?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Untuk melihat perilaku pemilih masyarakat di lingkungan IV kelurahan Perkebunan Sipare-pare pada Pemilihan Kepala Daerah (Bupati).

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi masyarakat dalam menentukan pilihan politiknya didalam Pemilihan Kepala Daerah (Bupati).


(21)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Bagi intitusi, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi dibidang ilmu politik dan dapat memberikan informasi mengenai perilaku pemilih masyarakat,

2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai macam-macam perilaku pemilih pada saat kegiatan politik (Pemilihan Kepala Daerah (Bupati)),

3. Bagi Peneliti, sebagai penelitian dan memperluas khasanah dan pengetahuan dibidang ilmu politik, khususnya mengenai perilaku pemilih masyarakat dalam pemilihan kepala daerah (Bupati).

1.5. Kerangka Teori

1.5. 1. Pendekatan Dalam Memahami Model Perilaku Politik

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti yang luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu yang memiliki harapan sekaligus tujuan yang hendak diwujudkan. Untuk mewujudkan harapan tersebut diperlukan adanya norma-norma atau kaidah-kaidah yang mengatur berbagai kegiatan bersama dalam rangka menempatkan dirinya ditengah-tengah masyarakat yang senantiasa ditegakkan.12 Dalam hal ini, norma tersebut mempersoalkan apa yang menjadi landasan wewenang politik atau apa yang menjadi dasar perbuatan dan pelaksanaan keputusan politik itu diberlakukan secara sah.13 Upaya untuk menegakkan norma tersebut

12

Sudijono Sastroatmodjo, Op.Cit., h.1 13


(22)

mengharuskan adanya lembaga pemerintah yang memiliki otoritas tertentu agar norma-norma yang ada dapat ditaati. Dengan demikian kegiatan individu dalam masyarakat terjadi sekurang-kurangnya karena ada kesempatan, norma-norma serta kekuatan untuk mengatur tertib masyarakat kearah pencapaian tujuan. Unsur-unsur ini merupakan kesatuan yang terkait dengan politik dan oleh karena itu, masyarakat yang ada didalamnya merupakan kelompok individu yang tidak dapat lepas dari persoalan politik.

Pada umumnya, politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan itu. Untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijakan umum yang menyangkut pengaturan dan pembagian atau alokasi dari sumber-sumber dan resources yang ada. Untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan itu perlu dimiliki kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) yang akan dipakai baik untuk membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini. Cara-cara yang digunakan dapat bersifat persuasi (menyakinkan) dan paksaan.

Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals) dan bukan tujuan pribadi seseorang (privat goals). Politik juga menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk partai politik dan kegiatan orang seorang (individu).14 Namun, sesuai dengan perkembangannya ilmu pengetahuan banyak dikalangan masyarakat mengartikan bahwa politik itu merupakan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral dan politik merupakan sebuah dunia dimana orang memberikan janji-janji yang tidak

14


(23)

akan dipenuhi serta obral kata-kata yang memang semula telah direncanakan untuk memberikan kesan yang tidak benar bagi para pendengar.15

Perilaku politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Interaksi antara pemerintah dan masyarakat, antar lembaga pemerintah dan antar kelompok dan individu dalam masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan dan penegakkan keputusan politik pada dasarnya merupakan perilaku politik.

Perilaku politik berkenaan dengan tujuan suatu masyarakat, kebijakan untuk mencapai suatu tujuan, serta sistem kekuasaan yang memungkinkan adanya suatu otoritas untuk mengatur kehidupan masyarakat secara umum dan bukan tujuan orang perorangan. Perilaku politik dapat dijumpai dalam berbagai bentuk. Dalam suatu negara misalnya, ada pihak yang memerintah dan pihak lain yang diperintah. Terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah ada yang setuju dan ada yang kurang setuju yang sering melakukan kegiatan politik adalah pemerintah dan partai politik, karena fungsi mereka didalam bidang politik keluarga sebagai satu kelompok yang melakukan berbagai kegiatan. Termasuk didalamnya adalah kegiatan politik. Misalnya para anggota keluarga secara bersama memberikan dukungan pada organisasi politik tertentu, memberikan iuran, ikut berkampanye menghadapi pemilu.

Suatu perbuatan tertentu dapat dikatakan lebih dari satu jenis perilaku, apabila kegiatan tersebut mencakup beberapa aspek sekaligus, misalnya suatu perusahaan memperjuangkan bea masuk yang rendah atas barang-barang yang diimpor dari luar negri. Upaya tersebut dapat termasuk perilaku ekonomi dan

15

A.Rahman Zainuddin, Antara Politik dan Moral, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Jurnal Ilmu Politik 16, 1996, h.3


(24)

sekaligus perilaku politik yang merupakan perilaku ekonomi adalah tujuan yang ingin dicapai adalah peningkatan keuntungan dari kegiatan bisnis yang dilakukan. Dan yang merupakan perilaku politik adalah apa yang dilakukan perusahaan tersebut bertujuan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Perilaku politik tidaklah merupakan sesuatu yang berdiri sendiri tetapi mengandung keterkaitan dengan hal yang lain. Satu hal yang perlu dibahas adalah sikap politik. Walaupun antara sikap dan perilaku terdapat kaitan yang sangat erat, namun keduanya perlu dibedakan. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi baru merupakan kecendrungan. Dari sikap tertentu itu dapat diperkirakan tindakan apa yang akan dilakukan berkenaan dengan objek yang dimaksud. Munculnya sikap politik tertentu akan dapat diperkirakan perilaku politik apa yang akan muncul. Misalnya ketidaksetujuan terhadap kebijakan pemerintah, ini merupakan sikap politik dan dengan ketidaksetujuan atas kebijakan tersebut akan menimbulkan perilaku yang muncul adalah peninjauan pernyataan keberatan, protes ataupun unjuk rasa.16

1. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan-pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih. Pengelompokan sosial ini misalnya berdasarkan umur (tua-muda), jenis kelamin (laki-laki dan perempuan),

16


(25)

agama dan semacamnya, dianggap mempunyai peranan cukup menentukan dalam pentuk perilaku pemilih. Untuk itu, pemahaman terhadap pengelompokan sosial baik secara formal seperti keangggotaan seseorang didalam organisasi keagamaan, organisasi profesi, kelompok-kelompok okupasi dan sebagainya, maupun kelompok informal seperti keluarga, pertemanan, ataupun kelompok-kelompok kecil lainnya. Ini merupakan sesuatu vital dalam memahami perilaku politik, karena kelompok-kelompok ini mempunyai peranan besar dalam bentuk sikap, persepsi dan orientasi seseorang.

Gerald pomper memperinci pengaruh pengelompokan sosial dalam kajian voting behavior kedalam 2 variabel yaitu predisposisi (kecendrungan) social ekonomi pemilih dan keluarga pemilih. Apakah preferensi politik ayah atau ibu akan berpengaruh pada preferensi politik anak, sedangkan predisposisi social ekonomi berupa agama yang dianut, tempat tinggal, kelas social, karakteristik demografis dan sebagainya.17

Hubungan antara agama dengan perilaku pemilih nampaknya sangat mempengaruhi dimana nilai-nilai agama selalu hadir didalam kehidupan privat dan public dianggap berpengaruh terhadap kehidupan politik dan pribadi para pemilih. Dikalangan partai politik, agama dapat melahirkan dukungan politik dari pemilih atas dasar kesamaan teologis, ideologis, solidaritas dan emosional. Fenomena partai yang berbasis agama dianggap menjadi daya tarik kuat dalam preferensi politik.

Dalam literatur perilaku pemilih, aspek agama menjadi pengamatan yang penting. Pemilih cenderung untuk memilih partai agama tertentu yang sesuai

17


(26)

dengan aagama yang dianut. Di Indonesia faktor agama masih dianggap penting untuk sebahagian besar masyarakat. Misalnya seorang muslim cenderung untuk memilih partai yang berbasis islam dan sebaliknya seorang non-muslim cenderung untuk memilih partai non-muslim.18

Aspek geografis juga mempunyai hubungan dengan perilaku pemilih. Adanya rasa kedaerahan mempunyai dukungan seseorang terhadap partai. Dibeberapa negara, wilayah tertentu mempunyai loyalitas terhadap partai tertentu. Hal ini biasanya berkaitan dengan status ekonomi seseorang (faktor kelas) terutama dihampir semua negara industri. Namun penelitian yang dilakukan oleh Afan Gaffar menunjukkan bahwa pengaruh kelas dalam perilaku pemilih di Indonesia tidak begitu dominan. Tidak ada perbedaan kecenderungan perilaku politik antara mereka yang termasuk kategori orang kaya / orang miskin; antara yang memiliki tanah yang luas yang sedikit; antara yang memiliki pekerjaan sebagai pedagang dengan buruh tani, dan sebagainya.19

2. Pendekatan psikologis

Psikologi adalah imu sifat, dimana fungsi-fungsi dan fenomena pikiran manusia dipelajari. Setiap tingkah laku dan aktivitas masyarakat dipwngaruhi oleh akal individu. Sedangkan ilmu politik mempelajari aspek tingkah laku masyarakat umum sehingga ilmu politik berhubungan sangat dekat dengan psikologi.20

Pendekatan ini muncul merupakan reaksi atas ketidakpuasan mereka terhadap pendekatan sosiologis. Secara metodologis, pendekatan sosiologis

18

Dikutip dari Sulhardi, Political Psycology Socialization, and culture,

http://pangerankatak.blogspot.com/2008/04/governing-intoduction-to-political, 28 April 2008 19

A.Rahman Zainuddin, Op.Cit., h.48-49 20


(27)

dianggap sulit diukur, seperti bagaimana mengukur secara tepat sejumlah indicator kelas sosial, tingkat pendidikan, agama, dan sebagainga. Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi terutama konsep sikap dan sosialisasi untuk memperjelaskan perilaku pemilih. Disini para pemilih menentukan pilihannya karena pengaruh kekuatan psikologis yang berkembang dalam dirinya sebagai produk dari proses sosialisasi, artinya sikap seseorang merupakan refleksi dari kepribadian dan merupakan variabel yang menentukan dalam mempengaruhi perilaku politiknya. Pendekatan psikologis menganggap sikap sebagai variabel utama dalam menjelaskan perilaku politik. Hal ini disebabkan oleh fungsi sikap itu sendiri, menurut Greenstein ada 3 yakni:

1. Sikap merupakan fungsi kepentingan, artinya penilaian terhadap objek diberikan berdasarkan motivasi, minat dan kepentingan orang tersebut.

2. Sikap merupakan fungsi penyesuaian diri, artinya seseorang bersikap tertentu sesuai dengan keinginan orang itu untuk sama atau tidak sama dengan tokoh yang diseganinya atau kelompok panutan.

3. Sikap merupakan fungsi eksternalisasi dan pertahanan diri, artinya sikap seseorang itu merupakan upaya untuk mengatasi konflik batin atau tekanan psikis yang mungkin berwujud mekanisme pertahanan dan eksternalisasi diri.

Namun, sikap bukanlah sesuatu hal yang cepat terjadi, tetapi terbentuk melalui proses yang panjang, yakni mulai dari lahir sampai dewasa. Pada tahap pertama, informasi pembentukan sikap berkembag dari masa anak-anak. Pada fase ini, keluarga merupakan tempat proses belajar. Anak-anak belajar dari orang


(28)

tua menganggap isu politik dan sebagainya. Pada tahap kedua, adalah bagaimana sikap politik dibentuk pada saat dewasa ketika menghadapi situasi diluar keluarga. Tahap ketiga, bagaimana sikap politik dibentuk oleh kelompok-kelompok acuan seperti pekerjaan, gereja, partai politik dan asosiasi lain.

Melalui proses sosialisasi ini individu dapat mengenali sistem politik yang kemudian menentukan sifat persepsi politiknya serta reaksinya terhadap gejala-gejala politik di dalam kaitannya dengan pemilihan kepala daerah. Sosialisasi bertujuan menungkatkan kualitas pemilih. Maka pendidikan politik disini berperan yang dapat dilakukan dengan berbagai cara.

3. Pendekatan Politis Rasional

Dua pendekatan terdahulu secara implisit atau eksplisit menempatkan pemilih pada waktu dan ruang kosong. Dimana pendekatan tersebut beranggapan bahwa perilaku pemilih bukanlah keputusan yang dibuat pada saat menjelang atau ketika berada dibalik suara, tetapi sudah ditentukan jauh sebelumnya, bahkan jauh sebelum kampanye dimulai. Karakteristik sosiologis, latar belakang keluarga, pembelahan kultural, identifikasi partai melalui proses sosialisasi,pengalaman hidup, merupakan variabel yang secara sendiri-sendiri mempengaruhi perilaku politik seseorang. Ini berarti variabel lain menentukan atau ikut menentukan dalam mempengaruhi perilaku pemilih. Ada faktor situasional yang ikut mempengaruhi pilihan politik seseorang. Dengan begitu para pemilih bukan hanya pasif tetapi juga aktif, bukan hanya terbelenggu oleh karakteristik sosiologis tetapi bebas untuk bertindak. Faktor situasional ini bisa berupa isu-isu politik pada kandidat yang dicalonkan.


(29)

Perilaku pemilih tidak harus tetap atau sama, karena karakteristik sosiologis dan identifikasi partai dapat berubah-ubah sesuai waktu dan peristiwa-peristiwa politik tertentu. Dengan begitu, isu-isu politik menjadi pertimbangan yang penting dimana para pemilih akan menentukan pilihan berdasarkan penilaian terhadap isu-isu politik dan kandidat yang diajukan. Artinya para pemilih (masyarakat) dapat menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional.21

1.5. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Politik

Dalam masyrakat yang pluralis budayanya tinggi, seringkali terdapat kegiatan yang bervariasi dan tidak mustahil terdapat perbedaan dalam pelaksanaannya. Untuk memahami perilaku politik diperlukan tinjauan dari sudut pandang yang multidimensi. Hal itu berarti bahwa latar belakang dan faktor yang mendorong perilaku politik tidak bersifat determinan, tetapi bersifat memberikan pengaruh.22

Untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik masyarakat, pertama, perlu dipahami dalam konteks latar belakang historis. Sikap dan perilaku politik masyarakat dipengaruhi oleh proses-proses dan peristiwa histories masa lalu. Hal ini disebabkan bahwa budaya politik tidak merupakan kenyataan yang statis dan tidak berkembang, tetapi justru sebaliknya merupakan sesuatu yang berubah dan berkembang sepanjang masa.23

Kedua, faktor kondisi geografis memberikan pengaruh dalam perilaku

politik masyarakat sebagai kawasan geostrategis, Indonesia memiliki

21

Ibid., h. 50-52 22

Sudijono Sastroatmodjo, Op.Cit., h. 12 23


(30)

kemungkinan sebagai pusat perhatian dunia internasional. Wilayah geografis yang strategis merupakan pertimbangan strategis bagi dunia internasional untuk mengadakan kerja sama dan hubungan dalam berbagai kepentingan. Di pihak lain, faktor kemajemukan budaya dan etnis merupakan hal yang rawan bagi terciptanya desintegrasi. Oleh karena itulah kondisi geografis merupakan pertimbangan yang penting dan mempengaruhi perilaku politik seperti pembuatan peraturan, perencanaan kebijakan , pengambilan keputusan dan sebagainya. Kondisi ini juga mempengaruhi perbedaan tingkat partisipasi politik masyarakat kesenjangan pemerataan pembangunan, kesenjangan informasi, komunikasi dan teknologi mempengaruhi proses sosialisasi politik, pendidikan politik dan komunikasi politik masyarakat. Berdasarkan inilah aktor politik dituntut untuk mempertimbangkan kondisi dan pengambilan keputusan.

Ketiga, faktor budaya politik memiliki pengaruh dalam perilaku politik

masyarakat. Budaya politik suatu bangsa merupakan distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu, mencapai serta memelihara stabilitas sistem politik. Berfungsinya budaya politik itu pada prinsipnya ditentukan oleh tingkat keserasian antara kebudayaan bangsa dan struktur politiknya. Kemajuan budaya Indonesia mempengaruhi budaya budi bangsa. Berbagai budaya daerah pada masyarakat Indonesia berimplikasi pada terciptanya sebuah bentuk perilaku politik dengan memahami budaya politik masyarakat yang dipandang penting untuk memahami perilaku politik. Sehingga dapat diketahui bagaimana dan mengapa mereka melakukan sesuatu, apa motivasi


(31)

dan bagaimana pola tingkah laku tersebut menyelaraskan diri dengan sistem politik yang berlaku.24

Keempat, perilaku politik masyarakat dipengaruhi oleh agama dan

keyakinan. Agama telah memberikan nilai etika dan moral politik yang memberikan pengaruh bagi masyarakat dalam perilaku politiknya. Keyakinan dan agama merupakan pedoman dan acuan yang penuh dengan norma-norma dan kaidah yang dapat mendorong dan mengarahkan perilaku politik sesuai dengan agama dan keyakinannya proses politik dan partisipasi warga negara paling tidak dapat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pemahaman agama seseorang.25

Kepercayaan, ideologi dan mitos merupakan citra-citra kolektif dan ide yang bersifat elemen spiritual dan psikologis.26 Keyakinan mengacu kepada ideologi yaitu keyakinan yang lebih rasional dan ada yang bersifat irrasional atau mitos.27 Ideologi merupakan keyakinan yang dirasionalisir dan disistematisir, yang mencerminkan situasi masyarakat.28 Mitos merupakan keyakinan yang kurang jelas, kurang rasional dan yang kurang teliti yang bersifat fabel tentang alam, dunia, manusia dan masyarakat yang sudah diterima secara kuat. Pada abad 20, jurnalis perancis George Sorel mengembangkan suatu paham bahwa salah satu cara yang efektif untuk mempengaruhi suatu komunitas adalah memberikan citra-citra yang singkat dan tidak rumit tentang suatu masa depan yang fiktif yang mempolaisir emosi-emosinya dan bergerak menuju aksi.29

24

Ibid., h. 20-21 25

Ibid., h. 25 26

Maurice Duverger, Sosiologi Politik, Jakarta: Rajawali Press, 1982, h.147 27

Ibid., h. 148 28

Ibid., h.150 29


(32)

Kelima, pendidikan dan komunikasi juga mempengaruhi perilaku politik

seseorang. Sistem politik yang cenderung sentralistis akan mempengaruhi perilaku politik seseorang dalam mengatasi dan mengakomodasi berbagai kepentingan. Semakin tinggi pendidikan masyarakat maka semakin tinggi tingkat kesadaran politiknya, dan sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin rendah pula tingkat kesadaran politiknya. Komunikasi politik yang intens akan mempengaruhi perilaku politik seseorang dalam kegiatan politiknya.

Keenam, faktor kepribadian seseorang juga mempengaruhi perilaku

politik. Perilaku politik itu bergantung pada sifat struktur kepribadian yang dimilikinya, apakah tergolong dalam fungsi penyesuaian diri atau dalam basis fungsional eksternalisasi dan pertahanan diri.

Ketujuh, faktor lingkungan sosial politik. Faktor ini dapat mempengaruhi

aktor politik secara langsung seperti keadaan keluarga, cuaca, keadaan ruang, ancaman, suasana kelompok dan kehadiran orang lain. Lingkungan social politik tersebut saling mempengaruhi dan berhubungan satu dengan yang lain dan bukannya sebagai faktor yang berdiri sendiri. Melalui proses, pengalaman, sosialisasi dan sebgainya terbentuklah sikap dan perilaku politik seseorang.30

Selain faktor-faktor tersebut, pendapat umum masyarakat di pransic menyatakan bahwa kesadaran politik memusatkan kepada ideologi dan bukan mitos rakyat dan ada lima faktor yang memainkan peranan penting untuk menentukan pilihan rakyat dan sikap rakyat, yaitu: 1). Standar hidup, kondisi gaji atau tidak didigaji, sense of social belonging, 2). Kelompok umur dan seks, 3). Tingkat pendidikan, 4). Agama, dan 5). Simpati terhadap partai politik. Tiga

30


(33)

faktor terakhir bersifat ideologis, partai-partai didasarkan pada ideologi politik, kurang atau lebih terikat kepada doktrin-doktrin politik dan tingkat pendidikan mempengaruhi kemungkinan saling pengertian.

Konsep kesadaran politik ini menunjukkan peranan ideologi. Setiap sikap politik yang khusus adalah jawaban serentak kepada situasi kongkrit yang bangkit di dalam masyarakat dan manifestasi dari visi keseluruhan tentang kekuasaan, hubungannya dengan warga secara individual dan konflik dimana kekuasaan merupakan kesadaran politik. Semakin tinggi kesadaran politik maka semakin besar pengaruhnya dan semakin kurang setiap sikap didiktekan oleh keadaan dari suatu situasi khusus. Kesadaran politik adalah produk dari sejumlah faktor pendidikan, lingkungan, pengalaman dan semacamnya.31

1.5. 3. Pemilihan Kepala Daerah 1. Perspektif Teoritis

David Easton, teoritisi politik pertama yang memperkenalkan pendekatan sistem dalam politik, menyatakan bahwa suatu sistem selalu memiliki sekurangnya tiga sifat, yakni terdiri dari banyak bagian, bagian itu saling berinteraksi dan saling tergantung dan mempunyai perbatasan yang memisahkannya dari lingkungannya yang juga terdiri dari sistem-sistem lain.

Sebagai suatu sistem, sistem pemilihan kepala daerah mempunyai bagian-bagian yang merupakan sistem sekunder atau sub-sub sistem. Bagian tersebut adalah Electoral Regulation, Electoral Process, dan Electoral Law Enforcement. Electoral regulation adalah segala ketentuan atau aturan mengenai pemilihan

31


(34)

kepala daerah yang berlaku bersifat mengikat dan menjadi pedoman bagi penyelenggara, calon dan pemilih dalam menjalankan peran dan fungsi masing-masing. Electoral process adalah seluruh kegiatan yang terkait secara langsung dengan pemilihan kepala daerah yang merujuk pada ketentuan perundang-undangan baik bersifat legal maupun teknikal. Electoral law enforcement adalah penegakan hukum terhadap aturan-aturan pemilihan kepala daerah baik politisi, administrasi atau pidana. Ketiga bagian ini dapat menjadi pedoman untuk melaksanakan proses pemilihan kepala daerah.

Sebagai suatu sistem, pemilihan kepala daerah memiliki ciri-ciri yakni bertujuan memilih kepala daerah, setiap komponen yang terlibat dan kegiatan mempunyai batas, terbuka, tersusun dari berbagai kegiatan yang merupakan subsistem, masing-masing kegiatan saling terkait dan tergantung dalam suatu rangkaian utuh, memiliki mekanisme control, dan mempunyai kemampuan mengatur dan meyesuaikan diri.

2. Perspektif Praktis

Kepala daerah adalah jabatan politik dan jabatan publik yang bertugas memimpin birokrasi menggerakkan jalannya roda pemerintahan yang berfungsi sebagai perlindungan, pelayanan publik, dan pembangunan. Istilah jabatan publik mengandung arti bahwa kepala daerah menjalankan fungsi pengambilan kebijakan yang terkait langsung dengan kepentingan rakyat, berdampak kepada rakyat, dan dirasakan oleh rakyat. Oleh karena itu, kepala daerah harus dipilih oleh rakyat dan wajib mempertanggungjawabkan kepercayaan yang telah diberikan oleh rakyat. Jabatan politik bermakna bahwa mekanisme rekrutmen kepala daerah dilakukan


(35)

dengan mekanisme politik yaitu, melalui pemilihan yang melibatkan elemen politik, yaitu rakyat dan partai politik.

Pemilihan kepala daerah merupakan rekrutmen politik yaitu penyeleksian rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah, baik Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, ataupun Walikota/Wakil Walikota. Aktor utama sistem pemilihan kepala daerah adalah rakyat, partai politik dan calon kepala daerah. 32

1.5. 4. Rekrutmen Politik

Sistem rekrutmen politik memiliki keragaman yang tiada batas. Salah satu metode tertua yang digunakan untuk memperkokoh kedudukan pemimpin-pemimpin politik adalah dengan penyortiran atau penarikan undian yang digunakan pada zaman yunani kuno. Yakni suatu metode yang dibuat untuk mencegah dominasi jabatan dari posisi yang berkuasa oleh kelompok individu tertentu dengan cara bergiliran atau rotasi. Misalnya sistem “pilih kasih” Amerika Serikat yang pada hakikatnya menggunakan sistem pengrekrutan bergilir sedangkan sejumlah negara lain mempunyai ketentuan konstitusional yang dibuat untuk menjamin kadar rotasi personil eksekutif. Metode pengrekrutan lain adalah perebutan kekuasaan dengan jalan menggunakan jalan mengancam atau kekerasan. Penggulingan dengan kekerasan suatu rezim politik, yang mengakibatkan penggantian para pemegang jabatan politik akan tetapi perubahan dalam personil birokrasi biasanya hasil lebih lambat terutama bila berlangsung dalam masyarakat yang kompleks dan sangat maju.

32


(36)

Selain cara pengrekrutan yang biasanya diasosiasikan dengan perubahan-perubahan personil yang ekstensif, terdapat juga cara lain yang lebih sering diasosiasikan dengan pengrekrutan yang berkesinambungan dari tipe personil yang sama. Salah satu alat adalah menggunakan cara Patronage yaitu suatu sistem penyuapan dan sistem korupsi rumit untuk mempengaruhi pelaksanaan kekuasaan politik melalui berbagai taraf pengontrolan terhadap hasil-hasil dari pemilihan umum, dan merupakan dukungan dalam parlemen yang berlangsung diantara pemilihan umum. Pengrekrutan digunakan sebagai alat yang mampu memunculkan pemimpin-pemimpin alamiah, artinya pemimpin yang dapat mewakili tipe pemimpin yang dapat timbul dalam sisten politik tertentu.33

Suatu pemilihan dapat dinyatakan sebagai sarana untuk memilih antara dua alternatif atau lebih, dengan jalan pemberian suara yakni berkenaan dengan siapa yagn dipilih, oleh siapa dan bagaimana cara memilihnya. Dengan demikian pemilihan dapat digunakan untuk memilih para anggota badan legislatif, eksekutif ataupun presiden. Beberapa pemilihan dapat dilukiskan sebagai tidak langsung, yaitu para pemilih memberikan suaranya untuk satu kelompok individu yang kemudian merupakan satu badan pemilih presiden dan wakil presiden (electoral college), yang seterusnya memimpin pemilihan kedua untuk menentukan siapa yang akan memgang jabatan yang dipertaruhkan. Pada pemilihan langsung, para pemegang jabatan oleh para pemilih, walaupun pilihan para pemilih dibatasi oleh kualifikasi hukum yang diterapkan bagi pemegang jabatan politik, dan oleh

33

Michael Rush dan Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2003, h.185-187


(37)

metode-metode dengan mana partai politik melakukan seleksi terhadap para calon kandidat mereka.34

Kualifikasi hukum bagi para pemegang jabatan ternyata hanya menuntut, bahwa mereka itu harus orang dewasa, warga negara dari negara yang bersangkutan, waras dan sebagainya. Hak pilih dibatasi pada orang dewasa yang merupakan dasar paling umum bagi pemberian suara pemilih, akan tetapi hal ini biasanya dibatasi oleh faktor kewarganegaraan, kesehatan jiwa dan catatan kejahatan. Dalam beberapa sistem politik, pembatasan seperti itu dilakukan lebih luas dan mencakup kriteria lain, seperti melek huruf, syarat pemukiman dan lainnya. Dimasa lampau, beberapa batasan kelompok pemilih hanya merupakan bagian dari kaum minoritas dari rakyat.

Pembatasan hak pilih akan mempunyai pengaruh kiranya mempunyai pengaruh yang penting pada tingkah-laku voting terhadap pribadi yang akan dipilih untuk menduduki jabatan politik. Khusunya pada kejadian yang berlaku dimanan pembatasan diterapkan terhadap bagian tertentu dari rakyat yang mungkin tidak terwakili,ini merupakan faktor penting dalam usaha membatasi perwakilan kelas pekerja dan perwakilan bangsa negro. Selanjutnya perluasan seksional hak pilih dapat dihubungkan dengan polarisasi berikutnya dari tingkah laku pemilih, dimana partai itu timbul untuk mewakili bagian dari rakyat.35

34

Ibid., h. 192-193 35


(38)

1.6. Metodologi Penelitian 1.6.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data melalui daftar pertanyaan (kuesioner). Tipe yang paling umum dari penelitian ini adalah penilaian sikap atau pendapat individu, organisasi, keadaan, ataupun prosedur yang dikumpulkan melalui daftar pertanyaan dalam survey, wawancara, ataupun observasi.36

1.6.2. Lokasi Penelitian

Lokasi pada penelitian ini adalah Lingkungan IV Kelurahan Perkebunan Sipare-pare Kabupaten BatuBara.

1.6.3. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditetapkan kesimpulannya. Populasi mempunyai lambang (N).37 Dalam hal ini populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang telah memiliki hak suara didalam pemilihan kepala daerah pada Lingkungan IV Kelurahan Perk.Sipare-pare yaitu berjumlah 612 orang.

36

Mudrajad Kuncoro, Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta: Erlangga, 2003, h.8 37


(39)

2. Sampel

Sampel adalah sebahagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, maka peneliti tidak mungkin untuk meneliti semua yang ada dipopulasi sehingga dalam hal ini dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk itu sampel diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).38

Dikarenakan populasi yang bersifat heterogen atau tidak homogen, maka pada teknik penarikan sampel menggunakan Teknik Proportionate Stratified Random Sampling yakni populasi yang mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.

Beberapa peneliti menyatakan bahwa besarnya sampel tidak boleh kurang dari 10%,39 disebabkan jumlah populasi cukup besar yaitu 612 orang maka adapun rumus yang digunakan untuk menentukan dan pengambilan sampel adalah rumus yang dikemukakan oleh Taro Yamane,

N n =

N. d2 + 1 Keterangan:

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

d = Presisi, ditetapkan 10% dengan derajat kepercayaan 90%

38

Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: CV Alfabeta, 2006, h. 56 39


(40)

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah: 612

n =

612 x (10%)2 + 1 612 n =

7,12

n = 85, 9 atau 86 orang

1.6.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang diperlukan oleh peneliti adalah:

1. Dengan menggunakan data primer yakni melalui penyebaran angket atau kuesioner dan wawancara dengan pedoman daftar pertanyaan terstruktur yang ditujukan kepada masing-masing responden.

2. Dengan menggunakan data sekunder yakni melakukan studi pustaka atau dokumen dari Kantor Kelurahan Sipare-pare.

1.6.5. Teknik Analisa Data

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan tujuan memberi gambaran mengenai situasi atau kondisi yang terjadi dengan menggunakan analisa kualitatif.. Data-data yang telah dikumpul, baik data sekunder maupun data yang diperoleh dari lapangan yang akan diekspolari secara mendalam, selanjutnya akan menghasilkan suatu kesimpulan yang menjelaskan masalah yang diteliti.


(41)

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini menggambarkan susunan dan dijabarkan tetapi rencana penulisan atau bentuk fisik hasil penelitian.40 Sehingga dapat mempermudah isi dan skripsi ini, maka penulis membagi ke dalam 4 (empat) bab. Untuk itu disusun sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai gambaran secara umum kelurahan perkebunan sipare-pare seperti letak geografis, batas wilayah, dan mengenai demografis.

BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

Bab ini memuat penyajian data dan analisa data yang diperoleh dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden. Data tersebut disajikan dan dianalisa sesuai dengan karakteristik responden dan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi politik masyarakat.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang terkait dengan penelitian.

40


(42)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

II.1. Gambaran Umum II.1.1. Letak secara geografis

Kelurahan Perkebunan Sipare-pare ini merupakan bagian dari Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara. Kelurahan ini memiliki 7 lingkungan yang terdiri dari 1262 KK (Kepala Keluarga), 23 RW dan 84 RT. Luas kelurahan ini sebesar 2274 hektar yang terdiri dari sektor pertanian dan fasilitas prasarana sosial (perkantoran, pemukiman, mushola, gereja, sekolah, lapangan olah raga, kuburan, rawa-rawa, tegalan, danau, PLN, jalan kabupaten, tanah kosong). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel nomor 1. Suhu udara pada kelurahan ini mencapai 25o-37oC dan memiliki curah hujan sebesar 1458 mm/tahun. Kelurahan Perkebunan Sipare-pare berada pada ketinggian 18 m dari permukaan laut. Penghidupan masyarakat kelurahan sipare-pare ini mendapatkan pengairan dari sungai Sipare-pare

Batas-batas wilayah kelurahan perkebunan sipare-pare terdiri dari: Batas Utara : Desa Simodong

Batas Timur : Desa Tanjung Kubah / Pematang Jering Batas Selatan : Kabupaten Simalungun


(43)

TABEL II.1

POLA TATA GUNA TANAH

No Tata Guna Tanah Luas (HA) %

1. Sawit 1147,94 50,5

2. Karet 349,42 15,36

3. Coklat 4 0,18

4. Padi 60 2,63

5. Palawija 2,5 0,11

6. Perkantoran 4,55 0,2

7. Permukiman 249,8 11

8. Mesjid 1,75 0,08

9. Mushola 0,29 0,01

10. Gereja 0,90 0,04

11. Sekolah 11,35 0,5

12. Lapangan Olah Raga 30,50 1,34

13. Kuburan 6 0,26

14. Rawa – Rawa 341,24 15

15. Tegalan 5,50 0,24

16. Danau 3 0,13

17. Transmisi PLN 4,82 0,21

18. Jalan Kabupaten 20,10 0,88

19. Tanah Kosong 30,34 1,33

Jumlah 2274 100


(44)

Dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pola tata guna tanah di kelurahan ini didominasi dengan tanaman sawit sebesar 50,5%, karet 15,36% dan permukiman warga sebesar 11%. Pada daerah ini tanaman sawit dan karet merupakan tanaman yang sangat cocok dengan kondisi tanah yang tidak terlalu membutuhkan banyak air. Namun dari kebanyakan sawit dan karet yang ada bukan menjadi milik masyarakat melainkan sebuah perusahan perkebunan, dimana masyarakat menjadi pekerja didalamnya.

II.1.2. Demografi

Penduduk kelurahan perkebunan sipare-pare berjumlah 6355 jiwa. Dengan KK sebanyak 1262 keluarga. Tidak terdapat kejadian-kejadian yang sangat mencolok dalam kelurahan ini baik dalam penyakit (kesehatan masyarakat) maupun tindakan kriminal. Tingkat kelahiran bayi sebesar 15 bayi / tahun, sedangkan tingkat kematian bayi 0% yang artinya kelahiran bayi dalam keadaan sehat. Untuk memperjelas komposisi penduduk kelurahan perkebunan sipare-pare ini dapat dilihat berdasarkan agama, jenis kelamin, umur, pendidikan dan mata pencaharian.

1. Komposisi penduduk berdasarkan agama

Mayoritas penduduk kelurahan perkebunan sipare-pare ini menganut agama islam sekitar 80% dan selebihnya menganut Kristen protestan dan Kristen katolik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel nomor 2 sebagai berikut,


(45)

TABEL II. 2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah %

1 Islam 4882 77

2 Kristen Protestan 1255 20

3 Kristen Katolik 218 3

Jumlah 6355 100

Sumber: Data yang diperoleh dari kantor kelurahan

Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa Islam merupakan agama mayoritas di kelurahan ini. Hal ini juga diakibatkan kondisi kelurahan yang merupakan perkebunan sehingga masyarakat berasal dari suku jawa yang mayoritas beragama islam. Namun, masih ada agama kristen didaerah ini, baik protestan maupun katolik.

2. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin

komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin perempuan memiliki persentase yang tinggi yakni sebesar 51% dan selebihnya 49% komposisi penduduk yang berjenis kelamin laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel nomor 3 sebagai berikut,


(46)

TABEL II. 3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah %

1 Laki-Laki 3135 49

2 Perempuan 3220 51

Jumlah 6355 100

Sumber: Data yang diperoleh dari kantor kelurahan

Dari data di atas terlihat komposisi perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Hal ini akan mengakibatkan partisipasi yang menurun, karena dari beberapa hasil penelitian bahwa perempuan lebih memilih dirumah daripada mengikuti kegiatan pemilihan, baik pemilihan umum maupun Pemilihan Kepala Daerah (Bupati). Namun, perbedaan itu tidak terlalu mencolok hanya berbeda 1% saja. Dapat dikatakan perbandingan laki-laki dan perempuan itu sama.

3. Komposisi penduduk berdasarkan umur

Klasifikasi penduduk berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel nomor 4 sebagai berikut,

TABEL II. 4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur

No Kelompok Umur Jumlah %

1 0-12 Bulan 85 1

2 13 Bulan-4 Tahun 265 4

3 5-6 Tahun 207 3


(47)

5 13-15 Tahun 395 6

6 16-19 Tahun 630 10

7 20-25 Tahun 1090 17

8 26-35 Tahun 836 13

9 36-45 Tahun 946 15

10 46-50 Tahun 878 14

11 51-60 Tahun 428 7

12 61-75 Tahun 45 1

13 Lebih dari 76 Tahun 17 1

Jumlah 6355 100

Sumber: Data yang diperoleh dari kantor kelurahan

Berdasarkan klasifikasi penduduk berdasarkan umur ini, masyarakat mayoritas berumur 20-25 tahun sekitar 17% dimana pada usia ini masyarakat telah terdaftar sebagai pemilih pada pemilihan kepala daerah maupun pemilihan umum.

4. Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan TABEL II.5

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No Nama Sekolah Status Jumlah Siswa Persentase

1. SMAN I Sei Suka Negeri 647 18,1

2. SMA MITRA INALUM Swasta 686 19,2


(48)

4. MTS AL-IHYA Swasta 234 6,5

5. SDN No.016396 Negeri 277 7,7

6. SDN No.016397 Negeri 186 5,2

7. SDN No.018450 Negeri 65 1,8

8. SDN No.010226 Negeri 95 2,7

9. SDN No.010228 Negeri 46 1,3

10. SDN No.010227 Negeri 189 5,3

11. SD Islam Terpadu Swasta 249 7

12. TK Islam Terpadu Swasta 163 4,5

13. TK MITRA INALUM Swasta 76 2,1

14. MDA. AL Mukhlisin Swasta 71 2

Jumlah 3577 100

Sumber: Data yang diperoleh dari kantor kelurahan

Kelurahan perkebunan sipare-pare ini memiliki sarana pendidikan formal mulai dari tingkat TK (Taman Kanak-Kanak) sampai dengan SMA (Sekolah Menengah KeAtas). Jumlah penduduk usia sekolah didominasi oleh kelompok SMA dan SMP. Jumlah murid SMA tercatat pada Tahun Ajaran 2008/2009 mencapai 1333 jiwa yang terdiri dari SMAN 1 Sei Suka (647 jiwa) dan SMA MITRA INALUM (686 jiwa), dan SMPN 1 Sei Suka (593 jiwa).

Sekolah SMA Negeri maupun SMA swasta menjadi sekolah favorit yang ada di kabupaten Batu Bara. Begitu juga dengan SMP Negrinya, SMPN 1 Seik Suka merupakan sekolah percotohan yang berstandar nasional dan telah menggunakan metode komputerisasi yang lebih maju dari SMPN lain di Kabupaten BatuBara. Ini juga merupakan keistimewaan dari kelurahan ini.


(49)

Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula tingkat kesadaran politik masyarakat. Dan sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikannya maka rendah pula tingkat kesadaran politiknya.

5. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian

Kelurahan perkebunan sipare-pare ini merupakan kelurahan yang memiliki masyarakat yang heterogen, terutama dari bidang pekerjaannya. Walaupun daerah ini bisa dikatakan daerah yang memiliki industri yang beragam namun komposisi penduduk kelurahan ini terdiri dari berbagai jenis pekerjaan.

Agar dapat lebih jelas, dapat dilihat pada tabel nomer 6 sebagai berikut, TABEL II. 6

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah %

1 Karyawan 1145 47,6

2 PNS 220 9,2

3 TNI 4 0,2

4 Polri 12 0,5

5 Wiraswasta 185 7,7

6 IRT 788 32,8

7 BUMN 16 0,6

8 Tani 30 1,2

9 Dagang 4 0,2

Jumlah 2404 100


(50)

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas pekerjaan masyarakat pada kelurahan ini adalah karyawan swasta (47,6%) dan Ibu rumah tangga (32,8%). Sedangkan wiraswasta dan PNS hanya 16,9%. Hal ini diakibatkan karena daerah penelitian yakni Kelurahan Perkebunan Sipare-pare merupakan daerah yang berada di kawasan perindustrian sehingga banyak pabrik-pabrik dan masyarakat bekerja sebagai karyawan pabrik-pabrik tersebut. Bukan hanya itu, tata pola tanah yang sangat cocok untuk perkebunan juga menjadi pilihan pekerjaan masyarakat walaupun hanya 1,2% masyarakat yang bekerja sebagai petani.

II.1.3. Fasilitas Kelurahan

Fasilitas yang dapat digunakan oleh masyarakat secara bersama-sama merupakan sesuatu yang sangat diperlukan oleh masyarakat. Fasilitas rumah ibadah dan fasilitas pendidikan yang harus dimiliki oleh sebuah kelurahan.

1. Prasarana pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling penting didalam meningkatkan kesejahteraan penduduk. Dengan adanya sarana pendidikan yang cukup memadai dapat membantu masyarakat setempat untuk meningkatkan mutu pendidikan karena kemajuan masyarakat sangat tergantung pada mutu pendidikan yang diterima generasi muda. Untuk melihat lebih jelas prasarana dan sarana pendidikan dapat dilihat dari tabel nomor 7, yaitu:


(51)

TABEL II. 7

Prasarana dan sarana pendidikan di Kelurahan Sipare-Pare

No Nama Sekolah Status

Jumlah ruang belajar

Jumlah Gedung Jumlah Kan

to

r

Rumah Dinas Guru

Rumah Pen

ja g a Sekolah Jumlah Gur u Pen ja g a Sek o lah Tena g a Adminis tr asi Laborato riu m Per p ustakaan

Luas TAnah (m

2 )

1 SMAN I Sei Suka Negeri 16 9 1 0 1 41 1 3 2 0 14703 2 SMA MITRA

INALUM

Swasta

18 1 5 1 1 34 3 3 4 1 28486

3 SMPN I Sei Suka Negeri 17 15 4 0 0 43 1 4 2 1 7180 4 MTS AL-IHYA Swasta 7 1 2 0 0 17 0 2 0 0 172,5 5 SDN No.016396 Negeri 9 3 1 0 0 14 0 0 0 0 8888 6 SDN No.016397 Negeri 6 2 1 0 0 16 1 0 0 0 4444 7 SDN No.018450 Negeri 6 2 1 0 0 9 0 0 0 0 4444 8 SDN No.010226 Negeri 6 2 0 0 0 16 1 0 0 0 3604,6 9 SDN No.010228 Negeri 6 2 0 0 0 10 1 0 0 0 10.000 10 SDN No.010227 Negeri 7 7 1 0 0 14 1 0 0 1 3604,6 11 SD Islam Terpadu Swasta 10 4 1 0 1 27 1 3 0 1 10000 12 TK Islam Terpadu Swasta 7 10 1 0 1 15 1 1 0 1 100 13 TK MITRA INALUM Swasta 6 3 3 0 0 7 3 0 0 1 702 14 MDA. AL Mukhlisin Swasta 4 1 1 0 0 2 0 0 0 0 800

Jumlah 96856,2


(52)

Jika dilihat dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas pendidikan yang ada dikelurahan ini sangat memadai. Untuk menjadi sebuah sekolah yang berkualitas diperlukan adanya laboratorium, perpustakaan, lapangan olah raga dan sebagainya. Apalagi pada tingkat SMA dan SMP yang sangat membutuhkan fasilitas tersebut.

Kelurahan ini merupakan kelurahan yang memiliki 14 sekolah, mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) sampai Sekolah Menengah ke Atas (SMA), mulai dari swasta dan negeri. Jumlah usia anak sekolah mulai dari 5 tahun – 19 tahun sebanyak 1765 orang dan jumlah murid sebanyak 3577, sehingga kelurahan ini dipenuhi para pelajar dan tidak semua pelajar tinggal atau menetap di kelurahan ini sehingga jumlah pelajar dan jumlah siswa yang ada di sekolah berbeda. Masyarakat yang berada diluar kelurahan perkebunan sipare-pare ini memilih untuk bersekolah di daerah ini dikarenakan sistem pengajaran dan fasilitas yang dimiliki sudah sangat memadai, terbukti dengan perbedaan yang sangat jauh dari usia sekolah yang ada dikelurahan dengan murid yang bersekolah di daerah kelurahan ini.

2. Prasarana Rumah Ibadah

Fasilitas rumah ibadah merupakan hal yang terpenting di sebuah daerah. Adapun prasarana rumah ibadah dikelurahan Perkebunan Sipare-pare, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel nomor 8,


(53)

TABEL II. 8

Jumlah Prasarana Rumah Ibadah

No Rumah Ibadah Jumlah %

1. Mesjid 3 37,5

2. Mushola 3 37,5

3. Gereja 2 25

Jumlah 8 100

Sumber: Data yang diperoleh dari kantor kelurahan

Dari tabel diatas terlihat mayoritas kepercayaan dianut pada kelurahan ini adalah islam. Hal ini terbukti dengan banyaknya rumah ibadah, terdapat 6 rumah ibadah untuk umat muslim, 3 mesjid dan 3 mushola dan ada 2 rumah ibadah untuk umat Kristen. Rumah ibadah baik mesjid maupun mushola berada di lingkungan VI , VII, dan lingkungan III. Sedangkan gereja berada di lingkungan III dan lingkungan VII.

Jika dilihat dari banyaknya jumlah rumah ibadah, masyarakat pada kelurahan ini merupakan masyarakat yang sangat taat beragama. Dan jika dilihat dari jumlah penduduk masyarakat kelurahan sebanyak 6355 jiwa dan terdiri dari 7 lingkungan, maka fasilitas rumah ibadah untuk memenuhi masyarakat kelurahan perkebunan sipare-pare ini cukup memadai dan bahkan dapat menampung masyarakat yang ada diluar kelurahan.


(54)

II.1.4. Organisasi di kelurahan

Kelurahan Perkebunan Sipare-pare ini memiliki organisasi yang cukup berjalan dengan baik. Masyarakat sangat antusias didalam pengurusan organisasi. Adapun organisasi masyarakat misalnya, persatuan keagamaan, persatuan sosial, persatuan kelompok suku-suku, dan organisasi kepemudaan (KNPI, AMPI, FKPPI, PPM, Remaja Mesjid).41

II.1.5. Jumlah Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Kepala Daerah (Bupati) Kabupaten Batubara Berdasarkan Jenis Kelamin.

TABEL II.9

Jumlah Daftar Pemilih Tetap

Lingkungan TPS Laki-Laki Perempuan Jumlah

I 1 178 114 292

2 127 107 234

II 3 139 151 290

4 153 140 293

5 117 122 239

III 6 129 119 248

7 132 118 250

8 160 158 318

IV 9 181 165 346

41

Organisasi yang ada dikelurahan ini tidak mendaftarkan diri kekelurahan sehingga sulit untuk mengetahui berapa banyak organisasi pemuda yang ada di kelurahan ini dan banyak organisasi yang tidak jalan


(55)

10 140 126 266

V 11 154 167 321

12 127 117 244

13 133 131 264

VI 14 122 115 237

15 112 99 211

VII 16 216 196 412

Jumlah 2320 2145 4465

Sumber: Data yang diperoleh dari kantor kelurahan

Sebagaimana didaerah lain, KPU Kabupaten BatuBara mengawali tahapan kegiatan pemilihan kepala daerah (Bupati) dengan pendaftaran pemilih. Tahap-tahap pendaftaran pemilih mencakup penyusunan DPS (Daftar Pemilih Sementara), Pencocokan dan Penelitian (Coklit), penyusunan Daftar Pemilih Tambahan dan Penetapan Daftar Pemilih Tetap (DPT). Sehingga diperoleh Daftar Pemilih Tetap (DPT) kelurahan perkebunan sipare-pare ini sebanyak 4465 jiwa yang terdiri dari 7 lingkungan, 16 TPS, 2320 jiwa laki-laki dan 2145 jiwa perempuan.

Pada awalnya Daftar Pemilih Sementara (DPS) berjumlah 4354 jiwa yang terdiri dari 2252 jiwa laki-laki dan 2096 jiwa perempuan. Kemudian masyarakat melakukan penjaringan pemilih dalam tahapan pendaftaran pemilih tambahan sehingga bertambah menjadi 4465 jiwa.


(56)

II.1.6. Rekapitulasi Suara Pada Pemilihan Kepala Daerah (Bupati), 16 Oktober 2008

TABEL II.10 Rekapitulasi Suara

No Urut Nama Peserta Pemilihan Jumlah Persentase

1.

Ok. Saidin, SH, M.Hum dan Bagus Joko Triono, SE

361 14,2

2.

Parlindungan Sinaga, SH dan Nur Ali, SAg

284 11,2

3.

Ir.Yahdi Khoir Harahap dan Surya

1249 49,1

4.

Janmat Sembiring dan H.M. Syahrini A.Karim

87 3,4

5.

Ok. Arya Zulkarnaen, SH, MM dan G. Martua

Siregar

420 16,5

6.

Dr.H. Abdul Wahid dan Jalaluddin

21 0,8

7.

Januari Siregar dan Sri Kumala

88 3,4

8.

Drs.Ibrahim Usman dan H.Achmad Yusro, SH

36 1,4

Jumlah 2546 100 Sumber: Data yang diperoleh dari kantor kelurahan


(57)

Rekapitulasi suara merupakan tahapan dari pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah. Partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilih sangat rendah. Masyarakat yang menggunakan hak suara sebanyak 2546 orang, sedangkan Daftar Pemilih Tetap sebanyak 4465 jiwa. Dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi pada pemilihan kepala daerah di kelurahan Perkebunan Sipare-pare ini rendah, hanya 57 % yang mengikuti pemilihan sedangkan 43% angka golput. Angka yang cukup tinggi jika dilihat ini merupakan pemilihan yang pertama kali dilakukan.

Disaat perhitungan suara berlangsung di setiap TPS pada kelurahan ini, antusiasme masyarakat mengikuti kegiatan demi kegiatan tidak menyusut hingga kegiatan selesai. Tidak ada perdebatan antara saksi. Sehingga berdasarkan data yang diperoleh, maka pasangan Ir.Yahdi Khoir Harahap dan Surya menjadi pemenang pemilihan kepala daerah di kelurahan ini sebesar 1249 suara, diikuti pasangan Ok. Arya Zulkarnaen, SH, MM dan G. Martua Siregar sebesar 420 suara dan pasangan Ok. Saidin, SH, M.Hum dan Bagus Joko Triono, SE sebesar 361 suara. (selengkapnya lihat Tabel 9)

Pemilihan Kepala Daerah (Bupati) di Kelurahan ini baru pertama kali dilaksanakan. Hal ini diakibatkan karena daerah ini baru saja melakukan pemekaran daerah dari Kabupaten Asahan sehingga menjadi Kabupaten BatuBara pada tanggal 2 Januari 2007 dan pemilihan kepala daerah dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2008


(58)

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

Pada bab ini akan dianalisa data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada para responden di kelurahan Perkebunan Sipare-pare dengan responden sebanyak 86 orang. Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat yang telah memiliki hak suara didalam pemilihan kepala daerah pada Lingkungan IV Kelurahan Perk. Sipare-pare yaitu berjumlah 612 orang. Data yang disajikan dan dianalisa adalah karakteristik umum responden dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Bupati).

3.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Berikut ini akan disajikan data yang berkaitan dengan identitas responden yaitu: berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Agama, Etnis, Pekerjaan Utama dan Pendidikan Terakhir.

Tabel 11

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No Umur Jumlah Persentase

1. 20 – 25 11 12,8

2. 26 – 30 15 17,4

3. 31 – 35 10 11,6

4. 36 – 40 8 9,3


(59)

6. 46 – 50 17 19,8

7. 51 – 55 7 8,2

8. 56 – 60 3 3,5

Jumlah 86 100

Sumber : Data Kuesioner 2009

Didalam penelitian ini, jumlah responden adalah 86 orang. Jika dilihat dari karakteristik umur responden pada tabel 11, maka yang paling banyak jumlahnya adalah responden yang berumur 46 – 50 tahun dan yang berumur 26 – 30 dan 41 – 45 tahun dan 20-25 tahun. Data yang diperoleh ini diambil secara acak yang dikarenakan populasi bersifat heterogen. Jika dilihat dari komposisi, hal ini cukup baik untuk mewakili pandangan para pemilih yang telah dewasa dan mampu berfikir secara rasionalitas dalam pemberian suara didalam pemilihan kepala daerah (Bupati). (Lihat Tabel 11)

Tabel 12

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1. Perempuan 47 55

2. Laki-laki 39 45

Jumlah 86 100

Sumber : Data Kuesioner 2009

Sangat dipahami jika perbedaan jenis kelamin juga dapat mempengaruhi keikutsertaan masyarakat didalam Pemilihan Kepala Daerah (Bupati). Untuk itu, agar penelitian ini dapat mewakili atau menggambarkan masyarakat pemilih


(60)

berdasarkan karakteristik jenis kelamin dilakukan. Pengambilan sampel berdasarkan jenis kelamin ini diambil secara acak sesuai dengan hasil data yang diperoleh dari lapangan. Responden pada penelitian ini ternyata banyak berjenis kelamin perempuan. Meskipun demikian perbandingan jumlah responden berjenis kelamin laki-laki tidak terlalu jauh, hanya selisih 8 orang. (Lihat Tabel 12)

Tabel 13

Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah Persentase

1. Islam 66 77

2. Kristen Protestan 17 20

3. Kristen Katolik 3 3

Jumlah 86 100

Sumber : Data Kuesioner 2009

Begitu juga dengan karakteristik responden berdasarkan agama, pengambilan sampel berdasarkan hasil yang ada dilapangan. Tidak ditentukan berdasarkan rumus statistik. Karakteristik responden berdasarkan agama hanya diwakili oleh tiga agama yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik. Perbandingan jumlah responden berdasarkan karakteristik agama pada penelitian ini ternyata didominasi oleh agama islam. Pilihan masyarakat akan terlihat jika dilihat berdasarkan agama yang mereka anut. (Lihat Tabel 13)


(1)

Singarimbun , Masri, 1989, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES. Sugiyono, 2006, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: CV Alfabeta.

Umar, Husein, 2003, Metode Riset Bisnis, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Yudhoyono, Bambang, 2001, Otonomi Daerah, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

3. WEBSITE

Sulhardi, 2008, Political Psycology Socialization, and culture, political, 5 Februari 2009.


(2)

DAFTAR PERTANYAAN I. Kata Pengantar

Dengan hormat,

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir atau skripsi yang sedang saya lakukan di Departemen Ilmu Politik FISIP USU, maka saya melakukan penelitian dengan judul : “Preferensi Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah:

Studi Tentang Perilaku Politik Masyarakat Lingkungan IV Kelurahan Perkebunan Sipare-Pare pada Pemilihan Kepala Daerah (Bupati) Tahun 2008”

Adapun salah satu cara untuk mendapatkan data adalah dengan penyebaran kuesioner kepada para responden. Untuk itu, besar harapan saya kepada bapak / ibu dan saudara / saudari untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur. Semua keterangan dan jawaban yang bapak / ibu, saudara / saudari berikan bersifat rahasia dan tidak akan diketahui oleh siapapun kecuali peneliti sendiri.

Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih. Hormat Saya,

Sandra Tiffany II. Petunjuk Pengisian

1. Kuesioner ini semata-mata untuk keperluan akademis, mohon dijawab dengan jujur.

2. Baca dan jawablah semua pertanyaan dengan teliti tanpa ada yang terlewatkan.

3. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda tepat dan benar. III. Karakteristik Responden

1. Nama :

2. Usia :

3. Jenis Kelamin : a. Laki-Laki b. Perempuan

4. Etnis :

5. Agama : a. Islam d. Hindu b. Kristen Potestan e. Budha

c. Kristen Khatolik

6. Pekerjaan Utama :

a. Tidak Bekerja e. Pelajar

b. Ibu Rumah Tangga f. Mahasiswa c. Pegawai Swasta g. dll,……….. d. Pegawai Negeri Sipil

7. Pendidikan Terakhir :

a. SD d. Diploma (D1,D2,D3) b. SLTP e. Sarjana (S1,S2.S3) c. SLTA


(3)

IV. Karakteristik Pertanyaan:

8. Apakah anda mengikuti pemilihan kepala daerah 16 Oktober 2008 yang lalu?

a. ya b. tidak

9. Apakah menurut anda pelaksanaaan pemilihan kepala daerah secara langsung sudah dapat menampung aspirasi rakyat?

a. Ya b. Tidak

10. Pada saat pemilihan berlangsung, apakah anda yakin pilihan anda akan memenangkan kursi kepemimpinan kepala daerah?

a. Ya b. Tidak

11. Apakah anda setuju dengan hasil pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang lalu?

a. Ya,………. b. Tidak,………..

12. Menurut anda, apakah kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih mampu membawa Kabupaten Batubara menjadi kabupaten yang lebih baik?

a. Ya b. Tidak

14. Siapa yang anda pilih pada pemilihan kepala daerah (Bupati) yang lalu? a. Ok Saidin, SH, M.Hum dan Bagus Joko Trisno, SE

b. Parlindungan Sinaga, SH dan Nur Ali, SAg c. Ir.Yahdi Khoir Harahap dan Surya

d. Jamad Sembiring dan H.M.Syahrini A.Harim

e. Ok Arya Zulkarnaen, SH, MM dan G. Martua Siregar f. dr.Abdul Wahid dan Jalaluddin

g. Januari Siregar dan Sri Kumala

h. Drs.Ibrahim Usman dan H.Achmad Yusro, SH 15. Apa yang anda sukai dari kandidat/calon yang anda pilih?

a. Tokoh/figure b. Programnya c. Asas / ideology d. Hasil kerja/prestasi


(4)

16. Sepengetahuan anda, siapa yang dipilih Orang tua dan Saudara pada Pemilihan Kepala Daerah (Bupati) yang lalu?

a. Ayah,……… b. Ibu,……… c. Saudara,………

17. Pada saat menjalang pemilihan kepala daerah (Bupati), bentuk partisipasi apa yang anda lakukan dalam rangka mendukung calon pilihan anda? a. Mengikuti kampanye

b. Menjadi anggota partai

c. Ikut serta menyebarkan brosur dan selebaran partai d. Hanya berpartisipasi dalam pemilihan kepala daerah

18. Apakah yang memotivasi anda untuk mengikuti pemilihan kepala daerah (Bupati)?

a. Saya ingin mendukung kandidat tertentu dalam pemilihan kepala daerah (Bupati)

b. Saya tidak ingin partai pilihan saya kalah dalam pemilihan kepala darah (Bupati)

c. Kandidat yang saya pilih memiliki kinerja yang baik d. Adanya dorongan orang tua saya untuk ikut memilih

e. Lain-lain………

19. Bagi anda yang memilih Ok Saidin,SH, M.Hum dan Bagus Joko Triono,SE dalam Pemilihan Kepala Daerah (Bupati) yang lalu, apa yang menjadi alasan khusus anda?

a. Ok Saidin adalah figure yang baik b. Orang tua saya memilih Ok Saidin

c. Saya menyukai partai yang mengusung mereka

d. Lain-lain………

20. Bagi anda yang memilih Parlindungan Sinaga,SH dan Nur Ali S.Ag dalam Pemilihan Kepala Daerah (Bupati) yang lalu, apa yang menjadi alasan khusus anda?

a. Saya kecewa dengan kinerja partai

b. Parlindungan Sinaga dan Nur Ali adalah figure yang baik c. Orang tua saya memilih Parlindungan Sinaga dan Nur Ali

d. Lain-lain………

21. Bagi anda yang memilih Ir. Yahdi Khoir Hrp dan Surya dalam Pemilihan Kepala Daerah (Bupati) yang lalu, apa yang menjadi alasan khusus anda? a. Saya suka dengan figure Yahdi Khoir dan Surya

b. Orang tua saya memilih Yahdi Khoir dan Surya c. Saya menyukai partai yang mengusung mereka


(5)

22. Bagi anda yang memilih Janmat Sembiring dan H.M. Syahrini dalam Pemilihan Kepala Daerah (Bupati) yang lalu, apa yang menjadi alasan khusus anda?

a. Janmat sembiring dan Syahrini adalah figure yang baik b. Orang tua saya memilih Janmat sembiring dan Syahrini c. Saya menyukai partai yang mengusung mereka

d. Lain-lain………

23. Bagi anda yang memilih Ok Arya Zulkarnaen SH,MM dan G.Maratua Siregar dalam Pemilihan Kepala Daerah (Bupati) yang lalu, apa yang menjadi alasan khusus anda?

a. Ok Arya dan G Martua merupakan sosok yang tepat sebagai Bupati b. Orang tua saya memilih Ok Arya dan G Martua

c. Saya menyukai pasangan ini karena mereka berasal dari calon independen

d. Lain-lain………

24. Bagi anda yang memilih dr.Wahid dan Jalaludin dalam Pemilihan Kepala Daerah (Bupati) yang lalu, apa yang menjadi alasan khusus anda?

a. Saya menyukai partai yang mengusung mereka b. Orang tua saya memilih wahid dan Jalaludin

c. Wahid dan Jalaludin seorang yang cocok menjadi seorang Bupati

d. Lain-lain………

25. Bagi anda yang memilih Januari Siregar dan Sri Kumala dalam Pemilihan Kepala Daerah (Bupati) yang lalu, apa yang menjadi alasan khusus anda? a. Januari dan Sri Kumala merupakan figure yang baik

b. Saya menyukai partai yang mengusung mereka c. Orang tua saya memilih Januari dan Sri Kumala

d. Lain-lain………

26. Bagi anda yang memilih Drs.Ibrahim Usman dan H.Achmad Yusro, SH dalam Pemilihan Kepala Daerah (Bupati) yang lalu, apa yang menjadi alasan khusus anda?

a. Saya kecewa dengan kinerja partai b. Saya mengikuti pilihan orang tua

c. Ibrahim dan Achmad adalah figure yang baik

d. Lain-lain………

V. Pengaruh Calon Independen

27. Mengertikah anda dengan calon independen? a. Iya

b. Tidak

28. Apakah anda setuju dengan Keputusan MK yang memperbolehkan calon independen sebagai kepala daerah/wakil kepala daerah?


(6)

29. Apakah calon independen layak sebagai Kepala Daerah ? a. Iya,……….

b. Tidak,……….

30. Bagaimana pandangan masyarakat mengenai calon independent sebagai kepala daerah?

a. Calon independen merupakan kepala daerah yang sesuai dengan kehendak masyarakat

b. Masyarakat menilai bahwa partai tidak dapat dipercaya artinya memudarnya politik aliran

c. Calon independent tidak terikat oleh apapun termasuk partai politik d. Lain-lain

VI. Pengaruh Media Massa

31. Darimanakah anda mengetahui informasi tentang Pemilihan Kepala Daerah (Bupati)?

a. Orang tua d. Koran

b. Rekan Kerja e. Lain-lain,……….. c. Televisi

32. Siapa sumber utama anda dalam mencari informasi tentang kandidat yang anda pilih?

a. Orang tua d. Koran

b. Rekan Kerja e. Lain-lain……….. c. Televisi

33. Dari media cetak berikut ini, manakah yang paling sering anda baca? a. Koran d. Majalah Politik dan Hukum

b. Majalah hiburan e. Lain-lain,………. c. Majalah kesehatan

34. Bagaimana tanggapan anda tentang kampanye calon di media massa? a. Saya tidak mengerti apa yang dikampanyekan pasangan calon b. Saya tidak pecaya akan hal-hal yang dikampanyekan pasangan calon c. Saya merasa kampanye yang disampaikan tidak bermanfaat dan tidak

berpengaruhi akan pilihan saya d. Lain-lain………..

35. Seberapa besar pengaruh kampanye media massa terhadap pilihan anda? a. Besar sekali c. Kecil


Dokumen yang terkait

Pemberhentian Kepala Daerah Studi Kasus Pemberhentian Bupati Karo, Kena Ukur Karo Jambi Surbakti Masa Jabatan 2010-2015

2 64 100

Etnisitas dan Perilaku Pemilih (Studi Kasus: Persepsi Dan Preferensi Masyarakat Etnis Batak Toba Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung Kabupaten Karo Tahun 2010)

4 116 113

Konflik Elit Politik Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Aceh Tenggara Secara Langsung Tahun 2006

1 119 95

Preferensi Politik Pemilih Terhadap Kemenangan Calon Perseorangan Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung Di Kabupaten Batubara Periode 2008-2013 ( Studi Kasus : Perilaku Politik Pemilih di Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batubara )

6 80 85

Perilaku Pemilih Masyarakat Etnis Simalungun Pada Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 (Studi Kasus : Desa Sondi Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun).

1 43 94

Etnisitas dan Politik Suatu Studi Partisipasi Politik Etnis Karo Dalam Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 (Studi Kasus : Partisipasi Masyarkat Etnis Karo Dalam Pemilihan Umum Legislative Di Desa Tengah, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

0 38 102

Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Kepala Daerah (Studi : Perilaku Pemilih Masyarakat di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2008)

0 39 77

Pengaruh Isu Politik yang Berkembang Saat Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 Terhadap Preferensi Politik Pemilih (Studi Kasus: Mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nomennsen)

0 40 170

Responsivitas Pemilih Dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Di Kota Sukabumi Tahun 2008.

0 0 47

Perilaku Partisipasi Pemilih pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2018

1 1 20