Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Kepala Daerah (Studi : Perilaku Pemilih Masyarakat di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2008)

(1)

PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

(Studi : Perilaku Pemilih Masyarakat di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan

Tuntungan dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2008)

D

I S U S U N Oleh :

NAMA : STELLA YOVEBI HUTABARAT

NIM : 060906038

DOSEN PEMBIMBING : Drs. P. ANTHONIUS SITEPU, M.Si

DOSEN PEMBACA : INDRA FAUZAN, SHI, M. Soc.Sc

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu tiada henti mencurahkan berkat-Nya pada peneliti, sehingga karena rahmat dan karunia-Nya peneliti akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH (Studi : Perilaku Pemilih Masyarakat di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2008), yang merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik.

Dalam proses pengerjaan dan penyelesaian skripsi ini, peneliti menyadari banyak sekali bantuan dan dukungan yang diberikan oleh berbagai pihakbaik dari segi moril maupun dari segi materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu peneliti mengucapkan rasa terima kasih kepada Bapak Anthonius Sitepu, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sangat sabar meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan dan masukan kepada saya ditengah-tengah kesibukan beliau. Dan juga kepada Bapak Indra Fauzan ,S.H.I, M.soc, Sc selaku dosen pembaca yang juga meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan masukan di tengah-tengah kesibukannya.

Selanjutnya peneliti mengucapkan rasa terima kasihnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Baddaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik , Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Heri Kusmanto, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Kepada Orang Tua saya, Papa M. Hutabarat, SE dan Mama L. Gultom, Spd. Terima kasih dan sayangku selalu atas nasehat dan inspirasi yang selalu dicurahkan. Serta


(3)

dukungan dan doa yang tiada henti mama dan papa ucapkan buat Vebi. Sindiran dan amarah yang membangun yang selalu mama dan papa ucapkan adalah hal yang paling mendorong semangat Vebi ma. Buat kakakku Melly Hutabarat, SE dan adikku Anastasia Hutabarat, terima kasih buat dukungan dan doanya. Bantu Vebi terus cari ilmu selamat yah woi. Hahahhahaha… Selalu doakan yang terbaik buat Vebi yah..

4. Buat Bapak Drs. Zakaria Thaher , M.SP selaku dosen pembimbing akademik saya.

5. Bapak/ Ibu Dosen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang mengajar selama saya kuliah, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang lebih dan hal-hal yang baru kepada saya selama ini.

6. Bang Rusdi dan Bang Didi yang telah banyak membantu selama ini terutama dalam urusan administrasi di kampus.

7. Kepada pimpinan dan staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

8. Buat Opung, “Tulang dan Nantulang Yura” , “Tulang dan Nantulang Jeremia” , serta “Tulang dan Nantulang Isaura” yang telah banyak membantu dan mendoakan Vebi dalam segala hal, terutama ketika Vebi mengalami kesulitan. Semoga kiranya diberkati dan diberikan kesehatan dan kelimpahan oleh Tuhan Yesus Kristus.

9. Buat sahabatku para janda (de janda’s) yang menjadi tempat keluh kesah dan tempat menghilangkan semua penat. Ingat selalu motto kita. Maria Simaremare, Ssos, si janda rante; dan Kak Febrina, Ssos si janda kiting; aku segera menyusul kalian di peraduan para Sarjana. Dan para janda (de janda’s) lainnya yayank maria si janda sementara; yayank bella si janda goceng; yayank eka si janda lemot; mari kita kejar janda-janda yang sudah Sarjana itu. Jangan pernah patah saemangat. Ingat sayang ini semua jalan Tuhan. Buat


(4)

sahabat SMP-ku Chelsea Situmorang duluanlah aku ya yank. Segeralah menyusulku jangan diperlambat lagi dan semangat. Jangan mau di tanya-tanya pertanyaan yang itu-itu aja selalu yank. Bosen kita! Ingat lah para sahabatku bahwa segala sesuatu Indah Pada Waktunya.

10.Buat Senior dan Junior di Ilmu Politik terima kasih buat dukungannya.

11.Buat abang-abangku sayang yang selalu ada buatku setiap saat,yang selalu marah-marah dan dan nyindir aku karena skripsi yang mentok dan karena keluyuran terus. Bang Sapri, bang Agus, bang Leo, bang Joant, bang Hendrik, bang Happy, bang Ronald, bang F.x dan buat abang-abangku lainnya yang ga bisa disebutkan satu per satu terima kasih sekali lagi buat cinta dan sayangnya kalian sama adek kalian yang nakal ini. Kalian adalah abang-abangku yang terbaik yang selalu ada buatku kapan dan dimana pun. Bantu adikmu ini menjadi lebih baik dari yang sebelumnya yah.

12.Buat teman-teman aku yang selalu marah karena aku ga fokus. Buat Dinan yang paling cerewet setiap waktu, Bram ci Uuk yang duluan pensiun dari dunia kampus, Frans, Ardi si parbada dengan nasehat dan amanahnya yang membuatku tenang, Joshian, Idaman, Jefri, Othniel, Taufan, Brando yang sering nyindir akhir-akhir ini, si papa Jhon yang mulai sombong dan sibuk dengan dunianya, dan semua teman-teman lainnya yang sibuk ngurusin aku setiap waktu dengan komentar dan celotehan yang memanaskan kuping. Terima kasih dukungannya yah. Sukses dan sehat selalu buat kita.

13.Kepada pimpinan dan staf Balitbang di Kota Medan sehingga surat dan berkas penelitian cepat selesai. Terutama Bang Faisal dan Bang Jhon.

14.Bapak Lurah Kelurahan Mangga yang telah banyak membantu dan memberikan kesempatan pada saya untuk melakukan penelitian ini, dan kepada seluruh pegawai


(5)

kantor lurah Kelurahan Mangga yang mempermudah segala proses dan data yang saya perlukan.

15.Bapak Camat Kecamatan Medan Tuntungan dan semua staf yang sudah banyak membantu sehingga semuanya menjadi lebih mudah.

16.Buat teman-teman dekatku di dunia maya yang ga mungkin disebutkan satu per satu. Kalian yang terbaik di bidangnya lah. Hahahahhaha… Agak ngelantur sedikit.

Akhirnya peneliti hanya bisa memanjatkan doa kepada Tuhan Yesus semoga segala kebaikan dan kemurahan hati serta dukungan yang diberikan dibalas yang berlipat-lipat lagi dari Tuhan. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Medan, September 2010 Peneliti,


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang Masalah ... 1

I. 2. Perumusan Masalah ... 7

I. 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

I. 3.1. Tujuan Penelitian ... 7

I. 3.2. Manfaat Penelitian ... 8

I. 4. Kerangka Teori... 8

I. 4.1. Perilaku Pemilih ... 9

I. 4.1.1. Pendekatan Sosiologis ... 11

I.4.1.2 Pendekatan Psikologis ... 12

I.4.1.3 Pendekatan Rasional ... 13

I. 4.2. Pemilihan Kepala Daerah ... 16

I. 5. Metodologi Penelitian ... 22

I. 5.1. Jenis Penelitian ... 22

I. 5.2. Lokasi Penelitian ... 23


(7)

I. 5.4. Teknik Pengumpulan Data ... 24

I. 5.5. Teknik Analisis Data ... 25

I. 6. Sistematika Penulisan ... 25

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II. 1 Keadaan Geografi Kelurahan... 26

II. 2 Demografi Kelurahan Mangga ... 27

BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA III. 1 Identitas Responden... 39

III. 2 Evaluasi Tentang Perilaku Pemilih ... 43

III. 3 Evaluasi Tentang Kampanye ... 49

III. 4 Evaluasi Tentang Pemungutan Suara ... 54

III. 5 Evaluasi Tentang Partai Politik ... 58

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN IV. 1 Kesimpulan... 63

IV. 2 Saran... ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin ...27

Tabel 2 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikannya ...29

Tabel 3 Prasarana Pendidikan Formal ...30

Tabel 4 Wadah Pendidikan Keagamaan...31

Tabel 5 Prasarana Pendidikan Keterampilan ...31

Tabel 6 Pekerjaan Sektor Pertanian Tanaman Pangan ...32

Tabel 7 Sektor Jasa/ Perdagangan ...33

Tabel 8 Agama yang Dianut di Kelurahan Mangga ...35

Tabel 9 Prasarana Kesehatan Kelurahan Mangga ...36

Tabel 10 Rekapitulasi Penghitungan Suara PILGUBSU 2008 ...37

Tabel 11 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ...40

Tabel 12 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...40

Tabel 13 Karakteristik Responden Berdasakan Agama ...41

Tabel 14 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...42

Tabel 15 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Utama ...43

Tabel 16 Jawaban Responden Terhadap Apakah Terdaftar dalam DPT ...44

Tabel 17 Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Menggunakan Hak Pilih ...44

Tabel 18 Jawaban Responden Menggunakan Hak Pilih Berdasar Pendidikan ...45

Tabel 19 Jawaban Responden Alasan Menggunakan Hak Pilih ...46

Tabel 20 Jawaban Responden Alasan Memilih Berdasar Tingkat Pendidikan ...47


(9)

Tabel 22 Jawaban Responden Anggota Keluarga Mempengaruhi Pilihan ...48

Tabel 23 Jawaban Responden Pernah atau Tidak Melihat Kampanye ...50

Tabel 24 Jawaban Responden Terlibat Langsung dalam Kampanye atau Tidak ...50

Tabel 25 Jawaban Responden Terhadap Jenis Kampanye yang Dihadiri ...51

Tabel 26 Jawaban Responden Terhadap Perlukah Ada Kampanye ...52

Tabel 27 Jawaban Responden Terhadap Motivasi Mengikuti Kampanye ...53

Tabel 28 Jawaban Responden Bentuk Kampanye yang Paling Menarik ...53

Tabel 29 Jawaban Responden Kampanye Mempengaruhi Keputusan ...54

Tabel 30 Jawaban Responden Memakai Hak Pilih atau Tidak ...55

Tabel 31 Jawaban Responden Pilihan dalam Pilgubsu 2008 ...55

Tabel 32 Jawaban Responden Faktor Dominan yang Mempengaruhi Pilihan ...56

Tabel 33 Jawaban Responden Figur Pasangan Calon ...57

Tabel 34 Jawaban Responden Memilih Karena Partai Pengusungnya ...58

Tabel 35 Jawaban Responden Tentang Keanggotaan dalam Parpol ...59

Tabel 36 Jawaban Responden Alasan Menjadi Anggota Partai ...60

Tabel 37 Ketertarikan Pemilih pada Partai Tertentu Jelang Pilgubsu 2008 ...61

Tabel 38 Partai Politik Pengusung Pasangan Calon Mempengaruhi atau Tidak ...61


(10)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

NAMA : STELLA YOVEBI HUTABARAT

NIM : 0 6 0 9 0 6 0 3 8

PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

(Studi : Perilaku Pemilih Masyarakat di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2008)

ABSTRAK

Pemilihan kepala daerah secara langsung terkait dengan peran masyarakatnya dalam memberikan dukungan suara kepada partai politik atau pasangan calon yang ada. Dalam pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan untuk pertama kali, akan berkaitan dengan perilaku pemilih masyarakatnya. Dan tentunya banyak hal yang dapat dilihat dari perilaku pemilih ini, antara lain kampanye, partai politik dan juga pemungutan suara.

Bahwa kampanye, partai politik dan pemungutan suara adalah inti dari sebuah perilaku pemilih masyarakat tadi. Dan skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara umum perilaku pemilih yang seperti apa yang terjadi di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan ini dalam Pemilihan Kepala Daerah di Sumatera Utara tahun 2008, sekaligus mengetahui seberapa besar partisipasi masyarakatnya. Dan populasi dari penelitian ini adalah pemilih yang terdaftar dalam PilGubsu 2008 di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. Penelitian dilakukan terhadap masyarakat yang telah berhak memilih yaitu mereka yang telah beusia 17 tahun ke atas atau yang sudah menikah.

Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini menggunakan rumus Taro Yamane sehingga diperoleh sampel sebagai responden sebanyak 100 orang .

Dan dalam Pilkada yang dilaksanakan secara langsung di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan, berlangsung dengan baik, lancar, aman dan tentram. Masyarakat Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan tidak terpengaruh akan adanya isu tentang Suku, Agama dan Ras.


(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

NAMA : STELLA YOVEBI HUTABARAT

NIM : 0 6 0 9 0 6 0 3 8

PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

(Studi : Perilaku Pemilih Masyarakat di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2008)

ABSTRAK

Pemilihan kepala daerah secara langsung terkait dengan peran masyarakatnya dalam memberikan dukungan suara kepada partai politik atau pasangan calon yang ada. Dalam pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan untuk pertama kali, akan berkaitan dengan perilaku pemilih masyarakatnya. Dan tentunya banyak hal yang dapat dilihat dari perilaku pemilih ini, antara lain kampanye, partai politik dan juga pemungutan suara.

Bahwa kampanye, partai politik dan pemungutan suara adalah inti dari sebuah perilaku pemilih masyarakat tadi. Dan skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara umum perilaku pemilih yang seperti apa yang terjadi di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan ini dalam Pemilihan Kepala Daerah di Sumatera Utara tahun 2008, sekaligus mengetahui seberapa besar partisipasi masyarakatnya. Dan populasi dari penelitian ini adalah pemilih yang terdaftar dalam PilGubsu 2008 di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. Penelitian dilakukan terhadap masyarakat yang telah berhak memilih yaitu mereka yang telah beusia 17 tahun ke atas atau yang sudah menikah.

Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini menggunakan rumus Taro Yamane sehingga diperoleh sampel sebagai responden sebanyak 100 orang .

Dan dalam Pilkada yang dilaksanakan secara langsung di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan, berlangsung dengan baik, lancar, aman dan tentram. Masyarakat Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan tidak terpengaruh akan adanya isu tentang Suku, Agama dan Ras.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pemerintah berusaha merevisi UU No. 5/1974 di bawah pimpinan Presiden Habibie dikala itu, dengan menerbitkan UU No. 22/1999 sebagai landasan hukum pemerintahan daerah. UU ini berawal dari ketidakadilan dan ketimpangan hubungan yang terjadi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dan diharapkan UU No. 22/1999 dapat mengakomodasikan perubahan paradigma pemerintahan dan dapat mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataaan dan keadilan, memperhatikan perbedaan potensi dan keanekaragaman, serta dapat mencegah terjadinya disintegrasi bangsa.1

Lahirnya undang-undang ini merupakan respons atas tuntutan masyarakat di era reformasi yang mengkehendaki pelaksanaan otonomi luas dengan prinsip-prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peningkatan peran serta masyarakat, diakuinya potensi dan keanekaragaman daerah, serta terciptanya kemandirian daerah.2

Undang-undang pemerintah daerah lahir sebagai antisipasi pembaharuan dan penyempurnaan dari beberapa aturan yang melandasi pelaksanaan pemerintah didaerah yang sudah tidak antisifatif dalam perkembangan. Di sisi lain, undang-undang ini merupakan implementasi dari beberapa aturan mendasar, dengan tegas dan jelas memberikan batasan-batasan beberapa pengertian sebagai dasar pelaksanaan pemerintahan di daerah, antara lain memisahkan secara tegas fungsi dan peran pemerintah daerah dan DPRD, yang di satu sisi

1

Dr. Agussalim Andi Gadjong, S.H, Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum. Bogor : Ghalia Indonesia, 2007, Hal. 161

2


(13)

menempatkan kepala daerah beserta perangkat daerah otonom sebagai badan eksekutif daerah dan di sisi lainnya, DPRD sebagai badan legislatif daerah.3

Selanjutnya, di bawah pemerintahan Presiden Megawati yang telah melakukan evaluasi yang mendasar, maka diterbitkanlah UU No. 32/2004 sebagai landasan hukum pemerintah daerah yang menggantikan UU No. 22/1999 karena dianggap tidak lagi sesuai setelah amandemen UUD 1945.4

Tahun 2005, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, dipilih secara langsung oleh rakyat. Peristiwa ini menandai babakan baru dalam sejarah politik daerah di Indonesia. Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung diatur dalam UU No.32 / 2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 56.5

Pemilihan kepala daerah ini dinilai sebagai perwujudan pengembalian “hak-hak dasar” masyarakat di daerah dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rangka rekrutmen pimpinan daerah mendinamisir kehidupan demokrasi di tingkat lokal.

Dalam Pasal 56 ayat (1) dikatakan :

“Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.”

6

3

Lihat dalam UU No. 22/1999 Pasal 14

4

Dr. Agussalim Andi Gadjong, S.H., Op. Cit., Hal. 167

5

UU No.32 / 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan hasil revisi UU No.22/1992, yang secara final diputuskan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 29 September 2004.

6

Joko J. Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005, Hal. 3

Demokrasi di tingkat lokal mulai mekar, yang pada tahun 2005 untuk pertama kalinya dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia digelar perhelatan akbar “Pemilihan Kepala Daerah Langsung”, baik gubernur dan wakilnya, maupun bupati atau walikota dan wakilnya. Pilkadasung merupakan kerja keras dalam demokrasi. Banyak hal yang menjadi konsekuensinya antara lain energi, waktu, pikiran dan


(14)

lainnya. Keberhasilan pilkada untuk melahirkan kepemimpinan daerah yang demokratis, sesuai kehendak dan tuntutan rakyat sangat tergantung pada sikap kritisisme dan rasionalitas rakyat sendiri.7

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian dari kategori pemilu. Pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan suatu langkah maju dalam proses demokrasi di Indonesia. Melalui pemilihan kepala daerah langsung berarti mengembalikan hak-hak masyarakat di daerah untuk berpartisipasi dalam proses politik dalam rangka rekrutmen politik lokal secara demokrasi.

Bahwa rakyat benar-benar dapat menunjukkan kedaulatannya dengan memilih pemimpinnya sendiri. Dalam sejarah demokrasi di Indonesia, kedaulatan itu hanya terwujud dalam pemilihan kepala desa.

8

Adapun pilkada terkait dengan kedaulatan rakyat yang mencakup hal-hal sebagai berikut :

Sehingga hal ini semakin memajukan demokrasi di tingkat lokal karena masyarakat lokal akan memilih sendiri siapakah calon pemimpinnya atau yang mewakilinya di daerah.

9

• Rakyat secara langsung dapat menggunakan hak-haknya secara utuh. Menjadi kewajiban negara memberikan perlindungan terhadap hak pilih rakyat. Salah satu hak politik rakyat tersebut adalah hak memilih calon pemimpin. Penundaan atau peniadaan hak pilih tidah hanya mengurangi secara signifikansi nilai-nilai demokrasi dalam pilkada langsung namun bahkan setiap saat mengancam legitimasi pemimpin pemerintahan daerah.

• Wujud nyata asas pertanggungjawaban dan akuntabilitas. Hal ini merupakan landasan amat penting guna menjaga kelangsungan sebuah kepemimpinan politik. Melalui pilkada 7

Ibid., Hal. 3

8

Ibid., Hal. 21

9


(15)

langsung, maka seorang kepala daerah harus dapat mempertanggungjawabkan kepemimpinan kepada rakyat yang memilih. Tingkat penerimaan rakyat kepada kepala daerah merupakan jaminan bagi peningkatan partisipasi politik rakyat yang akan menjaga kelanggengan sebuah kepemimpinan. Kepala daerah yang tidak dapat memenuhi pertanggungjawaban dan akuntabilitasnya akan ditinggalkan rakyat, bahkan rakyat akan menghukumnya dengan jalan tidak akan memilihnya lagi. Karena itu dalam beberapa sistem pemilihan, calon kepala daerah harus memiliki trade merk, yaitu ciri khas dan prioritas program kerja, yang harus dipertanggungjawabkan.

• Menciptakan suasana kondusif bagi terciptanya hubungan sinergis antara pemerintahan dan rakyat. Pemerintahan akan melaksanakan kehendaknya sesuai dengan kehendak rakyat. Keserasian dan keseimbangan hubungan antara keduanya akan membawa pengaruh yang sangat menentukan bagi tegaknya suatu pemerintahan yang demokratis. Oleh sebab itu, bilamana sebuah pemerintahan telah “ditinggalkan” rakyatnya, maka ambruknya pemerintahan tersebut tinggal menunggu waktu dalam hitungan yang tak lama.

Perilaku pemilih masyarakat adalah aspek penting yang menunjang keberhasilan suatu pelaksanaan pilkada. Dan perilaku pemilih yang dimaksud disini adalah antara lain yaitu dalam pelaksanan kampanye, kepartaian dan juga proses voting atau pemberian suara. Di sini kampanye telah mengalami pergeseran paradigma. Paradigma lama bahwa kampanye merupakan bagian dari kegiatan pemilihan untuk meyakinkan pemilih telah pudar dan diganti dengan paradigma baru bahwa kampanye merupakan komunikasi politik dan pendidikan politik.10

10


(16)

Bergabung dengan partai politik juga merupakan bagian atau bentuk dari perilaku pemilih. Karena partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara.11

Sampai saat ini belum terlalu banyak kalangan pemerhati politik Indonesia yang melakukan kajian intensif terhadap perilaku pemilih. Kebanyakan, dalam mempelajari partai politik dan pemilu lebih banyak yang memfokuskan pada proses pelaksanaan pemilunya, karakteristik pendukung parpolnya serta kemungkinan perolehan suara dari masing-masing parpol. Padahal kajian tentang perilaku pemilih juga tidak kalah pentingnya terutama di dalam pilkada.

Selain itu, ada indikator terpenting pemilihan yang berkualitas yaitu dilaksanakannya pemungutan suara oleh rakyat sebab benar-benar mencerminkan implementasi asas-asas pilkada langsung, yakni langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pemungutan suara adalah proses pencurahan pikiran dan pertimbangan warga untuk memilih calon berdasarkan informasi dan data yang diperoleh pada masa kampanye. Bagi pemilih, pemberian suara atau vote ini merupakan seleksi akhir dalam pemilihan, yang dikenal dengan seleksi politis.

Perilaku pemilih dalam pilkada itu sangat penting. Karena di dalam menentukan apakah pilkada itu berhasil, maka perilaku pemilih masyrakatnya akan menjadi faktor penentu yang penting pula. Bila di dalam pelaksanaan pilkada ternyata dapat dilihat bahwa masyarakat tidak terlalu ikut ambil bagian di dalamnya, misalnya dapat dilihat dengan tingginya angka golput, berarti pilkada tersebut kurang berhasil dilaksanakan. Terbukti dengan masyarakatnya yang kurang memberi perhatian pada pesta demokrasi lokal itu. Karena pentingnya perilaku pemilih di dalam pilkada, maka memang perlu diadakan kajian intensif terhadap perilaku pemilih itu sendiri.

11


(17)

Pilkada yang termasuk sebagai bagian dari pemilihan umum adalah merupakan satu hal yang baru bagi masyarakat kita. Mengapa saya mengkaji perilaku pemilih dalam pilkada dan bukannya pemilu, adalah karena ingin dilihat juga apakah memang masyarakat cukup antusias dalam menyambut pesta demokrasi daerah ini. Karena dalam pilkada kita akan memilih orang no 1 di daerah kita nantinya.

Oleh sebab itu, menyadari akan kurangnya penelitian tentang perilaku pemilih, maka di dalam proposal penelitian ini saya akan menjelaskan dan meneliti tentang perilaku pemilih masyarakat yang terdapat di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. Kelurahan Mangga merupakan salah satu daerah yang melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah. Kelurahan Mangga merupakan sebuah pemukiman padat penduduk. Dan tentu saja terdapat variasi dalam jenis atau bentuk perilaku pemilih yang terdapat di wilayah ini.

Keterlibatan masyarakat Kelurahan Mangga dalam Pemilihan Kepala Daerah dapat dikatakan sebagai sebuah partisipasi politik. Dan dalam partisipasinya itu maka akan kita lihat pula perilaku pemilih yang seperti apa yang terdapat di dalam Kelurahan Mangga ini. Baik itu kampanye yang berlangsung ataupun pada saat pemberian suaranya. Maka berdasarkan hal-hal diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang Perilaku Pemilih dalam Pemilihan Kepala Daerah di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan.

I.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa masalah yang dikemukakan dalam penelitian itu dipandang menarik, penting dan perlu untuk diteliti. Perumusan masalah juga merupakan suatu usaha yang menyatakan pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicari pemecahannya. Atau dengan kata lain


(18)

perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah.12

I.3.1 Tujuan Penelitian

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah perilaku pemilih di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan

Tuntungan dalam Pilgubsu 2008?

I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu:

Untuk mendeskripsikan perilaku pemilih seperti apa yang terdapat di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. Baik dari segi keikutsertaan mereka dalam masa kampanye menjelang pemilu, ataukah dengan ikut menjadi anggota partai politik, maupun ketika pemungutan suara.

I.3.2 Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah :

• Bagi di penulis yaitu, semakin menambah pengetahuan penulis tentang perilaku pemilih dan semakin melatih penulis dalam mengembangkan pemikirannya. Selain itu, juga melatih penulis dalam membuat atau menuliskan suatu karya ilmiah.

• Juga diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan yang ada, terutama bagi mahasiswa ilmu politik dan juga bagi mahasiswa lainnya yang mungkin tertarik dengan bidang politik.

12


(19)

Bagi instansi yang terkait dalam penelitian ini yaitu KPU, maka manfaat yang di dapat adalah bahwa KPU dapat melihat seperti apakah antusiasme masyarakat di Kelurahan Mangga dalam menyambut pilkada sehingga dapat lebih meningkatkan sosialisasi pilkada dan pada akhirnya lebih menyukseskan terlaksananya pilkada

.

I.4 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah unsur yang paling penting di dalam penelitian, karena pada bagian ini peneliti akan mencoba menjelaskan fenomena sosial yang sedang diamati dengan menggunakan teori-teori yang relevan dengan penelitiannya. Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep.13

I.4.1 Perilaku Pemilih

Oleh karena itu, dalam kerangka teori ini penulis akan memaparkan teori-teori yang merupakan landasan berpikir dalam menggambarkan masalah penelitian yang sedang disoroti. Teori-teori yang relevan dengan masalah ini antara lain :

Apakah yang dimaksud dengan pemilih itu sendiri? Pemilih adalah semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan bersangkutan. Pemilih dalam hal ini dapat berupa konstituen maupun masyarakat pada umumnya. Konstituen adalah kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu yang kemudian termanifestasikan dalam

13


(20)

institusi politik seperti partai politik. Selain itu, pemilih juga bisa saja bagian dari masyarakat luas yang bisa saja tidak menjadi konstituen partai politik tertentu.

Adapun perilaku pemilih menurut Surbakti adalah : “aktivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih (to vote or not to vote) di dalam suatu pemilihan umum (pilkada secara langsung). Bila voters memutuskan untuk memilih (to vote) maka voters akan memilih atau mendukung kandidat tertentu”.14

• Sebagai komunikasi politik, kampanye diarahkan pada penciptaan kondisi yang memungkinkan terbangunnya kepercayaan dan pertanggungjawaban terhadap program-program yang ditawarkan calon. Sebagai pendidikan politik, kampanye mengandung penguatan rasionalitas dan kritisisme pemilih. Dan melalui kampanye kita dapat melihat, apakah memang masyarakat ikut andil dalam pelaksanaan kampanye tersebut karena dengan ikut di dalam pelaksanaan kampanye merupakan salah satu bentuk dari peilaku pemilih.

Adapun bentuk-bentuk perilaku pemilih yang dimaksud disini adalah antara lain keikutsertaan masyarakat dalam kampanye, keikutsertaan masyarakat dalam partai politik dan juga puncaknya keikutsertaan masyarakat dalam pemungutan suara (vote).

• Kegiatan seseorang dalam parpol adalah merupakan sebuah partisipasi politik. Sehingga adapun peran dan fungsi partai politik di dalam pilkada adalah : (1)sebagai komunikasi politik yaitu contohnya melaksanakan kampanye; (2)sebagai pendidikan politik yaitu memberikan pengarahan untuk ikut serta memberika suara (vote); (3)sosialisasi pilkada

14


(21)

yang menjelaskan untuk apa dan mengapa diadakan pilkada; (4)fungsi rekrutmen politik.15

• Yang terakhir adalah puncaknya pada saat pemungutan suara atau vote. Disini akan dilihat seberapa besar masyarakat yang benar ikut ambil bagian dalam pemilihan tadi. Yaitu ketika mereka memberikan suara mereka di TPS lingkungan mereka masing-masing.

Keputusan untuk memberikan dukungan dan suara tidak akan terjadi apabila tidak terdapat loyalitas pemilih yang cukup tinggi kepada calon pemimpin jagoannya. Begitu juga sebaliknya, pemilih tidak akan memberikan suaranya kalau mereka menganggap bahwa sebuah partai atau calon pemimpin tidak loyal serta tidak konsisten dengan janji dan harapan yang telah mereka berikan.

Perilaku pemilih juga sarat dengan ideology antara pemilih dengan partai politik atau konsestan pemilu. Masing-masing kontestan membawa ideology yang saling berinteraksi. Selama periode kampanye pemilu, muncul kristalisasi dan pengelompokkan antara ideologi yang dibawa kontestan. Masyarakat akan mengelompokkan dirinya kepada kontestan yang memiliki ideologi sama dengan yang mereka anut sekaligus juga menjauhkan diri dari ideologi yang berseberangan dengan mereka.16

Di dalam mengambil keputusannya, maka masyarakat diperkirakan mempunyai tolok ukur yang tradisional yang meliputi 3 aspek penting, yakni : 17

• Identifikasi terhadap partai

• Isu yang diusung partai atau calon, dan

• Penampilan, gaya dan kepribadian calon. 15

Irtanto, Dinamika Politik Lokal Era otonomi Daerah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008, hal 178-182

16

Muhammad Asfar, Pemilu dan Perilaku Pemilih 1955-2004. Jakarta : Pustaka Eureka, 2006, Hal 137

17


(22)

Perilaku pemilih dapat dianalisis dengan tiga pendekatan yaitu : 18

Bila pendekatan sosiologis berkembang di Amerika Serikat dan berasal daro Eropa Barat, maka pendekatan psikologis merupakan fenomena Amerika Serikat karena dikembangkan sepenuhnya oleh Amerika Serikat melalui Survey Research Centre di Universitas Michigan.

I.4.1.1 Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosiologis sebenarnya berasal dari Eropa, kemudian di Amerika dan pendidikan Eropa. Karena itu, dia disebut sebagai model sosiologi politik Eropa. David Denver, ketika menggunakan pendekatan ini untuk menjelaskan perilaku pemilih masyarakat Inggris, menyebutkan model ini sebagai social determinism approach.

Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokkan-pengelompokkan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih seseorang. Karakteristik sosial (seperti pekerjaan, pendidikan, dsb) dan karakteristik atau latar belakang sosiologis (seperti agama, wilayah, jenis kelamin, umur, dsb) merupakan faktor penting dalam menentukan pilihan politik. Pendek kata, pengelompokkan sosial seperti umur (tua-muda), jenis kelamin (lelaki-perempuan), agama dan semacamnya dianggap mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam membentuk pengelompokkan sosial baik secara formal seperti keanggotaan seseorang dalam organisasi-organisasi keagamaan, pertemanan, ataupun kelompok-kelompok kecil lainnya, yang merupakan sesuatu yang sangat vital dalam memahami perilaku politik seseorang, karena kelompok-kelompok imilah yang mempunyai peranan besar dalam membentuk sikap, persepsi dan orientasi seseorang.

I.4.1.2 Pendekatan Psikologis

18


(23)

Oleh karena itu, pendekatan ini juga disebut Mazhab Michigan. Pelopor utama pendekatan ini adalah Angust Campbell.

Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi terutama konsep sosialisasi dan sikap untuk menjelaskan perilaku pemilih. Variabel-variabel itu tidak dapat dihubungkan dengan perilaku memilih kalau ada proses sosialisasi. Oleh karena itu, menurut pendekatan ini, sosialisasilah sebenarnya yang menentukan perilaku memilih (politik) seseorang. Oleh karena itu, pilihan seorang anak yang telah melalui tahap sosialisasi politik ini tidak jarang memilih partai yang sama dengan pilihan orang tuanya.

Penganut pendekatan ini menjelaskan sikap seseorang sabagai refleksi dari kepribadian seseorang merupakan variabel yang cukup menentukan dalam mempengaruhi perilaku politik seseorang. Oleh karena itu, pendekatan psikologis menekankan pada tiga aspek psikologis sebagai kajian utama yaitu ikatan emosional pada suatu partai politik, orientasi terhadap isu-isu dan orientasi terhadap kandidat.

I.4.1.3 Pendekatan Rasional

Penggunaan pendekatan rasional dalam menjelaskan perilaku pemilih oleh ilmuwan politik sebenarnya diadaptasi dari ilmu ekonomi. Mereka melihat adanya analogi antara pasar (ekonomi) dan perilaku pemilih (politik). Apabila secara ekonomi masyarakat dapat bertindak secara rasional, yaitu mereka menekan ongkos sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, maka dalam perilaku politik pun maka masyarakat akan dapat bertindak secara rasional, yakni memberikan suara ke OPP yang dianggap mendatangkan keuntungan yang sebesar-besarnya dan menekan kerugian.


(24)

Dalam konteks pilihan rasional, ketika pemilih merasa tidak mendapatkan faedah dengan memilih partai atau calon presiden yang tengah berkompetisi, ia tidak akan melakukan pilihan pada pemilu. Hal ini dilandaskan pada kalkulasi ekonomi, di mana perhitungan biaya yang dikeluarkan lebih besar dengan apa yang akan didapatnya kelak. Maka jalan terbaik bagi pemilih adalah melakukan kegiatan atau aktivitas kesehariannya.

Pendekatan ini juga mengandaikan bahwa calon presiden atau partai yang bertanding akan berupaya dan berusaha untuk mengemukakan pelbagai program untuk menarik simpati dan keinginan pemilih memilih. Namun, apabila partai ataupun calon presiden itu gagal mempromosikan programnya pada pemilih, maka pilihan untuk tidak memilih adalah rasional bagi pemilih. Oleh karena itu, pada Pemilu 2008 sistem pemilihan diubah, dan mempersilahkan rakyat untuk ikut andil memilih pasangan presiden yang mereka anggap dapat memberikan harapan. Layaknya seorang pembeli di pasar, pemilih melakukan pilihan dengan cermat bukan hanya dalam memilih presiden tetapi juga anggota DPR, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Jenis-Jenis Pemilih antara lain sebagai berikut :19

Pemilih Rasional

Pemilih dalam hal ini mengutamakan kemampuan partai politi atau calon peserta pemilu dengan program kerjanya, mereka melihat program kerja tersebut melalui kinerja partai atau kontestan dimasa lampau, dan tawaran program yang diberikan sang calon atau partai politik dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang terjadi.

19


(25)

Pemilih jenis ini memiliki ciri khas yang tidak begitu mementingkan ikatan ideologi kepada suatu partai politik atau seorang kontestan. Hal yang terpenting bagi pemilih jenis ini adalah apa yang bisa dan yang telah dilakukan oleh sebuah partai atau seorang kontestan pemilu.

Pemilih Kritis

Proses untuk menjadi pemilih ini bisa terjadi melalui 2 hal yaitu pertama, jenis pemilih ini menjadikan nilai ideologis sebagai pijakan untuk menentukan kepada partai atau kontestan pemilu mana mereka akan berpihak dan selanjutnya mereka akan mengkritisi kebijakan yang akan atau yang telah dilakukan. Kedua, bisa juga terjadi sebaliknya dimana pemilih tertarik dahulu dengan program kerja yang ditawarkan sebuah partai atau kontestan pemilu baru kemudian mencoba memahami nila-nilai dan faham yang melatarbelakangi pembuatan sebuah kebijakan. Pemilih jenis ini adalah pemilih yang kritis, artinya mereka akan selalu menganalisis kaitan antara ideologi partai dengan kebijakan yang akan dibuat.

Pemilih Tradisional

Jenis pemilih ini memiliki orientasi ideologi yang sangat tinggi dan tidak terlalu melihat kebijakan partai politik atau seorang kontestan sebagai sesuatu yang penting dalam pengambilan keputusan. Pemilih tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai, asal-usul, paham dan agama sebagai ukuran untuk memilih sebuah partai poltik atau kontestan pemilu. Kebijakan seperti yang berhubungan dengan masalah ekonomi, kesejahteraan, pendidikan dan lainnya dianggap sebagai prioritas kedua. Pemilih jenis ini sangat mudah dimobilisasi selama masa kampanye, pemilih jenis ini memiliki loyalitas yang sangat tinggi. Mereka menganggap


(26)

apa saja yang dikatakan oleh seorang kontestan pemilu atau partai politik yang merupakan kebenaran yang tidak bisa ditawar lagi.

Pemilih Skepsis

Pemilih jenis ini tidak memiliki orientasi ideologi yang cukup tinggi dengan sebuah partai politik atau kontestan pemilu, pemilih ini juga tidak menjadikan sebuah kebijakan menjadi suatu hal yang penting. Kalaupun mereka berpartisipasi dalam pemilu, biasanya mereka melakukannya secara acak atau random. Mereka berkeyakinan bahwa siapapun yang menjadi pemenang dalam pemilu, hasilnya sama saja, tidak ada perubahan yang berarti yang dapat terjadi bagi kondisi daerah atau negara ini.

Setelah melihat beberapa jenis pemilih, para kontestan pemilu nanti harus bisa memahami segala jenis pemilih dan berusaha merebut suara pemilih tersebut, yaitu tentunya melalui kampanye. Karena dengan memahami jenis pemilih yang ada, kemungkinan untuk memenangkan pemilu menjadi semakin kuat. Mereka harus mampu meraih suara dari setiap jenis pemilih yang ada. Untuk itu mereka pada umumnya dukungan dari tokoh-tokoh ataupun hal-hal yang membuat setiap jenis pemilih di atas mau mendukung mereka dalam pemilu ataupun pilkada nanti.

I.4.2 Pemilihan Kepala Daerah

Pemilihan kepala daerah merupakan babak baru dalam sejarah politik daerah di Indonesia. Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah, atau seringkali disebut pilkada, adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara


(27)

langsung di Indonesia oleh penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat. Kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah:20

• Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi

• Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten

• Walikota dan wakil walikota untuk kota

Aktor-aktor utama yang berperan sentral dalam proses pilkada adalah rakyat, partai politik dan kandidat itu sendiri. Di samping itu, komisi pemilihan umum daerah (KPUD) sebagai lembaga penyelenggaraan pilkada yang sifatnya independen, sedangkan pemerintah daerah, merupakan pilar lainnya yang turut memberikan kontribusi bagi penyelenggaraan pilkada.21

Dipilihnya sistem pilkada langsung mendatangkan optimisme dan pesimisme tersendiri. Pemilihan kepala daerah langsung dinilai sebagai perwujudan pengembalian “hak-hak dasar” masyarakat di daerah dengan memberikan wewenang yang utuh dalam rangka rekrutmen pimpinan daerah sehingga meningkatkan kehidupan demokrasi di tingkat lokal. Apabila pilkada

Pilkada diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dengan diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, peserta pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pilkada juga dapat berasal dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang. Undang-undang ini menindaklanjuti keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan beberapa pasal menyangkut peserta Pilkada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

20

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan _umum_kepala_daerah_dan_wakil_kepala_daerah

21

Prof. Dr. J. Kaloh, SU, Demokrasi dan Kearifan Lokal pada Pilkada Langsung. Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2008, Hal. 3-4


(28)

langsung itu berhasil, maka akan menghasilkan dan melahirkan kepemimpinan daerah yang demokratis, yang sesuai kehendak dan tuntutan rakyat sangat tergantung pada kritisisme dan rasionalisme rakyat sendiri.22

Pilkada langsung menjadi solusi elegan sekaligus terobosan untuk mengatasi kemacetan demokrasi lokal. Dengan demikian guliran perubahan akan terus berlangsung dari tingkat nasional ke tingkat lokal, khususnya dalam memilih pejabat publik yang dipilih langsung oleh rakyat sesuai keinginannya.23

Istilah jabatan publik mengisyaratkan bahwa kepala daerah menjalankan fungsi pengambilan kebijakan yang terkait langsung dengan kepentingan rakyat (publik), yang dampaknya dirasakan oleh rakyat. Sedangkan jabatan politik mengisyaratkan bahwa mekanisme rekrutmen kepala daerah dilakukan dengan mekanisme politik, yaitu melalui pemilihan yang melibatkan elemen-elemen politik seperti rakyat dan partai-partai politik. Dengan demikian, pilkada merupakan bagian dari proses rekrutmen politik, yaitu penyeleksian oleh rakyat sebagai pemilih (voters) terhadap figur-figur yang mencalonkan diri/dicalonkan sebagai kepala daerah (baik Gubernur/Wakil Gubernur, maupun Bupati/Walikota atau Wakil Bupati/Wakil Walikota).24

Pemilihan kepala daerah langsung merupakan keputusan hukum yang harus dilaksanakan. Dengan pemilihan langsung, yang menggunakan azas-azas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, maka pilkada langsung layak disebut sebagai sistem rekrutmen pejabat publik yang hampir memenuhi parameter demokratis.25

Mekanisme pemilihan kepala daerah disebut demokratis apabila memenuhi beberapa parameter. Mengutip pendapat Robert Dahl, Samuel Huntington (1993) dan Bingham Powel

22

Joko J. Prihatmoko, Op. Cit., Hal. 2-3

23

Prof. Dr. J. Kaloh, SU, Op. Cit., Hal. 61

24

Ibid., Hal. 3

25


(29)

(1978), Afan Gaffar dan kawan-kawan mengatakan, parameter untuk mengamati terwujudnya demokrasi antara lain:26

• Menggunakan mekanisme pemilihan umum yang teratur

• Memungkinkan terjadinya rotasi kekuasaan

• Mekanisme rekrutmen dilakukan secara terbuka

• Akuntabilitas publik

Dibawah ini adalah penjelasan masing-masing parameter tersebut27

• Pemilihan Umum

,

Rekrutmen jabatan politik atau publik harus dilakukan dengan pemilihan umum yang diselenggarakan secara teratur dengan tenggang waktu yang jelas, kompetitif, jujur dan adil. Pemilu merupakan gerbang pertama yang harus dilewati karena dengan pemilu lembaga demokrasi dapat dibentuk. Kemudian setelah pemilihan biasanya orang akan melihat dan menilai seberapa besar pejabat publik terpilih memenuhi janji-janjinya. Penilaian terhadap kinerja pejabat politik itu akan digunakan sebagai bekal untuk memberikan ganjaran atau hukuman (reward and punishment) dalam pemilihan mendatang. Pejabat yang tidak dapat memenuhi janji-janjinya dan tidak menjaga moralitasnya akan dihukum dengan cara tidak dipilih, sebaliknya pejabat yang berkenaan di hati masyarakat akan dipilih kembali.

26

Lihat Drs. H. Syaukani, HR, Prof. Dr. Afan Gaffar, MA, dan Prof. Dr. M. Ryaas Rasyid, MA, Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan, (Yogyakarta: Kerjasama Pustaka Pelajar dan Pusat Kajian Etika Politik dan Pemerintah, Maret 2002), hlm. 12-13

27


(30)

• Rotasi Kekuasaan

Rotasi kekuasaan juga merupakan parameter demokratis tidaknya suatu rekrutmen pejabat politik. Rotasi kekuasaan mengandaikan bahwa kekuasaan atau jabatan politik tidak boleh dan tidak bisa dipegang terus menerus oleh seseorang, seperti dalam sistem monarkhi. Artinya, kalau seseorang yang berkuasa terus menerus atau satu partai politik yang mengendalikan roda pemerintahan secara dominan dari waktu ke waktu sistem itu kurang layak disebut demokratis. Dengan kata lain, demokrasi memberi peluang rotasi kekuasaan atau rotasi pejabat politik secara teratur dan damai dari seorang Kepala Daerah satu ke Kepala Daerah lain, dari satu partai politik ke partai politik lainnya.

• Rekrutmen Terbuka

Demokrasi membuka peluang untuk mengadakan kompetisi karena semua orang atau sekelompok mempunyai han dan peluang yang sama. Oleh karena itu, dalam mengisi jabatan politik, seperti Kepala Daerah , sudah seharusnya peluang terbuka untuk semua orang yang memenuhi syarat, dengan kompetisi yang wajar sesuai dengan aturan yang telah disepakati. Di negara-negara totaliter dan otoriter, rekrutmen politik hanyalah merupakan domain dari seseorang atau sekelompok kecil orang.

• Akuntabilitas Publik

Para pemegang jabatan publik harus dapat mempertanggungjawabkan kepada publik apa yang dilakukan baik sebagai pribadi maupun sebagai pejabat publik. Seorang Kepala Daerah atau pejabat politik lainnya harus dapat menjelaskan kepada publik mengapa memilih kebijakan A, bukannya kebijakan B, mengapa menaikkan pajak daripada melakukan efisiensi dalam pemerintahan dan melakukan pemberantasan


(31)

KKN. Apa yang mereka lakukan terbuka untuk dipertanyakan kepada publik. Demikian pula yang dilakukan keluarga terdekatnya, sanak saudaranya, dan bahkan teman dekatnya seringkali dikaitkan dengan kedudukan atau posisi pejabat tersebut. Hal itu karena pejabat publik merupakan amanah dari masyarakat, maka ia harus dapat menjaga, memelihara dan bertanggungjawab dengan amanah tersebut.

Selain itu pilkada langsung dapat disebut praktik politik demokratis apabila memenuhi beberapa prinsipal, yakni menggunakan azas-azas yang berlaku dalam recruitment politik yang terbuka, seperti pemilu legislatif (DPR, DPD, DPRD) dan pemilihan presiden dan wakil presiden, yakni azas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (Luber dan Jurdil) :28

1. Langsung

Rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.

2. Umum

Pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan perundangan berhak mengikuti pilkada. Pemilihan yang bersifat umum mengandung makna yang menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan dan status sosial.

3. Bebas

Setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihan tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. Dalam melaksanakan haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya sehingga dapat memilih sesuai kehendak hati nurani dan kepentingannya.

28


(32)

4. Rahasia

Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin dan pilihannya tidak akan diketahui oleh pukah mana pun dengan jalan apa pun. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa pun suaranya diberikan.

5. Jujur

Dalam penyelenggaraan pilkada, setiap penyelenggara pilkada, aparat pemerintah, calon/ peserta pilkada, pengawas pilkada, pemantau pilkada, pemilih serta semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

6. Adil

Dalam penyelenggaraan pilkada, setiap pemilih dan calon/ peserta pilkada mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecenderungan pihak manapun.

I.5 Metodelogi Penelitian

1.5.1 Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Dimana saya akan menggambarkan atau melukiskan subjek ataupun objek yang diamati dan tentu saja yang sesuai dengan fakta-fakta yang terlihat di lapangan selama saya melakukan penelitian. Akan dipaparkan juga di dalamnya tentang hasil atau data-data yang telah diamati atau yang telah diteliti.


(33)

I.5.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. Alasan pemilihan lokasi tersebut adalah karena lokasi penelitian merupakan daerah tempat peneliti bertempat tinggal, sehingga akan lebih mudah bagi peneliti mendapatkan data baik dari masyarakat maupun dari instansi yang terkait dengan penelitian nantinya. Selain itu akan lebih mudah pula berinteraksi dengan masyarakat sehingga akan mempermudah dalam hal memperoleh data dari responden.

I.5.3 Populasi dan Sampel Populasi

Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua warga Kelurahan Mangga yang terdaftar dan tercatat sebagai warga Kelurahan Mangga yaitu sebanyak 34.926 jiwa.

Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi yang menggunkan cara tertentu. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah masyarakat yang terdaftar sebagai Pemilih Tetap di Kelurahan Mangga. Dalam menentukan jumlah sampel untuk kuesioner, penulis menggunakan rumus Taro Yamane29

1 * 2 +

=

d N

N n

, sebagai berikut :

Keterangan :

n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi 29


(34)

D : Presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%

Dari rumus diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1 01 . 0 * 31350 31350 + = n 5 . 314 31350 = n 68 . 99 =

n orang

Maka jumlah sampelnya adalah 100 orang.

I.5.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan maka penulis melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a) Data sekunder, yaitu dengan mencari sumber data dan informasi melalui buku-buku, jurnal, internet, dan lain-lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Atau dengan kata lain disebut dengan library research.

b) Data primer yang didasarkan pada peninjauan langsung pada objek yang diteliti untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan. Studi lapangan yang dilakukan dengan datang langsung ke lokasi penelitian dengan cara menyebarkan angket atau kuesioner kepada responden yang dijadikan sebagai sampel penelitian. Responden menjawab dengan memilih pilihan jawaban yang telah disediakan dalam daftar pertanyaan. Dan dikenal juga dengan field research.


(35)

I.5.5 Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian disusun, dianalisa dan disajikan untuk memperoleh gambaran sistematis tentang kondisi dan situasi yang ada dan juga yang sesuai dengan metode penelitian yang dipilih. Data-data tersebut diolah dan dieksplorasi secara mendalam yang selanjutnya akan menghasilkan kesimpulan yang menjelaskan masalah yang diteliti.

I.6 Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini akan memuat latar belakang, masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dasar-dasar teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Deskripsi Lokasi Penelitian

Pada bab ini akan diuraiakn gambaran umu dari lokasi penelitian di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan.

BAB III : Pembahasan

Pada bab ini data dan informasi disajikan dan dianalisis secara sistematis berdasarkan penelitian yang dilakukan.


(36)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

II. 1 Keadaan Geografi Kelurahan

II. 1. 1 Situasi Kelurahan Mangga

Kelurahan Mangga terletak atau termasuk dalam wilayah Kecamatan Medan Tuntungan. Kelurahan ini adalah pemukiman padat penduduk yang dimana pada saat ini sangat sulit untuk mencari lahan kosong.

Tanahnya subur dan juga sangat dijaga kehijauannya. Maksudnya adalah bahwa di Kelurahan Mangga terdapat banyak sekali tanaman hijau yang selalu diusahakan agar tetap terjaga kesegarannya. Hal ini dimaksudkan agar pemukiman yang padat penduduk ini tidak terlihat gersang, tetapi juga tetap terlihat segar walaupun daerahnya sangat padat akan perumahan dan jumlah penduduknya besar.

II. 1.2 Luas Wilayah Kelurahan

Luas wilayah Kelurahan Mangga ini adalah sekitar 286Ha. Yang seluruhnya terdiri dari dataran dan tidak ada perbukitan atau pegunungan. Dan sebanyak 95Ha adalah pemukiman KPR-BTN dan sebanyak 88Ha adalah pemukiman umum.


(37)

II. 1. 3 Batas Wilayah

Kelurahan Mangga termasuk dalam wilayah Kecamatan Medan Tuntungan. Kelurahan Mangga ini berbatasan dengan :

− Sebelah utara berbatasan dengan Sempakata

− Sebelah selatan berbatasan dengan Simalingkar A

− Sebelah barat berbatasan dengan Simpang Selayang

− Dan yang di sebelah timur berbatasan dengan Kuala Bekala dan Simalingkar B

II. 2 Demografi Kelurahan Mangga

II. 2. 1 Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga

Jumlah penduduk Kelurahan Mangga adalah sebanyak 27.273 jiwa. Yang diantaranya bila diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin maka terdiri dari 13.377 jiwa laki-laki dan sisanya sebanyak 13.896 jiwa perempuan. Dan dengan jumlah 5.442 Kepala Keluarga.

Adapun klasifikasi penduduk Kelurahan Mangga berdasarkan golongan usia dan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1

Klasifikasi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin

No Golongan Umur Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1. Batita 928 954 1882

2. Balita 427 548 975

3. 7 – 12 tahun 765 789 1554 4. 13 – 15 tahun 1020 1104 2124


(38)

5. 16 – 18 tahun 1311 1393 2704 6. 19 – 25 tahun 1321 1112 2433 7. 26 – 35 tahun 2127 2416 4543 8. 36 – 45 tahun 1923 2097 4020 9. 46 – 50 tahun 1611 1563 3174 10. 51 – 60 tahun 1169 1076 2245 11. 61 – 75 tahun 627 663 1290 12. Lebih dari 76 tahun 148 181 329

Jumlah 13377 13896 27273

Sumber : Profil Kelurahan Mangga Juli 2010

Dari data yang terlihat pada Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa Kelurahan Mangga mempunyai jumlah penduduk sebanyak 27.273 jiwa. Dengan jumlah perempuan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah laki. Perempuan sebanyak 13.896 jiwa, dan laki-laki sebanyak 13.377 jiwa.

Menurut data statistika yang terakhir di di Kantor Kelurahan pada bulan Juli 2010 bahwa jumlah penduduk sebesar 27.273 jiwa, sudah termasuk anak yang baru lahir dan penduduk yang baru datang (pendatang) serta sudah dikurangi masyarakat yang sudah meninggal di seluruh Kelurahan Mangga. Menurut pendataan yang diperoleh kantor Kelurahan Mangga bahwa jumlah penduduk yang sudah dewasa, dibandingkan dengan jumlah penduduk anak – anak dan orang tua. Dalam hal ini menunjukkan bahwa Kelurahan Mangga mempunyai modal tenaga kerja yang cukup.


(39)

II. 2. 2 Tingkat Pendidikan Penduduk

Klasifikasi tingkat pendidikan penduduk dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut

Tabel 2

Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikannya

Jenis kelamin Tidak/ belum

bersekolah TK

Tidak tamat SD

SD SLTP SLTA DI, DII,

DIII S1

S2, S3

Laki-laki 1623 67 781 671 1052 2101 2089 3498 21

Perempuan 890 71 670 793 1734 2386 2219 4311 30

Sumber : Profil Kelurahan Mangga Juli 2010

Tabel di atas memperlihatkan bahwa penduduk Kelurahan Mangga termasuk golongan penduduk yang berpendidikan menengah ke atas. Bahwa lebih dari 50% jumlah penduduk Kelurahan Mangga menjalankan wajib belajar 9 tahun yang dijalankan pemerintah. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan warga masyarakat relatif tinggi. Hal ini dapat dilihat bahwa semakin tinggi pendidikan maka akan semakin tinggi atau semakin banyak pula pengetahuan atau informasi yang di dapatkan. Demikian juga dengan keikutsertaan masyarakat dalam aktivitas politik seperti proses pemberian suara secara langsung memerlukan pendidikan yang cukup. Dan dengan pengetahuan atau informasi yang didapat maka akan membantu seseorang dalam menentukan pilihannya dalam pemilihan Gubernur. Yang kemudian ditandai dengan kemampuannya dalam menilai pasangan calon ataupun dalam menilai program atau visi dan misi yang diajukan pasangan calon.

Hal ini membuat pasangan calon yang ada dalam Pilgubsu haruslah lebih cerdas dalam merebut suara di Kelurahan Mangga, dikarenakan penduduk yang berpendidikan tinggi cenderung menjadi tipe pemilih rasional dan juga pemilih kritis. Dan untuk itu pasangan calon juga harus melakukan pendekatan rasional dan juga pendekatan psikologis.


(40)

II. 2. 3 Lembaga Pendidikan

Adapun lembaga pendidikan penduduk di Kekurahan Mangga adalah sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan ada juga lembaga pendidikan keagamaan sebagai prasarana pendidikan formal, dan juga terdapat prasarana pendidikan ketrampilan. Untuk memperjelas lembaga pendidikan yang ada di Kelurahan Mangga bisa dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 3

Prasarana Pendidikan Formal

No Prasarana Keterangan (ada/ tidak)

Jumlah (buah)

Kondisi (baik/ rusak)

1. TK Ada 12 buah Baik

2. SD Ada 7 buah Baik

3. SLTP Ada 4 buah Baik

4. SLTA Ada 3 buah Baik

Sumber : Profil Kelurahan Mangga Juli 2010

Tabel 4

Wadah Pendidikan Keagamaan

No Uraian Jumlah

(buah)

Jumlah (murid)

1. Pendidikan agama Islam 7 buah 520 orang 2. Pendidikan agama Kristen Protestan 3 buah 769 orang 3. Pendidikan agama Katholik 1 buah 348 orang


(41)

Tabel 5

Prasarana Pendidikan Keterampilan

No Prasarana Keterangan

(ada,tidak)

Jumlah (buah)

1. Kursus menjahit Ada 1 buah

2. Kursus bahasa Ada 6 buah

3. Kursus computer Ada 4 buah

4. Kursus keterampilan tata arias Ada 3 buah

Sumber : Profil Kelurahan Mangga Juli 2010

Tabel-tabel di atas menunjukkan bahwa di Kelurahan Mangga tersedia banyak sekali fasilitas yang menunjang pendidikan, baik dari segi pendidikan formal, ataupun yang berupa kursus-kursus keterampilan, dan juga terdapat pendidikan keagamaan. Walaupun prasarana pendidikan formal yang ada tidak mencapai jenjang perguruan tinggi, namun bukan berarti jumlah masyarakat yang berhasil mentamatkan pendidikannya di perguruan tinggi hanya sedikit saja. Masyarakat Kelurahan Mangga juga banyak yang berhasil tamat hingga perguruan tinggi bahkan pasca sarjana.

II. 2. 4 Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian masyarakat Kelurahan Mangga pada umumnya adalah sebagai pegawai baik pegawai negeri ataupun pegawai swasta. Tetapi ada juga yang bekerja dalam bidang pertanian tanaman pangan, ataupun dalam bidang jasa perdagangan.


(42)

Tabel 6

Pekerjaan Sektor Pertanian Tanaman Pangan

No Status Jumlah (orang)

1. Pemilik tanah sawah 9 orang 2. Pemilik tanah atau ladang 158 orang

3. Penyewa 61 orang

4. Buruh tani 368 orang

Jumlah 596 orang

Sumber : Profil Kelurahan Mangga Juli 2010

Seperti dapat dilihat dalam Tabel 6 di atas bahwa masyarakat Kelurahan Mangga banyak yang menjadi emilik tanah untuk lading yaitu sebanyak 158 orang. Walaupun tanah atau lading mereka tidak berlokasi di daerah Kelurahan Mangga. Dan dapat di lihat pula masyarakat Kelurahan Mangga ini banyak juga yang bekerja sebagai buruh tani. Yaitu sekitar 368 orang. Tetapi pekerjaan sebagai buruh tani ini adalah bukan merepakan pekerjaan utama mereka. Karena mereka mempunyai pekerjaan utama yang lain.

Tabel 7

Sektor Jasa/ Perdagangan

No Status/ Jenis Jasa/ Perdagangan Jumlah (orang)

1. Jasa Pemerintahan/ Nonpemerintahan a. Pegawai Negeri Sipil

- Pegawai Kelurahan 9 orang

- Guru 312 orang

- ABRI 2190 orang

- Mantri kesehatan/

perawat

243 orang

- Bidan 115 orang


(43)

b. Pensiunan ABRI/ Sipil 381 orang c. Pegawai Swasta 4120 orang d. Pegawai BUMN/ BUMD 95 orang 2. Jasa Lembaga Keuangan

Perbankan 17 orang

3. Jasa Perdagangan

- Warung 114 orang

- Kios 71 orang

- Toko 174 orang

4. Jasa Penginapan

- Wisma/ mess 3 orang

5. Jasa Komunikasi dan Angkutan

- Angkutan sepeda motor 336 orang - Mobil kendaraan umum 528 orang 6. Jasa Pelayanan Hukum dan Nasihat

- Notaris 21 orang

- Pengacara 37 orang

- Konsultan 12 orang

7. Jasa Keterampilan

- Tukang cukur 12 orang

- Tukang jahit 26 orang

Jumlah 8873

Sumber : Profil Kelurahan Mangga Juli 2010

Dari data dalam Tabel 7 di atas maka dapat kita lihat jenis-jenis pekerjaan utama yang dimiliki masyarakat Kelurahan Mangga. Seperti dapat dilihat dalam Tabel di atas bahwa jenis pekerjaan yang


(44)

paling dominan dari masyarakat Kelurahan Mangga adalah pegawai negeri sipil, lalu kemudian dan diikuti dengan jenis pekerjaan yang bergerak dalam jasa komunikasi dan angkutan.

II. 2. 5 Agama Penduduk

Masyarakat Kelurahan Mangga terdiri dari berbagai macam agama yang akan dipaparkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 8

Agama yang Dianut di Kelurahan Mangga

No Agama Jumlah

1. Islam 13722 orang 2. Kristen Protestan 8348 orang 3. Kristen Katholik 5081 orang

4. Buddha 49 orang

5. Hindu 73 orang

Jumlah 27273 orang

Sumber : Profil Kelurahan Mangga Juli 2010

Penduduk di Kelurahan Mangga mayoritas menganut agama Islam yaitu sekitar 50,3% yaitu sebanyak 13722 orang. Kemudian diikuti agama Kristen Protestan sebanyak 8348 orang, lalu diikuti agama Katolik sebanyak 5081 orang. Penduduk yang beragama Hindu sebanyak 73 orang dan yang beragama Buddha sebanyak 49 orang.

II. 2. 6 Fasilitas Kesehatan Penduduk

Kelurahan Mangga ini mempunyai beberapa fasilitas kesehatan seperti apotik, rumah sakit bersalin, poliklinik, puskesmas dan lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat tabel di bawah ini.


(45)

Tabel 9 Prasarana Kesehatan

No Uraian Ada/ Tidak Jumlah

1. Apotek Ada 6

2. Rumah Sakit Umum Tidak - 3. Rumah Sakit Bersalin Ada 2

4. Poliklinik Ada 1

5. Posyandu Ada 25

6. Rumah Sakit Khusus Ada 1

7. Puskesmas Ada 1

8. Puskesmas Pembantu Ada 1

9. Dokter Praktek Ada 12

Sumber : Profil Kelurahan Mangga Juli 2010

Dapat di lihat dalam Tabel 9 di atas bahwa terdapat banyak sekali fasilitas kesehatan yang terdapat di Kelurahan Mangga. Dengan demikian masyarakat ini tidak akan kesulitan dalam menanggulangi masalah kesehatn karena memang fasilitas yang diberikan pun sudah cukup baik.

II. 2. 7 Perolehan Hasil Suara

Dari hasil penghitungan suara tersebut diketahui, pemilih yang menggunakan hak suaranya hanya 812.454 jiwa dari 1.725.321 jiwa yang terdaftar dalam DPT (tak sampai 50 persen). Dari 812.454 orang yang memilih, sebanyak 13.783 suara batal sehingga suara yang sah sebanyak 798.671 suara. Berikut adalah hasil penghitungan suara sah di setiap kecamatan yang ada di kota medan.


(46)

Tabel 10

Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN GUBERNUR SUMATERA UTARA TAHUN 2008

No UMMA TRIBEN PASS WARAS SYAMPURNO

1. Medan Amplas 2950 6901 5163 8906 18066 2. Medan Area 5200 10835 1580 7803 21773 3. Medan Denai 5025 9924 8207 8988 22053 4. Medan Kota 2984 12922 5545 4326 11679

5. Medan

Tuntungan 1356 8590 6671 2962 6445

6. Medan Baru 853 5525 2529 2248 4726 7. Medan Johor 4161 9916 5119 6993 20526

8. Medan

Selayang 1827 9084 5454 5527 11357

9. Medan

Sunggal 3465 9504 3762 5260 18859

10. Medan Polonia 2469 5181 1862 2429 7865 11. Medan

Maimun 1859 4237 766 1991 9643

12. Medan Petisah 2352 11088 3962 2554 9378

13. Medan

Helvetia 3726 12610 8089 6995 19889

14. Medan Barat 3856 9471 2728 4531 12763 15. Medan Timur 4097 13438 3203 6771 19080

16. Medan

Perjuangan 3814 11270 5158 8490 14897

17. Medan


(47)

18. Medan Deli 7019 8973 4611 6843 22841

19. Medan

Labuhan 6118 6391 5302 4481 16807

20. Medan

Marelan 5164 4760 1790 3963 18913

21. Medan

Belawan 6593 5225 4753 2570 16242 Sumber : data KPU Medan tahun 2008

Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa hasil dari perolehan suara pasangan H Syamsul Arifin dan pasangannya Ir Gatot Pudjo Nugroho unggul di beberapa kecamatan. Tetapi di tempat saya melakukan penelitian memang yang unggul adalah pasangan Mayjen TNI (Purn) Tritamtomoo dan pasangannya Benny Pasaribu. Yaitu di Kecamatan Medan Tuntungan yang termasuklah di dalamnya Kelurahan Mangga.

Di Kecamatan Medan Tuntungan pasangan HM Ali Umri dan Dr. Maratua Simanjuntak dari Golkar memperoleh sebanyak 1356 suara. Dan pasangan Mayjen TNI (Purn) Tritamtomo dan Benny Pasaribu dari PDIP unggul dengan jumlah sebanyak 8590 suara. Dan pasangan RE Siahaan dan H Suherdi memperoleh sebanyak 6671 suara. Dan pasangan H Abdul Wahab Dalimunthe dan H Raden Syafii memperoleh sebanyak 2962 suara. Sedangkan pasangan H Syamsul Arifin dan Ir Gatot Pudjo Nugroho memperoleh sebanyak 6445 suara.


(48)

BAB III

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Pada Bab ini akan dianalisis data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada responden di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan, dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Setelah dilakukan penelitian di lapangan dengan cara penyebaran kuesioner, maka diperoleh berbagai data mengenai keadaan responden serta jawaban-jawaban dari beberapa pertanyaan yang diajukan di dalam kuesioner yang kemudian disajikan dan dianalisis pada BAB III ini. Di sini dijelaskan pula tentang karakteristik umum responden dan bagaimana perilaku pemilih masyarakat di Kelurahan Mangga pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2008. Perilaku pemilih ini sendiri dapat dilihat dalam 3 bentuk. Yakni :

• pada saat masa kampanye,

• pada saat masa pemungutan suara dan juga

• apakah mereka menjadi anggota partai politik.

III.1 Identitas Responden

Berikut ini akan disajikan data yang berkaitan dengan identitas responden berdasarkan umur, jenis kelamin, agama, pendidikan dan juga jenis pekerjaan.

Tabel 11

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No Umur Jumlah Persentase

1. 17-26 9 9%

2. 27-36 13 13%


(49)

4. 47-56 42 42%

5. 57-66 4 4%

6. 67-76 2 2%

Total 100 100%

Sumber : kuesioner penelitian 2010

Pada Tabel 11 tentang karakteristik responden berdasarkan umur, menunjukkan bahwa usia terbanyak yang menjadi responden dari penelitian ini adalah mereka yang berumur di bawah 57 tahun. Bahkan responden terbanyak berumur antara 47-56 tahun yaitu sebanyak 42 responden atau 42%. Setelah itu disusul pula dengan responden yang berusia antara 37 -46 tahun adalah sebanyak 30 responden atau sekitar 30%. Dan sebanyak 13 responden atau 13% berusia antara 27 -36 tahun. Disusul dengan usia antara 17-26 tahun sebanyak 9 responden atau 9% dan kemudian yang terakhir adalah sebanyak 2 responden atau 2% yang berusia antara 67 -76 tahun.

Tabel 12

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Jumlah Persentase

1. Laki-laki 38 38%

2. Perempuan 62 62%

Total 100 100%

Sumber : kuesioner penelitian 2010

Perbedaan jenis kelamin bukanlah suatu ajang perbedaan atau faktor penentu bagi masyarakat untuk ikut atau tidak mau ikut dalam pemilihan, dimana adanya kesamaan hak antara perempuan dan laki-laki dalam hal memberikan sikap dalam berpolitik. Namun, kalau kita memandang dan melihat apa yang terjadi di Negara Indonesia bahwa pada umumnya laki-laki lebih dominan dan aktif memasuki dunia politik dibandingkan dengan perempuan. Walaupun demikian dari jumlah responden yang diambil jumlah laki-laki dan perempuan perbandingan ya


(50)

tidak terlalu jauh. Oleh karena itu, komposisi berdasarkan jenis kelamin masih dianggap berimbang.

Pada Tabel 12 tentang karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak bila dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki. Yaitu responden perempuan sebanyak 62 responden atau 62% dan responden laki-laki sebanyak 38 responden atau 38%.

Tabel 13

Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah Persentase

1. Islam 42 42%

2. Kristen Protestan 48 48%

3. Kristen Katolik 9 9%

4. Buddha 1 1%

5. Hindu 0 0%

Total 100 100%

Sumber : kuesioner penelitian 2010

Pada Tabel 13 menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah yang beragama Kristen Protestan, yakni sebanyak 48 responden atau sekitar 48%, dan terdapat pula sekitar 42 responden yang beragama Islam atau sekitar 42%. Dan kemudian dapat dilihat pula sebanyak 9 responden atau 9% beragama Kristen Katolik dan sebanyak 1 responden beragama Buddha.


(51)

Tabel 14

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No Pendidikan terakhir Jumlah Persentase

1. SD 0 0%

2. SLTP 1 1%

3. SLTA 36 36%

4. Diploma (D1, D2, D3) 23 23%

5. Sarjana 38 38%

6. Tidak Sekolah 0 0%

7. Pasca Sarjana 2 2%

Total 100 100%

Sumber : kuesioner penelitian 2010

Bila dilihat dari Tabel 14 tentang karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir, maka dapat dilihat tamatan Sarjana memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan yang lainnya yaitu sebanyak 38 responden atau sekitar 38%, dan kemudian diikuti dengan tamatan SLTA yaitu sebanyak 36 responden atau sekitar 36%. Diikuti lagi dengan 23 responden yang pendidikan terakhirnya SLTA. Selanjutnya sebanyak 23 responden atau 23% adalah tamatan diploma baik itu diploma 1, 2 ataupun 3. Dan sebanyak 2 responden atau 2% adalah tamatan pasca sarjana. Sisanya sebanyak 1 responden atau 1% adalah tamatan SLTP.


(52)

Tabel 15

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Utama

No Pekerjaan Jumlah Persentase

1. PNS 42 42%

2. Pegawai Swasta 15 15%

3. Petani 9 9%

4. Wiraswasta 9 95

5. Lain-lain 25 25%

TOTAL 100 100%

Sumber : kuesioner penelitian 2010

Pada Tabel 15 tentang karakteristik responden berdasarkan pekerjaan utamanya, maka dapat dilihat bahwa pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil lebih banyak yaitu sekitar 42 responden atau sekitar 42%, dan kemudian diikuti dengan responden yang bekerja sebagai pegawai swasta yaitu sebanyak 15 responden atau sekitar 15%. Lalu diikuti sebanyak 9 responden masing-masing yang mempunyai pekerjaan utama petani dan wiraswasta. Sisanya sebanyak 25 responden atau 25% mempunyai pekerjaan di luar dari yang ada dipilihan.


(53)

III. 2 Evaluasi Tentang Perilaku Pemilih

Berikut ini disajikan data dari jawaban responden terhadap keseluruhan pertanyaan melalui kuesioner yang telah disebarkan yaitu menyangkut evaluasi responden tentang perilaku pemilih pada pemilihan Gubernur tahun 2008.

Tabel 16

Jawaban Responden Terhadap Apakah Terdaftar dalam DPT No Jawaban responden Jumlah Persentase

1. Ya 98 98%

2. Tidak 2 2%

Total 100 100%

Sumber : kuesioner penelitian 2010

Pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa sebanyak 98 responden atau 98% telah terdaftar dalam DPT atau Daftar Pemilih Tetap di Kelurahan Mangga dan sisanya sebanyak 2 responden atau 2% tidak terdaftar dalam DPT. Sedangkan sisanya sebanyak 2 responden atau 2% tidak terdaftar dalam DPT Kelurahan Mangga dikarenakan alasan-alasan lain seperti misalnya baru pindah ke Kelurahan Mangga sementara belum sempat mengurus KTP di sana ataupun karena merupakan penduduk pendatang.

Tabel 17

Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Menggunakan Hak Pilih No Jawaban responden Jumlah Persentase

1. Ya 91 91%

2. Tidak 9 9%

Total 100 100%


(54)

Pada Tabel 17 menunjukkan hasil bahwa sebanyak 91 responden atau 91% telah menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2008 dan sisanya sebanyak 9 responden atau 9% tidak ikut menggunakan hak pilihnya. Dan ketika dilakukan pendekatan lebih lagi terhadap 9 responden yang tidak menggunakan hak pilihnya maka mereka menjelaskan bahwa ada alasan tertentu mereka tidak ikut memilih. Yakni selain ada yang tidak terdaftar dalam DPT, ada juga yang tidak memilih karena bentrok terhadap jadwal pekerjaan, ataupun ada yang menganggap bahwa mereka memilih atau tidak tetap saja akan ada menang.

Tabel 18

Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Menggunakan Hak Pilih Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jawaban Responden Jumlah Persentase

1. SLTP Ya 1 1%

Tidak 0 0%

2. SLTA Ya 30 30%

Tidak 6 6%

3. Diploma Ya 21 21%

Tidak 2 2%

4. Sarjana Ya 37 37%

Tidak 1 1%

5. Pasca Sarjana Ya 2 2%

Tidak 0 0%

Berdasarkan Tabel 18 di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi apakah seseorang akan menggunakan hak pilihnya atau tidak. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin baik pula kesadarannya untuk ikut memilih dalam pemilihan kepala daerah ataupun pemilu.


(55)

Tabel 19

Jawaban Responden Terhadap Alasan Menggunakan Hak Pilih

No Jawaban responden Jumlah Persentase

1. Sadar akan hak sebagai warga Negara 90 90% 2. Karena memperoleh imbalan uang, sembako, jabatan. 2 2% 3. Ajakan keluarga, teman, tokoh masyarakat 2 2%

4. Lain-lain 6 6%

Total 100 100%

Sumber : kuesioner penelitian 2010

Pada Tabel 19 tentang alasan responden memilih, maka dapat dilihat bahwa sebanyak 90 responden memilih dikarenakan mereka sadar akan hak mereka sebagai warga Negara. Adapula responden yang memilih karena alasan memperoleh imbalan yaitu sebanyak 2 responden atau 2% dan kemudian dengan jumlah yang sama sebanyak 2 responden atau 2% lainnya juga memilih karena alasan adanya ajakan dari keluarga, teman ataupun tokoh agama. Dapat dilihat pula sebanyak 6 responden atau 6% menjawab ‘lain-lain’. Alasan lain-lain ini salah satunya adalah bahwa mereka memang ingin memberikan dukungan pada salah satu pasangan calon yang mereka suka.


(56)

Tabel 20

Jawaban Responden Terhadap Alasan Menggunakan Hak Pilih Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jawaban Responden Jumlah Persenatase

1. SLTP

Sadar akan hak sebagai warga Negara

0 0%

Karena imbalan 1 1%

Ajakan keluarga, teman, tokoh masyarakat

0 0%

Lain-lain 0 0%

2. SLTA

Sadar akan hak sebagai warga Negara

34 34%

Karena imbalan 1 1%

Ajakan keluarga, teman, tokoh masyarakat

0 0%

Lain-lain 1 1%

3. Diploma

Sadar akan hak sebagai warga Negara

21 21%

Karena imbalan 0 0%

Ajakan keluarga, teman, tokoh masyarakat

0 0%

Lain-lain 2 2%

4. Sarjana

Sadar akan hak sebagai warga Negara

33 33%

Karena imbalan 0 0%

Ajakan keluarga, teman, tokoh masyarakat

2 2%

Lain-lain 3 3%

5. Pasca Sarjana

Sadar akan hak sebagai warga Negara

2 2%

Karena imbalan 0 0%

Ajakan keluarga, teman, tokoh masyarakat

0 0%

Lain-lain 0 0%

Sumber : kuesioner penelitian 2010

Dapat dilihat dalam Tabel 20 di atas bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi alasan masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya. Bahwa masyarakat dengan tingkat


(57)

pendidikanyang lebih baik mempunyai cenderung sadar akan hak mereka sebagai warga Negara. Sedangkan sebaliknya, masyarakat dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah cenderung memilih karena mempunyai alasan tertenu seperti mendapatkan imbalan.

Tabel 21

Jawaban Responden Terhadap Apakah Keluarga Anda Memilih

No Jawaban responden Jumlah Persentase

1. Ya 94 94%

2. Tidak 6 6%

Total 100 100%

Sumber : kuesioner penelitian 2010

Pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa keluarga dari masyarakat Kelurahan Mangga juga mengikuti pemilihan Gubernur yaitu sebanyak 94 responden atau 94%, dan kemudian sisanya sebanyak 6 responden atau 6% keluarga mereka tidak ikut memilih.

Tabel 22

Jawaban Responden Terhadap Apakah Anggota Keluarganya Mempengaruhi Pilihannya No Jawaban responden Jumlah Persentase

1. Ya 28 28%

2. Tidak 72 72%

Total 100 100%

Sumber : kuesioner penelitian 2010

Keluarga adalah merupakan tempat kita/seseorang itu bertumbuh kembang serta mendapatkan kasih sayang sehingga keluarga sangat memberikan pengaruh besar bagi seseorang untuk bertindak dan memberikan sikap pada semua gejala yang ada. Keluarga juga yang membutuhi kebutuhan hidup dan biaya hidup yang sangat besar bagi pendidikan maupun


(58)

perkembangan yang lainya. Dapat dilihat dari table diatas bahwa pihak keluarga tidak memberikan pengaruh. Bahwa jawaban responden pihak keluarga itu bukan suatu penentu pilihan.

Dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa sebanyak 72 responden atau 72% mengakui bahwa pilihan angota keluarga mereka tidak mempengaruhi pilihan mereka sendiri. Tetapi melalui wawancara lebih lanjut lagi dijelaskan pula bahwa dari 72 responden yang mengatakan ‘tidak’, maka 69 diantaranya mengatakan bahwa ternyata pilihan mereka memang sama dengan anggota keluarga lainnya. Dan sebanyak 28 responden atau 28% menjawab bahwa pilihan mereka memang dipengaruhi juga oleh pilihan dari keluarga mereka. Karena memang keluarga mereka biasanya mendiskusikan terlebih dahulu pasangan atau partai apa yang akan mereka pilih nantinya. Dan hal ini adalah merupakan suatu kebiasaan di dalam keluarga mereka.

III. 3 Evaluasi Tentang Kampanye

Berikut ini akan disajikan keseluruhan dari jawaban responden yang berkaitan dengan kampanye di Kelurahan Mangga pada pemilihan Gubernur tahun 2009. Tentang seberapa seringkah mereka ikut kampanye dan juga apakah kampanye itu nantinya akan mempengaruhi keputusan dia ketika proses pemungutan suara tadi.

Tabel 23

Jawaban Responden Terhadap Pernah atau Tidak Melihat Kampanye No Jawaban responden Jumlah Persentase

1. Pernah 62 62%

2. Tidak 38 38%

Total 100 100%


(59)

Pada Tabel 23 dapat kita lihat bahwa sebanyak 62 responden atau 62% mengaku bahwa mereka pernah melihat kampanye yang berlangsung ketika pemilihan Gubernur tahun 2008, dan sisanya sebanyak 38 responden atau 38% mengatakan bahwa mereka tidak pernah melihat kampanye ketika pemilhan Gubernur tahun 2008. Bahkan sebenarnya mereka kurang tertarik untuk mengikuti kampanye itu sendiri.

Tabel 24

Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Terlibat Langsung dalam Kampanye atau Tidak

No Jawaban responden Jumlah Persentase

1. Ya 10 10%

2. Tidak 90 90%

Total 100 100%

Sumber : kuesioner penelitian 2010

Kampanye adalah salah satu usaha dari kandidat/para calon untuk meyakinkan para calon pemilih untuk mendapat dukungan yang sebesar-besarnya dengan menawarkan banyak program dan menawarkan pembangunan dan penawaran yang lain. Melalui kampanye yang dilakukan para kandidat pada saat inilah mereka menyampaikan segala banyak hal yang dapat memikat perhatian masyarakat untuk dapat memilih mereka. Bagi publik/ masyarakat atau calon pemilih kampanye merupakan sarana untuk melihat, mengamati, menentukan calon mana yang akan menjadi pilihanya. Begitu juga dengan sebaliknya kampanye bukanlah hanya sekedar penyampaian visi dan misi dan menyampaikan janji saja bagi masyarakat supaya dipih melainkan janji adalah suatu hal yang akan di tepati.

Pada Tabel 24 dapat kita lihat bahwa sebanyak 10 responden atau 10% terlibat secara langsung dalam kampanye pemilihan Gubernur tahun 2008. Dan sisanya sebanyak 90 responden


(1)

2. Kampanye yang dilaksanakan

Masyarakat Kelurahan Mangga mayoritas pernah melihat kampanye. Tetapi untuk ikut terlibat secara langsung dalam kampanye itu, masih dalam jumlah yang sangat sedikit. Mereka yang terlibat langsung dalam proses kampanye adalah yang merupakan anggota partai politik ataupun mereka yang memang tertarik pada salah satu pasangan calon yang ada. Bila dilihat dari jenis kampanye yang dihadiri, maka masyarakat mayoritas menyukai jenis kampanye yang dilaksanakan di lapangan terbuka. Tetapi untuk jenis kampanye yang dianggap paling menarik adalah yang berupa diskusi atau debat, karena menurut masyarakat ada sebuah ketertarikan tersendiri, melihat pasangan calon yang ada berusaha berusaha menonjolkan atau menunjukkan kemampuan mereka.

Terlepas dari sedikitnya partisipasi masyarakat selama masa kampanye berlangsung, masyarakat itu sendiri masih menganggap bahwa tetap diperlukan akan adanya pelaksanaan kampanye menjelang pemilu, walaupun kampanye itu sendiri kurang mempengaruhi keputusan masyarakat Kelurahan Mangga pada saat memilih.

3. Partai politik

Partisipasi masyarakat di Kelurahan Mangga dalam partai poltik cenderung kurang. Dapat dilihat dengan jumlah masyarakat Kelurahan Mangga yang menjadi anggota partai politik sangat sedikit. Masyarakat belum melihat adanya perbedaan nyata antara mereka yang menjadi anggota partai politik dan yang tidak. Perbedaan yang dimaksud disini adalah dalam hal kehidupan sehari-seharinya. Masyarakat masih ingin melihat lebih jauh keuntungan yang diperoleh ketika mereka menjadi anggota partai politik.

Ditemukan pula adanya money politik di Kelurahan Mangga, walaupun sebenarnya money politik ini tidak terlalu mempengaruhi pilihan masyarakat Kelurahan Mangga.


(2)

4. Secara keseluruhan, pemilihan kepala daerah yang pertama kali dilaksanakan ini berjalan cukup baik dan lancar. Terbukti dengan masyarakat Kelurahan Mangga yang memandang positif Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara 2008 lalu.


(3)

IV. 2 SARAN

Dari penelitian yang telah dilakukan maka penulis merasa perlu memberikan saran kepada pihak-pihak yang terkait dalam Pemilihan Kepada Daerah (PILGUBSU) yaitu sebagai berikut :

1. Untuk Masyarakat.

Disarankan kepada masyarakat Kelurahan Mangga untuk tidak mudah terpengaruh oleh money politik yang memang sering ditemukan pada masa pemilu. Diharapkan masyarakat sadar bahwa money politik akan merusak budaya demokrasi yang baik. Penulis juga mengharapkan kepada warga/ masyarakat agar lebih mengawasi kinerja pemerintah khususnya pemerintah daerah dan juga tentunya lebih kritis lagi dalam mengawasi pelaksanaan janji-janji kampanye oleh pasangan yang terpilih.

2. Untuk Partai Politik

Partai politik disarankan untuk lebih memberikan pendidikan politik dan sosialisasi politik kepada seluruh masyarakat yang ada demi meningkatkan pengetahuan masyarakat itu sendiri terutama tentang pemilihan umum yang sedang berlangsung. Hal ini juga berguna untuk menambah pengetahuan politik dan cara pandang masyarakat itu sendiri tentang pemilihan umum.

Partai politik perlu meningkatkan kualitas dari calon-calon kepala daerah yang diusungnya dengan cara meningkatkan selektifitas pada saat proses pencalonan, tidak menggunakan money politik dalam proses penyeleksian. Mengadakan pelatihan terhadap kader - kadernya. Hal ini perlu agar kualitas para pasangan calon kepala daerah ini lebih baik dan benar-benar sesuai dengan yang diharapakan masyarakat. Sehingga ketika terpilih benar – benar mampu menjalankan tugasnya.


(4)

3. Untuk Lembaga Terkait

Untuk lembaga terkait seperti KPU disarankan juga untuk lebih mengambil peran dalam proses pendidikan dan sosialisasi pemilihan umum, terutama dalam pemilihan kepala daerah. Seperti dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2008, karena merupakan tampilan perdana, sudah menjadi tugas KPU juga ssebagai lembaga pemilu dalam memperkenalkan Pilkada itu sendiri. Sehingga pelaksanaan pilkada berjalan baik dan angka golput dapat semakin berkurang.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT Gramedia Pustaka, 1998

BUKU

Bungin, Burhan, Metode Penelitian Sosial, Surabaya : Airlangga University Press, 2001

Gadjong, Agussalim. A, Pemerintah Daerah Kajian Politik dan Hukum, Bogor : Ghalia

Indonesia, 2007

Irtanto, Dinamika Politik Era Otonomi Daerah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008

Jalaluddin, Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1991

Kaloh, J, Demokrasi dan Kearifan Lokal pada Pilkada Langsung, Jakarta : Kata Hasta

Pustaka, 2008

Laboratorium Ilmu Politik FISIP UI, Evaluasi Pemilu Orde Baru, Jakarta. 1997

Prihatmoko, Joko. J, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

2005

Prihatmoko, Joko. J, Mendemokratiskan Pemilih dari Sistem sampai Elemen Teknis,

Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008

Rahmat, Arifin, Sistem Politik Indonesia, Surabaya : Penerbit SIC, 1988

Sanit, Arbi, Partai, Pemilu dan Demokrasi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997

Sastroadmodjo, Sujijono, Perilaku Politik, IKIP Semarang Press, 1995


(6)

Singarimbun, Masri, dan Effendi, Sofian, Metode Penelitian Sosial, Jakarta : LP3S, 1989

Surbakti, Ramlan, Memahami Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia Widya Sarana, 1992

Syaukani, H, Afan, Gaffar, Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan, Yogyakarta :

Pustaka Pelajar dan Pusat Kajian Etika Politik dan Pemerintah, 2002

Undang-Undang No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah

Usman, Husaini, dan Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial, Bandung : Bumi Aksara,

2004

Profil Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Juli 2010

DOKUMEN

Rekapitulasi hasil penghitungan suara PILGUBSU 2008, KPU Kota Medan

Maksyur, Ali. Musa, “Pilpres Langsung”, Sinar Harapan, 30 Januari 2003

SUMBER HARIAN

SUMBER WEBSITE

`