ANALISIS ALIH TUTUR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERAN GURU DALAM WACANA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 MALANG

(1)

ANALISIS ALIH TUTUR DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP PERAN GURU DALAM WACANA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 MALANG

SKRIPSI

Oleh:

Fauzia Fajar Rizeki NIM : 201210080311076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016


(2)

i

ANALISIS ALIH TUTUR DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP PERAN GURU DALAM WACANA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 MALANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

FAUZIA FAJAR RIZEKI 201210080311076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016


(3)

(4)

(5)

(6)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puja dan puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Analisis Alih Tutur dan Implikasinya Terhadap Peran Guru dalam Wacana Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII di SMP Negeri 3 Malang” dengan tepat waktu. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis sadar, bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik bantuan berupa moral maupun spiritual. Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan rasa hormat atas segala bimbingan, pengarahan, serta dorongan yang telah diberikan kepada penulis, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Drs. Fauzan, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

3. Dra. Tuti Kusniarti, M.Si., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

4. Drs. Gigit Mujianto M.Si., selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, penjelasan, masukan, saran, dan motivasi dalam penyusunan skripsi dengan penuh kesabaran.

5. Musaffak, M.pd., selaku pembimbing II yang telah banyak juga memberikan bimbingan, penjelasan, masukan, saran, dan motivasi dalam penyusunan skripsi dengan penuh kesabaran.

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membagi ilmu yang sangat bermanfaat dan memberikan sumbangan saran serta materi selama perkuliahan kepada penulis.

7. Dra. Tutut Sri Wahyuni, M. M.Pd., selaku Ibu kepala sekolah SMP Negeri 3 Malang yang sudah memberi kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 3 Malang.


(7)

viii

8. Papaku yang tersayang dan Ibunda ku yang tercinta, terima kasih atas semua yang telah beliau berikan dengan tulus ikhlas membesarkan, menyayangi, membimbing, selalu mendoakan serta mendukung dan berkorban untuk masa depanku. Kalian selalu hadir disetiap do’aku sehat terus ya papa dan ibunda ku tercinta.

9. Kakakku Andri Yusuf, Dian Nur Lively dan kakak iparku Hari Murdianti dan Fachrul Rozie yang selalu memberi dukungan dan semangat dalam segi apapun ketika adik kesayangan mu ini lagi down dan galau akibat revisi dan cobaan di saat menyusunan skripsi.

10. Bapak Ibu guru SMP Negeri 3 Malang terutama bapak M. Arifin Alantas S,Pd dan Rudi Hartono S,Pd terima kasih sudah membatu saya pada saat pengambilan data skripsi dan dapat bekerja sama selama penelitian di SMP Negeri 3 Malang.

11. Terima kasih juga untuk sahabat-sahabat seperjuangan saya Febby, Lambang, Mega Yulia, Nining, dan Endik yang juga berjuang skripsinya. Terima kasih yang selalu memberi semangat, motivasi, pelajaran tentang agama dan nasihat-nasihat tanpa kalian saya tak mungkin bisa melangkah sejauh ini. 12. Terima kasih untuk sahabat serta saudaraku Elok, Ajeng, Nurani, Renita,

Aninisa, Wilda, Silvi. Serta SASINDO kelas B, kost 42D1 dan KKN 65 terima kasih atas semangat dan dukungannya untuk penyusunan skripsi ini. Semangat terus buat para pejuang skripsi kalian semua pasti bisa.

Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Peneliti menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Oleh karena itu, peneliti merasa tidak pernah lepas dari kekurangan dan apa yang sudah tertulis dalam skripsi ini masih ada kekurangan, sehingga peneliti sangat mengharapkan adanya kritik dan saran untuk membangun dari semua pihak.

Malang, 04 Mei 2016


(8)

ix

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

Persaudaraan bagaikan satu badan

م س ي ع ه ص ه سر ق : ق ع ه ضر ريشب ب ع ا ع : عا ت ع تشا ا ا سج ا ث ك م ف عت م ا ت م حارت ف ي م ؤ ا رت

. ح ا ر س ب سج رئ س

ر ب ا جرخا( : أا تك : –مئ ب ا س ا ة حر ب Artinya : An-Nu’man bin Basyir berkata, Nabi SAW. Bersabda, anda akan melihat kaum mukminin dalam kasih sayang dan cinta-mencintai, pergaulan mereka bagaikan satu badan, jika satu anggotanya sakit, maka menjalarlah kepada lain-lain anggota lainnya sehingga badannya terasa panas dan tidak dapat tidur.” H.R. Bukhori.

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”(QS. Al-Baqarah (2): 153).

Persembahan:

Papa dan Ibunda ku yang sangat aku cintai, serta kakak dan sahabat-sahabatku yang sangat aku sayangi dan rindukan.


(9)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACTION ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

MOTTO ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 6

1.3 Rumusan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Penegasan Istilah ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola Alih Tutur dalam Percakapan di Kelas ... 10

2.2 Alih Tutur dalam Percakapan ... 13

2.3 Pasangan Ujaran Terdekat dalam Percakapan ... 17

2.4 Peran Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 24

3.2 Data dan Sumber Data Penelitian... 25

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.4 Instrumen Penelitian ... 30

3.5 Indikator Penelitian ... 31

3.6 Teknik Analisis Data ... 32


(10)

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 38

4.1.1 Pemakaian Pola Alih Tutur Guru dan Implikasinya terhadap Peran Guru dalam Wacana Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII di SMP Negeri 3 Malang ... 38

4.2. Implikasi Pemakaian Alih Tutur terhadap Peran Guru dalam Wacana Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII di SMP Negeri 3 Malang ... 65

4.2.1 Peran Guru dalam Pembelajaran di Sekolah ... 66

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(11)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hubungan Ujaran dan Pasangan Ujaran Terdekat

(Cook dalam Rani, 2004: 206) ... 11 Tabel 3.1 Instrumen Penelitian ... 30 Tabel 3.2 Indikator Penelitian Alih Tutur dan Implikasinya terhadap Peran

Guru dalam Wacana Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII di SMP Negeri 3 Malang ... 31


(12)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lamprian 1 Korpus Data ... 79

Lamprian 2 Traskrip Data ... 103

Lamprian 3 RPP ... 125

Lampiran 4Surat Keterangan Penelitian ... 136

Lampiran 5 Lembar Pengambilan Data ... 137

Lampiran 6 Pedoman Wawancara ... 138

Lampiran 7 Biodata ... 139


(13)

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.

Aslinda, Syafyahya. 2010. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT Refika Aditama.

Chaer, Abdhul. 2010. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.

Djajasudarma, T. Fatimah. 2006. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Refika Aditama.

Emzir. 2010. Analisis Data: Metodologi Penelitian kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Ghanzali, Syukur. 2013. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan Komunikatif–Interaktif. Bandung: PT Refika Aditama.

Hasbullah. 2006, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hasbullah. 2006. Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan

Implikasinya terhadap penyelenggaraan Pendidikan.Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada.

Hidayati, Nurul. 2011, Variasi Bahasa Pada Tuturan Guru Dan Siswa Dalam Kegiatan Komunikasi Di Lingkungan Man 3 Malang, Indonesia Languange.

Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa Yogyakarta: Carasvatibooks.

Leech, Geofrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia. Moeleong, Lexy. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Mujianto, Gigit. 2015. Tindak Tutur Guru dalam Pembelajaran Menulis dengan

Komposisi Terarah Berdasarkan Tingkat Kognisi Siswa. Jurnal KEMBARA, 1 (2): 173-197.

Rahardi, Kunjana. 2009. Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga.

Rani, Abdul. 2004.Analisis Wacana. Malang: Bayumedia Publishing.

Rusman, 2012, Model-model Pembelajaran. Bandung: PT RajaGrafindo Persada Jakarta.


(14)

xv

Sa’ud Syaefudin. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: ALFABETA Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.

Alfabeta.

Sumardi, dkk. 1992. Berbagai Pendekatan dalam pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta : PT. Midas Surya Grafindo.

Sumarsono. 2009. Sosiolinguitik. Yogyakarta SABDA (Lembaga Studi Agama, Budaya, dan Perdamaian & Pustaka Pelajar).

Tarigan. 1993. Wacana. Bandung: Angkasa.

Usman, Sunyoto. 1991, Struktur Interaksi Kelompok Elite dalam Pembangunan, Prisma VOL XX. NO 6, LP3ES, Jakarta.

Wijana. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh sekelompok manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan, karena bahasa mengalami variasi yang begitu banyak di dalam masyarakat. Bahasa mutlak digunakan oleh setiap individu dalam menyampaikan maksud dan keinginannya kepada orang lain yang diajak sebagai lawan bicaranya. Bloomfield (Sumarsono, 2009: 18) menyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbiter) yang dipakai oleh anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi karena merupakan suatu sistem. Bahasa itu mempunyai aturan-aturan yang saling bergantung, dan mengandung struktur unsur-unsur yang bisa dianalisis secara terpisah-pisah. Orang berbahasa mengeluarkan bunyi-bunyi yang berurutan membentuk suatu struktur tertentu.

Dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa, setiap individu berbeda antara satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh adanya berbagai hal di antaranya pola berpikir yang berbeda dalam diri setiap individu, dan budaya secara tidak langsung turut pula berperan terhadap pola alih tutur yang nantinya akan diujarkan oleh masing-masing individu. Dalam menggunakan bahasa setiap individu atau kelompok dapat meminta sesuatu kepada individu atau kelompok lain untuk melakukan suatu pekerjaan. Peristiwa tutur terjadi apabila dalam suatu bentuk ujaran yang melibatkan adanya dua pihak, yakni penutur dan


(16)

2

mitra tutur dengan satu pokok tuturan dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (Chaer dalam Aslinda, 2007: 31). Penutur ingin mengetahui respon si pendengar terhadap tuturannya, dia bisa melihat umpan balik, yang dapat berwujud perilaku tertentu yang dilakukan pendengar setelah mendengar tuturan si pendengar. Dengan demikian, umpan balik berfungsi sebagai sistem mengecek respon, yang jika diperlihatkan si penutur dapat menyesuaikan diri dalam menyampaikan pesan / tuturan berikutnya. Tentu saja umpan balik ini hanya ada pada komunikasi yang bersifat dua arah (Chaer, 2010: 21). Wacana utuh harus dipertimbangkan dari segi isi (informasi) yang koheren sedangkan sifat kohesifnya dipertimbangkan dari keruntutan unsur pendukungnya yaitu bentuk. Hal ini dipertegas oleh Tarigan (2009: 92) bahwa wacana yang padu adalah wacana yang apabila dilihat dari segi hubungan bentuk atau struktur lahir bersifat kohesif dan dilihat dari segi hubungan bentuk atau struktur lahir bersifat kohesif dan dilihat dari segi hubungan makna atau struktur batinnya bersifat koheren. Wacana dikatakan utuh apabila kalimat-kalimat dalam wacana itu mendukung satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan padu apabila kalimat-kalimatnya disusun secara teratur dan sistematis, sehingga menunjukkan keruntutan ide yang diungkapkan melalui penanda kekohesian.

Secara umum wacana dapat diartikan satuan bahasa tertinggi dan tertangkap, dalam pandangan linguistik formal, wacana merupakan satuan bahasa tertinggi di atas kata, frasa, dan kalimat. Sementara itu, dalam pandangan linguistik fungsional, kata, frasa, dan kalimat berpotensi menjadi wacana ketika terdapat konteks yang melatarinya (Sudaryat, 2009: 105). Dalam wacana ada dua kesatuan bahasa yang dapat diselidiki, pertama yang abstrak yang digunakan


(17)

3

untuk mengajarkan bahasa atau untuk mengetahui bagaimana aturan-aturan bahasa itu bekerja dan yang kedua adalah yang digunakan untuk berkomunikasi. Aturan-aturan bahasa dalam wacana sangatlah penting untuk diperhatikan, karena tanpa adanya wacana yang nyambung tidak akan terbentuknya interaksi komunikasi yang baik antara guru dengan peserta didik.

Wacana interaksi kelas sebagai wacana percakapan di dalam rangkaian tersebut akan digunakan guru dengan peserta didik melalui sebuah interaksi proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Wacana kelas merupakan bentuk wacana komunikasi interaksional yang melibatkan penutur dan mitra tutur serta kelas sebagai latar peristiwa tuturannya. Interaksi memiliki peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Bentuk interaksi kelas dapat diwujudkan dalam bentuk percakapan antara siswa dan guru. Oleh karena itu, mengkaji wacana secara sungguh-sungguh dapat mengungkap tingkat pemerolehan kompetensi komunikatif. Selain itu, bahasa yang digunakan dalam percakapan, salah satu wacana alamiah, merupakan data bahasa yang digunakan dalam percakapan tatap muka termasuk penggunaan bahasa yang mendasar dan utama sehingga dapat digunakan untuk mendeskripsikan penyimpangan kaidah penggunaan aturan bahasa. Oleh karena itu, analisis wacana percakapan dapat dikatakan sebagai usaha untuk memahami bahasa dan pemakaiannya. Analisis wacana percakapan merupakan usaha pendeskripsian bahasa dengan data yang baik sehingga dapat meningkatkan pemahaman yang lebih baik tentang hakikat bahasa secara alamiah (Rani, 2004: 16-17).

Dikatakan wacana kelas merupakan wacana percakapan yang memiliki struktur pertukaran yang menjadi ciri dari sebuah interaksi. Guru sebagai orang yang memberikan pelajaran, orang yang bercerita dan orang yang menyampaikan


(18)

4

materi. Sementara itu siswa mendengarkan penjelasan guru. Dalam hal ini siswa memiliki kemampuan yang sangat rendah dan siswa sangat sedikit dalam mengajukan pertanyaan. Sering dijumpai ketika guru jarang memberikan pertanyaan-pertanyaan yang meminta siswa memberikan jawaban rinci atau nalar. Pertanyaan yang sering diberikan adalah pertanyaan yang hanya memancing jawaban singkat. Sesuai dengan perkembangan zaman, seharunya siswa harus berani mengemukakan pendapat berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki. Kemudian guru sebagai pendidik hendaknya memikirkan cara siswa dapat aktif dalam proses belajar mengajar di kelas, yang melibatkan hubungan antara guru dan siswa. Pola dalam peralihan alih tutur guru dan siswa dapat terjadi apabila ujaran seseorang dapat membuat atau memunculkan suatu ujaran lain sebagai tanggapan.

Pola peralihan tutur merupakan bagian dari analisis wacana, yang menggunakan pasangan ujaran terdekat itu banyak digunakan oleh peserta percakapan. Menurut Cook (dalam Rani, 2004: 205) pasangan ujaran terdekat itu terjadi apabila ujaran seseorang dapat membuat atau memunculkan suatu ujaran lain sebagai tanggapan. Sebagai contoh, ujaran yang berupa salam akan memunculkan tanggapan yang berupa salam. ujaran panggilan akan memunculkan tanggapan yang berupa jawaban, dan sebagainya. Selanjutnya, Cook menjelaskan bahwa agar dapat memberikan tanggapan yang sesuai dengan ujaran yang dikemukakan sebelumnya, seorang peserta harus terlihat dalam penilaian setiap ujaran mitra tuturnya sehingga yang bersangkutan dapat menanggapi ujaran tersebut secara tepat.


(19)

5

Menurut Hymes (dalam Rani, 1975: 2), peristiwa tutur sangat erat hubungannya dengan latar peristiwa, dalam pengertian suatu peristiwa tutur tertentu akan terjadi dalam konteks situasi tertentu. Sesuai dengan konteks situasinya, suatu peristiwa tutur mungkin akan lebih tepat diantarkan dengan bahasa yang satu sedangkan peristiwa tutur yang lain lebih cocok diantarkan dengan bahasa yang lain. Kegiatan pembelajaran guru harus melakukan refleksi untuk melahirkan karakter atau watak peserta didik yang peduli, bertanggung jawab, mandiri, dan hal-hal baik lainnya. Peserta didik harus mampu menghubungkan antara pengetahuan yang lain dalam pembelajaran sehingga peserta didik menjadi aktif. Jadi, peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran harus mampu membuat peserta didik fokus pada karakter atau sikapnya. Hal ini harus diwujudkan dalam proses pembelajaran peserta didik kelas VII, salah satu wujud pembinaan kemampuan peserta didik dalam berbahasa dengan menerapkan pengajaran bahasa Indonesia di tingkat SMP Negeri 3 Malang.

Berdasarkan hasil observasi di sekolah menengah pertama, peneliti akhirnya memutuskan untuk mengambil penelitian di SMP Negeri 3 Malang karena sekolah ini memiliki banyak karater atau watak yang ada pada peserta didik yang peduli, bertanggung jawab, mandiri, dan hal-hal baik lainnya. Peneliti yang memfokuskan pada kegiatan pembelajaran berkarakter yang di terapkan pada proses pembelajaran bahasa Indonesia. Dengan begitu peralihan alih tutur yang melalui interaksi guru pada peserta didik yang diutamakan.

Penelitian tentang alih tutur pernah dilakukan pada penelitian terdahulu oleh Hidayati yang berjudul “Variasi Bahasa pada Tuturan Guru dan Siswa dalam Kegiatan Komunikasi di Lingkungan MAN 3 Malang”. Keterkaitan judul skripsi yang diteliti


(20)

6

oleh Hidayati dengan mengkaji bagaimana bentuk variasi bahasa pada tuturan guru dan siswa di sekolah MAN 3 Malang dan mengkaji faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemakaian variasi bahasa pada tuturan guru dan siswa di MAN 3 Malang. Perbedaan dengan judul yang saya teliti yaitu jika Hidayati menganalisis variasi bahasa yang digunakan guru dan murid, sedangkan saya menganalisis pola alih tutur yang digunakan oleh guru dan murid penelitian tersebut akan dilakasanakan pada kelas VII di SMP Negeri 3 Malang.

Pentingnya penelitian ini untuk diteliti yaitu dengan mengedepankan pembahasan mengenai peristiwa pola alih tutur dan implikasinya terhadap peran guru di dalam kelas pada saat pembelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan pada siswa siswi kelas VII di SMP Negeri 3 Malang. Akan muncul adanya interaksi komunikasi yang dilakukan oleh guru dan siswanya, fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia dan bahasa daerah sebagai ragam tinggi dan rendah. Faktor penyebab terjadinya keragaman variasi bahasa pada setiap bentuk komunikasi yang ada di sekolah tersebut. Nantinya dapat munculkan adanya situasi alih tutur dan implikasinya terhadap peran guru dan siswa, karena di situ terdapat adanya interaksi wacana dalam kelas VII. Dalam peneliatian ini, peneliti mengambil judul “Analisis Alih Tutur dan Implikasinya terhadap Peran Guru dalam Wacana Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII di SMP Negeri 3 Malang’’.

1.2 Fokus Penelitian

Agar penelitian yang digunakan tidak meluas dan didapatkan data yang akurat, maka peneliti memfokuskan pembahasaan mengenai peristiwa pola alih tutur dan implikasinya terhadap peran guru bahasa Indonesia pada kelas VII di


(21)

7

SMP Negeri 3 Malang dengan menggunakan kurikulum 2013. Pada penelitian ini, peneliti mengambil data terhadap antar peserta didik kelas VII pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Malang.

Penelitian ini difokuskan pada wujud dan fungsi tuturan dalam penguatan, karena peneliti mengambil data dari pengamatan dan dokumentasi terhadap seorang guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Malang. Sumber data penelitian ini diambil pada kelas VII dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Subjek penelitian difokuskan antara guru dan murid pada kelas VII di SMP Negeri 3 Malang.

1.3 Rumusan Masalah

Berkaitan dengan keragaman atau tuturan dalam bahasa guru dan siswa di SMP Negeri 3 Malang peneliti lebih memfokuskan ke dalam pembahasan analisis alih tutur dan implikasinya terhadap peran guru dalam wacana interaksi kelas di SMP Negeri 3 Malang. Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

a. Bagaimana pola alih tutur guru dalam wacana pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII di SMP Negeri 3 Malang?

b. Bagaimana implikasi alih tutur terhadap peran guru dalam wacana pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII di SMP Negeri 3 Malang?

1.4 Tujuan Penelitian

Pembelajaran dengan menggunakan pola alih tutur dan implikasinya terhadap peran guru dalam wacana interaksi kelas. Alih tutur mampu meningkatakan kualitas


(22)

8

proses dan kuantitas dalam peranan guru dalam wacana interaksi kelas VII di SMP Negeri 3 Malang. Peningkatan proses belajar mengajar dalam implikasinya terhadap peran guru dalam wacana kelas. Pola alih tutur dan implikasinya itu untuk meningkatkan interaksi siswa dan guru dalam kelas VII di SMP Negeri 3 Malang.

a. Mendeskripsikan pola alih tutur guru dalam wacana pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII di SMP Negeri 3 Malang.

b. Mendeskripsikan implikasi alih tutur terhadap peran guru dalam wacana pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII di SMP Negeri 3 Malang.

1.5 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian maka manfaat yang terdapat dalam penelitian ini ada dua yaitu sebagai berikut.

a. Manfaat Teoretis

Memperkaya teori tentang model alih tutur bahasa dalam studi pragmatik. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan dan sumbangan bagi kajian bahasa sehingga uraian dan telaah tentang bahasa dapat dijadikan pemikiran dan pengembangan penelitian selanjutnya, khususnya yang mengkaji tentang bahasa, dan ragam penggunaannya dalam ranah terjadinya implikasi terhadap peran guru pada wacana pembelajaran pada kelas VII di SMP Negeri 3 Malang.

b. Manfaat Praktis

Dalam penelitian ini peneliti mengharapkan dapat memberikan manfaat khususnya kepada peneliti agar bisa mengembangkan peneliti tentang pola alih tutur dan implikasinya terhadap peran guru dalam wacana pembelajaran pada kelas di SMP Negeri 3 Malang.


(23)

9

1.6 Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam memahami istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka perlu adanya penegasan istilah. Adapun istilah-istilah yang perlu ditegaskan sebagai berikut.

a. Pola Alih Tutur

Pola peralihan tutur yang menggunakan pasangan ujaran terdekat itu banyak digunakan pada peserta percakapan, pasangan ujaran terdekat itu terjadi apabila ujaran seseorang dapat membuat atau memunculkan suatu ujaran lain sebagian tanggapan. Sebagai contoh, ujaran yang berupa salam akan memunculkan tanggapan yang berupa salam, panggilan akan munculkan tanggapan yang berupa jawaban, dan sebagainya(Rani, 2004: 205-206). b. Implikasi

Implikasi dalam pengertian kamus bahasa Indonesia ialah efek yang di timbulkan di masa depan(Usman, 2009: 76).

c. Peran Guru

Peran guru yang dimaksud di sini adalah berkaitan dengan peran guru dalam proses pembelajaran. Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan(Rusman, 2012: 58).

d. Wacana

Wacana adalah satuan bahasa yang tertangkap dan terbesar/tertinggi di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang berkesinambungan, yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tertulis(Tarigan, 2009: 19).


(1)

materi. Sementara itu siswa mendengarkan penjelasan guru. Dalam hal ini siswa memiliki kemampuan yang sangat rendah dan siswa sangat sedikit dalam mengajukan pertanyaan. Sering dijumpai ketika guru jarang memberikan pertanyaan-pertanyaan yang meminta siswa memberikan jawaban rinci atau nalar. Pertanyaan yang sering diberikan adalah pertanyaan yang hanya memancing jawaban singkat. Sesuai dengan perkembangan zaman, seharunya siswa harus berani mengemukakan pendapat berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki. Kemudian guru sebagai pendidik hendaknya memikirkan cara siswa dapat aktif dalam proses belajar mengajar di kelas, yang melibatkan hubungan antara guru dan siswa. Pola dalam peralihan alih tutur guru dan siswa dapat terjadi apabila ujaran seseorang dapat membuat atau memunculkan suatu ujaran lain sebagai tanggapan.

Pola peralihan tutur merupakan bagian dari analisis wacana, yang menggunakan pasangan ujaran terdekat itu banyak digunakan oleh peserta percakapan. Menurut Cook (dalam Rani, 2004: 205) pasangan ujaran terdekat itu terjadi apabila ujaran seseorang dapat membuat atau memunculkan suatu ujaran lain sebagai tanggapan. Sebagai contoh, ujaran yang berupa salam akan memunculkan tanggapan yang berupa salam. ujaran panggilan akan memunculkan tanggapan yang berupa jawaban, dan sebagainya. Selanjutnya, Cook menjelaskan bahwa agar dapat memberikan tanggapan yang sesuai dengan ujaran yang dikemukakan sebelumnya, seorang peserta harus terlihat dalam penilaian setiap ujaran mitra tuturnya sehingga yang bersangkutan dapat menanggapi ujaran tersebut secara tepat.


(2)

Menurut Hymes (dalam Rani, 1975: 2), peristiwa tutur sangat erat hubungannya dengan latar peristiwa, dalam pengertian suatu peristiwa tutur tertentu akan terjadi dalam konteks situasi tertentu. Sesuai dengan konteks situasinya, suatu peristiwa tutur mungkin akan lebih tepat diantarkan dengan bahasa yang satu sedangkan peristiwa tutur yang lain lebih cocok diantarkan dengan bahasa yang lain. Kegiatan pembelajaran guru harus melakukan refleksi untuk melahirkan karakter atau watak peserta didik yang peduli, bertanggung jawab, mandiri, dan hal-hal baik lainnya. Peserta didik harus mampu menghubungkan antara pengetahuan yang lain dalam pembelajaran sehingga peserta didik menjadi aktif. Jadi, peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran harus mampu membuat peserta didik fokus pada karakter atau sikapnya. Hal ini harus diwujudkan dalam proses pembelajaran peserta didik kelas VII, salah satu wujud pembinaan kemampuan peserta didik dalam berbahasa dengan menerapkan pengajaran bahasa Indonesia di tingkat SMP Negeri 3 Malang.

Berdasarkan hasil observasi di sekolah menengah pertama, peneliti akhirnya memutuskan untuk mengambil penelitian di SMP Negeri 3 Malang karena sekolah ini memiliki banyak karater atau watak yang ada pada peserta didik yang peduli, bertanggung jawab, mandiri, dan hal-hal baik lainnya. Peneliti yang memfokuskan pada kegiatan pembelajaran berkarakter yang di terapkan pada proses pembelajaran bahasa Indonesia. Dengan begitu peralihan alih tutur yang melalui interaksi guru pada peserta didik yang diutamakan.

Penelitian tentang alih tutur pernah dilakukan pada penelitian terdahulu oleh Hidayati yang berjudul “Variasi Bahasa pada Tuturan Guru dan Siswa dalam Kegiatan Komunikasi di Lingkungan MAN 3 Malang”. Keterkaitan judul skripsi yang diteliti


(3)

oleh Hidayati dengan mengkaji bagaimana bentuk variasi bahasa pada tuturan guru dan siswa di sekolah MAN 3 Malang dan mengkaji faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemakaian variasi bahasa pada tuturan guru dan siswa di MAN 3 Malang. Perbedaan dengan judul yang saya teliti yaitu jika Hidayati menganalisis variasi bahasa yang digunakan guru dan murid, sedangkan saya menganalisis pola alih tutur yang digunakan oleh guru dan murid penelitian tersebut akan dilakasanakan pada kelas VII di SMP Negeri 3 Malang.

Pentingnya penelitian ini untuk diteliti yaitu dengan mengedepankan pembahasan mengenai peristiwa pola alih tutur dan implikasinya terhadap peran guru di dalam kelas pada saat pembelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan pada siswa siswi kelas VII di SMP Negeri 3 Malang. Akan muncul adanya interaksi komunikasi yang dilakukan oleh guru dan siswanya, fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia dan bahasa daerah sebagai ragam tinggi dan rendah. Faktor penyebab terjadinya keragaman variasi bahasa pada setiap bentuk komunikasi yang ada di sekolah tersebut. Nantinya dapat munculkan adanya situasi alih tutur dan implikasinya terhadap peran guru dan siswa, karena di situ terdapat adanya interaksi wacana dalam kelas VII. Dalam peneliatian ini, peneliti mengambil judul “Analisis Alih Tutur dan Implikasinya terhadap Peran Guru dalam Wacana Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII di SMP Negeri 3 Malang’’.

1.2 Fokus Penelitian

Agar penelitian yang digunakan tidak meluas dan didapatkan data yang akurat, maka peneliti memfokuskan pembahasaan mengenai peristiwa pola alih tutur dan implikasinya terhadap peran guru bahasa Indonesia pada kelas VII di


(4)

SMP Negeri 3 Malang dengan menggunakan kurikulum 2013. Pada penelitian ini, peneliti mengambil data terhadap antar peserta didik kelas VII pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Malang.

Penelitian ini difokuskan pada wujud dan fungsi tuturan dalam penguatan, karena peneliti mengambil data dari pengamatan dan dokumentasi terhadap seorang guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Malang. Sumber data penelitian ini diambil pada kelas VII dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Subjek penelitian difokuskan antara guru dan murid pada kelas VII di SMP Negeri 3 Malang.

1.3 Rumusan Masalah

Berkaitan dengan keragaman atau tuturan dalam bahasa guru dan siswa di SMP Negeri 3 Malang peneliti lebih memfokuskan ke dalam pembahasan analisis alih tutur dan implikasinya terhadap peran guru dalam wacana interaksi kelas di SMP Negeri 3 Malang. Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

a. Bagaimana pola alih tutur guru dalam wacana pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII di SMP Negeri 3 Malang?

b. Bagaimana implikasi alih tutur terhadap peran guru dalam wacana pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII di SMP Negeri 3 Malang?

1.4 Tujuan Penelitian

Pembelajaran dengan menggunakan pola alih tutur dan implikasinya terhadap peran guru dalam wacana interaksi kelas. Alih tutur mampu meningkatakan kualitas


(5)

proses dan kuantitas dalam peranan guru dalam wacana interaksi kelas VII di SMP Negeri 3 Malang. Peningkatan proses belajar mengajar dalam implikasinya terhadap peran guru dalam wacana kelas. Pola alih tutur dan implikasinya itu untuk meningkatkan interaksi siswa dan guru dalam kelas VII di SMP Negeri 3 Malang.

a. Mendeskripsikan pola alih tutur guru dalam wacana pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII di SMP Negeri 3 Malang.

b. Mendeskripsikan implikasi alih tutur terhadap peran guru dalam wacana pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII di SMP Negeri 3 Malang.

1.5 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian maka manfaat yang terdapat dalam penelitian ini ada dua yaitu sebagai berikut.

a. Manfaat Teoretis

Memperkaya teori tentang model alih tutur bahasa dalam studi pragmatik. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan dan sumbangan bagi kajian bahasa sehingga uraian dan telaah tentang bahasa dapat dijadikan pemikiran dan pengembangan penelitian selanjutnya, khususnya yang mengkaji tentang bahasa, dan ragam penggunaannya dalam ranah terjadinya implikasi terhadap peran guru pada wacana pembelajaran pada kelas VII di SMP Negeri 3 Malang.

b. Manfaat Praktis

Dalam penelitian ini peneliti mengharapkan dapat memberikan manfaat khususnya kepada peneliti agar bisa mengembangkan peneliti tentang pola alih tutur dan implikasinya terhadap peran guru dalam wacana pembelajaran pada kelas di SMP Negeri 3 Malang.


(6)

1.6 Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam memahami istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka perlu adanya penegasan istilah. Adapun istilah-istilah yang perlu ditegaskan sebagai berikut.

a. Pola Alih Tutur

Pola peralihan tutur yang menggunakan pasangan ujaran terdekat itu banyak digunakan pada peserta percakapan, pasangan ujaran terdekat itu terjadi apabila ujaran seseorang dapat membuat atau memunculkan suatu ujaran lain sebagian tanggapan. Sebagai contoh, ujaran yang berupa salam akan memunculkan tanggapan yang berupa salam, panggilan akan munculkan tanggapan yang berupa jawaban, dan sebagainya(Rani, 2004: 205-206). b. Implikasi

Implikasi dalam pengertian kamus bahasa Indonesia ialah efek yang di timbulkan di masa depan(Usman, 2009: 76).

c. Peran Guru

Peran guru yang dimaksud di sini adalah berkaitan dengan peran guru dalam proses pembelajaran. Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan(Rusman, 2012: 58).

d. Wacana

Wacana adalah satuan bahasa yang tertangkap dan terbesar/tertinggi di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang berkesinambungan, yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tertulis(Tarigan, 2009: 19).


Dokumen yang terkait

Analisis Pemakaian Prinsip Kesopanan pada Tuturan Guru dalam Interaksi Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII di SMP Negeri 1 Malang

0 29 26

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA KELAS VII BSMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA DALAM PROSES Tindak Tutur Direktif Guru Bahasa Indonesia Kelas VII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta Dalam Proses Pembelajaran.

0 3 13

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA KELAS VII BSMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA DALAM PROSES Tindak Tutur Direktif Guru Bahasa Indonesia Kelas VII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta Dalam Proses Pembelajaran.

0 3 13

PENDAHULUAN Tindak Tutur Direktif Guru Bahasa Indonesia Kelas VII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta Dalam Proses Pembelajaran.

0 3 5

TINDAK TUTUR DIREKTIF DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA Tindak Tutur Direktif Di Kalangan Guru Bahasa Indonesia Dalam Proses Pembelajaran Di SMP Negeri 1 Jatisrono Kabupaten Wonogiri.

0 1 11

ANALISIS PENGGUNAAN ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA GURU BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 2 MANTINGAN Analisis Penggunaan Alih Kode Dan Campur Kode Pada Guru Bahasa Indonesia Di Smp Negeri 2 Mantingan.

0 0 15

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS X SMA NEGERI 3 BOYOLALI.

1 12 17

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VII SMP NEGERI 2 JATEN KARANGANYAR.

0 0 16

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VII SMP NEGERI 2 JATEN KARANGANYAR

0 0 16

TUTURAN DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VII SMP NEGERI 3 KEDUNGREJA KABUPATEN CILACAP TAHUN 2017

0 0 18