HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECERDASAN EMOSI PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kecerdasan Emosi (Emotional Intelegence)

berbeda dengan kecerdasan

intelektual (Intelectual Intelegence). Penelitian tentang kecerdasan intelektual telah
berumur ratusan tahun dan dilakukan terhadap ratusan ribu orang, sedangkan
kecerdasan emosional merupakan konsep baru yang sampai sekarang belum ada
yang dapat mengemukakan secara tepat sejauh mana variasi yang ditimbulkannya
dalam perjalanan hidup seseorang.
Perkembangan Kecerdasan emosi adalah salah satu faktor penting bagi
seseorang untuk berelasi, berprestasi, dan mencapai kebahagiaan dalam hidup.
Kecerdasan emosi bukan hanya kemampuan bersikap ramah pada saat-saat tertentu
yang diperlukan tetapi mengungkapkan kebenaran yang selama ini dihindari, juga
bukan berarti memberikan kebebasan kepada perasaan untuk berkuasa memanjakan
perasaan, tetapi mengelola perasaan sehingga terekspresikan secara tepat dan efektif
yang memungkinkan orang bekerjasama dengan lancar menuju peraasaan bersama
(Goleman, 1999). Lebih lanjut, manfaat seseorang memiliki kecerdaan emosi antara

lain yaitu akan mampu memahami penyebab perasaan yang timbul, mampu
mengenali perbedaan perasaan dengan tindakan, memiliki toleransi lebih positif
tentang diri, sekolah dan keluarga, berkurangnya kesepian dan kecemasan dalam
pergaulan, bertangung jawab serta mampu menerima sudut pandang orang lain,
mampu dengan baik menyelesaikan persoalan yang timbul dalam hubungan,
bertenggang rasa, serta berpengalaman dalam mengenali emosi orang lain (Goleman,
2001)
Menurut Salovey dan Mayer (dalam Goleman, 2001) kecerdasan emosional
merupakan kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang
lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan.
Individu yang mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi akan mampu mengatasi
berbagai masalah atau tantangan yang muncul dalam hidupnya. Seligman (dalam
Goleman, 2001) mengungkapkan bahwa individu yang cerdas emosinya akan

1

2

bersikap optimis, bahwa segala sesuatu dalam kehidupan dapat teratasi kendati
ditimpa kemunduran atau frustrasi.

Goleman (1999) menjelaskan bahwa Kecerdasan emosional (Emotional
Intellegence) tidak hanya berarti kemampuan bersikap ramah pada saat-saat tertentu
yang diperlukan, tetapi mengungkapkan kebenaran yang selama ini dihindari. Selain
itu juga

bukan berarti memberikan kebebasan kepada perasaan untuk berkuasa

memanjakan perasaan, tetapi mengelola perasaan sehingga terekspresikan secara
tepat dan efektif yang memungkinkan orang bekerjasama dengan lancar menuju
peraasaan bersama. Kecerdasan emosional (Emotional Intellegence) merujuk pada
suatu kemampuan memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi,
mengandalkan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur
suasana hati dan menjaga agar bebas dari stress, tidak melumpuhkan kemampuan
berpikir, berempati dan berdoa (Goleman,1999).
Dari definisinya, Goleman (1999) membentuk lima dimensi dari kecerdasan
emosi. Dimensi pertama adalah mengenali emosi diri (knowing one’s emotion).
Dimensi kedua adalah mengelola emosi (managing emotions). Selanjutnya dimensi
yang ketiga yaitu memotivasi diri (self motivation). Dimensi keempat adalah dimensi
mengenali emosi orang lain (recognizing emotions in others). Dimensi yang terakhir
yaitu membina hubungan dengan orang lain (handing relationships).

Kecerdasan emosi penting dimiliki oleh setiap individu, khususnya dimiliki
oleh remaja karena pada masa remaja mereka tidak mampu untuk mengontrol diri
sendiri maka akan mudah untuk terjerumus ke dalam hal-hal negatif yang akan dapat
merugikan diri. Hal ini sesuai dengan pengertian yang dikemukakan oleh Hurlock
(2008) dimana pada masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu meningginya
emosi, perubahan fisik, perubahan minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok,
perubahan nilai-nilai dan pola perilaku serta munculnya sikap ambivalen. Hasil
penelitian terhadap sekitar 4000 orang di Kanada dan Amerika Serikat
menyimpulkan bahwa kecerdasan emosi seseorang sedikit demi sedikit meningkat
pada usia belasan tahun dan akan menetap pada usia 40-an tahun (Stein, 2004).
Dapat disimpulkan bahwa remaja akan selalu mengembangkan kecerdasan emosinya
seiring bertambahnya pengalaman dalam hidupnya. Sehingga pada masa remaja
yang merupakan masa peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa sangat

3

memerlukan kecerdasan emosi dan mengetahui betapa pentingnya kecerdasan emosi
bagi kehidupannya.
Banyak fakta dilapangan membuktikan bahwa sebagian besar siswa yang
nilai rapornya bagus namun kemudian banyak yang menganggur. Sementara yang

pintar main musik dan piawai berolahraga diterima di beberapa bank sebagai
karyawan tetap dan mereka jauh lebih sukses dibandingkan teman-temnnya yang
mempunyai nilai rapor tinggi. Selain itu fakta lain yang dialami oleh seorang remaja
Genius ahli matematika lulusan Harvard University dan Michigan University.
Remaja ini dapat menciptakan bom, akan tetapi bom itu dipakai untuk membunuh 3
orang, dan melukai 23 orang (Pasiak, 2008). Fakta fakta yang terjadi ini sesuai
dengan apa yang dikatakan oleh Goleman (1999) bahwa seseorang dalam hidupnya
tidaklah

terutama

disebabkan

oleh

IQ-nya,

tetapi

lebih-lebih


bagaimana

emosionalitasnya dapat dimanajemeni dengan baik. Dengan kata lain, keberhasilan
seseorang sangat ditentukan oleh kecerdasan emosinya. Dalam sebuah penelitian
bahwa IQ

di gunakan untuk memperkirakan sekitar 1-20% keberhasilan dalam

pekerjaan

tertentu, sedangkan

27-45% dari kecerdasan emosi yang ternyata

berperan langsung dalam pekerjaan (Stein, 2002). Menurut Goleman (1999)
kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan
80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah
kecerdasan emosional atau Emotional Intellegence (EI).
Kecerdasan emosi merupakan hal yang berguna dalam mengoptimalkan

potensi-potensi diri remaja

secara positif. Apabila remaja memiliki kecerdasan

emosi yang tinggi atau baik maka dapat melahirkan kemampuan untuk memberikan
kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya
sendiri, berusaha menyetarakan diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan
perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi
yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan
efektif (Mutadin, 2002). Sesuai dengan hasil penelitian Gottman (1998) mengatakan
bahwa anak yang bisa mengenali dan menguasai emosinya akan lebih percaya diri,
lebih baik prestasinya, dan akan menjadi orang dewasa yang mampu mengendalikan
emosinya.

4

Remaja yang mempunyai Kecerdasan emosi rendah, maka mengakibatkan
kurang dapat untuk memahami orang lain, sehingga remaja cenderung berorientasi
pada diri sendiri, dan cenderung menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan
norma yang ada, sehingga dapat melahirkan perilaku yang delikuen. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Goleman (1999) yang menjelaskan bahwa kecerdasan emosi yang
rendah ditandai dengan ketidakmampuan remaja dalam menjalin relasi antar pribadi.
Kecerdasan emosi harus juga berdasarkan kebenaran sejati yang didorong
oleh kekuatan dan kesadaran untuk mencari ridho Sang Pencipta, sehingga terbentuk
suatu pribadi yang memiliki komitmen dan integritas tinggi serta tingginya nilai-nilai
kemanusiaan yang luhur yaitu nilai keadilan, nilai kemuliaan, nilai kejujuran, nilai
kebenaran dan nilai-nilai kemanusiaan yang akan bisa memberikan kemajuan serta
keberhasilan duniawi dan ukhrawi secara bersamaan (Rahman, 2009).
Landasan yang kuat bagi kehidupan manusia adalah agama.

Agama

merupakan suatu sistem nilai yang digunakan sebagai acuan dalam bersikap yang
mempengaruhi aspek intelektual dan aspek emosional seseorang (Jalaludin, 2010).
Rahman (2009) mengatakan bahwa Agama memberi pegangan pada manusia untuk
memutuskan suatu tindakan sehingga kegiatan-kegiatannya terarah dengan
mensucikan niat dengan berpijak pada prinsip monoteisme mutlak, menghayati
keadilan Ilahi untuk menyemangati dalam menempuh kehidupan dan menumbuhkan
kesediaan untuk berkorban karena kecintaan kepada Allah. Internalisasi nilai agama
kedalam diri seseorang dikenal dengan istilah religiusitas (Dister, 1994).

Keberagamaan atau religiusitas seseorang diwujudkan dalam berbagai sisi
kehidupannya. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan
perilaku ritual (beribadah), tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong
oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya berkaitan dengan aktivitas yang tampak
dan dapat dilihat dengan mata, tetapi juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi
dalam hati seseorang. Religiusitas berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukan
oleh Glock dan Stark (dalam Ancok & Suroso, 1995) adalah seberapa jauh
pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa tekun pelaksanaan ibadah dan
seberapa dalam penghayatan agama yang dianut seseorang.
Agama memiliki keterkaitan erat dengan kecerdasan emosi, hal ini didukung
oleh beberapa penelitian. Paek (dalam Rosemary,2008) menemukan kesimpulan dari

5

beberapa penelitian bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosi
dengan tingkat penghayatan agama.
Apabila dikaitkan dengan tingkat keberagamaan atau religiusitas remaja,
maka remaja yang memilih pendidikan melalui sistem

pondok pesantren


berdasarkan hasil penelitian dari Bharata (2006) dapat diketahui bahwa remaja santri
pondok pesantren memiliki religiusitas lebih tinggi dibandingkan dengan remaja
siswa sekolah menengah umum biasa. Hal ini dikarenakan Pondok Pesantren
merupakan lembaga pendidikan yang sarat dengan kegiatan-kegiatan yang
mendukung religiusitas santri yang berada di dalamnya dengan intensitas kegiatan
keberagamaan lebih tinggi dibandingkan sekolah umum.
Pendidikan pondok pesantren mempunyai ciri khas tersendiri yang dapat
membedakan apabila dibandingkan dengan sekolah umum biasa. Ciri khas itu dapat
dilihat dari kegiatan rutin yang setiap hari mereka jalani, mulai dari bangun tidur saat
subuh, shalat subuh berjamaah dilanjutkan mengaji kitab kuning sampai lebih dari jam
tujuh. Barulah kemudian para santri tersebut memulai aktifitas pendidikan formalnya
yaitu bersekolah. Saat adzan maghrib berkumandang mereka telah harus kembali ke
pondok untuk melanjutkan kegiatan sampai sekitar jam sepuluh malam. Selain hal yang

telah disebutkan ini Remaja yang tinggal dipondok pesantren juga lebih di ajarkan
untuk dapat hidup berkomunitas, karena banyak dari para santri yang berdomisili
atau bertempat tinggal jauh dari pesantren. Sehingga kegiatan santri remaja yang
tinggal di Pondok Pesantren sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian
dan kecerdasan emosi, selain itu mereka juga lebih sering menghadapi tekanan sosial

dan kondisi baru dibandingkan dengan remaja yang tidak tinggal di Pondok
Pesantren yang pada akhirnya membuat mereka tangguh dalam menghadapi masalah
yang menerpa sesuai dengan hasil penelitian yang dilakuakan oleh Dwiperdanasari
(2010) yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi remaja yang tinggal di pondok
pesantren lebih tinggi dibandingkan yang diluar pondok pesantren.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas ternyata
hasilnya tidak sejalan dengan fakta yang terjadi dilapangan karena berdasarkan yang
dikemukana oleh Tribun Jambi (2011, 15 Juni) dimana terjadi perkelahian antara dua
orang santri pada salah satu pondok pesantren di Kabupaten Tulungagung, Jawa
Timur. Akibatnya satu diantara santri yang berkelahi itu tewas karena pendarahan.

6

Selain itu fakta lain yang dikemukakan Detik News (2011,16 Februari) bahwa terjadi
tawuran dan aksi saling lempar batu oleh para santri antara dua Pondok Pesantren di
Pasuruan, Jawa Timur, penyebabnya dikarenakan para santri saling melontarkan
ejekan. Dari fakta-fakta yang terjadi ini, dapat dilihat bahwa santri Pondok
Pesantren, dimana mereka di didik dengan pengajaran secara islami dan selalu
dikontrol dari para ustadz dari segi perilaku selama di dalam Pondok Pesantren,
ternyata tidak menjamin para santri untuk dapat berperilaku baik atau beperilaku

sesuai yang diajarkan oleh agama. Selain itu terlihat juga dari fakta yang telah
dipaparkan bahwa santri belum memiliki kecerdasan emosi yang tinggi.
Selain fakta-fakta yang telah dijelaskan diatas dapat diketahui bahwa ternyata
sebagian dari para santri memilih pondok pesantren sebagai sistem pendidikannya
disebabkan adanya keterpaksaan dari orang tua mereka. (wawancara salah satu siswa
pondok pesantren, Mei 2012)
Menurut dari salah satu orang tua santri pondok pesantren, bahwa alasan
memasukkan anak mereka ke pondok pesantren yaitu agar putra-putri mereka dapat
mempunyai akhlak yang baik dan juga menginginkan putra-putri mereka tumbuh
dalam lingkungan islami yang kental. (wawancara orang tua santri pondok pesantren,
Mei 2012)
Hal lain yang menjadi alasan orang tua memasukkan putra-putri mereka ke
pondok pesantren menurut kompasiana (2011, 17 Januari) yaitu karena putra-putri
mereka “nakal” sehingga orang tua berharap agar anak mereka dapat terwarnai
kehidupannya oleh teman-teman yang sholeh-sholehah. Akan tetapi dalam
kenyataanya ternyata berkebalikan karena justru para santri yang berlabel “nakal”
yang membuat ulah didalam pondok pesantren, sehingga dapat membuat kegaduhan.
Berdasarkan alasan-alasan yang telah dipaparkan pada latar belakang, peneliti
mencoba untuk melihat lebih jelas hubungan antara Religiusitas dengan Kecerdasan
emosi yang dimiliki oleh remaja Pondok Pesantren.

Sehingga penelitian ini

mengambil judul “Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kecerdasan Emosi
Remaja Yang Tinggal Di Pondok Pesantren”

7

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang telah dipaparkan, maka rumusan
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
Apakah terdapat hubungan yang positif

antara Religiusitas dengan Kecerdasan

Emosi pada Remaja yang tinggaldi Pondok Pesantren?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan
penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui hubungan antara religiusitas
dengan kecerdasan emosi pada remaja yang tinggal di Pondok Pesantren.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis pada penelitian ini adalah agar dapat menjadi sumbangan
ilmiah tentang hubungan antara religiusitas dengan kecerdasan emosi pada remaja
sehingga dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu psikologi
terutama psikologi islami dan psikologi perkembangan.
Sedangkan manfaat praktis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah agar
para remaja dapat mengetahui bahwa religiusitas dari seseorang akan dapat
mempengaruhi kecerdasan emosi seorang remaja.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECERDASAN EMOSI
PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN

SKRIPSI

Oleh :
Fatmah Sari
08810027

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECERDASAN EMOSI
PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
Fatmah Sari
08810027

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rakhmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
yang berjudul “Hubungan Antara Religiusitas dengan Kecerdasan Emosi Pada
Remaja yang Tinggal di Pondok Pesantren ”.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah
2. Ibu Dra. Siti Suminarti Fasikhah, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan serta semangat yang besar selama proses
penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Ni’matuzahroh, S.Psi., M.Si selaku pembimbing II yang penuh kesabaran
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi disela
kesibukan dan terbatasnya waktu.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah membekali penulis dengan
teori-teori yang telah diterima selama di Bangku Kuliah.
5. Bapak Drs. H. Syahrudi Ramli selaku Kepala Yayasan Pondok Pesantren Darul
Hijrah Martapura-Kalimantan Selatan yang berkenan memberikan izin pada
penulis untuk melakukan penelitian.
6. Mama dan Abah tercinta atas segala kasih sayang tulus, kesabaran, ketulusan
hati serta selalu membasahi bibir mereka dengan untaian doa demi keberhasilan
penulis dalam meraih asa dan cita-cita, pengorbanan kalian adalah semangat
hidupku tuk jadikan diri ini lebih berarti. Semoga kebahagiaan dan kedamaian
tetap menyertai keduanya.We are my hero in life.
7. Seluruh keluargaku yang telah memberikan semangat dan arahan untuk
kesuksesan dan cita-cita.

8. Orang yang pernah menjadi penyemangat

selama penulis menyelesaikan

penelitian ini.
9. Sahabat sekamarku Sefti

“ndut”, terimakasih atas dukungannya. Selain itu

terimakasih karena sudah menjadi ladang tempat marah dan selalu diganggu
tidur malamnya karena penyelesaian penelitian ini. My first best friend in
Malang until now. Jangan pernah lupakan persahabatan kita.
10. Teman-teman seperjuanganku di Psikologi Dini, Oyong, Tia, Silvi, Rayi, yang
selalu saling bertukar informasi untuk kelancaran skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat seperjuanganku semasa SMK Rusma, Puput, Nadiya, Amai,
Yeni, Ami yang tetap hangat menjaga persahabatan kita sampai sekarang.Selain
itu terimaksih atas semua dukungan dan semangat yang kalian berikan.
12. Seluruh teman-teman

psikologi 2008, kususnya kelas A. Terimaksih atas

persahabatan yang telah kita jalin.
13. Semua pihak yang terlibat, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
terimakasih atas semua dedikasi dan perannya dalam penyelesaian skripsi ini.
Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa selain untaian
terima kasih dengan tulus serta iringan doa semoga Allah SWT membalas semua
amal kebaikan mereka dengan sebaik-baiknya balasan (jazakumullah khairul jaza’)
Akhirnya penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan skripsi ini
belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun demikian,
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
para pembaca pada umumnya serta menambah khazanah ilmu pengetahuan dan ilmu
pendidikan. Amiin.

Malang, 30 Mei 2012
Penulis

Fatmah Sari

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
INTISARI ................................................................................................................ iii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................vii

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Religiusitas ....................................................................................... 8
B. Kecerdasan Emosi ............................................................................ 14
C. Remaja.............................................................................................. 21
D. Pondok Pesantren ............................................................................. 25
E. Hubungan Religiusitas dengan Kecerdasan Emosi .......................... 27
F. Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................ 31
G. Hipotesis ........................................................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ....................................................................... 33
B. Variabel Penelitian ........................................................................... 33
1.

Identifikasi Variabel Penelitian ................................................. 33

2.

Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................. 33

C. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 34
1.

Populasi Penelitian .................................................................... 34

2.

Sampel Penelitian ...................................................................... 34

D. Jenis Data dan Instrumen Penelitian ................................................ 36
1.

Jenis Data Penelitian ................................................................. 36

2.

Instrumen Penelitian.................................................................. 36

E. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 40
1.

Tempat Penelitian...................................................................... 40

2.

Waktu Penelitian ....................................................................... 40

F. Prosedur Penelitian........................................................................... 40
1.

Tahap Persiapan Penelitian ....................................................... 40

2.

Tahap Pelaksanaan Penelitian ................................................... 41

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Penelitian .......................................... 41
1.

Validitas Penelitian ...................................................................41

2.

Reliabilitas Penelitian................................................................ 45

H. Metode Analisis Data ....................................................................... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................... 48
A. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................ 48
1.

Deskripsi Subjek Penelitian ...................................................... 48

2.

Deskripsi Data Penelitian .......................................................... 48

B. Analisis Data ................................................................................... 50
C. Pembahasan..................................................................................... 51

BAB V

PENUTUP ............................................................................................... 55
A. Kesimpulan ...................................................................................... 55
B. Saran ................................................................................................. 55

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 57
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 ..................................................................................................................... 37
Tabel 2 ..................................................................................................................... 37
Tabel 3 ..................................................................................................................... 39
Tabel 4 ..................................................................................................................... 39
Tabel 5 ..................................................................................................................... 44
Tabel 6 ..................................................................................................................... 44
Tabel 7 ..................................................................................................................... 45
Tabel 8 ..................................................................................................................... 46
Tabel 9 ..................................................................................................................... 46
Tabel 10 ................................................................................................................... 48
Tabel 11 ................................................................................................................... 49
Tabel 12 ................................................................................................................... 49
Tabel 13 ................................................................................................................... 50

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Religiusitas untuk Try Out
Lampiran 2. Skala Kecerdasan Emosi untuk Try Out
Lampiran 3. Data Kasar Try Out Skala Religiusitas
Lampiran 4. Data Kasar Try Out Skala Kecerdasan Emosi
Lampiran 5. Validitas dan reliabilitas Try Out Skala Religiusitas
Lampiran 6. Validitas dan Reliabilitas Try Out Skala Kecerdasan Emosi
Lampiran 7. Skala Religiusitas untuk Penelitian
Lampiran 8. Skala Kecerdasan Emosi untuk Penelitian
Lampiran 9. Data Kasar Penelitian Skala Religiusitas
Lampiran 10. Data kasar Penelitian Skala Kecerdasan Emosi
Lampiran 11. Hasil Perhitungan Skor-T dan hasil Analisa Korelasi
Lampiran 12. Surat Keterangan Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, A.G. (2003). Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ POWER : Sebuah
Inner Journey Melalui Al-Ihsan (Cetakan Kedua). Jakarta : Penerbit Arga
Ancok, D., & Suroso, F.N. (1995). Psikologi Islami : Solusi islam atas Problemproblem Psikologi (Cetakan Kedua). Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik (Ed. revisi).
Jakarta : Rineka Cipta
Azwar, S. (2006). Reliabilitan dan Validitas (Ceatakan Keenam). Yogyakarta :
Pustaka Pelajar Offset
_______. (2009). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya (Ed. kedua). Yogyakarta
: Pustaka Pelajar Offset
_______. (2010). Metode Penelitian (Cetakan Kesepuluh). Yogyakarta : Pustaka
Pelajar Offset
Bharata, W. (2006). Perbedaan Tingkat Religiusitas antara Remaja Pondok
Pesantren di Kabupaten lamongan (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).
Daradjat, Z. (1996).
Bintang

Ilmu Jiwa Agama (Cetakan Kelimabelas). Jakarta : Bulan

__________. (1970). Peranan Agama dalam Kesehatan Mental (Cetakan Kedua).
Jakarta : Gunung Agung
Dhofier , Z. (1985). Tradisi Pesantren : Studi tentang Pandangan Hidup Kyai
(Cetakan Keempat). Jakarta : LP3ES
Dister, N.S. (1994). Psikologi Agama (Cetakan Ketiga). Yogyakarta : Kanisius
Dwiperdanasari,Y. (2009). Perbedaan tingkat kecerdasan emosi ditinjau dari
lingkungan tempat tinggal remaja (antara remaja yang tinggal di pondok
pesantren dan remaja yang tidak tinggal di pondok pesantren) (Skripsi,
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).
Ghufron, N., & Risnawati, R. (2010). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media
Goleman, D. (1999). Emotional Intelegence, Kecerdasan Emosional : Mengapa EI
lebih penting daripada IQ (Cetakan Kesembilan). Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama

___________. (2001). Working With Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosi
Untuk Mencapai Puncak Prestasi (Cetakan Keempat). Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Gottman, J., & DeClaire, J. (1998). Kiat-Kiat Membesarkan Anak yang Memiliki
Kecerdasan Emosi (Cetakan Ketiga). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Hurlock, E.B. (2008). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (Ed. kelima). Jakarta : Penerbit Erlangga
Jalaludin. (2010). Psikologi Agama (Ed. revisi). Jakarta : Raja Grafindo Persada
Kerlinger, N.F. (1990). Asas-asas Penelitian Behavioural. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press
Khozin. (2001). Jejeak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia (Cetakan Pertama).
Malang : UMM press
Menag : Insiden di Ponpes Al Ma’hadul Islam Cuma Tawuran Biasa. (2011, 16
Februari).
detikNews.
Diakses
dari
http://us.detiknews.com/read/2011/02/16/120920/1571934/10/menaginsiden-di-ponpes-al-mahadul-islam-cuma-tawuran-biasa
Monks, F.J., Knoers, A.M.P, Hadinoto, S.R. (2004). Psikologi Perkembangan :
Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya (Cetakan Kelimabelas – Revisi
Ketiga). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mutadin, Z. (2002). Mengenal Kecerdasan Emosional Remaja. Diakses 05 Februari
2012 dari http://www.e-psikologi.com/epsi/search.asp
Nashori, F., & Mucharam, R.D. (2002). Mengembangkan Kreativitas dalam
Perspektif Psikologi Islami. Yogyakarta : Menara Kudus
Pahit- Manisnya Kehidupan di Pesantren. (2011, 17 Januari). Kompasiana. Diakses
dari http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/17/pahit-manisnya-kehidupandi-pesantren/
Pasiak, T. (2008). Revolusi IQ/EQ/SQ : Menyingkap Rahasia Kecerdasan
Berdasarkan Al-Quran Dan Neurosains Mutakhir (Ed. baru). Bandung :
Mizan Pustaka
Poerwanti, E. (1998). Dimensi-dimensi riset ilmiah. Malang : UMM press
Qomar, M. (2007). Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Intitusi. Jakarta : Penerbit Erlangga

Rahman, U. (2009). Perilaku Religiusitas Dalam Kaitannya Dengan Kecerdasan
Emosi Remaja. Jurnal Al-Qalam, 15(23), 157-174.
Rahmawati, DP. (2005). Hubungan antara Sikap Religiusitas dengan Pengendalian
Diri. Semarang (Skripsi Sarjana, Universitas Negeri Semarang, 2005).
Skripsi, Intisari
Ramayulis, H. (2011). Psikologi Agama (Ed. revisi). Jakarta : Kalam Mulia
Rosemary, A. (2008). Perbedaan Kecerdasan Emosi antara Siswa Sekolah
Menengah Atas (SMA) dengan Siswa Madrasah Aliyah (MA) di Pondok
Pesantren (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Jakarta).
Santri Berkelahi Hingga Tewas. (2011, 15 Juni). Tribun Jambi. Diakses dari
http://jambi.tribunnews.com/2011/06/15/santri-berkelahi-hingga-tewas
Santrock, J.W. (2008). Adolesence : Perkembangan remaja. Jakarta : Penerbir
Erlangga.
Shapiro, L.E. (2001). Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak (Cetakan
Keempat). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Stein, S & Book, H. (2004). Ledakan EQ : 15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional
Meraih Sukses. Bandung : Penerbit Kaifa
Thouless, R.H. (1992). Pengantar Psikologi Agama (Cetakan Pertama). Jakarta:
Rajawali Press
Widari, SI. (2009). Pengaruh Religiusitas Terhadap Penalaran Moral Remaja Yanga
beragama Islam (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara,
Medan).
Widiyanta, A. (2005). Sikap terhadap lingkungan alam (tinjauan islam dalam
menyelesaikan masalah lingkungan ) USU e-Journals Psikologia, 1(2), 117. Diperoleh dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/15718
Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan (Cetakan
Keempat). Malang : UMM Press