13
3. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diambil dari kegiatan penelitian skala laboratorium. Penelitian dilakukan pada bulan
Februari-Juni 2011. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Basah Biologi Laut, Bagian Hidrobiologi, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan ITK,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan FPIK, Institut Pertanian Bogor IPB untuk pemeliharaan, pengamatan, dan pengambilan sampel biota. Pengukuran
parameter dilakukan di Laboratorium Kering Biologi Laut. Analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan Lab. Prolink, Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan MSP, FPIK, IPB. Pengambilan foto mikrografi dilakukan di Laboratorium Terpadu, FPIK, IPB.
Data sekunder diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan Zamani 1995. Data sekunder ini digunakan sebagai bahan pembanding untuk melihat pengaruh
pemberian stres peningkatan suhu tanpa dilakukan pemulihan terhadap pembelahan zooxanthellae.
3.2. Alat dan Bahan
Penelitian ini bersifat eksperimental dengan menggunakan hewan coba sebagai model. Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 9 ekor
anemon laut Heteractis malu. Hewan ini dibeli di pasar ikan hias air laut di Jakarta Pusat. Hasil informasi yang didapat dari penjual ikan hias air laut
mengatakan bahwa anemon yang dijual diperoleh dari nelayan Kepulauan Seribu. Alat dan bahan yang akan digunakan selama penelitian dapat
dikelompokkan menjadi 3 bagian. Rincian alat dan bahan yang digunakan selama
14
penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Bagian pertama merupakan kegiatan pemeliharaan dan percobaan. Bagian kedua adalah kegiatan pengambilan dan
pembuatan preparat. Kemudian bagian ketiga merupakan pengukuran parameter.
3.3. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap yang dilakukan diantaranya persiapan akuarium, aklimatisasi dan pemeliharaan serta penerapan
perlakuan.
3.3.1. Persiapan akuarium
Penelitian ini menggunakan tiga set akuarium Recirculation Water System RWS yang diberi sekat pemisah. Desain satu set akuarium RWS dapat dilihat
pada Gambar 5.
Gambar 5 Desain Akuarium Recirculation Water System 1 set.
15
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini yaitu pengaturan akuarium untuk pemeliharaan dan percobaan. Pengaturan akuarium yang dilakukan diantaranya
penyediaan filter akuarium, air laut, dan komponen yang dibutuhkan dalam percobaan. Pemantauan terhadap salinitas dan suhu air laut dilakukan pada tahap
ini. Kontrol salinitas dilakukan setiap hari dan diupayakan untuk tetap pada kisaran 33‰. Kontrol dilakukan dengan menambahkan air tawar apabila salinitas
naik dan pemberian air laut bila salinitas turun. Selain itu pada tahap ini juga dilakukan uji coba pemanas yang digunakan untuk meningkatkan suhu. Tujuan
dari uji coba ini untuk melihat pada suhu berapa pemanas dipasang agar mendapatkan suhu yang sesuai dengan perlakuan yang akan diberikan. Hasil uji
coba pemanas merekomendasikan pemasangan 1 ⁰C lebih tinggi dari suhu yang akan diaplikasikan. Waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu yang sesuai
adalah sekitar 2-3 jam dari saat pemanas dinyalakan. Selama diberi perlakuan akuarium ditutup dengan plastik untuk menjaga suhu akuarium tetap stabil.
Akuarium diletakkan dekat dengan jendela agar mendapat pencahayaan langsung dari matahari. Sketsa posisi akuarium perlakuan dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Sketsa Posisi Akuarium Perlakuan.
16
Akuarium perlakuan diletakkan sejajar dekat dengan jendela. Setiap anemon diletakkan pada ruang yang dipisahkan oleh sekat. Pemanas air
diletakkan di dinding akuarium sebelah kanan pada akuarium perlakuan. Pemanas air diberi sekat pemisah untuk menghindari sentuhan langsung anemon dengan
pemanas. 3.3.2. Aklimatisasi dan pemeliharaan
Kegiatan yang dilakukan setelah persiapan akuarium adalah penyedian hewan yang akan digunakan. Hewan yang dibutuhkan adalah 9 ekor anemon.
Setiap akuarium diisi tiga ekor anemon. Aklimatisasi awal dilakukan sebelum hewan diletakkan pada akuarium perlakuan. Kegiatan ini dilakukan agar hewan
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Proses aklimatisasi awal dilakukan selama 30 menit hingga 1 jam.
Aklimatisasi dilakukan dengan menaruh kantong plastik berisi anemon pada bak penampungan air laut dalam keadaan tertutup. Hal ini dilakukan agar suhu
pada kantong tempat anemon dengan lingkungan yang baru memiliki suhu yang sama. Kegiatan ini dilakukan selama 30 menit hingga 1 jam. Setelah aklimatisasi
awal dilakukan kantong plastik dibuka dan dibiarkan dalam keadaan miring untuk memudahkan anemon keluar dengan sendirinya. Anemon langsung ditempatkan
pada akuarium perlakuan untuk mengurangi stres karena perpindahan tempat. Tahap selanjutnya adalah aklimatisasi lanjut berupa pemeliharaan anemon
yang dilakukan selama 18 hari. Pemantauan terhadap kondisi anemon dilakukan pada tahap ini. Pemberian pakan dilakukan 1 kali dalam 3 hari. Pakan yang
digunakan adalah udang rebon kering. Pakan yang diberikan direndam terlebih dahulu di dalam air untuk melunakkannya. Pakan diberikan dengan disuapkan
17
langsung ke mulut anemon. Selama masa pemeliharaan anemon yang digunakan sebanyak 15 ekor. Anemon yang dapat bertahan dan memiliki kondisi yang baik
kemudian dipilih untuk digunakan dalam percobaan. Anemon yang dibutuhkan untuk penelitian ini sebanyak 9 ekor anemon. Selama masa pemeliharaan terdapat
2 ekor anemon yang mati dan 4 ekor anemon yang mengalami proses pemutihan sebelum diberi perlakuan. Anemon yang tidak digunakan diletakkan pada
akuarium pemeliharaan.
3.3.3. Penerapan perlakuan
Penelitian ini dirancang untuk memperoleh keterangan mengenai daya tahan zooxanthellae dan respon anemon laut Heteractis malu terhadap perlakuan
peningkatan suhu setelah diberikan masa pemulihan pada peningkatan suhu yang sama. Perlakuan suhu yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. P-1 menerapkan suhu 28 ⁰C kontrol 2. P-2 menerapkan suhu 29 ⁰C
3. P-3 menerapkan suhu 30 ⁰C Tabel 1 menunjukkan penerapan perlakuan terhadap unit percobaan.
Percobaan dilakukan selama 192 jam dengan interval pengambilan sampel setiap 24 jam saat perlakuan. Setiap perlakuan terdapat 3 ekor anemon dimana masing-
masing anemon diambil 3 tentakel. Bagan pengambilan sampel dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 1 Penerapan Perlakuan terhadap Unit Percobaan
Akuarium Awal
jam Tahap I
jam Istirahat
jam Tahap II
jam 24
48 72 96
120 144
168 192
Kontrol
⁰
C 28 28 28
28 28 28
Perlakuan 1
⁰
C 28 29 29
28 29 29
Perlakuan 2
⁰
C 28 30 30
28 30 30
18
Selama 96 jam yaitu dari jam ke-48 hingga jam ke-144 anemon tidak diberikan perlakuan masa pemulihan dan tidak dilakukan pengambilan sampel
untuk mengurangi stres pada anemon. Tahap I adalah masa pemberian perlakuan sebelum masa pemulihan. Tahap II merupakan masa pemberian pelakuan setelah
masa perlakuan. Perlakuan yang diberikan pada Tahap I dan Tahap II adalah sama. Perlakuan yang diberikan adalah peningkatan suhu sebesar 29 ⁰C untuk
perlakuan 1 dan 30 ⁰C untuk perlakuan 2, sedangkan suhu untuk akuarium kontrol adalah 28 ⁰C.
3.4. Metode Pengambilan Data 3.4.1. Indeks mitotik IM zooxanthellae
Indeks mitotik zooxanthellae dihitung secara langsung dengan menggunakan mikroskop cahaya pada perbesaran 40 x 10. Sel yang dihitung
adalah sel yang sedang dalam keadaan membelah dalam 500 sel yang ada. Pengambilan tentakel anemon dilakukan sebanyak 3 tentakel untuk masing-
masing anemon. Tentakel dipotong sebesar 1 cm. Tentakel dipotong-potong dan dihancurkan dengan digerus untuk mengeluarkan zoxanthellae dari tentakel
anemon. Tentakel yang telah dihancurkan kemudian dicampur dengan air aquades sebanyak 0.1 ml. Campuran tersebut kemudian diambil sebanyak 0.05
ml dan diletakkan pada kaca preparat ukuran 2 x 2 cm.
3.4.2. Kualitas air
Data kualitas air merupakan data penunjang yang digunakan untuk mendeskripsikan perubahan kondisi lingkungan. Pengukuran kualitas air
dilakukan secara periodik terhadap beberapa peubah lingkungan. Rincian
19
mengenai jenis peubah, metode pengukuran, dan periode pengukuran faktor lingkungan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Peubah yang Diukur, Metode, dan Periode Pengukuran
No. Peubah Satuan Metode
Periode Ukur
1. Suhu
⁰
C Termometer 1
hari 2. Salinitas
‰ Hand-Held Refractometer
1 hari 3. Nitrit
mglt APHA, ed 21, 2005, 4500-
BKolorimeterSpektro 1 minggu
4. Amonia
mglt APHA, ed 21, 2005, 4500-NH
3
- F
1 minggu 5.
pH -
pH meter 1 minggu
3.5. Metode Pengolahan Data 3.5.1. Indeks mitotik IM zooxanthellae
Nilai indeks mitotik zooxanthellae ditentukan dengan menghitung rasio sel yang membelah terhadap 500 sel yang dihitung. Rumus yang digunakan untuk
menentukan indeks mitotik zooxanthellae Brown Zamani 1992 adalah sebagai berikut :
n A
IM =
.................... 1
Keterangan : IM
: indeks mitotik zooxanthellae A
: jumlah sel yang sedang membelah n
: jumlah sel yang dihitung sebagai dasar perbandingan 500 sel Rumus yang digunakan untuk melihat besar peningkatan atau penurunan
nilai indeks mitotik adalah sebagai berikut :
n n
n
t t
t −
= Δ
−1
.................... 2
20
Keterangan : ∆t
n
: selisih nilai indeks mitotik t
n
: nilai indeks mitotik jam ke-n t
n-1
: nilai indeks mitotik jam ke-n-1
3.6. Analisis Statistik