PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING ANTARA LANSIA TINGGGAL DI PANTI JOMPO DENGAN LANSIA BERSAMA KELUARGA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehidupan

manusia

terus

berkembang

sesuai

dengan

tahapan

perkembanganya. Mulai dari masa prenatal yaitu masa ketika berada didalam
kandungan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia. Setiap fase memiliki
tugas-tugas perkembangan tertentu yang harus dijalankan oleh tiap individu.

Ketika memasuki masa tua, sebagian lanjut usia (lansia) dapat menjalaninya
dengan bahagia, namun tidak sedikit dari mereka yang mengalami hal sebaliknya,
masa tua dijalani dengan rasa ketidakbahagiaan, sehingga menyebabkan rasa
ketidaknyamanan. Usia tua merupakan periode penutup dalam rentang hidup
seseorang, yaitu suatu periode di mana seseorang telah “beranjak jauh” dari
periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang
penuh dengan manfaat (Hurlock, 1999;380).
Individu dibekali dengan kondisi fisik dan jiwa yang sehat pada masa awal
perkembanganya. Sejalan dengan bertambahnya

usia semakin lama kondisi

tersebut semakin menurun. Proses menua (lansia) adalah proses alami yang
disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling ber
interaksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Usia
lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-efek tersebut
menentukan lansia dalam melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk,
akan tetapi ciri-ciri usia lanjut cenderung menuju dan membawa penyesuaian diri
yang buruk daripada yang baik dan kepada kesengsaraan daripada kebahagiaan,

itulah sebabnya usia lanjut lebih rentan dari usia madya (Hurlock, 1999:380).
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya
pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua
yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif. Ketika seseorang sudah
mencapai usia tua dimana fungsi-fungsi tubuhnya tidak dapat lagi berfungsi
dengan baik maka lansia membutuhkan banyak bantuan dalam menjalani

aktivitas-aktivitas kehidupannya. Belum lagi berbagai penyakit degeneratif yang
menyertai keadaan lansia membuat mereka memerlukan perhatian ekstra dari
orang-orang disekelilingnya.
Mengingat kondisi yang semakin menurun dan terbatas lansia membutuhkan
kasih sayang dan perawatan yang lebih dari keluarganya dibandingkan pada
tahun-tahun sebelumnya. Dimana lansia berharap akan menjalani hidup dengan
tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta
dengan penuh kasih sayang, namun keadaan seringkali tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan lansia. Merawat lansia tidak hanya terbatas pada perawatan
kesehatan fisik saja namun juga pada faktor psikologis dan sosiologis. Perlu
diingat bahwa kualitas hidup lansia terus menurun seiring dengan semakin
bertambahnya usia. Penurunan kapasitas mental, perubahan peran sosial, dementia

(kepikunan), juga depresi yang sering diderita oleh lansia ikut memperburuk
kondisi mereka.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Friedman, 1998), dukungan keluarga
merupakan suatu proses hubungan

antar anggota keluarga dengan adanya

hubungan timbal balik, umpan balik dan keterlibatan emosional. Dukungan
keluarga

dapat

memberikan

kekuatan

satu


sama lain

dan kemampuan

anggota keluarga menciptakan suasana saling memiliki, untuk memenuhi
kebutuhan pada perkembangan keluarga usia lanjut.
Seseorang yang sudah usia lanjut pasti menginginkan untuk dapat hidup
bersama dan mendapatkan perawatan dari keluarga terutama anak atau cucu pada
saat lanjut usia bukanlah sebuah jaminan, sebab ada beberapa faktor, sehingga
lanjut usia tidak mendapatkan perawatan dari keluarga, seperti: tidak memiliki
keturunan, punya keturunan tapi telah lebih duluan meninggal, anak tidak mau
direpotkan untuk mengurus orang tua, anak terlalu sibuk dan sebagainya. Maka
panti merupakan salah satu alternatif kepada lanjut usia untuk mendapatkan
perawatan dan pelayanan secara memadai, akan tetapi hal ini tidak seratus persen
akan diterima oleh lanjut usia secara lapang, hidup di panti bukan merupakan
pilihan terbaik, bahkan sebaliknya menjadi pilihan pahit yang kadang

menyedihkan. Dalam konteks ke-Indonesian pada umumnya lanjut usia seringkali
menghayati penempatan mereka di panti sebagai bentuk pengasingan dan
pemisahan dari perasaan kehangatan yang terdapat dalam keluarga, apalagi lansia

yang masih punya anak dengan kondisi hidup berkecukupan. Nilai-nilai seperti
anak harus berbakti pada kedua orang tua yang masih kuat mengakar pada
masyarakat, menjadi beban tersendiri bagi lanjut usia untuk melepaskan
ketergantungan dari anak-anaknya. perasaan-perasaan negatif akan muncul dalam
benak lansia, perasaan kecewa, tidak dihargai, sedih, dendam, marah dan
sebagainya.
Penelitian yang berhubungan dengan penduduk lansia telah banyak
dilakukan, diantaranya adalah penelitian Siti Partini (1997) yang menyimpulkan
bahwa dari hasil wawancara secara mendalam kepada para lansia, 90 % dari
informan menyatakan keinginannya untuk bertempat tinggal di rumah sendiri,
bukan di rumah anaknya atau dipanti jompo. Penelitian lain yang dilakukan oleh
BKKBN (1999) menyimpulkan bahwa pada 1990 orang tua yang tinggal dengan
anak dan menantu sebanyak 1, 04 %, sedangkan pada tahun 1999 menurun
menjadi 0,12 %. Hal ini menunjukkan bahwa budaya keluarga batih mulai
berkurang, padahal hubungan keluarga memberikan kenyamanan bagi lanjut usia.
Seperti saat ini era globalisasi menuntut banyak perhatian serta tenaga
untuk berproduksi, sehingga anak-anak yang sibuk bekerja dan mempunyai orang
tua lanjut usia tidak punya waktu cukup untuk mengurusi orang tuanya.
Sehingga menitipkan orang tua mereka di Panti Jompo yang dianggap bisa
memenuhi kebutuhan orang tuanya. Lansia yang tinggal di Panti Jompo

mempunyai lingkungan yang berbeda dengan lansia yang tinggal di rumah
sendiri atau tinggal dengan
terhadap

lansia

yang

keluarga. Sikap masyarakat atau lingkungan

banyak

mempengaruhi

harga

diri

mereka


(http://creasoft.kompas.com/2011/04/15/lansia/).
Pada pengertiannya, Panti Jompo merupakan tempat berkumpulnya orangorang lanjut usia yang secara sukarela ataupun diserahkan oleh pihak keluarga
untuk diurus segala keperluannya, tempat seperti ini ada yang dikelola oleh
pemerintah maupun pihak swasta. Hal ini merupakan kewajiban negara untuk
menjaga dan memelihara satiap warga negaranya. Sebagaimana

tercantum

dalam UU No. 12 Tahun.1996 (Direktorat Jenderal, Departemen hukum dan
HAM).
Keputusan keluarga untuk menempatkan orang lanjut usia di Panti jompo
belum tentu dapat diterima oleh lansia tersebut. Mereka mungkin saja merasa
terbuang, tidak dibutuhkan lagi, terisolasi, dan kehilangan orang-orang yang
dicintai. Selain itu Panti jompo merupakan tempat yang relatif asing bagi lansia
jika dibandingkan dengan tinggal di rumah sendiri bersama keluarganya. Karena
menurut mereka, tempat yang terbaik adalah di rumahnya sendiri atau di rumah
keluarganya, karena mereka masih dapat dijadikan simbol kejayaan keluarga
besarnya, dihormati, dihargai, dijunjung tinggi dan diberikan peranan. Namun,
tidak semua lansia berada di panti jompo dikarenakan perubahan sistem nilai akan
tetapi meningkatnya usia harapan hidup, keinginan pribadi lansia yang lebih

memilih tinggal di panti jompo merupakan alasan lansia umtuk berpisah dari
keluarga mereka.
Penempatan lansia di panti jompo menuntut lansia untuk lebih mandiri, dan
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri seiring dengan kemunduran yang
mereka alami. Saat kemunduran terus terjadi pada lansia baik secara fisik dan
psikologis, lansia yang tinggal di panti jauh dari keluarga, teman dan lingkungan
yang akrab,mereka dituntut untuk menyesuaikan diri dan bertahan dengan
kehidupan panti yang terkadang bersahabat terkadang tidak. Akan tetapi dilihat
dari uraian diatas banyak lansia yang ingin tinggal bersama keluarga mereka, akan
tetapi bukan jaminan juga kalau tinggal bersama keluarga akan menjadi lebih
baik, dilihat dari fenomena bahwa orang madya sekarang merasa tidak ingin
direpotka oleh lansia. Meskipun lansia diajak tinggal bersama keluarga belum
tentu mereka memberikan perawatan intensif pada lansia mereka.
Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup
sejahtera. Kebutuhan hidup oranglanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan
bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan
kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti
bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka
mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi
pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan


tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri. Selain itu kemampuan
berpikir positif menerima keadaan, bertahan dan menyesuaikan diri sangat
dibutuhkan untuk memperoleh kebahagiaan dan kepuasan serta mengurangi
perasaan negatif yang muncul akibat kehidupan di panti atau tinggal bersama
keluarga yang dianggap tidak menyenangkan karena menghadapi masa lansia.
Kemampuan tersebut dapat dicapai individu yang sehat secara psikologis.
Individu yang sehat disini adalah individu yang sehat secara psikologis
kesejahteraan psikologi dapat disebut juga psychological well-being.
Psychological well-being penting untuk dilakukan karena nilai positif dari
kesehatan

mental

yang

ada

di


dalamnya

membuat

seseorang

dapat

mengidentifikasi apa yang hilang dalam hidupnya (Ryff, 1995). Kebahagian yang
dialami setiap individu itu bersifat subjektif karena setiap individu memiliki tolak
ukur kebahagiaan yang berbeda-beda setiap individu juga memiliki faktor yang
berbeda sehingga mendatangkan kebahagiaan yang diinginkannya sendiri. Hal ini
didukung oleh beberapa hasil penelitian (Akhtar, 2009) yang menyatakan bahwa
psychological well being dapat membantu lansia untuk menumbuhkan emosi
positif, merasakan kepuasan hidup dan kebahagiaan, mengurangi kecendrungan
mereka untuk berprilaku negatif.
Kebahagiaan dan kesejahteraan lansia itu berbeda-beda, salah satu hal yang
membedakanya

adalah


tempat

tinggal

lansia.

Psychological

well-being

mempunyai konsep yang mengacu pada pengalaman dan fungsi psikologis yang
optimal (Ryan & Decy, 2001). Menurut pandangan hedonic adalah well being
tersusun atas kebahagiaan subjektif dan berfokus pada pengalaman yang
mendatangkan kenikmatan. Kesejahteraan psikologis dapat ditandai dengan
diperolehnya kebahagiaan, kepuasan hidup dan tidak adanya gejala-gejala depresi
(Ryff, 1995). Menurut Bradburn, dkk (dalam Ryff, 1989) kebahagian (hapiness)
merupakan hasil dari kesejahteraan psikologis dan merupakan tujuan tertinggi
yang ingin dicapai oleh setiap manusia.
Ryff (1995) pondasi untuk diperolehnya kesejahteraan psikologis adalah
Individu yang secara psikologis dapat berfungsi secara positif (positive
psychological functioning). Adapun komponen individu yang mempunyai fungsi
psikologis yang positif adalah : Penerimaan diri, Hubungan positif dengan orang

lain, Otonomi, Memiliki tujuan hidup, dan Mempunyai kemampuan dalam
penguasaan terhadap lingkungannya.
Sedangkan Hurlock (1991) menyebutkan bahwa psychological well being
atau kebahagiaan pada lansia tergantung dipenuhi atau tidaknya “tiga A” yaitu
acceptance (penerimaan), affection (kasih sayang), dan achievement (pencapaian).
Apabila seseorang lansia tidak dapat memenuhi “tiga A” tersebut maka akan sulit
baginya untuk dapat mencapai kebahagiaan.
Penelitian terdahulu (Nezhar,2005) menyatakan bahwa hasil penelitian
menunjukkan tidak semua lansia dipanti jompo subyek penelitian memiliki
psychological well being yang cukup baik. Hal tersebut dikarenakan beberapa
faktor yaitu dukungan sosial, faktor ekonomi, religiusitas dan kepribadian.
Adapun subyek yang memiliki psychological well being yang baik adalah mereka
yang tinggi pada dimensi hubungan positif dengan orang lain, penguasaan
terhadap lingkungan, dan pengembangan diri. Sedangkan subyek yang
psychological well being buruk mereka cenderung memiliki dimensi negative
pada dimensi hubungan positif dengan orang lain, panguasaan terhadap
lingkungan dan pengembangan diri.
Selain melihat dari dimensi psychological well being juga dapat dilihat dari
faktor-faktor pendukungnya seperti status sosial, dukungan keluarga dan
religiusitas serta kepribadiaan. Mereka yang memiliki psychological well being
adalah mereka yang masih merasa didukung oleh keluarga, masih sering
berhubungan dengan keluarga, kemudian mereka juga memiliki status sosial yang
baik, rajin melaksanakan ibadah dan semakin mendekat dengan Tuhan serta
memiliki pribadi yang positif, yaitu terbuka dengan penglaman baru dan
sebagainya. Sebaliknya pada subyek yang psikological well beingya cenderung
kearah negative adalah mereka yang jarang dikunjungi dan bahkan merasa tidak
mendapat dukungan keluarganya, serta merasa tidak memiliki apa-apa lagi dan
merasa status sosialnya rendah, jarang beribadah dan memiliki pribadi yang
negative yaitu sulit bergaul dan membuka diri dengan orang lain.
Hasil sobservasi awal dimana ada seorang lansia menceritakan kehidupan
sebelum di panti yang penuh dengan kegiatan bermanfaat, bisa bersosialisasi
dengan tetangganya sekitar rumah, kumpul dengan keluarganya tapi sekarang

lansia mengeluh tentang ketidakberdayaan mengendalikan air seninya, jauh dari
keluarga dan sekarang tinggal bersama para lansia yang sama-sama tidak
berdayannya, lansia penghuni panti sejak tahun 2009, Ia masuk panti karena
mengalami stroke dan atas rekomendasi dari Mayor panti terdahulu yang
merupakan rekan kerjanya. subyek ini terkenal pendiam dan jarang berinteraksi
dengan teman-temannya. Setiap pagi subyek hanya duduk duduk dengan teman
sekamar di depan kamar hingga menjelang makan siang. Lansia ini kalau berjalan
harus merambat berpegangan dinding, waktu itu lansia buang air kecil di celana
dan langsung dimarahin oleh perawatnya dan nenek itu berjalan tertatih sambil
pegangan dinding menuju kamar mandi. Hal ini membuat lansia terlihat takut dan
merasa bersalah pada perawat di panti. Lansia ini terkadang mencari-cari anaknya
yang tidak datang menjenguk dan juga lansia sangat ingin melihat cucunya. Hal
ini hanyalah salah satu potret kehidupan lansia yang menghabiskan sisa umurnya
di panti jompo. Namun tidak semua lansia disana demikian karena lansia di panti
jompo ada beberapa lansia yang mampu mengisi kesepian mereka dengan hal-hal
yang lebih positif seperti membantu teman sekamarnya, bercerita tentang
pengalaman, menghabiskan waktu dengan membaca, dan lain sebagainya.
Lansia yang tinggal di Panti jompo akan mengalami suatu perubahan sosial
dalam kehidupannya sehari-hari. Apabila orang lanjut usia tidak segera mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang ada di Panti jompo dan berusaha
menjalin hubungan dengan orang lain yang seusia, ketegangan jiwa atau stres
akan muncul. Stres yang berkepanjangan dapat memperbesar penyakit fisik
maupun mental dan tidak menutup kemungkinan lansia akan mengalami
keputuasaan. Beberapa lansia yang dititipkan sanak keluarganya di panti jompo
mengeluhkan kondisinya saat baru pertama kali berada di dalam panti. Dengan
kondisinya yang tidak dapat melihat membuat penguni baru ini kebingungan.
Sikap menolak dan ingin kembali pulang ini yang terjadi karena belum adanya
adaptasi. Keadaan fisik yang mulai melemah, suasana hati yang berubah, serta
keadaan tempat tinggal yang baru membuat lansia merasa kebingungan
menyesuaikan kondisi di sana, biasanya para lansia yang merasa sendiri dan selalu
bersedih, marah-marah, mengeluh maupun menangis merupakan contoh dari
mereka yang tidak nyaman akan keadaan Panti.

Maka dari uraian tersebut memunculkan masalah yang ingin dikaji oleh
peneliti ingin mengetahui apa ada perbedaan psychological well being pada
lansia yang tinggal di panti jompo dengan yang tinggal bersama keluarga yang
bisa memberika sedikit informasi bagaimana keadaan para lansia yang tinggal
ditempat yang berbeda.

B. RUMUSAN MASALAH
Apakah ada perbedaan psychological well being antara lansia yang tinggal di
panti jompo dengan yang tinggal bersama keluarga.

C. TUJUAN
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan psychological well being pada
lansia yang tinggal di panti jompo dengan yang tinggal bersama keluarga.

D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini, adalah:
1. Manfaat teoritis
a.

Memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu psikologi klinis dan psikologi
positif , terutama yang terkait dengan pengetahuan tentang lansia dan
psychological well being.

b.

Dapat mendukung kajian psikologi positif secara ilmiah, terutama yang
berkaitan dengan lansia dan psychological well being.

2. Manfaat praktis
a.

Diharapkan dapat memberikan pemahaman pschological well being sehingga
dapat mengoptimalkan segala potensi dalam hidup individu.

b.

Diharapkan dapat memberikan sebuah informasi mengenai perbedaan
psychological well being pada lansia yang tinggal di panti dengan yang
tinggal bersama keluarga sehingga dapat mengarahkan pada para keluarga
untuk membangun emosi positif, pikiran yang positif dan prilaku positif
dalam menghadapi lansianya.

c.

Diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat yaitu
tempat tinggal lansia memang mempengaruhi kesejahteraan hidupnya, agar

para keluarga lebih bijak dalam mengambil keputusan bagi lansianya supaya
lansia dapat berperan secara optimal dalam kehidupannya, menjadi human
strengths.

PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING ANTARA
LANSIA TINGGGAL DI PANTI JOMPO DENGAN LANSIA
BERSAMA KELUARGA

SKRIPSI

Oleh:

Marita Firodiyah
08810262

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING ANTARA LANSIA
TINGGGAL DI PANTI JOMPO DENGAN LANSIA BERSAMA
KELUARGA

SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai salah satu persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:
Marita Firodiyah
08810262

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

LEMBAR PERSETUJUAN

i

1.

Judul Skripsi

: Perbedaan Psychological Well Being antara
Lansia di Panti Jompo dengan Lansia Bersama Keluarga

2.

Nama Peneliti

: Marita Firodiyah

3.

Tempat, Tanggal Lahir : Gresik, 04 Maret 1990

4.

NIM

: 08810262

5.

Fakultas

: Psikologi

6.

Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

7.

Waktu Penelitian

: 26 Mei-9 juni 2012

8.

Tanggal Ujian

: 03 Agustus 2012

Malang, 3 Agustus 2012
Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Latipun, M.Kes

Zainul Anwar, S.Psi, M.Psi

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji
Pada tanggal 3 Agustus 2012

Dewan Penguji
Ketua Penguji

: Dr. Latipun, M.Kes

(

)

Anggota Penguji

: Zainul Anwar, S.Psi, M.Psi

(

)

Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si

(

)

Diana Savitri H., S.Psi, M.Psi

(

)

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang

Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: Marita Firodiyah

Tempat, Tanggal Lahir

: Gresik, 04 Maret 1990

NIM

: 08810262

Fakultas

: Psikologi

Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:
Perbedaan Psychological Well Being

antara Lansia

di Panti Jompo dengan

Lansia Bersama Keluarga
1. Adalah bukan karya tulis ilmiah orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali
dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak
bebas Royalti non ekslusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Mengetahui,

Malang, 3 Agustus 2012

Ketua Program Studi

Yang Menyatakan,

Ni’matuzahroh, S.Psi, M.Si

Marita Firodiyah

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam dan Dengan mengucap syukur
Alhamdulillah atas rahmat NYA Serta shalawat dan salam untuk sang idola Rasulullah
Muhammad SAW sehingga saya mampu menyelesaikan studi ini serta memperoleh hasil yang
diharapkan. Hasil studi dan gelar ini saya persembahkan untuk Ayah dan Ibuku tercinta
yang selalu mendidik, memberikan kasih sayang, nasehat serta supportnya sehingga saya
mampu berjuang demi mencapai cita-cita dan masa depan yang lebih baik
Penelitian dengan judul “Perbedaan Psychological Well Being antara Lansia di Panti
Jompo dengan Lansia Bersama Keluarga” dibuat sebagai salah satu persyaratan
menyelesaikan studi tingkat strata satu (S-1) di Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
Penulis menyadari bahwa kelancaran penyusunan penelitian ini tidak lepas dari
dukungan, bantuan dan dukungan semua pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Dr. Latipun, M.Kes selaku dosen pembimbing I atas dorongan, nasehat dan masukan
yang sangat berarti dalam penulisan skripsi ini.
3. Zainul Anwar, S.Psi, M.Psi selaku dosen pembimbing II atas bimbingan dan saransaran selama penyusunan skripsi ini.
4. Pimpinan Panti Wreda Usia Tresno Mukti dan atas kerjasama dan bantuannya dalam
kelancaran penelitian ini.
5. Bapak dan Ibuku, terimakasih atas cinta, kasih sayang, doa, semangat dan
kepercayaan yang diberikan. Karya ini saya persembahkan sebagai hadiah kecil dan
tanda cintaku kepada Bapak dan Ibu.
6. Buat kakakQ semuannya terimakasih atas dukungan doa, kasih sayangnya dan
nasehatnya serta sebagai penyemangat dalam tiap langkahku.

v

7. Buat adikku semangat jangan lupa pesan Ibu, buat beliau selalu bangga pada kita,
semoga ini bisa menjadi sedikit panutan.
8. Teman-teman ku tersayang dan semua anak kls D angkatan 08 yang tidak bisa
disebutin satu-satu.. I love n Miss u all.
9. semua dosen & staf fakultas psikologi yang telah membantu penulis menyelesaikan
skripsi ini, karena keterbatasan sehingga tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk kebaikan bersama. Semoga karya
ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua

Malang, 3 Agustus 2012

Penulis

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN.......................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
ABSTRAKSI ............................................................................................ vii
DAFTAR ISI ............................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Psychological Well-Being ............................................................... 10
B. Lansia ............................................................................................. 18
C. Panti Jompo dan Keluarga .............................................................. 23
D. Perbedaan Psychological Well-Being antara Lansia tinggaldi Panti
Jompo dengan yang tinggal Bersama Keluarga ............................... 26
E. Kerangka Pemikiran Penelitian ....................................................... 28
F. Hipotesis ........................................................................................ 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ....................................................................... 30
B. Variabel dan Definisi Operasional .................................................. 30
C. Subjek Penelitian ............................................................................. 31
D. Jenis Data dan Metode Pengumpul Data .......................................... 32
E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ................................................. 33
F. Prosedur Penelitian .......................................................................... 33
G. Teknik Analisa Data ........................................................................ 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ................................................................................ 35
vii

B. Analisa Data ................................................................................... 36
C. Pembahasan ................................................................................... 38
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 42
B. Saran .............................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 44
LAMPIRAN

viii

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Lansia ………………………….. 35
Tabel 4.2 Deskripsi Psychological Well being pada Lansia ……………. 36
Tabel 4.3 Hasil Analisa Uji t-test ………………………………………... 37
Tabel 4.4 Hasil Uji per-Aspek ................................................................... 37

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Blue Print Skala Try Out Psychological Well Being.................................. 46
Skala Try Out Psychological Well Being …………………………………. 47
Data try out skala Psychological Well Being ……………………………… 51
Validitas dan reliabilitas data try out …………………………………….. 52
Skala penelitian Psychological Well Being ………………………………63
Data penelitian .............................................................................. 67
Hasil analisis uji t-test …………………………………………………….. 69
Surat keterangan penelitian ........................................................................ 72

x

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2010). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
. (2009). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
. (2009). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Halim, D. K. (2008). Psikologi lingkungan perkotaan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hurlock, E.B. (1999). Psikologi perkembangan, suatu pendekatan sepanjang

rentang

kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Hauser, R. M., Springer, K. W., and Pudrovska, T. (2005). Temporal structures of
psychological well-being: continuity or Change?. University of WisconsinMadison: Center for Demography of Health and Aging.
Kerlinger, F. N. (2000). Asas-asas penelitian behaviour-third edition. Yogyakarta: UGM.
Melo, Rita. (2008). Generativity and subjective well-being in active midlife and older adults.
European masters programme of gerontology masters Thesis: San Frasncisco State
University.
Nezar, Reshma. 2009. Psychological well being pada lansia di panti jompo. Skripsi. Malang:
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Papalia, D. E., Olds, S. W., and Feldman, R. D. (2009). Human development edisi 10.
Jakarta: Salemba Humanika.
Ryff, C. D., and Keyes, C. L. M. (1995). The structure of psychological well-being revisited.
Journal of personality and social psychology. 4,719-727.
Ryff, D.C. (1989). Happiness is everything, or is it? Exsploration on the meaning of
psychological well-being. Journal of personality and social psychology. 57.10691081.
Santrock, J. W. (2002). Life-span development, perkembangan masa hidup (Jilid Dua).
Jakarta: Erlangga.
xi

Partini, Siti. (2006). Pengembangan modul resosialisasi budaya jawa, laporan penelitian.
Yogyakarta: DPPM.
Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Snyder, C. R., and Lopes, S. J. (2002). Handbook of positive psychology. New York: Oxford
University Press.
Springer, K. W., and Hauser, R. M. (2002). An assessment of the construct validity of Ryff’s
scales of psychological well-being: method, mode, and measurement effects.
Social science research 35: 1080–1102.
Winarsunu, T. (2009). Statistik, dalam penelitian psikologi & pendidikan. Malang: UMM
Press.

xii