5. Pengecualian Objek Pajak
5.1 Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan Pemerintah. 5.2 Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah,
sosial, kesehatan,pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak di maksudkan untuk memperoleh keuntungan.
5.3 Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu.
5.4 Merupakan Hutan Lindung, Hutan Suaka Alam, Hutan Wisata, Taman Nasional dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak.
5.5 Digunakan oleh Perwakilan Diplomatik dan Konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik dan,
5.6 Digunakan oleh Badan atau Perwakilan Lembaga Internasional yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
C. Tata Cara Pendaftaran dan Sanksi PBB 1. Tata Cara Pendaftaran PBB
Orang atau Badan yang menjadi subjek PBB harus mendaftarkan objek pajaknya ke Kantor Dinas Pendapatan Daerah yang wilayah kerjanya meliputi
letak objek tersebut, dengan menggunakan Formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP yang tersedia gratis di Kantor Dinas Pendapatan Daerah setempat.
Pendaftaran Objek Pajak Bumi dan Bangunan PBB dilakukan oleh Subjek Pajak dengan cara mengambil dan mengisi formulir SPOP secara jelas, benar, dan
lengkap serta ditandatangani dan di kembalikan ke Kantor Dinas Pendapatan
Daerah yang bersangkutan atau tempat yang di tunjukan untuk pengambilan dan pengembalian SPOP. Yang harus di daftarkan oleh orang atau badan sebagai
Subjek Pajak adalah: a.
Semua Tanah yang dimiliki dengan suatu hak dan atau dimanfaatkan. b.
Semua Bangunan yang dimiliki dan atau dikuasai atau dimanfaatkan.
Adapun Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengisian SPOP: 1.
Jelas, Penulisan data harus jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir yang dapat merugikan Daerah atau wajib pajak sendiri.
2. Benar, Data yang dituliskan dalam SPOP harus sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya. 3.
Lengkap, Artinya bahwa semua kolom dalam SPOP terisi dengan lengkap. 4.
Tepat Waktu, Artinya SPOP dikembalikan ke Kantor Dinas Pendapatan Daerah selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari setelah tanggal
diterimanya SPOP oleh Subjek Pajak.
2. Sanksi PBB
2.1 Sanksi Administrasi a. Dari hasil penelitian SPOP terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat
salah tulis dan atau salah hitung di kenakan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2 setiap bulan untuk paling lama 15 bulan sejak saat terutangnya pajak.
b. SPPT yang tidak atau kurang bayar setelah jatuh tempo pembayaran dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 .
2.2 Sanksi Pidana A. Barang siapa karena kealpaannya tidak mengembalikan SPOP atau
mengembalikan SPOP tetapi isinya tidak benar sehingga menimbulkan kerugian bagi Daerah, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya
6 bulan atau denda setinggi-tingginya 2 kali lipat pajak yang terutang. B. Barang siapa dengan sengaja:
a. Tidak mengembalikan atau menyampaikan SPOP kepada Dinas
Pendapatan Daerah. b.
Menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan atau melampirkan keterangan yang tidak benar.
c. Memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau dokumen yang palsu
atau dipalsukan seolah-olah benar. d.
Tidak memperlihatkan data atau tidak meminjamkan surat atau dokumen lainnya.
e. Tidak menunjukan data atau tidak menyampaikan keterangan yang
diperlukan , sehingga menimbulkan kerugian pada Daerah, dipidana dengan pidana selama-lamanya 2 tahun atau denda setinggi-tingginya
5 kali pajak yang terutang. Sanksi pidana tersebut dilipatkan dua apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana dibidang perpajakan
sebelum lewat 1 tahun, terhitung sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan atau sejak dibayarnya
denda.
D. Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP dan Surat Pemberitahuan