Tata Cara Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) TENTANG
TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKEBUNAN DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)
Disusun O L E H
NAMA : RATIH AYUDYA RAHAYU DAULAY NIM : 072600026
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
(2)
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim,
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, dengan segenap kerendahan hati, penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri dengan judul “Tata Cara Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)”.
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus untuk segala pihak-pihak yang telah memberikan dukungan, kepercayaan, bantuan serta doanya sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Khususnya kepada :
1. Teristimewa untuk kedua orangtuaku tercinta Ayahanda Amri Bakti Sentosa Daulay dan Ibunda Lely Ismawati Rahman, yang telah mengasuh dan mendidik serta selalu memberikan Do’a dan dorongan kepada penulis, juga buat abangku Agung, dan ketiga adikku Ade, Aditya, dan Allisya yang lucu yang telah banyak memberikan inspirasi bagi penulis.
(3)
2. Bapak Prof. Dr. M. Arifin Nasution, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Ketua Jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
4. Ibu Tetty Marlina Tarigan, SH, M.Kn, Selaku Pembimbing saya yang telah banyak memberikan perhatian, petunjuk dan pengarahan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Bapak serta ibu Dosen serta seluruh Staf dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Pimpinan, staff dan pegawai PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) yang telah memberikan izin, kesempatan maupun informasi bagi penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
7. Bapak Turyono yang telah berkenan memberikan bantuan kepada penulis dalam mengumpulkan informasi dan data-data sehingga selesainya Tugas Akhir ini. 8. Khususnya buat sahabatku : Nola Sari Dalimunthe ‘Rossa’, Lely Fitri Harefa,
Naily, dan Mona ‘Beyonce’ yang telah meberikan dukungan dan semangat serta menemaniku dalam menyelesaikan tugas akhir. “Semoga Sukses”
9. Untuk seluruh teman-teman Stambuk 2007 Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
10.Buat anak-anak Kost Pangkas Surbakti : Dewi, Ina, Rose, Yona, Isal dan leny. Makasi buat dukungan dan do’a nya.
(4)
11.Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini belum sempurna, oleh karena itu Penulis dengan segala kerendahan hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dengan keridhoan Allah SWT penulis mohon perlindungannya dan semoga tetap dalam limpahan rahmat dan karunia-Nya.
Medan, Juni 2010
Penulis
(5)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 4
C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 6
D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)... 6
E. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 8
F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 9
BAB II GAMBARAN UMUM PT.PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT.Perkebunan IV (Persero) ... 11
B. Unit-Unit Usaha PPTPN IV (Persero) ... 13
C. Struktur Organisasi PTPN IV (Persero) ... 16
D. Kegiatan dan Usaha Pokok Perusahaan ... 19
E. Strategi Perusahaan... 21
(6)
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKEBUNAN
A. Pengertian Umum Tentang Pajak ... 31 B. Pengerian Pajak Bumi dan Bangunan ... 35 C. Tata Cara Pendaftaran dan Sanksi PBB ... 39 D. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Surat Pemberitahuan ....
Pajak Terutang (SPPT) ... 41 E. Klasifikasi Bumi dan/atau Bangunan ... 42
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA
A. Prosedur Penyampaian SPPT Sektor Perkebunan di
PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) ... 49 B. Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan ... 50 C. Pendataan dan Penilaian Objek PBB Sektor Perkebunan ... 53 D. Tata Cara Penghitungan PBB Sektor Perkebunan di
PT. Perkebunan Nusantar IV (Persero) ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. ... Kesimpulan……… 62
B... Saran……….. 64
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR ISTILAH
(7)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja LapanganMandiri ( PKLM )
Dalam rangka meningkatkan pendidikan bagi mahasiswa maka diadakan suatu usaha yang telah disusun dengan kurikulum dengan syarat-syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan yaitu dengan mengikuti dan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Hal ini bertujuan untuk menghubungkan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja yang sesungguhnya.
Universitas Sumatera Utara sebagai lembaga pendidikan formal akan melahirkan lulusan yang akan menghadapi dunia kerja untuk meningkatkan kualitas para lulusannya. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara, mengadakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri untuk setiap mahasiswa melakukan praktek kerja secara langsung disuatu lembaga, instansi maupun perusahaan yang ada di kota Medan maupun daerah lainnya.
Universitas Sumatera Utara merupakan wujud nyata salah satu lembaga pendidikan tinggi di Indonesia yang lebih menekankan pada pendidikan terampil dan pengalaman kerja dengan melakukan tugas-tugas perkantoran yang sesungguhnya.
(8)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini akan menjadi modal dan pedoman yang baik bagi penulis yang akan menghadapi dunia kerja.
Negara Republik Indonesia yang kehidupan rakyat dan perekonomiannya sebagian besar bercorak agraris, Bumi termasuk perairan dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya mempunyai fungsi penting dalam membangun masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang – undang 1945. Oleh sebab itu, kekayaan alam yang ada di bumi ini yang dimiliki oleh negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. Orang ataupun badan yang memperoleh manfaat atas bumi dan bangunann tersebut harus memberikan kontribusi kepada negara. Iuran tersebut adalah pajak yang digunakan untuk membiayai pembangunan di segala sektor, bertujuan untuk meningkatkan kesejahteran masyarakat.
Di Negara – Negara yang sedang berkembang, pelaksanaan pembangunan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Peran serta pemerintah dan aparatnya sangatlah penting. Pembangunan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat harus ikut serta dalam proses pembangunan tersebut.
Salah satu jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah adalah Pajak Bumi dan Bangunan. Pajak Bumi dan Bangunan dikenakan terhadap semua lapisan masyarakat yang memperoleh manfaat atas bumi dan atau bangunan. Pajak Bumi dan Bangunan mulai berlaku pada tahun 1986 berdasarkan Undang – undang No. 12 tahun 1985 dan
(9)
kemudian diubah menjadi Undang – undang No. 12 Tahun 1994 yang mulai berlaku sejak Januari 1995.
Pajak bumi dan bangunan terbagi ke dalam beberapa sektor, salah satunya adalah sektor perkebunan. Setiap orang pribadi ataupun badan yang menjalankan usaha di sektor perkebunan harus membayar pajak atas usahanya. Pajak Bumi dan Bangunan tersebut penggunaannya adalah untuk kepentingan pembangunan sarana dan prasarana di wilayah tersebut.
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan merupakan salah satu pendapatan yang besar bagi pemerintah. Hasil Pengenaan PBB sektor Perkebunan sangat membantu dalam percepatan pembangunan Daerah. Wilayah perkebunan yang ada di Tanah Air sangat luas dan merupakan usaha yang produktif, jadi wajar bila setiap wilayah dikenakan PBB sektor Perkebunan.
Oleh sebab itu sesuai dengan tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, penulis mengangkat judul “ TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK BUMI DAN
BANGUNAN SEKTOR PERKEBUNAN DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV ( PERSERO )”.
(10)
B.Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui Prosedur penyampaian SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang) Sektor Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).
b. Untuk mengetahui dasar penetapan Pajak Bumi dan Bangunan sektor perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).
c. Untuk mengetahui Tata Cara Peghitungan Pajak Bumi dan Bangunan sektor perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PLKM)
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini (PKLM) ini dapat dijadikan sebagai wadah dalam pengembangan Ilmu dan Memperluas wawasan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perkebunan.
b. Agar dapat menerapkan teori – teori yang didapat selama perkuliahan khususnya tentang Pajak Bumi dan Bangunan sektor perkebunan .
c. Dengan melaksanakan PKLM ini dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mempersiapkan dirinya menjadi mahasiswa yang siap memasuki lingkungan
(11)
kerja yang semakin sulit, karena telah dibekali keterampilan, pengalaman – pengalaman lingkungan kerja dalam melakukan PKLM tersebut.
2.2 Bagi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)
a. Sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan antara instansi dengan dunia pendidikan sehingga instansi tersebut dapat mengetahui tingkat perkembangan Ilmu Pengetahuan di lembaga Pendidikan khususnya Program study Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
b. Mendapat masukan dan saran untuk penambahan pengetahuan.
2.3 Bagi Universitas
a. Dapat memperkenalka sumber daya manusia Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
b. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) USU dengan instansi yang bersangkutan khususnya di Kantor PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).
c. Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum yang berlaku di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
(12)
C.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )
Adapun yang menjadi ruang lingkup praktik kerja lapangan mandiri yaitu melakukan pengumpulan data yang menyangkut tatacara penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan sektor perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) mulai dari :
1. Prosedur penyampaian SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang) Sektor Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).
2. Dasar penetapan pajak bumi dan bangunan sektor Perkebunan.
3. Tata Cara penghitungan pajak bumi dan bangunan sektor perkebunan.
D.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai dengan metode yang digunakan, maka tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut PKLM ini, mulai dari pengajuan judul, penentuan judul, tempat praktik kerja lapangan mandiri, mencari bahan untuk membuat Proposal, konsultasi dengan dosen.
2. Studi Literatur
Penulis mengumpulkan data – data yang menyangkut masalah yang akan dibahas melalui sumber bacaan seperti : buku perpajakan, undang-undang, artikel ilmiah maupun literatur yang berhubungan dengan objek PKLM.
(13)
3. Observasi Lapangan
Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan/pengamatan secara langsung pada objek praktik kerja lapangan dan meninjau secara langsung kondisi serta keadaan objek tempat pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui sistem kerja yang berlaku pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).
4. Pengumpulan Data
Dalam tahap ini penulis mengumpulkan data melalui 2 cara yaitu data primer dan data sekunder.
Data Primer adalah data yang diperoleh dari pihak-pihak yang memahami dan menguasai objek kajian dalam PKLM.
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi ilmiah yang mendukung laporan penyajian PKLM.
5. Analisis Data dan Evalusi
Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data secara kualitatif yang kemudian akan dipresentasikan secara objektif, jelas dan sistematis.
(14)
E.Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
1. Daftar Pertanyaan
Dalam metode ini penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada para pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan.
2. Daftar Observasi
Dalam metode ini penulis melakukan pengamatan langsung kelapangan untuk melakukan peninjauan dengan cara mengamati, mendengar serta mencatat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian.
3. Daftar Dokumentasi
Dalam tahap ini penulis berusaha mengumpulkan dokumen-dokumen atau data-data pendukung mengenai pajak bumi dan bangunan perkebunan.
(15)
F.Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero), Struktur Organisasi, Kegiatan dan Usaha Pokok Perusahaan, serta Strategi Perusahaan.
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKEBUNAN
Dalam bab ini penulis memaparkan tentang data yang berkaitan dengan pajak bumi dan bangunan mulai dari pengertian Umum Tentang Pajak, Pegertian Pajak Bumi dan Bangunan, Tata Cara Pendaftaran dan Sanksi
(16)
PBB, Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis akan menganalisa tentang Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan, Pendataan dan Penilaian Objek PBB sektor Perkebunan, Tata Cara Penghituangan PBB Sektor Perkebunan, Prosedur Penyampaian SPPT Sektor Perkebunan, dan Faktor Penghambat PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) dalam penghitungan PBB Sektor Perkebunan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini Penulis akan menguraikan tentang kesimpulan dan saran selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKLM).
(17)
BAB II
GAMBARAN UMUM
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)
A. Sejarah singkat PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)
PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara bidang perkebunan yang berkedudukan di Medan, Provinsi Sumatera Utara. Pada umumnya perusahaan-perusahaan perkebunan di Sumatera Utara memiliki sejarah panjang sejak zaman belanda.
Pada awalnya keberadaan perkebunan ini merupakan milik maskapai Belanda yang dinasionalisasi pada tahun 1959, dan selanjutnya berdasarkan kebijakan pemerintah telah mengalami beberapa kali perubahan organisasi sebelum akhirnya menjadi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).
Pada tahun 1985 sesuai Undang-undang Nomor 86 Tahun 1958, perusahaan-perusahaan swasta asing (Belanda) seperti HVA dan RCMA dinasionalisasikan oleh Pemetintah R.I, dan kemudian dilebur menjadi Perusahaan milik Pemerintah melalui peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 1959. Selanjutnya pada tahun 1967 Pemerintah melakukan pengelompokkan menjadi perusahaan Terbatas Persero, dengan nama resmi PT. Perkebunan I s.d. IX (Persero)
Pada tahun 1994 PTP VI, VII, dan VIII, digabung dalam kelompok PTP. Sumut –III, kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1996 semua PTP yang ada di Indonesia dikelompokkan kembali melalui penggabungan dan pemisahan proyek-proyek yang melahirkan PT. Perkebunan Nusantara (PTPN-I s.d. PTPN-XIV).
(18)
Terhitung sejak 11 Maret 1996, gabungan PTP VI, VII, dan VIII diberi nama PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero), yang kini ber Kantor Pusat di Jl. Letjend Soeprapto No. 2 Medan.
(19)
B. UNIT-UNIT USAHA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) S.D. BULAN APRIL 2010
Di bawah ini merupakan Unit Usaha yang dikelola PTPN-IV, yaitu sejumlah 38 Unit Usaha, terletak di 10 Daerah Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi Sumatera Utara.
NAMA UNIT USAHA BUDIDAYA/
KEGIATAN LOKASI
-Kantor Pusat Medan -Kantor Perwakilan Jakarta
- Group Unit Usaha I
1. Kebun Bah Jambi 2. Kebun Balimbingan 3. Kebun Tonduhan 4. Kebun Pasir Mandoge 5. Kebun Sei Kopas 6. Kebun Dolok Sinumbah 7. Kebun Marihat
- Group Unit Usaha II
1. Kebun Gunung Bayu 2. Kebun Mayang 3. Kebun Bukit Lima 4. Kebun Dolok Ilir
Pusat Badan Usaha Perwakilan
Kelapa Sawit + PMS Kelapa Sawit
Kelapa Sawit
Kelapa Sawit + PMS Kelapa Sawit
Kelapa Sawit + PMS Kelapa Sawit
Kelapa Sawit + PMS Kelapa Sawit + PMS Kelapa Sawit
Kelapa Sawit + PMS
Kotamadya Medan Jakarta Selatan Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun Kabupaten Asahan Kabupaten Asahan Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun
(20)
5. Kebun Laras
6. Kebun Tanah Itam Ulu
- Group Unit Usaha III
1. Kebun Pabatu 2. Kebun Adolina 3. Kebun Air Batu 4. Kebun Tinjowan
5. Kebun Padang Matinggi 6. Kebun Aek Nauli 7. Kebun Sawit Langkat
- Group Unit Usaha IV
1. Kebun Pulu Raja 2. Kebun Berangir 3. Kebun Ajamu
4. Kebun Meranti Paham 5. Kebun Sosa
6. PKS Sosa
- Group Unit Usaha V
1. Kebun Marjandi 2. Kebun Bah Birung Ulu 3. Kebun Bah Butong
Kelapa Sawit Kelapa Sawit
K. Sawit +PMS + PPIS Kelapa Sawit + PMS Kelapa Sawit + PMS Kelapa Sawit + PMS Kelapa Sawit
Kelapa Sawit
Kelapa Sawit + PMS
Kelapa Sawit + PMS Kelapa Sawit + PMS Kelapa Sawit
Kelapa Sawit Kelapa Sawit
Pabrik Minyak Sawit
Kelapa Sawit Kelapa Sawit Teh + Pabrik + Teh
Kabupaten Simalungun Kabupaten Asahan
Kab. Serdang Bedagei Kab. Serdang Bedagei Kabupaten Asahan Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun Kabupaten Langkat Kabupaten Asahan Kab. Labuhan Batu Kab. Labuhan Batu Kabu. Labuhan Batu Kabupaten Tapsel Kabupaten Tapsel
Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun
(21)
4. Kebun Sidamanik 5. Kebun Tobasari
- Group Unit Usaha VI
1. Rumah Sakit Laras 2. Rumah Sakit Pabatu 3. Rumah Sakit Balimbingan
- Pengembangan
1. Proyek Panai Jaya 2. Proyek Timur 3. Proyek Balap
4. Proyek Plasma Madina
PMT Dolok Ilir
Teh + Pabrik + Teh Teh + Pabrik + Teh
Unit Kesehatan Unit Kesehatan Unit Kesehatan Kelapa Sawit Kelapa Sawit Kelapa Sawit Kelapa Sawit Perakitan/Erection Pabrik Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun Kab. Serdang Bedagai Kabupaten Simalungun
Kab. Labuhan Batu Kab. Mandailing Natal Kab. Mandailing Natal Kab. Mandailing Natal
(22)
C. Sruktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)
Sesuai SK Menteri Negara BUMN No. Kep-133/MBU/2006 tanggal 27 Desember 2006, terdapat perubahan struktur organisasi ditingkat direktorat yaitu penghapusan Direktorat Pemasaran dan pembentukan baru Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha.
Untuk kegiatan Operasional, perusahaan tetap mempertahankan unit-unit usaha yang ada dengan penambahan beberapa unit usaha khusus di daerah proyek pengembangan yaitu proyek pengembangan Panai Jaya (PAJ), proyek pengembangan Madina(Timur dan Balap), serta proyek pengembangan revitalisasi perkebunan di rakyat Madina (Plasma Madina).
(23)
(24)
(25)
D. Kegiatan Dan Usaha Pokok Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) mengelola 3 (tiga) budidaya perkebunan yang berupa tanaman kelapa sawit, Kakao, dan Teh dengan 31 unit kebun yang dilengkapi dengan sarana pengolahannya berupa 16 unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS), 1 unit Pabrik Pemurnian Minyak Sawit, 1 unit Pabrik Pengolahan inti Sawit, 4 unit Pabrik Pengeringan Biji Kakao, 6 unit Pabrik Pengolahan The, 1 unit Perbengkelan dan 3 unit Rumah Sakit.
Kegiatan usaha Perusahaan tersebut terletak di atas lahan seluas ±175.244 Ha areal konsesi, yang tersebar di 9 (Sembilan) Kabupaten dan Kota, yaitu Kabupaten Simalungun, Serdang Bedagai, Asahan/Batu Bara, Labuhan Batu, Langkat, Toba Samosir, Tapanuli Selatan/ Padang Lawas, Mandailing Natal (Madina) dan Kota Madya Medan.
Kegiatan usaha lainnya yang dikelola Perusahaan, antara lain :
1. Pabrik Kompos
Perusahaan telah membangun 2 (dua) unit Pabrik Kompos dengan memanfaatkan limbah padat berupa tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan baku produk di Unit kebun Dolok Sinumbah yang selesai dibangun pada tahun 2005 dan Unit Kebun Pulu Raja selesai dibangun tahun 2006.
Pada tahun 2009 sedang dibangun 1(satu) unit Pabrik Kompos di Unit Kebun Dolok Ilir dan Teknologi Bio Smart.
(26)
2. Tanaman Jagung
Sesuai dengan penugasan Pemegang Sahan dan sebagai wujud dukungan terhadap Program Ketahanan Pangan Nasional, perusahaan turut serta melaksanakan penanaman jagung di areal-areal yang sementara belum dimanfaarkan, seperti areal TTAD ( Tahun Tanam Akan Datang) dan persiapan TU ( Tanaman Ulang). Program ini dilaksanakan dengan mengikutsertakan peran warga masyarakat terutama yang berdomisili di sekitar Unit Kebun PTPN IV.
3. Kebun Benih Kelapa Sawit
Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan bibit kelapa sawit yang berkualitas, maka pada tahun 2009 perusahaan akan membuat pembibitan kelapa sawit dengan memanfaatkan areal seluas 150 Ha pada Unit Kebun Adolina dan mendatangkan pohon indukan dari luar negeri.
4. Kebun Benih Kakao
Dalam rangka mengembangkan benih Kakao, maka pada tahun 2009 perusahaan akan mengelola kebun benih dengan memanfaatkan areal seluas 150 Ha pada Unit Kebun Adolina dan bekerjasama dengan pusat penelitian (Puslit) Kakao Jember. Benih yang dihasilkan pertahun sebanyak 10 juta butir dengan total pendapatan Rp 5 milyar, total biaya eksploitasi yang akan dikeluarkan sebesar Rp. 5 milyar, sehingga selisih pendapatan diperoleh sebesar Rp. 2,25 milyar.
(27)
E. Strategi Perusahaan
Strategi yang akan dilaksanakan adalah meningkatkan kinerja perusahaan melalui upaya peningkatan pengendalian biaya dan produktifitas sumber-sumber yang tersedia.
A.Direktorat Produksi 1) Bidang Tanaman
a. Meningkatkan produktifitas tanaman (Kelapa Sawit dan Teh) dengan pemeliharaan, kebijakan pemupukan, dan panen yang benar.
b. Perluasan Areal Kelapa Sawit dengan penambahan HGU. 2) Bidang Pengolahan
a. Melaksanakan proses pengolahan dengan menerapkan “Standart Operating Procedure” (SOP) secara benar dan konsekwen.
b. Mengoptimalkan kapasitas PKS dengan melakukan pembelian TBS pihak III.
c. Meningkatkan mutu produk yang dihasilkan untuk setiap komoditi (Kelapa Sawit, Teh, dan Kakao)
3) Bidang Teknik
a. Melaksanakan pemeliharaan (maintenance) mesin-mesin dan instalasi pabrik secara konsisten sehingga kondisi setiap mesin dan instalasi dalam keadaan Runnig Well/ Top performance/ siap pakai.
(28)
c. Melaksanakan replacement atas mesin dan sarana pabrik. B.Direktorat Keuangan
1) Bidang Keuangan
a. Mengendalikan Cash Flow perusahaan.
b. Menigkatkan pengendalian pelaksanaan anggaran sesuai RKAP. c. Pengendalian biaya melalui RKO.
d. Menigkatkan Sosialisasi dan Manajemen Perpajakan dan Asuransi. e. Mengawasi penggunaan dana Kredit sesuai peruntukannya.
2) Bidang Akuntansi
a. Penyempurnaan system informasi Akuntansi Keuangan berbasis computer yang andal dan akurat.
b. Peningkatan efektifitas pengendalian biaya yang sudah ada. 3) Bidang Pemasaran Hasil
a. Mempertahankan pasar yang telah ada.
b. Menigkatkan pelayanan kepada pelanggan, pengujian dan sertifikasi. c. Melakukan koordinasi dengan lembaga pemasaran dalam rangka
memperluas pasar dan mencari peluang pasar baru.
d. Menigkatkan komunikasi dengan pembeli dalam rangka mempercepat pengapalan dan pembayaran atas kontrak penjualan
(29)
C.Direktorat SDM dan Umum
1) Bidang Sumber Daya Manusia (SDM)
a. Penyempurnaan struktur organisasi perusahaan yang sesuai dengan kebutuhan agar dapat dicapai efisiensi dan efektifitas kerja yang tinggi.
b. Menyempurnakan sistem imbal jasa yang lebih kompetitif dan mengarah pada prestasi kerja.
c. Meningkatkan kualitas SDM dan disiplin kerja agar mampu melaksanakan tugas sesuai dengan tuntutan perusahaan.
d. Menyusun man power planning untuk mengoptimalkan pemanfaatan tenaga kerja yang tersedia.
e. Meningkatkan hubungan industrial, kesehatan dan K3. 2) Bidang Umum / Hukum dan Pertanahan
a. Inventarisasi permasalahan yang belum terlaksana sesuai jadwal. b. Menindaklanjuti permasalahan yang belum selesai pada waktunya. c. Mempelajari kendala yang ada dalam permasalahan untuk mencari
jalan keluar yang terkoordinasi. 3) Bidang Pengadaan
a. Melaksanakan pengadaan barang dan jasa dengan harga yang wajar, mutu terjamin, tepat waktu, jumlah sesuai kebutuhan dan pengadaannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(30)
c. Mengendalikan persediaan barang/bahan.
d. Membina hubungan yang baik dengan seluruh mitra kerja serta membina pengusaha kecil dan koperasi.
e. Melakukan cek harga pasar secara luas ke beberapa sumber informasi sehingga harga perhitungan sendiri (HPS) yang diterbitkan dapat dipertanggung jawabkan.
f. Dalam memproses suatu objek pekerjaan, P2BJ akan mengundang para mitra kerja yang benar-benar memiliki kemampuan dan keahlian sesuai kualifikasi dan sub bidangnya masing-masing.
D.Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha 1) Bidang Perencanaan
a. Mengadopsi inovasi dan melakukan kerjasama dengan strategic partner.
b. Menciptakan inovasi secara mandiri.
c. Menigkatkan integrasi sistem informasi yang dimiliki perusahaan (PTPN IV online)
d. Implelmentasi teknologi informasi untuk meningkatkan efisiensi proses bisnis.
2) Bidang Pengembangan
a. Optimalisasi pengembangan usaha
b. Meningkatkan peran dalam penigkatan efektifitas dan efisiensi dalam pengelolaan bisnis perusahaan.
(31)
3) Bidang PKBL
a. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dan kebun unit untuk penyaluran dan penagihan dana PKBL.
b. Mengalihkan mitra binaan yang berada diluat Provinsi Sumatera Utara kepada BUMN lain.
c. Meningkatkan pelaksanaan evaluasi dan monitoring kepada mitra binaan.
d. Melakukan penyuluhan hukum kepada Mitra Binaan agar mempunyai kesadaran dalam membayar kembali pinjaman.
E.Sekretaris Perusahaan :
a. Menigkatkan image perusahaan serta melaksanakan good corporate governance (GCG).
F. Unit Kerja Penunjang : 1) Bidang Kesehatan
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan karyawan.
b. Mengadakan penyuluhan yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.
(32)
F. KEBIJAKAN PERUSAHAAN
Untuk mencapai sasaran perusahaan yang telah ditetapkan maka perusahaan menetapkan kebijakan-kebijakan dasar sesuai bidang masing-masing sebagai berikut :
A. Direktorat Produksi 1)Bidang Tanaman
a. Menanam dengan bahan tanaman yang unggul.
b. Pemeliharaan tanaman dilaksanakan secara rutin dan konsekwen.
c. Penyisipan yang konsisten dan berkesinambungan tetap dilaksanakan. Untuk komoditi teh dilakukan penyisipan dengan bibit tua berumur± 2 tahun.
d. Jenis dosis dan waktu pelaksanaan pemupukan merujuk pada rekomendasi pemupukan.
e. Pemberian pupuk suplemen (OST,PHE,LCKS, Kompos dan Tandan Kosong) sebagai substitusi pupuk anorganik dengan tujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah.
f. Kriteria matang panen TBS 5 brondolan per piringan. g. Sistem panen Teh dengan mekanisasi (mesin petik).
h. Intensifikasi dan ekstensifikasi pengelolaan kebun benih kakao.
i. Penggunaan pestisida nabati untuk pengendalian Organisasi pengganggu Tanaman (OPT).
(33)
j. Melaksanakan penyerbukan bantuan diareal TBM III yang prosentase bunga betina terhadap bunga jantan ±80%.
2. Bidang Pengolahan
a. Semua hasil produksi kebun yang dipanen setiap hari, harus dapat diolah pada hari itu juga.
b. Pabrik hanya mengolah hasil produksi yang kualitasnya memenuhi persyaratan mutu.
c. Mesin dan Instalasi yang menjadi titik kritis dalam system pengolahan akan menjadi objek pengawasan dan pengendalian yang utama.
d. Setiap pabrik harus selalu siap beroperasi dengan kapasitas nominalnya. 1. Bidang Teknik
a. Penggantian mesin-mesin dan peralatan pabrik agar disesuaikan dengan jadwal dan memperhatikan masa manfaat.
b. Rehabilitasi/penggantian sarana dan prasarana produksi lainnya harus memperhatikan urgensinya.
c. Melaksanakan program penghematan energy secara optimal dalam pengoperasian pabrik dan alat produksi lainnya.
B.Direktorat Keuangan : 1)Bidang Keuangan
a. Pelaksanaan kegiatan-kegitan yang ada dalam RKAP mengacu kepada RKO yang dibahas setiap tiga bulan.
(34)
b. Pelaksanaan Investasi hanya dilakukan jika kondisi keuangan mendukung dan memperhatikan skala prioritas.
c. Pelaksanaan pengawasan kredit perbankan dilakukan dengan membuat daftar/skala prioritas seperti yang diarahkan oleh konsultan.
2)Bidang Akuntansi
a. Mengoptimalkan kualitas hasil pekerjaan sesuai dengan prinsip-prinsip Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan prakterk akuntansi yang lazim. b. Mereview seluruh SE dan SI yang berhubungan dengan bidang akuntansi
keuangan.
c. Menigkatkan kualitas pelaporan menjadi lebih cepat, lebih akurat dan lebih informatif.
3)Bidang Pemasaran
a. Memenuhi permintaan / order pembeli tepat waktu dengan mutu sesuai ketentuan dan persyaratan yang tercantum dalam kontrak.
C. Direktorat SDM dan Umum 1)Bidang Sumber Daya Manusia
a. Pendidikan dan latihan SDM dilakukan sesuai kebutuhan perusahaan dengan mengutamakan system In House Training.
b. Penerimaan / rekrutmen pegawai dilaksanakan secara selektif sesuai kebutuhan urgensi standar informasi.
(35)
2)Bidang Umum
a. Penyelesaian pekerjaan / urusan harus sesuai dengan peraturan perusahaan dan norma-norma yang ada serta berpedoman kepada RKAP.
3)Bidang Pengadaan
a. Pengadaan barang dan bahan sesuai kebutuhan baik jumlah maupun mutu. b. Lavering tepat waktu.
c. Harga wajar.
d. Pengadaan barang dan jasa dilakukan sesuai peraturan perusahaan yang berlaku dan berpedoman kepada RKAP.
D. Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha : 1)Bidang Perencanaan
a. Objek kajian diarahkan untuk peningkatan produktifitas, efisiensi dan ramah linkungan.
b. Mengembangkan Teknologi informasi (TI) guna kepentingan perusahaan. 2)Bidang Pengembangan
a. Pelaksanaan pengembangan Proyek Madina dan Panai Jaya berpedoman kepada SPO.
b. Mengoptimalkan Pemanfaatan TI. 3)Bidang PKBL
a. Penyaluran dana PKBL harus didasarkan pada kebutuhan sesuai sasaran agar memberikan manfaat paling besar bagi perusahaan.
(36)
b. Membuat SKB dengan BUMN lain dalam rangka pengalihan Mitra Binaan diluar Propinsi Sumatera Utara.
c. Penyaluran dana PKBL berdasarkan usulan unit kebun dan ditetapkan kantor pusat berdasarkan usulan unit kebun dan ditetapkan kantor pusat berdasarkan otoritas kebutuhan.
E.Unit Penunjang 1) Bidang Kesehatan
a. Pengiriman pasien ke Rumah Sakit rujukan diupayakan seminimal mungkin. b. Pemakaian obat diupayakan seoptimal mungkin obat generik.
(37)
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKEBUNAN
A. Pengertian Umum Tentang Pajak 1. Pengertian Pajak
1. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani
Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
2. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H,
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
(38)
3. Menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2007
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Fungsi pajak
a. Fungsi Budgetair
Pajak merupakan suatu alat untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara, yang pada waktunya nanti akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara..
b. Fungsi Regulasi
Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan. Pemerintah dapat melaksanakan kebijakan-kebijakan dalam berbagai bidang, antara lain : bidang ekonomi, bidang sosial, bidang kebudayaan, dsb.
(39)
3. Pengelompokan Pajak
1. Menurut Golongannya
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.
2. Menurut Sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
(40)
3. Menurut Lembaga Pemungutnya
a. Pajak Pusat, yaitu Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewa, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah, yaitu Pajak yang dipungut oleh oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak Daerah Terbagi atas:
a. Pajak Provinsi
contoh : Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dsb.
b. Pajak Kabupaten/Kotamadya
(41)
B. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan
1. Pengertian Umum Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 12 tahun 1994.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar )tidak ikut menentukan besarnya pajak.
2. Objek Pajak Bumi dan Bangunan
a. Yang menjadi objek PBB adalah bumi dan atau bangunan.
Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa, tambak, perairan) serta laut wilayah Republik Indonesia. Contohnya : sawah, ladang, kebun, tanah, perkarangan, tambang, dll.
b. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan.
(42)
Termasuk dalam pengertian bangunan adalah :
a. Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan komplek bangunan. b. Jalan tol.
c. Kolam renang. d. Pagar mewah. e. Tempat olah raga.
f. Galangan kapal/dermaga. g. Taman mewah
h. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak i. Fasilitas lain yang memberikan manfaat
c. Objek Pajak Bumi dan Bangunan
1. Yang menjadi objek pajak yaitu bumi dan atau bangunan
2. Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokkan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman, serta untuk memudahkan penghitungan pajak yang terutang.
(43)
d. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan klasifikasi bumi atau tanah adalah :
1. Letak. 2. Peruntukan. 3. Pemanfaatan.
4. Kondisi lingkungan dan lain-lain.
e. Faktor-faktor yang diperhatikan dalam penentuan klasifikasi bangunan adalah : a. Bahan yang digunakan.
b. Rekayasa. c. Letak.
d. Kondisi lingkungan dan lain-lain.
f. Yang termasuk Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan yaitu : a. Areal Pengusahaan Benih.
b. Penanaman Baru. c. Perluasan.
d. Perubahan Jenis Tanaman.
(44)
g. Pengecualian Objek Pajak
Objek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan adalah objek pajak yang :
a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak untuk mencari keuntungan, antara lain :
1)Di bidang ibadah. Contoh : masjid, gereja, vihara. 2)Di bidang kesehatan. Contoh : rumah sakit.
3)Di bidang pendidikan. Contoh : madrasah, pesantren. 4)Di bidang social. Contoh : panti asuhan.
5)Di bidang kebudayaan nasional. Contoh : museum, candi.
b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu. c. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum dibebani suatu hak.
d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan azas perlakuan timbale balik.
e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.
h. Subjek Pajak dan Wajib Pajak
(45)
a. Mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau ; b. Memperoleh manfaat atas bumi, dan atau ; c. Memiliki, menguasai atas bangunan, dan atau ; d. Memperoleh manfaat atas bangunan.
Wajib Pajak adalah Subjek Pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak.
C. Tata Cara Pendaftaran dan Sanksi PBB
1. Tata Cara Pendaftaran PBB
Orang atau badan yang menjadi Subjek PBB harus mendaftarkan Objek Pajaknya ke Kantor Pelayanan PBB atau Kantor Penyuluhan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak objek tersebut, dengan menggunakan formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang tersedia gratis di Kantor Pelayana PBB atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat.
Pendaftaran objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dilakukan oleh subjek pajak dengan cara mengambil dan mengisi formulir SPOP secara jelas, benar dan lengkapserta ditandatangani dan dikembalikan ke kantor Pelayanan PBB yang bersangkutan atau tempat yang ditunjuk untuk pengambilan dan pengembalian SPOP.
(46)
2. Sanksi PBB
a. Sanksi Administrasi
1)Dalam hal WP tidak menyampaikan kembali SPOP pada waktunya dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam surat teguran, maka akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dengan sanksi berupa denda administrasi sebesar 25% dari PBB yang terutang.
2)Apabila pengisian SPOP setelah diteliti atau diperiksa ternyata tidak benar (lebih kecil), maka akan diterbitkan SKP dengan sanksi berupa denda administrasi sebesar 25% dari selisih besarnya PBB yang terutang.
b. Sanksi Pidana
1) Barangsiapa karena kealpaannya tidak mengembalikan SPOP atau mengembalikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga menimbulkan kerugian bagi Negara, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya 2(dua) kali lipat pajak yang terutang.
2) Barang siapa karena dengan sengaja :
a. Tidak mengembalikan atau menyampaikan SPOP kepada Direktorat Jenderal Pajak;
b. Menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan atau melampirkan keterangan yang tidak benar;
c. Memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau dokumen yang palsu atau dipalsukan seolah-oleh benar;
(47)
d. Tidak memperlihatkan data atau tidak meminjamkan surat atau dokumen lainnya;
e. Tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan keterangan yang diperlukan;
Sehingga menimbulkan kerugian pada Negara. Dipidana dengan pidana penjara selama-lamaya 2 (dua) tahun atau denda setinggi-tingginya sebesar 5 (lima) kali pajak yang terutang. Sanksi pidana tersebut dilipatkan dua apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat satu tahun, terhitung sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan atau sejak dibayarnya denda.
D. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)
1. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)
Sarana bagi Wajib Pajak (WP) untuk mendaftarkan Objek Pajak yang akan dipakai sebagai dasar untuk menghitung Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang terutang.
2. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang
Surat Keputusan kepala Kantor Pelayanan Pajak Buni dan Bangunan (KPPBB) mengenai pajak yang terutang yang harus dibayar dalam 1 (satu) tahun pajak.
(48)
E. Klasifikasi Bumi dan/ atau Bangunan
Dalam hal memudahkan penghiitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang terutang atas suatu objek pajak berupa tanah (bumi) dan atau bangunan harus diketahui pengelompokkan objek pajak menurut nilai jualnya, tarif, Nilai jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP), dan Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). Pengelompokkan Objek Pajak menurut nilai jual tersebut sering disebut dengan Klasifikasi tanah (bumi) dan bangunan.
Klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan penghitungan pajak yang terhutang.
(49)
Di bawah ini merupakan tabel Klasifikasi, Penggolongan dan ketentuan Nilai Jual Bumi dan Bangunan Tahun 2009.
I. Klasifikasi, Penggolongan Dan Ketentuan Nilai Jual Bumi Kelompok A.
Klas
Penggolongan,
Nilai Jual Permukaan Bumi ( Tanah )
Nilai Jual (Rp/M2)
1 > 3.000.000 s/d 3.200.000 3.100.000
2 > 2.850.000 s/d 3.000.000 2.925.000
3 > 2.708.000 s/d 2.850.000 2.779.000
4 > 2.573.000 s/d 2.708.000 2.640.000
5 > 2.444.000 s/d 2.573.000 2.508.000
6 > 2.261.000 s/d 2.444.000 2.352.000
7 > 2.091.000 s/d 2.261.000 2.176.000
8 > 1.934.000 s/d 2.091.000 2.013.000
9 > 1.789.000 s/d 1.934.000 1.862.000
10 > 1.655.000 s/d 1.789.000 1.722.000 11 > 1.490.000 s/d 1.655.000 1.573.000 12 > 1.341.000 s/d 1.490.000 1.416.000 13 > 1.207.000 s/d 1.341.000 1.274.000 14 > 1.086.000 s/d 1.207.000 1.147.000
15 > 977.000 s/d 1.086.000 1.032.000
16 > 855.000 s/d 977.000 916.000
17 > 748.000 s/d 855.000 802.000
18 > 655.000 s/d 748.000 702.000
19 > 573.000 s/d 655.000 614.000
20 > 501.000 s/d 573.000 537.000
(50)
22 > 362.000 s/d 426.000 394.000
23 > 308.000 s/d 362.000 335.000
24 > 262.000 s/d 308.000 285.000
25 > 223.000 s/d 262.000 243.000
26 > 178.000 s/d 223.000 200.000
27 > 142.000 s/d 178.000 160.000
28 > 114.000 s/d 142.000 128.000
29 > 91.000 s/d 114.000 103.000
30 > 73.000 s/d 91.000 82.000
31 > 55.000 s/d 73.000 64.000
32 > 41.000 s/d 55.000 48.000
33 > 31.000 s/d 41.000 36.000
34 > 23.000 s/d 31.000 27.000
35 > 17.000 s/d 23.000 20.000
36 > 12.000 s/d 17.000 14.000
37 > 8.400 s/d 12.000 10.000
38 > 5.900 s/d 8.400 7.150
39 > 4.100 s/d 5.900 5.000
40 > 2.900 s/d 4.100 3.500
41 > 2.000 s/d 2.900 2.450
42 > 1.400 s/d 2.000 1.700
43 > 1.050 s/d 1.400 1.200
44 > 760 s/d 1.050 910
45 > 550 s/d 760 660
46 > 410 s/d 550 480
47 > 310 s/d 410 350
48 > 240 s/d 310 270
49 > 170 s/d 240 200
(51)
Klasifikasi, Penggolongan Dan Ketentuan Nilai Jual Bumi Kelompok B
Klas Penggolongan,
Nilai Jual Permukaan Bumi ( Tanah )
Nilai Jual (Rp/M2)
1 > 67,390,000 s/d 69,700,000 68,545,000 2 > 65,120,000 s/d 67,390,000 66,255,000 3 > 62,890,000 s/d 65,120,000 64,000,000 4 > 60,700,000 s/d 62,890,000 61,795,000 5 > 58,550,000 s/d 60,700,000 59,625,000 6 > 56,440,000 s/d 58,550,000 57,495,000 7 > 54,370,000 s/d 56,440,000 55,405,000 8 > 52,340,000 s/d 54,370,000 53,355,000 9 > 50,350,000 s/d 52,340,000 51,345,000 10 > 48,400,000 s/d 50,350,000 49,375,000 11 > 46,490,000 s/d 48,400,000 47,445,000 12 > 44,620,000 s/d 46,490,000 45,555,000 13 > 42,790,000 s/d 44,620,000 43,705,000 14 > 41,000,000 s/d 42,790,000 41,895,000 15 > 39,250,000 s/d 41,000,000 40,125,000 16 > 37,540,000 s/d 39,250,000 38,395,000 17 > 35,870,000 s/d 37,540,000 36,705,000 18 > 34,240,000 s/d 35,870,000 35,055,000 19 > 32,650,000 s/d 34,240,000 33,445,000 20 > 31,100,000 s/d 32,650,000 31,875,000 21 > 29,590,000 s/d 31,100,000 30,345,000 22 > 28,120,000 s/d 29,590,000 28,855,000 23 > 26,690,000 s/d 28,120,000 27,405,000 24 > 25,300,000 s/d 26,690,000 25,995,000 25 > 23,950,000 s/d 25,300,000 24,625,000 26 > 22,640,000 s/d 23,950,000 23,295,000
(52)
27 > 21,370,000 s/d 22,640,000 22,005,000 28 > 20,140,000 s/d 21,370,000 20,755,000 29 > 18,950,000 s/d 20,140,000 19,545,000 30 > 17,800,000 s/d 18,950,000 18,375,000 31 > 16,690,000 s/d 17,800,000 17,245,000 32 > 15,620,000 s/d 16,690,000 16,155,000 33 > 14,590,000 s/d 15,620,000 15,105,000 34 > 13,600,000 s/d 14,590,000 14,095,000 35 > 12,650,000 s/d 13,600,000 13,125,000 36 > 11,740,000 s/d 12,650,000 12,195,000 37 > 10,870,000 s/d 11,740,000 11,305,000 38 > 10,040,000 s/d 10,870,000 10,455,000 39 > 9,250,000 s/d 10,040,000 9,645,000 40 > 8,500,000 s/d 9,250,000 8,875,000 41 > 7,790,000 s/d 8,500,000 8,145,000 42 > 7,120,000 s/d 7,790,000 7,455,000 43 > 6,490,000 s/d 7,120,000 6,805,000 44 > 5,900,000 s/d 6,490,000 6,195,000 45 > 5,350,000 s/d 5,900,000 5,625,000 46 > 4,840,000 s/d 5,350,000 5,095,000 47 > 4,370,000 s/d 4,840,000 4,605,000 48 > 3,940,000 s/d 4,370,000 4,155,000 49 > 3,550,000 s/d 3,940,000 3,745,000 50 > 3,200,000 s/d 3,550,000 3,375,000
(53)
II. Klasifikasi, Penggolongan Dan Ketentuan Nilai Jual Bangunan Kelompok A
Klas Penggolongan,
Nilai Jual Permukaan Bumi ( Tanah )
Nilai Jual (Rp/M
2)
1 > 1,034,000 s/d 1,366,000 1,200,000
2 > 902,000 s/d 1,034,000 968,000
3 > 744,000 s/d 902,000 823,000
4 > 656,000 s/d 744,000 700,000
5 > 534,000 s/d 656,000 595,000
6 > 476,000 s/d 534,000 505,000
7 > 382,000 s/d 476,000 429,000
8 > 348,000 s/d 382,000 365,000
9 > 272,000 s/d 348,000 310,000
10 > 256,000 s/d 272,000 264,000
11 > 194,000 s/d 264,000 225,000
12 > 188,000 s/d 194,000 191,000
13 > 136,000 s/d 188,000 162,000
14 > 128,000 s/d 136,000 132,000
15 > 104,000 s/d 128,000 116,000
16 > 92,000 s/d 104,000 98,000
17 > 74,000 s/d 92,000 83,000
18 > 68,000 s/d 74,000 71,000
19 > 52,000 s/d 68,000 60,000
(54)
Klasifikasi, Penggolongan Dan Ketentuan Nilai Jual bangunan Kelompok B
Klas Penggolongan,
Nilai Jual Permukaan Bumi ( Tanah )
Nilai Jual (Rp/M
2)
1 > 14,700,000 s/d 15,800,000 15,250,000
2 > 13,600,000 s/d 14,700,000 14,150,000
3 > 12,550,000 s/d 13,600,000 13,075,000
4 > 11,550,000 s/d 12,550,000 12,050,000
5 > 10,600,000 s/d 11,550,000 11,075,000
6 > 9,700,000 s/d 10,600,000 10,150,000
7 > 8,850,000 s/d 9,700,000 9,275,000
8 > 8,050,000 s/d 8,850,000 8,450,000
9 > 7,300,000 s/d 8,050,000 7,675,000
10 > 6,600,000 s/d 7,300,000 6,950,000
11 > 5,850,000 s/d 6,600,000 6,225,000
12 > 5,150,000 s/d 5,850,000 5,500,000
13 > 4,500,000 s/d 5,150,000 4,825,000
14 > 3,900,000 s/d 4,500,000 4,200,000
15 > 3,350,000 s/d 3,900,000 3,625,000
16 > 2,850,000 s/d 3,350,000 3,100,000
17 > 2,400,000 s/d 2,850,000 2,625,000
18 > 2,000,000 s/d 2,400,000 2,200,000
19 > 1,666,000 s/d 2,000,000 1,833,000
(55)
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
A. Prosedur penyampaian SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang) Sektor Perkebunan di PTPN IV (Persero)
Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 pasal 10 yang berisi Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) diterbitkan atas dasar Surat
Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), namun untuk membantu wajib pajak Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang dapat diterbitkan berdasarkan data objek pajak yang telah ada pada Direktorat Jenderal Pajak.
Berikut ini merupakan hasil wawancara dari salah satu pegawai PTPN IV (Persero) mengenai prosedur penyampaian SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)
1. Kantor pusat PTPN IV (Persero) menerima blangko SPOP dari kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.
2. Blangko SPOP tersebut diteruskan atau disebar ke kebun/unit sesuai dengan kantor Pelayanan Pajak Pratama yang dimaksud.
3. Setelah diisi oleh kebun/unit dan telah ditandatangani oleh masing-masing manajer, SPOP tersebut dikirim ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.
(56)
4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar menerbitkan SPPT dan dasar perhitungannya untuk dasar penagihan ke PTPN IV (Persero).
Dalam melakukan penyetoran pajak ini, PTPN IV (Persero) akan meyetorkan ke rekening yang telah tersedia dalam surat pembertitahuan rekening penyetoran PBB sektor Perkebunan.
B.Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan.
Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan berbeda dengan Pajak Bumi dan Bangunan. Dibawah ini akan dijelaskan yang merupakan dasar pengenaan PBB Sektor Perkebunan.
Dasar pengenaan PBB Sektor Perkebunan adalah hasil penjumlahan antara perkalian luas areal perkebunan dengan NJOP bumi per meter persegi dan perkalian luas bangunan dengan NJOP bangunan per meter persegi, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. NJOP bumi per meter persegi sebesar hasil konversi nilai tanah per meter persegi kedalam klasifikasi, penggolongan dan ketentuan nilai jual permukaan bumi (tanah); dan
b. NJOP bangunan per meter persegi sebesar hasil konversi nilai bangunan per meterpersegi ke dalam klasifikasi, penggolongan, dan ketentuan nilai jual bangunan.
(57)
1. Pengertian yang berhubungan dengan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan.
Dibawah ini terdapat beberapa pengertian tentang PBB Sektor Perkebunan antara lain :
a. Sektor Perkebunan adalah objek pajak Pajak Bumi dan Bangunan yang digunakan untuk pengusahaan tanaman perkebunan dengan luasan paling sedikit 2 (dua) hektar, termasuk emplasemen.
b. Standar Investasi Tanaman yang selanjutnya disebut SIT adalah jumlah biaya tenaga kerja, bahan dan alat yang diinvestasikan untuk pembukaan lahan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman.
c. Surat Pemberitahuan Objek Pajak Sektor Perkebunan yang selanjutnya disebut SPOP adalah surat yang digunakan oleh subjek pajak/Wajib Pajak untuk melaporkan data objek pajak Sektor Perkebunan ke Direktorat Jenderal Pajak.
d. Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak Sektor Perkebunan yang selanjutnya disebut LSPOP adalah formulir yang dipergunakan oleh subjek pajak/Wajib Pajak untuk melaporkan data rinci objek pajak Sektor Perkebunan.
e. Formulir Data Masukan yang selanjutnya disebut FDM adalah formulir yang digunakan sebagai sarana perekaman data ke dalam aplikasi SISMIOP untuk Sektor Perkebunan.
(58)
Pembentukan Basis Data adalah rangkaian kegiatan membentuk basis data objek pajak untuk pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Perkebunan ke dalam basis data SISMIOP untuk Sektor Perkebunan.
2. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).
Dalam penghitungan pajak bumi dan bangunan sektor perkebunan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) tarif yang dikenakan yaitu sebesar 40 % (empat puluh persen). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2002. Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) dikenakan sebesar 40% untuk Pajak Bumi dan Bangunan Sektor perkebunan, kehutanan, pertambangan, dan yang Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) satu milyar rupiah atau lebih. Dan NJKP 20% untuk NJOP kurang dari satu milyar rupiah.
Rumus Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).
NJKP = 40% × (NJOP – NJOPTKP) PBB = 0,5% × 40% (NIOP – NJOPTKP)
(59)
B. Pendataan dan Penilaian Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan
1. Dalam rangka pelaksanaan pendataan dan penilaian, areal perkebunan dikelompokkan menjadi:
a. Areal Produktif, yaitu areal yang sudah ditanami meliputi areal tanaman belum menghasilkan dan areal tanaman menghasilkan;
b. Areal Belum Produktif, terdiri dari:
1) Areal yang sudah diolah tetapi belum ditanami; dan/atau 2) Areal belum diolah
c. Areal Emplasemen, yaitu areal yang digunakan untuk berdirinya bangunan dan sarana pelengkap lainnya dalam perkebunan;
d. Areal Lainnya, terdiri dari:
1) Areal tidak produktif/tidak dapat dimanfaatkan, seperti rawa, cadas, dan jurang; dan/atau
2) Areal jalan meliputi jalan utama yang terletak di dalam dan/atau di luar areal perkebunan, jalan produksi yang berfungsi untuk pengumpulan hasil dan jalan kontrol yang berfungsi untuk pengawasan areal perkebunan.
(60)
2. Penghitungan nilai tanah areal perkebunan ditentukan sebagai berikut: a. Nilai tanah Areal Produktif:
1) Nilai tanah Areal Produktif merupakan penjumlahan Nilai Dasar Tanah Areal Produktif dan SIT.
2) Nilai Dasar Tanah Areal Produktif merupakan perkalian luas dengan Nilai Dasar Tanah per meter persegi Areal Produktif.
3) Pedoman penentuan SIT ditetapkan sebagaimana pada Lampiran II Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak .
b. Nilai tanah Areal Belum Produktif:
1) Nilai tanah Areal kebun yang sudah diolah tetapi belum ditanami merupakan perkalian luas dengan nilai dasar tanah per meter persegi areal kebun yang sudah diolah tetapi belum ditanami, termasuk di dalamnya biaya pembukaan lahan.
2) Nilai tanah Areal kebun belum diolah merupakan perkalian luas dengan Nilai Dasar Tanah per meter persegi areal kebun yang belum diolah.
c. Nilai tanah Areal Emplasemen merupakan perkalian luas dengan Nilai Dasar Tanah per meter persegi areal emplasemen, termasuk di dalamnya biaya pematangan tanah.
d. Nilai tanah Areal Lainnya:
1) Nilai tanah Areal tidak produktif merupakan perkalian luas dengan Nilai Dasar Tanah per meter persegi areal tidak produktif.
(61)
2) Nilai tanah Areal jalan merupakan perkalian luas dengan Nilai Dasar Tanah permeter persegi areal jalan, termasuk di dalamnya biaya pematangan tanah. e. Nilai tanah per meter persegi areal perkebunan merupakan jumlah nilai tanah
Areal Produktif, Areal Belum Produktif, Areal Emplasemen dan Areal Lainnya dibagi dengan jumlah luas Areal Produktif, Areal Belum Produktif, Areal Emplasemen dan Areal Lainnya.
3. Penghitungan nilai bangunan ditentukan sebagai berikut:
a. Nilai bangunan tiap-tiap jenis bangunan merupakan perkalian luas dengan nilai bangunan per meter persegi tiap-tiap jenis bangunan.
b. Nilai bangunan per meter persegi merupakan jumlah nilai seluruh bangunan dibagi dengan jumlah luas seluruh bangunan.
(62)
C.Tata Cara Penghitungan PBB Sektor Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)
Di bawah ini merupakan contoh tatacara penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkenunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).
PT. A Suatu Perkebunan Kelapa Sawit di Bahjambi menguasai tanah dan bangunan dengan rincian sebagai berikut :
A. Tanah
1. Areal Produktif
Kelapa Sawit seluas 3.2315.000 m2 kelas A36 dengan SIT 185.224.440.000
2. Areal Belum Produktif
Areal Kebun yang belum diolah seluas 1.910.000 m2 kelas A36
3. Areal Emplasemen
Areal Emplasemen seluas 5.135.000 m2 kelas A32
4. Areal Lainnya
a.Areal Tidak Produktif seluas 635.000 m2 kelas A41 b. Areal Jalan seluas 305.000 m2 kelas A36
(63)
5. Bangunan
1. Pabrik/Kilang seluas 444 m2 kelas A5 2. Perkantoran seluas 1.760.300 m2 kelas A5 3. Perumahan seluas 128.851 m2 kelas A7 4. Gudang seluas 1.196 m2
5. Ruang Workshop seluas 275 m2 6. Poliklinik seluas 88 m2
7. Jalan diperkeras 12409 m2 8. Bangunan Lainnya 6072 m2 Hitung PBB PT.A tersebut !
(64)
Penyelesaian :
I.Perhitungan Nilai Tanah 1. Areal Produktif
Kelapa Sawit seluas 32.315.000 m2 x 14000 = Rp 452.410.000.000
SIT = Rp.
= RP. 637.634.440.000 185.224.440.000 +
2. Areal belum Produktif
Areal Kebun yang belum diolah seluas
1.910.000 m2 ×14.000 = Rp. 26.740.000.000 3. Areal Emplasemen
Areal Emplasemen seluas
5.135.000 m2 ×48000 = Rp 246.480.000 4. Areal Lainnya
a. Areal Tidak Produktif seluas
635.000 m2 ×2450 = Rp. 1.555.750
b. Areal Jalan seluas 305.000 m2 ×14000 = Rp.
668.892.475.000
(65)
5. Perhitungan Nilai Bangunan
1. Pabrik/Kilang seluas 444 m2 × 595.000 = Rp. 264.180.000 2. Perkantoran seluas 1.760.300 m2 × 595.000 =Rp.1.047.378.500.000
3. Perumahan seluas 128.851 m2 × 429.000 = Rp. 55.277.079.000 4. Gudang seluas 1.196 m2 × 429.000 = Rp. 513.084.000 5. Ruang Workshop seluas 275 m2 ×429.000 = Rp. 117.975.000 6. Poliklinik seluas 88 m2 × 310.000 = Rp. 27.280.000 7. Jalan Diperkeras 12409 m2 × 116.000 = Rp. 1.439.444.000 8. Bangunan Lainnya 6072 m2 × 428.593 = Rp.
= Rp. 1.107.619.958.696 2.602.416.696 +
(66)
6. Perhitungan PBB Terhutang Objek Pajak :
Luas Bumi 40.300.000 m2 kelas A35 (20.000) = Rp. 80.600.000.000 Luas Bangunan 1.909.275 m2 kelas A06 ( 505.000) = Rp.
NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB = Rp. 1.044.183.875.000 964.183.875.000 +
NJOPTKP = Rp. 0
NJOP untuk Penghitungan PBB =Rp. 1.044.183.875.000 NJKP (Nilai Jual Kena Pajak)
40%×1.044.183.875.000 = Rp. 417.673.550.000
(67)
Dalam hal penghitungan pajak bumi dan bangunan yang dilakukan PTPN IV (Persero) tidak mengalami kendala ataupun kesulitan karena kantor PTPN IV (Persero) telah menerima segala sesuatu yang berhubungan dengan penghitungan yaitu dasar pengenaan, tarif dan tatacara penghitungan dari kantor Pelayanan Pajak Pratama.
Kantor PTPN IV (Persero) selanjutnya hanya menyetorkan kerekening yang tertera pada Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang nantinya akan disetorkan ke kas Negara.
(68)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan data hasil Penelitian Lapangan dalam bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan adalah hasil penjumlahan antara perkalian luas areal perkebunan dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) bumi per meter persegi dan perkalian luas bangunan dengan NJOP bangunan per meter persegi.
2. Sektor Perkebunan adalah objek pajak Pajak Bumi dan Bangunan yang digunakan untuk pengusahaan tanaman perkebunan dengan luasan paling sedikit 2 (dua) hektar, termasuk emplasemen.
3. Tatacara penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) dilakukan dengan cara mengalikan luas objek pajak bumi dan bangunan dengan nilai jual objek pajak bumi dan bangunan yang terdapat dalam tabel klasifikasi nilai jual bumi dan bangunan. Setelah diketahui hasilnya kemudian seluruh hasil dari perkalian baik itu perhitungan nilai bumi dan perhitungan nilai bagunan dijumlahkan. Setelah itu dihitung besar PBB
(69)
terhutang. Untuk menghitungan PBB terhutang dilakukan dengan cara mengalikan Nilai Jual Kena Pajak dengan Nilai Jual Objek Pajak.
4. Prosedur penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) yaitu kantor PTPN IV (Persero) menerima blangko Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar kemudian blangko tersebut disebar ke kebun/unit, setelah blangko tersebut diisi maka SPOP tersebut dikirim ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar. Setelah itu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar menerbitkan SPPT dan dasar perhitungannya.
5. PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) setelah menerima SPPT dan dasar perhitungan untuk Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama maka selanjutnya menyetorkan PBB tersebut ke rekening yang telah ditentukan.
(70)
B. SARAN
Untuk perbaikan dimasa yang akan datang, penulis mengemukakan saran yang kiranya dapat dijadikan sebagai masukan.
1. Diharapkan pihak perusahaan dalam melakukan penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan dengan benar dan teliti serta berdasarkan Ketentuan Peraturan undangan Perpajakan yang berlaku, mengingat Peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang berlaku di Indonesia sering mengalami perubahan sehingga nantinya tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang melanggar Peraturan Perundang-undangan.
2. Diharapkan pihak perusahaan agar melakukan pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak dengan benar serta berdasarkan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang berlaku sehingga nantinya tidak menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti dikenakan sanksi administrasi ataupun denda dan sebagainya.
3. Agar sumber daya manusia pegawai PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) ditingkatkan melalui sarana pendidikan dan latihan. Hal ini dilakukan karena pegawai PTPN IV (Persero) merupakan pegawai dengan latar belakang usia, pendidikan, adat/budaya, dan agama yang berbeda-beda sehingga dengan adanya pelatihan di bidang pekerjaan masing-masing akan meningkatkan kinerja pegawai PTPN IV (Persero).
(71)
DAFTAR PUSTAKA
A.Buku
Budyatmoko, Y. Sri, Pajak Bumi dan Bangunan, Bandung: PT. Eresco, 2001
Markus muda, Perpajakan Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2005
Mardiasmo, Perpajakan, Yogyakarta: Andi Ofset, 2009
Ngadiman, Perpajakan, Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press), 2009
B.Peraturan Perundang-undangan
Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan, KEP-817/KMK.04/1991 Tentang Tatacara Pendaftaran dan Pendataan Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan.
Republik Indonesia, Undang-undang No. 12 Tahun 1994, Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985, tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
Direktur Jenderal Pajak, Keputusan, KEP-16/PJ.6/1998, Tentang Pengenaan Pajak Bumi dan bangunan.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2002 Tentang Penetapan Besarnya Nilai Jual Kena Pajak untuk Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan.
(72)
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 28 tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983, Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan.
Surat Edaran Nomor SE-81/PJ/2008, tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-50/PJ/2008, tentang Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan.
(73)
DAFTAR ISTILAH
HGU : Hak Guna Usaha
SOP : Sistem Prosedur Perusahaan
Cash flow (aliran kas) : merupakan sejumlah uang kas yang keluar dan yang masuk sebagai akibat dari aktivitas perusahaan dengan kata lain adalah aliran kas yang terdiri dari aliran masuk dalam perusahaan dan aliran kas keluar perusahaan serta berapa saldonya setiap periode.
Good Corporate Governance
(GCG) : Tidak lain pengelolaan bisnis yang melibatkan kepentingan stakeholders serta penggunaan sumber daya berprinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas
In House Trainig Sistem : Sebagai sarana untuk memberi bekal pengetahuan dan keterampilan bagi para pegawai di lingkungan unit kerja, agar dapat memahami ketentuan dan proses pelaporan keuangan dan kinerja instansi
(74)
pemerintah, serta mampu mengimplementasikan pemahaman tersebut dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan dan laporan kinerja.
(1)
terhutang. Untuk menghitungan PBB terhutang dilakukan dengan cara mengalikan Nilai Jual Kena Pajak dengan Nilai Jual Objek Pajak.
4. Prosedur penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) yaitu kantor PTPN IV (Persero) menerima blangko Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar kemudian blangko tersebut disebar ke kebun/unit, setelah blangko tersebut diisi maka SPOP tersebut dikirim ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar. Setelah itu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar menerbitkan SPPT dan dasar perhitungannya.
5. PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) setelah menerima SPPT dan dasar perhitungan untuk Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama maka selanjutnya menyetorkan PBB tersebut ke rekening yang telah ditentukan.
(2)
B. SARAN
Untuk perbaikan dimasa yang akan datang, penulis mengemukakan saran yang kiranya dapat dijadikan sebagai masukan.
1. Diharapkan pihak perusahaan dalam melakukan penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan dengan benar dan teliti serta berdasarkan Ketentuan Peraturan undangan Perpajakan yang berlaku, mengingat Peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang berlaku di Indonesia sering mengalami perubahan sehingga nantinya tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang melanggar Peraturan Perundang-undangan.
2. Diharapkan pihak perusahaan agar melakukan pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak dengan benar serta berdasarkan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang berlaku sehingga nantinya tidak menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti dikenakan sanksi administrasi ataupun denda dan sebagainya.
3. Agar sumber daya manusia pegawai PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) ditingkatkan melalui sarana pendidikan dan latihan. Hal ini dilakukan karena pegawai PTPN IV (Persero) merupakan pegawai dengan latar belakang usia, pendidikan, adat/budaya, dan agama yang berbeda-beda sehingga dengan adanya pelatihan di bidang pekerjaan masing-masing akan meningkatkan kinerja pegawai PTPN IV (Persero).
(3)
DAFTAR PUSTAKA
A.Buku
Budyatmoko, Y. Sri, Pajak Bumi dan Bangunan, Bandung: PT. Eresco, 2001
Markus muda, Perpajakan Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2005 Mardiasmo, Perpajakan, Yogyakarta: Andi Ofset, 2009
Ngadiman, Perpajakan, Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press), 2009
B.Peraturan Perundang-undangan
Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan, KEP-817/KMK.04/1991 Tentang Tatacara Pendaftaran dan Pendataan Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan.
Republik Indonesia, Undang-undang No. 12 Tahun 1994, Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985, tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
Direktur Jenderal Pajak, Keputusan, KEP-16/PJ.6/1998, Tentang Pengenaan Pajak Bumi dan bangunan.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2002 Tentang Penetapan Besarnya Nilai Jual Kena Pajak untuk Penghitungan Pajak
(4)
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 28 tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983, Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan.
Surat Edaran Nomor SE-81/PJ/2008, tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-50/PJ/2008, tentang Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan.
(5)
DAFTAR ISTILAH
HGU : Hak Guna Usaha
SOP : Sistem Prosedur Perusahaan
Cash flow (aliran kas) : merupakan sejumlah uang kas yang keluar dan yang masuk sebagai akibat dari aktivitas perusahaan dengan kata lain adalah aliran kas yang terdiri dari aliran masuk dalam perusahaan dan aliran kas keluar perusahaan serta berapa saldonya setiap periode.
Good Corporate Governance
(GCG) : Tidak lain pengelolaan bisnis yang melibatkan kepentingan stakeholders serta penggunaan sumber daya berprinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas
In House Trainig Sistem : Sebagai sarana untuk memberi bekal pengetahuan dan keterampilan bagi para pegawai di lingkungan unit kerja, agar dapat memahami ketentuan dan
(6)
pemerintah, serta mampu mengimplementasikan pemahaman tersebut dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan dan laporan kinerja.