ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI BUAH NAGA (Hylocereus Undatus Sp) DI KECAMATAN SRAGI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI BUAH NAGA (Hylocereus Undatus Sp)

DI KECAMATAN SRAGI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh

Bondan Galuh Yoga Pratama

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk ( 1 ) menganalisis tingkat pendapatan rumah tangga petani buah naga , dan ( 2 ) menentukan tingkat kesejahteraan petani buah naga . Penelitian ini dilakukan secara purposiv di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan . Semua 40 petani buah naga menjadi responden . Data dianalisis dengan menggunakan metode

kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Pendapatan rumah tangga petani buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan berasal dari pertanian buah naga sebesar Rp 89.518.362 / tahun ( 87,92 % ) , pertanian selain buah naga sebesar Rp 8.350.725 / tahun ( 8,20 % ) , kemudian dari luar kegiatan pertanian sebesar Rp 2.106.000 / tahun ( 2,07 % ) dan kegiatan non pertanian sebesar Rp 1.841.250 / tahun ( 1,81 % ) . Berdasarkan kriteria Sajogyo (1997 ) serta kriteria BPS ( 2007) 95 % dari petani rumah tangga dikategorikan sejahtera dan 5 % belum sejahtera .


(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF INCOME AND WELFARE OF

DRAGON FRUIT (Hylocereus Undatus Sp) FARMER HOUSEHOLDS IN SRAGI SUBDISTRICT OF SOUTH LAMPUNG DISTRICT

Bondan Galuh Yoga Pratama

The purposes of this study were to (1) analyze the level of household income of dragon fruit farmers, and (2) determine the level of welfare of the farmers. This research was carried out in purposively chosen Sragi Subdistrict of South Lampung District. All 40 dragon fruit farmers were respondents. Data were analyzed using quantitative and descriptive qualitative methods. Annual household income of dragon fruit farmers in Sragi subdistrict the South Lampung Regency came from dragon fruit farming

Rp 89,518,362/year (87.92%), from farming other than dragon fruit Rp 8,350,725/year (8.20%), from offfarm activities Rp 2,106,000/year (2.07%) and nonfarm activities Rp1,841,250/year (1.81%). Based on the Sajogyo (1997) criteria as well as BPS (2007) criteria 95% of farmer households was categorized prosperous and 5% was less prosperous.


(3)

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI BUAH NAGA (Hylocereus Undatus Sp) DI KECAMATAN

SRAGI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

BONDAN GALUH YOGA PRATAMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di desa Sripendowo Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur pada tanggal 07 November 1990 dari pasangan Sunardi dan Suwarni. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara. Selama masa kecil penulis diasuh oleh nenek dan kakek dari ibu kandungnya bernama Ibu Mikem dan Bapak Patmo, sejak kecil orang tua penulis berpisah dan ibu dari penulis memiliki pasangan hidup lagi bernama jasmo dan sejak itu penulis diasuh oleh kedua orang tua tersebut Ibu Suwarni dan Bapak Jasmo.

Penulis menyelesaikan studi tingkat Sekolah Dasar di SD N 3 Sripendowo, Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2002, tingkat SMP di SMP PGRI 2 Bandar Sribhawono Lampung Timur pada tahun 2005, tingkat SMA di SMA N 1 Bandar Sribhawono Lampung Timur pada tahun 2008, dan memasuki kuliah di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis pada tahun 2008 dengan jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Pada Tahun 2011 penulis melakukan Praktik Umum (PU) di kelompok tani jamur tiram Sejahtera Mandiri di desa Lingsuh Kecamatan Rajabasa Jaya Bandar

Lampung. Penulis melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) pada tahun 2012 di desa Paya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, dan melakukan penelitian pada tahun 2012 di Kecamatan Sragi, Kabupaten Lampung Selatan.


(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Hidup dan matiku hanya milik Allah, segala puji bagi Allah yang dengan kuasa-NYA lah hamba yang tidak punya upaya ini dapat menyelesaikan penelitian dan Skripsi ini. Semoga semua ini dapat menjadi salah satu tujuan NYA meniupkan ruh kedalam raga ini, yakni tak lain untuk selalu beribadah kepada-Mu. Karena engkaulah sebaik-baiknya penolong.

Mamak Warni tersayang, tak ada yang dapat menggantikan kasih sayang yang tak terbatas seperti yang sudah mamak berikan selama ini. Mamak adalah motivator, pembimbing, dan anugerah terindah yang sudah Allah berikan kepada kami. Apabila ada kata selain terima kasih yang bisa kami ucapkan untuk mamak, pasti kata itulah yang akan kami sampaikan untuk mamak. You are the best for me. Desi Suprihatiningsih, yang selalu memberikan kata semangatnya dan dengan kesabarannya dapat membuat yang malas jadi semangat dan raga lelah dapat kembali bangkit. Meskipun tak ada halaman persembahan di skripsi ini tetapi bersamamu selama ini merupakan persembahan terindah dari sang esa yang diberikan untuk-ku.


(8)

SANWACANA

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT, atas segala curahan rahmat dan karunia NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, teladan bagi seluruh umat manusia.

Banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta saran-saran yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini, yang berjudul “Analisis Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Buah Naga (Hylocereus Undatus Sp) Di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan”. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengucapkan terimah kasih kepada :

1. Prof.Dr.Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, pembimbing akademik, sekaligus sebagai Pembimbing Pertama skripsi, atas bimbingan dan nasihat yang telah diberikan selama proses penyelesaian skripsi;

2. Novi Rosanti, S.P., M.E.P., sebagai Pembimbing Kedua yang telah memberikan bimbingan dan saran-sarannya selama proses penyelesaian skripsi;

3. Dr. Ir. Dyah Aring Hepiana L. M.Si ., sebagai Dosen pembahas Skripsi ini atas masukan dan arahan yang telah diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini;


(9)

4. Dr. Ir.F.E. Prasmatiwi, M.S., sebagai Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Lampung;

5. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (Mba Iin, Mba Ayi, Mas Boim, Mas Bukhari, Mas Kardi ) atas semua bantuan yang telah diberikan;

6. Bapak Tarmijan (Korluh Kecamatan Sragi), Bapak Rudi, dan Bapak Kristiono beserta keluaga atas bantuan, informasi dan pengetahuan kepada penulis;

7. Orang tuaku Tercinta Bapak Jasmo dan Mama’ Warni yang telah memberikan kasih sayang dan senantiasa menyelipkan doa-doa terbaik

disetiap sholatnya dari Aku berada dikandungan hingga sekarang. Aku sayang Kalian;. Saudara-saudara kandungku yang aku sayangi, Nduk Rindu, Aditya, dan Catur. Kalian saudara sekaligus sahabatku di saat senang maupun sulit; 8. Bapak kandungku Bapak Sunar yang telah memberikan dorongan dan

semangat. Aku tetap menyanyangimu;.

9. Om Sartono dan Lek Put yang selalu memberikan bantuan, semangat dan dukungan, serta petuah-petuahnya yang selalu membangun, dan putra

kecilnya Davin yang selalu memberikan canda tawa. Aku menyayangi kalian; 10. Nenekku tercinta Mak Uwo Mikem yang selalu memberikan kehangatan

kasih sayang yang tiada tara;

11. Desi Suprihatiningsih, S.Pd.,yang telah memberikan semangat serta tempat terbaik untuk berbagi saat bahagia maupun berkeluh kesah.

12. Sahabat-sahabat terbaikku selama masa kuliah, Taufiq Aji N, Ribut


(10)

Iwan Nawi, Bela, Nuni, Umi, Finco, Yuda, Chandra,. yang telah memberikan banyak pengalaman hidup bagi penulis;

13. Teman-teman Sosek 08 yang terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu. Terima kasih atas pengalaman dan kebersamaan yang telah diberikan; 14. Kakak Tingkat AGB dan PKP 2005,2006,2007 atas bimbingan serta

pengarahannya dan Adik Tingkat AGB 2009 dan 2010. Terima kasih untuk sharing nya. Sosek Satu Sosek Jaya!!!;

15. Semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Mohon maaf atas segala kesalahan selama proses penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan. Bandar Lampung, Mei 2014

Penulis,


(11)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 6

C. Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN ... 8

A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Usahatani Buah Naga ... 8

2. Konsep Pendapatan Usahatani ... 12

3. Konsep Kemiskinan ... 17

4. Pengeluaran Rumah Tangga ... 19

5 Kesejahteraan ... 21

B. Kajian Penelitian Terdahulu ... 24

C. Kerangka Pemikiran ... 26

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ... 30

B. Penentuan Lokasi, Waktu Penelitian, dan Responden ... 33

C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 34

D. Analisis Data ... 34

1. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Petani ... 34

2. Analisis Kesejahteraan Rumah Tangga Petani ... 37

a. Kesejahteraan Berdasakan Pengeluaran Rumah Tangga (Deskriptif Kuantitatif)... 37

b. Kesejahteraan Berdasarkan Badan Pusat Statistik ... 39


(12)

ii

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 43

A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian ... 43

B. Topografi Dan Iklim ... 43

C. Keadaan Demografi ... 46

D. Pertanian ... 48

E. Gambaran Umum Usahatani Buah Naga ... 50

F. Keadaan Sosial Ekonomi ... 51

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Keadaan Umum Petani Responden ... 53

1. Umur Petani ... 53

2. Pendidikan Petani ... 54

3. Lama Berusahatani Buah Naga ... 55

4. Jumlah Anggota Keluarga Petani ... 55

5. Luas Lahan dan Status Kepemilikan ... 56

B. Keberagaman Usahatani Buah Naga di Daerah Penelitian ... 57

1. Pemeliharaan Tanaman ... 57

2. Pemupukan ... 57

3. Panen ... 58

4. Pasca Panen ... 58

C. Biaya Usahatani Buah Naga ... 59

D. Analisis Biaya Dan Pendapatan Usahatani Buah Naga ... 63

E. Estimasi Produksi (Analisis Trend) ... 67

F. Pendapatan Rumah Tangga Petani Dan Kontribusi Terhadap Total Pendapatan Rumah Tangga Petani ... 68

G. Analisis Kesejahteraan Rumah Tangga (Deskriptif Kuantitatif) ... 73

H. Hubungan Kemiskinan Dan Kesejahteraan... 86

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

A. Kesimpulan ... 88


(13)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan gizi dan nutrisi buah naga ... 2

2. Luas areal tanaman buah naga di Provinsi Lampung 2011 ... 3

3. Luas areal tanaman buah naga Kabupaten Lampung Selatan, 2011 ... 3

4. Luas areal tanaman buah naga buah naga di Kecamatan Sragi ... 4

5. Perkembangan luas areal, produksi, produktivitas buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan, 2013 ... 4

6. Jumlah dan persentase penduduk miskin Propinsi Lampung menurut Kabupaten tahun 2011 ... 5

7. Kajian penelitian terdahulu ... 24

8. Indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik, Susenas (2007) disertai variabel, kelas, dan skor ... 40

9. Luas Tanah Menurut Penggunaannya di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012 ... 45

10. Keadaan penduduk di Kecamatan Sragi berdasarkan jenis kelamin tahun 2012 ... 46

11. Penyebaran Jumlah Penduduk Kecamatan Sragi menurut umur tahun 2012 ... 47

12. Sebaran Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan 2012 ... 48

13. Luas areal tanaman pangan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012 ... 49


(14)

iv

14. Luas Lahan, Produksi Tanaman Buah-Buahan Perjenis Tanaman

Di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan 2012 ... 50 15. Sebaran petani berdasarkan kelompok umur di Kecamatan Sragi

Kabupaten Lampung Selatan 2013 ... 54 16. Sebaran petani berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan

Sragi Kabupaten Lampung Selatan 2013 ... 54 17. Sebaran petani berdasarkan pengalaman dalam berusaha tani

di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan 2013 ... 55 18. Sebaran petani berdasarkan jumlah anggota keluarga

di Kecamatan Sragi 2013... 56 19. Luas lahan buah naga di Kecamatan Sragi

Kabupaten Lampung Selatan 2013 ... 56 20. Rata-rata penggunaan pupuk pada usahatani buah naga

di Kecamatan Sragi 2013... 60

21. Rata-rata penggunaan pestisida oleh petani

di Kecamatan Sragi 2013... 61 22. Rata-rata penggunaan tenaga kerja pada usahatani buah naga

di Kecamatan Sragi 2013... 62 23. Rata-rata penggunaan alat pertanian pada usahatani buah naga

di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan 2013 ... 63 24. Rata-rata Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahatani

Buah Naga di Kecamatan Sragi 2013 ... 64 25. Sebaran pendapatan berdasarkan umur buah naga

di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan 2013 ... 65 26. Trend produksi buah naga ... 68 27. Rata-rata pendapatan petani dari usahatani non buah naga

di Kecamatan Sragi 2013... 69 28. Rata-rata pendapatan rumah tangga petani buah naga

di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan 2013 ... 70 29. Analisis kemiskinan petani buah naga di Kecamatan Sragi


(15)

v

30. Rata-rata pengeluaran pertahun keluarga petani buah naga

di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan 2013 ... 76 31. Skor perolehan untuk indikator kependudukan rumah tangga

petani Buah naga di kecamatan Sragi 2013 ... 77

32. Skor perolehan untuk indikator kesehatan dan gizi rumah tangga

petani Buah naga di kecamatan Sragi 2013 ... 78

33. Skor perolehan untuk indikator pendidikan rumah tangga

petani buah naga di Kecamatan Sragi 2013... 79 34. Skor perolehan untuk indikator ketenagakerjaan rumah tangga

petani Buah naga di Kecamatan Sragi 2013 ... 81 35. Skor perolehan untuk indikator pola konsumsi rumah tangga

petani Buah naga di Kecamatan Sragi 2013 ... 81 36. Skor perolehan untuk indikator perumahan dan lingkungan

Rumah tangga petani buah naga di Kecamatan Sragi 2013 ... 82 37. Skor perolehan untuk indikator sosial dan lain-lain rumah tangga

petani buah naga di Kecamatan Sragi 2013... 83 38. Rata-rata perolehan kelas dari setiap indikator kesejahteraan

di Kecamatan Sragi 2013... 84 39. Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani buah naga


(16)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel Halaman

40. Data Responden ... 94

41. Produksi Buah Naga ... 95

42. Produksi Berdasarkan Umur Tanaman Buah Naga ... 96

43. Sebaran Penerimaan Berdasarkan Umur Tanaman Buah Naga... 97

44. Penggunaan Pupuk ... 98

45. Penggunaan Tenaga Kerja ... 100

46. Penggunaan Pestisida ... 105

47. Penggunaan Tiang Pancang ... 107

48. Penyusutan Alat ... 108

49. R/C Ratio ... 110

50. Penerimaan Usahatani ON farm NON Buah Naga ... 111

51. Persentase Pendapatan ON farm NON Buah Naga ... 112

52. Penerimaan OFF farm ... 113

53. Persentase Penerimaan OFF farm ... 114

54. Penerimaan NON farm ... 115

55. Persentase Penerimaan NON farm ... 116

56. Total Pendapatan Rumah Tangga Petani Buah Naga ... 117

57. Pengeluaran Pangan ... 118


(17)

viii

59. Indikator Kesejahteraan ... 127

60. Rekapitulasi Skor 7 Indikator Kesejahteraan ... 129

61. Kemiskinan ... 130

62. Persentase Kemiskinan ... 131

63. Hubungan Kemiskinan Dan Kesejahteraan ... 132


(18)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani buah naga di Kecamatan Sragi

Kabupaten Lampung Selatan ... 29 2. Kurva kenaikan dan penurunan produksi berdasarkan

umur tanaman buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten

Lampung Selatan 2013 ... 66 3. Chart Persentase pendapatan rumah tangga petani

buah naga 2013 ... 71 4. Chart persentase alokasi pendapatan ... 73


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Peranan strategis tersebut adalah dalam penyediaan pangan, penyediaan bahan baku industri, peningkatan ekspor dan devisa negara, penyediaan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta peningkatan kesejahteraan petani dan masyarakat. Dalam Rancangan Rencana Strategis Kementrian Pertanian periode 2010-2014, telah ditetapkan sasaran utama yang akan dicapai demi mewujudkan tujuan pembangunan pertanian, yaitu terciptanya swasembada dan swasembada berkelanjutan, peningkatan diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, serta peningkatan kesejahteraan petani (Kementerian Pertanian, 2009).

Salah satu subsektor dalam sektor pertanian yang dapat meningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, serta peningkatan kesejahteraan petani adalah tanaman hortikultura. Selain itu subsektor hortikultura merupakan komoditas yang mampu menjadi sumber energi, gizi serta sumber-sumber lainnya yang diperlukan oleh tubuh dalam menopang kehidupan manusia yang terdiri dari berbagai jenis sayuran, buah-buahan dan tanaman obat-obatan.


(20)

2

Produk hortikultura khususnya sayuran dan buah-buahan berperan dalam memenuhi gizi masyarakat terutama vitamin dan mineral yang terkandung di dalamnya. Buah naga merupakan salah satu buah dengan kandungan nilai gizi dan khasiat yang cukup banyak, kandungan buah naga dan nutrisi buah naga dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan dan nutrisi buah naga.

Nutrisi Jumlah

Kadar gula 13-18 brik

Air 90,20 %

Karbohidrat 11,5 g

Protein 0,53 g

Asam 0,139 g

Serat 0,71 g

Fosfor 8,7 mg

Magnesium 60,4 mg

Kalsium 135,5 mg

Vit c 9,4 mg

Sumber : Yuliarti, 2012

Kandungan dan nutrisi buah naga dapat bermanfaat bagi kesehatan manusia di antaranya sebagai penyeimbang kadar gula darah, pencegah kanker usus, dan disamping itu dalam buah naga tidak terdapat lemak atau kolesterol. Dalam biji buah naga yang berwarna hitam mengandung lemak tak jenuh ganda (omega 3 dan omega 6) yang dapat menurunkan gangguan kardiovaskular. Gangguan kardiovaskular merupakan penyebab utama gangguan pada sitem jantung dan pembuluh darah. Oleh karena itu budidaya buah naga di Provinsi Lampung semakin banyak diminati oleh petani karena nilai ekonomi, nilai guna dan permintaan pasar yang tinggi dari buah naga tersebut. Sehingga luasan areal tanaman buah naga di Provinsi Lampung semakin luas yang dapat dilihat pada Tabel 2.


(21)

3

Tabel 2. Luas areal tanaman buah naga di Provinsi Lampung, 2011.

No Kabupaten Luas Areal (ha)

1 Lampung Selatan 52,00

2 Tulang Bawang 3,00 3 Lampung Timur 1,50

4 Lampung Tengah 20,00

5 Lampung Utara 1,00 Jumlah 77,50 Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi

Lampung, 2012

Tabel 2 menunjukan bahwa Kabupaten Lampung Selatan merupakan sentra terbesar pembudidayaan buah naga di Provinsi Lampung. Lampung Selatan adalah Kabupaten dengan jumlah terbesar luas areal perkebunan buah naga, tercatat 52 hektar dari jumlah keseluruhan luas di Provinsi Lampung. Selanjutnya luasan areal tanam buah naga di kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas areal tanaman buah naga Kabupaten Lampung Selatan, 2011.

No Kecamatan Luas areal (ha)

1 Sragi 40,00

2 Kalinda 5,00

3 Natar 4,00 4 Palas 3,00

Jumlah 52,00

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, 2012

Luas areal tanaman buah naga di Kabupaten Lampung Selatan berada pada empat Kecamatan. Kecamatan Sragi merupakan Kecamatan dengan luas areal perkebunan buah naga terbesar di Kabupaten Lampung Selatan. Selanjutnya luas areal tanam buah naga di Kecamatan Sragi disajikan pada Tabel 4.


(22)

4

Tabel 4. Luas areal tanaman buah naga buah naga di Kecamatan Sragi 2012.

No Desa Luas areal (ha)

1 Marga jasa 21,10

2 Sumbersari 17,35

3 Mandala 1,55 Jumlah 40,00 Sumber : BPP Kecamatan Sragi, 2013

Desa marga jasa merupakan Desa dengan luas areal tanam buah naga terbesar di kecamatan sragi. Hasil observasi awal pada kelompok tani di Desa Marga Jasa diperoleh informasi bahwa usahatani buah naga mulai dikembangkan di Kecamatan Sragi pada tahun 2001. Selanjutnya perkembangan luas tanam, produksi, dan produktivitas buah naga di Kecamatan Sragi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perkembangan luas tanam, produksi, dan produktivitas buah naga di Kecamatan Sragi, Kabupaten Lampung Selatan 2012.

Tahun Luas Areal (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)

2008 27,8 336.259 12,10

2009 32,1 378.019 11,80

2010 34,6 401.417 11,70

2011 37,5 424.627 11,30

2012 40 424.627 10,60

Rata-Rata 34,41 392.989 11,50

Sumber : BPP Kecamatan Sragi, 2013

Tabel 5 menunjukan bahwa produktivitas buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan mencapai 11,5 ton/hektar. Tidak terlalu jauh apabila dibandingkan dengan potensi yang dapat diberikan menurut Yuliarti (2012), tanaman buah naga mampu menghasilkan lebih dari 14 ton perhektar. Harga dan nilai guna buah naga menjadi salah satu indikator bagi petani untuk meningkatkan produksinya. Perkembangan harga buah naga ditingkat petani produsen berfluktuasi, berkisar antara Rp.10.000/kg - Rp.23.000/kg dan harga


(23)

5

di tingkat konsumen Rp 25.000/kg –Rp 30.000/kg sehingga dapat menjadi sumber pendapatan keluarga dan memberikan kesejahteraan terhadap petani tersebut.

Tingkat kesejahteraan dapat dilihat dari banyaknya jumlah penduduk miskin yang terdapat disuatu daerah. Kemiskinan sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan petani. Kabupaten Lampung Selatan adalah Salah satu

kabupaten dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di Provinsi Lampung. Jumlah penduduk miskin Provinsi Lampung menurut Kabupaten Tahun 2011 disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah dan persentase penduduk miskin Propinsi Lampung menurut Kabupaten tahun 2011

Kabupaten Jumlah Penduduk Miskin (000 jiwa)

Persesentase (%) Lampung Barat 67,9 5,50 Tanggamus 92,7 7,20 Lampung Selatan 177,7 13,90 Lampung Timur 189,5 14,80 Lampung Tengah 187,0 14,60 Lampung Utara 155,8 12,20 Way Kanan 72,5 5,70 Tulang Bawang 40,7 3,20 Pesawaran 77,1 6,00 Pringsewu 43,0 3,40

Mesuji 15,3 1,20

Tulang Bawang Barat 18,1 1,40 Bandar Lampung 121,6 9,50

Metro 19,0 1,50

Jumlah 1.277,9 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung, 2012

Tabel 6 menunjukan bahwa persentase penduduk miskin di Kabupaten Lampung Selatan memberikan kontribusi terbanyak ke tiga dari jumlah


(24)

6

penduduk miskin di Provinsi Lampung. Luas lahan, pemanfaatan lahan, dan pemilihan tanaman yang diusahakan menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi pendapatan dan tingkat kesejahteraan keluarga petani.

Kecamatan Sragi terdapat sekelompok petani dengan dengan buah naga sebagai usahatani untuk mendapatkan pendapatan. Mengingat hasil produktivitas tanaman buah naga di Kecamatan tersebut tidak jauh dari potensi yang dapat diberikan, maka usahatani buah naga dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan petani. Sehingga perlu adanya kajian analisis pendapatan, dan tingkat kesejateraan rumah tangga petani buah naga di Kecamatan Sragi di Kabupaten Lampung Selatan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu :

1. Berapakah pendapatan rumah tangga petani buah naga di Kecamatan Sragi, Kabupaten Lampung Selatan.

2. Bagaimana tingkat kesejahteraan petani buah naga di Kecamatan Sragi, Kabupaten Lampung Selatan.

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan, latar belakang, dan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui besarnya pendapatan rumah tangga petani buah naga di Kecamatan Sragi, Kabupaten Lampung Selatan.

2. Mengetahui tingkat kesejahteraan rumah tangga petani buah naga di Kecamatan Sragi, Kabupaten Lampung Selatan.


(25)

7

C. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

1. Petani buah naga, sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan kegiatan usahanya agar mampu meningkatkan pendapatan.

2. Pemerintah, sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan peningkatan rumah tangga dan taraf hidup petani.

3. Peneliti lain, sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi penelitian selanjutnya.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Usahatani Buah Naga

Menurut Soekartawi (1989), ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya dengan sebaik-baiknya, sedangkan efisien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Menurut Mubyarto (1994), usahatani adalah himpunan sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah, air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan di atas tanah itu, sinar matahari, bangunan, dan lain sebagainya (Mubyarto, 1994).

Usahatani merupakan pekerjaan manusia, dimana sekelompok individu melakukan kegiatan dimana didalamnya terdapat input, proses produksi, dan output yang dihasilkan. Dalam hal ini output yang dihasilkan oleh petani adalah buah naga segar, dimana dalam proses produksinya terdapat beberapa proses diantaranya:


(27)

9 a. Persyaratan Tumbuh Tanaman

Tanaman buah naga merupakan tanaman tahunan dan termasuk

tanaman tropis. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan buah naga sekitar 60 mm/bulan atau 720 mm/tahun. Pada curah hujan 600

sampai 1.300 mm/tahun tanaman buah naga juga dapat tumbuh dengan baik. Tanaman buah naga tidak tahan terhadap genangan air, hujan yang terlalu deras dan berkepanjangan bisa menyebabkan kerusakan tanaman, terutama pembusukan akar dan akan merambat sampai pangkal batang. Intensitas sinar matahari yang dibutuhkan sekitar 70%-80%, karena itulah tanaman ini sebaiknya ditanam di lahan tanpa naungan dan sirkulasi udara juga baik.

Tanaman buah naga sebaiknya ditanam pada dataran rendah antara 0-350 m dpl. Suhu udara yang ideal antara 26˚C- 36˚C dan kelembaban 70%-80%. Tanah harus teraerasi dengan baik dengan derajat

kemasaman antara pH 6,5 sampai 7. Agar tanaman buah naga dapat tumbuh dengan baik dan maksimal, media tumbuhnya harus subur dan mengandung bahan organik cukup dengan kandungan kalsium tinggi (Yuliarti, 2012).

b. Penanaman Buah Naga (1) Penyiapan lahan

Tanaman buah naga tidak membutuhkan lahan tanam yang luas dan solum tanah yang dalam. Karena akarnya hanyalah akar permukaan, berbentuk serabut, pendek (maksimal 30 cm), tidak menembus jauh sampai kedalam tanah. Sehingga lahan tanam


(28)

10 yang harus diolah tidaklah luas hanya sekitar satu meter dari

tanaman saja. Hal yang terpenting adalah mempersiapkan lubang tanam dengan luas 40cm x 40cm dengan kedalaman 50cm. lubang tanam sebaiknya diisi dengan media tanam yang subur dan gembur dan mengandung banyak unsure hara yang sangat dibutuhkan tanaman buah naga (Yuliarti, 2012).

(2) Memasang Tiang Penyangga

Langkah berikutnya adalah memasang tiang penyangga. Tiang penyangga merupakan kebutuhan mutlak dalam budidaya buah naga, karena tanaman buah naga tidak dapaat berdiri sendiri sehingga diperlukan penopang tanaman. Tiang penyangga buah naga sebaiknya dipasang dengan tinggi 2,5m, bahan tiang penyangga sebaiknya berbahan beton yang kuat mengingat buah naga dapat mencapai umur puluhan tahun (Yuliarti, 2012).

(3) Penanaman Buah Naga

Setelah tiang penyangga sudah dipasang, selanjutnya aalah menanam bibit buah naga kedalam lubang tanam dengan lebar 40cm x 40cm dengan kedalaman 50cm. dalam setiap tiang

penyangga dapat ditanami 3 sampai 4 bibit buah naga. Penanamna buah naga sebaiknya ditanam dengan jarak tanam 3 x 3m agar tanaman dapat berproduksi secara maksimal (Yuliarti, 2012).

(4) Pemupukan

Salah satu tindakan perawatan buah naga yaitu dengan melakukan pemupukan, pemupukan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan


(29)

11 dan produksi tanaman buah naga. Untuk menghasilkan tanaman yang baik maka diperlukan unsur hara yang seimbang, unsur hara tersebut dapat diperoleh dari media tanam atau lahan tanam, namun ketersediaan dalam tanah tidak selamanya cukup, oleh karena itu pemukukan sangat diperlukan. Penggunaan pupuk dapat berupa pupuk kimia atau buatan atau dengan menggunakan pupuk

organik. Pupuk yang dipergunakan sebaiknya mengandung unsur makro seperti (N, P, K, Ca, Mg, S) dan unsur mikro seperti (Fe, Mn, Mo, Bo, Co, Zn, Cl, C,o) (Yuliarti, 2012).

(5) Pengairan

Tanaman buah naga membutuhkan pengairan yang rutin. Walaupun buah naga membutuhkan tanah pada kondisi kering, akan tetapi untuk memenuhi masa pertumbuhannya tetap

diperlukan air yang cukup untuk membantu reaksi fisiologis dari tanaman buah naga untuk menyalurkan hara yang diserap tanaman dari dalam tanah. Pengairan dapat dilakukan sekali dalam

seminggu, apabila dalam satu minggu terdapat hujan maka pengairan tidak lagi dilakukan (Yuliarti, 2012).

(6) Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan untuk membuang batang tanaman yang sudah tidak produktif atau membuang tunas air sehingga pertumbuhan dan produksi dapat terfokus pada batang tanaman yang dikehendaki. Pada tanaman buah naga muda pemangkasan sebaiknya dilakukan setelah tanaman pertumbuhannya sudah


(30)

12 melampaui tinggi tiang penyangga. Hal tersebut dilakukan agar setelah tanaman sudah mencapai tinggi optimum dapat segera menumbuhkan tunas baru bakal buah (Yuliarti, 2012).

(7) Pengendalian Hama Dan Penyakit

Tanaman buah naga termasuk kedalam tanaman dengan minim serangan hama dan penyakit. Namun tentunya dalam budidaya selalu aa gangguan dari hama dan penyakit. Hama yang biasanya menyerang tanaman buah naga antara lain kutu kebul, tungau, kutu putih, bekicot, burung. Penyakit yang dapat menyerang buah naga antara lain busuk pangkal batang, busuk bakteri, dan fusarium (Yuliarti, 2012).

(8) Panen Dan Pasca Panen

Buah naga mulai berbuah pada umur 1 sampai 1,5 tahun setelah tanam pada kondisi yang baik. Umur produktif buah naga dapat mencapai lebih dari 30tahun. Untuk mendapatkan hasil yang berkualitas tentunya diperlukan penanganan panen dan pasca panen yang benar. Meliputi waktu pemanenan, pemilihan buah yang akan dipanen, cara panen, ketepatan pengemasan, dan

pengangkutan (Yuliarti, 2012).

2. Konsep Pendapatan Usahatani

Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seorang petani mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Ilmu usahatani


(31)

13 sangat penting dalam ilmu pertanian. Untuk memaksimalkan dalam

pengelolaan usahatani sendiri diperlukan unsur-unsur pokok yang merupakan faktor – faktor utama dalam usahatani. Unsur – unsur pokok tersebut sering disebut faktor produksi (input). Proses produksi pertanian adalah proses yang mengkombinasikan faktor – faktor produksi pertanian untuk menghasilkan produksi pertanian (output). Tersedianya sarana atau faktor produksi (input) belum berarti produktivitas yang diperoleh petani akan tinggi. Sehingga bagaimana petani melakukan usaha secara efisien sehingga dapat mencapai tingginya produksi dan produktivitas

(Soekartawi, 2002).

Mubyarto (1989), menyatakan bahwa produktivitas dan produksi pertanian yang lebih tinggi dapat dicapai melalui dua cara :

a. Perbaikan alokasi sumber daya yang dimiliki petani termasuk dalam penggunaan lahan dan tenaga kerja. Rendahnya produktivitas akan menentukan pendapatan yang diperoleh petani pada tingkat biaya dan harga produk yang sama, maka pendapatan akan lebih tinggi apabila produktivitasnya lebih tinggi.

b. Memperkenalkan sumberdaya baru dalam bentuk modal dan teknologi. Teknologi dapat berupa perubahan cuaca, jenis tanaman, serta sarana lainnya yang dapat digunakan dalam proses produksi. Suatu teknologi baru dapat diterima petani jika memberikan keuntungan yang berarti dan dengan penerapan teknologi akan terjadi peningkatan pendapatan. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan terdiri dari pendapatan kotor dan pendapatan bersih.


(32)

14 Pendapatan kotor adalah nilai produksi komoditas pertanian secara

keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi. Menurut Soekartawi (2002), banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan ukuran pendapatan dan keuntungan usahatani. Hal ini dapat dilihat sebagai sebagai berikut :

a. Penerimaan adalah jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu kegiatan usaha dikalikan dengan harga jual yang berlaku di pasar. b. Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan

uang yang diperlukan untuk menghasilkan produksi.

c. Pendapatan bersih adalah penerimaan kotor yang dikurangi dengan total biaya produksi atau penerimaan kotor dikurangi dengan biaya variabel dan biaya tetap.

Menurut Hernanto (1993), ada beberapa ukuran pendapatan petani yaitu: a. Pendapatan kerja petani (operator labor income, yaitu diperoleh

dengan menghitung semua penerimaan yang berasal dari penjualan yang dikonsumsi keluarga dan kenaikan nilai inventaris.

b. Setelah itu dikurangi dengan semua pengeluaran baik yang tunai maupun yang tidak diperhitungkan.

b. Penghasilan kerja petani (operator farm labor earning),yaitu diperoleh dari menambah pendapatan kerja petani ditambah dengan penerimaan tidak tunai.

c. Pendapatan kerja keluarga (family farm labor earning), yaitu merupakan hasil balas jasa dari petani dan anggota keluarga. d. Pendapatan keluarga (family income), yaitu dengan menjumlahkan


(33)

15 Menurut Soekartawi (1994), biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan

dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi. Menurut BPS (2011), pendapatan rumah tangga petani merupakan jumlah keseluruhan dari pendapatan dalam kegiatan pertanian dan pendapatan dari luar sektor pertanian. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

Dimana :

Prt = Jumlah pendapatan rumah tangga petani buah naga Pof = Jumlah pendapatan on farm

Poof = jumlah pendapatan off farm Pnf = Jumlah pendapatan non farm

Untuk pendapatan dari usaha tani buah naga digunakan rumus sebagai berikut :        

xi i n i 1 . .  Keterangan:

π = keuntungan

Y = hasil produksi (kg)

Py = Harga hasil produksi (Rp) Xi = faktor produksi ke-i

Pxi = harga faktor produksi k-i (Rp/satuan) BTT = biaya tetap total


(34)

16 Untuk mengetahui apakah usahatani buah naga yang dilakukan petani menguntungkan atau tidak bagi petani maka digunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya dirumuskan sebagai berikut :

π

= TR – TC Keterangan :

TR = Total penerimaan TC = Total biaya

Jika R/C > 1, maka usahatani buah naga mengalami keuntungan. Jika R/C < 1, maka usahatani buah naga mengalami kerugian. Jika R/C = 1, maka usahatani buah naga berada dalam titik impas.

Selanjutnya dalam melakukan analisis produksi usahatani buah naga dilakukan pula analisis estimasi produksi atau analisis trend. Analisis trend digunakan untuk melakukan peramalan pada masa yang akan datang. Untuk melakukan peramalan dengan baik, maka dibutuhkan berbagai macam data yang cukup dan diamati pada periode waktu tertentu (time series). Metode yang dapat digunakan untuk analisis time series yaitu:

 Metode garis linear yang dapat digunakan secara bebas (free hand method)

 Metode setengah rata-rata (semi average method)  Metode rata-rata bergerak (moving average method)  Metode kuadrat terkecil (least square method)

Dalam penelitian ini akan digunakan analisis trend dengan metode kuadrat terkecil (least square method). Persamaan garis linear dari analisis time series akan mengikuti: Y= a+b x Dimana Y adalah variabel dependen (tak


(35)

17 bebas) yang dicari trend nya, dan x adalah variabel independen (bebas) dengan menggunakan waktu (tahun). Sedangkan untuk mengetahui konstanta (a) dan parameter (b) dapat dipakai persamaan:

a= dan b=

3. Konsep Kemiskinan

Menurut Sajogyo (1983), kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada di bawah standar kehidupan minimum yang ditetapkan berdasarkan atas kebutuhan pokok pangan. Definisi kemiskinan terbagi atas tiga yaitu kemiskinan relatif, kemiskinan absolut, kemiskinan struktural dan kultural. Kemiskinan relatif merupakan kondisi masyarakat karena kebijakan

pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum. Kemiskinan struktural dan kultural

merupakan kemiskinan yang disebabkan kondisi struktur dan faktor-faktor adat budaya dari suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang.

Menurut Salim (1984), jumlah penduduk miskin terbesar berada pada karekteristik wilayah pedesaan yang sumber utama mata pencaharian masyarakatnya adalah sebagai petani, kelompok penduduk miskin perlu menjadi fokus langkah kebijakan oleh karena mereka tidak memiliki kekuatan untuk menyaingi atau mengimbangi kekuatan ekonomi

kelompok penduduk yang bisa memperoleh bagian pendapatan yang lebih besar. Mereka tidak memiliki modal, tidak memiliki kecakapan, dan tidak


(36)

18 memperoleh kesempatan yang sama dengan mereka yang bergerak

disektor modern dalam fasilitas kredit perbankan, permodalan, pemasaran, pendidikan, pengadilan, dan lain-lain.

Menurut Salim (1984), penduduk miskin bisa dilihat dari pengeluaran untuk kebutuhan hidupnya yang umumnya mereka yang miskin memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mereka umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, dan keterampilan atau faktor yang dimiliki sedikit sehingga kemampuan memperoleh pendapatan menjadi sangat terbatas. 2. Mereka tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset

produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan tidak cukup untuk memperoleh garapan ataupun modal usaha.

3. Tingkat pendidikan mereka rendah dan waktu mereka habis terpakai untuk mencari nafkah sehingga tidak ada waktu lagi untuk belajar. Anak-anak mereka juga demikian karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan sehingga turun temurun akan terjerat pada keadaan pendidikan rendah.

4. Kebanyakan mereka tinggal di pedesaan. Banyak antara mereka tidak memiliki tanah kalaupun ada hanyalah sedikit atau sempit, karena umumnya kegiatan pertanian hanya musiman sehingga kesinambungan kerja kurang terjamin.

5. Banyak diantara mereka hidup di kota dengan umur yang relatif muda dan belum mempunyai keterampilan (skill) sedangkan di negara berkembang ini belum siap menampungnya.


(37)

19 4. Pengeluaran Rumah Tangga

Pola pengeluaran rumah tangga merupakan indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk dan perubahan komposisinya sebagai petunjuk perubahan tingkat kesejahteraan. Tingkat pengeluaran masyarakat berbeda satu sama lain, perbedaan tersebut berdasarkan golongan tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga, status sosial, dan prinsip pangan (Esmara, 1986).

Menurut Badan Pusat Statistik (2007), pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan selisih pengeluaran anggota rumah tangga ekonomi untuk mengkonsumsi makanan dengan pengeluaran untuk perumahan, sandang, dan barang atau jasa. Semakin tinggi pendapatan maka porsi pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran untuk makanan ke

pengeluaran untuk non makanan. Perubahan dalam pola konsusmsi yang cepat dikarenakan perubahan daya beli masyarakat khususnya bagi golongan penduduk berpendapatan menengah kebawah akan lebih mengutamakan konsumsi makanan dari pada bukan makanan (non makanan).

Selain itu, menurut Badan Pusat Statistik (2007) pengeluaran lainnya adalah pengeluaran non konsumsi dan pembayaran dari seluruh anggota rumah tangga ekonomi. Pengeluaran ini mencakup berbagai pengeluaran untuk pajak maupun iuran, tabungan, premi asuransi, pembayaran hutang, bunga, pengeluaran untuk pesta maupun biaya-biaya keagamaan dan sebagainya. Adapun dari kedua pengeluaran ini, pengeluaran konsumsilah yang paling penting dan banyak berpengaruh dalam melihat kemampuan


(38)

20 daya beli rumah tangga sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan fisik minimum lainnya. Besarnya pengeluaran per kapita untuk kelompok makanan masih lebih dari 60 persen dari total pengeluaran atau lebih dari dua kali pengeluaran untuk kelompok bukan makanan (non makanan).

Pengeluaran konsumsi kelompok makanan terdiri dari pengeluaran untuk: a. Makanan, yang meliputi padi-padian, umbi-umbian, ikan dan udang

segar dan sejenisnya, ikan dan udang yang diawetkan dan sejenisnya, daging segar, daging yang diawetkan, hasil ikutan daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, bahan minuman, bumbu-bumbuan dan konsumsi bahan makanan lainnya.

b. Makanan dan minuman jadi.

c. Tembakau dan sirih, yang meliputi rokok putih, rokok kretek, cerutu dan tembakau.

Pengeluaran untuk kelompok bukan makanan terdiri dari pengeluaran untuk:

a. Perumahan, bahan bakar, air dan penerangan. b. Aneka barang dan jasa.

c. Pakaian, alas kaki dan tutup kepala. d. Pajak dan asuransi.

e. Keperluan untuk pesta dan upacara.

Pada umumnya pola konsumsi makanan di Indonesia masih mengandalkan sebagian besar dari konsumsi makanan pada makanan pokok. Makanan pokok yang umumnya digunakan adalah seperti beras, jagung, umbi-umbian (singkong dan ubi jalar) dan sagu. Disamping makanan pokok,


(39)

21 penduduk Indonesia juga memakan lauk, sayuran, dan buah-buahan. Pada lauk hewani, penduduk Indonesia relatif lebih banyak makan ikan daripada daging dan telor (Almatsier, 2006).

Pola konsumsi khususnya konsumsi pangan rumahtangga merupakan salah satu faktor penentu tingkat kesehatan dan kecerdasan serta produktivitas rumahtangga. Dari sisi norma gizi terdapat standar minimum jumlah makanan yang dibutuhkan seorang individu agar dapat hidup sehat dan aktif beraktivitas. Dalam ukuran energi dan protein masing-masing dibutuhkan 2200 Kkal/kapita/hari dan 46,2 gram/kapita/hari. Kekurangan konsumsi bagi seseorang dari standar minimum umumnya akan

berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan aktivitas serta produktivitas kerja. Dalam jangka panjang kekurangan konsumsi pangan dari sisi jumlah dan kualitas (terutama pada anak balita) akan berpengaruh terhadap kualitas sumberdaya manusia (Rachman dan Supriyati, 2004).

Rumahtangga yang mempunyai pendapatan tinggi akan mempunyai kesempatan lebih besar untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu, jumlah, dan ragam baik barang maupun jasa yang akan dibeli rumah tangga sedangkan untuk rumahtangga yang mempunyai pendapatan yang rendah, sebagian besar pendapatannya akan dialokasikan untuk membeli barang kebutuhan primer (pokok) dan hanya sebagian kecil untuk membeli barang kebutuhan sekunder (Anggraeni dan Retno, 2005).

5. Kesejahteraan

Ada beberapa parameter, yang umum digunakan dalam menentukan tingkat kesejahteraan yaitu menurut Mosher (1987), Sajogyo (1997), dan


(40)

22 Badan Pusat Statistik (2007). Menurut Mosher (1987), yang paling

penting dari kesejahteraan petani adalah pendapatan rumah tangga, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan keluarga bergantung pada tingkat pendapatan petani. Besarnya pendapatan petani itu sendiri akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu, pangan, sandang, papan, kesejahteraan dan lapangan kerja.

Menurut Sukirno (1985), kesejahteraan adalah suatu yang bersifat

subjektif dimana setiap orang mempunyai pedoman, tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda pula terhadap faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan. Terdapat lima kelompok kebutuhan yang membentuk suatu hirarki dalam mencapai kesejahteraan yaitu (1) kebutuhan fisiologis yaitu pangan, sandang, dan papan, (2) kebutuhan sosial, perlu interaksi, (3) kebutuhan akan harga diri, (4) pengakuan kesepakatan dari orang lain, dan (5) kebutuhan akan pemenuhan diri.

Peningkatan taraf hidup dapat diartikan sebagai peningkatan kualitas hidup yang meliputi:

a. Kesejahteraan ekonomi, sehingga tercapai peningkatan pendapatan yang cukup untuk menghidupi keluarga, membiayai pendidikan anak-anak serta untuk memelihara kesehatannya. Kesejahteraan sosial, tersedianya sarana pendidikan yang sedapat mungkin sampai tingkat SMA/sederajat, sarana kesehatan dengan obat-obatan yang cukup, ketersediaan sarana peribadatan, sarana komunikasi yang lancar, sarana air bersih, lingkungan pemukiman yang asri, serta keamanan dan ketentraman yang terjamin.


(41)

23 b. Kesejahteraan spiritual, dimana kehidupan beragama berkembang

untuk bertujuan antara lain memantapkan keyakinan bahwa hidup didaerah baru merupakan ibadah guna memanfaatkan sumber daya alam yang telah diberikan tuhan kepada setiap manusia.

Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat digambarkan dengan pendapatan atau penghasilannya. Menurut Badan Pusat Statistik (2007), pengukuran tingkat kesejahteraan dilakukan dengan melihat pola pengeluaran rumah tangga yang dilihat berdasarkan pengeluaran untuk makanan (pangan) dan bukan makanan (non pangan). Badan Pusat Statistik dalam indikator kesejahteraan rakyat Provinsi Lampung tahun 2007 mengevaluasi kesejahteraan masyarakat berdasarkan enam indikator yang meliputi informasi mengenai :

a. Kependudukan, meliputi jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, persebaran dan kepadatan penduduk, komposisi dan struktur umur penduduk, angka beban tanggungan dan fertilitas.

b. Kesehatan dan gizi, meliputi derajat kesehatan masyarakat, fasilitas dan tenaga kesehatan, dan status kesehatan bayi.

c. Pendidikan, meliputi kemampuan membaca dan menulis, tingkat partisipasi sekolah, fasilitas pendidikan, dan tingkat pendidikan yang ditamatkan.

d. Taraf dan pola konsumsi, meliputi rata-rata pengeluaran per kapita, perkembangan distribusi pendapatan, dan rata-rata pendapatan per kapita.


(42)

24 e. Perumahan, meliputi informasi kondisi fisik bangunan, luas lantai,

utilitas dan fasilitas tempat tinggal, penggunaan air bersih, dan jarak sumber air minum ke tempat penampungan tinja.

f. Sosial budaya dan keagamaan, meliputi kegiatan sosial dan budaya, serta keagamaan.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Permasalahan tentang pendapatan rumah tangga petani cukup banyak diangkat oleh para peneliti terdahulu. Beberapa penelitian terdahulu mengenai

pendapatan, kemiskinan serta kesejahteraan petani dapat dilihat pada Tabel 7.

No Peneliti Alat Analisis Hasil Penelitian 1 Niken

(2010) Analisis finansial dengan kriteria NPV,B/C, IRR, dan payback period

Usahatani buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan prospektif untuk dikembangkan dengan nilai NPV >0. Berdasarkan analisis sensitivitas, sensitive atau kepekaan terjadi pada penurunan produksi sebesar 15%.

2 Supardi (2013)

Analisis deskriptif kuantitatif

Pendapatan rumah tangga petani diperoleh dari usahatani dan luar usahatani, variabel yang

mempengaruhi pendapatan rumah tangga terdiri dari SDA dan SDM yang dimiliki keluarga.

3 Irawan (2011)

Analisis kesejahteraan berdasarkan kriteria Sajogyo dan range skor dari BPS

Pendapatan rumah tangga pada agroekosistem sawah tadah hujan dan lahan kering di Lampung Selatan bersumber dari pendapatan usahatani dari kegiatan budidaya sendiri (on farm), kegiatan usahatani di luar kegiatan budidaya (off farm) dan aktivitas di luar kegiatan pertanian (non farm). Rata-rata pendapatan rumah tangga petani pada agroekosistem sawah tadah hujan sebesar Rp

20.339.340,60/tahun sedangkan pendapatan rumah tangga petani pada agroekosistem lahan kering


(43)

25 sebesar Rp. 28.529.687,78/tahun. 4 Kakisina

(2010)

Analisis korelasi pearson dan linear berganda

Berdasarkan hasil analisis korelasi pearson diperoleh faktor-faktor yang berkorelasi positif sehingga

memiliki hubungan nyata dengan tingkat pendapatan rumah tangga antara lain tingkat pendidikan, jumlah beban tanggugan, biaya produksi, luas lahan, pendapatan dari tanaman syur-sayuran, tanaman buah-buahan, dan PNS. hasil dari analisis regresi linier berganda, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan rumah tangga antara lain dari tanaman kakao, peternakan, perikanan, pendapatan industri, pendapatan dagang, pendapatan PNS, dan pendapatan karyawan swasta.

5 Harison (2010)

Analisis kesejahteraan berdasarkan kriteria Sajogyo dan range skor dari BPS

Menurut kriteria kesejahteraan Sajogyo (1997) dan BPS (2007), sebagian besar rumah tangga pengrajin gula kelapa di Desa Budidaya kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan berada dalam kategori layak dan sejahtera. 6 Kurnia

(2012)

Analisis deskriftif kuantitatif

Pendapatan rumah tangga petani dari tembakau dengan kategori tinggi sebanyak 3,70 %, pendapatan non tembakau kategori tinggi sebanyak 18,92 %, pendapatan anggota rumah tangga lainnya dengan kategori tinggi sebanyak 15,87 %, total pendapatan petani tembakau dengan kategori tinggi sebanyak 14,83 %. Petani dengan rumah tangga Sejahtera III+ sebesar 6,49 %. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pasang surut pertanian tembakau yaitu curah hujan yang tidak menentu. 7 Nuryasin

(2014) Analisis finansial dengan kriteria NPV,B/C, IRR, dan payback period

Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan dengan NPV sebesar Rp 1.086.223.615, Gros B/C sebesar 8,7, kemudian Net B/C sebesar 10,09, IRR sebesar 90% dan Payback Period 2,14 tahun. Dapat


(44)

26 disimpulkan bahwa dengan Npv sebesar itu usahatani buah naga di kecamatan sragi kabupaten lampung selatan layak untuk diusahakan.

C. Kerangka Pemikiran

Produk hortikultura khususnya sayuran dan buah-buahan berperan dalam memenuhi gizi masyarakat terutama vitamin dan mineral yang terkandung di dalamnya. Buah- buahan mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan tubuh manusia akan nutrisi dan gizi. Buah merupakan bentuk makanan yang didalamnya terdapat zat-zat yang berguna untuk tubuh maka dari itu memperbanyak konsumsi buah sangatlah membantu agar tubuh kita tetap mendapatan nutrisi dan masukan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Indonesia dengan iklim tropis menjadikan Indonesia sebagai salah satu

penghasil berbagai jenis buah yang sangatlah beragam, namun dengan adanya tren buah impor dari berbagai negara menjadikan produksi buah dalam negeri sendiri menjadikan berbagai kalangan masyarakat gemar mengkonsumsi buah impor. Selain kualitas dan harga yang jauh lebih murah, buah impor juga tahan lama sehingga banyak masyarakat yang semakin suka terhadap buah-buahan impor.

Buah naga (Hylocereus Undatus) merupakan salah satu buah yang didalamnya terdapat berbagai zat-zat yang sangat diperlukan tubuh, didalam buah naga terdapat berbagai nutrisi,vitamin dan mineral yang sangat berguna. Riset membuktikan bahwa dalam daging buah naga mengandung vitamin c, air, karbohidrat, protein, asam, serat, fosfor, magnesium, kalsium, dan kadar gula.


(45)

27 Permintaan akan buah dalam negeri yang selalu tinggi dengan tidak diimbangi dengan peningkatan produksi dalam negeri tentunya akan menjadikan impor akan buah menjadi tinggi, oleh karena itu peningkatan produksi buah naga perlu dilakukan. Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi pertanian dapat dilakukan dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja, sumber daya alam, serta peningkatan keunggulan daya saing dari produk pertanian. Ekstensifikasi pertanian dapat dilakukan dengan pemberdayaan lahan-lahan tidak terpakai, pekarangan, bahkan membuka lahan mengingat budidaya buah naga tidak memerlukan keadaan tanah dengan kondisi tertentu. Hal ini tentu dapat membuka peluang bagi petani untuk melakukan budidaya buah naga mengingat tanaman buah naga dapat dilakukan pada lahan sempit.

Penjualan output berupa buah naga segar dengan harga yang relatif tinggi akan menghasilkan penerimaan bagi petani. Besarnya penerimaan bergantung pada jumlah buah naga yang dipanen dikali dengan harga jualnya. Selisih

penerimaan dengan biaya produksinya merupakan pendapatan bagi petani buah naga. Pendapatan tersebut dapat dijadikan salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan kesejahteraan rumah tangga petani, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan bergantung pada tingkat pendapatan dimana besarnya pendapatan yang diperoleh akan mempengaruhi (pengalokasiannya) terhadap kebutuhan dasar yang harus dipenuhi seperti pangan, sandang, papan,

kesehatan, dan lapangan kerja.

Tingkat kehidupan ekonomi (kesejahteraan) rumah tangga dapat dilihat dari pola pengeluaran rumah tangga tersebut yang secara garis besar dapat


(46)

28 dibedakan menjadi dua, yaitu pengeluaran untuk pangan dan non pangan dimana persentase pengeluaran untuk pangan cenderung akan semakin kecil. Kedua pengeluaran tersebut merupakan total pengeluaran rumah tangga. Tingkat pengeluaran rumah tangga berbeda satu sama lain didasarkan pada golongan tingkat pendapatan, jumlah anggota keluaraga, status sosial, dan prinsip pangan. Setelah jumlah pendapatan dan pengeluaran rumah tangga diketahui maka dapat dihitung besarnya pendapatan dan pengeluaran per kapita per tahun.

Besarnya pendapatan dan pengeluaran ditambah indikator lainnya termasuk didalamnya kondisi sosial ekonomi merupakan dasar untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga petani berdasarkan kriteria kemiskinan dari Sajogyo yaitu mengenai pengeluaran rumah tangga yang disetarakan dengan pengeluaran beras per kapita per tahunnya dan indikator dari BPS yang meliputi informasi tentang rumah tangga dan ketenagakerjaan, kesehatan dan gizi, kondisi rumah tangga, perumahan, dan sosial budaya yang digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan. Kerangka pemikiran analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan disajikian pada Gambar 1.


(47)

29

Gambar 1. Kerangka pemikiran analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

Off farm  Buruh

pertanian

Pengeluaran Rumah Tangga

Non farm

 Kuli

 Ojek

 Tukang

 Dagang

 Guru

 dll

Pendapatan Rumah Tangga Petani Buah

Naga

IndikatorKesejahteraaan BPS

Kesejahteraan On farm

 Tani buah naga

 Tani jagung

 Tani padi

 Tani

singkong

 dll

Petani Buah Naga

Pendapatan Petani

Indikator Kesejahteraan Sajogyo

Pengeluaran Pangan

Pengeluaran Non Pangan


(48)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar Dan Batasan Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan penelitian.

Usahatani adalah suatu proses atau aktivitas produksi Pertanian dengan mengkombinasikan berbagai faktor sumberdaya alam, tenaga kerja, dan modal sesuai dengan kondisi lingkungan untuk mencapai pendapatan maksimal.

Petani adalah individu atau sekelompok orang yang melakukan usaha guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah petani yang membudidayakan tanaman buah naga.

Rumahtangga adalah sekelompok orang atau individu yang tinggal dan mendiami sebuah bangunan fisik secara bersama-sama.

Keluarga adalah sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan atau hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan sebagainya.


(49)

31 mengalikan jumlah produksi padi dengan harga- produksi di tingkat petani produsen yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Pendapatan usahatani buah naga adalah penerimaan yang diperoleh petani setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, dalam hal ini biaya pembelian pupuk, pestisida, upah tenaga kerja, sewa lahan, pajak lahan, dalam satu kali musim tanam. Pendapatan usahatani buah naga diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Pendapatan usahatani non buah naga adalah penerimaan setelah dikurangi biaya dari kegiatan usahatani dibidang pertanian yang diperoleh dari kegiatan usahatani selain (non) budidaya buah naga. Pendapatan usahatani non buah naga diukur dalam satuan rupiah pertahun (Rp/th).

Pendapatan non pertanian adalah pendapatan setelah dikurangi biaya dari usaha di luar bidang pertanian yang dilakukan oleh anggota keluarga untuk menambah pendapatan keluarga, biasanya dilakukan oleh anggota keluarga yang berusia kerja, misalnya, berdagang, buruh dan lain-lain. Pendapatan usahatani non pertanian diukur dalam satuan rupiah pertahun (Rp/th).

Pendapatan rumah tangga adalah jumlah uang yang diperoleh dari usahatani buah naga, usahatani non buah naga, dan usaha non pertanian setelah

dikurangi dengan biaya, yang diukur dengan satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Pengeluaran rumah tangga adalah seluruh biaya pengeluaran yang dikeluarkan oleh seluruh anggota rumah tangga petani, yang meliputi pengeluaran pangan dan non pangan, yang diukur dengan satuan rupiah (Rp/th).


(50)

32 Pengeluaran pangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan untuk kebutuhan konsumsi anggota keluarga, diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Pengeluaran non pangan adalah besarnya uang dan barang yang dikeluarkan untuk kebutuhan anggota keluarga, yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Pengeluaran keluarga adalah jumlah uang yang dikeluarkan oleh keluarga petani untuk keperluan-keperluan konsumsi, yaitu pangan dan non pangan, yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Biaya total adalah jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh petani untuk melakukan usahatani meliputi biaya tunai dan biaya diperhitungkan dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

Luas lahan adalah areal/tempat yang digunakan untuk melakukan usahatani diatas sebidang tanah, yang diukur dalam satuan hektar (ha).

Produksi buah naga adalah jumlah hasil tanaman yang dihasilkan dalam satu periode panen (satu kali proses produksi) yang diukur dalam satuan kilogram (Kg).

Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi buah naga selama satu musim panen. Penggunaan tenaga kerja diukur dalam satuan hari orang kerja (HOK).

Lama berusahatani adalah lamanya petani mengusahakan tanaman sampai dilakukan penelitian, yang diukur dalam satuan tahun (Th).


(51)

33 Kemiskinan merupakan suatu kondisi dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pakan, sandang, papan. Diukur

berdasarkan kritria syogyo.

Kesejahteraan adalah sesuatu dimana seseorang atau kelempok dalam keadaan baik, sehat, makmur, dan damai. Diukur berdasarkan indikator tingkat

kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik 2007.

B. Lokasi Penelitian, Responden, Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan

Provinsi Lampung. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan merupakan daerah sentra produksi buah naga yang cukup potensial di Provinsi Lampung. Hasil prasurvei menjelaskan bahwa Kecamatan Sragi merupakan sebuah kecamatan binaan pemerintah Lampung Selatan, sehingga

diprogramkan setiap rumah menanam buah naga setidaknya dua batang. Dari program itu buah naga menjadi icon di Kecamatan Sragi, sehingga dipilih Kecamatan Sragi sebagai lokasi penelitian.

Sifat petani buah naga di Kecamatan Sragi sebagai populasi dalam penelitian ini homogen dalam hal: (1) semua petani menggunakan teknik budidaya yang sama, (2) semua petani bermaksud menjual produknya, (3) semua petani mencari keuntungan dalam menjual produknya. Jumlah petani buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan berjumlah 40 petani.


(52)

34 C. Jenis data dan metode pengumpulan data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer, yaitu data mengenai kelompok tani dan usahatani buah naga diperoleh melalui wawancara dengan responden dengan

menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) terstruktur. Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan atau dibuat oleh lembaga pengumpul data yang dipublikasikan untuk digunakan oleh pengguna data yang diperoleh melalui studi pustaka dan literatur dari lembaga atau instansi seperti Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, Balai Penyuluh Pertanian Kabupaten Lampung Selatan, Perpustakaan dan lembaga terkait lainnya.

D. Analisis Data

1. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Petani Buah Naga

Untuk pendapatan dari usahatani buah naga digunakan rumus sebagai berikut :

      

xi i

n

i 1

. .

 Keterangan :

π = keuntungan

Y = hasil produksi (kg) Py = harga hasil produksi (Rp) Xi = faktor produksi ke-i

Pxi = harga faktor produksi k-i (Rp/satuan) BTT = biaya tetap total


(53)

35 Untuk mengetahui apakah usahatani buah naga menguntungkan petani atau tidak, analisis diteruskan dengan mencari rasio antara penerimaan dengan biaya yang dikenal dengan Return Cost Ratio (R/C). Secara matematis, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi 1994). R/C =

Keterangan :

TR = Total penerimaan TC = Total biaya

Adapun kriteria pengambilan keputusannya adalah :

1) Jika R/C < 1, maka usahatani yang dilakukan secara ekonomi belum menguntungkan.

2) Jika R/C > 1, maka usahatani yang dilakukan secara ekonomi menguntungkan.

3) Jika R/C = 1, maka usahatani yang dilakukan berada pada titik impas.

Selanjutnya untuk mengetahui pendapatan rumah tangga diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan keluarga yang berasal dari usahatani buah naga dan pendapatan keluarga yang yang berasal dari luar pendapatan usahatani buah naga, dengan rumus sebagai berikut:

Dimana :

Prt = Jumlah pendapatan rumah tangga petani buah naga Pof = Jumlah pendapatan On Farm

Poof = jumlah pendapatan Off Farm Pnf = Jumlah pendapatan Non Farm


(54)

36 Selanjutnya dalam melakukan analisis produksi usahatani buah naga dilakukan pula analisis estimasi produksi atau analisis trend. Analisis trend digunakan untuk melakukan peramalan pada masa yang akan datang. Untuk melakukan peramalan dengan baik, maka dibutuhkan berbagai macam data yang cukup dan diamati pada periode waktu tertentu (time series). Metode yang dapat digunakan untuk analisis time series yaitu:

 Metode garis linear yang dapat digunakan secara bebas (free hand method)

 Metode setengah rata-rata (semi average method)  Metode rata-rata bergerak (moving average method)  Metode kuadrat terkecil (least square method)

Dalam penelitian ini akan digunakan analisis trend dengan metode kuadrat terkecil (least square method). Persamaan garis linear dari analisis time series akan mengikuti: Y= a+b x Dimana Y adalah variabel dependen (tak bebas) yang dicari trend nya, dan x adalah variabel independen (bebas) dengan menggunakan waktu (tahun). Sedangkan untuk mengetahui konstanta (a) dan parameter (b) dapat dipakai persamaan:

a= dan b=

Menrut Yuliarti, 2012 tanaman buah naga mampu menhasilkan sampai pada umur 30 tahun, oleh karena itu analisis trend dilakukan untuk membuktikan apakah tanaman buah naga mampu menghasilkan sampai umur tersebut.


(55)

37 2. Analisis Kesejahteraan Rumah Tangga (Deskriptif Kuantitatif)

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan rumah tangga petani buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan yaitu menggunakan dua (2) parameter, yaitu kesejahteraan berdasarkan Sajogyo 1997, dan kesejahteraan berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) 2007.

a. Kesejahteraan Berdasakan Pengeluaran Rumah Tangga (Sajogyo,1997)

Pengukuran ini dilakukan dengan cara menghitung kebutuhan harian, mingguan, dan bulanan. Total pengeluaran rumah tangga dapat diformulasikan sebagai berikut :

Ct = Ca + Cb

Keterangan :

Ct = Total pengeluaran rumah tangga Ca = Pengeluaran untuk pangan Ca = Ca1+Ca2+Ca3+Ca4+Ca5+Ca6+Ca7 Cb = Pengeluaran untuk non pangan Cb = Cb1+Cb2+Cb3+Cb4+Cb5+Cb6+Cb7 Dimana:

Ca1 = pengeluaran untuk pangan pokok Ca2 = pengeluaran untuk lauk pauk

Ca3 = pengeluaran untuk kacang-kacangan Ca4 = pengeluaran untuk sayuran


(56)

38 Ca6 = pengeluaran untuk sumber lemak

Ca7 = pengeluaran untuk jajanan Cb1 = Pengeluaran untuk bahan bakar Cb2 = Pengeluaran untuk aneka barang/jasa Cb3 = Pengeluaran untuk pendidikan Cb4 = Pengeluaran untuk kesehatan Cb5 = Pengeluaran untuk listrik

Cb6 = pengeluaran untuk renovasi rumah Cb7 = Pengeluaran untuk telepon

Pengeluaran rumah tangga per kapita per tahun adalah total pengeluaran rumah tangga petani baik pengeluaran untuk pangan maupun non pangan dalam setahun dibagi jumlah tanggungan rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga per kapita per tahun ini kemudian dikonversikan ke dalam ukuran setara beras

per kilogram untuk mengukur tingkat kemiskinan dan kesejahteraan rumah tangga petani (Sajogyo, 1997). Secara matematis tingkat pengeluaran per kapita per tahun pada rumah tangga petani dan tingkat pengeluaran per kapita per tahun setara beras dapat dirumuskan : C per kapita keluarga per th (Rp) =

C per kapita keluarga per th setara beras (Kg) =

Dimana C adalah Pengeluaran

Menurut klasifikasi Sajogyo (1997), petani miskin dikelompokan ke dalam enam golongan :

(1) Paling miskin = Pengeluaran per anggota keluarga, 180 kg setara beras/tahun


(57)

39 (2) Miskin sekali = 181 – 240 kg setara beras/tahun

(3) Miskin = 241 – 320 kg setara beras/tahun (4) Nyaris miskin = 321 – 480 kg setara beras/tahun (5) Cukup = 481 – 960 kg setara beras/tahun (6) Hidup layak = >960 kg setara beras/tahun

b. Kesejahteraan Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS, 2007) Kesejahteraan berdasarkan BPS 2007 diukur menggunakan pendekatan 7 indikator kebutuhan, Klasifikasi kesejahteraan yang digunakan terdiri dari dua klasifikasi, yaitu rumah tangga dalam kategori sejahtera dan belum sejahtera. Variabel pengamatan yang diamati dari

responden adalah sebanyak 7 variabel indikator kesejahteraan

masyarakat. Variabel pengamatan disertai dengan klasifikasi dan skor dapat dilihat pada Tabel 8. Masing-masing klasifikasi ditentukan dengan cara mengurangkan jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah. Hasil pengurangan dibagi dengan jumlah klasifikasi atau indikator yang digunakan. Kesejahteraan masyarakat dikelompokan menjadi dua yaitu sejahtera dan belum sejahtera.

Rumus penentuan range skor adalah : RS

=

Dimana :

RS = Range skor

SkT = Skor tertinggi ( 7 x 3 = 21 ) SkR = Skor terendah ( 7x 1 = 7)


(58)

40 Hasil perhitungan berdasarkan rumus di atas diperoleh Range Skor (RS sama dengan 7), sehingga dapat dilihat interval skor yang akan

menggambarkan tingkat kesejahteraan rumah tangga. Hubungan antara interval skor dan tingkat kesejahteraan adalah :

Skor antara 7 – 14 = Rumah tangga petani buah naga belum sejahtera. Skor antara 15 -21 = Rumah tangga petani buah naga sudah sejahtera.

Untuk tiap-tiap indikator sendiri dapat diketahui tingkat kesejahteraan masing-masing indikator di dalam keluarga apakah rendah, sedang atau tinggi sesuai dengan skor masing-masing indikator tersebut.

Tabel 8. Indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik, Susenas (2007) disertai variabel, kelas, dan skor. No. Indikator Kesejahteraan Kelas Skor

1. Kependudukan

1. Status sebagai kepala keluarga :

a. suami istri (3) b. duda (2) c. janda (1) 2.Jumlah anggota keluarga yang ikut tinggal :

a. ≤ 4 orang (3) b. 5 orang (2) c. ≥ 5 orang 1)

3.Berapa tanggungan dalam keluarga :

a. ≤ 4 orang (3) b. 5 orang (2) c. ≥ 5 orang (1)

4.Jumlah orang yang ikut tinggal :

a. ≤ 1orang (3) b. 2 orang (2) c. ≥ 2 orang (1)

Baik (10-12) Cukup (7-9) Kurang (4-6) 3 2 1

2. Kesehatan dan gizi

1.Pendapat mengenai gizi selain karbohidrat :

a. perlu (3) b. kurang perlu (2) c. tidak perlu (1) 2.Anggota keluarga mengalami keluhankesehatan: a. tidak (3) b. kadang-kadang (2) c. ya (1) 3.Keluhan kesehatan menurunkan aktivitas sehari-hari:

a. tidak (3) b. kadang-kadang (2) c. ya (1) 4.Keluarga setiap bulannya menyediakan dana untuk

kesehatan :

a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak pernah (1) 5.Sarana kesehatan yang ada :

a. rumah sakit (3) b. puskesmas (2) c. posyandu (1) 6.Tenaga kesehatan yang biasa digunakan keluarga : a. dokter (3) b. bidan (2) c. dukun (1) 7.Tempat persalinan bayi :

a. bidan (3) b. dukun (2) c. rumah (1)

Baik (26-33) Cukup (18-25) 3 2


(59)

41

8.Tempat keluarga memperoleh obat :

a. puskesmas (3) b. dukun (2) c. obat warung (1) 9.Biaya berobat :

a. terjangkau (3) b. cukup terjangkau (2) c. sulit terjangkau (1)

10. Arti kesehatan bagi keluarga :

a. penting (3) b.kurang penting (2) c. tidak penting (1)

Kurang (10-17)

1

3. Pendidikan

1. Anggota keluarga berusia 15 tahun ke atas lancar membaca dan menulis :

a. lancar (3) b. kurang lancar (2) c. tidak lancar (1) 2.Pendapat mengenai pendidikan putra-putri :

a. penting (3) b.kurang penting (2) c. tidak penting (1) 3.Kesanggupan mengenai pendidikan :

a. sanggup(3) b. kurang sanggup(2) c. tidak sanggup(1)

4.Jenjang pendidikan tinggi :

a. perlu (3) b. kurang perlu (2) c. tidak perlu (1) 5.Sarana pendidikan anak :

a. Memadai (3) b. kurang memadai (2) c tidak memadai (1)

6.Rata-rata jenjang pendidikan anak :

a. ≥ SMP (3) b. SD (2) c. tidak tamat SD (1) 7.Perlu pendidikan luar sekolah :

a. perlu (3) b. kurang perlu (2) c. tidak perlu (1)

Baik (17-21) Cukup (12-16) Kurang (7-11) 3 2 1

4. Ketenagakerjaan

1.Jumlah orang yang bekerja dalam keluarga : a. ≥ 3orang (3) b. 2 orang (2) c. 1 orang (1) 2.Jumlah jam dalam seminggu untuk melakukan

pekerjaaan:

a. > 35 jam (3) b. 31-35 jam (2) c. < 30 jam (1) 3.Selain berusaha anggota keluarga melakukan

pekerjaan tambahan :

a. ya (3) b. sedang mencari (2) c. tidak ada (1) 4.Jenis pekerjaan tambahan :

a. wiraswasta (3) b. buruh (2) c. tidak ada (1) 5.Waktu dalam melakukan pekerjaan tambahan : a. sepanjang tahun (3) b. setelah musim garap (2) c. tidak tentu (1)

6.Pendapat mengenai pekerjaan memerlukan keahlian : a. ya (3) b. kurang perlu (2) c. tidak (1) 7.Pendapat tentang upah yang diterima :

a. sesuai (3) b. belum sesuai (2) c. tidak sesuai (1)

Baik (17-21) Cukup (12-16) Kurang (7-11) 3 2 1

5. Konsumsi / Pengeluaran Rumah Tangga

1. Keluarga mengkonsumsi beras sebagai bahan makanan pokok :

a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1) 2. Konsumsi daging/susu/ayam per minggu :

a. rutin (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak/jarang (1) 3. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari :

a. gas (3) b. minyak tanah (2) c. kayu bakar (1) 4.Kecukupan pendapatan keluarga per bulan untuk

Baik (15-18)

Cukup 3


(60)

42

konsumsi pangan dan nonpangan :

a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak cukup (1) 5. Keluarga menyisakan dana untuk kebutuhan sandang

dan perumahan :

a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1) 6.Pendapatan perbulan dapat ditabung atau untuk

menanam modal :

a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1)

(10-14)

Kurang (6-9)

1

6. Perumahan dan Lingkungan

1.Status rumah tempat tinggal : a. milik sendiri (3) b. menyewa(2) c. menumpang (1)

2.Status tanah tempat tinggal : a. milik sendiri (3) b. menyewa(2) c. menumpang (1)

3.Jenis perumahan : a. permanen (3)

b. semi permanen (2) c. sangat sederhana (1) 4.Jenis dinding rumah :

a. semen (3) b. papan (2) c. geribik (1) 5.Rata-rata luas lantai mencukupi setiap anggota

keluarga:

a. ya (3) b. belum (2) c. tidak (1) 6.Jenis penerangan yang digunakan :

a. listrik (3) b. patromak (2) c. lampu teplok (1) 7.Jenis sumber air minum dalam keluarga :

a. PAM/ledeng (3) b. sumur (2) c. sungai (1) 8.Kepemilikan WC :

a. ya (3) b. menumpang (2) c. tidak (1) 9.Jenis WC yang digunakan : a. WC jongkok (3) b. WC cemplung (2) c. sungai (1) 10. Tempat pembuangan sampah :

a. lubang sampah (3) b. pekarangan (2) c. sungai (1)

Baik (26-33) Cukup (18-25) Kurang (10-17) 3 2 1

7. Sosial dan lain-lain

1.Ketersediaan dan pemanfaatan tempat ibadah : a. tersedia dan dimanfaatkan (3)

b. tersedia tidak dimanfaatkan (2) c. tidak tersedia (1)

2.Hubungan dengan penganut agama lain :

a. baik (3) b. cukup baik (2) c. tidak baik (1) 3.Keamanan lingkungan sekitar :

a. aman (3) b. cukup aman (2) c. tidak aman (1) 4.Sarana hiburan :

a. TV (3) b. radio (2) c. tidak ada (1) 5.Akses tempat wisata : a. mudah dan sering (3)

b. mudah tapi tidak sering (2) c. tidak pernah (1) 6.Fasilitas olahraga :

a. tersedia dan dimanfaatkan (3) b. tersedia tidak dimanfaatkan (2) c. tidak tersedia (1)

7.Biaya untuk hiburan dan olahraga : a. mudah (3) b. cukup (2) c. sulit (1)

Baik (17-21) Cukup (12-16) Kurang (7-11) 3 2 1

Sumber : Indikator kesejahteraan rakyat dalam Badan Pusat Statistik Susenas (2007), dengan modifikasi rancangan penelitian 2014.


(61)

43

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Selatan. Pusat pemerintahannya berada di desa Sukarendek, secara administratif letak Kecamatan Sragi sebelah utara berbatasan dengan

Kecamatan Palas, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Penengahan. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ketapang, dan sebelah timur berbatasan dengan Lampung Timur.

Berdasarkan letaknya, Kecamatan Sragi merupakan salah satu Kecamatan yang mempunyai potensi lahan pertanian yang luas. Akses jalan yang mudah merupakan suatu keuntungan tersendiri bagi masyarakat Kecamatan Sragi, jarak Kecamatan Sragi dengan Kabupaten sekitar 40 km dengan jarak tempuh kurang lebih 1 jam memudahkan dalam distribusi produksi.

B. Topografi dan iklim

Secara topografis, Kecamatan Sragi dibagi menjadi dua , yaitu : (1). Daerah berbukit, yaitu sekitar 10% dari seluruh wilayah dengan


(62)

44

berbukit sampai bergunung terdapat di Desa Kedaung , Kecamatan Sragi. (Demografi Kecamatan Sragi,2013)

(2). Daerah dataran , yaitu sekitar 90% dari seluruh wilayah Kecamatan Sragi. Ketinggian kawasan tersebut berkisar antara 0 hingga 600 meter dpl. Daerah dataran rendah tersebut terdapat di Desa Kuala Sekampung, Suka Pura, Baktirasa, Marga Sari, Bandar Agung, Marga Jasa, Sumber Agung, Sumber Sari.

Iklim di Kecamatan Sragi berdasarkan Smith dan Ferguson termasuk dalam kategori iklim B yang dicirikan oleh bulan basah selama enam bulan yaitu pada bulan Desember sampai Juni. Secara umum suhu rata-rata di Kecamatan Sragi berkisar antara 22-330 Celcius dengan curah hujan rata-rata per tahun berkisar 2.000 – 2.500 milimeter (Demografi Kecamatan Sragi, 2013). Dengan 90% merupakan daratan sehingga wilayah Kecamatan Sragi adalah merupakan daratan rendah rawa-rawa yang subur, yang pada tahun 1984 telah dicetak sebagai lahan persawahan melalui proyek land reform Rawa Sragi, dengan luas wilayah ± 9.249 ha, yang terdiri atas sawah tadah hujan seluas 2.992 ha, sawah pasang surut 355 ha, perkebunan 1. 960 ha, irigasi 174 ha, pekarangan 978 ha, ladang 588 ha. Pada akhirnya sebagian sawah tersebut berkembang menjadi daerah pertambakan udang/ikan bandeng seluas ± 623 ha, kolam 281 ha, lainnya (Lapangan, kuburan, dll) seluas 1.298 Ha.

(Demografi Kecamatan Sragi,2013).

Penggunaan tanah di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 9.


(63)

45

Tabel 9. Luas tanah menurut penggunaannya di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012.

Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

Irigasi 174 1,88

Sawah pasang surut 355 3,84

Sawah tadah hujan 2.992 32,35 Pekarangan 978 10,57

Kolam 281 3,04

Tambak 623 6,74

Ladang/huma 588 6,36

Perkebunan 1.960 21,19 Lain-lain 1.298 14,03

Jumlah 9.249 100,00

Sumber : Demografi Kecamatan Sragi, tahun 2013

Tanaman buah naga termasuk tanaman tropis dan dapat beradaptasi dengan berbagai jenis lahan, lingkungan tumbuh, dan perubahan cuaca seperti sinar matahari dan curah hujan. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan buah naga sekitar 60 mm/bln atau 720 mm/tahun. Pada curah hujan 600-1.300 mm/tahun tanaman ini juga masih bisa tumbuh. Tetapi tanaman ini tidak tahan dengan genangan air. Hujan yang terlalu deras dan berkepanjangan bisa menyebabkan kerusakan tanaman terutama pembusukan akar dan merambat sampai pangkal batang. Intensitas sinar matahari yang dibutuhkan sekitar 70-80 %, maka tanaman buah naga sebaiknya ditanam dilahan tanpa naungan dan sirkulasi udara juga baik.

Tanaman buah naga lebih baik pertumbuhannya bila ditanam didataran rendah antara 0-350 m dpl. Suhu udara yang ideal antara 26-36˚C dan kelembaban 70-90 %. Tanah harus beraerasi dengan baik dengan derajat keasaman (pH) 6,5 – 7. Agar tanaman buah naga dapat tumbuh dengan baik dan maksimal,


(1)

52

dari segi akses jalan yang mudah, serta ketersediaan sarana penunjang dan terdapatnya agen atau tengkulak yang selalu bersedia untuk membeli hasil panen mereka dengan sistem pembayaran yang mudah dapat dijadikan pertimbangan untuk melakukan usahatani buah naga.

Keadaan ekonomi petani buah naga di daerah penelitian tidak terlepas dari keadaan sosial. Kehidupan sosial di daerah penelitian sangat baik, gotong royong, silaturahmi, dan saling membantu berjalan sangat baik. Dari

pengambilan data didapat bahwa di daerah penelitian terdapat beberapa sarana seperti masjid dan gereja, serta didalamnya hubungan antar umat beragama berjalan baik. Hal ini tidak terlepas dari para masyarakat yang selalu menjunjung tinggi persatuan.


(2)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :

1. Pendapatan rumah tangga petani buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan diperoleh dari pendapatan usahatani dari kegiatan

usahatani buah naga dan usahatani non buah naga (on farm), kegiatan usahatani di luar kegiatan budidaya (off farm) dan aktivitas di luar kegiatan pertanian (non farm). Total rata-rata pendapatan rumah tangga petani buah naga sebesar Rp 101.816.337,00 per tahun dengan rincian Rp 89.518.362,00 per tahun (87,92 %) dari usahatani buah naga, Rp 8.350.725,00 per tahun (8,20 %) dari usahatani non buah naga, dan Rp 2.106,000 per tahun (2,07 %) dari kegiatan off farm, dan sisanya Rp 1.841.250,00 per tahun (1,81 %) dari aktivitas selain pertanian.

2. Berdasarkan kiteria Sajogyo, 1997 rumah tangga didaerah penelitian adalah rumah tangga sejahtera, dimana dari 40 rumah tangga hanya terdapat 2 rumah tangga dengan status miskin atau tidak sejahtera. Menurut BPS (2007) rumah tangga petani buah naga di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan yang masuk ke dalam kategori sejahtera


(3)

89

sebanyak 38 petani (95%), dan sebanyak 2 petani (5%) berada dalam kategori belum sejahtera.

B. Saran

1. Bagi petani buah naga untuk mendistribusikan pendapatannya dengan baik dalam hal pemenuhan indikator-indikator kesejahteraan, dan menggunakan pendapatannya untuk keperluan pangan dan non pangan dengan baik, sehingga tidak akan ada lagi keluarga petani dengan kategori miskin karena kekurangan pangan dan non pangan padahal apabila dilihat dari pendapatan terbilang besar.

2. Bagi pemerintah untuk melakukan pembinaan yang lebih terhadap petani buah naga mengingat sangat berperannya usahatani buah naga pada peningkatan kualitas hidup dan meningkatkan kesejahteraan keluarga petani.

3. Bagi peneliti lain, disarankan agar dapat membahas lebih lanjut mengenai hubungan antara pendapatan rumah tangga dengan keberagaman usaha, kemiskinan dan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani, dan

mengetahui penyebab petani berada dalam kategori miskin dan belum sejahtera.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Anggraeni, R dan Lantarsih, R. 2005. Pendapatan dan Pola Konsumsi Rumah

Tangga Tani di Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman. Jurnal Agros, 6, 83-92.

Badan Pusat Statistik. 2007. Indikator Kesejahteraan Rakyat Dalam Susenas. Badan Pusat Statistik. Jakarta. 99 hlm.

Badan Pusat Statistik. 2012. Lampung Dalam Angka. BPS Propisi Lampung Bandar Lampung.

Esmara, H. 1986. Perencanaan dan pembangunan di Indonesia. Gramedia. Jakarta. 426 hlm.

Harison, N. 2009. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Pengerajin Gula Kelapa di Desa Budidaya, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani. Departemen Sosial Ekonomi. Bandung. Irawan, B. 2011. Analisis pendapatan, dan tingkat kesejateraan rumah tangga

petani pada agroekosistem marjinal tipe lahan kering dan sawah tadah hujan di Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi Jurusan Agribisnis. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Kakisina, L. 2010. Analisis tingkat pendapatan rumah tangga dan kesejahteraan di Kabupaten Seram Provinsi Maluku. Jurnal Budidaya Pertanian. Vol 7. No 2. Desember 2010.

Kementrian Pertanian. 2009. Rancangan Rencana Strategis Kementrian Pertanian periode 2010-2014. Pertanian.go.id. diakses Taggal 25 November 2013.

Kementrian Pertanian. 2013. Buah Naga Sebagai Komoditas Binaan. Pertanian.go.id. diakses Taggal 25 November 2013.


(5)

Kurnia, D, R. 2012. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Tembakau Di Desa Gaden Gandu Wetan Kecamatan Ngadirejo

Kabupaten Temanggung.Jurnal Agros vol IV tahun 2012.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. 305 hlm. Niken. 2010 Prospek dan Pengembangan Buah Naga di Lampung Selatan.

Skripsi Jurusan Agribisnis. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Nuryasin, M. 2014. Analisis Finansial dan Pemasaran Buah Naga di Kecamatan

Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi Jurusan Agribisnis. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Rachman, H. P. S., dan Supriyati. 2004. Pola Konsumsi dan Pengeluaran

Rumahtangga Kasus Rumahtangga di Pedesaan Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Jurnal Agro-Ekonomika, No 2, Tahun 34, 17-44. Salim, E. 1984. Perencanaan Perkembangan Dan Pemerataan Pendapatan. Inti

Dayu Press. Jakarta. 128 Hal.

Sajogyo. 1983 Hasil Karya dan Pengabdiannya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek

Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1983 - 153 halaman. http://books.google.co.id/books?ei=gOHuUvHTDYfBrAflvYGIDQ&hl=id &id=MrQhAAAAMAAJ&dq=sayogyo&focus=searchwithinvolume&q=mi skin+270. Diakses pada 3 Februari 2014.

Sajogyo. 1997. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. LPSB-IPB. Bogor. 299 hlm

Sudantoko, D dan Muliawan, H. 2009. Dasar-Dasar Pengantar Ekonomi Pembangunan. PT. PP. Mardi Mulya. Jakarta.

Soekartawi. 1994. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 110 hlm.

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi. PT.Raja Grafindo. Jakarta. 238 hlm.

Sugiharto, E. 2007. Tingkat kesejahteraan Masyarakat nelayan desa Benua Baru Ilir Berdasarkan indikator badan pusat statistik. Jurnal Agros Vol 4.No 2.2007:32-36.

Supardi, S. 2013. Analisis ekonomi rumah tangga di daerah aliran sungai (Das) Solo Hulu Kabupaten Wonogiri. Jurnal SEPA Vol 9. No 2. 2012 : 163-173


(6)

Aminuddin. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. 493 hlm. Yuliarti, N. 2012. Bisnis Buah Naga. IPB Press. Bogor. 66 hlm.