Studi Kelayakan Ekonomi Budidaya Durian di Desa Lau Bagot, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi

STUDI KELAYAKAN EKONOMI BUDIDAYA DURIAN (Durio zibethinus) RAKYAT DI DESA LAU BAGOT, KECAMATAN TIGALINGGA, KABUPATEN DAIRI
SKRIPSI Oleh:
Tabita Wana Imelda Lumban Gaol 091201164
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

STUDI KELAYAKAN EKONOMI BUDIDAYA DURIAN (Durio zibethinus) RAKYAT DI DESA LAU BAGOT, KECAMATAN TIGALINGGA, KABUPATEN DAIRI
SKRIPSI
Oleh: Tabita Wana Imelda Lumban Gaol
091201164/ Manajemen Hutan Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN

Judul
Nama NIM P. Studi


: Studi kelayakan budidaya durian (Durio Zibethinus) rakyat di Desa Lau Bagot, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi
: Tabita Wana Imelda Lumban Gaol : 091201164 : Kehutanan

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si Ketua

Oding Affandi, S.Hut, MP Anggota

Mengetahui, Siti Latifah, S. Hut, M. Si, Ph. D Ketua Program Studi Kehutanan
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
TABITA WANA IMELDA L. GAOL: Studi Kelayakan Ekonomi Budidaya Durian di Desa Lau Bagot, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi. Dibawah bimbingan AGUS PURWOKO dan ODING AFFANDI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan budidaya durian di Desa Lau Bagot, Kecamatan Togalingga, Kabupaten Dairi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis kelayakan ekonomi dengan beberapa kriteria yaitu Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Internal Rate of Returns (IRR) dan Pay back Period (PBP).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola budidaya durian di desa ini dilakukan dengan cara tradisional dan sebaran pohon yang tidak merata dengan kerapatan 46 Pohon/Ha. Diperoleh nilai NPV sebesar Rp 88.384.512/Ha, BCR 3,1, IRR 26,14% dan PBP 11 tahun dengan tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 12%. Faktor yang menyebabkan menurunnya produksi durian di desa Lau Bagot adalah persepsi masyarakat akan tingginya harga kayu yang ditawarkan kepada masyarakat rata-rata Rp 700.000/m3sehingga lebih memilih untuk menebang dari pada menjual buah. Kata kunci : Pola budidaya, durian, kelayakan ekonomi, produksi
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
TABITA WANA IMELDA L. GAOL: Study Economic Feasibility of Private Durian Cultivation in Lau Bagot Village, Tigalingga Subdistrict, Dairi District. Under the Supervision of AGUS PURWOKO and ODING AFFANDI.

This study aimed to determine the feasibility of durian cultivation in Lau Bagot Village, Subdistrict of Tigalingga, District of Dairi. The analytical method used is descriptive analysis and economic feasibility analysis with multiple criteria: Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), and Internal Rate of Returns (IRR) and payback period (PBP).
The results showed that the pattern of durian cultivation in this village is done with traditional way and the uneven distribution of trees with density 46 trees/ha. Retrieved NPV Rp 88.384.512/Ha , BCR 3.1 , 26.14 % IRR and PBP 11 years with the prevailing interest rate is 15%. Factors that lead to decreased production of durian in Lau Bagot Village is the public perception of the high price of wood has to offer to the public about Rp 700.000/m3 so that they prefer to cut down on the selling fruit. Keywords : Patterns of cultivation, durian, economic feasibility, production
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumbul pada tanggal 30 Juli 1991 dari ayah bernama Sondang Pangihutan Lumban Gaol dan ibu Rusmina Br Munthe. Penulis merupakan putri keempat dari empat bersaudara.
Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 030331 Sumbul, Sumatera Utara pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Sumbul, Sumatera Utara tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Sumbul, Sumatera utara tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian.
Selama masa pendidikan di Program Studi Kehutanan, penulis mengikuti organisasi Himas yang merupakan salah satu organisasi di Kehutanan USU. Pada tahun 2009, penulis melaksanakan magang di Balai Konservasi Sumber Daya Alam di Dolok Surungan-Desa Lobu Rappa, Kab.Asahan selama satu bulan. Penulis melaksanakan praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PEH) di Kawasan Taman Hutan Raya (TAHURA), Tongkoh pada tahun 2011 selama 10 hari.. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur pada tanggal 08 Februari sampai 08 Maret 2013. Di akhir masa kuliah, penulis melakukan penelitian di Desa Lau Bagot, Kecamatan Tigalingga. Kabupaten Dairi pada bulan Maret sampai April 2014.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Studi Kelayakan Ekonomi Budidaya Durian (Durio Zibethinus) Rakyat di Desa Lau Bagot, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi” sebagai salah satu syarat untuk menjadi Sarjana Kehutanan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si dan Bapak Oding Affandi, S.Hut, M.P selaku ketua dan anggota komisi pembimbing skripsi penulis, yang telah membimbing dan memberi masukan-masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang selalu mendoakan, memberi dukungan, kasih sayang dan materi serta menginspirasi penulis untuk tetap semangat serta kepada teman-teman yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Hal KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

DAFTAR TABEL......................................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. iv

PENDAHULUAN Latar Belakang .............................................................................................. Perumusan Masalah ...................................................................................... Tujuan Penelitian .......................................................................................... Manfaat .........................................................................................................

1 4 4 5

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Durian............................................................................................
Botani tanaman durian.............................................................................. Daerah penyebaran ................................................................................... Syarat tumbuh........................................................................................... Durian Sebagai HHBK.................................................................................. Budidaya Durian ........................................................................................... Analisis Kelayakan Ekonomi........................................................................ Purposive sampling ....................................................................................... Snawball Sampling ....................................................................................... Keadaan Umum Lokasi Penelitian................................................................ Letak dan luas wilayah ............................................................................. Keadaan sosial ekonomi ........................................................................... Sarana dan prasarana ................................................................................ Karakteristik petani durian .......................................................................

6 6 7 8 9 10 17 18 19 19 19 20 21 23

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu ........................................................................................ Alat dan Bahan.............................................................................................. Jenis dan Sumber Data .................................................................................. Metode Pengolahan Data .............................................................................. Metode Analisi Data .....................................................................................
Analisis pola budidaya.............................................................................. Analisis kelayakan ekonomi..................................................................... Analisis faktor penyebab penurunan produksi .........................................

26 26 26 27 27 27 28 30


HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian................................................................
Letak dan lokasi penelitian ..................................................................... Keadaan sosial ekonomi..........................................................................

25 25 25

Universitas Sumatera Utara

Sarana dan prasarana............................................................................... Karakteristik petani durian...................................................................... Pola Budidaya Durian ................................................................................... Analisis Kelayakan Ekonomi........................................................................ Faktor Penyebab Penurunan Produksi ..........................................................

27 28 31 38 40

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ................................................................................................... Saran..............................................................................................................

43 43

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 44

LAMPIRAN.................................................................................................. 46

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL
No Hal 1. Keadaan tata guna lahan Desa Lau Bagot tahun 2012 .......................... 26 2. Struktur mata pencaharian penduduk Desa Lau Bagot ........................ 26 3. Sarana dan prasarana Desa Lau Bagot tahun 2012................................ 27 4. Jumlah key informant (petani) berdasarkan umur ................................. 29 5. Karakteristik petani berdasarkan luas lahan durian yang dimiliki ........ 29 6. Karakteristik petani berdasarkan pendidikan terakhir ........................... 30 7. Hasil analisis ekonomi kriteria kelayakan usaha budidaya durian di
Desa Lau Bagot ..................................................................................... 38
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No Hal 1. Skema Pola Budidaya tanaman ............................................................. 21 2. Bibit durian hasil perbanyakan generatif oleh petani di
Desa Lau Bagot ..................................................................................... 33 3. Sebaran pohon durian di Desa Lau Bagot ............................................. 34 4. Pemupukan dengan membenamkan pupuk dalam rorak di sekeliling
pohon ..................................................................................................... 36 5. Buah durian siap dipasarkan oleh petani Desa Lau Bagot .................... 37 6. Log kayu durian yang ditebang oleh petani Desa Lau Bagot................ 38
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No Hal 1. Karakteristik responden petani durian di Desa Lau Bagot .................... 48 2. Rekapitulasi biaya usaha budidaya durian di Desa Lau Bagot ............. 49 3. Analisis kelayakan ekonomi budidaya durian di Desa Lau Bagot ........ 53 4. Total produksi........................................................................................ 57 5. Perhitungan............................................................................................ 58 6. Persepsi masyarakat mengenai faktor penyebab menurunnya
produksi durian di Desa Lau Bagot ....................................................... 59 7. Dokumentasi Penelitian......................................................................... 60 8. Kuesioner Penelitian.............................................................................. 62
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
TABITA WANA IMELDA L. GAOL: Studi Kelayakan Ekonomi Budidaya Durian di Desa Lau Bagot, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi. Dibawah bimbingan AGUS PURWOKO dan ODING AFFANDI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan budidaya durian di Desa Lau Bagot, Kecamatan Togalingga, Kabupaten Dairi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis kelayakan ekonomi dengan beberapa kriteria yaitu Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Internal Rate of Returns (IRR) dan Pay back Period (PBP).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola budidaya durian di desa ini dilakukan dengan cara tradisional dan sebaran pohon yang tidak merata dengan kerapatan 46 Pohon/Ha. Diperoleh nilai NPV sebesar Rp 88.384.512/Ha, BCR 3,1, IRR 26,14% dan PBP 11 tahun dengan tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 12%. Faktor yang menyebabkan menurunnya produksi durian di desa Lau Bagot adalah persepsi masyarakat akan tingginya harga kayu yang ditawarkan kepada masyarakat rata-rata Rp 700.000/m3sehingga lebih memilih untuk menebang dari pada menjual buah. Kata kunci : Pola budidaya, durian, kelayakan ekonomi, produksi
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
TABITA WANA IMELDA L. GAOL: Study Economic Feasibility of Private Durian Cultivation in Lau Bagot Village, Tigalingga Subdistrict, Dairi District. Under the Supervision of AGUS PURWOKO and ODING AFFANDI.
This study aimed to determine the feasibility of durian cultivation in Lau Bagot Village, Subdistrict of Tigalingga, District of Dairi. The analytical method used is descriptive analysis and economic feasibility analysis with multiple criteria: Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), and Internal Rate of Returns (IRR) and payback period (PBP).
The results showed that the pattern of durian cultivation in this village is done with traditional way and the uneven distribution of trees with density 46 trees/ha. Retrieved NPV Rp 88.384.512/Ha , BCR 3.1 , 26.14 % IRR and PBP 11 years with the prevailing interest rate is 15%. Factors that lead to decreased production of durian in Lau Bagot Village is the public perception of the high price of wood has to offer to the public about Rp 700.000/m3 so that they prefer to cut down on the selling fruit. Keywords : Patterns of cultivation, durian, economic feasibility, production
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Sistem pengelolaan lahan hutan yang direncanakan oleh pemerintah
ditujukan untuk pemberdayaan masyarakat dengan berasaskan kelestarian hasil hutan dari aspek ekosistem, kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan, pengelolaan sumberdaya alam yang demokratis, keadilan sosial, akuntabilitas publik serta kepastian hukum, dengan tujuan untuk pemberdayaan masyarakat setempat dalam pengelolaan hutan dengan tetap menjaga kelestarian hasil hutan dan lingkungan hidup dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya.
Hasil hutan kayu telah memberikan kontribusi yang besar bagi devisa Negara Indonesia selama beberapa dekade, oleh karena itu kayu diistilahkan “Major Forest Product”. Walau demikian hasil hutan lainnya yang dikenal dengan sebutan hasil hutan bukan kayu (HHBK) lebih bernilai dari pada kayu dalam jangka panjang. Mengingat pemungutannya tidak memerlukan perizinan yang rumit sebagaimana dalam pemungutan hasil hutan kayu (Timber), masyarakat hutan umumnya bebas memungut dan memanfaatkan HHBK dari dalam hutan. Masyarakat tidak dilarang memungut dan memanfaatkan HHBK baik di dalam hutan produksi maupun hutan lindung, kecuali di dalam kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Oleh karena itu, selain menjadi sumber devisa bagi negara, HHBK merupakan sumber penghidupan bagi jutaan masyarakat hutan (Oka dan Achmad, 2005).
Pemerintah sejak tahun 1960-an telah mengembangkan hutan rakyat sebagai kegiatan penghijauan untuk mengatasi lahan kritis pada lahan milik masyarakat (Awang et al. 2002). Kegiatan penghijauan adalah upaya memulihkan
Universitas Sumatera Utara

atau memperbaiki keadaan lahan kritis di luar kawasan hutan melalui kegiatan penanaman dan bangunan konservasi tanah agar dapat berfungsi sebagai media produksi dan sebagai media pengatur tata air yang baik serta upaya mempertahankan dan meningkatkan daya guna lahan sesuai dengan peruntukannya. Kegiatan penghijauan yang dilaksanakan pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, penyediaan bahan baku industri dan peningkatan mutu lingkungan. Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman keras, MPTS (Multi Purpose Trees Species) dan buah-buahan (Kemenhut, 2010).
Menurut Lahjie (2000), partisipasi masyarakat lokal hanya akan terjadi jika masyarakat memiliki kemampuan berpartisipasi dan memiliki pengetahuan tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana caranya, ada intensif yang tepat untuk mendorong mereka dan tersedia instansi-instansi untuk mendukung dan mempertahankan kegiatan mereka.
Pemilihan jenis tanaman didasarkan pada nilai ekonomi yang banyak disukai dan harga yang cukup tinggi, selain itu tanaman juga disesuaikan dengan kondisi tanah di daerah tersebut. Namun untuk mengetahui apakah model pengusahaan hutan ini baik atau tidak, tentu diperlukan analisa lebih jauh tentang tingkat keuntungan dan kelayakan usahanya.
Pengembangan tanaman buah-buahan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarkat, perluasan lapangan kerja dan usaha, pengurangan impor, pengembangan agribisnis, dan agroindustri, serta peningkatan ekspor nonmigas. Serapan pasar terhadap buah di dalam dan di luar negeri cukup tinggi, namun belum diimbangi oleh ketersediaan produksi yang memadai. Bahkan di pasar luar negeri kontribusi buah Indonesia sangat kecil.

Universitas Sumatera Utara

Pada tahun 1993 nilai impor buah-buahan dunia mencapai US $ 28 miliar, andil Indonesia baru sekitar US $ 114 juta atau kurang dari 0,5% (Rukmana, 1996).
Buah durian sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia dan internasional, daging buahnya yang manis dan aromanya yang khas serta bentuk buahnya menjadi ciri utamanya, tidak salah bilamana durian di dunia internasional dikenal dengan istilah “King of Fruit”. Permintaan pasar komoditas ini baik dalam maupun luar negeri terus meningkat, beberapa negara di Eropa Timur, Belanda, Kanada, Saudi Arabia, Jepang dan Singapura merupakan pasar potensial. Negara pengekspor durian saat ini adalah Indonesia, Thailand dan Malaysia, namun demikian peluang pasar ini belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya karena belum memenuhi standar ekspor dan produktivitasnya masih rendah (5 ton/ha), dibanding negara Thailand yang mencapai 35 ton per hektar. Hal ini disebabkan teknik budidaya yang diterapkan masih sangat rendah, dan hasil durian yang sekarang ini berasal dari pohon durian yang sudah tua yang tumbuh liar dan sebagian kecil dalam bentuk usaha pekarangan yang tidak dirawat dengan baik (Untung, 2002)
Durian (Durio zibethinus) merupakan salah satu komoditas horticultural yang memiliki prospek yang cukup cerah untuk menjadi komoditas unggulan, baik untuk tujuan ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. Hal ini disebabkan karena pasar buah durian masih sangat luas, selain harga jualnya tergolong tinggi.
Kecamatan Tigalingga terletak pada 98000 – 98030 Lintang Utara dan 2015 - 3000 Bujur Timur, dengan ketinggian daerah 500 sampai 700 mdpl, sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Gunung Sitember, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pegagan Hilir, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Universitas Sumatera Utara

Siempat Nempu dan kecamatan Gunung Sitember, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karo. Kemiringan bervariasi sehingga terjadi iklim hujan tropis. Berdasarkan data BPS 2012 dengan luas wilayah 197 km2 kecamatan Tigalingga memproduksi 9362 kwintal buah durian per tahun, jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya berdasarkan data BPS 2008 bahwa kecamatan Tigalingga memproduksi 16.000 kwintal buah durian, angka tersebut menunjukkan penurunan produktivitas durian di kecamatan tersebut (BPS, 2008). Perumusan Masalah 1. Bagaimana pola budidaya durian (Durio zibethinus) rakyat di Desa Lau Bagot,
Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi? 2. Apakah usaha budidaya durian (Durio zibethinus) rakyat layak untuk
diusahakan ditinjau dari aspek ekonomi? 3. Apa faktor yang menyebabkan menurunnya produksi durian? Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana pola budidaya tanaman durian
(Durio zibethinus) rakyat di Desa Lau Bagot, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi. 2. Untuk mengetahui kelayakan ekonomi dari usaha budidaya durian rakyat dengan menghitung Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net BC Ratio), Net Present Value (NPV), dan Payback period. 3. Untuk mengetahui faktor penyebab menurunnya produksi durian rakyat.
Universitas Sumatera Utara

Manfaat Penelitian 1. Bagi petani masyarakat sebagai salah satu sumber informasi yang dapat
dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan usaha budidaya durian (Durio zibethinus) rakyat. 2. Bagi kalangan akademis, sebagai informasi bagi peneliti lain yang ada kaitannya dengan penelitian ini. 3. Bagi instansi pemerintah, dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA


Tanaman Durian

Botani tanaman durian

Pohon durian (Durio zibethinus) banyak tumbuh di hutan maupun di

kebun milik penduduk. Ciri buahnya, bentuknya besar bulat/oval dengan aroma

rasa, baunya khas dan menjadi buah primadona yang banyak disukai masyarakat

Indonesia umumnya. Buahnya besar dan berduri dengan kulit buah yang keras

dan tebal hampir seperempat bagian dari buahnya merupakan bagian yang

dibuang begitu saja sampai akhirnya menjadi busuk. Apabila dilihat dari

karakteristik bentuk dan sifat - sifat kulitnya, sebenarnya banyak manfaat yang

dapat dihasilkan dari kulit buahnya misalnya untuk bahan campuran papan


partikel, papan semen, arang briket, arang aktif, filler, campuran untuk bahan

baku obat nyamuk dan lain – lain.

Klasifikasi ilmiah tanaman durian

Kingdom : Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Class

: Dicotyledoneae

Ordo

: Malvales


Familia

: Bombacaceae

Genus

: Durio

Spesies

: Durio zibethinus

(Soedarya, 2009).

Tumbuhan berbentuk pohon, tinggi 27 - 40 m. Akar tunggang, batang

berkayu, silindris, tegak, kulit pecah-pecah, permukaan kasar, percabangan

Universitas Sumatera Utara


simpodial, bercabang banyak, arah mendatar. Daun tunggal, bertangkai pendek, tersusun berseling, permukaan atas berwarna hijau tua - bawah cokelat kekuningan, bentuk jorong hingga lanset, panjang 6,5 - 25 cm, lebar 3 - 5 cm, ujung runcing, pangkal membulat, permukaan atas mengkilat, permukaan bawah buram, tidak pernah meluruh, bagian bawah berlapis bulu halus berwarna cokelat kemerahan. Bunga muncul di batang atau cabang yang sudah besar, bertangkai, kelopak berbentuk lonceng berwarna putih hingga cokelat keemasan. Buah bulat atau lonjong, kulit dipenuhi duri-duri tajam, warna coklat keemasan atau kuning, bentuk biji lonjong, berwarna cokelat, berbuah setelah berumur 5 - 12 tahun (Soedarya, 2009). Daerah penyebaran
Sejarah tentang tanaman durian, seumur dengan sejarah tentang manusia. Tahun yang tepat sulit disebutkan, tetapi satu abad yang lalu sudah banyak yang memperbincangkan waktu ditemukan tempo dulu, tanaman aneh tersebut memang masih tumbuh liar dan terpencar pencar di hutan raya “Malesia” yang sekarang ini meliputi daerah Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan. Para ahli menafsirkan dari daerah asal tersebut durian menyebar ke seluruh Indonesia, lantas melalui Muangthai menyebar ke Birma, India dan Pakistan. Adanya penyebaran sampai sejauh itu, karena akibat pola kehidupan masyarakat saat itu tidak menetap. Mereka merambah daerah hutan yang satu menuju daerah yang lain. Setiap daerah yang selesai dihuninya ditinggalkan begitu saja, tumbuhan tanaman durian bersamaan dengan tumbuhnya semak-belukar disekitarnya. Kebiasaan mereka dulu untuk membuang sisa makanan tidak ditempat tinggalnya saja tetapi juga disepanjang jalan yang dilalui ketika ia mencari buah ini, dengan
Universitas Sumatera Utara

begitu, biji-biji tersebut tumbuh secara alami dan berkembang biak secara alami pula, tidak beraturan tempatnya, dan tumbuhnya (Setiadi, 1996).
Dalam perkembangan selanjutnya, tanaman durian meluas ditanam di negara-negara yang beriklim tropis, sehingga disebut “King of Fruits” dari negeri tropis. Pengembangan budidaya tanaman durian secara intesif dan komersial antara lain dirintis oleh Thailand dan Malaysia. Pada tahun 1986 durian di Thailand telah menjadi salah satu jenis buah komersialyang ditanam pada lahan seluas 76.100 hektar dengan produksi 426.240 (Rukmana, 1996).
Di Indonesia banyak sekali daerah yang memenuhi syarat agroklimat. Pohon durian bisa ditemui di seluruh provinsi. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 1991, jumlah pohon durian terbanyak ada di Jawa (586.196 pohon), Kalimantan (228.319 pohon), Sumatera (228.158 pohon), dan Sulawesi (103.604 pohon). Berdasarkan data tersebut tampak jelas bahwa wilayah Indonesia memang cocok sekali untuk durian. Sampai kini sentra produksi durian masih di pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatera (Untung, 2003). Syarat tumbuh
Tempat yang paling disukai tanaman durian adalah tempat yang subur, bertanah gembur dan tidak bercadas kedalaman air tanahnya tidak lebih dari 1m, atau paling dalam 2m. keadaan tanahnya netral (pH tanah antara 6-7). Tetapi banyak yang mengatakan, tanah yang ber-pH 6,5 lebih cocok untuk durian, sebab tanah yang seperti ini mudah sekali menetralkan kandungan N, P dan K. selain itu ketinggian tanahnya antara 400-600 m di atas permukaan laut. Tapi durian masih bisa ditemukan berbuah meski tidak begitu lebat, di daerah-daerah berketinggian 1000 m. (Setiadi,1999).
Universitas Sumatera Utara

Durian sebagai Hasil Hutan Bukan Kayu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) berasal dari bagian pohon atau tumbuh-
tumbuhan yang memiliki sifat khusus yang dapat menjadi suatu barang yang diperlukan oleh masyarakat, dijual sebagai komoditi ekspor atau sebagai bahan baku untuk suatu industri. Mengingat pemungutannya tidak memerlukan perizinan yang rumit sebagaimana dalam pemungutan hasil hutan kayu (timber), masyarakat hutan (masyarakat yang tinggal di sekitar hutan) umumnya bebas memungut dan memanfaatkan HHBK dari dalam hutan. Masyarakat tidak dilarang memungut dan memanfaatkan HHBK baik di dalam hutan produksi maupun hutan lindung, kecuali di dalam kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam (Departemen Kehutanan 1990).
Hasil hutan bukan kayu (HHBK) penting untuk konservasi dan ekonomi. Penting untuk konservasi sebab untuk mengeluarkan hasil hutan bukan kayu biasanya dapat dilakukan dengan kerusakan minimal terhadap hutan. Hasil hutan bukan kayu penting untuk kelestarian sebab proses panen biasanya dapat dilakukan secara lestari dan tanpa kerusakan tanpa kerusakan hutan. Penting untuk ekonomi karena bukan timber produk ini berharga atau memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Pada beberapa keadaan, pendapatan dari HHBK dapat lebih banyak jika dibandingkan pendapatan dari semua alternatif yang lain. Keuntungan lain dari HHBK adalah dapat mengurangi kerusakan hutan alam, selama masyarakat lokal memperoleh pendapatan dari lahan hutan (Baharuddin dan Ira, 2009) Budidaya Durian
Universitas Sumatera Utara

Tanaman durian dapat diperbanyak atau dikembangkan dengan cara generative atau biji dan vegetative berupa okulasi, enten, dan penyusunan. Pembiakan secara generative dengan biji hamper selalu memberikan keturunan yang berbeda dengan induknya. Hal ini terjadi karena tanaman durian bersifat menyerbuk silang, sehingga secara genetis menghasilkan turunan yang mempunyaikarakteristi bervariasi. Di samping itu pembiakangeneratif akan menghasilkan tanaman yang masa remajanya (juvenilitas) cukup lama, sehingga umur mulai berbunga atau berbuah lambat yakni sekitar 10 tahun atau lebih. Oleh karena itu, pembiakan dengan biji hanya dianjurkan untuk memproduksi bibit batang bawah bahan penyambungan, seperti okulasi, enten atau susuan (Rukmana, 1996).
Teknik budidaya Durian dapat dilakukan melalui tahap berikut: 1. Penentuan Pola Tanaman
Jarak tanam sangat tergantung pada jenis dan kesuburan tanah, kultivar durian, serta sistem budidaya yang diterapkan. Untuk kultivar durian berumur genjah, jarak tanam: 10 m x 10 m. Sedangkan kultivar durian berumur sedang dan dalam jarak tanam 12 m x 12 m. Intensifikasi kebun durian, terutama waktu bibit durian masih kecil (berumur kurang dari 6 tahun), dapat diupayakan dengan budidaya tumpangsari. Berbagai budidaya tumpangsari yang biasa dilakukan yakni dengan tanaman horti (lombok, tomat, terong dan tanaman pangan : padi gogo, kedelai, kacang tanah dan ubi jalar. 2. Pembuatan Lubang Tanam
Pengolahan tanah terutama dilakukan di lubang yang akan digunakan untuk menanam bibit durian. Lubang tanam dipersiapkan 1 m x 1 m x 1 m. Saat
Universitas Sumatera Utara

menggali lubang, tanah galian dibagi menjadi dua. Sebelah atas dikumpulkan di kiri lubang, tanah galian sebelah bawah dikumpulkan di kanan lubang. Lubang tanam dibiarkan kering terangin-angin selama ± 1 minggu, lalu lubang tanam ditutup kembali. Tanah galian bagian atas lebih dahulu dimasukkan setelah dicampur pupuk kompos 35 kg/lubang, diikuti oleh tanah bagian bawah yang telah dicampur 35 kg pupuk kandang dan 1 kg fospat. Untuk menghindari gangguan rayap, semut dan hama lainnya dapat dicampurkan insektisida butiran seperti Furadan 3 G. Selanjutnya lubang tanam diisi penuh sampai tampak membukit setinggi 20-30 cm dari permukaan tanah. Tanah tidak perlu dipadatkan, penutupan lubang sebaiknya dilakukan 7-15 hari sebelum penanaman bibit. 3. Cara Penanaman
Bibit yang akan ditanam di lapangan sebaiknya tumbuh 75-150 cm, kondisinya sehat, pertumbuhan bagus, yang tercermin dari batang yang kokoh dan perakaran yang banyak serta kuat. Lubang tanam yang tertutup tanah digali kembali dengan ukuran yang lebih kecil, sebesar gumpalan tanah yang membungkus akar bibit durian. Setelah lubang tersedia, dilakukan penanaman dengan cara sebagai berikut : a. Polybag/pembungkus bibit dilepas (sisinya digunting/diiris hati-hati) b. Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam sampai batas leher c. Lubang ditutup dengan tanah galian. Pada sisi tanaman diberi ajir agar
pertumbuhan tanaman tegak ke atas sesuai arah ajir. d. Pangkal bibit ditutup rumput/jerami kering sebagai mulsa, lalu disiram air. e. Di atas bibit dapat dibangun naungan dari rumbia atau bahan lain.
Naungan ini sebagai pelindung agar tanaman tidak layu atau kering
Universitas Sumatera Utara

tersengat sinar matahari secara langsung. 4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penjarangan dan Penyulaman Penjarangan buah bertujuan untuk mencegah kematian durian agar tidak
menghabiskan energinya untuk proses pembuahan. Penjarangan berpengaruhterhadap kelangsungan hidup, rasa buah, ukuran buah dan frekuensi pembuahan setiap tahunnya. Penjarangan dilakukan bersamaan dengan proses pengguguran bunga, begitu gugur bunga selesai, besoknya harus dilakukan penjarangan (tidak boleh ditundatunda). Penjarangan dapat dilakukan dengan menyemprotkan hormon tertentu (Auxin A), pada saat bunga atau bakal buah baru berumur sebulan. Pada saat itu sebagian bunga sudah terbuka dan sudah dibuahi. Ketika hormon disemprotkan, bunga yang telah dibuahi akan tetap meneruskan pembuahannya sedangkan bunga yang belum sempat dibuahi akan mati dengan sendirinya. Jumlah buah durian yang dijarangkan ± 50-60% dari seluruh buah yang ada.
b. Penyiangan Untuk menghindari persaingan antar tanaman dan rumput di sekeliling
selama pertumbuhan, perlu dilakukan penyiangan (± diameter 1 m dari pohon durian).
c. Pemangkasan/Perempelan 1) Akar durian Pemotongan akar akan menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman
sampai 40% selama ± 1 musim. Selama itu pula tanaman tidak dipangkas. Pemangkasan akar selain membuat tanaman menjadi cepat berbuah juga
Universitas Sumatera Utara

meningkatkan kualitas buah, menarik, buah lebih keras dan lebih tahan lama. Waktu pemotongan akar paling baik pada saat tanaman mulai berbunga, paling lambat 2 minggu setelah berbunga. Jika dilakukan melewati batas, hasil panen berkurang dan pertumbuhan terhambat. Cara pemotongan: kedua sisi barisan tanaman durian diiris sedalam 60-90 cm dan sejauh 1,5-2 meter dari pangkal batang.
2) Peremajaan Tanaman yang sudah tua dan kurang produktif perlu diremajakan. Tanaman durian tidak harus dibongkar sampai ke akar-akarnya, tetapi cukup dilakukan pemangkasan. Luka pangkasan dibuat miring supaya air hujan tidak tertahan.Untuk mencegah terjadinya infeksi batang, bekas luka tersebut dapat diolesi meni atau ditempeli lilin parafin. Setelah 2-3 minggu dilakukan pemangkasan (di musim hujan) maka pada batang tersebut akan tumbuh tunastunas baru. Setelah tunas baru mencapai 2 bulan, tunas tersebut dapat diokulasi. Cara okulasi cabang sama dengan cara okulasi tanaman muda (bibit). Tinggi okulasi dari tanah ± 1 - 1,5 m atau 2 - 2,5 m tergantung pada pemotongan batang pokok. Pemotongan batang pokok tidak boleh terlalu dekat dengan tanah. 3) Pembentukan tanaman yang terlanjur tua Dahan-dahan yang akan dibentuk tidak usah dililiti kawat, tetapi cukup dibanduli atau ditarik dan dipaksa ke bawah agar pertumbuhan tanaman tidak mengarah ke atas. Cabang yang akan dibentuk dibalut dengan kalep agar dahan tersebut tidak terluka. Balutan kalep tadi diberi tali, kemudian ditarik dan diikat dengan pasak. Dengan demikian, dahan yang tadinya tumbuh tegak ke atas akan tumbuh ke bawah mengarah horizontal.
Universitas Sumatera Utara

d. Pemupukan Sebelum melakukan pemupukan kita melihat kondisi tanah, kebutuhan
tanah, dan unsur hara yang terkandung di dalam tanah tersebut. 1) Cara memupuk Pada tahap awal buatlah selokan melingkari tanaman. Garis tengah
selokan disesuaikan dengan lebarnya tajuk pohon. Kedalaman selokan dibuat 2030 cm. Tanah cangkulan disisihkan di pinggirnya. Sesudah pupuk disebarkan secara merata ke dalam selokan, tanah tadi dikembalikan untuk menutup selokan. Setelah itu tanah diratakan kembali, bila tanah dalam keadaan kering segera lakukan penyiraman.
2) Jenis dan dosis pemupukan Jenis pupuk yang digunakan untuk memupuk durian adalah pupuk kandang, kompos, pupuk hijau serta pupuk buatan. Pemupukan yang tepat dapat membuat tanaman tumbuh subur. Setelah tiga bulan ditanam, durian membutuhkan pemupukan susulan NPK (15:15:15) 200 gr perpohon. Selanjutnya, pemupukan susulan dengan NPK itu dilakukan rutin setiap empat bulan sekali sampai tanaman berumur tiga tahun. Setahun sekali tanaman dipupuk dengan pupuk organik kompos/pupuk kandang 60-100 kg per pohon pada musim kemarau. Pemupukan dilakukan dengan cara menggali lubang mengelilingi batang bawah di bawah mahkota tajuk paling luar dari tanaman. Tanaman durian yang telah berumur = 3 tahun biasanya mulai membentuk batang dan tajuk. Setelah itu, setiap tahun durian membutuhkan tambahan 20–25% pupuk NPK dari dosis sebelumnya. Apabila pada tahun ke-3, durian diberi pupuk 500 gram NPK per pohon maka pada tahun ke-4 dosisnya menjadi 600-625 gram NPK per pohon.
Universitas Sumatera Utara

Kebutuhan pupuk kandang juga meningkat, berkisar antara 120-200 kg/pohon menjelang berbunga durian membutuhkan NPK 10:30:10. Pupuk ini ditebarkan pada saat tanaman selesai membentuk tunas baru (menjelang tanaman akan berbunga).
e. Pengairan dan Penyiraman Durian membutuhkan banyak air pada pertumbuhannya, tapi tanah tidak
boleh tergenang terlalu lama atau sampai terlalu basah. Bibit durian yang baru ditanam membutuhkan penyiraman satu kali sehari, terutama kalau bibit ditanam pada musim kemarau. Setelah tanaman berumur satu bulan, air tanaman dapat dikurangi sekitar tiga kali seminggu. Durian yang dikebunkan dengan skala luas mutlak membutuhkan tersedianya sumber air yang cukup. Dalam pengairan perlu dibuatkan saluran air drainase untuk menghindari air menggenangi bedengan tanaman.
f. Waktu Penyemprotan Pestisida Untuk mendapatkan pertumbuhan bibit tanaman yang baik, setiap 2
minggu sekali bibit disemprot zat pengatur tumbuh Atonik dengan dosis 1 cc/liter air dan ditambah dengan Metalik dengan dosis 0,5 cc/liter air. Hal ini dilakukan untuk merangsang pertumbuhan tanaman agar lebih sempurna. Jenis insektisida yang digunakan adalah Basudin yang disemprot sesuai aturan yang ditetapkan dan berguna untuk pencegahan serangga. Untuk cendawan cukup melaburi batang dengan fungisida (contohnya Dithane atau Antracol) agar sehat. Lebih baik bila pada saat melakukan penanaman, batang durian dilaburi oleh fungisida tersebut.
g. Pemeliharan Lain
Universitas Sumatera Utara

Pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) berfungsi mempengaruhi jaringanjaringan pada berbagai organ tanaman. Zat ini sama sekali tidak memberikan unsur tambahan hara pada tanaman. ZPT dapat membuat tanaman menjadi lemah sehingga penggunannya harus disesuaikan dengan petunjuk pemakaian yang tertera pada label yang ada dalam kemasan, sebab pemakaian ZPT ini hanya dicampurkan saja. 5. Ciri dan Umur Panen
Pada umur sekitar 8 tahun, tanaman durian sudah mulai berbunga. Musim berbunga jatuh pada waktu kemarau, yakni bulan Juni-September sehingga bulan Oktober-Februari buah sudah dewasa dan siap dipetik. Panen durian diusahakan sebelum musim hujan tiba karena air hujan dapat merusak kualitas buah. Warna durian yang hampir masak agak berbeda-beda tergantung pada kultivarnya. Buah yang sudah masak umumnya ditandai dengan bau harum yang menyengat. Pada durian yang sudah masak bila diketuk duri atau buahnya akan terdengar dentang udara antara isi dan kulitnya. 6. Cara Panen
Buah durian yang sudah matang akan jatuh sendiri. Untuk menjaga agar buah tidak langsung jatuh, kira-kira sebulan sebelum matang buah dapat diikat dengan tali plastik. Tujuan pengikatan tersebut agar tangkai buah yang terlepas dari batang atau ranting pohon tetap menggantung pada tali sehingga buah durian tersebut dapat diambil dalam keadaan utuh. Buah durian dari pohon rendah dapat dipetik dengan menggunakan pisau tajam. Tangkai buah dipotong mulai dari bagian paling atas, ± 1,5 cm dari dahan. Pemotongan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati karena di tempat ini terdapat bahan tunas yang akan berbunga pada
Universitas Sumatera Utara

musim berikutnya. Buah durian yang terletak pada bagian pohon yang tinggi sebaiknya dipetik dengan menggunakan alat bantu yang sesuai agar tidak jatuh ke tanah. Durian yang jatuh ke tanah biasanya retak, daging buahnya menjadi asam/pahit karena terjadi fermentasi pembentukan alkohol dan asam (LIPTAN, 1993). Analisis Kelayakan Ekonomi
Menurut kasmir dan Jakfar (2008), pengertian analisis kelayakan adalah penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.
Selanjutnya kasmir dan Jakfar (2008) menjelaskan bahwa kelayakan finansial adalah untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh pendapatan serta besarnya biaya yang dikeluarkan. Dari sini akan terlihat pengembalian uang yang ditanamkan seberapa lama akan kembali.
Beberapa kriteria yang digunakan dalam menilai kelayakan suatu proyek antara lain: a. Net present value (NPV) merupakan perbedaan antara nilai sekarang (present
value) dari manfaat dan biaya. Nilai bersih atau yang biasa dikenal dengan net present value adalah metode untuk menghitung selisih antara nilai sekarang dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan10 penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Tingkat bunga tersebut dapat diperoleh dengan mempergunakan tingkat bunga pinjaman jagka panjang yang berlaku di pasar
Universitas Sumatera Utara

modal atau dengan mempergunakan tingkat bunga pinjaman jangka panjang yang harus dibayar pemilik proyek. b. Internal rate of return (IRR) merupakan tingkat pengembalian modal investasi yang digunakan. IRR dinyatakan dalam persen pertahun. IRR adalah tingkat suku bunga yang bilamana dipergunakan untuk mendiskontokan seluruh kas masuk pada tahun-tahun operasi proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan investasi proyek. Pada dasarnya IRR menggambarkan persentase laba nyata yang dihasilkan proyek. IRR adalah nilai discount rate social yang membuat NPV proyek sama dengan nol. c. Net benefit cost ratio (net B/C) merupakan angka perbandingan arus benefit (manfaat dan keuntungan) bersih dan positif (laba) terhadap benefit bersih negatif (rugi). d. Pay back periode (PBP) adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan arus kas. Pay back periode (PBP) menunjukkan berapa lama modal ini dipandang dari arus kas masuk (cash in flow). Purposive Sampling
Purposive Sampling dapat diartikan sebagai pengambilan sampel berdasarkan kesengajaan, maka pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri atau sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri atau sifat populasi yang telah diketahui sebelumnya.
Nasution (2003) menyebutkan Purposive sampling merupakan pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan penelitinya saja yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel
Universitas Sumatera Utara

yang diambil. Snowball Sampling
Snowball Sampling merupakan metode pengambilan sampel dengan cara berantai (multi level) dan dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan sistem jaringan responden. Mulai dari mewawancarai satu responden kemudian responden tersebut akan menunjukkan responden lain dan responden lain tersebut akan menunjuk responden berikutnya (Globalstat, 2011)
Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lau Bagot, Kecamatan Tiga Lingga,
Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara Purposive Sampling atau sengaja berdasarkan pertimbangan peneliti, dimana desa ini merupakan salah satu lokasi pusat penghasil durian di Kabupaten Dairi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah kamera digital sebagai alat dokumentasi objek penelitian, laptop sebagai alat bantu dalam pengolahan data dan alat tulis lainnya. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta wilayah Desa Lau Bagot, Kecamatan Tiga Lingga, Kabupaten Dairi, kuesioner untuk mengumpulkan data primer. Laporan hasil penelitian terdahulu dan berbagai pustaka penunjang lainnya. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang terdiri atas data kualitatif dan data kuantitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan masyarakat yang membudidayakan durian menggunakan bantuan kuesioner yang telah dipersiapkan. Data sekunder diperoleh melalui proses membaca, mempelajari, dan mengambil keterangan yang diperlukan dari buku-buku atau laporan penelitian terdahulu, serta sumber-sumber data lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas seperti data statistik yang dapat diperoleh dari instansi tertentu.
Universitas Sumatera Utara

Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Analisis secara kuantitatif dilakukan dengan menghitung kelayakan pengembangan usaha dari teknik budidaya dan aspek finansialnya. Hal yang dilakukan berkenaan dengan aspek finansial yaitu dengan menghitung Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), Net B/C ratio, Payback Periode (PBP), analisis kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan hasil wawancara dengan bantuan kuesioner. Metode Analisis Data
Analisis pola budidaya Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pola budidaya durian yang
digunakan oleh masyarakat, dimulai dari proses pembibitan sampai proses pemanenan dengan menggunakan snowball sampling. Data yang diperoleh dari lapangan dengan bantuan kuesioner akan dianalisis secara deskriptif untuk melihat hasil pola budidaya yang dilakukan oleh masyarakat di desa tersebut.

Pembibitan

Media T

Teknik P

Pemanenan

Pemeliharaan

Pengendalian Hama dan Penyakit
Gambar 1. Skema Pola Budidaya tanaman

Universitas Sumatera Utara

Analisis kelayakan ekonomi

Analisis kelayakan ekonomi dilakukan untuk mengetahui tingkat

kelayakan suatu usaha, yang dilihat berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria

kelayakan usaha yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : Net Present

Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), Net B/C ratio, dan Payback Periode

(PBP).

1) Net present value



=



=0

(1

+ )

Keterangan :

At = Aliran kas pada periode t

n = Periode/tahun terakhir aliran kas

k = Suku Bunga

Dengan kriteria:

1) Nilai NPV dalam suatu proyek didapatkan nilai lebih besar dari pada nol,

berarti proyek dapat menghasilkan keuntungan.

2) Apabila nilai NPV yang dihasilkan sama dengan nol, berarti proyek

tersebut akan mengembalikan biaya sebesar opportunity cost faktor

produksi modal.

3) Apabila nilai NPV yang dihasilkan kurang dari nol berarti proyek tersebut

tidak dapat menghasilkan keuntungan.

2) Internal rate of return (IRR)



=

1



1(2 − 1) 2 − 1)

Universitas Sumatera Utara

Keterangan:

NPV1 = NPV positif pada tingkat suku bunga i1

NPV2 = NPV negatif pada tingkat suku bunga i2

i1 = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV positif

i2 = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negatif

Dengan kriteria:

1) Apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku berarti

usaha dapat dilanjutkan.

2) Jika nilai IRR kurang dari tingkat suku bunga yang berlaku berarti usaha

tidak dapat dijalankan.

c. Net benefit cost ratio



=



=0

(1

− −

)

Keterangan:

Bt = Penerimaan total bruto pada tahun ke-t

Ct = Biaya total bruto pada tahun ke-t

i = Tingkat suku bunga pada tahun pada periode ke-i

t = Periode investasi (t = 0, 1, 2,...n)

Dengan kriteria :

1) Jika net B/C lebih besar atau sama dengan satu maka proyek layak

dijalankan.

2) Jika net B/C lebih kecil dari 1 maka proyek tidak layak.

Universitas Sumatera Utara

d. Payback Periode (PBP)



=



Analisis faktor penyebab penurunan produksi

Data-data yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara (deep

interview) dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui persepsi masyarakat Desa

Lau Bagot terhadap faktor penyebab menurunnya produksi durian, jumlah

responden yang diambil adalah 10% yaitu 60 KK. Metode deskriptif ini

digunakan untuk mengetahui dan menganalisis data yang terkumpul dari hasil

kuesioner, wawancara mendalam, observasi dan studi pustaka (Nazir, 2005).

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian Letak dan luas wilayah
Secara administratif Desa Lau Bagot dengan luas wilayah 6 km2, terletak di Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara yang berada pada ketinggian 500 sampai 700 mdpl. Secara astronomis desa ini terletak antara 98000 – 98030 Lintang Utara dan 2015 - 3000 Bujur Timur. Tingkat kepadatan penduduk di desa ini yaitu 349 Jiwa/Km2 dengan rata-rata anggota rumah tangga adalah 4 orang. Desa Lau Bagot terdiri atas 6 dusun yaitu Huta Kelep, Barisan Tigor, Kuta Bunga, Tanjung Selamat, Kampung Jawa Bawah dan Lingga Julu. Desa Lau Bagot dihuni oleh masyarakat dengan berbagai suku, yaitu Batak Toba, Karo, Pak-pak, Simalungun dan Jawa.
Batas administrasi wilayah Desa Lau Bagot berbatasan dengan a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lau Sireme b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Palding c. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Labilulus d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukandebi
Keadaan sosial ekonomi Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Tigalingga menyatakan bahwa
luas Desa Lau Bagot adalah 6 Km2 yang terdiri atas Tanah Sawah, Tanah Kering, Bangunan/Pekarangan dan lainnya. Pola penggunaan lahan di Desa Lau Bagot dapat dilihat pada Tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Keadaan tata guna lahan Desa Lau Bagot tahun 2012

No Jenis penggunaan lahan

Luas lahan (Ha)

1 Tanah Sawah

60

2 Tanah Kering

479

3 Bangunan/Pekarangan

36

4 Lainnya

25

Total

600

Sumber : BPS Sumatera Utara, Kecamatan Tigalingga dalam angka, 2012

Persentase (%) 10,00 79,83 6,00 4,17 100,00

Berdasarkan Tabel 1 dap