Analisis Foto Berita Di Harian Pagi Bandung Ekspres Di Tinjau Dari Kriteria Kaidah Foto Jurnalistik

(1)

Dian Prasetyo NIM: 41806090

Pembimbing: Rismawaty, S.Sos., M.Si

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari segi kriteria kaidah foto jurnalistik. Analisis Foto Berita Di Harian Pagi Bandung Ekspres bagi khalayak pembaca khususnya masyarakat memberikan tambahan pengetahuan mengenai foto-foto berita terbaru dan foto-foto berita yang penting bagi mereka, hal ini dikarenakan masyarakat dituntut untuk mempunyai wawasan yang luas.

Tipe penelitian adalah kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Sedangkan teknik pengumpulan data ialah wawancara, studi pustaka dan Internet Searching. Teknik sampling yang digunakan ialah pengambilan sampel dengan menggunakan melakukan uji statistik yang diterapkan pada penelitian ini digunakan untuk mengukur tingkat kesepakatan pelaku koding dalam menghitung uji reliabilitas. . Hasil penelitian menunjukan frekuensi Aktual pada foto berita halaman depan Harian Pagi Bandung Ekspres adalah sebesar 96,8 %, Faktual pada foto berita halaman depan Harian Pagi Bandung Ekspres adalah sebesar 100 %, Informatif pada foto berita halaman depan Harian Pagi Bandung Ekspres adalah sebesar 100 %, Misi pada foto berita halaman depan Harian Pagi Bandung Ekspres adalah sebesar 90,9 %, Gema pada foto berita halaman depan Harian Pagi Bandung Ekspres adalah sebesar 92,4 %, Atraktif pada foto berita halaman depan Harian Pagi Bandung Ekspres adalah sebesar 92,4 %, Sehingga secara umum Analisis Foto Berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau Dari Kriteria Kaidah Foto Jurnalistik layak ditampilkan secara umum kepada khalayak karena mempunyai korelasi yang sangat tinggi terhadap kriteria kaidah foto jurnalistik.

Kesimpulan, bahwa adanya pengaruh yang sangat tinggi pada foto berita halaman depan Harian Pagi Bandung Ekspres di tinjau Dari kriteria kaidah foto jurnalistik.

Saran peneliti setelah melaksanakan penelitian ini sebaiknya lebih dapat memahami mengenai foto berita yang sesuai dengan kaidah foto jurnalistik, agar foto dalam pemberitaannya lebih mempermudah khalayak untuk mengerti akan sebuah informasi melalui foto.


(2)

Dian Prasetyo NIM: 41806090

Guidance: Rismawaty S.Sos, M.Si.

The point of this research is to analyzing news photo at daily news Bandung Ekspres observed from principle criteria photo journalism. Analyzing news photo at daily news Bandung Ekspres for reader specifically for society give additional knowledge about news photographic nowaday and the important news photographic, this because the society demanded to be have a wide insight. This research use the quantitative methode with descriptive methode. This research use interview, literatural study and internet searching methode for gathering the data. The sampling technique is use statistical test applied to measuring agreement level by coder in counting reability test.

The result of this research shows actual frequent on the daily news

Bandung Ekspres front page’s news photo at 96,8 %, the factual of the daily

news Bandung Ekspres front page’s news photo is at 100 %, the informational

of the daily news Bandung Ekspres front page’s news photo is at 100 %, the

mission of the daily news Bandung Ekspres front page’s news photo is at 90,9

%, the echo of the daily news Bandung Ekspres front page’s news photo is at

92,4 %, the attractivity of the daily news Bandung Ekspres front page’s news

photo is at 92,4 %. Generally news photo at daily news Bandung Ekspres observed from principle criteria photo journalism is suitable to be presented for society, this because had a high correlation concerned to the principle criteria photo journalism.

The conclusion, is there is a high influence on the news photo at daily news Bandung Ekspres observed from principle criteria photo journalism.

The researcher suggestion after the research completed is hope that daily news Bandung Ekspres grews and more reliable about the principle criteria photo journalism there for will make the reader easier to accept an information through a photo journalism.


(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Melalui informasi kita dapat mengembangkan kepercayaan pada masyarakat akan pentingnya sebuah berita. Atau informasi, karena pada saat sekarang ini berita merupakan suatu keperluan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Kebutuhan manusia akan informasi, baik populer dan ilmiah, yang dibawa oleh kehausan akan ilmu pengetahuan dan pengalaman, menyebabkan bahwa jurnalisme tidak memiliki batas-batas lagi, hanya garis-garis pemisah dalam golongan peminat dan profesi. Seluruh pemenuhan kebutuhan manusia akan informasi yang berupa visual apapun sifat dan karakteristiknya dapat diartikan jurnalisme.

Komunikasi adalah sebuah proses interaksi untuk berhubungan dari satu pihak ke pihak lainnya, yang pada awalnya berlangsung sangat sederhana dimulai dengan sejumlah ide-ide yang abstrak atau pikiran dalam otak seseorang untuk mencari data atau menyampaikan informasi yang kemudian dikemas menjadi sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan secara langsung maupun tidak langsung menggunakan bahasa berbentuk kode visual, kode suara, atau kode tulisan.

Komunikasi massa, dalam segala bentuknya, tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan manusia sehari-hari. Pers sebagai salah satu perwujudan komunikasi massa, lahir dari adanya kebutuhan akan berita dan informasi.


(4)

Komunikasi massa merupakan salah satu domain komunikasi manusia yang telah banyak mengalami kemajuan yang pesat sejak bentuk-bentuk awalnya.

“Komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar majalah, film, buku, dan pita. (Effendy, 1984 : 21).

Sedangkan pengertian dari berita itu sendiri adalah laporan peristiwa yang bernilai jurnalistik atau memiliki nilai berita (news values) aktual, faktual, penting, dan menarik. Suatu berita dapat diinformasikan melalui suatu tulisan dan biasanya disebarkan melalui media massa. Akan tetapi dilihat pada perkembangan informasi di media massa khususnya surat kabar, masyarakat terkadang malas untuk membaca berita dalam bentuk tulisan, oleh karena itu dalam suatu surat kabar selalu disertai dengan sebuah foto. karena dengan melihat foto pun orang dapat menilai apa yang terjadi atau apa makna yang ada dalam foto tersebut. Karena suatu foto dalam surat kabar sudah bisa menceritakan sebuah berita.

Pengertian foto itu sendiri yaitu gambar yang dihasilkan dengan menangkap cahaya pada medium yang telah dilapisi bahan kimia peka cahaya atau sensor digital (kombinasi dari foto yang berarti cahaya, dan

graph yang berarti catatan, tulisan, atau lukisan). Pada level wujud, foto

memang sebuah gambar, sebuah penyerupaan yang dihasilkan lewat proses yang dinamakan fotografi. Namun pada definisi paling dasar ini pun, tersimpan persoalan. Ada banyak jenis gambar yang dapat digolongkan sebagai foto. Salah satunya dalam hal ini yaitu foto berita.


(5)

Pada dasarnya semua foto yang dimuat di media massa disebut sebagai foto jurnalistik, termasuk foto-foto peristiwa yang tampil di media maya seperti internet. Artinya semua produk foto yang mempunyai nilai berita bisa disebut sebagai foto jurnalistik. Namun dalam perkembangannya, kebutuhan foto jurnalistik tidak berhenti untuk kepentingan pemberitaan. Produk foto bernilai berita kini juga tampil dalam pameran-pameran foto atau lomba foto.

Foto berita merupakan unsur pendukung dalam media massa. Kehadiran foto di media massa bisa jadi sebagai penghias halaman surat kabar, bisa juga sebagai bahan informasi penegasan kebenaran. Dan merupakan senjata ampuh untuk menyakinkan pembaca, atau pemirsa.

Fungsi fotografi dalam surat kabar, selain memperindah halaman, juga sebagai pelengkap unsur berita tulis itu sendiri, lebih jauh dijelaskan fungsi foto atau gambar dalam surat kabar adalah:

1. Gambar atau foto memiliki daya kekuatan dalam dua segi; yaitu segi daya penarik dan segi pentingnya, sama halnya dengan kedudukan berita yang dibuat dengan baik.

2. Foto dapat digunakan sebagai pemisah antara dua berita terhangat yang ditempatkan paling atas. Jalan itu ditempuh agar tidak terdapat gambaran seolah-olah kedua berita. Penting itu merupakan dua batu nisan yang tiada bergairah sama sekali. Bila hal ini sampai terjadi, maka antara kedua berita yang ditempatkan di atas tadi akan saling


(6)

berebutan pengaruh yang akan memberikan kesan kurang baik bagi para pembaca.

3. Gambar atau foto juga merupakan penolong bagi surat kabar dari kesuraman bentuk atau rias muka. Sehingga dengan memuat gambar atau foto, maka halaman muka surat kabar menjadi segar dan menarik.

4. Gambar atau foto juga merupakan pembantu dalam menciptakan bimbingan atau petunjuk bagi pandangan mata pembaca. Bila melihat barang cetakan, mata cenderung untuk melihat terlebih dahulu bidang-bidang yang tampaknya lebih hitam atau putih yang berbeda dengan cetakan atau bidang-bidang lainnya. Seandainya pada halaman surat kabar dipasang gambar atau foto, maka itu akan tampak lebih hitam atau putih dari bidang-bidang lainnya. Ini berarti gambar atau foto akan membimbing mata pembaca ke arahnya.(1)

Kajian foto berita dalam hal media surat kabar, sangatlah penting sekali karena foto berita adalah sebuah foto yang menggambarkan salah satu peristiwa yang ada real terjadi, tentu saja banyak hal yang harus diperhatikan dalam membuat sebuah foto berita. Foto berita mempunyai sifat tersendiri, dimana suatu foto berita harus memiliki sifat Foto seperti berita tulis bahwa berita itu disajikan dalam bentuk foto dan dengan kriteria foto berita yang seharusnya singkat dan jelas dan mempunyai komposisi yang lebih objektif serta akurat dalam sebuah pemotretan atau pengambilan sebuah peristiwa.

(1)


(7)

Foto berita dapat diambil berdasarkan subyek foto berita tersebut dimana salah satu subyek sebagai foto berita adalah tokoh yang dimaksud dengan tokoh disini bukan saja seseorang dengan status sosial, melainkan dengan pengertian sosok manusia pada umumnya yang kita jadikan subjek penulisan selain itu tempat merupakan subjek dalam foto berita dan tempat bisa berupa rumah, lingkungan, kota, desa, Peristiwa aneka ragam kejadian yang bentuknya tidak terjadi dua kali dalam bentuk serupa itu juga termasuk kedalam sebuah subyek foto berita dan tokoh di suatu tempat dalam suatu Peristiwa (gabungan dari jenis subjek yang sebelumnya).

Pada Penelitian kali ini peneliti meneliti Analisis foto yang ada pada halaman depan Harian Bandung ekspres di tinjau dari kriteria kaidah foto jurnalistik, Foto jurnalistik adalah jenis foto yang digolongkan sebagai foto yang bertujuan dalam pemotretannya karena keinginan bercerita kepada orang lain, memberikan informasi tentang suatu peristiwa dalam bentuk visual gambar (berupa hasil karya foto). Jadi foto jenis ini kepentingan utamanya adalah keinginan dalam menyampaikan pesan (massage) visual pada orang lain dengan maksud agar orang yang melihat melakukan sesuatu tindakan psikis maupun psikologis atas karya yang disajikan.

Tak hanya berita. Tidak sedikit, sajinan foto jurnalistik yang dimuat di sebuah Harian Pagi Bandung Ekspres langsung mendapat respon dari sebuah isntitusi, lembaga pemerintahan. Misalnya foto tentang tata lingkungan di Kota Bandung, kubangan berbahaya, langsung mendapat respon dari Pemerintah Kota setelah foto-foto itu dimuat di Harian Pagi Bandung


(8)

Ekspres. karena selain sebagai alat komunikasi, foto jurnalistik yang dimuat juga dapat dijadikan sebagai alat kritik sosial.

Foto jurnalistik dapat juga disebut foto yang mampu menyentuh perasaan orang yang melihat meskipun tanpa dilengkapi teks. Foto jurnalistik mudah membangkitkan daya fikir, analisis, dan solidaritas masyarakat.

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa pada awalnya foto jurnalistik hanyalah sebagai foto pendukung sebuah penerbitan saja. Namun dalam perkembangannya foto jurnalistik tak lagi sebagai foto pelengkap. Tetapi foto jurnalistik berkembang pesat dan mampu menjadi sebuah foto berita secara mandiri tersendiri, yang mampu menghebohkan dunia.

Dan kini foto jurnalistik tidak lagi hanya sebagai ilustrasi (penglengkap) sebuah naskah berita di dalam sebuah penerbitan saja. Khususnya dalam penelitian ini yaitu di Harian Pagi Bandung Ekspres Foto berita menjadi syarat penting untuk selalu ditampilkan di dalam setiap rubriknya.

Berikut adalah contoh foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres yang memenuhi salah satu kriteria kaidah foto jurnalistik berita secara umum, pada edisi Sabtu, 29 Mei 2010.


(9)

Gambar 1.1

Sumber: Harian Pagi Bandung Ekspres

Foto yang termuat pada halaman depan Harian Pagi Bandung Ekspres bukan saja fokus terhadap suatu objek, akan tetapi foto menceritakan sebuah peristiwa yang terjadi karena foto adalah faktor pendukung di dalam sebuah kriteria kaidah foto jurnalistik. Harian Pagi Bandung Ekspres memuat sebuah foto berdasarkan untuk penyampaian sebuah pesan kepada khalayak.

Foto jurnalistik yang baik tidak hanya sekedar fokus secara teknis, namun juga fokus secara cerita. Fokus dengan teknis adalah gambar mengandung tajam dan kekaburan yang beralasan. Ini dalam artian memenuhi syarat atau kriteria secara teknis fotografi. Fokus secara cerita, kesan, pesan dan misi yang akan disampaikan kepada pembaca mudah dimengerti dan dipahami.

Dalam penelitian ini kriteria foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres yang ditinjau dari kaidah foto jurnalistik menggunakan rumusan dari kelompok kerja PWI bidang Foto Jurnalistik yang menilai sebuah foto


(10)

jurnalistik dilihat dari kuat dan lemahnya sosok penampilan foto berita(1)adalah sebagai berikut:

1. Aktual 2. Faktual 3. Informatif 4. Misi 5. Gema 6. Atraktif

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti mengambil rumusan masalah yaitu ”Sejauhmana analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari kriteria kaidah foto jurnalistik”.

1.2. Identifikasi Masalah

1. Sejauhmana analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari segi aktual?

2. Sejauhmana analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari segi faktual?

3. Sejauhmana analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari segi informatif?

4. Sejauhmana analisis foto berita di harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari segi misi?


(11)

5. Sejauhmana analisis foto berita di harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari segi atraktif?

6. Sejauhmana analisis foto berita di harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari segi gema?

7. Sejauhmana analisis foto berita di harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari segi kriteria kaidah foto jurnalistik?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai sejauhmana analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari kriteria kaidah foto jurnalistik.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari segi aktual.

2. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari segi faktual.

3. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari segi informatif.

4. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari segi misi.

5. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari segi gema.


(12)

6. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari segi atraktif.

7. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari segi kriteria kaidah foto jurnalistik.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini dilakukan dengan maksud agar bermanfaat untuk konsentrasi kajian ilmu jurnalistik dan sebagai bahan referensi untuk penelitian sejenis selanjutnya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Penelitian ini dilakukan dengan maksud manfaat dari hasil yang didapat dapat menjadi sarana pembenahan bagi Harian Pagi Bandung Ekspres sebagai instansi tempat dilakukan penelitian agar dapat menghasilkan suatu foto berita lebih berkualitas dan berguna bagi kalangan masyarakat.

2. Penelitian ini dilakukan dengan maksud agar masyarakat dari berbagai kalangan mengetahui bagaimana sebuah foto berita yang sesuai dengan kriteria kaidah foto jurnalistik.

3. Penelitian ini dilakukan dengan maksud agar hasil yang didapat bermanfaat bagi diri peneliti agar fotografer selalu bersikap netral dalam pengambilan sebuah foto berita. Dan seorang wartawan fotografer adalah mencari suatu kebenaran


(13)

foto yang sesuai dengan kriteria kaidah foto jurnalistik. Serta penelitian ini berguna bagi Nusa dan Bangsa dalam mewujudkan satu kesatuan Nasional

1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teoritis

Dalam penelitian ini kerangka teoritis yang akan digunakan pada kriteria foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres yang ditinjau dari kaidah foto jurnalistik secara umum pada bidang kajian foto jurnalistik adalah sebagai berikut:

1. Aktual, adalah foto berita, dimana suatu pengambilan foto yang merekam suatu kejadian peristiwa yang baru terjadi supaya diusahakan segera untuk dipublikasikan agar tidak mengurangi nilai beritanya. agar berita tersebut tidak basi.

2. Faktual, adalah foto berita yang merekan suatu kejadian berdasarkan kenyataan yang terjadi di lokasi kejadian/ tempat. Dan foto tidak dibuat-buat atau direkayasa. Karena sebuah foto berita itu adalah hal yang berkaitan dengan kejujuran.

3. Informatif, adalah suatu foto berita sedikitnya harus mengandung nilai unsur berita yaitu 5W+1H dan salah satunya adalah who (sipa), dan why (mengapa), dan kelima unsur


(14)

tersebut adalah untuk menambah suatu caption dalam foto berita.

4. Misi, Sasaran yang akan dicapai oleh penyajian foto berita dalam penerbitan, tujuannya bisa mengandung misi kemanusian, merangsang publik memberikan fokus dari tema yang disajikan dari foto berita tersebut.

5. Gema, adalah sejauh mana topik berita menjadi pengetahuan umum, luas cakupan masyarakat mengetahui isu yang diangkat pada foto berita tersebut, yangmempunyai pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari dalam skala masyarakat tertentu. Apakah satu peristiwa atau kejadian cuma bersifat lokal, nasional. regional atau internasional.

6. Aktraktif, adalah tampilan grafis menyangkut foto berita apakah tampil secara mengigit atau mencekam, baik karena komposisi garis atau warna yang begitu terampil maupun ekspresif dari subyek utamanya yang amat dramatis.

Peneliti menggunakan model komunikasi massa agenda setting sebagai landasan teorinya. Model ini memberikan gambaran tentang hubungan yang positif antara penilaian yang diberikan media terhadap suatu persoalan (Rakhmat, 1995:68).


(15)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori komunikasi yang dirumuskan oleh Backer yang ditulis oleh Jalaludin dalam buku “Metode Penelitian Sosial” mengatakan:

Model Agenda Setting merupakan salah satu model teori komunikasi yang merupakan penggembangan dari model Jarum Hipodermik, asumsi dasar model ini membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Karena model ini mengasumsikan adanya hubungan positif antara penilaian yang di berikan oleh media pada suatu persoalan. Singkatnya apa yang dianggap penting olah media, akan dianggap penting juga bagi masyarakat (Jalaluddin, 2000 : 68-69)

Gambar 1.2 Model agenda setting

Variabel Media Massa Variable Antara Variable Efek Variable Efek Lanjutan -Panjang - Sifat

Stimulus

- Pengenalan - Persepsi

-Penonjolan

- Sifat Khalayak

- Saliance - Aksi

- Konflik - Prioritas

Sumber : Jalaluddin, 2000: 71

Dalam buku “Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi” karya Onong Uchjana Effendy mengatakan: Agenda seting model untuk pertama kali ditampilkan oleh M.E Mc. Combs dan D.L. Shaw dalam “Public Opinion Quarterly” terbitan tahun 1972, berjudul “The Agenda-Setting Function of


(16)

Mass Media”. Kedua pakar tersebut mengatakan bahwa “jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting”. (Effendy,2003:287).

Sementara itu Manhein dalam pemikiran tentang konseptualisasi agenda yang potensial untuk memahami proses agenda setting menyatakan bahwa agenda setting meliputi tiga agenda, yaitu agenda media. Agenda khalayak, agenda kebijaksanaan. masing-masing agenda itu mencakup dimensi-dimensi sebagai berikut:

1. Untuk agenda media dimensi-dimensi:

a. Visibility (visibilitas) jumlah dan tingkat menonjolnya berita

b. Audience salience, tingkat menonjol bagi khalayak relevansi isi

berita dengan kebutuhan khalayak

c. Valance (valensi) menyenangkan atau tidak menyenangkan cara

pemberitaan bagi suatu peristiwa.

2. Untuk agenda khalayak, dimensi-dimensi:

a. Familiarty, keakraban derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu.

b. Personal salience, penonjolan pribadi relevansi kepentingan dengan ciri

pribadi.

c. Favorability, kesenangan pertimbangan senang atau tidak senang akan


(17)

3. Untuk agenda kebijaksanaan, dimensi-dimensi:

a. Support (dukungan) kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu

berita tertentu.

b. Likelihood of action (kemungkinan kegiatan) kemungkinan

pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan.

c. Fredom of action (kebebasan bertindak) nilai kegiatan yang

mungkin dilakukan oleh pemerintah. (Effendy, 2003:288-289). Untuk mendukung teori di atas, maka peneliti menggunakan

hypodermic Needle Model. Model Jarum suntik pada dasarnya

adalah aliran satu tahap (one step Flow), yaitu dari media massa langsung kepada khalayak sebagai mass audience. Model ini mengasumsikan media massa secara langsung, cepat dan mempunyai efek yang amat kuat atas mass audience.

Kedua teori yang dikemukakan di atas, secara garis besar menggambarkan tentang tahapan dan tujuan dalam proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa. Agar tujuan itu tercapai.

1.5.2 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, lebih dapat dijelaskan alur yang ada dalam komunikasi serta peneliti menggambarkan kerangka konseptual yang sesuai dengan Teori agenda setting, pesan yang ada disampaikan kepada khalayak pembaca Harian Pagi Bandung Ekspres agar sebuah kepuasan pembaca terhadap suatu berita dapat terpenuhi oleh sebuah foto berita yang ada.


(18)

Sumber pesan berasal dari Harian Pagi bandung Ekspres yang mana dalam berita-berita yang disampaikan dalam bentuk foto selalu terdapat pesan yang disampaikan kepada pembaca agar setelah melihat dan membaca foto berita yang disajikan oleh media, pembaca pembaca akan mengetahui pesan atau informasi apa yang ada dalam foto berita. Dalam teori Agenda setting ini dijelaskan bahwa media mengasumsikan positif terhadap suatu persoalan yang terjadi.

Setiap media massa menyampaikan suatu peristiwa pada khalayak pasti ada efek yang akan di timbulkan baik itu persepsi atau pun aksi setelah mengetahui informasi yang ada dalam media tersebut, maka pihak media harus benar-benar bersikap netral dan positif terhadap kejadian yang terjadi, karena masyarakat akan menganggap benar dan mengikuti apa yang telah disampaikan oleh pihak media

Dalam kerangka konseptual ini apabila rumusan di atas diaplikasikan maka, suatu foto berita yang baik di Harian Pagi Bandung Ekspres dapat dilihat dari aktual tidaknya foto berita tersebut karena, hal itu dapat menarik minat masyarakat untuk membaca foto berita yang disajikan. Selain itu foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres juga ditentukan menurut faktualnya yaitu Subyek foto tidak dibuat-buat atau dalam pengertian diatur


(19)

sedemikian rupa. Rekaman peristiwa terjadi spontan sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya, karena ini berkaitan dengan suatu kejujuran.

Foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres akan sesuai dengan kaidah foto jurnalistik apabila memiliki nilai informatif yaitu Foto mampu tampil dan dalam lebatan yang dapat ditangkap apa yang ingin diceritakan di situ, tanpa harus dibebani oleh sekeranjang kata. Pengertian informatif bagi tiap foto perlu ukuran khas. Sedikit berbeda dengan sebuah penulisan yang menuntut unsur 5W + 1H dalam suatu paket yang kompak, maka dalam sebuah foto jurnalistik minimal unsur who (siapa), why (mengapa) jika itu menyangkut tokoh dalam sebuah peristiwa. Dan keterangan selanjutnya untuk melengkapi unsur 5W + 1H (sebagai pelengkap informasi) ditulis pada keterangan foto (caption).

Harian Pagi Bandung Ekspres juga menampilkan foto berita yang sesuai dengan kaidah foto jurnalistik yaitu memiliki nilai gema dan atraktif. Dimana gema adalah sejauh mana topik berita berita menjadi pengetahuan umum, dan punya pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari dalam skala tertentu. Apakah satu peristiwa atau kejadian cuma bersifat lokal, nasional. regional atau internasional. Sedangkan atraktif yaitu menyangkut sosok grafis foto itu sendiri yang mampu tampil secara mengigit atau


(20)

mencekam, baik karena komposisi garis atau warna yang begitu terampil maupun ekspresif dari subyek utamanya yang amat dramatis.

1.6. Kontruksi Kategori

Table 1.1

Konstruksi Kategori

Variabel Sub Konstruk Alat Ukur

Analisis foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres ditinjau dari kriteria kaidah foto jurnalistik”.

Aktual o Termasa

o Nilai foto Berita

Faktual o Kenyataan Foto Berita o Kejujuran Foto Berita

Informatif o Unsur Foto Berita

Misi o Sasaran

o Fokus foto berita

Gema o Pengaruh


(21)

Atraktif o Tampilan o Warna o Garis

1.7. Populasi dan Sampel 1.7.1 Populasi

Populasi menurut Iqbal Hasan dalam bukunya Metode Penelitian dan Aplikasinya adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karateristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Objek atau nilai yang akan diteliti dalam populasi disebut unit analisis atau elemen populasi. unit analisis dapat berupa orang, perusahaan, media, dan sebagainya.

Mengacu pada pengertian populasi di atas, berdasarkan pertimbangan dari pihak Harian Pagi Bandung Ekspres maka yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah foto berita di Harian Pagi Bandung Ekspres foto-foto berita yang termuat di halaman depan Harian Pagi Bandung Ekspres edisi 29 Mei 2010, 1 Juni 2010, 5 Juni 2010, 6 Juni 2010, 10 Juni 2010,11 Juni 2010, 12 Juni 2010, 15 Juni 2010, 18 Juni 2010 yang berjumlah 9 Foto Berita.

1.7.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karateristik tertentu, jelas, dan lengkap yang


(22)

dianggap bisa mewakili populasi. Objek atau nilai yang diteliti dalam sampel disebut unit sampel. Unit sampel mungkin sama dengan unit analisis, tetapi mungkin juga tidak.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling, karena jumlah populasi relatif kecil. Total sampling adalah mengambil semua jumlah populasi untuk dijadikan sampel (Arikunto, 1996 : 122). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah foto-foto berita yang termuat di halaman depan Harian Pagi Bandung Ekspres edisi edisi 29 Mei 2010, 1 Juni 2010, 5 Juni 2010, 6 Juni 2010, 10 Juni 2010, 11 Juni 2010, 12 Juni 2010, 15 Juni 2010, 18 Juni 2010 yang berjumlah 9 Foto Berita. adalah sebagai berikut :

Table 1.2 Sampel

Foto Halaman Depan Harian Pagi Bandung Ekspres No Hari dan Tanggal

Terbit

Foto Berita Jumlah

Foto Berita 1 Sabtu, 29 Mei

2010

NAIK BUS : Wargapun beramai-ramai mendatangi Terminal Leuwipanjang, Bandung, untuk

pelesiran keluar Kota.

1

2 Selasa, 1 Juni 2010

MASIH TRAUMA : Ajeng (terbaring) ditemani keluarganya


(23)

menyaksikan berita dari televisi terkait kecelakaan Nagreg,

kemarin.

3 Sabtu, 5 Juni 2010 BUTUH PERHATIAN : Dua dari bayi kembar empat masih bisa bertahan hidup, namun keduanya harus dirujuk ke RS Borromeous

Kota Bandung, kemarin.

1

4 Minggu, 6 Juni 2010

KERJASAMA : Direktur PT Wahana Semesta Bandung Ekspres

Yanto S Utomo (empat dari kiri) dan Presiden Direktur PT DAM Krisgianto LILIKwarga (lima dari

kiri) saat memperlihatkan trofi Futsal Competition 2010, kemarin

di Gasibu, Bandung.

1

5 Kamis, 10 Juni 2010

KEJAR : Polsek Dayeuhkolot mengamankan empat pelaku geng

motor yang akan menyerangan geng motor lain, Selasa lalu (7/6)

lalu.

1

6 Jum‟at, 11 Juni 2010

DIKOLEKSI PELAJAR : Seorang Guru merazia telepon genggam


(24)

milik siswa SMA 9 Bandung, Kamis (10/6). Razia dilakukan seiring merebaknya video porno mirip Ariel Peterpan, mirip Luna

Maya, Mirip Cut Tari. 7 Sabtu, 12 Juni

2010

NONTON BARENG : Ribuan warga Bandung antusias menyaksikan pertandingan perdana

Piala Dunia 2010 antara Afrika Selatan Versus Meksiko di Lapang

Gasibu Bandung, Jum‟at (11/6) malam.

1

8 Selasa, 15 Juni 2010

SERU JUGA : Sejumlah petugas kamar mayat RSHS Bandung asik menonton pertandingan piala dunia

2010 antara Jerman dan Australia, Senin (14/6) dini hari.

1

9 Jum‟at, 18 Juni 2010

NGGAK TAHU : Nazlin Facridzal saat memberikan keterangan di depan rumah orang tuanya. Kakak

sulung Ariel ini mengatakan, kemarin. Ariel diguna-guna banayak orang yang sirik akan


(25)

kesuksesan kariernya

Total Foto Berita 9

Sumber : Harian Pagi Bandung Ekspres

1.8 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode yang bertujuan melukiskan secara sistematis. Seperti yang dikatakan oleh Jalaludin Rakhmat dalam buku “Metode Penelitian Komunikasi”

“Metode deskriptif, yaitu dengan cara mempelajari masalah-masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu dengan tujuan penelitian yaitu menggambarkan fenomena secara sistematis fakta atau karateristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat”. (Rakhmat, 2005:22)

Adapun teknik penilitian yang digunakan adalah analisis, analisis adalah penelitian terhadap suatu peristiwa untuk diketahui sebab utamanya, duduk perkaranya, atau prosesnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana wartawan Harian Pagi Bandung Ekspres dalam analisis Foto berita ditinjau dari kriteria kaidah foto jurnalistik


(26)

1.9Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud dari mengadakan wawancara itu sendiri, seperti yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985), dikutip dalam Moleong yakni, “untuk mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain” (Moleong, 2007, p. 186).1

Proses wawancara akan dilakukan peneliti pada wartawan foto Harian Pagi Bandung Ekspres dan Redaktur foto Harian Pagi Bandung Ekspres agar memperoleh informasi yang mendalam dalam penelitian ini.

Tabel 1.3

Daftar Koresponden Wawancara

NO NAMA JABATAN

1 Handri Susan Budiman Redaktur Pelaksana Harian Pagi Bandung Ekspres

2 Nanang Sungkawa Redaktur Pelaksana Harian Pagi Bandung Ekspres

3 Armin Abdul Jabbar Fotografer Harian Pagi Bandung Ekspres

4 Evi Herminati Koordinator Pracetak Harian Pagi Bandung Ekspres

1


(27)

Sumber : Harian Pagi Bandung Ekspres

2. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan mencari referensi lewat buku, Harian Pagi Bandung Ekspres, dan sumber lain untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan masalah seputar penelitian.

3.Internet Searching

Yaitu untuk menghasilkan data yang lebih maskimal, peneliti juga memanfatkan dunia maya (internet) dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk penelitian ini.

Metode penelusuran data online adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data-informasi online

yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin, dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. (Bungin, 2007:125)

Untuk memperoleh data secara online ini dilakukan dengan cara

browsing atau megunduh data yang diperlukan dari internet melalui

web site tertentu.

1.10 Teknik Analisis Data

Setelah data-data terkumpul selanjutnya dilakukan proses pengolahan data. Pengolahan data mencakup kegiatan menganalisis data yang


(28)

diperoleh dengan mengkoding dan menyusun dari jawaban-jawaban penelitian.

Analisis isi menurut Guido H. Stempel dalam bukunya Research Method in Mass Communication menyebutkan, analisis isi merupakan system formal untuk melakukan sesuatu yang sering kita lakukan secara formal dengan mengambil dari pengamatan isi. (Guido, 1983:5)

Untuk melakukan analisis isi digunakan empat metologis yang dikemukakan Stempel, yaitu “Pemilihan satuan analisis, konstruksi kategori, penarikan stempel isi dan reliabilitas koding (Stempel, 1983:11)

Mengkode data berarti memberikan kode-kode tertentu kepada masing-masing kategori atau nilai dari setiap variabel yang dikumpulkan datanya. Setelah pengolahan data, berikutnya tinggal menganalisis dan menginterpretasikan data. Setelah semua data dikodekan, selanjutnya data tersebut ditabulasi sesuai dengan susunan sajian data yang dibutuhkan untuk menjawab masing-masing masalah. (Sanapiah, 1989: 33-34).

Table 1.4 Daftar Pengkoding

NO NAMA JABATAN

1 Handri Susan Budiman Redaktur Pelaksana Harian Pagi Bandung Ekspres 2 Armin Abdul Jabbar Fotografer Harian Pagi

Bandung Ekspres 3 Nanang Sungkawa Redaktur Pelaksana Harian

Pagi Bandung Ekspres 4 Dian Prasetyo Mahasiswa Ilmu Komunikasi


(29)

Sementara itu penelitian ini menggunakan teknik analisis isi yang bertujuan untuk mengambil kesimpulan dari pengamatan data. Dalam penelitian ini juga menggunakan simbol koding yang secara luas dengan cara mencatat lambang-lambang atau pesan-pesan secara sistematis untuk kemudian diberikan interpretasi.

Penelitian ini juga didukung analisis yang sifatnya intelektual dan konteksual. Tekstual adalah analisis yang menguntungkan gambar analisisnya dari apa yang tertulis atau tercetak dalam surat kabar yang diteliti. Sedangkan kontekstual adalah sumber analisis yang datanya diambil dari luar sumber tekstual yang sedang diteliti misalnya observasi, wawancara, dan studi pustaka.

Penulis juga melakukan uji statistik yang diterapkan pada penelitian ini digunakan untuk mengukur tingkat kesepakatan pelaku koding dalam menghitung uji reliabilitas.

 Koefisien korelasi person‟s (c) yang digunakan untuk mengukur tingkat kesepakatan koding atau relibilitas koding

Keterangan :

X = Nilai Chi Kuadrat menghitung setiap variable N = Ukuran sampel dalam table


(30)

Sedangkan untuk mengetahui persentase tingkat kesepakatan pengkoding dihitung dengan rumus yang dikemukakan oleh Kriffendorf (1980),

yaitu:

( 1 – c ) x 100% c = Persons‟s Chi Kuadrat

Untuk mengetahui tinggi rendahnya kesepakatan yang terjadi diantara pengkoding, maka penelitian ini menggunakan penafsiran koefisien yang dikemukakan Surakhmad (2004 : 302), yaitu:

0 % - 20 % Korelasi yang rendah sekali 20 % - 40 % Korelasi yang rendah tapi ada 40 % - 70 % Korelasi yang sedang

70 % - 90 % Korelasi yang tinggi 90 % - 100 % Korelasi yang tinggi sekali (Surakhmad, 2004 : 32)

1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1 Lokasi Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di Harian Pagi Bandung Ekspres yang bertempat di Jalan Soekarno Hatta No.627 Bandung Telp (022) 7302838,Fax. (022) 7316634 email redaksi@bandungekspres.com, bdgekspres@gmail.com.


(31)

Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret sampai dengan dengan Juli 2010 dengan tabel sebagai berikut :

Tabel 1.5 Jadwal Penelitian

No Uraian

Febuari 2010 Maret 2010 April 2010 Mei 2010 Juni 2010 Juli 2010

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan - Pengajuan judul - ACC Judul - Bertemu

pembimbing - Penulisan BAB I -Bimbingan

- Seminar UP - Penulisan BAB II - Bimbingan - Penulisan BAB III - Bimbingan 2 Pengumpulan data - Instansi - Wawancara - Bimbingan 3 Pengolahan data - Penulisan BAB IV - Bimbingan 4 Penulisan BAB V Bimbingan 5 Penyusunan skripsi Bimbingan


(32)

2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang sering dilakukan oleh setiap manusia, Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris

Communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari

kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu

makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi

akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu (Effendy, 2002:9).

Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar atau yang salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemamfaatan untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya “Komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik”, atau terlalu luas, misalnya “Komunikasi adalah interaksi antara dua pihak atau lebih sehingga peserta komunikasi memahami pesan yang disampaikannya.


(33)

Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar komunikasi seperti yang di ungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip oleh Effendy dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan Peraktek” ilmu komunikasi adalah: Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampain informasi serta pembentukan

pendapat dan sikap. (Effendy, 2001:10)

Hovland juga menungkapkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan hanya penyampain informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public

attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan

peranan yang amat penting. Tetapi dalam pengertian khusus komunikasi, Hovland mengatakan Komunikasi adalah proses mengubah prilaku orang

lain (communication is the process to modify the behafavior of other

individuals). Jadi dalam berkomunikasi bukan sekedar memberitahu,

tetapi juga berupaya mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan yang diinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atau perilaku orang lain, hal itu bisaterjadi apabila komunikasi yang disampaikanya bersifat komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan harus benar-benar di mengerti dan dipahami oleh komunikan untuk mencapai tujuan komunikasi yang komunikatif.

Menurut Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi kenamaan, dalam karyanya “Communication Research In The United States”.


(34)

Menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of

reference), yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of

expreiences and meanings) yang pernah di peroleh komunikan.

Proses komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan seseorang komunikator kepada komunikan, pesan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain. Dalam prosesnya Mitchall. N. Charmley memperkenalkan 5 (lima) komponen yang melandasi komunikasi, yaitu sebagai berikut :

- Sumber (Source)

- Komunikator (Encoder) - Pertanyaan/Pesan (Message) - Komunikan (Decoder)

- Tujuan (Destination), (Susanto, 1988;31)

Unsur-unsur dari proses komunikasi diatas, merupakan faktor penting dalam komunikasi, bahwa pada setiap unsur tersebut tersebut oleh para ahli komunikasi dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secara khusus. Proses komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu :


(35)

1. Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai suatu system kode verbal.

2. Komunikasi non verbal

Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsang verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. (Mulyana, 2000 : 237)

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi seringkali mengutip paradigma yang ditemukan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The

Structure and Function of Communication in Society. Lasswell

mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjalaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut Who Say What In Whice Channel To Whom Whit What Effec?.


(36)

Jadi menurut paradigma tersebut, Lasswell mengartikan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator melalui media yang menimbulkan efek tertentu. dibawah ini adalah penjelasannya:

Tabel 2.1 Model Lasswel

No Pertanyaan Jawaban

1.

2.

3.

4.

5.

Siapa (Who) ?

Mengatakan apa (Says What) ?

Melalui saluran apa (In Which

Channel) ?

Kepada siapa (To Whom) ?

Dengan efek apa (With What

Effect) ?

Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan.

Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang

Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.

Komunikan : orang yang menerima pesan.

Efek : dampak sebagai pengaruh pesan


(37)

2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada unsur-unsur yang harus di pahami, menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi, bahwa dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:

- Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan; - Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang; - Komunikan : Orang yang menerima pesan;

- Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya;

- Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan. (Effendy, 2002 : 6)


(38)

2.1.3 Sifat Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” menjelaskan dalam berkomunikasi memiliki sifat-sifat adapun beberapa sifat komunikasi tersebut:

1. Tatap muka (face-to-face) 2. Bermedia (Mediated) 3. Verbal (Verbal)

- Lisan (Oral) - Tulisan

4. Non verbal (Non-verbal)

- Gerakan/ isyarat badaniah (gestural) - Bergambar (Pictorial) (Effendy, 2002:7)

Komunikator (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengalaman agar adanya umpan balik (feedback) dari sikomunikan itu sendiri, dalam penyampaian pesan komunikator bisa secara langsung (face-to-face) tanpa mengunakan media apapun, komunikator juga dapat menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan, media tersebut sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya.

Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non verbal. Verbal di bagi ke dalam dua macam yaitu lisan (Oral) dan


(39)

tulisan (Written/printed). Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah (gesturual) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata dan sebagainya, dan menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasannya.

2.1.4 Tujuan Komunikasi

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan berbicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana dalam buku “ Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” mengatakan ada pun beberapa tujuan berkomunikasi:

a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasive bukan memaksakan kehendak.

b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka menginginkan arah ke barat tapi kita memberi jalur ke timur.

c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun


(40)

yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya.

d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti sebagai pejabat ataupun komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau bawahan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan.(Effendy, 1993 : 18)

Jadi secara singkat dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Serta tujuan yang utama adalah agar semua pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh komunikan.

2.1.5 Komunikasi Massa

Untuk membatasi tentang komunikasi massa dan setiap bentuk komunikasi massa memiliki ciri tersendiri. Istilah komunikasi massa sudah tidak asing lagi di dengar oleh masyarakat dan kebanyakan orang berpendapat bahwa komunikasi massa adalah sesuatu yang berhubungan dengan surat kabar, radio, televisi atau film. Banyak pakar komunikasi yang mengartikan komunikasi massa dari berbagai sudut pandang, seperti halnya Onong Uchjana Effendy mengartikan komunikasi massa yaitu komunikasi melalui media massa modern, dan media massa ini adalah surat kabar, radio, film serta televisi. Karena media itulah yang lazim digunakan dalam kegiatan komunikasi massa. Dengan kalimat


(41)

yang lugas Bittner mengatakan, “Mass Communication Is Messages

Communicated Trough A Mass Medium To A Large Number Of People”,

(komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang). (Rahkmat, 1991 : 188)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah salah satu bentuk penyampaian pesan dengan menggunakan media, dan si komunikator hanya menyampaikan pesan tanpa mengetahui siapa dan dari golongan mana pesan tersebut diterima. Tetapi tidak dapat dikatakan sebagai proses komunikasi massa. Ada kalanya proses komunikasi terjadi dengan menggunakan media massa tetapi tidak dapat dikatakan sebagai proses komunikasi massa.

Penerima pesan dalam komunikasi massa tidak hanya besar dalam jumlah, tetapi memiliki sifat yang berbeda, mereka terdiri dari orang-orang yang berbeda dalam segala hal, baik itu usia, jenis kelamin, tingkat sosial, jenis pekerjaan, agama dan lain sebagainya.

Sedangkan menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) disebutkan;

“Mass communication is aprocess whereby mass-produced message are transmitted to large, anonymous, and heterogeneous masses of

receivers (Komunikasi massa adalah sebuah proses dimana

pesan-pesan yang diproduksi secara massal / tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim dan heterogen)”. (Nurudin, 2003:11)


(42)

2.1.5.1 Karakteristik Komunikasi Massa

Dalam komunikasi massa terdapat juga ciri-ciri khusus yang Seperti yang dikatakan oleh Severin dan Tankard Jr dikaitkan dengan pendapat Devito, maka komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya, ciri-cirinya sebagai berikut :

1. Komunikasi massa berlangsung satu arah

Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator, dengan kata lain perkataan komunikator tidak mengetahui tanggapan para pembacanya terhadap pesan atau berita yang disiarkan.

2. Komunikasi pada komunikasi massa melembaga

Yakni suatu institusi atau organisasi, oleh karena itu komunikatornya melembaga, mempunyai lebih banyak kebebasan.

3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

Media ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum, tidak ditujukan kepada sekelompok orang tertentu. Media massa tidak akan menyiarkan suatu pesan yang tidak menyangkut kepentingan umum.

4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Ciri ini merupakan yang paling hakiki dibandingkan dengan media komunikasi lainnya.


(43)

5. Komunikasi massa bersifat heterogen

Komunikasi adalah khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen dalam keberadaannya secara terpecah-pecah, dimana satu sama lain tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal, jenis kelaminnya, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman hidup, kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita-cita dan sebagainya.

(Effendy, 1984 : 23-24)

2.2 Tinjauan Tentang Media Massa

Media massa (mass media) singkatan dari media komunikasi massa dan merupakan channel of mass yaitu saluran, alat atau sarana yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa, karakteristik media massa itu meliputi :

1. Publisitas, disebarluaskan kepada khalayak. 2. Universalitas, kesannya bersifat umum. 3. Perioditas, tetap atau berkala.

4. Kontinuitas, berkesinambungan. 5. Aktualitas, berisi hal-hal baru.


(44)

Isi media massa secara garis besar terbagai atas tiga kategori : berita, opini, feature. Karena pengaruhnya terhadap massa (dapat membentuk opini publik), media massa disebut “kekuatan keempat” (The

Four Estate) setelah lembaga eksekutif, legistatif, yudikatif. Bahkan karena

idealisme dengan fungsi sosial controlnya media massa disebut-sebut “musuh alami” penguasa. (Romly, 2002 : 5)

Media yang termasuk kedalam kategori media massa adalah surat kabar, majalah, radio, TV dan film. Kelima media tersebut dinamakan “The

Big Five Of Mass Media” (lima besar media massa), media massa sendiri

terbagi dua macam, media massa cetak (printed media), dan media massa elektronik (electronic media). Yang termasuk media massa elektronik adalah radio, TV, film (movie), termasuk CD. Sedangkan media massa cetak dari segi formatnya dibagi menjadi enam yaitu :

1. Koran atau surat kabar (ukuran kertas broadsheet atau ½ plano) 2. Tabloid (½ broadsheet)

3. Majalah (½ tabloid atau kertas ukuran polio atau kuarto) 4. Buku (½ majalah)

5. Newsletter (polio atau kuarto, jumlah halaman lazimnya 4 – 8

halaman)

6. Buletin (½ majalah jumlah halaman lazimnya 4 – 8) (Romly, 2002 : 5)


(45)

2.3 Tinjauan Tentang Surat Kabar

2.3.1 Surat kabar sebagai salah satu jenis media massa

Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca, peredarannya serta penekanan isinya.

Kebanyakan surat kabar mengandalkan hidupnya dari iklan, bahkan kenaikan harga kertas Koran sebagai bahan baku utama surat kabar sering kali tidak mengakibatkan kenaikan harga jual surat kabar per eksemplar secara proporsional. Kehadiran iklan dalam media cetak dengan kata lain telah mampu mensubsidi harga eceran surat kabar.

Selama tahun 1970-1985 diketahui ternyata lebih banyak surat kabar dan majalah gulung tikar karena tidak mendapatkan iklan, sekalipun di Indonesia budaya membaca belum terlalu memasyarakat. Surat kabar merupakan media utama yang banyak digunakan dalam periklanan di Indonesia, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti :

1. Jangkauan distribusi surat kabar tidak dibatasi. 2. Jangkauan media lainnya, radio dan televisi dibatasi. 3. Harga satuan surat kabar murah dan dapat dibeli eceran. (Kasali, 1995 : 100)

2.3.2 Pengertian Surat Kabar

Pada awalnya surat kabar sering kali diidentikan dengan pers namun karena pengertian pers sudah semakin luas, dimana televisi dan


(46)

radio sekarang ini sudah dikategorikan sebagai pers juga, maka muncul pengertian pers dalam arti luas dan sempit. Dalam pengertian pers luas pers meliputi seluruh media massa, baik cetak maupun elektronik. Sedangkan dalam arti sempit, pers hanya melipui media massa tercetak saja, salah satunya adalah surat kabar. Menurut Kurniawan Junaidi yang dimaksud dengan surat kabar adalah :

“Sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak berupa lembaran berisi tentang berita-berita, karangan-karangan dan iklan serta diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum, isinya pun harus actual, juga harus bersifat universal, maksudnya pemberitaanya harus bersangkut-paut dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan”. (Junaidi, 1991 : 105)

Definisi surat kabar menurut George Fox Mott yaitu :

1. Suatu lembaga masyarakat yang punya fasilitas dan target masing-masing.

2. Suatu pelayanan masyarakat atau melayani masyarakat untuk kepentingan-kepentingan informasi.

3. Pemimpin yang bertujuan untuk memimpin pada masyarakat yang menyangkut nilai-nilai moral, etika dan lain-lain.

4. Penghubung antara masyarakat dalam menyampaikan informasi-informasi.


(47)

5. Penjual pengetahuan menyerap berbagai informasi dan pengetahuan lalu menyebarkannya kepada masyarakat.

(Junaidi, 1991 : 105)

Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca, peredarannya serta penekanan isinya. Sementara pengertian surat kabar menurut Onong Uchjana Effendy adalah :

“Lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodic, bersifat umum, isinya termasa/actual, mengenal apa saja di seluruh dunia yang mengandung nilai-nilai untuk diketahui khalayak pembaca”. (Effendy, 1993 : 241)

2.3.3 Ciri-ciri Surat Kabar

Pada umumnya kalau kita berbicara mengenai surat kabar sebagai salah satu jenis media cetak, maka kita pun harus mengetahui ciri-ciri dari surat kabar itu sendiri, yaitu :

- Publisitas

Publisitas adalah penyebaran kepada publik atau khalayak, karena diperuntukkan khalayak, maka sifat surat kabar adalah umum.


(48)

- Perioditas (Kontinuitas)

Adalah keteraturan terbitnya surat kabar, bisa satu kali sehari, bisa dua kali sehari bisa pula satu kali atau dua kali seminggu.

- Universalitas

Universalitas adalah kesemestaan isinya, aneka ragam dan dari seluruh dunia.

- Aktualitas

Aktualitas adalah kecepatan laporan tanpa mengesampingkan kebenaran berita (Effendy, 1986 : 120)

Demikianlah empat ciri surat kabar dapat dikatakan empat syarat yang harus dipenuhi surat kabar. Penelitian yang tidak mempunyai salah satu ciri saja dari keempat ciri tersebut, bukanlah surat kabar.

2.3.4 Fungsi Surat Kabar

Pada jaman modern sekarang ini, surat kabar tidak hanya mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu fungsi surat kabar sekarang meliputi berbagai aspek, yaitu :

a. Menyiarkan informasi

Adalah fungsi surat kabar yang pertama dan utama khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain, apa yang dikatakan orang lain dan lain sebagainya.


(49)

b. Mendidik

Sebagai sarana pendidikan massa (Mass Education), surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implicit dalam bentuk berita, bisa juga secara eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. Kadang-kadang cerita bersambung atau berita bergambar juga mengandung aspek pendidikan.

c. Menghibur

Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat surat kabar untuk mengimbangi berita-berita berat (Hard News) dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, karikatur, tidak jarang juga berita mengandung minat insani (Human Interest) dan kadang-kadang tajuk rencana.

d. Mempengaruhi

Mempengaruhi adalah fungsinya yang keempat yakni fungsi mempengaruhi yang menyebabkan surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari surat kabar secara implicit terdapat pada berita, sedang secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel. Fungsi mempengaruhi khusus untuk bidang perniagaan pada iklan-iklan yang dipesan oleh perusahaan-perusahaan. (Effendy, 1986 : 122-123)


(50)

Selain hal tersebut diatas surat kabar sebagai media massa mempunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat seperti dikatakan oleh Oetomo “berbagai penelitian mengungkapkan orang mambaca surat kabar, hal itu merupakan sarana untuk hidup, pers menjadi perabot rumah tangga yang lebih dalam maknanya dari perabot meja dan kursi, pers menjadi sarana hidup sebab untuk hidup orang perlu mengetahui lingkungannya dan berkomunikasi dengan lingkungannya, untuk masyarakat semakin luas, kompak serta pesatnya perkembangan pers menjadi sarana disamping berbagai media massa lainnya”. (Oetomo, 1986 : 47)

Arti pentingnya surat kabar terletak pada fungsi utamanya dalam melengkapi berita bagi para pembacanya, sebagai agen perubahan sosial. Menurut Schramm surat kabar atau pers dapat melakukan peran-peran sebagai berikut :

a. Pers dapat memperluas cakrawala pemandangan. Melalui surat kabar orang dapat mengetahui kejadian-kejadian yang dialami di negara-negara lain.

b. Pers dapat memusatkan perhatian khalayak dengan pesan-pesan yang ditulisnya. Dalam masyarakat modern gambaran kita tentang lingkungan yang jauh diperoleh dari pers dan media massa lainnya, masyarakat menilai menggantungkan pengetahuan pers dan media massa.


(51)

c. Pers mampu meningkatkan aspirasi. Dengan penguasaan media, suatu masyarakat dapat mengubah kehidupan mereka dengan cara meniru apa yang disampaikan oleh media tersebut.

d. Pers mampu menciptakan suasana membangun. Melalui pers dan media massa dapat disebarluaskan informasi kepada masyarakat, ia dapat memperluas cakrawala, pemikiran serta membangun simpati, memusatkan perhatian pada tujuan pembangunan sehingga tercipta suasana pembangunan yang serasi dan efektif. (Rachmadi, 1990 : 17-18)

Dengan demikian surat kabar telah membawa banyak perubahan pada kehidupan individu dan masyarakatlewat berita-berita dan artikel yang disajikan, serta iklan-iklan yang ditawarkan dengan berbagai bentuk dan tulisan yang menarik, cakrawala pandangan seseorang menjadi bertambah, sehingga dapat tercipta aspirasi untuk membenahi diri dan lingkungannya.

2.4. Tinjauan Tentang Jurnalistik dan Pers 2.4.1. Definisi Jurnalistik

Menurut Asep Syamsul M Romli melalui bukunya ”Jurnalistik Terapan, Pedoman Kewartawanan dan Penulisan”, pengertian jurnalistik dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu pengertian jurnalistik secara harfiyah, konseptual, dan praktis.


(52)

”Kewartawanan atau hal-ihwal pemberitaan. Kata dasarnya ‟jurnal‟

(journal), artinya laporan atau catatan, atau ‟jour‟ dalam bahasa Prancis

yang berarti ‟hari‟ (day) atau ‟catatan harian‟ (diary). Dalam bahasa Belanda, journalistiek artinya penyiaran catatan harian” (Romli, 2005:1). Sementara secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang, yaitu:

1. Sebagai proses, jurnalistik adalah ”aktivitas” mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melaui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan (jurnalis). 2. Sebagai teknik, jurnalistik adalah ”keahlian” (expertise) atau

”keterampilan” (skill) menulis karya jurnalistik (berita, artikel,

feature) termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan

seperti peliputan peristiwa (reportase) dan wawancara.

3. Sebagai ilmu, jurnalistik adalah ”bidang kajian” mengenai pembuatan dan menyebarluaskan informasi (peristiwa, opini, pemikiran, dan ide) melalui media massa. Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science) yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan dinamika masyarakat sendiri (Romli, 2005:2).

Namun, secara praktis, jurnalistik adalah proses pembuatan informasi atau berita (news processing) dan penyebarluasannya melalui media massa. Dari pengertian kedua ini, kita dapat melihat adanya empat komponen dalam dunia jurnalistik:

1. Informasi


(53)

3. Penyebarluasan Informasi 4. Media massa (Romli, 2005:3) 2.4.2. Definisi Pers

Masih dalam bukunya ”Jurnalistik Terapan, Pedoman Kewartawanan dan Penulisan”, Romli menuturkan:

”Istilah ‟pers‟ muncul berkat kemajuan teknologi dan ditemukannya percetakan suratkabar atau media massa cetak dengan sistem silinder (rotasi). Akibatnya, ornag mengindentikkan istilah ‟jurnalistik‟ dengan ‟pers‟, di samping mengindentikkan ‟jurnalistik‟ dengan ‟media massa‟. Bahkan, wartawan pun mendapat julukan ‟insan pers‟ selain julukan lain seperti kuli tinta, kuli disket, dan orang media” (Romli, 2005:6).

Dalam bahasa Inggris, pers (press) berarti mesin pencetak, mencetak, orang-orang yang terlibat dalam kepenulisan atau produksi berita, menekan, dan sebagainya. Dalam Leksikon Komunikasi, pers punya banyak arti:

1. Usaha percetakan atau penerbitan.

2. Usaha pengumpulan atau penyiaran berita. 3. Penyiaran berita melalui media massa.

4. Orang-orang yang bergerak dalam penyiaran berita. 5. Media Penyiaran, yaitu media massa.

6. Ada pula pendapat, pers merupakan singkatan dari persuratkabaran.


(54)

2.5 Tinjauan Tentang Foto Berita 2.5.1 Pengertian Foto Berita

Kenneth Kobre (dalam bukunya Photojournalism) mencontohkan dengan apa yang diterapkan Washington Post dalam menggolongkan sebuah foto berita, yakni: informational, graphically appealing, emotional

dan intimate. Kategorisasi ini dibuat agar sebuah foto dapat menjawab rasa

kehausan informasi sekaligus menyentuh nilai kemanusiaan, berdasarkan standar kecepatan untuk merekam peristiwa serta menyampaikan isu dengan kekuatan visual.

Namun ada satu hal lagi yang seharusnya dikandung oleh sebuah foto peristiwa, yaitu orisinal dan bukan hasil rekonstruksi termasuk rekayasa komputer grafis.

Pada dasarnya semua foto yang dimuat di media massa disebut sebagai foto jurnalistik, termasuk foto-foto peristiwa yang tampil di media maya seperti internet. Artinya semua produk foto yang mempunyai nilai berita bisa disebut sebagai foto jurnalistik. Namun dalam perkembangannya, kebutuhan foto jurnalistik tidak berhenti untuk kepentingan pemberitaan. Produk foto bernilai berita kini juga tampil dalam pameran-pameran foto atau lomba foto.


(55)

Foto jurnalistik merupakan salah satu produk jurnalistik yang dihasilkan oleh wartawan selain tulisan yang berbau berita (straight news/ hard news, berita bertafsir, berita berkedalaman/deep reports) maupun non berita (artikel, feature, tajuk rencana, pojok, karikatur dan surat pembaca). Dan sebagai produk dalam pemberitaan, tentunya foto jurnalistik memiliki peran penting dalam media cetak maupun cyber media (internet). Jadi karya foto jurnalistik sudah mendapat pengakuan sebagai karya jurnalistik dalam bentuk visual untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat.

Ada beberapa pengertian mengenai foto jurnalistik sebagai ilmu maupun cabang dari jurnalistik itu sendiri.

Menurut Oscar Motuloh dalam makalahnya “Suatu Pendekatan Visual Dengan Suara Hati”, foto jurnalistik adalah suatu medium sajian untuk menyampaikan beragam bukti visual atas suatu peristiwa pada masyarakat seluas-luasnya, bahkan hingga kerak di balik peristiwa tersebut, tentu dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Melihat foto jurnalistik sebagai suatu kajian artinya memasuki matra yang memiliki tradisi kuat tetang proses “sesuatu” yang dikomunikasikan – dalam hal ini yang bernilai berita – kepada orang lain atau khalayak lain dalam masyarakat.

Wilson Hick redaktur senior majalah „Life‟ (1937-1950) dalam buku World and Pictures (new York, Harper and Brothers, Arno Press


(56)

1952, 1972), foto jurnalistik adalah media komunikasi verbal dan visual yang hadir bersamaan.

Henri Cartier-Bresson, salah satu pendiri agen foto terkemuka “Magnum” yuang terkenal dengan teori „Decisive Moment‟ -- menjabarkan, “foto jurnalistik adalah berkisah dengan sebuah gambar, melaporkannya dengan sebuah kamera, merekamnya dalam waktu, yang seluruhnya berlangsung seketika saat suatu citra tersembul mengungkap sebuah cerita.”

Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa foto jurnalistik merupakan kombinasi antara bentuk visual (foto) dengan kata-kata (yang memngungkapkan sebuah cerita dari sebuah peristiwa dalam bentuk kerangka 5W+1H) dan kemudian disebarluaskan/dipublikasikan kepada masyarakat. Sehingga foto jurnalistik menjadi sebuah berita ataupun informasi yang dibutuhkan masyarakat, baik local, regional, nasional maupun pada tingkat internasional.

2.5.2. Fungsi Fotografi dalam Surat Kabar

Fungsi fotografi dalam surat kabar, selain memperindah halaman, juga sebagai pelengkap unsur berita tulis itu sendiri.

Menurut Rochady dalam bukunya Wartawan Pembina Masyarakat, lebih jauh dijelaskan fungsi foto atau gambar dalam surat kabar yaitu:


(57)

1. Gambar atau foto memiliki daya kekuatan dalam dua segi; yaitu segi daya penarik dan segi pentingnya, sama halnya dengan kedudukan berita yang dibuat dengan baik.

2. Foto dapat digunakan sebagai pemisah antara dua berita terhangat yang ditempatkan paling atas. Jalan itu ditempuh agar tidak terdapat gambaran seolah-olah kedua berita penting itu merupakan dua batu nisan yang tiada bergairah sama sekali. Bila hal ini sampai terjadi, maka antara kedua berita yang ditempatkan di atas tadi akan saling berebutan pengaruh yang akan memberikan kesan kurang baik bagi para pembaca.

3. Gambar atau foto juga merupakan penolong bagi surat kabar dari kesuraman bentuk atau rias muka. Sehingga dengan memuat gambar atau foto, maka halaman muka surat kabar menjadi segar dan menarik.

4. Gambar atau foto juga merupakan pembantu dalam menciptakan bimbingan atau petunjuk bagi pandangan mata pembaca. Bila melihat barang cetakan, mata cenderung untuk melihat terlebih dahulu bidang-bidang yang tampaknya lebih hitam atau putih yang berbeda dengan cetakan atau bidang-bidang lainnya. Seandainya pada halaman surat kabar dipasang gambar atau foto, maka itu akan tampak lebih hitam atau putih dari bidang-bidang lainnya. Ini berarti gambar atau foto akan membimbing mata pembaca ke arahnya.


(58)

2.5.3. Sifat Foto Berita

Foto berita mempunyai sifat-sifat seperti berita tulis, dengan perbedaan bahwa berita itu disajikan dalam bentuk foto, dengan kriteria:

1. Foto berita harus singkat dan jelas

2. Mempunyai komposisi yang lebih

3. Objektif

4. Akurat

2.5.4. Subjek Foto Berita

1. Tokoh, Yang dimaksud dengan tokoh disini bukan saja seseorang dengan status sosial, melainkan dengan pengertian sosok manusia pada umumnya yang kita jadikan subjek penulisan

2. Tempat, Sebagai subjek dalam foto berita, tempat bisa berupa rumah, lingkungan, kota, desa.

3. Peristiwa, Aneka ragam kejadian yang bentuknya tidak terjadi dua kali dalam bentuk serupa.

4. Tokoh di suatu Tempat dalam suatu Peristiwa (gabungan dari tiga jenis subjek)


(59)

2.5.5 Syarat Foto Berita Berhasil

Syarat suatu foto berita berhasil menurut pendapat Prof. Bernd Heydemann :

a. Foto berita harus mampu menonjolkan diri, melawan membanjirnya informasi berita.

b. Foto berita harus disajikan sedemikian rupa, sehingga dengan mudah diterima oleh pengamat.

c. Foto berita harus mampu menyajikan beritanya dengan kekayaan detail gambar, yang dengan mudah dapat dikenal. (Prinsip originalitas harus diperhatikan).

d. Foto berita jangan menyampaikan ulangan dari gaya pemberitaan untuk mencegah efek kebosanan dari pembaca. e. Foto berita harus mampu merangsang daerah-daerah sensitif dari proses penyampaian informasi dalam masyarakat.

f. Foto berita harus benar-benar terjadi karena bila terjadi pemalsuan dalam jangka waktu tertentu dapat terjadi penolakan (prinsip dapat dipercaya harus diperhatikan).


(60)

2.5.6 Kriteria foto layak berita

1. Informatif, foto ini mampu menjelaskan dirinya secara ringkas apa yang ingin disampaikan, segera terbaca tanpa harus dibebani kata panjang lebar.

2. Relevan, Isi yang dikandungnya secara jitu mendukung tema pokok cerita / penulisan, artinya tema foto tidak melenceng dari tema tulisan.

3. Faktual, Subjek foto tidak diada-adakan tapi memang ada dan sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

4. Otentik,Ada dua pengertian otentik dalam hasil pemotretan:

a. Subjeknya sendiri hanya fotografer yang bersangkutan yang dapat.

b. Meskipun ada 10 fotografer yang memotret subjek yang sama, ada suatu hasil yang menunjukkan sudut pandangan yang unik (ada gagasan khas dalam ungkapan visualnya)

5. Hangat, sesuai dengan prasyarat sebuah berita yaitu tema foto berita itu menyangkut hal kehangatan, sebjeknya bukan merupakan hal yang basi hingga betapapun sukses


(61)

pengambilannya, sebuah foto belum akan bernilai berita jika tidak secepatnya dipublikasikan.

6. Atraktif, ini menyangkut sosok grafis foto itu yang mampu tampil secara menggigit/mencekam, penampilannya tidak hambar tetapi memang secara hidup.


(62)

60 BAB III

OBJEK PENELITIAN

3.1. Sejarah Harian Pagi Bandung Ekspres

Harian Pagi Bandung Ekspres merupakan salah satu media yang berada dalam jejaring usaha Jawa Pos Group yang berpusat di Surabaya. Sebagai sebuah grup besar, Jawa Pos memiliki sejarah yang cukup panjang. Awalnya Jawa Pos lahir dengan mengusung nama Java Pos, kemudian berubah menjadi Djawa Pos, yang akhirnya berubah kembali menjadi Jawa Pos.

Didirikan oleh The Chung Sen seorang warga Indonesia kelahiran Bangka. Saat itu Jawa pos dikenal sebagai Harian Melayu Tionghoa. Karena pada tahun 1950-an Jawa Pos telah memiliki tiga surat kabar yang berbahasa Indonesia, Tionghoa, dan Belanda. Dan sebutan lainnya hingga saat ini adalah 'Raja' surat kabar di Surabaya.

Karena kemerosotan jumlah oplah hingga 7700 eksemplar, pengelolaan Jawa Pos diserahkan kepada Tempo pada tanggal 1 April 1982. Hal tersebut terjadi ketika Dahlan Iskan masih menjadi kepala biro Di Tempo Surabaya.

Namun selepas itu, Jawa Pos kembali bersinar. Grup ini terus melakukan ekspansi bisnisnya di nusantara. Sampai kini, Jawa Pos


(63)

memiliki lebih dari seratus usaha penerbitan dan percetakan yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Menurut Penanggung Jawab Redaksi Bandung Ekspres Cevi M Taupik, setiap usaha penerbitan yang ada di dalam jaringan usaha Jawa Pos Group, dikelola oleh sebuah holding company.

Harian Bandung Ekspres sendiri 'lahir' di Bandung pada 7 Februari 2009. Harian ini dikelola oleh PT Wahana Semesta Merdeka, yang merupakan salah satu cabang usaha Jawa Pos Group. Di Jawa Barat, PT Wahana Semesta Merdeka membawahi enam media cetak, antara lain Radar Tasikmalaya, Pasundan Ekspres, Radar Cirebon, Radar Banten, Baraya Post dan Bandung Ekspres itu sendiri.

Sebetulnya sejak 6 tahun lalu di wilayah Bandung Raya sudah ada Radar Bandung, yang juga merupakan usaha penerbitan di bawah naungan Jawa Pos Group. Selain dikelola oleh holding company yang berbeda, hal lain yang membedakan antara Radar Bandung dengan Bandung Ekspres adalah segmentasi pembacanya.

“Kalau segmentasi Bandung Ekspres lebih menyasar kalangan bisnis dan tingkat ekonomi menengah ke atas. Jadi kami berbeda dengan Radar Bandung. Persaingan di antara kedua media pun berjalan sehat,” ujar Cevi.

Dalam masalah pemberitaan Bandung Ekspres mencoba menyajikan berita-berita secara tersaji cepat, akurat, dan faktual, oleh karena itu Harian Pagi Bandung Ekspres mencoba untuk menjadi koran


(64)

yang ekslusif, dengan menghadirkan atau menyajikan Rubrik Olahraga, yaitu SPORTIVO, dimana rubrik olahraga ini menjadi rubrik unggulan di harian Bandung Ekspres dengan total halaman 8 halaman yang menjadikan Harian Pagi Bandung Ekspres sebagai Harian Pagi yang paling unggul dalam rubrik olahraga dibandingkan dengan Harian Pagi lain, selain rubrik olahraga, ada pula rubrik seputar tentang keremajaan atau ABG, yaitu rubrik EKSPRESI.

3.2 Visi dan Misi Bandung Ekspres 3.2.1.Visi

Visi Bandung Ekspres adalah menjadi surat kabar yang bisa diterima oleh masyarakat khususnya masyarakat Bandung.

3.2.2.Misi

1. Menjadi bacaan alternatif masyarakat Bandung dan sekitarnya. 2. Membuat angle berita yang kritis dan menarik,

3. Menjadi bacaan Community Newspaper 4. Membuat lahan bisnis.

3.3 Profil perusahaan  Data Teknis

Nama Perusahaan : PT. Bandung Ekspres

Alamat Redaksi dan pemasaran : Jl Soekarno Hatta No 627 Bandung


(65)

Jenis Usaha : Penerbitan dan surat kabar

Tahun Didirikan : 7 Februari 2009

Bentuk Perusahaan : Perseroan Terbatas

Penerbit : PT. Wahana Semesta Bandung Ekspres

Bahasa : Indonesia Waktu Terbit : Pagi hari

Periode Terbit : 7x Seminggu, kecuali hari libur nasional. Isi Berita : Lokal (75%), Nasional (20%), Internasional (5%) Jumlah Halaman : 20 halaman

Kolom : 7 kolom, 43 mm per kolom Bidang Cetak : 327 mm x 540 mm

Email : redaksi@bandungekspres.com/bdgekspres@gmail.com  Data Sirkulasi

Peredaran Bandung Ekspres meliputi, Kota Bandung, Kab Bandung, Kota Cimahi, dan Kab. Bandung Barat. Dengan jumlah oplah sebesar 45.000 eks/harinya.

 Tiras

Tiras Harian Pagi Bandung Ekspres adalah 45.000 eksemplar. Jumlah itu didistribusikan di beberapa kota selain Bandung, antara lain :

1. Kota Bandung 45% 2. Kab. Bandung 20%


(66)

3. Kota Cimahi 25% 4. Kab. Bandung Barat 20%

+ Harga langganan Rp 27.000/bulan + Harga eceran Rp 1000

 Profil Pembaca  Jenis Kelamin

Laki-laki 70% Perempuan 30%  Usia

<19 Tahun 12% 20-19 Tahun 16 % 39. Tahun 27 % 40-49 Tahun 36% >50 Tahun 9%  Pendidikan

Tamatan SMP 5% Tamatan SMA 42% Akademi 23% Universitas 30%  Pekerjaan

Wiraswasta/Swasta Pegawai Negeri/


(1)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim,

Puji serta syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah peneliti dapat menyusun dan menulis hasil penelitian di Harian Pagi Bandung Ekspres ini sesuai dengan apa yang telah peneliti lakukan. Dan tak lupa Dalam melakukan penelitian ini banyak sedikitnya peneliti mengalami kesulitan serta hambatan baik secara tekhnis maupun non tekhnis. Namun atas izin Allah SWT dan juga berkat Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan semangat, doa serta motivasi baik itu yang berbentuk materil, moril sehingga ananda dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.

Usaha serta doa, semangat, bantuan, bimbingan dan dukungan yang peneliti terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, Akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini sesuai dengan apa yang dicita-citakan..

Pada kesempatan ini pula, dengan segala kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan rasa hormat, terima kasih, dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. J. M. Papasi selaku Dekan Fakultas Sosial dan Ilmu Politik, yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi selama peneliti kuliah di UNIKOM.


(2)

iv

2. Ibu Rismawaty, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi sekaligus pembimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi, yang telah banyak memberikan nasehat, dorongan serta semangat di dalam penelitian skripsi.

3. Bapak Drs Manaf Sholihat, S.Sos, M.Si, selaku dosen wali peneliti selama kuliah di Unikom dan sekaligus juga orang tua peneliti.

4. Bapak Adiyana Slamet S.IP.,M.Si, Selaku dosen dan teman sharing saat peneliti melaksanakan skripsi terima kasih masukan dan nasehatnya

5. Bapak, Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial & Politik, dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan Ilmu Pengetahuan dan Pengalaman.

6. Astri Ikawati A.Md.,Kom dan Ferina Tandjung Permata. S.D.s.,Selaku Staf Kesekretariatan Program Studi Ilmu Komunikasi atas segala bantuannya dalam mengurus perizinan yang berkaitan dengan penelitian yang penulis laksanakan.

7. Bapak Cevi M Taufik, sebagai Pimpinan Redaksi Harian Pagi Bandung Ekspres yang telah banyak membantu peneliti dalam melakukan penelitian. 8. Bapak Handri Susan Budiman, Bapak Nanang Sungkawa sebagai

redaktur pelaksana yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian. 9. Seluruh Wartawan Bandung Ekspres yang telah memberikan bimbingan

dan arahan kepada peneliti selama penelitian.

10.Seluruh Jajaran Staff Surat Kabar Bandung Ekspres yang telah membantu dalam segala hal.


(3)

v

11.Kakak-ku dan adikku yang telah memberikan peneliti motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya.

12.Seluruh Keluargaku tercinta.

13.Rekan-rekan senasib dan sepenaggungan dan juga seperjuangan di UNIKOM, IK-2 ’06, IK ’05, ’04, ’07, ’08 Anak-anak Jurnalistik ’06 yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini Oding, Tumi, Jim morisson, Isya, Ficky, Toke, Larjo, Fajar, Teguh, Citra, Made Bos Hany, Bu Haji, Mas Bobi, Biyono, Putri, Dian, Nela, Ria, Uci, Cahyo, Ibay, Ari Gapun, Heri cygen,dan teman-teman lainnya yang tidak bisa peneliti sebutkan satu-persatu.

14.Rekan-rekan UNIKOM Mas Slamet, Oding, Mang Ade, Bapa Baso Tahu, Warmob, Adel, Yudi, Seluruh jajaran pedagang di sekitar UNIKOM.

15.Rekan-rekan Bedeng Raya yang telah mendukung peneliti dalam menyelesaikan laporan ini, seperti : Iwan Fales, Bentit, Urip, Jane, Pling, Gondrong, Jose, Bacol, Upik, Demus, Mumuy, Dokci, Doding, Sundar, Ceplem, GT, Yuda, Degil, Kicang, Coneng, Oo Tiansan, Binyo, Ujang, Arjun, Memet, Buluk, Misteri, Ifan, Bang Sodik, Ujo, Amet, Kuswanto, Ang Pipin, Iwan, Ucim, Atung, Kabit, Amjad, Giok, Bubun Seluruh Oi Se-Nusantara, Jojoy, Kiki, Sooh, Jenggot, Andri, Keweng, Wa Pipin, Wa Ajat, A Deden, Utay, Domo, Asep, Imin, Mas Rudi, Uung, Jak, Toto, Cuang, Iyeng, Kang Yanti, arul, Epi, Mang Nes. Barudak Evo. Om Buce.


(4)

vi

16.Rekan-rekan SOG Indonesia (Scooter Owners Group) seluruh cabang yang telah mendukung peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

Sebagai peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penelitian dalam penulisan skripsi.

Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian skripsi ini dan semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca lainnya umumnya. Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan itu akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Bandung, Juli 2010


(5)

(6)