Nilai-nilai Pendidikan Akhlak pada Permainan Tradisional Anak Di Lingkungan Rt 002/04 Kelurahan Ciputat

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA
PERMAINAN TRADISIONAL ANAK
DI LINGKUNGAN RT 002/04 KELURAHAN CIPUTAT

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam.

Uiii
Disusun oleh
Darti
Nim :208011000044

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

LEMBAR PERNYATAAN PENULIS


Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: DARTI

Nim

: 208011000044

Jurusan

; PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Fakultas

: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini saya menyatakan :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang saya ajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Strata Satu (SI) di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya hasil sendiri atau
merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Jakarta. 12 Desember 2013
MTiTERAI

TfiMPia

PifU
TGL

- 20


F 7 5 D FA C F 2 4 2 3 5
ENAMta B UKia i AH

rjTf,

DARTI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Nilai-nilai PendidikanAkhlak pada Permainan Tradisional
anak di Lingkungan Rt 002/04 Ciputat disusun oleh Darti, NIM
208011000044, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan
pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 12 Desember 2013

Yang Mengesahkan,


Siti Khadijah, MA
Nip : 197007271997032004

LEMBAR PENGESAHAN

Sicripsi berjudul "Nilai-nilai pendidikan akhlak pada permainan tradisional anak di
lingkungan Rt 002/04 Kelurahan Ciputaf'diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguraan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian
Munaqosah pada tanggal 21 Maret 2014, dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis
berhak memperoleh gelar Sarjana SI (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 5 Mei 2014

Panitia Ujian Munaqosah
KetuaJurusan
Dr.H.Abdul Maiid Khon.IVt.Ag
NIP : 195807071987031005

Tanggal


Sekretaris (Sekretaris Jurusan/ Program Studi)
Marhamah Saleh.Lc.MA

/

\ d
j �I I

NIP :197203132008012010
Penguji 1
Dra.Diunaidatul Munawaroh.M.Ag
NIP : 195809181987012001

'

&
Muhammad Soleh Hasan.Lc.MA
NIP :197102142006041018

/


Mengetahui,
Dekan

Dra.Nurlena Rifa'i.MA.Ph.D
NIP : 195910201986032001

Tanda Tangan

ABSTRAK

Nilai-nilai Pendidikan Akhlak pada Permainan
Lingkungan Rt 002/04 Kelurahan Ciputat

Tradisional Anak Di

Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan akhlak pada Permainan Tradisional anak

Sikap manusia dapat dianggap baik jika sudah memiliki sikap yang terpuji.
Tanpa sikap yang terpuji derajat manusia akan lebih rendah dari pada hewan.

Untuk menumbuhkan sikap terpuji diperlukan secara terus menerus melalui
bimbingan dan pendidikan yang baik sehingga tidak terjerumus ke hal-hal yang
negatif. Faktor yang menjadikan sikap terpuji adalah pendidikan akhlak keluarga,
dan masyarakat yang terdapat dalam permainan tradisional anak sangat digemari
oleh kalangan anak-anak dan remaja.
Salah satu bentuk pelestarian budaya tradisional adalah dengan menggali
kembali permainan-permainan tradisional anak di masyarakat yang kini sudah
hampir punah. Seperti karya ilmiah yang penulis buat ini dengan mengangkat
sebuah judul "Nilai-nilai Pendidikan Akhlak pada Permainan tradisional
anak di lingkungan Rt 002/04 Kelurahan Ciputat
Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan prilaku yang dapat diamati. Dalam melakukan penelitian ini penulis
menggunakan teknik wawancara dan observasi (pengamatan langsung) kepada
obyek penelitian, yaitu anak-anak yang sedang melakukan permainan tradisional.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa di
setiap permainan tradisional memiliki banyak manfaat dan nilai akhlak yang
terbentuk. Permainan tradisional yang di praktekkan di Rt 002/04 Kelurahan
Ciputat antara lain : Bentengan, Petak umpet, Congklak, Casing, Taplak, layanglayang, Hadang, Ular naga, Sumpitan, Cublak-cublak suweng, Kasti, Lompat
tali/Karet, Suit Jalan, Bekel, Panjat pinang.


Nilai-nilai akhlak tersebut diantaranya akhlak terhadap diri sendiri
(personal) seperti : jujur, sabar, teliti, dapat bekerja sama dengan teman, sportif,
bertanggung jawab,cermat, rendah hati dan saling menyayangi teman. akhlak
Sosial (Akhlak terhadap Keluarga seperti : berkata sopan, menghormati orang tua,
menghargai waktu, dan akhlak terhadap masyarakat seperti saling tolong
menolong, dan Bekerja sama. Sedangkan Peran orang tua dan Masyarakat dalam
membudayakan permainan tradisional di lingkungan Rt 002/04 adalah dengan
memberikan fasilitas dan waktu bermain yang cukup kepada anak.
Darti (PAI)

KATA PENGANTAR

Alhamdullilah Rabbal'alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, yang telah melimpahkan kekuatan lahir dan batin sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam semoga tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Skripsi

berjudul


''Nilai-nilai

Pendidikan

Akhlak pada

permainan

tradisional anak di lingkungan Rt 002/04 Kelurahan Ciputaf ini merupakan
tugas akhir yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I).
Selesainya skripsi ini tidak lepas dari sumbangsih berbagai pihak yang
telah membantu dan memberi dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu,
penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Mayanih, Ibundaku tersayang yang telah melahirkan, merawat,
mendidik, membimbing dan mendukung penulis dengan kasih sayang
tulus sepanjang masa.
2. Suamiku

tercinta


(Yono)

dan

anak-anakku

tersayang

yang

sudah

mendukung penulis dan sudah begitu banyak berkorban selama penulis
kuliah.
3. Ibu dan Bapak Mertuaku yang sudah dengan ikhlas menjaga anak-anakku
selama penulis kuliah.
4. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN
Hidayatullah Jakarta,


Syarif

Ibu Dra.Nurlena Rifa'i,MA.Ph.D beserta para

pembantu dekan dan segenap jajarannya.
5. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, Bapak Dr.H.Abdul Majid
Khon,M.Ag.

dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Ibu

Marhamah Saleh,Lc.MA yang telah memberikan nasehat, arahan, dan
kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dosen Pembimbing Ibu Siti Khadijah, MA dengan penuh kesabaran dalam
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen dan pegawai perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan Utama yang
telah memberikan ilmu dan tuntunan kepada penulis dan membantu
melengkapi literature yang penulis perlukan dalam penyelesaian skripsi
ini.
8. Teman-teman

Mahasiswa

PAI

Non

Reg,

atas

pengalaman

dan

pembelajaran berharga yang penulis dapatkan saat berinteraksi dengan
mereka.
Terima kasih atas bantuannya selama penyelesaian skripsi ini, semoga
mereka mendapat imbalan yang sesuai dari Allah Swt. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi seluruh pembaca.

Jakarta, 5 Mei 2014

Penulis

iv

DAFTARISI
LEMBAR PERNYATAAN PENULIS
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
ABSTRAK

i

KATA PENGANTAR

iii

DAFTAR ISI
BAB I

V

: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

1

B. Identifikasi Masalah

5

C. Pembatasan Masalah

5

D. Perumusan Masalah

5

E. Tujuan Penelitian

6

F. Manfaat Penelitian

6

BAB II : KAJIANTEORI
A. Konsep Permainan

7

1. Pengertian permainan

7

2. Hal-hal yang hams diperhatikan dalam permainan

8

3. Metode permainan dalam pendidikan pada anak

8

4. Teknik Permainan

9

5. Permainan Tradisional

9

B. Pendidikan Tentang Akhlak

11

1. Pendidikan

11
12

Pengertian pendidikan
2. A kh l a k

14

a. Pengertian Akhlak

14

b. Dasar Pendidikan Akhlak

17

V

c. Macam-macam Akhlak

18

d. Sumber Akhlak

28

e. Ciri-ciri Akhlak dalam Islami

30

f. Ruang Lingkup Pembahasan Akhlak

31

C. Hasil Penelitian Yang Relevan

32

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian

33

B. Metode Penelitian

33

C. Teknik pengumpulan data

34

D. Tahap-tahap Penelitian

35

E. Proses pencatatan dan Analisis data

36

F. Instrumen pengumpulan data

38

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Rt 002/04 Ciputat

40

B. Peran Orang tua dalam membudayakan permainan tradisional anak
di lingkungan Rt 002/04 Kelurahan ciputat
40
C. Peran Masyarakat dalam membudayakan permainan Tradisional
anak di lingkungan Rt 002/04 Kelurahan Ciputat

41

D. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang terdapat pada Permainan
Tradisional di lingkungan Rt 002/04 Ciputat

41

BABV : PENUTUP
A. Kesimpulan

66

B. Saran

67

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
Anak merupakan buah kasih dari orang tuanya yang sangat berharga,
karena itu semua orang ingin selalu dan mempunyai
kewajiban untuk
serta membesarkan supaya

membahagiakan, mendidik,mengasuh
dewasa

yang

berguna bagi dirinya

menjadi

maupun bagi masyarakat. Dalam

menjalankan kewajibannya orang tua tidak hanya mendidik dan mengasuh,
melainkan harus betul-betul memperhatikan kebutuhan anaknya dan orangtua
haruslah mengetahui betul-betul dasar-dasar pengetahuan yang minimal tentang
jiwa si anak dan pokok-pokok pendidikan yang harus dilakukan dalam
menghadapi bermacam-macam sifat si anak.'Misalnya saja dengan melakukan
suatu permainan.
Diseluruh daerah negeri ini terdapat permainan yang terkenal, seperti :
congklak, petak umpet, bentengan, dsb. Kita tidak melebih-lebihkan bila kita
katakan bahwa manusia itu dimana-mana suka bermain, dari lahir sampai mati.
Oleh karena itu kita harus mencari sifat yang khas dalam permainan-permainan
itu. Hal ini dapat kita lakukan dengan mengamat-amati anak-anak yang sedang
bermain.
Pertama : Kita lihat, bahwa anak itu memilih suatu tempat bermain yang tertentu.
Kadang-kadang tempat itu suatu sudut didalam rumah, ataupun diluar rumah.
Kedua : Kita lihat, bahwa anak itu bermain pada waktu yang tertentu, yaitu bila ia
ingin bermain-main. Kadang-kadang permainan itu diulang dari mulanya hingga
anak itu merasa puas bermain.

'Darajat,Zakiah, Kesehatan Mental (Jakarta : Gunung Agung, 1986) hal 122

1

2

Ketiga : Kita lihat, bahwa anak itu bermain dengan suatu benda atau dengan
seorang teman. Akhimya permainan itu dilakukannya dengan suasana yang
tertentu, sehingga anak-anak itu merasa bebas, senang dan puas.
Disamping mereka puas bermain sebaiknya mereka diajarkan permainan
yang yang dapat mendidik dan memberikan nilai akhlak atau moral bagi mereka
sendiri agar mereka mendapat manfaat dari permainan tersebut.
Pada masa sekarang ini penting bagi orang tua untuk menanamkan
kebiasaan baik pada anak, seperti sabar
karena sesungguhnya islam telah
memerintahkan kedua orang tua untuk mendidik anak-anaknya dan untuk
mendorong mereka dalam berbuat kebaikan.
Sejalan dengan itu, Imam Al-Ghazali berpendapat, "Seorang anak dapat menerima
setiap lukisan dan cenderung menerima segala sesuatu yang disodorkan
kepadanya atau kepada setiap apa yang diucapkan." Oleh karena itu, jika kita
mengajari dan membiasakan kebaikan kepada anak-anak kita, maka mereka akan
tumbuh dalam kebaikan serta berbahagia di dunia dan di akhirat.
"
Seperti yang dikemukakan dalam buku perkembangan anak Bahwa suatu
kegiatan yang tidak memuaskan, merangsang atau menentang individu disebut
"Membosankan" : individu tidak mampu melihat bagaimana kegiatan itu dapat
memberi keuntungan pribadi atau kepuasan.�
Diriwayatkan oleh Thabrani dari Abu Ayyub Al-Anshari,dia berkata : "Aku
memasuki rumah Rasulullah saw,dan tampak kedua cucunya Hasan dan Husain
ratengah bermain dihadapan beliau atau dipangkuan beliau, maka aku bertanya:
"Wahai

Rasulullah

apakah

engkau

mencintai

keduanya?"

Beliau

mQnjawah,'"Bagaimana aku tidak mencintai keduanya,sedangkan mereka berdua
merupakan permata hatiku.Kemudian beliau mencium keduanya.
Namun adapula permainan yang dilarang oleh Rasulullah SAW yaitu
bentuk permainan yang menyakiti makhluk lain, Seperti : melempar binatang
�Hurlock Elizabeth,_S. Perkembangan Anak Jilid 2 (Jakarta : Penerbit Erlangga, 1990) hal
114

�Muhammad Nur Abdul Hafuh�Mendidik anak bersama Rasulullah i'aw(Kairo : AlBayan 1988)cet ke-II hal 228

3

dengan batu sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad dalam musnadnya dari Said
bin Jubair dia berkata : " Suatu hari ketika aku berjalan bersama Ibnu Umar dan
Ibnu Abbas pada sebuah jalan dikota madinah ketika terlihat anak-anak
melempari ayam dengan batu. Maka marahlah Ibnu Umar seraya berkata, "Siapa
yang melakukan ini? "Maka anak-anak pun lari berpencar. Kemudian ia berkata,
"
"RasuluUah SAW melaknat orangyang menganiaya hewan.
Permainan menyebabkan terbentuknya perkumpulan yang tertentu, yang
senantiasa bertambah besar dan semakin banyak menarik penggemar-penggemar,
yang menjadi orang yang berkemauan keras dan tangkas berkat permainan itu.
Namun ada sebagian besar orang tua yang berpendapat bahwa : waktu anak-anak
diluar sekolah adalah harus beristirahat dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga,
terutama anak perempuan. Hal ini sesungguhnya salah, Seperti telah dinyatakan
diatas tadi bahwa permainan dan bekerja keras, kedua-duanya penting bagi
seseorang yang beradab, hanya mementingkan bekerja keras saja adalah tidak
baik. Karena walau bagaimanapun tubuh dan pikiran kita memerlukan penyegaran
dan dengan cara bermainlah kita akan mendapatkannya/
Semua manusia dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun.
Tetapi ia di anugerahi oleh Allah berupa panca indra, pikiran dan rasa sebagai
modal untuk belajar dan menerima ilmu pengetahuan.

Ia juga diberikan potensi

kecerdasan sehingga dapat belajar untuk terus mengembangkan kemampuan
kearah lebih baik dan lebih sempurna, baik perkembangan dalam bidang
intelektual maupun prilaku.
Salah satu upaya dalam pembentukan kepribadian manusia adalah dengan
pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak merupakan salah satu unsur penting dalam
kehidupan umat islam. Bahkan islam mewajibkan umatnya untuk terus belajar
sampai datangnya kematian.
Seseorang yang memiliki keindahan akhlak dalam dirinya maka ia akan
menjadi manusia yang disegani dan dihormati oleh masyarakat. Kemuliaan

"ibid h 230

4

seseorang bukan terletak pada jabatannya yang tinggi atau hartanya yang banyak.
Tetapi kemuliaan itu terletak pada baik atau tidaknya akhlak orang tersebut.
Akhlak yang baik tidak datang dengan sendirinya, melainkan hams dipupuk dan
diarahkan sejak dini.
Jika hal ini dikaitkan dengan akhlak seorang anak dalam kehidupannya,
maka anak yang berakhlak kurang baik hams di benahi keimanan dan
ketakwaannya. Dengan ketakwaan yang baik maka perilaku anak akan semakin
baik pula, dan begitu pula sebaliknya.
Akan tetapi fenomena yang terjadi di masyarakat sekarang ini nilai-nilai
akhlak yang baik kurang tercermin dalam kehidupan sehari-hari, seperti didalam
lingkungan yang banyak terdapat pergaulan yang salah dan menyimpang. Adapun
penyebab msaknya akhlak itu antara lain :
Kurangnya pantauan orang tua dalam memantau anak-anaknya ketika
mereka beraktivitas dan bermain. Tidak hanya kurangnya pantauan dari orang tua
tetapi juga lingkungan masyarakat menjadi penyebab msaknya pergaulan anak.
Dengan demikian tugas orang tua adalah memberikan perhatian yang lebih
pada anak, temtama pada saat bermain. Dimana pada saat bermain anak-anak
hams di berikan pengarahan agar tidak kelim mengartikan permainan tersebut.
Seperti memilih permainan tradisional yang kini sudah hampir punahatau
permainanmodern, keduanya sama-sama memiliki nilai kebaikan tetapi permainan
modern lebih banyak kebumkannya. Misal : Permainan Games, jika terlalu lama
memainkannya akan memsak mata, dan banyak sekali permainan modern yang
dapat memsak moral dan karakter anak. Disinilah peran orang tua dalam
mengarahkan permainan yang baik untuk anaknya. karena lingkungan keluarga
adalah sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia. Sehingga terbentuk
akhlakul karimah pada anak.

5

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis mengidentifikasi sebagai
berikut:
1. Belum adanya pemahaman mengenai manfaat dari

permainan

tradisional
2. Kurangnya motivasi orang tua untuk menumbuhkan sikap mencintai
permainan tradisional kepada anaknya
3. Kurangnya pengarahan orang tua dalam memilih permainan yang baik
bagi anak
4. Kurangnya pengetahuan mengenai nilai akhlak dari

permainan

tradisional
5. Kurangnya fasilitas ketika anak memainkan permainan tradisional
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa permasalahan yang penulis kemukakan, Penulis
membatasi permasalahan pada Nilai-nilai pendidikan akhlak pada permainan
tradisional anak di lingkungan Rt 002/04 Ciputat. Pendidikan akhlak yang penulis
maksud adalah sabar, jujur, teliti, dapat bekerjasama dengan teman, sportif,
bertanggung jawab, saling menyayangi teman, berkata sopan, menyayangi orang
tua, rendah hati, dan menghargai waktu. Sedangkan permainan tradisionalnya
adalah bentengan, petak umpet, congklak. Casing, Taplak, Cublak-cublak
suweng, bekel, Ular naga, Galasin, dan Panjat pinang, Layang-layang, lompat
tali/karet, suit jalan, Kasti, sumpitan/pletokan.
D, Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah,maka perumusan masalah yang penulis ajukan antara lain :
1. Bagaimana peran orang tua dan masyarakat dalam membudayakan
permainan tradisional terhadap anaknya ?

6

2. Nilai-nilai akhlak apa saja yang terbentuk dari setiap permainan
tradisional anak ?
E, Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui nilai pendidikan akhlak
pada permainan tradisional anak dan Menjadikan permainan tradisional lebih
hidup di masyarakat.
F, Manfaat Penelitian
1. Bagi orang tua : Agar para orang tua lebih menyadari pentingnya suatu
permainan untuk anak
2. Bagi anak : Untuk membentuk akhlakul karimah pada anak dan agar
anak lebih mencintai permainan tradisional
3. Bagi masyarakat : Agar masyarakat lebih mengerti cara dan manfaat
permainan tradisional
4. Bagi peneliti selanjutnya : Hasil penelitian dapat memberikan informasi
awal yang selanjutnya bermanfaat untuk dikaji secara lebih mendalam.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Konsep Permainan
1. Pengertian Permainan
Bermain adalah keinginan anak secara alamiah, kadang-kadang anak-anak
lebihmementingkan bermain daripada makan dan minum. Ada jenis mainan
yang dapat meningkatkan perkembangan intelek(kognitif), ada mainan untuk
pembinaan psikomotor, mungkin ada juga permainan yang bermanfaat bagi
pembinaan afektif anak/
Permainan penting sekali artinya dalam kehidupan manusia, baik sekarang
maupun jaman dahulu. Anak dari yang kecil sampai yang besar sejak dahulu
selalu bermain-main dan anehnya banyak diantara permainan anak-anak itu
dari dahulu kala telah umum dikenal orang.®
Permainan dibagi menjadi dua yaitu : Permainan untuk bermain (play) dan
permainan untuk bertanding (games). Permainan untuk bermain dilakukan
guna mengisi waktu luang dan bersifat hiburan yang pada umumnya dilakukan
oleh anak-anak.
Permainan untuk bertanding dibagi menjadi empat jenis yaitu :
a. Permainan yang memerlukan kekuatan/keterampilan fisik (contoh:
engrang, dayung, panah, dan pencak silat)
b. Permainan yang memerlukan suatu siasat (contoh: Dakon, Damdaman)
c. Permainan yang memerlukan kekuatan fisik dan siasat (contoh : Sepak
takraw, gobak sodor dan kasti)
d. Permainan yang bersifat untung-untungan (contoh : karapan api,

adu

ayam)
2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam permainan :


Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung : Anggota IKAPI )cet
1 1992,cet2 1994 hal 172
''KPPK, Ilmu Pendidikan Guru didalam Kelas (Bandung : Jalan Dokter Cipto 9)Khusus
untuk kemen trian Agamahal 10

7

8

a. Hams kita usahakan agar anak-anak mendapat waktu yang cukup
untuk bermain
b. Hams ada tempat untuk bermain
c. Hams mempunyai alat-alat untuk bermain
d. Hams ada pimpinan bermain�
3. Metode permainan dalam pendidikan pada anak
Kata metode berasal dari bahasa

Greek

( Yunani ) Yang

terdiri

darikata"Me�/za" yang berarti melalui dan ''hodos'" yang berarti jalan, cara, alat,
atau gaya. Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode mempakan alat yang
di pergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.*�
a. Keunggulan Metode Permainan
1) Permainan menumbuhkan kegembiraan dan tidak membosankan
dalam belajar
2)

Kompetisi dan ingin menang dirasakan oleh peserta

3) Dapat menggunakan alat-alat

yang mudah di dapat, murah, dan

mudah di gunakan
4) Ganjaran bagi pemenang dapat di rasakan secara langsung
5) Permainan memungkinkan adanya partisipasi aktif dari anak untuk
belajar
6) Permainan dapat memberikan umpan balik yang memungkinkan
proses belajar lebih efektif
7) Permainan bersifat luwes, yang di pakai untuk berbagai tujuan
pendidikan

dengan

mengubah

sedikit

alat,

aturan,

maupun

persoalannya
b.Kelemahan Metode Permainan
1) Kemungkinan timbul perasaan untuk mengalahkan yang lain
bukan bekerja sama
2) Tidak semua topik dapat menggunakan metode permainan, makin
tinggi tingkatannya makin sukar di sampaikannya
'KPPK, Ilmu Pendidikan Guru didalam Kelas (Bandung : Jalan Dokter Cipto 9) Khusus
untuk kementrian Agama hal 12-13
'�M.Ariiin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1987) cet ke-3 hal 89

9

3)

Melebihi waktu yang telah di tentukan

4)

Permainan akan mengganggu ketenangan sekitamya

4. Teknik Permainan
Permainan mempunyai peraturan dan pedoman untuk memainkannya.
Setiap anak mempunyai kesempatan untuk turut serta dalam permainan.
Setiap permainan di iringi dengan diskusi, permainan di sesuaikan dengan
situasi dan kondisi, waktu, tempat, dan sasarannya. Agar tujuan belajar dapat
di capai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira dan bersaing.
Adapun penggunaan teknik permainan sebagai berikut:
a. Pendidik atau bersama peserta didik, memikirkan atau menentukan
ide pokok, pesan atau masalah yang di sampaikan dalam permainan
b. Pendidik bersama peserta didik menyusun dan menentukan aturan
permainan yang mudah, sederhana dan jelas
c. pendidik membantu peserta didik dalam mempersiapkan tempat,
fasilitas, dan alat-alat yang di perlukan
d. pendidik membantu peserta didik dalam melaksanakan permainan
5. Permainan Tradisional
Permainan Tradisional menurut
bentuk

James Danandjaja adalah salah Satu

yang berupa permainan anak-anak, yang beredar secara lisan

diantara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi turun
temurun serta banyak mempunyai variasi. Sifat atau ciri dari permainan
tradisional

anak sudah

tua usianya,tidak diketahui asal usulnya, siapa

penciptanya dan darimana asalnya. Biasanya disebarkan dari mulutke mulut
dankadang-kadang mengalamiperubahan nama atau bentuk meskipun
dasamya sama.

Jika dilihat

dari akar

katanya, permainan tradisional

tidak lain adalah kegiatan yang diatur oleh suatu peraturan permainan yang
merupakan pewarisan dari generasi terdahulu yang dilakukan manusia
(anak-anak) dengan tujuan mendapat kegembiraan.
Menurut Atik Soepandi, Skar dkk. Permainan adalah
menghibur

hati.

Baik

yang

mempergunakan

alat

perbuatan untuk
ataupun

tidak

mempergunakan alat. Sedangkan yang dimaksud tradisional adalah segala

10

sesuatu yang dituturkan atau secara turun temurun dari orang tua atau nenek
moyang, sebagai sarana hiburan atau untuk menyenangkan hati.
Permainan tradisional ini bisa dikategorikan dalam tiga golongan,yaitu :
Permainan untuk bermain (rekreatif), permainan untuk bertanding
(kompetitif), permainan yang bersifat edukatif. Permainan tradisional yang
bersifat rekreatif pada umumnya dilakukan untuk mengisi waktu luang.
Permainan tradisional

yang bersifat kompetitif,

memiliki

ciri-ciri

:

terorganisir, bersifat kompetitif, dimainkan oleh paling sedikit 2 orang.
Mempunyai kriteria yang menentukan siapa yang menang dan yang kalah,
serta mempunyai peraturan yang di terima bersama oleh pesertanya.
Sedangkan permainan tradisional yang bersifat edukatif, terdapat unsurunsur

pendidikan

di

dalamnya.

Melalui

permainan

ini

anak-anak

diperkenalkan dengan berbagai jenis dan bentuk permainan pasti terkandung
unsur pendidikannya. Inilah salah satu bentuk pendidikan yang non formal
di dalam masyarakat. Permainan jenis ini menjadi alat sosialisasi untuk
anak-anak agar mereka dapat manyesuaikan diri sebagai anggota kelompok
sosialnya.
a. Macam-macam Permainan Tradisional
Banyak sekali macam-macam permainan tradisional di Indonesia,
hampir diseluruh
mengalami

daerah-daerah telah mengenalnya bahkan pernah

masa-masa

bermain permainan

tradisional

sejak kecil.

Permainan tradisional perlu di kembangkan lagi karena mengandung
banyak unsur manfaat dan persiapan bagi anak dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat. Beberapa contoh permainan tradisional adalah : Congklak,
Bola bekel, Bola kasti, Petak umpet, Taplak, dan Iain-lain
b. Permainan Tradisional sebagai Media Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas kadang terasa
monoton hingga menyebabkan siswa merasa jenuh. Untuk menghindari
kejenuhan siswa maka dapat diselipkan permainan tradisional dalam
pembelajaran

tersebut.

Contohnya

dalam

pembelajaran

penjumlahan

matematika dapat diselipkan permainan "Gatheng". Dengan pemainan

11

Gatheng kemampuan motorik dan kemampuan berhitung anak dapat
terlatih, dan juga terdapat unsur sportifitas dan kesenangan dalam permainan
tersebut.
Dengan jumlah yang ditargetkan dalam permainan "Gatheng", maka
siswa dapat melatih ingatan dan melatih kemampuan berhitungnya.
Misalnya jumlah yang ditargetkan 50. Maka setiap pemain melakukan
teplek, dihitung berapa jumlah batu yang bisa di tangkapnya kemudian
ditambahkan

dengan jumlah

teplekan

selanjutnya,

dilakukan

secara

berulang-ulang hingga jumlahnya mencapai target yang telah ditentukan.
Berarti mereka harus mengingat jumlah yang telah mereka peroleh dan
harus menjumlahkan hasil teplekan yang telah diperoleh dengan teplekan
selanjutnya. Dengan demikian permainan tradisional dapat dijadikan sebagai
media pembelajaran.�
B, Pendidikan Tentang Akhlak
Kata pendidikan akhlak merupakan dua rangkaian kata yang terdiri dari kata
pendidikan dan akhlak. Sebelum penulis menjelaskan mengenai pendidikan
akhlak, terlebih dahulu akan penulis jelaskan mengenai pengertian pendidikan,
kemudian pengertian akhlak yang merupakan penggabungan dari kata pendidikan
dan kata akhlak.
1. Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata "didik", lalu kata ini mendapat awalan me
sehingga menjadi "mendidik", artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam
memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan
pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya, pengertian
"pendidikan" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan
sikap

dan

tata

laku

seseorang

atau

kelompok

orang

dalam

usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan
Bila kita akan melihat pengertian Pendidikan dari segi bahasa, maka kita

'Pembelajarandewi.i31es.wordpress.com/2011/05/printpendaliuluan.doc. unduli tanggal
14 maret 2013

12

hams melihat kepada kata Arab kerena ajaran Islam itu diturunkan dalam
bahasa tersebut. Kata "Pendidikan" yang umum kita gunakan sekarang, dalam
Bahasa Arabnya adalah

"Tarbiyah",

dengan kata kerja

"Rabba".}Lata

"Pengajaran" dalam Bahasa Arabnya adalah "Ta'lim", dengan kata kerjanya
"y4//ama ".Pendidikan dan pengajaran dalam Bahasa Arabnya "Tarbiyah wa
Ta 'lim" sedangkan "Pendidikan Islam" dalam Bahasa Arabnya adalah
"
"
"Tarbiyah Islamiyah ".'"Kata kerja Rabba (mendidik) sudah digunakan pada
zaman Nabi MuhamadSAW seperti terlihat dalam ayat Al-Qur'an dan Hadist
Nabi.
Dalam ayat Al-Qur'an kata ini digunakan dalam susunan sebagai berikut:

"Ya Tuhan, sayangilah keduanya (Ibu Bapakku) sebagaimana
mereka telah mengasuhku (mendidikku) sejak kecil". (Q.S. 17 Al-Isra' 24)
Dalam

bentuk

kata

benda,

kata

"Rabba"

ini

digunakan juga

untuk"Tuhan",mungkin karena Tuhan juga bersifat mendidik, mengasuh,
memelihara, malah mencipta.
Dalam ayat lain kata ini digunakan dalam susunan sebagai berikut:




CLilJjl�

"Berkata (Fir'aun kepada Nabi Musa), bukankah kami telah
mengasuhmu (mendidikmu) dalam keluarga kami, waktu kamu masih
kanak-kanak dan tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu".
(Q.S. 26 Asy-Syura 18)
Kata Ta'lim dengan kata kerjanya " 'allama" juga sudah digunakan pada
zaman Nabi. Baik dalam Al-Qur'an, Hadist atau pemakaian sehari-hari, kata
ini lebih banyak digunakan dari pada kata "Tarbiyah " tadi.Dari segi bahasa,

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, t.t) h. 137. Lihat
juga Ahmad Warson, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997),
h. 967 dan Zakiah Daradjat, Imu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) cet. 7, h. 25-27

13

perbedaan arti dari kedua kata itu cukup jelas.Bandingkanlah penggunaan dan
"
arti kata berikut ini dengan kata "Rabba
"Addaba "Nasyaa dan Iain-lain
yang masih kita ungkapkan tadi.Firman Allah :

"Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama semuanya". (Q.S.
Al-Baqarah: 31)

Firman-Nya lagi:
J�l

IIX �011

U Jlij

"Berkata (Sulaiman) : Wahai manusia, telah diajarkan kepada
kamipengertian bunyi burung".{Q.'&. An-Naml: 16)

Kata

"Allama" pada kedua ayat tadi mengandung pengertian sekedar

memberitahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan
kepribadian, karena sedikit sekali kemungkinan membina kepribadian Nabi
Sulaiman melalui burung, atau membina kepribadian Adam melalui nama
benda-benda. Lain halnya dengan pengertian

"Rabba"Adabbadan

selainya tadi.Disitu jelas terkandung kata pembinaan, pimpinan, pemeliharaan,
dan sebagainya.
Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai
sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah lakuyang sesuai dengan
kebutuhan. Sebagian orang memahami arti pendidikan sebagai pengajaran
karena pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran. Jika
pengertian seperti ini kita pedomani, setiap orang yang berkewajiban
mendidik (seperti guru dan orangtua) tentu harus melakukan perbuatan
mengajar. Padahal, mengajar pada umumnya diartikan secara sempit dan
formal sebagai kegiatan menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar ia
menerima dan menguasai materi pelajaran tersebut, atau dengan kata lain agar

14

siswa tersebut memiliki ilmu pengetahuan. "
Pendidikan dalam arti sederhana sering di artikan sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat
dan kebudayaan. Kata pendidikan sering diartikan bermacam-macam. Dalam
kehidupan sehari-hari kata pendidikan diartikan dengan lembaga pendidikan
dan adakalanya diartikan dengan hasil pendidikan.'�
Namun demikian, untuk membahas pengertian pendidikan tersebut, akan
lebih komprehensif jika ditelusuri secara kebahasaan dan akar persoalan dari
istilah pendidikan itu sendiri. Istilah pendidikan sesungguhnya berasal dari
bahasa Yunani,Paedagogy, yang memiliki arti seorang anak yang pergi dan
pulang sekolah diantar oleh seorang pelayan. Dalam sejarahnya di Yunani,
terdapat seorang anak yang setiap harinya diantar dan dijemput oleh seorang
pelayan untuk mendapatkan pengetahuan dari sekolah. Proses itu kemudian
dikenal dengan istilah Paedagogy yang selanjutnya menjadi akar masalah dari
istilah pendidikan yang digunakan sekarang.s
2. Akhlak
a, Pengertian Akhlak
Sebelum sampai pada pengertian akhlaq lebih dahulu perlu diketahui bahwa
kata akhlak itu bentuk jamak dari kata "Alkhuluku" , dan kata yang terakhir
ini mengandung segi-segi yang sesuai dengan kata

' ' Al - k ha l k u"

yang

bermakna kejadian. Kedua kata tersebut berasal dari kata kerja ' ' K h a l a k a "
yang mempunyai arti "Menjadikan".'�
Menurut bahasa ( etimologi ) perkataan akhlak ialah bentuk jamak dari
khuluq (khuluqun ) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau
tabi'at.

Akhlak disamakan

dengan kesusilaan,

sopan santun.

Khuluq

merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia,
seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh. Dalam bahasa
Yunani pengertian khuluq ini disamakan dengan kata ethicos atau ethos,
"

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan{ penerbit :PT.RemajaRosdakarya,1995 s/d
2009) cetke-1 hal 9-11
'�.M.Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan (penerbit: UIN Jakarta) cet 1, hal 5
''.Anwar Masy'ari,,AkhlakAlqur'an (Surabaya : PT.Bina Ilmu 1990) cet I hal 1

15

artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan
perbuatan. Ethicos kemudian beerubah menjadi etika.'"�
Akhlak dari segi bahasa ini membantu penulis dalam menjelaskan
pengertian akhlak dari segi istilah. Namun demikian pengertian akhlak dari
segi bahasa ini sering digunakan untuk mengartikan akhlak secara umum.
Akibatnya segala sesuatu perbuatan yang sudah dibiasakan dalam masyarakat
atau nila-nilai budaya yang berkembang dalam masyarakat disebut akhlak.
Demikian pula aturan baik buruk yang berasal dari pemikiran manusia,
seperti etika, moral dan adat kebiasaan juga dinamakan akhlak. Persepsi ini
tidak sepenuhnya tepat, sebab antara akhlak, moral, etika dan adat kebiasaan
terdapat perbedaan. Akhlak bersumber pada agama, sedangkan etika, moral
dan adat kebiasaan berasal dari pemikiran manusia. Dalam konsepnya akhlak
adalah suatu sikap mental yang mendorong untuk berbuat tanpa berfikir dan
pertimbangan.��
Secara terminologis ada beberapa definisi tentang akhlak menurut
para ahli.Yaitu diantaranya :
Imam Al-Ghazali
"Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan."'�
Akhlak menurut Al-Ghazali mempunyai tiga dimensi:
1) Dimensi diri, yakni orang dengan dirinya dan Tuhannya
seperti ibadah dan shalat.
2) Dimensi sosial, yakni masyarakat,pemerintah dan pergaulan
dengan sesamanya.
3) Dimensi metafisis, yakni aqidah dan pegangan dasarnya.'�

'''.M.Yatimin Abdullah, MA.Studi Akhlak dalam PerspektifAl-qur'an (Jakarta : Amzah
2007)cet I hal 1-2
'�.Moh.Ardani, Nilai-nilai akhlak/Budipekerti dalam ibadat (Pustaka Nasional : 2001)cet
I hal 26-27
Yunahar Ilyas , Kuliah akhlaq (Yogyakarta : 1999)cet I
'�.Moh.Ardani, Nilai-nilai akhlak/Budi pekerti dalam ibadat (Pustaka Nasional : 2001)cet
I hal 28

,

16

Ibrahim Anis
"Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah
macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran
dan pertimbangan."
Abdul Karim Zaidan
"Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang
dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya
baik

atau

buruk,

meninggalkannya."'

untuk

kemudian

memilih

melakukan

atau

Ibnu Miskawaih
"Keadaan

jiwa

seseorang

yang

mendorongnya

untuk

melakukan

perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu."
Prof. Dr. Ahmad Amin
"Akhlak (Adatul- Iradah) atau kehendak yang dibiasakan."
Prof.KH. Farid Ma'ruf
"Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah
karena kebiasaan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih
dahulu."'�
Sebagaimana dikutip Saiful Amin Ghaflir, Akhlak berasal dari bahasa
Arab akhlaq. Kata dasar (mufrad) adalah khulqu berarti perangai (al-sajinah),
tabiat atau tingkah laku (ath-thabi-ah), kebiasaan (al-adat), dan adab yang
baik (al-muru 'ah)?�
Sebagaimana dikutip Yunahar Ilyas berakar dari kata khalaqa yang
berarti menciptakan.Seakar dengan kata Khaliq (pencipta), makhluq (yang
diciptakan)

dan

mengisyaratkan

Khalq
bahwa

(penciptaan).
dalam

akhlak

Kesamaan
tercakup

akar

pengertian

kata

diatas

terciptanya

keterpaduan antara kehendak Khaliq (Tuhan) dengan perilaku makhluk

Yunahar Ilyas, Kuliah akhlaq (Yogyakarta : 1999)cet I
'�.A.Mustofa, Akhlak/tasawuf,(Q&ndmig :CV. Pustaka Setia 1997)hal 12-14
Saiful Amin Ghofur, Bahaya Akhlak Tercela, (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani,
h.
3
2007),

7

(manusia), atau dengan kata lain, tata perilaku seseorang terhadap orang lain
dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlak yang hakiki manakala
tindakan atau perilaku tersebut didasarkan kepada kehendak Khalik (Tuhan).
Akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur
hubungan antar sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan
antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta sekalipun.�'
Hamzah

Ya'kub

sebagaimana

dikutip

oleh

M.

Yatimin

Abdullah

mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut
a) Akhlak ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan
buruk, antara terpuji dan tercela, tentang perkataan atau
perbuatan manusia lahir dan batin.
b) Akhlak ialah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian
tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan
manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari
seluruh usaha dan pekerjaan mereka.
b. Dasar Pendidikan Akhlak
Dasar diartikan sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah
memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai.��
Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar
sesuatu tersebut tegak kokoh berdiri. Dengan adanya dasar ini maka
pendidikan Islam akan tegak berdiri dan tidak mudah diombang-ambingkan
oleh pengaruh oleh pengaruh luar yang mau merobohkan atau pun mau
mempengaruhinya?"'
Dasar pendidikan adalah pandangan hidup yang melandasi seluruh
aktivitas

pendidikan.Karena

dasar

menyangkut

masalah

ideal

dan

fundamental, maka diperlukan landasan pandangan hidup yang kokoh dan

�'Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak,(Yogyakaxta: Pustaka Pelajar Offset, 2011), cet. XI, h. 1
Yatimin Abdullah, Study Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur'an, (Jakarta: Sinar Grafika
Offset, 2007), cet. 1, h. 3
Ramayulis dan Samsul Nizar, FilsafatPendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009),
cet. 3, h. 107
Ramayulis dan Samsul Nizar, FilsafatPendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009),
cet. 3, cet. 1, h. 19

18

komprehensif, serta tidak mudah berubah.��
Akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri seseorang
yang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan.Apabila
perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama, maka tindakan itu disebut
akhlak yang baik atau akhlakul karimah.Sebaliknya, akhlak yang buruk
disebut akhlakul mazmumah.Baik dan buruk didasarkan kepada sumber nilai,
yaitu Al-Qur'an dan Sunnah Rasul.��
c. Macam-macam akhlak
Bahwa nilai-nilai yang hendak dibentuk atau diwujudkan dalam pribadi
anak didik sehingga flingsional dan aktual dalam perilaku muslim adalah nilai
Islami yang melandasi moralitas.
Nilai adalah suatu seperangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini
sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola
pemikiran, perasaan keterikatan maupun perilaku. Oleh karena itu sistem nilai
dapat merupakan standar umum yang diyakini, yang diserap dari keadaan
obyektif maupun diangkat dari keyakinan, sentimen (perasaan umum) maupun
identitas yang diberikan atau diwahyukan oleh Allah SWT, yang pada
gilirannya merupakan sentimen (perasaan umum), kejadian umum, identitas
umum yang oleh karenanya menjadi syariat umum.��
Nilai-nilai dalam Islam dilihat dari segi normatif, yaitu baik dan buruk,
benar dan salah, hak dan batil, diridhai dan dikutuk oleh Allah SWT.
Nilai-nilai yang tercakup di dalam sistem nilai Islami yang merupakan
komponen atau subsistem adalah sebagai berikut��:
1) Sistem nilai kultural yang senada dan senapas dengan Islam.
2) Sistem nilai sosial yang memiliki mekanisme gerak yang berorientasi
kepada kehidupan sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat.
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru), (Jakarta: Gaya Media Pratama,
2005), cet. 1, h. 59
��Srijanti, Purwanto S.K, Wahyudi Pramono, Etika Membangun Masyarakat Islam
Modem, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007) cet. 2, h. 10
��Srijanti, Purwanto S.K, Wahyudi Pramono, Etika Membangun Masyarakat Islam
Modem, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007) cet. 2, h. 202
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) cet. 1, h.
127-128

19

3) Sistem nilai yang bersifat psikologis dari masing-masing individu
secara terkontrol oleh nilai yang menjadi sumber rujukannya, yaitu
Islam.
4) Sistem nilai tingkah laku dari makhluk yang mengandung interrelasi
atau interkomunikasi dengan yang lainnya. Tingkah laku ini timbul
karena adanya tuntutan dari kebutuhan mempertahankan hidup yang
banyak diwarnai oleh nilai-nilai yang motivatif dalam pribadinya.
Berikut ini adalah beberapa macam akhlaq yang harus kita pahami:
1) Akhlak terhadap Diri Sendiri
Islam mengajarkan agar manusia menjaga diri meliputi jasmani dan
rohani. Organ tubuh kita harus di pelihara dengan memberikan konsumsi
makanan yang halal dan baik. Apabila kita memakan makanan yang tidak
halal dan tidak baik, berarti kita telah merusak diri sendiri. Perbuatan merusak
ini termasuk akhlak buruk. Oleh karena itu islam mengatur makan dan minum
tidak berlebihan.Akal kita juga perlu dijaga dan dipelihara agar tidak tertutup
oleh pikiran kotor.

Jiwa harus disucikan agar menjadi

orang yang

beruntung.��
Bagaimana seseorang bersikap dan berbuat yang terbaik untuk dirinya
terlebih dahulu, karena dari sinilah seseorang akan menentukan sikap dan
perbuatannya yang terbaik untuk orang lain, sebagaimana sudah dipesankan
nabi bahwa : Mulailah sesuatu itu dari diri sendiri.�"Sebagai contoh dari
akhlak terhadap diri sendiri diantaranya adalah Jujur yaitu dapat melakukan
sesuatu dengan apa adanya dan berkata sesuai dengan kenyataan yang ada.
Sabar yaitu dapat menahan diri dari segala hawa nafsu yang menginginkan
segala macam kenikmatan hidup, kesenangan dan kemegahan dunia. Untuk
mengendalikan segala keinginan itu diperlukan kesabaran. Jangan sampai
semua kesenangan hidup dunia itu membuat seseorang lupa diri, apalagi lupa
tuhan. Teliti yaitu melakukan sesuatu dengan benar dan hati-hati, tidak
Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012 ) cet 2, h
147

�°.Kasmuri Selamat, Ihsan Sanusi, Upaya meraih kehalusan budi dan kedekatan ilahi{
Jakarta: Kalam Mulia, 2012) cet I, h 73

20

terburu-buru. Kerja sama yaitu melakukan sesuatu secara bersama-sama dan
tidak bersifat individu serta mampu menyatu satu dengan yang lain. Sportif
yaitu mampu menerima kekalahan dan tidak bermain curang saat melakukan
permainan. Bertanggung jawab yaitu melakukan sesuatu sesuai dengan
proporsi dan berani menanggung resiko apapun dalam suatu pekerjaan atau
permainan. Saling menyayangi yaitu selalu menjadikan teman sebagai
saudara dan sahabat dan tidak menanamkan permusuhan dengan teman.
2) Akhlak terhadap Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat.Baik tidaknya suatu
masyarakat ditentukan oleh baik tidaknya keadaan keluarga umumnya pada
masyarakat tersebut.Oleh karena itu apabila kita menghendaki terwujudnya
suatu masyarakat yang baik, tertib dan diridhai Allah mulailah dari keluarga.�'
Pendidikan dalam keluarga oleh orang tua adalah merupakan dasar atau
pondasi dari pendidikan anak selanjutnya. Di dalam keluargalah tempat
meletakkan dasar-dasar kepribadian anak yang masih usia muda, karena pada
usia ini biasanya anak-anak sangat peka terhadap pengaruh lingkungan
keluarga dan masyarakat.
Di dalam keluarga, maka orang tua yang terdiri dari ayah, ibu atau
orang yang diserahi tanggung jawab dalam satu keluarga memegang peranan
yang sangat penting terhadap pendidikan anak-anak. Oleh karena itu, orang
tualah yang merupakan pendidikan utama dan pertama bagi anak-anak, karena
memang merekalah yang mula-mula dikenal oleh anak-anak sejak lahir.��
Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan diantara
anggotanya

bersifat

khas.Dalam

lingkungan

ini

terletak

dasar-dasar

pendidikan.Di sini pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan
tatanan pergaulan yang berlaku di dalamnya, artinya tanpa harus diumumkan
atau dituliskan terlebih dahulu agar diketahui dan diikuti oleh seluruh anggota
keluarga. Di sini diletakkan dasar-dasar pengalaman melalui rasa kasih sayang
dan penuh kecintaan, kebutuhan akan kewibawaan dan nilai-nilai kepatuhan.
�'Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012) cet. 2, h. 43
��Djumransyah & Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam Menggali "Tradisi
Meneguhkan Eksistensi, (UIN-Malang Press, 2007) cet. 1, h. 84

21

Justru pergaulan yang demikian itu berlangsung dalam hubungan yang bersifat
pribadi dan wajar, maka penghayatan terhadapnya mempunyai arti yang amat
penting.��
Keluarga

adalah

ladang

terbaik

dalam

menyemaian

nilai-nilai

agama.Orang tua memiliki peranan yang strategis dalam mentradisikan ritual
keagamaan sehingga nilai-nilai agama dapat ditanamkan ke dalam jiwa
anak.Kebiasaan orang tua dalam melaksanakan ibadah, misalnya seperti
shalat, puasa, infak, dan sadaqah menjadi suri teladan bagi anak untuk
mengikutinya.Di sini nilai-nilai agama dapat bersemi dengan subumya di
dalam jiwa anak.Kepribadian yang luhur agamis yang membalut jiwa anak
menjadikannya insan-insan yang penuh iman dan takwa kepada Allah SWT.
Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman :

"Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka".{(�.'S>. At-Tahrim: 6)

Keluarga dan pendidikan tidak bisa dipisahkan.Karena selama ini telah
diakui bahwa keluarga adalah salah satu dari Tri Pusat Pendidikan yang
menyelenggarakan

pendidikan

secara

kodrati.

Menurut

Kamrani

Buseri.�"'Pendidikan di lingkungan keluarga berlangsung sejak anak lahir,
bahkan setelah dewasa pun orang tua masih berhak memberikan nasihatnya
kepada anak. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an Allah berfirman:

'�1�1 J

U U kl

[iTi] 1 jjii

� 1
� u

Uj

Uj

Zakiyah Darazjat, Ilmu Pendidikan Islam, ((Jakarta: Bumi Aksara, 2012) cet. 10, h. 66
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga,
Rineka
(Jakarta:
Cipta, 2004) cet. 1, h. 19-22

22

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun.Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karibkerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabildan hamba
sahayamu.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
dan membangga-banggakan