Hubungan Usia Dan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Tentang Periksa Payudara Sendiri (Sadari) di Rt 05 Dan Rt 07 Rw 02 Kelurahan Rempoa Tahun 2010

(1)

DENGAN PENGETAHUAN WANITA USIA 20-50

TAHUN TENTANG PERIKSA PAYUDARA SENDIRI

(SADARI)

(Studi di Rt 05 dan Rt 06 Rw 02 Kelurahan Rempoa

Pada Tahun 2010)

Laporan Penelitian Ini Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Disusun Oleh :

MARYAM HANIFAH

107103000600

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH


(2)

i Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Oktober 2010


(3)

ii

PAYUDARA SENDIRI (SADARI)

(Studi di Rt 05 dan Rt 06 Rw 02 Kelurahan Rempoa Pada Tahun 2010)

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh Maryam Hanifah NIM: 107103000600

Pembimbing

dr. Fika Ekayanti, M. Med. Ed

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H/2010 M


(4)

iii

Laporan Penelitian berjudul Hubungan Usia Dan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Tentang Periksa Payudara Sendiri (Sadari) di Rt 05 Dan Rt 07 Rw 02 Kelurahan Rempoa Tahun 2010 yang diajukan oleh Maryam Hanifah (NIM: 107103000600), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 6 Oktober 2010. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 6 Oktober 2010

DEWAN PENGUJI

Pembimbing Penguji

dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed. dr.Afrimal Safaruddin SpB(k)Onk

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN


(5)

iv

Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai dari suatu urusan , kerjakan dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan

hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (QS Al Insyirah 6-8) Jikalau engkau lelah mengerjakan suatu kebaikan, maka ingatlah bahwa rasa lelah itu

akan segera menghilang sedangkan kebaikan itu kekal dalam kebaikan ( ali bin abi thalib)

Laksanakan urusan agama yang menjadi pegangan hidup, perbaiki urusan dunia yang menjadi tumpuan hidup dan persiapkan akhirat yang menjadi tempat kembali. Jadikanlah hidup sebagai tambahan bagi diri dalam segala kebaikan dan jadikan

kematian istirahat dari segala kejahatan. Karya Tulis Ini Aku Persembahkan Untuk :

Dzat yang menjadikan manusia sebagai makhluk sempurna yang memiliki akal untuk berfikir, Syukur Alhamdulillah atas nikmat Iman, Ilmu dan Islam

yang telah tercurah selama masa hidupku.

Buya dan Ummi, orang tua terbaik didunia, panutan hidupku, terimakasih atas kasih sayang, kerja keras dan doa restu, semoga aku bisa menjadi anak yang

soleha yang bisa menambah berat timbangan amal untuk kesyurga Ante masni tercinta, Unda, Mama Idan, adik-adik dan kakak-ku yang selalu

memberikan semangat dukungan doa agar aku berhasil Semua dosen terutama dr. Fika Ekayanti, M. Med. Ed yang telah mendidik, membimbing dan memberiku pengetahuan baru, cakrawala baru untuk hadapi hari

esok yang lebih baik

Teman-temanku PSPD’07, Kakak PSPD’05 & 06 , Adik-adik PSPD’08 & 09 Terimakasih untuk semangat & nasehat dalam kesejawatan sejati yang telah dilalui


(6)

v Maryam Hanifah

Hubungan Usia Dan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Tentang Periksa Payudara Sendiri (Sadari) di Rt 05 Dan Rt 07 Rw 02 Kelurahan Rempoa Tahun 2010

Kanker merupakan jenis penyakit yang sering terjadi. kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak menyebabkan kematian kaum wanita. Kebanyakan pasien yang datang berobat justru setelah penyakitnya stadium lanjut. Padahal keberadaan kanker ini bisa dideteksi secara dini. Keterlambatan deteksi ini kemungkinan kurangnya pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker payudara, sedangkan untuk meningkatkan pengetahuan ada beberapa factor yang mempengaruhi diantaranya usia dan tingkat pendidikan.

Penelitian ini bartujuan untuk mengetahui Hubungan Usia Dan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI) di Rt 05 dan Rt 06 Rw 02 Kelurahan Rempoa Tahun 2010.Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan metode cross sectional. Populasi dan sampel penelitian ini adalah 67 Wanita Usia 20-50 Tahun. Penegambilan sampel menggunakan sampling jenuh dan data dikumpulkan melalui kuesioner.

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 54 orang (80,6%) dengan kategori cukup untuk pengertian sadari (68,7%), tujuan (55,2%), serta cara pemeriksaan (62,7%) tetapi untuk pengetahuan tentang waktu (47,8%) dan hasil (53,7%) pemeriksaan SADARI masih kurang. Terdapat wanita berusia 20-30 tahun sebanyak 30 responden (44,8%); dan yang berpendidikan tinggi sebanyak 31 responden (46,3%). Terdapat 21 responden (70%) berumur 20-30 tahun berpengetahuan tinggi ; 22 responden (71,2%) berpendidikan tinggi (akademi, S1) berpengetahuan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wanita Wanita Usia 20-50 Tahun di Rt 05 dan Rt 06 Rw 02 Kelurahan Rempoa Tahun 2010 berpengetahuan tinggi dan sudah mengetahui tentang hal-hal yang berhubungan dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).

Dari hasil uji statistik dengan derajat kepercayaan α 5% didapatkan nilai probabilitas 0,083 pada hubungan pengetahuan wanita usia 20-50 tahun dengan tingkat pendidikan serta didapatkan nilai probabilitas 0,081 pada hubungan dengan usia pengetahuan wanita usia 20-50 tahun. Berdasarkan hasil tersebut dapat dibuktikan bahwa tiadak terdapat hubungan antara usia dengan tingkat pengetahuan wanita usia 20-50 tahun mengenai SADARI. Sadangkan untuk tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan wanita usia 20-50 tahun mengenai SADARI memiliki hubungan tetapi kurang bermakna.

Kata kunci : Tingkat pengetahuan, wanita usia 20-50 tahun, pemeriksaan payudara sendiri , Rt 05 Dan Rt 06 Rw 02 Kelurahan Rempoa


(7)

vi

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Usia Dan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI) di Kelurahan Rempoa Rt 05 Dan Rt7 Rw 02 Pada Bulan September Tahun 2010 ”.

Dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini penulis mendapat bimbingan petunjuk maupun saran yang tak ternilai harganya sehingga merupakan kebahagiaan bagi penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr.MK. Tadjudin, SpAnd. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

2. DR. Syarief Hasan Lutfie, Sp. RM selaku Kepala Program Studi Kedokteran.

3. dr. Fika Ekayanti M. Med. Ed selaku pembimbing riset yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan.

4. Para dosen PSPD UIN yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama mengikuti pendidikan.

5. Kedua orang tua, dan adik-adikku yang telah memberikan dukungan moril maupun materil.

6. Teman-teman sejawat yang telah memberikan saran.

Akhir kata, penulis berharap makalah hasil penelitian ini dapat berguna bagi para pembaca umumnya, khususnya bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jakarta, Oktober 2010


(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ii

LEMBAR PENGESAHAM……… iii

PERSEMBAHAN……… iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………... 1

B. Rumusan Masalah ………...………... 4

C. Hipotesis ……… 4

D. Tujuan Penelitian ………...………... 4

1. Tujuan Umum ……….……….….. 4

2. Tujuan Khusus ……….……... 5

E. Manfaat Penelitian ………...……. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan...……… 7

1. Pengertian ………... 7

2. Tingkat Pengetahuan... 8

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan……….. 10

B. Payudara ……… 15

1. Morfologi dan Ruang Lingkup………. 15

2. Facia yang berkaitan dengan glandula mamae………...… 17


(9)

viii

C. Kanker Payudara ... 19

1. Definisi Kanker Payudara ... 19

2. Etiologi ... 19

3. Faktor Resiko ………. 20

4. Perjalanan Penyakit ……… 25

5. Penyebaran……….. 27

6. Manifestasi Klinik……… 28

7. Diagnosis………. 31

8. Klasifikasi Stadium……….. 34

9. Terapi………... 36

D. Konsep Dasar Pemeriksaan Payudara Sendiri ... 37

1. Pengertian ... 37

2. Tujuan... 37

3. Waktu ... 37

4. Cara ... 38

5. Hasil ... 41

E. Kerangka Konsep...………...…………... 42

F. Variabel Pengukuran... 43

G. Definisi Operasional...………...………... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Disain Penelitian....……… 46

B. Ruang Lingkup Penelitian...……….. 46

C. Kerangka Operasional Penelitian ...……….. 47

D. Populasi, Sampel dan Sampling....………. 48

1 Populasi ... 48

2 Sampel ... 48


(10)

ix

F. Pengolahan dan Analisis Data ....………...…………... 49

1. Pengolahan Data... 49

2. Teknik Analisa Data ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………... 52

1. Data Umum ... 52

a. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ………..…… 52

b. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 53

2. Data khusus ………...…. 53

a. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan ………….… 54

b. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan... 72

c. Distribusi Pengetahuan wanita usia 20-50 tahun tentang periksa payudara sendiri (SADARI) berdasarkan umur ... 73

d. Distribusi Pengetahuan wanita usia 20-50 tahun tentang periksa payudara sendiri (SADARI) berdasarkan pendidikan... 74

B. Pembahasan... 75

1. Identifikasi Karakteristik (Umur dan Pendidikan) wanita usia 20-50 tahun tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)………..… 75

a. Wanita usia 20-50 tahun di Rt 05 Dan Rt07 Rw 02 Kelurahan Rempoa………..………….. 75

b. Pendidikan wanita usia 20-50 tahun di Rt 05 Dan Rt07 Rw 02 Kelurahan Rempoa ... 76

2. Pengetahuan Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).. 77

a. Identifikasi wanita usia 20-50 tahun dengan pengetahuan tentang penegtahuan kanker payudara berdasarkan umur ... 80

b. Identifikasi wanita usia 20-50 tahun dengan pengetahuan tentang penegtahuan kanker payudara berdasarkan pendidikan .. 82


(11)

x

A. Kesimpulan ……… 85

B. Saran ………...….... 87

1. Bagi Peneliti ………...…… 87

2. Bagi Tenaga Kesehatan……….... 87

3. Bagi Masyarakat ……… 87


(12)

xi

Tabel 3.1 Kerangka Operasional ………..……….….. 47 Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan Usia di RT 06 dan RT 07

RW 02 Kelurahan Rempoa pada tahun 2010 ……….. 52 Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan pendidikan di RT 06 dan RT 07

RW 02 Kelurahan Rempoa pada tahun 2010 …..………....… 53 Table 4.3 Distribusi responden berdasarkan jawaban pertanyaan

“apakah SADARI untuk mendeteksi tumor payudara dapat dilakuan sendiri oleh setiap wanita” pada wanita usia 20-50 tahun di RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan Rempoa

tahun 2010 ……….………... 54

Table 4.4 Distribusi responden berdasarkan jawaban pertanyaan “penegertian SADARI” di RT 06 dan RT 07 RW 02

Kelurahan Rempoa pada tahun 2010 ………... 57 Table 4.5 Distribusi responden berdasarkan jawaban pertanyaan

“tujuan SADARI” di RT 06 dan RT 07 RW 02

Kelurahan Rempoa pada bulan September 2010 ………... 60 Table 4.6 Distribusi responden berdasarkan jawaban pertanyaan

“waktu pemeriksaan SADARI” di RT 06 dan RT 07 RW 02


(13)

xii

“cara pemeriksaan SADARI” di RT 06 dan RT 07

RW 02 Kelurahan Rempoa pada tahun 2010 ……….….. 66

Table 4.8 Distribusi responden berdasarkan jawaban pertanyaan “hasil pemeriksaan SADARI” di RT 06 dan RT 07 RW 02

Kelurahan Rempoa pada tahun 2010………... 69 Tabel 4.9 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan wanita

usia 20-50 tahun tentang periksa payudara sendiri (SADARI) di RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan Rempoa

pada tahun 2010 …...…… 72 Tabel 4.10 Distribusi pengetahuan wanita usia 20-50 tahun

tentang periksa payudara sendiri (SADARI) berdasarkan umur di RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan Rempoa

pada tahun 2010 ...…..………… 73 Tabel 4.11 Distribusi pengetahuan wanita usia 20-50 tahun

tentang periksa payudara sendiri (SADARI)

berdasarkan pendidikan di RT 06 dan RT 07 RW 02


(14)

xiii

Gambar 2.1 Anatomi normal payudara (Hall, 2007) ..……… 16

Gambar 2.1 Anatomi normal payudara .( Carneiro, 2007 )……… 17

Gambar 2.3. Tanda dan gejala pada karsinoma mammae (R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong.1997)………...…. 30

Gambar 2.4 Cara Pemeriksaan Sadari 1 Naura, 2009) ………..… 38

Gambar 2.5 Cara Pemeriksaan Sadari 2 (Naura, 2009) ……….... 39

Gambar 2.6Cara Pemeriksaan Sadari 3 (Naura, 2009) ……….…… 39

Gambar 2.7 Cara Pemeriksaan Sadari 4 (Naura, 2009)…….………... 40

Gambar 2.8 Cara Pemeriksaan Sadari 5 (Naura, 2009) ………. 40

Gambar 2.9 Cara Pemeriksaan Sadari 6 (Naura, 2009) ……… 41

Gambar 2.10 Kerangaka Konsep Penelitian ……… 43


(15)

xiv

Diagram 4.1 Distribusi frekuensi jawaban pertanyaan “apakah SADARI untuk mendeteksi tumor payudara dapat dilakuan sendiri

oleh setiap wanita” pada wanita usia 20-50 tahun

tentang periksa payudara sendiri (SADARI) berdasarkan umur …… 55 Diagram 4.2 Distribusi jawaban pertanyaan “apakah SADARI untuk

mendeteksi tumor payudara dapat dilakuan sendiri

oleh setiap wanita” pada wanita usia 20-50 tahun tentang periksa payudara sendiri (SADARI)

berdasarkan pendidikan …...……… 56

Diagram 4.3 Distribusi jawaban pertanyaan “pengertian SADARI”

pada wanita usia 20-50 tahun tentang periksa payudara

sendiri (SADARI) berdasarkan umur ………...………… 58 Diagram 4.4 Distribusi jawaban pertanyaan “pengertian SADARI”

pada wanita usia 20-50 tahun tentang periksa payudara sendiri

(SADARI) berdasarkan pendidikan ……… 59 Diagram 4.5 Distribusi jawaban pertanyaan “tujuan SADARI”

pada wanita usia 20-50 tahun tentang periksa payudara sendiri

(SADARI) berdasarkan umur ………...……… 61

Diagram 4.6 Distribusi jawaban pertanyaan “tujuan SADARI”

pada wanita usia 20-50 tahun tentang periksa payudara sendiri


(16)

xv

pada wanita usia 20-50 tahun tentang periksa payudara sendiri

(SADARI) berdasarkan umur ……...……… 64

Diagram 4.8 Distribusi jawaban pertanyaan “waktu pemeriksaan SADARI”

pada wanita usia 20-50 tahun tentang periksa payudara sendiri

(SADARI) berdasarkan pendidikan ……….………... 65 Diagram 4.9 Distribusi jawaban pertanyaan “ cara pemeriksaan”

pada wanita usia 20-50 tahun tentang periksa payudara sendiri

(SADARI) berdasarkan umur ………...…… 67 Diagram 4.10 Distribusi jawaban pertanyaan “cara Pemeriksaan SADARI”

pada wanita usia 20-50 tahun tentang periksa payudara sendiri

(SADARI) berdasarkan pendidikan …...……… 68 Diagram 4.11 Distribusi jawaban pertanyaan “hasil pemeriksaan SADARI”

pada wanita usia 20-50 tahun tentang periksa payudara sendiri

(SADARI) berdasarkan umur …………...……… 70 Diagram 4.12 Distribusi jawaban pertanyaan “hasil pemeriksaan SADARI”

pada wanita usia 20-50 tahun tentang periksa payudara sendiri

(SADARI) berdasarkan pendidikan ……… 71


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker payudara adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel payudara menjadi sel kanker (Fitria, 2007). Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak atau menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur (Alamsyah, 2009).

Setiap tahun penderita kanker peyudara mencapai 1,1 juta perempuan dan jumlah ini merupakan 10% dari kasus baru seluruh kanker. Dengan angka kematian sebesar 410.000 setiap tahun dan menjadikan 1.6% sebagai penyebab kematian perempuan di dunia. Kanker peyudara merupakan masalah yang cenderung meningkat pada Negara dengan sumber terbatas dimana insidennya meningkat sebanyak 5% setiap tahun (Depkes, 2007).

Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim di Indonesia (Tjindarbumi, 1995). Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di Indonesia tidak banyak berubah. Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap menduduki tempat teratas. Data terbaru berdasarkan penelitian pada 13 laboratorium patologi anatomi di Indonesia menempatkan kanker serviks diurutan pertama dengan prevalensi 18,62% disusul kanker payudara 11,22% dan kanker kulit 8,03% (Hidayati 2001 : 197). Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut (Moningkey, 2000).


(18)

Resiko terkena kanker payudara tidak sama untuk semua kelompok usia. Jarang terjadi pada usia kurang dari 30 tahun, sedangkan yang kurang dari 20 tahun sangat jarang. Pada wanita usia mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena kanker payudara dari wanita yang berusia 35-60 tahun. Untuk usia dibawah 35 tahun angka kejadian yaitu 1 dari 622. Sedangkan untuk usia 30-60 tahun angka kejadian 1 dari 4 (Brunner 2001). Dihitung dengan selang usia 5 tahunan pasien terbanyak berusia 45-49 tahun (25,2%), 40-44 tahu (15,8%), dan 54-59 tahun (15,6%). (Desen, Wan. 2008).

Kanker payudara umumnya mulai ditemui pada usia setengah baya dan lansia. Jarang terjadi pada usia kurang dari 30 tahun, sedangkan yang kurang dari 20 tahun sangat jarang. Dihitung dengan selang usia 5 tahunan pasien terbanyak berusia 45-49 tahun (25,2%), 40-44 tahu (15,8%), dan 54-59 tahun (15,6%). (Desen, Wan. 2008)

Dilihat dari penyebab timbulnya kematian, kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak menyebabkan kematian kaum wanita (Harsono 2005). Melalui penelitian yang dilakukan oleh Jakarta Breas Center pada bulan april 2001 sampai april 2003 menunjukkan bahwa dari 2.834 orang yang memeriksa benjolan payudaranya, 368 orang(13%) didiagnosa kanker payudara (Djoerban,2005).

Selain itu tidak semua benjolan di payudara adalah kanker, sehingga untuk memastikannya, setiap benjolan perlu diperiksa dengan seksama (medicastore, 2000). Menurut badan kesehatan dunia WHO satu-satunya cara yang efektif sampai saat ini hanya dengan melakukan deteksi sedini mungkin pada kemungkinan timbulnya penyakit ini, yaitu dengan melakukan SADARI

(”pemeriksaan payudara sendiri”). Secara statistic di Amerika dan juga di Indonesia, 95% dari semua kanker payudara ditemukan oleh penderita itu sendiri (Tjarbumi, 1982). Mendeteksi payudara sendiri, sebaiknya dilakukan


(19)

sebulan sekali secara teratur. Waktu yang paling tepat adalah setelah menstruasi, karena payudara saat itu sedang lunak. Sebaiknya setiap perempuan melakukan pemeriksaan sendiri terhadap payudara, untuk mengetahui adanya benjolan atau perubahan di payudara.

Menurut harsono (2005) kebanyakan pasien datang berobat justru setelah penyakitnya stadium lanjut, padahal keberadaan kanker ini bisa dideteksi secara dini, aka tetapi para penderita jarang melakukannya. Karena kelengahan dalam deteksi dini dan keterlambatan pengobatan menyebabkan tingginya angka kematian akibat kanker payudara. Padahal penatalaksanaan kanker payudara telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dalam stadium awal, secara umum kanker payudara memberi hasil pengobatan lebih baik dengan harapan hidup yang lebih baik dibandingkan stadium lanjut pengobatan sangat sukar dan hasilnya sangat tidak memuaskan (Nina, 2003). Pengobatan pada stadium dini untuk kanker payudara menghasilkan kesembuhan 75% (Ama, 1990). Sedangkan angka harapan hidup bila penyakit ini ditemukan secara dini sebasar 85% hingga 95%. Oleh karena itu perempuan sebaiknya memahami tentang kanker payudara sehingga bisa mendeteksi dini terhadap gejala-gejala terjadinya kanker payudara (Swardi 2003).

Keterlambatan deteksi dini kemungkinan karena kurangnya pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker payudara dan tingkat pendidikannya yang rendah karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang sedangkan pengetahuan dipengaruhi oleh umur dan tingkat pendidikan. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya (Notoatmojo, 2003). Sedangkan menurut Harlock, umur menggambarkan kematangan fisik, psikis dan sosial yang mempengaruhi proses belajar mengajar. Ini berarti bahwa usia merupakan salah satu faktor yang mempegaruhi penangkapan informasi yang pada


(20)

akhirnya berpengaruh pada peningkatan pengetahuan seseorang, termasuk pengetahuan tentang deteksi dini kanker payudara

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan peelitian

dengan judul ”Hubungan Usia dan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI) di RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan Rempoa pada tahun 2010”.

B. Perumusan Masalah

Apakah terdapat Hubungan Usia dan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI) di RT 06 dan RT07 RW 02 Kelurahan Rempoa pada tahun 2010?.

C. Hipotesis

Terdapat hubungan bermakna antara usia dan tingkat pendidikan dengan pengetahuan Wanita usia 20-50 tahun tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI) di RT 06 & RT 07 RW 02 Komplek Taman Rempoa Indah pada tahun 2010. Dimana dengan semakin tua usia seseorang maka akan bertambah pengalaman hidupnya sehingga tingkat pengetahuannya pun semakin baik. Begitu juga tingkat pendidikan yang semakin tinggi, maka wawasan dan pemahaman serta pengetahuan seseorang akan semakin tinggi pula.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuiya Hubungan Usia dan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun tentang Periksa Payudara Sendiri


(21)

(SADARI) di RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan Rempoa pada tahun 2010 ”

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Pengetahuan Wanita Usia 20-50 tahun tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI)

b. Mengidentifikasi Pengetahuan Wanita Usia 20-50 tahun tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI) berdasarkan pendidikan

c. Mengidentifikasi Hubungan Pengetahuan Wanita Usia 20-50 tahun tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI) dengan Usia

d. Mengidentifikasi Pengetahuan Wanita Usia 20-50 tahun tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI) berdasarkan Usia

e.Mengidentifikasi Hubungan Pengetahuan Wanita Usia 20-50 tahun Tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI) dengan tingkat Pendidikan E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN SYAHID Jakarta

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa khususnya Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN SYAHID Jakarta


(22)

2. Bagi Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN SYAHID Jakarta.

Hasil penelitan diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN SYAHID Jakarta pada modul Reproduksi. 3. Bagi wanita usia 20-50 tahun di RT 06 dan RT 07 RW 02 Komplek

Taman Rempoa Indah.

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan pengetahuan bagi wanita usia 20-50 tahun di RT 06 dan RT 07 RW 02 Komplek Taman Rempoa Indah tahun 2010

4. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengalaman peneliti dan untuk mengetahui hubungan usia dan tingkat pendidikan dengan pengetahuan wanita usia 20-50 tahun tentang periksa payudara sendiri (SADARI) di RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan Rempoa pada tahun 2010, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta sebagai penerapan ilmu yang didapat selama pendidikan.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul dan penerangan-penerangan yang keliru (Soerjono, 1990).

Menurut Notoatmodjo (2002: 94) bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dan nilai terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi pada penglihatan, pendengaran, penerimaan, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).

Menurut Rosentoc (1974) dalam Notoatmodjo (1993) seseorang akan melakukan pencegahan terhadap suatu penyakit jika ia benar-benar merasa terancam oleh penyakit tersebut. Jika tidak maka ia tidak akan melakukan apa-apa. Seseorang yang mempunyai pengetahuan dan informasi yang banyak tentang suatu penyakit tertentu akan melakukan tindakan yang positif dalam menanggapi kesehatannya seperti cepatnya mencari pengobatan dan mengobati penyakitnya sesuai dengan metode kesehatan yang berlaku.

Perlu dilakukan pengkajian secara lisan atau tulisan untuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang. Pengetahuan umumnya


(24)

dikelompokkan berdasarkan berbagai kategori, yaitu tinggi, rendah, sedang dan tahu atau tidak tahu. Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu latar belakang pendidikan, sosial budaya dan usia (Herawani, 2001).

Pengetahuan mengenai SADARI yang meliputi pengertian, tujuan dan cara melakukannya dapat mempengaruhi wanita untuk berperilaku melakukan SADARI. Karena merupakan perilaku yang nyata (overt behavior), maka SADARI dapat diamati dengan melakukan penilaian terhadap frekuensi. Pengetahuan tentang SADARI sangat diperlukan sebagai tindakan pendeteksian kanker payudara secara dini.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2002: 122) pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu yang diberikan / materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk dalam penggunaan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, menyebutkan contoh,


(25)

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks situasi yang lain.

d. Analisa (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam sesuatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan.

e. Sintesis (Shyntetis)

Sintetis menunjukan suatu kemampuan atau melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagain kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintetis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian ini berdasarkan kriteria yang ditemukan sendiri.


(26)

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Lukman, Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu :

a. Usia

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat beberapa tahun. Semakin cukup usia, tingkat kematangan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup kedewasaannya (Nursalam, 2001).

Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua usia seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada usia tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berusia belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi (2001), juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh usia. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada usia-usia tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa usia merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. usia adalah lamanya waktu hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan sampai berulang


(27)

tahun yang terakhir. Masa menopause merupakan masa peralihan dari masa haid sampai masa berhentinya haid, berlangsung antara usia 30-46 tahun (Depkes, 2007).

Pada masa dewasa merupakan usia produktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosi, masa keterasingan sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyesuaian dengan cara hidup baru, masa kreatif. Pada masa dewasa ditandai oleh perubahan jasmani dan mental. Kemahiran dan keterampilan dan profesional yang dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. (Harlock, 2002) Pembagian usia menurut tingkat kedewasaan:

 20 – 30 tahun

 31 – 40 tahun

 41 – 50 tahun

Jika dihubungkan usia dengan pengetahuan wanita usia subur tentang pentingnya Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI), maka semakin bertambahnya usia, maka akan semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh wanita subur, semakin banyak informasi yang diperoleh wanita usia subur dan semakin memahami apa kegunaan dilakukannya SADARI untuk kesehatan dalam upaya pencegahan dini atas terjadinya kanker payudara. (Hawari D, 2004)

b. Pendidikan

Menurut Notoadmojo (1997) pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut Wied Hary A.(1996), menyebutkan bahwa tingkat


(28)

pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuanya.

Tingkat pendidikan juga mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru (SDKI, 1997). Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Karena dapat membuat seseorang untuk lebih mudah mengambil keputusan dan bertindak.

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan merupakan suatu fase belajar yang berarti pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa yang lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti oleh seseorang. (Notoatmadjo, 2003) Pembagian tingkat pendidikan antara lain :

 Pendidikan Dasar : SD, SMP/Sederajat

 Pendidikan Menengah : SMA/Sederajat

 Pendidikan Tinggi : Akademik/Perguruan Tinggi Pendidikan wanita usia subur terkait tentang pentingnya SADARI memiliki kontribusi yang penting terkait dengan pemahaman akan berusaha pencegahan dini terjadinya kanker payudara. Pendidikan wanita usia subur membuat penyerapan informasi yang diberikan semakin mudah diketahui. Sehingga tingkat kesehatan akan semakin baik. Kurangnya pengetahuan wanita usia subur tentang pentingnya


(29)

SADARI disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini disebabkan karena wanita usia subur tidak mengetahui apa kegunaan dilakukannya pemeriksaan dini pada payudara. (Hawari D, 2004) c. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari artinya makin cocok jenis pekerjaan yang diemban, makin tinggi pula tingkat kepuasan yang diperoleh (Hurlock, 1998).

Dalam rangka pemenuhan akan barang jasa diperlukan suatu pengetahuan. Dengan kerja seseorang akan memperoleh jasa. Dengan jasa inilah manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengelompokan ini didasarkan pada teori bahwa adanya pekerjaan seseorang akan meluangkan banyak waktu dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting dan cenderung mempunyai benyak waktu tukar pendapat atau pengelaman antar teman dalam kantornya.

d. Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan (Khayan, 1997 : 34). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.


(30)

e. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada pada cara berfikir seseorang. (Nasution : 1999) f. Sosial budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan. g. Media Informasi

Menurut Wied Hary A (1996) informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

h. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam


(31)

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.(Notoadmojo 1997 : 13)

B. Payudara

1. Morfologi dan Ruang Lingkup

Kelenjar payudara wanita dewasa belum pernah melahirkan berupa benjolan berbentuk kerucut, wanita yang telah menyusui bentuknya cenderung menurun dan mendatar: kelenjar payudara wanita lanjut usia mengelami atrofi bertahap. Payudara kedua sisi berukuran serupa namun tidak harus simetris

Kelenjar payudara wanita sebagian besar terletak di anterior m. pectoralis major, sebagian kecil dibagian latero-inferiornya terletak di depan otot seratus anterior.batas superior, inferior terletak di antara sela iga ke 2-6 atau ke-3-7, betas medial adalah linea parasternal, batas lateral adalah linea aksilaris anterior, kadang kala mencapai linea aksilaris media. Sentrum dari kelenjar payudara adalah papilla mamae. Areola mamae memiliki banyak tonjolan kelenjar areolar, waktu menyusui dapat menghasilakn sebum yang melicinkan papilla mamae.

Payudara atau mammae terdiri dari jaringan kelenjar (glandula mamaria), fibrosa, dan lemak. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi pars sekretorius, yaitu tubulus dan alveolus (yang menghasilkan susu) dan pars ekskretorius atau duktus (saluran untuk mengeluarkan susu). Jaringan kelenjar membentuk 15-25 lobus yang tersusun radier di sekitar puting dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya, yang mengelilingi jaringan ikat (stroma) di antara lobus-lobus. Setiap lobus berbeda, sehingga penyakit yang menyerang satu lobus tidak menyerang lobus lainnya. Drainase dari lobus menuju sinus laktiferosa, yang kemudian


(32)

bermuara ke puting. Jaringan ikat di banyak tempat akan memadat membentuk pita fibrosa yang tegak lurus terhadap substansi lemak, mengikat lapisan dalam dari fasia subkutan payudara pada kulit. Pita ini, yaitu ligamentum Cooper, merupakan ligamentum suspensorium payudara. (Azizi dkk, 2005 : 12)

Papilla mammaria, merupakan bangunan yang menonjol di tengah-tengah permukaan glandula mamaria, terletak setinggi spatium intercostale IV, mengandung lubang-lubang kecil muara dari ductus lactiferus dan glandula mammaria yaitu apertura duktus laktiferosa. Papilla mammaria ini tersusun oleh serabut-serabut otot polos, tersusun sirkuler sedemikian rupa sehingga apabila terjadi kontraksi otot ini dapat menekan ductus lactiferus dan menyebabkan papilla mammaria tegak. Papilla mammaria dikelilingi oleh daerah gelap disebut areola glandula mammae. Areola mammae merupakan area yang hiperpigmentasi dan mengandung glandula sudorifera, glandula sebacea yang membentuk tonjolan-tonjolan kecil selama kehamilan dan glandula mammaria accesoria dengan lubang-lubang mini muara ductus lactiferus. Areola mammae kaya akan serabut

sensoris dengan berbagai tipe “end-organ”, yang terletak terutama di dermis. (Azizi dkk, 2005 : 14; Hadiwidjaja, 2002 : 20-21)


(33)

Gambar 2.2 Anatomi normal payudara.( Carneiro, 2007)

2. Facia yang berkaitan dengan glandula mamae

Glandula mamae terletak diantara lapisan superficial dan lapisan profundal dari fasia superficial subkutis. Serabut lapisan superficial fasia superficial dan glandula mamae dihubungkan dengan jaringan serabut pengikat, yang disebut dengan ligamentum Cooper mamae. Jika ligame ini terinvasi tumor hingga menyusut, di kulit bersangkutan akan timbul

cekungan secara klinis dikenal dengan ‘tanda lesung’. Posterior dari

glandula mamae adalah lapisan profunda faasia superfisialis subkutis, di anterior fasia m. Pektoralis mayor terdapat struktur yang longgar, disebut dengan celah posterior glandula mamae, maka glandula mamae dapat digerakkan bebas di atas permukaan otot pektoralis mayor. Jika tumor


(34)

menginvasi fasia m pektoralis mayor atau otot pektoralis mayr, mobilitasnya akan berkurang atau terfiksasi padanya.

3. Pemasokan Darah

Pasokan darah kelenjar mamae terutama berasal dari cabang arteri aksilaris, ramus perforata intercostales 1-4 dari arteri mamaria interna dan ramus perforate arteri interkostales 3-7. Cabang arteri aksilaris dari medial ke lateral adalah arteri torakalis superior, arteri torakalis akromial, arteri torakalis lateralis. Agak ke lateral dari arteri torakalis lateralis terdapat arteri subskapularis. Arteri ini walaupu tidak memasok ke kelenjar mamae tapi pada operasi masektomi radikal untuk kanker mamae harus dibersihkan kelenjar limfe sekitarnya, mudah rudapaksa waktu operasi, harus hati-hati, bila perlu boleh diligasi atau dipotong.

Vena dapat dibagi menjadi dua kelompok, superficial dan profunda. Vena superficial terletak di subkutis, mudah tampak, bermuara ke vena mamaria interna atau vena superfisialis leher. Vena dalam berjalan seiring dengan arteri yang senama tersebut diatas, secara terpisah bermuara ke vena aksilaris, vena mamaria interna da vena azigs atau vena hemiazigos. 4. Persarafan

Kelenjar mamae dipersarafi oleh nervi interkostal 2-6 dan 3-4 rami dari pleksus servikalis.

5. Fungsi Fisiologis

Fungsi faal dasar dari kelenjar mamae adalah mensekrasi sus, menyusui bayi. Fungsi lain adalah sebagai cirri seksual sekunder yang penting dari wanita, termasuk organ tanda seks yang penting. Kelenjar mamae merupakan target dari berbagai hormone, perkembangan, sekresi


(35)

susu dan fungsi lainnya hanya dipengaruhi system endokrin dan korteks serebri secara tak langsung. Perkembangan dan hyperplasia duktuli glandula mamae terutama tergantung kepada hormone gonadotropin dan estrogen, sedangkan lobuli glandulae bergantug kepada efek bersama dari progesterone dan setrogen dengan proporsi sesuai barulah dapat berkembang baik.

C. Kanker Payudara

1. Definisi Kanker Payudara

Kanker payudara (Carcinoma Mammae) adalah penyakit neoplasma ganas yang terjadi pada jaringan payudara akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel payudara (Fitria,2007). Penyebab kanker payudara sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Kanker payudara umumnya menyerang wanita usia antara 30-50 tahun. Faktor genetik, lingkungan dan hormonal diduga berkaitan dengan resiko terjadinya kanker payudara.

2. Etiologi

Menurut Underwood (1999) mekanisme etiologi kanker payudara adalah:

a. Hormon

Hubungan antara resiko menarche, menopause dan usia kehamilan yang pertama kali menunjukkan bahwa hormon diduga mempunyai peranan terhadap timbulnya kanker payudara tapi lebih berperan sebagai promotor dibandingkan inisiator. Aktivitas estrogen tampaknya penting dengan pemberian estrogen dan kurangnya progesteron merupakan faktor yang bermakna. Menarche awal dan mundurnya


(36)

menopause akan menyebabkan banyaknya jumlah siklus haid dan penutupan estrogen yang berulang ulang mempunyai efek rangsangan terhadap epitel mamae. Pengaruh yang menguntungkan dari kehamilan aterm yang pertama kali mungkin diakibatkan kadar yang tinggi atau prolaktin yang melindungi epitel mamae dari pengaruh estrogen dalam kurun waktu lama.

b. Kontrasepsi oral

Pil dengan dosis tinggi berhubungan dengan meningkatnya resiko kanker endometrium dan mungkin juga dengan kanker payudara.

c. Reseptor hormon

Hormon mempunyai efek pada sel hanya setelah terjadi interaksi pada reseptor spesifik pada sel sasaran steroid sex. Estrogen berinteraksi denga reseptor ini kemudian selanjutnya interaksi dengan DNA menimbulkan faktor-faktor yang berhubungan dengan diferensiasi dan prolisasi. Orolisasi dan polipeptida lainnya berinteraksi dengan permukaan sel. Reseptor hormon estrogen dapat dideteksi pada sekitar 70% kasus kanker payudara. Reseptor hormon progesterone dalam keadaan normal lainnya terbentuk bila terdapat pada 35% pada kasus tumor

3. Faktor Resiko

Ada beberapa faktor resiko yang di identifikasi berkaitan dengan terjadinya kanker payudara (Suzanne C. Smeltzer, 2001). Faktor resiko tersebut, meliputi:


(37)

a. Riwayat pribadi adanya kanker payudara

Wanita yang telah menderita kanker payudara memiliki resiko yang meningkat sebesar 1 % setiap tahunnya untuk menderita kanker pada organ payudara sebelahnya.

b. Riwayat keluarga dengan kanker payudara

Mereka yang memiliki anak perempuan atau saudara perempuan yang menderita kanker payudara memiliki resiko meningkat 2-6 kali terkena kanker payudara.

c. Menarche dini

Resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.

d. Nullipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama

Wanita yang melahirkan anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai resiko 2 kali lipat untuk menderita kanker payudara dibandingkan wanita yang melahirkan anak pertama sebelum usia 20 tahun.

e. Menopause pada usia lanjut

Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara.


(38)

f. Riwayat penyakit payudara jinak

Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel proliferatif mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara.

g. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun

Keduanya memiliki resiko hampir dua kali lipat untuk menderita kanker payudara.

h. Obesitas

Merupakan resiko terendah diantara wanita pascamenopause. Namun wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyai angka kematian yang lebih tinggi, yang paling sering berhubungan dengan diagnosis yang lambat.

i. Penggunaan kontrasepsi oral

Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral beresiko tinggi untuk mengalami kanker payudara.

j. Terapi penggantian hormone

Wanita yang berusia lebih tua yang menggunakan estrogen suplemen dalam jangka panjang (5-15 tahun) dapat mengalami peningkatan resiko terjadinya kanker payudara.


(39)

k. Konsumsi alkohol

Ada sedikit peningkatan resiko pada wanita yang mengkonsumsi alkohol, bahkan dengan hanya sekali minum per hari. Resiko meningkat pada wanita yang minum alcohol tiga kali sehari.

Tjindarbumi D (2003) menyatakan bahwa epidemiologi dari kanker payudara telah diselidiki lebih mendalam pada binatang dan manusia daripada penyakit kanker lainnya. Penelitian genetik dari penyakit ini telah berulanag kali menunjukkan suatu kenaikan 2 atau 3 kali

lipat dalam resiko mendapatkan kanker payudara yang “site spesific” yang

berhubungan dengan keluarga kanker payudara tingkat 1. Resiko ini menunjukkan jelas suatu kenaikkan, bila permulaan dari penyakit kanker payudara terjadi pada masa menopause atau bila terjadi bilateral.

Selanjutnya Tjindarbumi D. (2003) menyatakan bahwa kanker payudara dapat juga ditemukan pada keluarga yang mempunyai hubungan dengan penyakit kanker lainnya, termasuk kanker dari:

a. Kanker saluran pencernaan (Gastrointestinal cancer)

b. Kanker indung telur dan rahim (ovarium and endometrium cancer) c. Tumor-tumor otak (Brain cncer)

d. Kanker darah (leukimia) e. Sarkoma

Berdasarkan hasil penelitian dari Simanjuntak T.M (1977) yang telah melakukan penelitiannya di bagian bedah FKUI/RSCM periode 1971-1973, menemukan beberapa faktor resiko pada kanker payudara yang sudah diterima secara luas oleh kalangan pakar kanker (oncologist) di dunia adalah sebagai berikut:


(40)

a. Wanita yang berumur lebih dari 30 tahun mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mendapatkan kanker payudara dan resiko ini akan bertambah samapi umur 50 tahun.

b. Wanita yang tidak menikah resikonya 2-4 kali ebih tinggi daripada wanita yang menikah dan mempunyai anak.

c. Wanita yang melahirkan anak pertama setelah berumur 35 tahun resikonya 2 kali lebih besar.

d. Wanita yang mengalami menstruasi pertama (menarche) yang usianya kurang dari 12 tahun resikonya 1,7 – 3,4 kali lebih tinggi daripada wanita dengan menarche yang datang pada usia normal atau lebih dari 12 tahun.

e. Wanita yang mengalami masa menopousenya terlambat lebih dari 55 tahun, resikonya 2,5 hingga 5 kali lebih tinggi.

f. Wanita yang pernah mengalami infeksi, trauma atau tumor jinak payudara, resikonya 3-9 kali lebih besar.

g. Wanita dengan kanker pada payudara kontralateral, resikonya 3-9 kali lebih besar.

h. Wanita yang pernah mengalami operasi tumor ovarium resikonya 3-4 kali lebih besar.

i. Wanita yang mengalami penyinaran (radiasi) di dinding dada, resikonya 2-3 kali lebih tinggi.

j. Wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita kaner payudara pada ibu, saudara perempuan, adik/kakak, resikonya 2-3 kali lebih tinggi.


(41)

k. Wanita yang memakai kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak akan meningkatkan resiko untuk mendapatkan kanker payudara 11 kali lebih tinggi.

4. Perjalanan Penyakit

a. Tahap-tahap perkembangan sel normal menjadi sel kanker

Sejarah perkembangan tumor ganas dibagi dalam empat fase: perubahan yang besar pada sel target (transformasi), pertumbuhan sel yang bertransformasi tadi, invasi lokal dan metastasis ke seluruh tubuh. Inilah karakteristik perbedaan antara tumor jinak dan tumor ganas. b. Diferensiasi dan anaplasia

Diferensiasi adalah sel neoplastik yang bila dibandngkan dengan sel normal berbeda secara fungsional dan morfologi, disebut anaplasia bila sel tersebut sudah sangat berbeda dengan sel normalnya.

Anaplasia ditandai dengan beberapa perubahan morfologi:

 Pleomorfisme. Sel ditemukan beberapa kali lebih besar dari sel tetangganya dan kadang beberapa sel juga kadang-kadang lebih kecil

 Morfologi inti sel yang abnormal. Nucleus membesar dan hiperkromatik sehingga rasio terhadap sitoplasma menjadi 1:1.Terdapat anak inti yang besar di dalam inti.

 Mitosis. Menggambarkan aktivitas sel dalam membelah diri, biarpun adanya mitosis tidak dapat menggambarkan bahwa sel tersebut telah ganas apa tidak tetapi ada perubahan yang morfologi yang menggambarkan sel ganas apa tidak seperti atipik, mitosis aneh yang meproduksi tripolar atau quadripolar spindle.


(42)

 Perubahan lain. Terbentuknya sel-sel tumor raksasa yang mempunyai inti yang sangat besar atau mempunyai beberapa inti sel. Di bagian tengah sel tumor tersebut biasanya mengalami nekrosis karena tidak mendapat suplai darah yang adekuat.

c. Kecepatan pertumbuhan sel

Kecepatan pertumbuhan sel biasanya ditandai dengan 3 factor utama: pertumbuhan sel dua kali lebih cepat dari normal, fraksi sel tumor yang berada di kolam replikasi, dan kecepatan dimana sel tumor bertumpuk. Umumnya, kecepatan pertumbuhan sel tumor sangat berkorelasi dengan tingkat diferensiasi mereka dan tumor ganas biasanya tumbuh lebih cepat dari tumor jinak. Biasanya sel tumor terhenti di fase G0 atau G1.

d. Invasi lokal

Semua tumor jinak tumbuh lambat dan biasanya lokal karena dia tidak mempunyai kemapuan untuk infiltrasi, invasi atau metastasis. Mereka membentuk kapsula fibrosa yang memisahkannya dari jaringan host. Biarpun dilindungi oleh jaringan kapsul tetapi dapat terjadi hemangioma (neoplasma yang terbentuk dari pembuluh darah yang terbentuk di sekitar tumor) biasanya manifestasinya terlihat di kulit.

Pertumbuhan kanker bersamaan dengan infiltrasi yang progresif, invasi, dan penghancuran jaringan sekitar. Umumnya tumor ganas sangat tidak bisa membatasi geraknya dalam menyerang sel yang sehat. Pelan-pelan tumor yang ganas tersebut tumbuh mendekati jaringan kapsul dan mendorong menuju jaringan yang sehat. Pemerikaan histology massa kapsul menunjukkan barisan sel yang penetrasi dan


(43)

infiltrasi ke sel yang terdekat membentuk struktur yang tidak teratur seperti kepiting yang menggambarkan sel kanker.

5. Penyebaran

Adalah penyebaran tumor ganas menuju ke rongga-rongga tubuh, pembuluh darah dan saluran limfatik akibat sifat invasive dari tumor ganas tersebut.

a. Penyebaran ke rongga-rongga dan permukaan tubuh

Terjadi ketika tumor ganas menyerang tempat-tempat rongga tubuh yang natural. Biasanya menyerang ke kavitas peritoneal, tetapi kavitas yang lain seperti pleural, pericardial, subarachnoid, dan persendian dapat juga terkena penyebaran dari tumor ganas.

b. Penyebaran limfatik

Penyebaran melalui limfatik adalah jalan yang paling sering ditempuh oleh tumor ganas. Pada kanker payudara melakukan pemeriksaan kelenjar limfatik aksilla sangat penting untuk mengetahui progresifitas tumor dan perencanaan tatalaksana.

c. Penyebaran hematogen

Arteri dengan dinding yang lebih tebal dari vena lebih kuat dari penetrasi yang dilakukan oleh tumor ganas, tumor ganas yang melewati kapiler pulmoner atau arteri pulmoner dapat meningkatkan risiko terjadinya emboli. Paru-paru dan liver merupakan yang paling sering terkena metastasis akibat persebaran hematogen. (Underwood, 1999).


(44)

Penyebaran terjadi melalui saluran limf dan darah. Metastasis ke kelenjar getah bening di temukan pada sekitar 40% kanker yang bermanifestasi sebagai massa yang dapat di palpasi, tetapi pada kurang dari 15% kasus yang ditemukan dengan mamografi. Lesi yang terletak di tengah atau kuadran luar biasanya mula-mula menyebar ke kelenjar aksila. Tumor yang terletak di kuadran dalam sering mengenai kelenjar getah bening di sepanjang arteri mamaria interna. Kelenjar supraklavikula kadang-kadang menjadi tempat utama penyebarannya, tetapi kelenjar ini baru terkena hanya setelah kelenjar aksilaris dan mamaria interna terkena. Dan kemudian terjadi penyebaran ketempat yang lebih distal, dengan kelainan metastatic di hampir semua organ atau jaringan tubuh. Lokasi yang disukai adalah paru, tulang, hati, dan kelenjar serta (yang lebih jarang) otak, limpa, hipofisis. Namun, tidak ada tempat yang tidak lolos. Metastasis mungkin timbul bertahun-tahun setelah lesi primer tampaknya telah terkontrol oleh terapi, kdang-kadang 15 tahun kemudian. (Vinay, Kumar. Ramzi S, Cotran. 2007)

6. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis kanker payudara dapat berupa: a. Massa tumor

Sebagian besar bermanifestasi sebagai benjolan pada payudara yang tidak nyeri, sering ditemukan secara tidak sengaja. Lokasi benjolan kebenyakan di kuadran lateral atas, umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan tidak licin, mobilitas kurang. Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada putting susu.


(45)

Benjolan di payudara biasanya mendorong penderita untuk ke dokter. Benjolan ganas yang kecil sukar dibedakan dengan benjolan tumor jinak, tetapi kadang dapat diraba benjolan ganas yang melekat pada jaringan sekitarnya. Bila tumor telah besar, perlekatan lebih jelas. Konsistensi kelainan ganas biasanya keras. Pengeluaran cairan dari puting biasanya mengarah ke papiloma atau karsinoma intraduktal, sedangkan adanya nyeri lebih mengarah ke kelainan fibriokistik.

b. Perubahan Kulit

 Tanda lesung: ketika tumor mengenai ligament glandula mamae, ligament itu memendek hingga kulit setempat menjadi cekung

disebut ‘tanda lesung’.

 Perubahan kulit jeruk (peau d’orange): ketika vasa limfatik subkutis

tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit. Folikel rambut tenggelam ke bawah tampak sebagai tanda kulit jeruk.

 Nodul satelit kulit: ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis masing-masig membentuk nodul metastasis, di sekitar lesi primer

dapat muncul banyak nodul tersebar, secara klinis diebut ‘tanda satelit’.

 Invasi, ulserasi kulit: ketikatumor menginvasi kulit, tampak perubahan berwarna merah atau merah gelap. Bila tumor terus bertambah besar, lokasi itu dapat menjadi iskemik, ulserasi,

membentuk bunga terbalik. Ini disebut ‘tanda kembang kol’.

 Perubahan infalamatorik: secara klinis disebut ‘karsinoma mamae

inflamatorik’. Tampil sebagai keseluruhan kulit mamae berwarna merah bengkak, mirip peradangan, dapat disebut ’tanda peradangan’. Tipe ini sering ditemukan pada kanker mamae waktu hamil atau laktasi.


(46)

c. Perubahan papilla mamae

 Retraksi, distorsi papilla mamae: umumnya akibat tumor menginvasi jaringan subpapilar.

 Secret papilar (umumnya sanguineus): sering karena karsinoma papilar dalam duktus beasr atau tumor mengenai duktus besar.

 Perubahan eksematoid: merupakan manifestasi spasifik dari kanker eksematoid (penyakit Paget). Klinis tampak areola, papilla mamae tererosi, berkrusta, secret, deskuamasi, sangan mirip eksim.

d. Pembesaran kelenjar limfe regional

Pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat soliter ataupun multiple, pada awalnya mobil, kemudian dapat saling berkoalesensi atau adhesi dengan jaringan sekitarnya. Dengan perkembangan penyakit, kelenjar limfe supraklavikular juga dapat menyusul membesar. Yang perlu diperhatikan adalah ada sebagian sangat kecil pasien kanker mamae hanya tampil dengan limfadenopati aksilar tapi tak teraba mass mamae.

Gambar 2.3. Tanda dan gejala pada karsinoma mammae (R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 1997)


(47)

7. Diagnosis

Pemeriksaan payudara secara rutin sangat diperlukan untuk mendeteksi adanya kanker payudara sedini mungkin. Semakin dini kanker tersebut ditemukan dan segera ditangani akan memberikan harapan kesembuhan yang besar.

a. Anamnesis

Harus mencakup status haid, perkawinan,partus, laktasi, riwayat kelainan mamae sebelumnya, riwayat kanker di keluarga, fungsi kelenjar tiroid dan penyakit ginekologik. Dalam riwayat penyekit sekarang terutama harus perhatikan waktu timbulnya massa, kecepatan pertumbuhan dan hubungan dengan haid.

b. Pemeriksaan fisik

 Inspeksi

Amati ukuran dan kesimetrisan kedua mamae, perhatikan apakah ada benjolan atau perubahan patologik kulit.

 Palpasi

Dilakukan dengan posisi duduk dan berbaring, perabaan menggunakan tiga jari dan menekan mamae dengan lembut searah atau berlawanan dengan arah jarum jam, jika terdapat benjolan periksa dan catat lokasi, ukuran, konsistensi, batas, permukaan, mobilitas dan nyeri tekan. Kemudian pijat areola dan papilla mamae dengan lembut, lihat apakah keluar sekret. Periksa kelenjar limf aksila dengan perabaan ujung jari di seluruh fosa aksila kanan dan kiri.


(48)

c. Pemeriksaan Penunjang

 Mamografi

Mamografi adalah pemeriksaan payudara dengan suatu alat dan merupakan suatu cara pemeriksaan yang sederhana, tidak sakit dan hanya memakan waktu 5 - 10 menit saja. Saat terbaik untuk menjalani pemeriksaan mamografi adalah seminggu setelah selesai menstruasi. Caranya adalah meletakkan payudara secara bergantian antara 2 lembar alas, kemudian dibuat foto rontgen dari atas ke bawah, kemudian dari kiri ke kanan. Kelebihan mamograri adalah dapat menampilkan nodul yang sulit dipalpasi, dapat menemukan lesi mamae tanpa nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, sebuah benjolan sebesar 0,25 cm sudah dapat terlihat pada mammogram. Ketepatan diagnosis sekitar 80%.

 Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan USG adalah pemeriksaan dengan menggunakan gelombang bunyi dengan frekuensi tinggi untuk mendapatkan gambaran jaringan pada payudara. Tranduser frekuensi tinggi dan pemeriksaan dopler tidak hanya dapat membedakan dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tapi juga dapat mengetahui pasokan darahnya serta kondisi jaringan di sekitarnya, menjadi dasar diagnosis yang baik

 MRI mamae.

Karena tumor mamae mengandung densitas mikrovaskular abnormal, MRI mamae degan kontras memiliki spesifisitas tinggi dalam diagnosis karsinoma mamae stadium dini. Tapi pemeriksaan


(49)

ini cukup mahal, sulit digunakan meluas, hanya menjadi suatu pilihan dalam diagnosis banding terhadap mikrotumor.

 Pemeriksaan Laboratorium

Dewasa ini belum ada petanda spesifik untuk kanker mamae. CEA memiliki nilai positif bervariasi 20-70%, antibody monoclonal CA 15-3 angka positifnya 33-60%, semuanya dapat untuk referensi diagnosis dan tindak lanjut klinis.

 Pemeriksaan sitologi

Aspirasi jarum halus atau Fine needle Aspiration biopsy (FNAB) merupakan metode yang sederhana, aman, akurasi mencapai 90% lebih. Data menunjukkan pungsi aspirasi jarum tidak mempengaruhi hasil terapi.

 Pemeriksaan histologik pungsi jarum mandarin.

Pemeriksaan ini memiliki kelebihan sederhana dan aman seperti FNAB, juga ketepatan diagnosis histologik biopsy eksisi, serta dapat memeriksa imunohistologi yang sesuai. Pemeriksaan ini luas dipakai di klinis, khususnya sasuai bagi pasien yang diberi kemoterapi adjuvant

 Pemeriksaan Biopsi

Cara biopsy dapat berupa eksisi ataupun insisi, tapi umumnya dengan biopsy eksisi. Di RS yang menyediakan dapat dilakukan potong beku saat operasi.


(50)

8. Klasifikasi Stadium

Penentuan Stadium Kanker Payudara. Faktor prognostik terpenting untuk kanker payudara adalah ukuran tumor primer, metastasis ke kelenjar getah bening, dan adanya lesi di tempat jauh. Faktor prognostik lokal yang buruk adalah invasi ke dinding dada, ulserasi kulit, dan gambaran klinis karsinoma peradangan. Gambaran ini digunakan untuk mengklasifikasikan perempuan ke dalam kelompok prognostik demi kepentingan pengobatan, konseling, dan uji klinis. Sistem penentuan stadium yang tersering digunakan telah dirancang oleh American Joint Committee on Cancer Staging dan International Union Against Cancer, seperti terlihat berikut ini. Harapan hidup 5 tahun untuk perempuan berkisar dari 92% untuk penyakit stadium IIa hingga 13% untuk penyakit stadium IV. Klasifikasi yang digunakan adalah menggunakan system TNM dengan ‘T’ yaitu ukuran tumor, ‘N’ yaitu Node atau kelenjar getah bening regional dan ‘M’ yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Pada kanker payudara penilaian TNM sebagai berikut:

a. T (tumot size) ukuran tumor:

T 0 : tidak ditemukan tumor primer

T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang T 2 : ukuran tumor diameter 2-5 cm

T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm

T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada atau pada pada keduanya yang dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit luar utama.


(51)

b. N (Node), kelenjar getah bening regional (kgb) :

N 0 : tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/ aksilla

N 1 : ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan.

N 2 : ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan N 3 : ada metastasis ke kgb di supraklavikula atau pada kgb

di mammary interna di dekat tulang sternum. c. M (Metastasis), penyebaran jauh :

M x : metastasis jauh belum dapat dinilai M 0 : tidak terdapat metastasis jauh M 1 : terdapat metastasis jauh

Setelah masing-masing factor T,N,M, didapatkan, ketiga factor tersebut kemudian digabung dan didapatkan stadium kanker sbagai berikut :

Stadium 0 : T0 N0 M0 Stadium I : T1 N0 M0

Stadium IIA : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0 Stadium IIB : T2 N1 M0 / T3 N0 M0

Stadium IIIA : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1-2 M0 Stadium IIIB : T4 N apapun MO


(52)

Stadium IV : T apapun N apapun M1 9. Terapi

Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinik penyakit (Tjarbumi, 1994). Terapi bedah,radioterapi, kemoterapi dan terapi hormon, menempati posisi sangat penting dalam terapi kanker mamae dan selalu harus digunakan sacara kombinasi. Terhadap setiap kasus kanker mamae harus ditentukan strategi terapi menyeluruh, strategi menyeluruh akan langsung berpengaruh pada hasil terapi.

a. Terapi bedah

Pasien pada awal termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium III disebut kanker mamae operable. Operasi yang biasa dilakukan adalah masektomi yaitu operasi pengangkatan payudara. Biasanya disebut masektomi total jika mengangkat seluruh payudara tetapi tidak mengangkat kelenjar ketiak atau masektoni radikal jika dilakukan pengangkatan pada sebagian dari payudara.

b. Radioterapi

Radioterapi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menngunakan sinar X dan sinar gamma yangbertujuan membunuh sel-sel kanker yang masih tersisa (Denton, 1996). Efek pengobatan ini adalah tubuh menjadi lelah, nafsu makan berkurang, warna kulit disekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung turun sebagai akibat radiasi. Radioterapi bisa digunakan secara murni untuk kuratif, sebagai terapi adjuvant ataupun radioterapi paliatif.


(53)

c. Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pemberian obat0obatan antikanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan untuk membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker di payudara tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi. Kemoterapi bisa diberikan sebelum operasi atau sebagai adjuvan.

D. Konsep Dasar Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

1. Pengertian

SADARI adalah periksa payudara sendiri yang dilakukan secara rutin setiap bulan setelah menstruasi (Gilbert, 1996: 44). Sedangkan menurut Manuaba (1999: 72) SADARI adalah upaya untuk menetapkan adanya tumor atau tidak dalam payudara yang dilakukan dengan peradabaan.

2. Tujuan

Menurut Ramli (2000: 177) tujuan dilakukan SADARI adalah untuk mendeteksi secara dini jika ada kelainan di payudara. Menurut Barbara C. Long (1996) tujuan dilakukannya SADARI adalah untuk mendeteksi adanya kelainan-kelainan pada payudara baik struktur, bentuk ataupun tekstur

3. Waktu SADARI

 SADARI dianjurkan pada setiap wanita yang telah memiliki siklus menstruasi dan wanita yang telah mengakhiri siklus menstruasi (menopause).


(54)

 SADARI dilakukan setiap bulan selama lebih kurang 5-10 menit

 Sebulan sekali, satu minggu setelah menstruasi selesai atau antara hari kelima dan kesepuluh dari siklus menstruasi dengan menghitung hari pertama menstruasi sebagai hari pertama. SADARI dapat juga langsung dilakukan apabila dicurigai adanya kelainan pada payudara (Suzanne C. Smeltzer, 2001).

4. Cara pemeriksaan SADARI

Menurut Sarwono (1999, 473) cara SADARI : a. Perhatikan dan amati :

 Perhatikan dengan teliti payudara anda dimuka cermin tanpa berpakaian sambil berdiri tegak, dengan kedua lengan lurus kebawah disamping badan. Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan puting susu, serta kulit payudara di depan kaca. Perhatikan juga bila ada benjolan di payudara. Amati dengan teliti, sebab anda sendirilah yang mengenal tubuh anda.


(55)

 Angkatlah kedua lengan lurus keatas dan ulangi periksa. Mengangkat kedua lengan dimaksud untuk melihat retraksi kulit atau perlekatan tumor terhadap otot atau fascia dibawahnya.

Gambar 2.5 Cara Pemeriksaan Sadari 2 (Naura, 2009)

 Dengan kedua siku mengarah kesamping tekanlah telapak tangan anda di pinggang. Cara ini akan menegangkan otot-otot dada dan axilla agar perubahan-perubahan ex cekungan (dekok) dan benjolan akan lebih kelihatan.

Gambar 2.6 Cara Pemeriksaan Sadari 3 (Naura, 2009)

b. Tindakan berikutnya lakuakan perabaan payudara dalam posisi berbaring dengan cara :


(56)

 Lakukan gerakan memutar dengan tekanan lembut tetapi mantap dimulai dari pinggir dengan mengkuti arah putaran jarum jam.Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara sirkuler atau radier

Radier Sirkuler Gambar 2.7 Cara Pemeriksaan Sadari 4 (Naura, 2009)

 Lakukan perabaan pada payudara kanan dengan cara berbaringlah dengan tangan kanan dibawah kepala dan letakkanlah bantal kecil dibawah punggung kanan. Raba seluruh permukaan payudara kanan dengan gerakan pada memutar dari luar kedalam atau radier.

 Lakukan hal yang sama seperti di atas tetapi dengan tangan kiri di bawah kepala, sedang tangan kanan meraba payudara kiri anda.

 Perhatikan bila ada benjolan yang mencurigakan

 Pencetlah pelan-pelan daerah sekitar putting dan amatilah apakah keluar cairan yang tidak normal (tidak biasa).


(57)

 Pemeriksaan ketiak. Bagilah payudara menjadi 4 bagian, ¼ atas dekat axilla. Beri perhatian khusus karena ditempat tersebut sering ditemukan tumor payudara serta lakukan juga pemeriksaan ketiak. Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak Anda dengan teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.

Gambar 2.9 Cara Pemeriksaan Sadari 6 (Naura, 2009) 5. Hasil pemeriksaan SADARI

a. Melihat sendiri perubahan payudara. Pada waktu melihat payudara dapat menggunakan cermin sehingga mudah terlihat perubahan payudara berupa:

Terjadi pigmentasi kulit payudara (perubahan warna, bertambah hitam atau menjadi putih).

Perubahan letak puting susu (retraksi puting susu).

Perubahan kulit payudara menjadi keriput.

Putting susu mengeluarkan cairan darah.

Pergerkan payudara terbatas, artinya saat menggerakkan tangan payudara tidak ikut bergerak.


(58)

b. Jika terdapat benjolan saat melakukan perabaan. Perlu diperhatikan dan dicatat hal-hal terkait antara lain:

 Lokasi dibagian mana

 Ukuran seberapa besar

 Konsistensi lunak atau keras

 Batas tegas atau tidak

 Permukaan berbenjol atau rata

 Mobilitas dan nyyeri tekan E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002: 63).

Kerangka konsep di bawah ini menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan wanita usia 20-50 tahun tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) bisa dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah. Tingkat pengetahuan juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik wanita usia subur (20-50 tahun) meliputi usia dan tingkat pendidikan. Dimana dengan semakin tua usia seseorang maka akan bertambah pengalaman hidupnya sehingga tingkat pengetahuannya pun semakin baik. Begitu juga tingkat pendidikan yang semakin tinggi, maka wawasan dan pemahaman serta pengetahuan seseorang akan semakin tinggi pula.


(59)

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Keterangan : Cetak tebal adalah variabel yang diteliti Gambar 2.10 Kerangaka Konsep Penelitian

F. Variabel Pengukuran

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberi nilai beda terhadap sesuatu (benda,manusia dan lain-lain) (Nursalam, 2003). Variabel yang akan diteliti adalah variabel dipenden pengetahuan wanita usia (20-50 tahun) tentang SADARI yang terdiri dari sub variabel yaitu : pengetian SADARI, tujuan SADARI, waktu SADARI, cara dan hasil pemeriksaan SADARI dalam mendeteksi dini kanker payudara serta variabel independen berupa usia dan pendidikan. Untuk dapat mengukur variabel penelitian ini penulis menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2002 : 21) yaitu yang dimaksud dengan

instrumen adalah “alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data, instrumen ini dapat berupa question (pertanyaan), formulir, observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan penataan data”. Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan kuisioner pertanyaan.

Tinggi Sedang Rendah Pengetahuan wanita usia 20-50 tahun tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

1. Pengertian SADARI 2. Tujuan SADARI 3. Waktu SADARI

4. Cara pemeriksaan SADARI 5. Hasil pemeriksaan SADARI Umur

Pendidikan Pekerjaan Intelegansia Lingkungan Social budaya Media informasi Pengelaman


(60)

G. Definisi operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variable dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian. (Setiadi, 2007)

Tabel 2.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor/ Kode Usia Umur yang

didapat berdasarkan pengakuan responden

1. 20-30 thn 2. 31-40 thn 3. 41-50 thn

Kuesioner Ordinal 1. 20-30 thn 2. 31-40 thn 3. 41-50 thn Variable Definisi Parameter Alat ukur Skala Skor/kode Pendidikan Tingkat

sekolah formal yang dicapai berdasarkan pengakuan responden

1.Dasar (SD dan SMP) 2.Menengah (SMA) 3.Tinggi (akademi,S1)

Kuesioner Ordinal 1.Dasar (SD dan SMP) 2.Menenga h (SMA) 3.Tinggi(ak ademi, S1)


(61)

Variable Definisi Parameter Alat ukur Skala Skor/kode Penegtahua n wanita usia 20-50 tahun tentang SADARI Suatu hal yang dipahami dan dimengerti oleh responden Tahu tentang:. 1.Pengertian SADARI 2.Tujuan SADARI 3.Waktu SADARI 4.Cara pemeriksaan SADARI 5.Hasil pemeriksaan SADARI

Kuisioner Ordinal Jawaban benar nilai 3 Jawaban ragu atau mendekati nilai 2 Jawaban salah nilai 1 Tidak menjawab nilai 0 Kriteria pengetahuan : Tinggi: (skor >12) Sedang : (skor 6-12) Rendah: (skor <6)


(62)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodelogi penelitian adalah cara memecahkan masalah menurut metode keilmuan (Notoatmodjo,2002). Pada bab ini akan dibahas mengenai desain penelitian, ruang lingkup penelitian, kerangka konsep, populasi, sampel dan sampling, pengolahan serta analisa data.

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan wadah menjawab pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

Deskriptif survey dengan menggunakan desain Cross Sectional melalui kuisioner yang diberikan pada responden. Dimana metode penelitian deskriptif adalah metode penilitian terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu, dimana informasi yang disediakan biasanya berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu populasi (Setiadi, 2007:131).

B. Ruang Lingkup Penelitian

1. Subjek

Subjek yang diteliti adalah wanita usia 20-50 tahun di RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan Rempoa Tahun 2010

2. Obyek

Obyek penelitian tentang hubungan usia dan tingkat pendidikan dengan pengetahuan wanita usia 20-50 tahun tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI)


(63)

3. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan Rempoa sedangkan waktu penelitiannya adalah bulan September 2010. C. Kerangka Operasional Penelitian (Frame Work)

Gambar 3.1 Kerangka Operasional

Populasi

67 jiwa wanita usia 20-50 tahun di RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan Rempoa pada tahun 2010

Sampel

67 jiwa wanita usia 20-50 tahun di RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan Rempoa pada tahun 2010

Sampling

Mengumpulkan Data

 Membagikan Questionare kepada

responden

 Meminta responden untuk menjawab pertanyaan pada lembar Questionare

Mengolah Analisa Data

 Editing

 Koding

 Sorting

 Entry data

 Cleaning

 Penyajian data Hasil

Seminar Hasil Laporan awal


(64)

D. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1998: 15). Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2002: 79). Populasi dalam penelitian ini adalah 67 jiwa wanita usia 20-50 tahun yang bertempat tinggal di RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan Rempoa pada tahun 2010.

2. Sampel

Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan subjek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002: 79). Menurut Notoatmodjo (2002: 79) apabila subjek penelitian kurang dari 100, lebik baik sampel diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah 67 jiwa wanita usia 20-50 tahun yang bertempat tinggal di RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan Rempoa pada tahun 2010.

3. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili porsi (Nursalam, 2003), teknik sampling adalah suatu cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian (Nursalam dan Pariani,2001). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi dijadikan sampel.


(65)

E. Instrumen Penelitian

Untuk mengukur pengetahuan, alat ukur yang digunakan adalah angket atau kuesioner yang diberikan kepada para responden. Angket adalah penyelidikan suatu masalah yang banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak) dengan jalan mengedarkan formulir berupa pertanyaan, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk mendapakan jawaban (respon, tanggapan) tertulis sepenuhnya (Arikunto, 1998: 112). Instrumen dalam penelitian ini adalah pengetahuan. Peneliti mengukur dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada para responden. Pada setiap item pertanyaan terdapat 3 alternatif jawaban yang ada, bila jawaban benar mendapat skor 3 (nilai tertinggi), bila jawaban yang diberikan ragu-ragu atau kurang tepat mendapat skor 2 (nilai sedang) dan bila jawaban yang diberikan salah mendapat skor 1 (nilai rendah)

F. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul melalui angket atau kuesioner maka dilakukan pengolahan data yang melalui beberapa tahapan sebagai berikut: a. Seleksi Data (Editing) Proses pemeriksaan data dilapangan sehingga

dapat menghasilkan data yang akurat untuk pengelolaan data selanjutnya kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa apakah semua pertanyaan penelitian sudah dujawab dan jawaban yang atau tertulis dapat dibaca secara konsisten.

b. Pemberian Kode (Coding) Setelah dilakukan editing selanjutnya penulis memberikan kode tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisa data.


(1)

menengah ada 14 orang (63,3%) menjawab benar dari 22 responden (100%).

5. Responden yang berpendidikan menegah lebih baik tingkat pengetahuaanya dari pada responden yang berpendidikan tinggi dan rendah. Dimana sebagian besar wanita dengan tingkat pendidikan tinggi 31 responden (100%) memiliki pengetahuan tinggi 22 responden (71,2%), sedangkan responden yang berpendidikan menegah ada 22 responden (100%) sebanyak 21 responden (95,5%) berpengetahuan tinggi.

6. Responden yang berusia 31-40 tahun lebih baik tingkat pengetahuaanya dari pada responden yang berusia lebih tua yaitu 41-50 tahun. Sebagian besar wanita berusia 31-40 tahun ada 21 responden (100%) sebanyak 20 responden (95,2%) berpengetahuan tinggi lebih banyak dibandingkan responden yang berusia 41-50 tahun hanya 13 reponden ( 81,2%) dari 16 responden 100%.

7. Dari hasil uji statistic hubungan antara usia dan tingkat pengetahuan diperoleh nilai probabilitas 0,083 artinya pada α 5% dengan demikian tidak terdapat hubungan antara tingkat usia dengan tingkat pengetahuan wanita usia 20-50 tahun tentang periksa payudara sendiri (SADARI).

8. Dari hasil hasil uji statistic hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan wanita usia 20-50 tahun diperoleh nilai probabilitas 0,083 artinya pada α 5 % dengan demikian tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan wanita usia 20-50 tahun tentang periksa payudara sendiri (SADARI).


(2)

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Peneliti perlu mengevaluasi lebih lanjut tentang proses penelitian yang lebih dengan sampel yang lebih banyak agar tepat sehingga mendapatkan hasil yang diharapkan lebih akurat sesuai dengan tinjauan pustaka dan referensi hasil penelitian sebelumnya. Selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sikap dan prilaku wanita usia 20-50 tahun dalam mempraktekkan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) karena selain tigkat pengetahun yang tinggi cara pemeriksaan dan sikap yang tepat akan lebih mendukung pendeteksian kanker payudara secara dini.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Bagi tenaga kesehatan agar termotivasi untuk berperan dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) melalui penyuluhan maupun memberikan informasi-informasi yang edukatif sehingga adanya kanker pada payudara dapat dideteksi sejak dini dan angka kematian akibat kanker payudara pada wanita dapat diturunkan karena mengingat saat ini kanker payudara telah menduduki urutan ke-2 dari kanker tersering yang terjadi pada wanita. 3. Bagi Masyarakat

Bagi responden peneliti yaitu wanita berusia 20-50 tahun yang tinggal di Kompleks Taman Rempoa Indah khususnya bagi mereka dengan pengetahuan tinggi agar dapat menerapkan pengetahuan tentang pemeriksaan payudara sendiri dalam kehidupan sehari-hari secara teratur. Bagi yang memiliki tingkat pengetahuan sedang agar lebih termotivasi untuk menggali informasi lebih tentang pemeriksaan payudara sendiri


(3)

(SADARI) dari berbagai sumber baik itu dari media massa ataupun dari berbagai penyuluhan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S: Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, edisi V , Rineka Cipta, Jakarta, 2002, p 25

Hartanto,Huriawati: Kamus Kedokteran Dorlan, EGC, Jakart, 2005,

Junquera LC,Carneiro J:.Histologi Dasar Teks dan Atlas, Edisi 10, EGC, Jakarta, 2007, p447-50

Kumar,V. Abbas: Robbins and Cotran Pathologic Basic of Disease, 7th edition. Elseviers Saunders, China, 2006, p 75

Manuaba, I: Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, EGC, Jakarta, 2003, p 40 Moningkey, Shirley Ivonne: Epidemiologi Kanker Payudara. Medika, Jakarta,, 2000,

Notoatmodjo, S: Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, p32

Notoatmojo, S: Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, p 27

Palupy, Rini Widyastuty: Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Praktik Pendeteksian Dini Kanker Payudara pada Karyawati Administrasi Universitas Indonesia tahun 1999, FKM UI, 2000

Prawirohardjo, S: Ilmu Kandungan, Edisi. 2, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 2008


(5)

Price, SA: Patofisiologi konsep klinis proses-proses perjalanan penyakit, edisi 6, Volume 2, EGC, Jakarta, 2006, p 1303

Ramli, M: Deteksi Dini Kanker, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2002, p34

Tjindarbumi: Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penaggulangannya, Dalam: Deteksi Dini Kanker, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia., Jakarta, 2000, Underwood, JCO: Patologi Umum dan Sistematik, edisi 2, EGC, Jakarta, 1999,


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI

IDENTITAS

Nama : Maryam Hanifah

NIM : 107103000600

Tempat, Tgl Lahir : Simabur, 03 Maret 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat :Jalan Kertamukti No. 32 RT 04/08 Ciputat Tangerang Banten 15419

Email : iffah_hanif@yahoo.com

Contact person : 08561115631

PENDIDIKAN

TAHUN 1994-1995 : TK Aisyiyah Sibolga Sumatera Utara TAHUN 1995-2001 : SDN 1 Lubuklinggau Sumatera Selatan TAHUN 2001-2004 : SMPN 2 Lubuklinggau Sumatera Selatan TAHUN 2004-2007 : SMAN 1 Lubuklinggau Sumatera Selatan TAHUN 2007-2012 : S1 Pendidikan Dokter UINSH Jakarta


Dokumen yang terkait

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) sebagai Salah Satu Cara Mendeteksi Dini Kanker Payudara di Kelurahan Babura Tahun 2011

0 57 65

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 20-40 Tahun Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010

0 38 68

Pengetahuan Sadari (Studi Analisis Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Periksa Payudara Sendiri)

3 55 100

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Tentang SADARI Sebagai Salah Satu Deteksi Dini Kanker Payudara di Kelurahan Tanjung Rejo Medan

1 69 65

Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Masyarakat Usia 20-45 Tahun Terhadap Penanganan Kanker Payudara Di Kompleks Taman Rempoa Indah RT 07/RW 02

0 23 56

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Tentang SADARI Sebagai Salah Satu Deteksi Dini Kanker Payudara di Kelurahan Tanjung Rejo Medan

0 2 65

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER PAYUDARA DENGAN SIKAP TERHADAP PERIKSA Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Payudara Dengan Sikap Terhadap Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pada Wanita Usia Produktif Di Desa Kalibening.

0 0 17

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Tentang SADARI Sebagai Salah Satu Deteksi Dini Kanker Payudara di Kelurahan Tanjung Rejo Medan

0 0 11

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Tentang SADARI Sebagai Salah Satu Deteksi Dini Kanker Payudara di Kelurahan Tanjung Rejo Medan

0 0 1

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN MINAT WANITA USIA SUBUR DALAM MELAKUKAN PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) - DIGILIB UNISAYOGYA

1 3 88