Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Pembentukan Akhlak Siswa di SMA Darussalam Cimanggis Ciputat

(1)

Disusun Oleh : HAFIZ BAHAR

(104011000097)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

i

NIM : 104011000097

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Skripsi : Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak di SMA Darussalam Cimanggis Ciputat

Dosen Pembimbing : Dr. Abdul Fattah Wibisono, MA Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta.

2. Jika dikemudian hari terbukti ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan undang-undang yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Desember 2008 Penulis

Hafiz Bahar NIM:104011000097


(3)

ii Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam

Oleh

Hafiz Bahar NIM 104011000097

Dibawah bimbingan

Dr. H. Abd Fattah Wibisono,MA NIP.150236009

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2008


(4)

iii

dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada 16 Desember 2008 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 16 Desember 2008

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua/Jurusan/Prodi) Tanggal Tanda Tangan

Dr. Abdul Fattah Wibisono, MA ... ... NIP : 150 236 009

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Drs. Sapiuddin Shidiq, MA ... ... NIP : 150 299 477

Penguji I

Drs. Ghufron Ihsan, MA ... ... NIP : 150 202 340

Penguji II

Drs. Sapiuddin Shidiq, MA ... ... NIP :150 299 477

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP: 150 231 356


(5)

iv

Pendidikan Agama Islam. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan pengaruh pendidikan agama Islam dalam membentuk akhlak siswa yang dilakukan di SMA Darussalam Cimanggis Ciputat dan dapat memberikan saran yang positif kepada guru-guru pendidikan agama Islam baik yang dilakukan melalui keteladanan, bimbingan maupun pendidikan yang melalui proses belajar mengajar dalam upaya membentuk dan meningkatkan akhlak siswa di sekolah SMA Darussalam Cimanggis Ciputat.

Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian lapangan yang dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan penyebaran angket. Wawancara dilakukan kepada guru Pendidikan Agama Islam. Penyebaran angket ditujukan kepada 50 orang siswa kelas X dn XI yang beragama Islam yang diambil secara random atau acak dan dijadikan objek penelitian.

Dalam pengumpulan data, baik wawancara, observasi maupun penyebaran angket berjalan dengan lancar, seluruh pertanyaan yang diajukan dapat dijawab sesuai dengan kondisi dan kenyataan yang sebenarnya di SMA Darussalam Cimanggis Ciputat sehingga data yang terkumpul dapat dijadikan sebagai sumber yang akurat dalam penulisan skripsi ini.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa SMA Darussalam Cimanggis Ciputat, dengan menyatakan hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nihil ditolak. Pada akhirnya tujuan yang diharapkan dalam penulisan skripsi ini adalah agar siswa menjadi manusia yang berakhlakul karimah baik dalam beribadah, dikehidupan sehari-hari, terhadap guru maupun terhadap sesama manusia.

Penulis

Hafiz Bahar NIM: 104011000097


(6)

v

dan karunia khususnya kepada penulis, sehingga dengan hidayah dan inayahnya memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini guna mencapai gelar sarjana pendidikan pada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Univesitas Islam Negeri Jakarta.

Tiada terlupakan shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurahkan kepada penyelamat umat manusia di dunia, Baginda Nabi Besar Muhammad SAW sebagai insan utama pilihan Allah yang telah memancarkan cahaya kebenaran dalam sisi kehidupan manusia.

Setelah sekian lama mengikuti proses bimbingan, akhirnya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa penyusunan skirpsi ini terwujud bukan semata-mata atas upaya pribadi penulis, melainkan berkat bantuan dan dorongan dari semua pihak. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur kepada Allah, dalam kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terimakasih yang terdalam dan tak terhingga kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarief Hidayatullah Jakarta 2. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Bapak Drs. H Nurdin Idris, MA selaku dosen penasehat akademik.

4. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan mendewasakan penulis tentang berbagai wawasan dan ilmu perguruan yang sangat berguna selama mengikuti studi di kampus.

5. DR.H Abdul Fatah Wibisono, MA yang dengan ketulusan dan keikhlasannya berkenan menjadi dosen pembimbing dan telah meluangkan waktu serta kesabaran beliau yang tidak pernah merasa lelah sedikitpun untuk memberikan bimbingan, membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Marul Wa’id S.Ag selaku kepala Sekolah SMA Darussalam Ciputat, Ir. Ismail Fahmi sebagai wakil kepala sekolah bagian kurikulum, Ubaidillah SS sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, beserta staf-stafnya yang mengizinkan


(7)

vi

8. Ayahanda, Ibunda dan keluarga terkasih yang selalu memberikan semangat, doa dan kasih sayangnya. Terimakasih atas dukungan, baik moril maupun materil yang telah diberikan selama ini.

9. The Angel 9486, makasih atas semua kerja samanya dan bantuannya.

10. Teman-teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan Agama Islam, sahabat-sahabat kelas C dan kawan-kawan alumni pondok pesantren As-syafiiyah Pulo Air Sukabumi yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik sangatlah diharapkan. Semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala bantuannya kepada penulis.

Penulis


(8)

vii

ABSTRAKSI... iv

KATA PENGANTAR………. v

DAFTAR ISI……… vii

DAFTAR TABEL... ix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. KAJIAN TEORI A. Pendidikan Islam... 6

1. Pengertian Pendidikan Islam... 6

2. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 8

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 10

4. Ruang Lingkup pendidikan Agama Islam ... 16

5. Fungsi Pendidikan Agama Islam... 17

B. Pembinaan Akhlak ... 18

1. Pengertian Pembinaan Akhlak ... 18

2. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak ... 20

3. Tujuan Pendidikan Akhlak ... 20

4. Macam-macam Akhlak... 21

5. Metode Pembinaan Akhlak... 24

C. Kerangka Berfikir... 27


(9)

viii

C. Populasi dan Sampel ... 29

D. Variabel Penelitian ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Teknik Analisis Data... 31

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Profil SMA Darussalam ... 32

B. Pelaksanaan Pendidikan Akhlak di SMA Darussalam... 35

C. Faktor Penghambat dan Pendukung... 36

D. Usaha Sekolah Dalam Membina Akhlak Siswa ... 38

E. Deskripsi dan Analisis Data... 39

F. Interpretasi Data... 60

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 63

B. Saran... 63

DAFTAR PUSTAKA………...…... 65 LAMPIRAN


(10)

ix

2 Keadaan guru dan karyawan 33

3 Keadaan siswa 34

4 Pertanyaan angket no.1 39

5 Pertanyaan angket no.2 39

6 Pertanyaan angket no.3 40

7 Pertanyaan angket no.4 40

8 Pertanyaan angket no.5 41

9 Pertanyaan angket no.6 41

10 Pertanyaan angket no.7 42

11 Pertanyaan angket no.8 42

12 Pertanyaan angket no.9 43

13 Pertanyaan angket no.10 43

14 Pertanyaan angket no.11 44

15 Pertanyaan angket no.12 44

16 Pertanyaan angket no.13 44

17 Pertanyaan angket no.14 45

18 Pertanyaan angket no.15 45

19 Pertanyaan angket no.16 46

20 Pertanyaan angket no.17 46

21 Pertanyaan angket no.18 47

22 Pertanyaan angket no.19 47

23 Pertanyaan angket no.20 48

24 Pertanyaan angket no.21 48

25 Pertanyaan angket no.22 49

26 Pertanyaan angket no.23 49

27 Pertanyaan angket no.24 50

28 Pertanyaan angket no.25 50


(11)

x

33 Pertanyaan angket no.30 52

34 Perhitungan mencari data variabel X dari hasil penyebaran angket

53 35 Perhitungan mencari data variabel X dari hasil

penyebaran angket

55 36 Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi

antara variabel X (Pendidikan Agama Islam) dan variabel Y (Pembinaan Akhlak Siswa)

58


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan manusia. John Dewey, berpendapat bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup, salah satu fungsi sosial, sebagai bimbingan dan sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup.1 Seseorang tidak akan mampu memahami dan menjalani hidup tanpa aspirasi (cita-cita) untuk maju. Untuk memajukan kehidupan mereka itulah maka pendidikan menjadi sarana utama yang perlu dikelola secara sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai pandangan teoritikal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan hidup manusia itu sendiri.

Manusia adalah makhluk yang dinamis dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriyah, batiniyah, dunia dan ukhrawi. Namun cita-cita demikian tidak mungkin tercapai jika manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuannya seoptimal mungkin melalui proses pendidikan. Proses pendidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita yang diharapkan oleh setiap pendidik dalam proses pembinaan dan peningkatan moralitas dan keilmuan di masa-masa yang akan datang.


(13)

Pendidikan membentuk manusia dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, dan membentuk jasmani dan rohani yang matang. Sebagaimana tujuan pendidikan, menurut Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) UU RI NO. 20 TH. 2003 BAB II Pasal 3 dinyatakan

”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”2

Tujuan pendidikan setidaknya terbagi menjadi dua, yaitu pendidikan bertujuan mengembangkan aspek batin atau rohani dan pendidikan bertujuan mengembangkan jasmani atau lahiriyah. Pendidikan bersifat rohani merujuk kepada kualitas kepribadian, karakter, akhlak dan watak, semua itu menjadi bagian penting dalam pendidikan, kedua pengembangan terfokus kepada aspek jasmani, seperti ketengkasan, kesehatan, cakap dan kreatif. Pengembangan tersebut dilakukan di institusi sekolah dan di luar sekolah seperti di dalam keluarga dan masyarakat.

Tujuan pendidikan berusaha membentuk pribadi berkualitas baik jasmani dan rohani. Dengan demikian secara konseptual pendidikan mempunyai peran strategis dalam membentuk anak didik menjadi manusia berkualitas, tidak saja berkualitas dalam segi skill, kognitif, afektif, tetapi juga aspek spiritual. Hal ini membuktikan pendidikan mempunyai andil besar dalam mengarahkan anak didik mengembangkan diri berdasarkan potensi dan bakatnya. Melalui pendidikan anak memungkinkan menjadi pribadi soleh, pribadi berkualitas secara skill, kognitif dan spiritual.

Tetapi realitas di masyarakat membuktikan pendidikan belum mampu menghasilkan anak didik berkualitas secara keseluruhan. Kenyataan ini dapat dicermati dengan banyaknya perilaku tidak terpuji terjadi di masyarakat, sebagai contoh merebaknya penggunaan narkoba, penyalahgunaan wewenang, korupsi,


(14)

manipulasi, perampokan, pembunuhan, pelecehan seksual, pelanggaran hak azasi manusia, penganiayaan terjadi setiap hari. Realitas ini memunculkan anggapan bahwa pendidikan belum mampu membentuk anak didik berkepribadian sempurna. Anggapan tersebut menjadikan pendidikan diposisikan sebagai institusi yang dianggap gagal membentuk berakhlak mulia. Padahal tujuan pendidikan di antaranya adalah membentuk pribadi berwatak, bermartabat beriman dan bertakwa serta berakhlak.

Dalam pendidikan Islam, agama merupakan salah satu aspek yang perlu ditanamkan dalam diri anak didik. Karena melalui pendidikan agama, bukan hanya pengetahuan dan pengembangan potensi anak didik yang akan terbentuk secara keseluruhan dari mulai pengetahuan agama, latihan-latihan sehari-hari, sikap keberagamaannya dan perilaku (akhlak) yang sesuai dengan ajaran agama baik yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lain, serta manusia dengan dirinya sendiri

Begitu pentingnya pendidikan agama dalam kehidupan manusia, oleh karena itu pendidikan agama berperan dalam membina siswa yang sedang dalam masa pertumbuhan, dengan mengadakan pendekatan dan perhatian yang bersifat tuntunan dan bimbingan. Hal senada dikemukakan pula oleh Mahmud Yunus bahwa: “ pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling mulia, karena pendidikan agama menjamin untuk memperhatikan akhlak anak-anak dan mengangkat mereka ke derajat yang tinggi dan berbahagia dalam hidup dan kehidupannya.3

Sementara kenyataan sekarang membuktikan banyak pemuda telah terjangkit demoralisasi dan dekadensi moral yang buruk. Akhlak dianggap usang, akhlak dianggap tidak perlu lagi dalam tatanan kehidupan dan tata pergaulan hidup sehari-hari. ini terbukti dengan maraknya berbagai. kemaksiatan baik pemakaian narkoba serta pergaulan bebas pria dan wanita yang dilakukan pada generasi muda terlebih dilakukan oleh pemuda dan pemudi yang masih berada dibangku sekolah.

3 Mahmud Yunus, H, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT Hidakarya


(15)

Kenyataan itu sangat relevan dengan kondisi dan situasi yang ada di sekolah SMU Darussalam Cimanggis. Sering ditemukan siswa-siswi yang melanggar peraturan sekolah, seperti ketidakdisiplinan mereka dalam masuk sekolah, mencontek pada saat ujian, merokok di lingkungan sekolah dan kurang hormatnya siswa terhadap guru.

Untuk mengatasi hal ini perlu adanya pendidikan yang baik dalam penerapan pendidikan akhlak agar tercipta generasi muda yang berakhlak karimah. Pendidikan Islam merupakan penawar dan berperan dalam mengatasi problem tersebut. Pendidikan Islam merupakan konsep yang sangat relevan untuk menangani hal tersebut. Dan pendidikan Islam merupakan faktor pendukung untuk menyelesaikan persoalan remaja dan masyarakat yang rentan sekali dengan tindakan-tindakan yang jauh dari nilai agama dan masyarakat. Generasi Islam harus dibekali dengan pendidikan Islam, sebagai pedoman moral untuk mengendalikan dampak perkembangan zaman yang dapat menggeser nilai-nilai moral dan kemanusiaan.

Usaha untuk mengatasi dan menanggulangi hal itu merupakan salah satu tujuan pendidikan Islam yaitu agar anak didiknya menjadi insan kamil yang berakhlak mulai serta mendapatkan kebahagiaan didunia dan akhirat.

Melihat fenomena-fenomena tersebut, penulis tertarik untuk membuat judul penelitian “Pengaruh Pendidikan Islam Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa SMU Darussalam Ciputat”. Dengan alasan sebagai berikut:

1. Karena pendidikan Islam mampu membentuk generasi muda yang berakhlak mulia.

2. Karena akhlak merupakan barometer runtuh dan tegaknya suatu bangsa.

B. Identifikasi Masalah

Dengan melihat latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasikan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pendidikan agama Islam yang diterapkan di SMA Darussalam Cimanggis Ciputat dalam pembentukan akhlak siswa


(16)

3. Akhlak siswa terhadap sesama teman

4. Pendidikan agama Islam berpengaruh terhadap pembentukan akhlak siswa 5. Upaya yang dilakukan pihak sekolah SMA Darussalam dalam membentuk

akhlak siswa

6. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam pembentukan akhlak siswa

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar pembahasan hasil penelitian ini tidak terlalu luas dan dapat lebih terarah oleh peneliti, maka penulis membatasi masalah yang diteliti yaitu: Pendidikan agama Islam yang diterapkan di SMA Darussalam dan pengaruhnya terhadap pembentukan akhlak siswanya.

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh antara pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa di SMA Darussalam ?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai:

1. Sebagai masukan bagi pihak sekolah dalam mengupayakan dan membina akhlak siswa-siswinya.

2. Sebagai bahan kelengkapan wawasan pengetahuan keterampilan serta aplikasinya dari ilmu yang didapat dalam menempuh pendidikan


(17)

BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam

Sebelum membahas pengertian pendidikan Islam maka terlebih dahulu dikemukakan arti pendidikan pada umumnya. Istilah pendidikan berasal dari kata didik dengan memberikan awalan ‘pe’ dan akhiran ‘kan’ yang mengandung arti perbuatan (hal, cara). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani yaitu paedagogia, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan kata education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab ini sering diterjemahkan dengan kata Tarbiyah yang berarti pendidikan.4

Pedagogia atau ilmu kependidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang segala gejala perbuatan mendidik. Paedagogos (pendidik atau ahli didik) ialah orang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhannya ke arah dapat berdiri sendiri. 5

Sedangkan pendidikan menurut para ahli adalah:

a. Pendidikan menurut Ahmad D Marimba ialah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadin yang utama.6

4

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), h. 1

5 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: PT Remaja

Rosda Karya, 1993) h. 1

6 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: al-Ma’rif, 1987),


(18)

b. Pendidikan menurut Muhibbin Syah ialah memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan, diperlukan adanya ajaran, tuntunan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasaan pikiran.7 c. Zuhairini mengemukakan bahwa pendidikan dalam arti luas adalah

meliputi seluruh perbuatan atau semua usaha genersi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, percakapan serta keterampilan pada generasi muda sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani. 8 Dari beberapa pengertian atau batasan pendidikan yang diberikan para ahli tersebut, meskipun berbeda secara redaksional, namun secara essensial terdapat kesatuan unsur-unsur yang terdapat didalamnya, yaitu bahwa pengertian pendidikan tersebut menunjukkan suatu proses bimbingan, tutunan atau pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya.

Secara terminologi pendidikan agama Islam adalah merupakan usaha sadar untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan segala potensi yang dianugrahkan Allah kepadanya agar mampu mengemban amanat dan tanggung jawab sebagai khalifah Allah di bumi dalam pengabdiannya kepada Allah.9

Menurut Nur Uhbiyati, pendidikan agama Islam ialah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah.10

Zakiyah Daradjat mendefinisikan pendidikan agama Islam sebagai suatu usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai

7

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT remaja Rosda Karya, 2002), h. 10

8

Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 92

9

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta: PT Gemawindu Pancaperkasa, 2000), h.2

10


(19)

pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup. 11

Berdasarkan definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam adalah kegiatan pendidikan berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani anakyang bertujuan membentuk anak didik agar setelah mereka memperoleh pendidikan itu ia dapat meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan seluruh ajaran islam sehingga mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu : a. Dasar Religius

Menurut Zuhairini, yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam yang tertera dalam al-Qur’an maupun al- Hadits. Menurut ajaran Islam melaksanakan pendidikan agama Islam merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya.12

Firman Allah surat at-Tahrim ayat 6:

$pκš‰r'‾≈tƒ

t

Ï%©!$#

(

#θãΖtΒ#u

(

#þθè%

ö

/ä3|¡à Ρr&

ö

/ä3‹Î=÷δr&uρ

#Y‘$tΡ

$yδߊθè%uρ

â¨$¨Ζ9$#

ä

οu‘$yfÏtø:$#uρ

$pκöŽn=tæ

î

πs3Í×‾≈n=tΒ

ÔâŸξÏî

׊#y‰Ï©

ā

ω

t

βθÝÁ÷ètƒ

©

!$#

!

$tΒ

ö

ΝèδttΒr&

t

βθè=yèø tƒuρ

$tΒ

t

βρâ÷s ÷σム∩∉∪

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.13

11

Zakiah Daradjat, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara dan Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam DEPAG, 1996), h. 84

12

Zuhairini, dkk, Metode Khusus Pendidikan Agama,(Surabaya, Biro IlmiahFakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang), h. 23

13

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: PT Syaamil Cipta Media), h.560


(20)

Dari ayat di atas memberikan pengertian kita bahwa dalam ajaran Islam memang perintah untuk melaksanakan pendidikan agama ini secara langsung dipahami dari perintah, seperti menjaga diri dan keluarga dari siksa api neraka.

b. Dasar Yuridis Formal

Menurut Zuhairini dkk, yang dimaksud dengan yuridis formal yaitu pelaksanaan pendidikan agama Islam yang berasal dari perundang-undangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah ataupun lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia.

Adapun dari segi yuridis formal dasar pendidikan agama Islam ada tiga macam, yakni dasar ideal, konstitusional dan operasional.14

1) Dasar Ideal, yaitu pancasila di mana sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, berarti menjamin setiap warga negara untuk memeluk, beribadah serta menjalankan aktivitas yang berhubungan dengan pengmbangan agama termasuk pelaksanaan pendidikan agama.15 Untuk merealisir hal tersebut, maka diperlukan adanya pendidikan agama kepada anak-anak, karena tanpa adanya pendidikan agama akan sulit mewujudkan sila pertama dari Pancasila tersebut.16 2) Dasar Struktural atau Konstitusional adalahUndang-undang 1945

dalam pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:

a) Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

b) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.17

3) Dasar Operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan agama di sekolah-sekolah Indonesia seperti yang

14

Abu Ahmadi, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam, (Bandung: CV Armico, 1986), h. 62-63

15

Zuhairini, Filsafat Pendidikan..., h. 154. 16

Yunus Namsa, Metodologi Pengarahan Agama Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h. 26

17


(21)

diterapkan PP No. 55 tahun 2007 pasal 3 ayat 1 dan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

c. Dasar Psikologis

Semua manusia dalam hidupnya di dunia ini selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya suatu zat yang maha kuasa, tempat berlindung dan tempat mereka memohon pertplongan. Mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya jika mereka mendekat dan mengabdi kepada zat yang maha kuasa. Hal ini sesuai dengan firman Allah surat ar- Rad ayat 28:

t

Ï%©!$#

(

#θãΖtΒ#u

È⌡uΚôÜs?uρ Οßγç/θè=è%

̍ø.É‹Î/

«

!$#

3

Ÿ

ωr& ̍ò2É‹Î/

«

!$#

È⌡yϑôÜs? Ü>θè=à)ø9$#

∩⊄∇∪

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”18

Karena manusia akan terus berusaha mendekatkan diri pada Tuhannya tetapi cara mereka mengabdi dan mendekatkan diri pada tuhan itu berbeda-beda sesuai dengan ajaran agama yang dianut, itulah sebabnya bagi orang-orang muslim diperlukan adanya pendidikan agama Islam agar dapat mengarahkan fitrah mereka kearah yang benar sehingga mereka akan mendapat mengabdi dan beribadah sesuai dengan ajaran Islam Tanpa adanya pendidikan agama Islam dari suatu generasi ke generasi berikutnya maka orang akan semakin jauh dari agama yang benar.19

3. Tujuan Pendidikan Islam

Untuk merumuskan tujuan pendidikan Islam harus diketahui lebih dahulu ciri manusia sempurna menurut islam. Untuk mengetahui ciri manusia sempurna menurut Islam harus diketahui lebih dahulu hakikat manusia menurut Islam.

a. Hakikat Manusia Menurut Islam

Apa hakikat manusia menurut Islam? Menurut Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah, ia tidaklah muncul dengan sendirinya atau berada oleh

18

Departemen Agama, Al-Qur’an..., h. 252 19


(22)

dirinya sendiri, al-Qur’an surat al- Alaq ayat 2 menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan Tuhan dari segumpal darah, al- Qur’an surat al- Thariq ayat 5 menjelaskan bahwa manusia dijadikan oleh Allah dan masih banyak sekali ayat al-Qur’an yang menjelaskan bahwa yang menjadikan manusia adalah Tuhan. Jadi, manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Pandangan tentang kemakhlukkan manusia cukup menggambarkan hakikat manusia. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, inilah salah satu hakikat wujud manusia. 20

Hakikat wujud yang lain adalah bahwa manusia adalah makhluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Dalam teori pendidikan yang dikembangkan oleh dunia barat, dikatakan bahwa perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme), sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh lingkungannya (empirisme), sebagai sintesisnya dikembangkan pula teori ketiga yang mengatakan bahwa seseorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungan (konvergensi).

Jadi, manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang berkembang dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungannnya, sehingga ia berkecenderungan beragama. Inilah antara lain hakikat wujud manusia. Yang lain ialah bahwa manusia itu adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal dan rohani sebagai potensi pokok.

Al-Qu’an menjelaskan bahwa manusia itu mempunyai aspek jasmani dan itu sungguh-sungguh. Dalam surat al- Qashasah ayat 77. Allah berfirman:

Æ tGö/$#uρ

!

$yϑ‹Ïù

š

9t?#u

ª

!$#

u

‘#¤$!$#

n

οtÅzFψ$#

(

Ÿ

ωuρ

š

[Ψs?

y

7t7ŠÅÁtΡ

š

∅ÏΒ

$u‹÷Ρ‘‰9$#

(

Å¡ômr&uρ

!

$yϑŸ2

z

|¡ômr&

ª

!$#

š

ø‹s9Î)

(

Ÿ

ωuρ

Æ ö7s?

y

Š$|¡x ø9$#

’Îû ÇÚö‘F{$#

( ¨ βÎ) © !$# Ÿ ω =Ïtä† t

ωšø ßϑø9$#

∩∠∠∪

“Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah

20

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1992), h. 34


(23)

Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”21

Yang dimaksud dengan dunia dalam ayat ini ialah hal-hal yang diperlukan oleh jasmani. dijelaskan bahwa makan dan minum merupakan keharusan, tetapi tidak boleh berlebihan, maksudnya tentu saja untuk kepentingan jasmani.

Manusa juga mempunyai aspek akal, semua manusia normal mengakui hal itu. Al- Qur’an dan hadits juga menjelaskan hal tersebut, ungkapan ulul albab, ulul ilmi, ulul abshar dan ulul nuha, semuanya menggambarkan pengakuan al-Qur’an akan adanya (pentingnya akal) dan perlunya berfikir.

Aspek ketiga manusia ialah potensi rohani. Penjelasan adanya aspek ini antara lain terdapat dalam surat al- Hijr ayat 29:

% %

“Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”22

Al-Syaibani mengatakan bahwa manusia terdiri dari tiga potensi yang sama pentingnya, yaitu Jasmani, akal dan roh. Lebih lanjut, Muhammad Quth menyatakan bahwa eksistensi manusia ialah jasmani dan rohani, atau jasmani, akal dan roh. Ketiganya bersatu menyusun manusia menjadi satu kesatuan. 23

b. Manusia Sempurna Menurut Islam

Manusia menurut Islam tidak mungkin di luar hakikatnya. Berikut ini diuraikan ciri manusia sempurna menurut Islam diantaranya yaitu:

1) Jasmani yang Sehat serta Kuat dan Berketerampilan

Orang Islam perlu memiliki jasmani yang sehat serta kuat, terutama berhubungan dengan keperluan penyiaran dan pembelaan serta penegakan ajaran islam. Di lihat dari sudut ini, maka islam mengidealkan Muslim yang sehat serta kuat jasmaninya.

21

Departemen Agama, Al-Qur’an..., h. 394 22

Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h. 263 23


(24)

Dalam penegakan ajaran Islam, terutama pada masa penyiarannya dalam sejarah, tidak jarang ditemukan rintangan yang pada akhirnya memerlukan kekuatan dan kesehatan fisik (jasmani). Kadang-kadang kekuatan dan kesehatan itu diperlukan untuk berperang menegakkan ajaran Islam.

Dalam surat al- Anfal ayat 60 disebutkan agar orang Islam mempersiapkan kekuatan dan pasukan berkuda untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Yang dimaksud dengan musuh-musuh Allah ialah yang mengancam agama Islam. Persiapan itu diselenggarakan antara lain berupa pendidikan jasmani.

Kesehatan dan kekuatan juga berkaitan dengan kemampuan menguasai filsafat dan sains serta pengelolaan alam. Oleh karena itu, semakin wajarlah kiranya bila Islam memandang jasmani yang sehat serta kuat sebagai salah satu ciri muslim yang sempurna. Pada jasmani yang demikian itu terdapatlah indera yang sehat dan bekerja dengan baik.

Jasmani yang sehat serta kuat berkaitan dengan ciri lain yang dikehendaki ada pada muslim yang sempurna, yaitu menguasai salah satu keterampilan yang diperlukan dalam mencari rizki untuk kehidupan. 24

2) Cerdas serta Pandai

Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai. Itulah ciri akal yang berkembang secara sempurna. Cerdas ditandai oleh adanya kemampuan mengeyelasikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai ditandai dengan memiliki banyak pengetahuan, jadi memiliki informasi yang banyak. Kecerdasan dan kepandaian itu dapat ditilik melalui indikator-indikator sebagai berikut:

Pertama, memiliki sains yang banyak dan berkualitas tinggi. Sains adalah pengetahuan manusia yang merupakan produk indera dan akal, dalam sains akan terlihat tinggi atau rendahnya mutu akal.

Kedua, mampu memahami dan menghasilkan filsafat. Berbeda dengan sains, filsafat adalah jenis pengetahuan yang semata-mata akliah. Dengan ini orang Islam akan mampu menyelesaikan masalah filosofis.

24


(25)

Jadi, jelaslah bahwa Islam menghendaki agar orang Islam berpengetahuan. Ini adalah salah satu ciri akal yang berkembang baik. Akal berkembang baik itu berisi dengan banyaknya pengetahuan sains, filsafat serta mampu menyelesaikan masalah secala ilmiah dan filosofis.25

3 Rohani yang Berkualitas Tinggi

Rohani yang dimaksud disini adalah aspek manusia selain jasmani dan akal. Kekuatan jasmani terbatas pada objek-objek berwujud materi yang dapat ditangkap oleh indera. Kekuatan akal sangat luas, dapat mengetahui objek yang abstrak, tetapi sebatas dapat berpikir secara logis. Sedangkan kekuatan rohani lebih jauh dari pada kekuatan akal. Bahkan ia dapat mengetahui objek yang tak terbatas, karena itu Islam amat mengistimewakan aspek rohani (kalbu). Kalbu dapat menembus alam ghaib, bahkan menembus Tuhan. Kalbu inilah yang merupakan potensi manusia yang mampu beriman secara sungguh-sungguh. Bahkan iman menurut al- Qur’an tempatnya di dalam kalbu. 26

c. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan meningkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.27

Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup manusia itu menurut Allah ialah beribadah kepadaNya. Ini diketahui dari ayat 56 surat al- Dzariyat:

$tΒuρ

àMø)n=yz

£

Ågø:$#

}

§ΡM}$#uρ

ā

ωÎ)

È

βρ߉ç7÷èu‹Ï9 ∩∈∉∪

25

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan ..., h.43-44 26

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan ..., h.44-46

27


(26)

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.28

Menurut Quth, tujuan pendidikan Islam hádala manusia yang takwa. Itulah manusia yang baik menurutnya. Ini diambil dari al-Qur’an surat al- Hujurat ayat 13:

$pκš‰r'‾≈tƒ

â¨$¨Ζ9$# $‾ΡÎ)

/ä3≈oΨø)n=yz

ÏiΒ

9x.sŒ

4

s\Ρé&uρ

ö

Νä3≈oΨù=yèy_uρ

$\/θãèä©

Ÿ

≅Í←!$t7s%uρ

(

#þθèùu‘$yètGÏ9

4

¨

βÎ)

ö

/ä3tΒtò2r&

y

‰ΨÏã

«

!$#

ö

Νä39s)ø?r&

4 ¨ βÎ) © !$# î

ΛÎ=tã ׎Î7yz

∩⊇⊂∪

“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”29

Menurut Athiyah al- Abrasy dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan tiga tujuan umum pendidikan Islam yaitu:

a. Pembentukan akhlak mulia

b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat

c. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi pemanfaatannya.30

Menurut al-Ghazaly tujuan pendidikan adalah beribadah dan taqarrub kepada Allah dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia dan akhirat.31

Sedangkan Ramayulis mengatakan bahwa tujuan umum dari pendidikan agama Islam adalah meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara. 32

28

Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h. 523 29

Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h. 517 30

Thalib Khasan, Dasar-dasar Pendidikan, ( Jakarta: Studia Press, 2005), h. 7

31

Thalib Khasan, Dasar-dasar ..., h. 7


(27)

Sampai di sini dapat dilihat bahwa para ahli pendidikan Islam sepakat bahwa tujuan umum pendidikan Islam ialah manusia yang baik itu ialah manusia yang beribadah kepada Allah. Quth menghendaki manusia yang baik itu ádalah manusia yang takwa lepada Allah.

4. Ruang Lingkup Pendidikan agama Islam

Secara garis besar ruang lingkup pendidikan agama Islam itu terdiri dari bidang akidah, ibadah dan akhlak. Adapun bidang lainnya dapat diberikan setelah anak dapat memahami dan mengaplikasikan ketiga bidang pokok diatas. Mengenai hal-hal tersebut diatas dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Bidang Akidah, merupakan bidang yang sangat prinsipil bagi ajaran Islam, yaitu bertugas untuk mengajarkan makhluk agar percaya (beriman) kepada Allah.

2. Bidang Ibadah, bidang ini merupakan implementasi dari pengakuan (iman) seorang hamba kepada Tuhannya dan cenderung untuk diartikan sebagai kegiatan ritual (ibadah makhdah) yaitu ibadah secara langsung, misalnya shalat, puasa, zakat dan haji.

3. Bidang Akhlak, bidang ini menekankan pada ketinggian prilaku moral seorang muslim dalam kehidupannya sehari-hari dan hal ini dapat dikatakan sebagai cerminan dari kualitas atau kesempurnaan iman seseorang.33

Dalam kaitan tersebut dapat dipahami bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara:

a. Hubungan manusia dengan Allah

b. Hubungan manusia dengan sesama manusia c. Hubungan manusia dengan dirinya

d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.34

33

Ramayulis, dkk, Metode Pendidikan ..., h.23


(28)

5. Fungsi Pendidikan Agama Islam a. Pengembangan

Pengembangan merupakan upaya peningkatan, keimanan dan ketaqwaan anak didik kepada Allah SWT, yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Sekolah berfungsi untuk mengembangkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga sehingga nilai keimanan dan ketaqwaan terus berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

b. Penyaluran yaitu memberikan kesempatan kepada anak didik yang memiliki bakat dan kemampuan khusus dalam bidang pendidikan agama Islam untuk menyalurkannya agar bakat tersebut berkembang secara optimal.

c. Perbaikan

Perbaikan adalah usaha yang dilaksanakan utnuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

d. Pencegahan

Pencegahan merupakan upaya menangkal hal-hal negatif yang datang dari lingkungan atau budaya asing yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu anak didik diberikan penjelasan tentang hal-hal negatif yang datang dari lingkungan atau budaya asing yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam dan kepribadian bangsa Indonesia. Anak didik diberikan motivasi agar mereka memahami, mnghayati dan mengamalkan ajaran islam untuk menangkal pengaruh negatif yang datang baik dari dalam maupun yang datang dari luar mereka.

e. Penyesuaian

Penyesuaian adalah usaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungan sesuai dengan ajaran agama Islam.


(29)

f. Sumber Nilai

Pendidikan agama Islam merupakan sumber nilai yang memberikan pedoman hidup bagi pemeluknya dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

g. Pengajaran

Pengajaran merupakan usaha penyampaian materi pelajaran kepada siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar, lembaga pendidikan harus dapat menentukan dan memilih pengetahuan apa saja yang bermanfaat bagi anak didik yang dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu anak didik haruslah diberikan pengetahuan yang fungsional agar ditanamkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.35

B. Pendidikan Islam Dalam Membentuk Akhlak 1. Pengertian Pembinaan Akhlak

Pengertian akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab Jama’ dari bentuk mufradnya (khalaqa) yang menurut logat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalkan yang berarti kejadian serta erat hubungannya dengan kata khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan.36

Secara Istilah akhlak menurut Ibnu Maskawaih (421 H) adalah

“sikap yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lagi.”37

Menurut Imam Ghazaly, akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika suatu sikap itu yang darinya lahir perbuatan baik dan terpuji baik dari akal dan syara’ maka ia disebut akhlak yang baik. Tetapi jika lahir dari perbuatan tercela maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.38

Indikasi bahwa akhlak dapat dipelajari dengan metode pembiasaan, meskipun pada awalnya anak didik menolak atau terpaksa melakukan suatu

35

Ramayulis, dkk, Metode Pendidikan ..., h.25-26 36

Zahruddin A R, Pengantar Studi Akhlak, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004),

h.1

37

Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Mitra Cahaya Utama, 2005), h. 27


(30)

perbuatan atau akhlak yang baik, tetapi setelah lama dipraktekkan secara terus-menerus dibiasakan akhirnya anak mendapatkan akhlak mulia.

Dari defenisi di atas dapat dipahami bahwa akhlak bersumber dari dalam diri anak dan dapat juga berasal dari lingkungannya. Secara umum akhlak bersumber dari dua hal tersebut dapat berbentuk akhlak baik dan akhlak buruk, tergantung pembiasaannya, kalau anak membiasakan perilaku buruk, maka akan menjadi akhlak buruk bagi dirinya, sebaliknya anak membiasakan perbuatan baik, maka akan menjadi akhlak baik bagi dirinya.

Penjelasan tersebut mengindikasikan bahwa akhlak dapat dipelajari dan diinternalisasikan dalam diri seseorang melalui pendidikan, di antaranya dengan metode pembiasaan. Dengan adanya kemungkinan diinternalisasikan nilai-nilai akhlak ke diri anak, memungkinkan pendidik melakukan pembinaan akhlak.

Pada kenyataannya dilapangan, usaha-uasaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rosul-Nya, hormat kepada orang tua dan sayang kepada sesama.

Dengan uraian diatas, kita dapat mengatakan bahwa akhlak merupakan hasil usaha dalam mendidik dan melatih dengan sungguh-sungguh terhadap berbagai potensi rohani yang terdapat dalam diri manusia. Jika program pendidikan dan pembinaan akhlak itu dirancang dengan baik, sistematik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh maka akan menghasilkan anak-anak atau orang-orang yang baik akhlaknya. Disinilah letak peran dan fungsi lembaga pendidikan.

Dengan demikian pendidikan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. 39


(31)

2. Ruang Lingkup Pendidikan akhlak

Akhlak dalam Islam cakupannya sangat luas, karena akhlak bukanlah sekedar perilaku manusia yang bersifat bawaan lahir, tetapi merupakan salah satu dari kehidupan manusia yang m,encakup aqidah, akhlak dan syari’ah, karena itu akhalk dalam Islam meliputi Ethos, Ethis, Moral, Estetika.

a. Ethos yaitu pandangan hidup yang mengatrur hubungan seseorang dengan khaliknya serta kelengkapan uluhiyah dan ubudiyah seperti pada para rosul Allah dan kitab Allah.

b. Ethis, sesuatu yang sesuai dengan perilaku yang disepakati secara umum yang mengatur hubungan sesseorang dengan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari.

c. Moral, yaitu baik buruknya perbuatan dan kelakuan yang mengatur hubungan seseorang dengan sesamanya yang menyangkut kehormatan pribadi.

d. Estetika, yaitu keindahan yang mendorong seseorang untuk meningkatkan keadaan dirinya serta lingkungannya agar lebih indah menuju kesempurnaan.40

Jadi secara garis besar ruang lingkup akhlak meliputi cara berhubungan manusia dengan khaliknya, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan lingkungannya.

3. Tujuan pendidikan Akhlak

Tujuan pendidikan akhlak ialah seperti yang diuraikan para ahli berikut ini:

a. Oemar M.M al-Toumy bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah menciptakan kebahagiaan dunia dan akhirat, kesempurnaan bagi individu-individu dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat.41

40

Abdul Salim, Akhlak Islam, (Jakarta, Gunung Agung), h.95

41

Oemar. M M.Al-Toumy, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979) h.346


(32)

b.Barmawi Umar berkata bahwa tujuan pendidikan akhlak itu ialah supaya hubungan kita dan sesama makhluik selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.42

c.Menurut Ibn Maskawih tujuan pendidikan akhlak adalah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik sehingga mencapai kesempurnaan dan mencapai kebahagiaan sejati dan sempurna. 43

d. Menurut M. Ali Hasan tujuan pendidikan akhlak ialah:

1) Supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah dan terpuji dan terhindar dari yang buruk, jelek, hina dan tercela.

2) Supaya hubungan kita dengan Allah dan hubungan kita dengan sesama manusia terpelihara dengan baik.

3) Dapat memperoleh irsyad, taufik, hidayah yang dengan demikian kita akan dapat kebagahaiaan di dunia dan akhirat. 44

4. Macam-macam akhlak

Sesuai dengan pengertian pembinaan akhlak yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan memerlukan pikiran.

Dengan demikian dapat disimpulkan akhlak terdiri dari dua macam yaitu akhlak terpuji dan tercela. Akhlak terpuji adalah perbuatan baik terhadap Allah, sesama manusia dan makhluk lainnya, seperti: 45

a. Mentauhidkan Allah, sebagaimana telah dijelaskan dalam Q.S. al- Ikhlas ayat 1-4 .

ö

≅è%

u

θèδ

ª

!$# î‰ymr&

∩⊇∪

ª

!$# ߉yϑ¢Á9$#

∩⊄∪

ö

Νs9

ô

$Î#tƒ

ö

Νs9uρ

ô‰s9θム∩⊂∪

ö

Νs9uρ ä3tƒ …ã&©!

#—θà à2

7

‰ymr&

42

Barmawi Umar, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhan, 1993), h. 2 43

Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 11

44

M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h. 11


(33)

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.

2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,

4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."46

b. Bertawakal, yaitu menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berbuat semaksimal mungkin, hal ini digambarkan dalam surat al- Imron ayat 159.47

$yϑÎ6sù

7

πyϑômu‘

z

ÏiΒ

«

!$#

|

MΖÏ9

ö

Νßγs9

(

ö

θs9uρ

|

MΨä.

$ˆàsù

x

á‹Î=xî É=ù=s)ø9$#

(

#θ‘Òx Ρ]ω

ô

ÏΒ

y

7Ï9öθym

(

ß

#ôã$$sù

ö

Νåκ÷]tã öÏ øótGó™$#uρ

ö

Νçλm;

ö

Νèδö‘Íρ$x©uρ ’Îû

Í÷ö F{$#

(

#sŒÎ*sù

|

MøΒz•tã

ö

≅©.uθtGsù

’n?tã

« !$# 4 ¨ βÎ) © !$# =Ïtä† t

,Î#Ïj.uθtGßϑø9$#

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”48

c. Bersyukur yaitu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-baiknya nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Sikap yang demikian dijelaskan dalam Q.S. an-Nahl ayat 14.49

u

θèδuρ ”Ï%©!$#

t

¤‚y™

t

óst7ø9$#

(

#θè=à2ù'tGÏ9

ç

F÷ΖÏΒ

$Vϑóss9

$wƒÌsÛ

(

#θã_̍÷‚tGó¡n@uρ

ç

F÷ΨÏΒ

Z

πuŠù=Ïm $yγtΡθÝ¡t6ù=s?

”ts?uρ

š

ù=à ø9$#

t

Åz#uθtΒ

Ï

FŠÏù

(

#θäótFö7tFÏ9uρ ∅ÏΒ

Ï&Î#ôÒsù

ö

Νà6‾=yès9uρ

š

χρãä3ô±s?

∩⊇⊆∪

“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.”(QS an-Nahl: 14)50

Sebaliknya yang dimaksud dengan akhlak tercela adalah perbuatan buruk terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk lainnya.

46

Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h. 603 47

Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam Untuk

Perguruan Tinggi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 207

48

Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h. 71 49

Mahyuddin, Kuliah Akhlak..., h 10 50


(34)

a. Musyrik, yaitu sikap mempersekutukan Allah dengan makhlukNya dengan cara menganggap bahwa ada suatu makhluk yang menyamai kekuasaannya. Hal ini dijelaskan dalam Q.S. az-Zumar 65

ô‰s)s9uρ

z

Çrρé&

y

7ø‹s9Î)

’n<Î)uρ

t

Ï%©!$#

ÏΒ

š

Î=ö6s%

÷

È⌡s9

|

Mø.uŽõ°r&

£

sÜt6ósu‹s9

y

7è=uΗxå

£

tΡθä3tGs9uρ

z

ÏΒ

z

ƒÎŽÅ£≈sƒø:$#

∩∉∈∪

“Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”51

b. Munafik, yaitu sikap yang menampilkan dirinya bertentangan dengan kemauan hatinya dalam kehidupan beragama. Q.S. al munafiqun ayat 1.

#sŒÎ)

x

8u!%y`

t

βθà)Ï ≈uΖßϑø9$#

(

#θä9$s%

߉pκô¶tΡ

y

7¨ΡÎ)

ã

Αθß™ts9

«

!$#

3

ª

!$#uρ

ã

Νn=÷ètƒ

y

7¨ΡÎ)

…ã&è!θß™ts9

ª

!$#uρ

߉pκô¶tƒ

¨

βÎ)

t

É)Ï ≈uΖßϑø9$#

š

χθç/É‹≈s3s9 ∩⊇∪

“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.”52

c. Boros adalah sikap yang selalu melampaui batas ketentuan agama. Hal ini diterangkan dalam Q.S. as-Syu’ara ayat 151.53

Ÿ

ωuρ

(

#þθãè‹ÏÜè?

z

÷ö r&

t

ÏùΎô£ßϑø9$#

∩⊇∈⊇∪

“Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas”54 Hal ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina agar menghasilkan akhlak yang mulia begitu juga sebaliknya anak-anak yang tidak dibina akhlaknya akan menjadi anak yang nakal dan dapat dengan mudah melakukan perbuatan yang tercela.

51

Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h. 465 52

Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h. 554 53

Mahyuddin, Kuliah Akhlak ..., h 10-12 54


(35)

5. Metode Pembinaan Akhlak

Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerosulan Nabi Muhammad SAW yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia. Cara yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak ini adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara terus menerus.

Selain itu pembinaan akhlak bisa juga bisa dilakukan melalui metode keteladanan, metode pembiasaan, metode kisah dan metode mauizah. Berikut akan dijelaskan keempat metode tersebut:

a. Metode Keteladanan

Kurikulum pendidikan yang sempurna telah dibuat dengan rancangan yang jelas bagi perkembangan manusia melalui sistematika bakat, psikologis, emosi, mental dan potensi manusia. Namun tidak dapat dipungkiri jika timbul masalah bahwa kurikulum seperti itu masih tetap memerlukan pola pendidikan realistis yang dicontohkan oleh pendidik melalui perilaku dan metode pendidikan yang diperlihatkan kepada anak didiknya sambil tetap berpegang pada landasan, metode dan tujuan kurikulum.55 Untuk kebutuhan itulah Allah mengutus Nabi Muhammad sebagai hamba dan RasulNya menjadi teladan bagi manusia dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam, melalui firmanNya dalam surat al-Ahzab ayat 21:

ô‰s)©9

t

β%x.

ö

Νä3s9 ’Îû

É

Αθß™u‘

«

!$#

î

οuθó™é&

×

πuΖ|¡ym

yϑÏj9

t

β%x.

(

#θã_ötƒ

©

!$#

t

Πöθu‹ø9$#uρ

t

ÅzFψ$#

t

x.sŒuρ

©

!$#

#ZŽÏVx. ∩⊄⊇ “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”56

55

Abdurrahman an-Nahlawy, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam,(Bandung: CV Diponegoro, 1992), h. 260

56


(36)

Yang dimaksud dengan metode keteladanan yaitu suatu metode pendidikan dengan cara memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, baik di dalam ucapan maupun perbuatan.57

Tinjauan dari sudut ilmiah menunjukkan bahwa pada dasarnya keteladanan memiliki sejumlah azas kependidikan, yaitu pendidikan Islam merupakan konsep yang senantiasa menyeru pada jalan Allah. Dengan demikian, seorang pendidik dituntut untuk menjadi teladan dihadapan anak didiknya, artinya setiap anak didik akan meneladani pendidiknya dan benar-benar puas terhadap ajaran yang diberikan kepadanya sehingga perilaku ideal yang diharapkan dari setiap anak merupakan tuntutan realistis dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan di masyarakat.

b. Metode Pembiasaan

Pembiasaan menurut M.D Dahlan seperti dikutip oleh Hery Noer Ally merupakan proses penanaman kebiasaan, sedang kebiasaan (habit) ialah cara bertindak yang tidak disadari oleh pelakunya.58 Manusia dilahirkan dalam keadaan suci dan bersih, dalam keadaan seperti ini manusia akan mudah menerima kebaikan atau keburukan. Karena pada dasarnya manusia mempunyai potensi untuk menerima kebaikan atau keburukan hal ini dijelaskan Allah, sebagai berikut:” Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

c. Metode Kisah

Kisah berasal dari kata al- qassu yang berarti mencari atau mengikuti jejak59. Metode kisah merupakan salah satu upaya untuk mendidik murid agar mengambil pelajaran dari kejadian di masa lampau. Apabila kejadian tersebut

57

Syahidin, Metodologi Pendidikan Qur’ani Teori dan Aplikasi, (Jakarta: CV Misaka Galiza, 1999), h. 135

58

Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Logos Wacana Mulia,1999), h.182 59

Manna Khalil al- Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, tejmh. oleh Mudzakir AS, (Bogor: PT Pustaka Litera Antarnusa, 2001), h. 435


(37)

merupakan kejadian baik maka harus diikutinya, sebaliknya apabila kejadian tersebut kejadian yang bertentangan dengan agama Islam maka harus dihindari.

An-Nahlawi menegaskan dampak penting pendidikan melalui metode kisah: 1) Kisah dapat mengaktifkan dan membangkitkan kesadaran pembaca

tanpa cerminan kesantaian dan keterlambatan, sehingga dengan kisah setiap pembaca akan senantiasa merenungkan makna dan mengikuti berbagai situasi kisah tersebut sehingga terpengaruh oleh tokoh dan topik kisah tersebut.

2) Mampu membina perasaan ketuhanan melalui cara berikut:

a. Mempengaruhi emosi seperti takut perasaan diawasi, dan lain-lain

b. Mengarahkan semua emosi tersebut sehingga menyatu pada satu kesimpulan yang menjadi akhir cerita

c. Melalui topik cerita, kisah dapat memuaskan pikiran seperti pemberian sugesti, keinginan dan keantusiasan.60

Dalam al-Quran banyak ditemui kisah menceritakan kejadian masa lalu, kisah mempunyai daya tarik tersendiri yang tujuannnya mendidik akhlak, kisah-kisah para Nabi dan Rasul sebagai pelajaran berharga

Metode mendidik akhlak melalui kisah akan memberi kesempatan bagi anak untuk berfikir, merasakan, merenungi kisah tersebut, sehingga seolah ia ikut berperan dalam kisah tersebut. Adanya keterkaitan emosi anak terhadap kisah akan memberi peluang bagi anak untuk meniru tokoh-tokoh berakhlak baik, dan berusaha meninggalkan perilaku tokoh-tokoh berakhlak buruk.

d. Metode Mauizah

Nasihat mempunyai beberapa bentuk dan konsep penting yaitu, pemberian nasehat berupa penjelasan mengenai kebenaran dan kepentingan sesuatu dengan tujuan orang diberi nasehat akan menjauhi maksiat, pemberi nasehat hendaknya menguraikan nasehat yang dapat menggugah perasaan afeksi dan emosi, seperti peringatan melalui kematian peringatan melalui sakit peringatan melalui hari perhitungan amal. Kemudian dampak yang diharapkan dari metode mauizah adalah untuk membangkitkan perasaan ketuhanan dalam jiwa anak didik, membangkitkan keteguhan untuk senantiasa berpegang kepada pemikiran

60


(38)

ketuhanan, berpegang kepada keimanan dan yang terpenting adalah terciptanya pribadi bersih dan suci. 61

Pendidik hendaknya memperhatikan cara-cara menyampaikan dan memberikan nasehat, memberikan nasehat hendaknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi, pendidikan hendaknya selalu sabar dalam menyampaikan nasehat dan tidak merasa bosan atau putus asa. Dengan memperhatikan waktu dan tempat tepat akan memberi peluang bagi anak untuk rela menerima nasehat dari pendidik.

Dengan cara tersebut akan memaksimalkan dampak nasehat terhadap perubahan tingkah laku dan akhlak anak, perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang tulus ikhlas tanpa ada kepura-puraan, kepura-puraan akan muncul ketika nasehat tidak tepat waktu dan tempatnya, anak akan merasa tersinggung dan sakit hati. Kalau hal ini sampai terjadi maka nasehat tidak akan membawa dampak apapun, yang terjadi adalah perlawanan terhadap nasehat yang diberikan.

C. Kerangka Berfikir

Pendidikan dan pengajaran merupakan hal yang utama dan pertama usaha manusia untuk mencerdaskan bangsanya dan sekaligus mempertinggi cita-cita bangsanya. Akan tetapi, pendidikan dan pengajaran Islam lebih dari itu, ia juga menuntun orang untuk mencapai kebahagaian hidup di dunia dan di akhirat. Pendidikan Islam dapat membina akhlak mulia bagi peserta didiknya.

Pendidikan Islam mempunyai tiga unsur dasar yaitu mencapai keridhoan Allah, menjauhi murka dan siksa-Nya serta melaksanakan penghambaan yang ikhlas kepada-Nya, mewujudkan ketentraman di dalam jiwa dan aqidah yang dalam penghambaan semata-mata dan kepatuhan ikhlas kepada Allah, hasil yang pasti bagi ketentraman hati, menghapus khufarat-khufarat yang bercampur baur dengan hakekat agama.

Untuk itu pendidikan Islam merupakan suatu jalan bagi terciptanya generasi muda yang mempunyai akhlak karimah, karena tujuan pendidikan Islam lebih memprioritaskan pembentukan akhlak yang baik bagi peserta didiknya, pembentukan akhlak tersebutlah yang merupakan tujuan pendidikan yang hakiki.

61


(39)

Proses pembentukan akhlak bukanlah suatu proses yang berlangsung cepat, melainkan mengalami proses yang cukup memakan waktu lama. Dalam pembentukan akhlak siswa, sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak yang lambat laun akan bertambah kuat dan akhirnya tidak tergoyahkan lagi karena telah masuk menjadi bagian dari kepribadiannya.

Oleh karena itu, jika pendidikan akhlak telah meresap ke dalam jiwa siswa, dan telah menjadi bagian kepribadiannya maka ia akan berfungsi sebagai pengendali segala sikap dan tingkah lakunya dalam menjalani kehidupan dimasa yang akan datang sehingga akan membahagiakan hidupnya didunia dan di akhirat.

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan yang sifatnya sementara dan dibuat berdasarkan fakta yang ada serta akan dibuktikan kebenarannya. Maka dugaan sementara penelitian ini berdasarkan tinjauan dari teori yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut:

Ha: Terdapat pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa SMU Darussalam Ciputat


(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

a. Apakah pendidikan agama Islam di SMA Darussalam mempengaruhi pembentukan akhlak siswanya

b. Upaya-upaya yang dilakukan pihak sekolah SMA Darussalam sebagai lembaga pendidikan Islam dalam membentuk akhlak siswanya

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengambil tempat di SMA Darussalam yang bertempat di daerah Cimanggis Ciputat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Tahun 2008.

3. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini, penulis memilih salah satu SMA yang berada di wilayah Cimanggis Ciputat yaitu SMA Darussalam kelas X dan kelas XI dengan jumlah ± 340 siswa tahun ajaran 2007/2008 dan guru pendidikan agama Islam dengan jumlah 2 orang.

Sampel pada penilitian ini menggunakan teknik random sampling atau dengan cara acak tanpa memilih untuk menjadi anggota sampel. Diambil dari siswa kelas X dan kelas XI sebanyak 15 % yaitu sekitar 50 siswa dengan menggunakan angket pemahaman siswa mengenai pendidikan agama Islam dan akhlak siswa, satu orang guru Pendidikan Agama Islam kelas XI di sekolah tersebut dengan menggunakan pedoman wawancara.


(41)

4. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Adapun yang menjadi variabel bebasnya yaitu pendidikan Islam dan yang menjadi variabel terikatnya adalah aklahk siswa

5. Metode Penelitian

Penelitian dirancang dengan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian korelasi yaitu untuk menguji hubungan antar variabel. Kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data dengan menggunakan statistika yaitu statistik deskriptif untuk memaparkan dan menggambarkan objek yang diteliti serta menggunakan statistik inferensial yang cocok untuk penelitian korelasi.62

6. Tekhnik Pengumpulan Data a. Observasi

Pengamatan dan pencatatan sistematis tentang fenomena-fenomena yang diselidiki.63 Dalam hal ini peneliti mengadakan observasi yaitu mengadakan pengamatan secara langsung ke SMA Darussalam untuk mengetahui mengenai pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam membina akhlak siswanya.

b. Wawancara

Ialah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari yang diwawancarai. Wawancara dilakukan pada guru pendidikan agama Islam dengan mengajukan pertanyaan mengenai sistem pembelajaran yang diberikan dan metode yang digunakan dalam membentuk akhlak siswa.

c. Angket

Angket berupa pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk dimintai pendapatnya guna mengetahui bagaimana sikap siswa setelah mendapat pengajaran agama dari gurunya.

62

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rieneka Cipta,, 2007), cet. 9, h. 298


(42)

Tabel 1 Kisi-kisi Instrument

No. Variabel Indikator Butir Soal Jumlah

- Ketertarikan siswa untuk

mengikuti pelajaran PAI 1, 2, 3, 4, 9 5 - Pemahaman siswa

mengenai materi PAI

5, 6, 7, 8,

11 5

1.

Pendidikan Agama

Islam - Pengamalan siswa terhadap materi PAI

10, 12, 13,

14, 15 5

- Akhlak siswa terhadap guru 1, 2, 7 3 - Akhlak siswa terhadap

sesame 3, 10, 13 3

- Akhlak siswa dalam

beribadah 8, 9 2

2.

Akhlak Siswa

- Akhlak siswa di kehidupan sehari-hari

4, 5, 6, 11,

12, 14, 15 7

7. Tekhnik Analisis Data

Adapun dalam pengolahan data yang dihasilkan dari lapangan penulis menggunakan rumus:

P : F x 100 %

N

Ket: P : Angka Prosentase

F : Nilai yang diperoleh (frekuensi) N : Jumlah Individu

Sedangkan data yang dibahas adalah dua variable yang saling berhubungan maka data tersebut juga dianalisis secara kauntitatif dengan menggunakan rumus korelasi product moment untuk mengkaji hipotesis tentang ada atau tidaknya hubungan antara variable X dengan vaeiabel Y. Adapun rumus “r” korelasi product moment adalah sebagai berikut:

r

xy

=

(

)( )

(

)

][

( )

]

[N X2 X 2 N Y2 Y 2

Y X Y N ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑


(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Profil SMA Darussalam

SMA Darussalam didirikan pada tahun 1987 kemudian dinonaktifkan karena masalah sarana prasarana yang kurang memadai, tapi kemudian dibuka kembali pada tahun 2000 dengan SK pendirian Nomor : 125/102/07/1987 oleh Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Darussalam. dibukanya kembali sekolah ini disambut baik oleh masyarakat sekitar dan alumni SMP Darussalam yang ingin melanjutkan ke SMA. Hal ini bisa terlihat dari jumlah murid yang terus bertambah setiap tahunnya. Sekolah ini didirikan sebagai suatu wujud turut serta dalam pembangunan generasi muda dan kepedulian dalam meningkatkan mutu pendidikan, baik di bidang IPTEK maupun IMTAQ, serta membekali siswa-siswinya dengan keterampilan melalui penyaluran minat dan pengembangan bakat, sebagai bekal bagi masa depan siswa. Untuk itu, sejalan dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), YPI Darussalam telah menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk penyelenggaraan pendidikan yang senantiasa membina prestasi siswa dan syarat dengan aktifitas.

1. Visi dan Misi SMA Darussalam

Visi : Cerdas, Inovatif, Nalar, Taqwa dan Aktif. Misi :

a. Membentuk siswa yang cerdas, kreatif dan mandiri

b. Mengembangkan daya nalar siswa dan melatih sikap percaya diri c. Membentuk siswa yang beriman dan berbudi pekerti


(44)

d. Menumbuh kembangkan minat dan bakat di dalam maupun di luar sekolah

e. Menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan 2. Keadaan Guru SMA Darussalam

Tabel 2

No. Nama Tempat/Tanggal

lahir Pendidikan

Mulai

Tugas Jabatan

1. Marul Wa’id

S.Ag

Tangerang,

09-09-1970 S1

12 Juli 2000

Kepala Sekolah + Guru Pendidikan Agama

Islam

2. Dasuki, S.Pd.

MM

Tangerang, 12

-05-1970 S2

12 Juli

2000 Guru Sejarah

3. Nazharuddin Tangerang,

06-05-1979 S1

19 Juli

2004 Guru Sosiologi

4. Drs. Marfuddin Tangerang,

16-07-1965 S1

12 Juli

2000 Guru B. Indonesia

5. Riswadi, SE Banjar Negara,

12-12 1965 S1

12 Juli

2000 Guru Penjaskes

6. Bambang Adi

Rustam

Klaten,

08-01-1957 -

12 juli

2003 Guru krtangkes

7. Nur Asma, SE

MM

Ujung pandang,

15-07-1973 S2

12 juli

2000 Guru Ekonimi

8. Drs. Pepen

Efendi

Bogor

13-07-1964 S1

12 Juli

2003 Guru PPKN

9. Nugroho Setyo,

S.Si

Jakarta,

09-07-1978 S1

12 juli

2003 Guru Kimia

10. Drs. Ardillah Cirebon,

18-03-1967 S1

12 Juli

2000 Guru Sosiologi

11. Firman H, SPd Jakarta,

09-01-1976 S1

1 Desemb

er 2006

Guru B. Inggris

12. Shophan

Sophian S. Kom

Tangerang,

18-06-1975 S1

19 Juli

2004 Guru Komputer

13. Drs. Al Badri Agam,

24-11-1965 S1

19 Juli

2004 Guru B. Indonesia

14. M. Ridwan, A.

Md

Jakarta,

25-10-1976 S1

20 Juli


(45)

15. Yati Rochayati, S.Pd

Tegal,

25-10-1976 S1

1 Juni

2004 Guru Akuntansi

16. Ubaidillah, SS Jakarta,

08-11-1978 S1

1 Desemb

er 2005

Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan

17. Najmudin - - 16 Juli

2007 Guru Penjaskes

18. Mulyadi Tangerang,

14-07-1982

16 Juli

2007 Guru Biologi

19. Rizka Anggraini Bogor,

20-01-1982 S!

16 Juli

2007 Guru B. Inggris

20. Azye Murni, SS Sungai Limau,

29-05-1983 S!

16 Juli

2007 Guru B. Indonesia

21. M. Yahya, SPd.I Tangerang,

24-03-1964 S1

16 Juli

2007 Guru al- Qur’an

22.

Tuti Nurhidayah,

SPd

Tangerang,

17-04-1981 S1

16 Juli

2007 Guru Matematika

23.

Dra, Srikasih Purwerejo,

14-06-1957 S1

16 Juli

2007 Tata Usaha

24.

Hendra Wijaya Tangerang,

10-04-1974 S1

16 Juli

2007 Tata usaha

25.

Ismail Fahmi Bogor,

14-11-1974 S1

1 Desemb

er 2005

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

26. Wisa Dwitiara,

S.Si. ART

Jakarta.

14-02-1973 S1

26 Juli

2005 Guru Geografi

27. Edi Haryono,

SPd

Banjar Negara,

05-01-1977 S1

21 Juli

2005 Guru B. Inggris

3. Keadaan Siswa

Tabel 3

NO KELAS Laki-laki Perempuan Jumlah

1 X 120 50 170

2 XI 112 58 170


(46)

4. Sarana dan Prasarana

Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, SMA Darussalam memiliki sarana dan prasarana yang dapat membantu kelancaran proses kegiatan belajar mengajar, diantaranya adalah ruang belajar lantai tiga, laboratorium bahasa, laboratorium komputer, laboratorium IPA, sarana olah raga (lapangan olahraga), sarana ibadah (masjid), kantin sekolah, dan lain sebagainya.

5. Kegiatan Ekstra kulikuler

SMA Darussalam memiliki kegiatan ektrakulikuler yang merupakan kegiatan di luar jam pelajaran di sekolah. Kegiatan ekstrakulikuler berguna untuk menetapkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan penguasaan dan keterampilan yang dimilikinya dan dapat menerapkannya di dalam kehidupan yang nyata. Kegiatan ekstrakulikuler juga bertujuan membantu siswa untuk menjadi kreatif, mandiri dan dapat menumbuh kembangkan bakat yang terpendam pada diri mereka. Kegiatan tersebut antara lain adalah paskibra, rohis, putsal, basket dan volley.

B. Pelaksanaan pendidikan Akhlak di SMA Darussalam Ciputat

Pada pelaksanaannya, pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Darussalam dalam membentuk akhlak berdasarkan kurikulum yang telah dibuat oleh pihak sekolah dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana yang ada. Pendidikan agama Islam di sekolah Darussalam ditujukan untuk menimbulkan kesadaran siswa untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta membiasakan kepada tingkah laku, sikap dan pandangan hidup yang sesuai dengan ajaran-ajaran agama.

SMA Darussalam melaksanakan pengajaran agama Islam dua jam perminggu, materi akhlak yang diajarkan di SMA Darussalam berupa sejumlah bahan materi tentang akhlak, misalnya mengenai akhlak terpuji kepada Allah, sifat terpuji bagi diri sendiri dan terhadap orang lain serta akhlak terpuji kepada lingkungan. Pembelajaran akhlak ini bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan serta pengalaman peserta didik tentang akhlak Islam, sehingga menjadi manusia


(47)

muslim yang terus berkembang dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT.

Agar tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam dalam membentuk akhlak tercapai maka seorang guru harus memiliki kemampuan untuk memilih cara yang tepat dalam penyampaian pelajaran. Guru harus mampu menggunakan metode yang bervariasi sesuai dengan materi yang diajarkan. Berbicara mengenai metode, dari hasil wawancara dengan guru pendidikan agama Islam, metode pengajaran yang digunakan di SMA Darussalam adalah metode ceramah, metode diskusi, tanya jawab, penugasan dan observasi atau kunjungan ke suatu tempat yang relevan dengan materi agama Islam. 64

Untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, guru pendidikan agama Islam melakukan sistem penilaian dengan menilai ketiga ranah belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk mengukur ranah kognitif siswa, guru menggunakan pertanyaan lisan dikelas, tugas rumah, tugas individu dan ulangan harian serta ulangan semester. Sedangkan ranah afektif dan psikomotorik siswa, guru menilai perkembangan perilaku siswa setelah mendapatkan pembelajaran.

C. Faktor Penghambat dan Pendukung Dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam.

Dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMA Darusslam Ciputat, perlu ditinjau dan diperhatikan beberapa kemungkianan yang akan menjadi kesulitan atau hambatan dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam, diantaranya:

1. Faktor Penghambat

a. Tidak adanya buku paket

Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa tidak menggunakan buku paket, pihak sekolahpun tidak menyediakan buku paket untuk siswa. Pihak sekolah hanya menyediakan lembar kerja siswa (LKS), tetapi ada beberapa siswa yang tetap tidak mempunyai buku paket ataupun LKS.

64


(1)

0,90 – 01,00 Antara variabel X dengan Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi

Interpretasi terhadap rxy dari perhitungan di atas ternyata angka variabel X dan variabel Y tidak bertanda negatif, berarti diantara kedua variabel tersebut terdapat korelasi positif (korelasi yang berjalan searah). Dengan memperhatikan besarnya rxy (yaitu = 0,52), yang berkisar antara 0,40 – 0,70 berarti terdapat korelasi positif antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sadang atau cukup.

2. Interpretasi dengan menggunakan Tabel Nilai ”r” Product Moment

Rumusan hipotesis kerja/alternatif Ha dan Hipotesa nihil (ho), yang penulis ajukan diawal adalah:

Ha : ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan agama Islam dengan pembinaan akhlak siswa

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan agama Islam dengan pembinaan akhlak siswa

Adapun kriteria pengajuannya adalah: Jika r hitung > r tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya, jika r hitung < r tabel maka Ha ditolak dan Ho diterima. Kemudian penulis mencari derajat bebasnya (df atau db), rumusnya sebagai berikut:

df = N – nr = 50 – 2 = 48

Dengan memberikan tabel ”r” Product Moment ternyata dengan df sebesar 48 dan taraf signifikansi 5 % diperoleh r tabel = 0, 288; sedangkan pada taraf signifikansi 1 % diperoleh r tabel = 0,372, oleh karena itu karena rxy atau ro pada taraf signifikansi 5 %, r hitung lebih besar dari r tabel (0,52 > 0,288), maka pada taraf 5 % Hipotesa Alternatif (Ha) diterima sedangkan Hipotesis Nol (Ho) ditolak, berarti pada taraf signifikansi 5 % itu memang terdapat korelasi positif


(2)

(searah) yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Selanjutnya, karena pada taraf signifikansi 1 %, r hitung juga lebih besar dari r tabel, (0,52 – 0,372), maka pada taraf signifikansi 1 % Hipotesa Alternatif (Ha) diterima sedangkan Hipotesis Nol (Ho) ditolak, sihingga pada taraf ini juga terlihat bahwa memang terdapat korelasi positif (searah) yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah tinggi rendahnya akhlak siswa di sekolah dipengaruhi oleh peran pendidikan agama Islam.


(3)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut

Terdapat pengaruh pendidikan agam Islam di SMA Darussalam Cimanggis Ciputat terhadap pembentukan akhlak siswa. Berdasarkan hasil korelasi antara dua variabel dinyatakan korelasi searah (positif). Dengan memperhatikan hasil dari besarnya rxy aitu 0,52 yang berkisar antara 0,40 sampai 0,70 maka korelasi positif ini termasuk dalam kategori korelasi yang sedang atau cukup. Oleh karena itu tinggi rendahnya akhlak siswa dalam kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh berhasil tidaknya pengajaran bidang studi Pendidikan agama Islam yang diberikan oleh guru di sekolah. Siswa yang kurang menaruh perhatiannya pada bidang studi pendidikan agama Islam menyebabkan mereka berakhlak kurang baik.

Kecenderungan yang timbul pada anak akan membawa pengaruh berarti, anak yang memiliki minat tentu akan berbeda dengan anak yang tidak punya minat dalam belajar, oleh karena itu peran pendidikan agama Islam sangat diperlukan untuk meningkatkan akhlak siswa dalam kehidupan sehari-hari.

B. Saran-saran

1. Hendaknya guru lebih meningkatkan mutu pengajaran khususnya bidang studi pendidikan agama Islam karena bidang studi ini bukan karena kewajiban sekolah saja tetapi merupakan pelajaran yang dapat


(4)

memberikan manfaat dan pedoman hidup siswa baik di dunia dan di akhirat.

2. Guru dan seluruh elemen sekolah juga wali murid senantiasa untuk selalu memberikan arahan dan bimbingan pada siswa selalu berbuat baik.

3. Hendaknya siswa tidak hanya memahami bidang studi PAI secara kognitif saja tetapi juga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari


(5)

DAFTAR PUSTAKA.

Ahmadi, Abu. Metode Khusus Pendidikan Agama Islam. Bandung: CV Armico. 1986

Ahmadi, Abu & Noor Salimi. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Bumi Aksara. 2001

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rieneka Cipta. 2007 Daradjat Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2006

____________. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara dan Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam DEPAG. 1996

Depdiknas. UU SISDIKNAS 2003. Jakarta: Sinar Grafika. 2003

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjamah. Bandung: Syaamil Cipta Media.

Fadjar. A. Malik. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Fajar Dunia. 1999 Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Off Set. 1992 Hasan, M. Ali. Tuntunan Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang, 1978.

Kasan, Tholib. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Studia Press. 2005

Mahyuddin. Kuliah Akhlak Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia. 2003

Marimba, D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam.Bandung: al-Ma’rif. 1987

Nahlawi, Abdurrahaman. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 1992

Namsa Yunus, Metodologi Pengaharan Agama Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2000

Nata, Abudin . Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo. 1999.

___________. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2001


(6)

Purwanto, M. Ngalim .Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 1993

Qattan, Manna Khalil. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Penterjemah oleh Mudzakir AS, Bogor: PT Pustaka Litera Antarnusa. 2001

Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2005

________. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2004

Salam, Abdul. Akhlak Islam. Jakarta. Gunung Agung

Shaleh, Abdul Rachman. Pendidikan Agama dan Keagamaan. Jakarta: PT Gemawindu Pancaperkasa. 2000

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 2002

Syahidin, Metodologi Pendidikan Qur’ani Teori dan Aplikasi. Jakarta: CV Misaka Galiza. 1999

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 1992

Umar, Barmawi. Materi Akhlak. Solo: Ramadhan. 1993

Yunus Mahmud. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Jakarta: PT Hidakarya Agung

Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1991

_______. Metode Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Biro Ilmiyah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang.