Pengukuran Kinerja Sistem Layanan Simpus Dengan Kerangka Kerja Cobit Pada Dinas Kesehatan Kota Cimahi dan Penerapannya Pada Puskesmas Cigugur Tengah Kota Cimahi

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan program studi sistem informasi jenjang sarjana fakultas teknik dan ilmu komputer

Disusun oleh : Chitra Restu Febriyanti

1.05.10.048

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

vi

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... .

ABSTRAK ... .i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... ..ii

DAFTAR ISI ... ..vi

DAFTAR GAMBAR ... ..x

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR SIMBOL ...xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... .1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... .4

1.2.1 Identifikasi Masalah ... .4

1.2.2 Rumusan Masalah ... .4

1.3 Maksud dan Tujuan ... .5

1.3.1 Maksud Penelitian ... .5

1.3.2 Tujuan Penelitian ... .6

1.4 Kegunaan Penelitian... .6

1.4.1 Kegunaan Praktis ... .7

1.4.2 Kegunaan Akademis ... .7


(3)

vii BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kinerja ... 10

2.2 Pengukuran Kinerja ... 11

2.3 Pengertian Sistem ... 13

2.4 Pengertian Informasi ... 17

2.5 Pengertian Sistem Informasi ... 20

2.6 Pengertian Layanan ... 21

2.7 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) ... 22

2.8 COBIT ... 24

2.8.1 Pengertian CobIT ... 24

2.8.2 Sejarah CobIT ... 24

2.8.3 Kerangka Kerja CobIT 4.1 ... 28

2.9 Model Maturity ... 39

2.10 KPI ... 43

2.11 KGI ... 44

2.12 Analytic Hierarchy Process (AHP) ... 44

2.12.1 Langkah-Langkah AHP ... 45


(4)

viii

3.1.1 Sejarah Singkat Dinas Kesehatan Pemerintahan Kota Cimahi 51

3.1.2 Sejarah Singkat Puskesmas Cigugur Tengah ... 52

3.1.3 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Cimahi ... 52

3.1.4 Strategi Dinas Kesehatan Kota Cimahi ... 54

3.1.5 Tujuan dan Sasaran ... 55

3.1.6 Kebijakan Perusahaan Dinas Kesehatan Kota Cimahi ... 56

3.1.7 Visi dan Misi Puskesmas Cigugur Tengah Kota Cimahi ... 57

3.1.8 Tujuan SIMPUS ... 57

3.1.9 Struktur Organisasi ... 58

3.1.10 Visi dan Misi Divisi TI pada Dinas Kesehatan Kota Cimahi .. 59

3.1.11 Tujuan Divisi TI yang ada pada Dinas Kesehatan ... 60

3.1.12 Strategi Pengelolaan TI pada Dinas Kesehatan Kota Cimahi .. 61

3.1.13 Deskripsi Tugas Divisi TI pada Dinas Kesehatan ... 61

3.2 Metode Penelitian... 63

3.2.1 Tahapan Penelitian ... 63

3.2.2 Metode Pengumpulan Data ... 67

3.2.3 Alat Bantu Analisis dan Perancangan ... 68


(5)

ix

4.1 Hasil Penelitian ... 86

4.1.1 Pemetaan Tingkat Maturity ... 86

4.1.2 Pengumpulan Data ... 87

4.1.3 Karakteristik Responden ... 87

4.1.4 Hasil Kuesioner ... 89

4.1.5 Hasil Kuesioner Tingkat Kematangan ... 90

4.1.5.1 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner ... 90

4.1.6 Teknik Pembuatan Skala ... 93

4.1.7 Hasil Penyebaran Kuesioner ... 95

4.1.8 DS4 - Memastikan Layanan Berkelanjutan ... 97

4.1.9 Rekomendasi DS4………..100

4.1.10 Identifikasi KGI dan KPI untuk DS4……….102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………103

5.2 Saran………..104 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN - LAMPIRAN ...


(6)

iii

kerendahan hati atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kekuatan dan kesabaran untuk menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “PENGUKURAN KINERJA SISTEM LAYANAN SIMPUS DENGAN KERANGKA KERJA COBIT PADA DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI DAN PENERAPANNYA PADA PUSKESMAS CIGUGUR TENGAH KOTA CIMAHI” disusun dan diajukan oleh penulis guna untuk memenuhi syarat dan melengkapi strata 1 Jurusan Sistem Informasi Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia.

Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam proses penyusunan Skripsi ini, penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik dalam bentuk moril maupun materil

Dengan demikian pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sangat tulus dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Bapak Yasmi Afrizal, S.Kom, M.Kom, yang selalu memberi arahan nasihat serta bimbingan dengan penuh kesabaran kepada penulis dalam penyusunan pembuatan Skripsi ini.


(7)

iv Pembimbing di Puskesmas.

5. Seluruh staff di Puskesmas Cigugur Tengah dan staff Dinas Kesehatan Kota Cimahi yang telah membantu untuk pelaksanaan penyusunan penelitian Skripsi ini.

6. Ayah (alm), Ibu dan Nene yang selalu memberikan semangat dan kasih sayang doa’a restu yang tak terhingga kepada saya.

7. Alan Setiawan Ramdani yang selalu memberikan semangat yang penuh dan membantu dengan setulusnya dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Untuk para sahabat terdekat yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu baik sahabat SMP, SMA, dan tentunya sahabat seperjuangan kuliah Mayang D’Group dan Tim D’Group CobIT yang telah memberikan support dan semangat saling membantu.

9. Untuk semua temanku angkatan 2010 khususnya IS-03 dan teman-teman satu bimbingan.

10. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian Skripsi ini.

Semoga Allah membalas segala yang telah diberikan kepada penulis yang berlipat ganda.

Saya selaku penulis menyadari bahwa Laporan Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu saya selaku penulis mohon maaf atas segala kesalahan


(8)

v

Bandung, Agustus 2014


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir. 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Andi. Yogyakarta

Brand, K and Boonen, H. 2007. IT Governance Based on Cobit 4.1 Management Guide. Van haren Publishing. USA

Christopher Lovelock, Service Marketing In Asia.: Prentice Hall Inc Singapore, 2002.

Gondodiyoto Sanyoto. 2007. Audit Sistem Informasi + Pendekatan CobIT. Edisi Revisi. Mitra Wacana Media. Jakarta

IT Governance Institute. 2007. Cobit 4.1 Framework, Control, Objectives, Managemet Guidelines and Maturity Model. ITGI. USA

Jogiyanto HM, MBA, AKt. 2005. Analisis & Desain Sistem Informasi Pendekatan Tersetruktur Teori dan Perakitan Aplikasi Bisnis. CV. Andi OFFSET. Yogyakarata.

Kasmir. 2005. Pemasaran Bank. Jakarta.: Prenada Media.

Laudon, Kenneth C and Jane P. Laundon. 2007. Sistem Informasi Manajemen. Edisi ke-10. Terjemahan Crhiswan Sungkono dan Machmudin Eka P. Salemba Empat. Jakarta.

Saaty, L Thomas and Luis.( 1994), Decision Making in Economic, Political,Social and Technological Environments with the Analytic Hierarchy Process, University of Pittsburgh.

Sanyoto Gondodiyoto Akuntan. Audit Sistem Informasi + Pendekatan CobIT. Mitra Wancana Media. Jakarta

Van Grembergen, Wim; Saull, Ronald. 2001, Aligning Business and Information Technology through the Balanced Scorecard at a Major Canadian Financial Group. Hawaii


(10)

Wallace, M., and Webber, L. 2011. IT Governance Policies & Procedures. Aspen Publishers. USA.

Yasmi Afrizal, Wahyuni. 2011. Rekayasa Perangkat lunak edisi revisi. Unikom. Bandung.

Zulkifli Amsyah. 2003. Manajemen Sistem Informasi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.


(11)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia teknologi pada saaat ini sangat berkembang pesat diberbagai akses kehidupan baik dalam dunia pendidikan, bisnis, maupun pekerjaan. Bisa kita lihat dalam sebuah perusahaan atau sebuah instansi pemerintahan, teknologi informasi pada saat ini sangat berperan penting untuk membantu proses bisnis yang akan mereka jalankan. Sebagai contoh mereka memanfaatkan untuk proses input dan output sebuah data untuk di proses menjadi sebuah informasi yang mereka butuhkan. Selain itu banyak pula pihak pemerintahan yang memanfaatkan sistem informasi tersebut guna untuk kepentingan umum seperti memanfaatkan untuk memberikan pelayanan kepada masyaraka agar lebih mudah, cepat dan terintegrasi secara baik dan akurat.

Pelayanan dengan memanfaatkan sebuah sistem informasi tentunya sangat membantu pihak pengelola dalam memberikan pelayanan yang baik. Bisa kita lihat pada Puskesmas Cigugur Tengah Kota Cimahi merupakan sebuah Puskesmas yang telah didirikan pada tanggal 22 Juli 1985. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, meyebabkan peningkatan pula pada kebutuhan sarana pelayanan kesehatan, Banyaknya tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas maka setiap tahap perkembangannya Puskesmas Cigugur ini terus menerus meningkatkan pelayanan


(12)

kepada masyarakat yang membutuhkannya dengan berusaha meningkatkannya guna lebih baik agar memberikan kepuasan kepada masyarakat yang mebutukan,

Seiringnya perkembangan teknologi pada saat ini Pemerintah Kota Cimahi telah memberikan fasilitas kepada setiap Puskesmas yang berada di Kota Cimahi tersebut dengan memberikan sebuah sistem informasi puskesmas yang resmi sesuai dengan peraturan yang diterapkan oleh Pemerintahan Kota Cimahi tersebut. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas atau yang biasa disebut dengan SIMPUS saat ini telah digunakan disetiap Puskesmas yang bernaung dibawah Pemerintahan Kota Cimahi salah satunya pada Puskesmas Cigugur Tengah Kota Cimahi, SIMPUS tersebut sangat berguna demi membantu proses pelayanan yang ada pada Puskesmas Cigugur Tengah Kota Cimahi serta membantu penyempurnaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) dimana data yang dikumpulkan dari Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS).

Sistem pencatatan Pelaporan Puskesmas (SP3) merupakan sebagian kecil dari Sistem Informasi Kesehatan yang telah diakui sebagai sumber data yang berasal dari Puskesmas dan dapat dimanfaatkan diberbagai jenjang administrasi sejak tahun 1981.Namun pada proses pelaporan puskesmas (SP3) yang di inputkan masih mengalami kendala dimana penginputan tersebut prosesnya mengalami kelambatan yang terkadang memakan waktu yang lama.

Layanan SIMPUS yang ada pada Puskesmas Cigugur Tengah Kota Cimahi ini bisa kita lihat sejauh mana efesiensi, efektifitas dan ketersediaan layanan SIMPUS tersebut. Sehingga untuk mengetahui sejauh mana peranan


(13)

layanan SIMPUS telah dapat merepresentasikan tujuan bisnis organisasinya, maka perlu dilakukan evaluasi sistem melalui kegiatan Pengukuran Kinerjanya.

Pengukuran Kinerja Layanan SIMPUS ini dilakukan dengan menggunakan standar COBIT 4.1 (Control Objective for Information and related Technology). Tahapan penelitian ini bermula dari Pemahaman Masalah, Pra Survey, Menetapkan Bisnis dan IT Goals, Memetakan Domaian dan Proses pada IT Cobit, Membuat Quisioner, Melakukan Penilaian dan Perhitungan Quisoner, Menghitung Maturity Level, dan Pembuatan Rekomendasi.

Dalam penelitian ini diharapkan dapat dirancang suatu pengukuran IT (Information Technology) terutama pengukuran terhadap layanan SIMPUS Puskesmas Cigugur Tengah, dimana hasil penelitian ini adalah berupa maturity level dan rekomendasi perbaikan proses sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja layanan SIMPUS menjadi lebih baik dalam mendukung proses bisnis Sub Bagian Pelayanan Puskesmas Cigugur Tengah Kota Cimahi. Maka untuk itu penulis akan melakukan penelitian untuk penyusunan skripsi di Puskesmas Cigugur Tengah Kota Cimahi dengan mengambil judul “PENGUKURAN KINERJA SISTEM LAYANAN SIMPUS DENGAN KERANGKA KERJA COBIT PADA DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI DAN PENERAPANNYA PADA PUSKESMAS CIGUGUR TENGAH KOTA CIMAHI”.


(14)

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Sebagai hasil kajian terhadap latar belakang munculnya permasalahan di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasi permasalahan yang menjadi beberapa pertanyaan untuk dijawab dengan harapan dapat memperoleh solusi dari permasalahan yang terjadi.

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Apakah penerapan kinerja sistem layanan SIMPUS yang telah berjalanan saat ini selaras dengan proses bisis yang ada.

2. Belum adanya evaluasi kinerja system layanan SIMPUS yang telah dibangun oleh Divisi TI Dinas Kesehatan Kota Cimahi, untuk melihat sejauh mana efesiensi, efektifitas dan ketersediaan layanan SIMPUS tersebut dengan kebijakan yang telah ada.

3. Belum adanya rekomendasi yang dapat diberikan untuk meningkatkan kinerja layanan SIMPUS yang telah berjalan saat ini agar lebih baik dalam mendukung proses bisnis yang ada.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka penulis dapat merumuskan masalah tersebut adalah sebagai berikut:


(15)

1. Bagaimana menggambarkan kinerja sistem layanan SIMPUS yang sedang berjalan dengan melihat penerapannya pada Puskesmas Cigugur Tengah Kota Cimahi.

2. Bagaimana mengevaluasi kinerja sistem layanan SIMPUS yang telah dibangun oleh Divisi TI Dinas Kesehatan Kota Cimahi, untuk melihat sejauh mana efesiensi, efektifitas dan ketersediaan layanan SIMPUS tersebut sesuai dengan kebijakan yang telah ada.

3. Bagaimana rekomendasi yang dapat diberikan terhadap kinerja sistem layanan SIMPUS yang telah berjalan saat ini agar lebih baik dalam mendukung proses bisnis yang ada.

1.3 Maksud dan Tujuan

Dalam penelitian skripsi ini penulis memiliki maksud dan tujuan sebagai berikut :

1.3.1 Maksud Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka maksud dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk “PENGUKURAN KINERJA SISTEM LAYANAN SIMPUS DENGAN KERANGKA KERJA COBIT PADA DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI DAN PENERAPAANYA

PADA PUSKESMAS CIGUGUR TENGAH KOTA CIMAHI”. Dengan adanya

evaluasi kinerja system ini dilakukan demi melihat sejauh mana efesiensi, efektifitas, dan ketersediaan layanan SIMPUS yang ada pada Puskesmas Cigugur Tengah Kota Cimahi.


(16)

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari “PENGUKURAN KINERJA SISTEM LAYANAN SIMPUS DENGAN KERANGKA KERJA COBIT PADA DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI DAN PENERAPAANYA

PADA PUSKESMAS CIGUGUR TENGAH KOTA CIMAHI”, adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana kinerja sistem layanan SIMPUS yang sedang berjalan dengan melihat penerapannya pada Puskesmas Cigugur Tengah Kota Cimahi.

2. Untuk mengevaluasi kinerja sistem layanan SIMPUS yang telah dibangun oleh Divisi TI Dinas Kesehatan Kota Cimahi, untuk melihat sejauh mana efesiensi, efektifitas dan ketersediaan layanan SIMPUS tersebut sesuai dengan kebijakan yang teah ada.

3. Bagaimana rekomendasi yang dapat diberikan terhadap kinerja sistem layanan SIMPUS yang telah berjalan saat ini agar lebih baik dalam mendukung proses bisnis yang ada.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dalam setiap penelitian pasti mempunyai suatu atau beberapa kegunaan penelitian, baik untuk kegunaan penelitian sendiri dan juga baik untuk pihak yang terlibat dalam penelitian serta orang lain yang termasuk sebagai peneliti lain. Maka dibawah ini penulis akan menguraikan kegunaan-kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


(17)

1.4.1 Kegunaan Praktis 1. Bagi Perusahaan

Penelitian tentang evaluasi kinerja sistem layanan SIMPUS dengan kerangka kerja cobit di Dinas Kesehatan Kota Cimahi ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk mengukur dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan dalam mencapai tujuan perusahan secara efektif dan efesien.

2. Bagi pegawai

Penelitian tentang evaluasi kinerja sistem layanan SIMPUS dengan kerangka kerja cobit di Dinas Kesehatan Kota Cimahi ini diharapkan dapat menjadi referensi agar system layanan yang sudah berjalan diharapkan menjadi semakin lebih baik dan terawasi, agar perusahan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pihak pimpinan

1.4.2 Kegunaan Akademis 1. Bagi Penulis

Kegunaan penelitian bagi penulis adalah sebagai berikut : a) Untuk belajar mengevaluasi suatu system informasi. b) Untuk belajar menggunakan kerangka kerja CobIT.

c) Dapat berguna dalam menambah ilmu baru yang didapat baik dalam segi praktek maupun teori.


(18)

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembang ilmu dibidang evaluasi system informasi dengan menggunakan kerangka kerja cobit. 3. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan dari peneliti ini dapat memeberikan sumbangan ilmu dan pemikiran kepada peneliti lain yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan bahan masukan atau bahan acuan untuk referensi sebagai studi keputusan bagi peneliti yang sana dengan bidang yang dibahas dalam penelitian.

1.5 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini maka penulis dapat membatasi masalah sebagai berikut :

1. Pengguna layanan SIMPUS ini salah satu penerapannya pada Puskesmas Cigugur Tengah dengan bagian yang menggunakan sistem SIMPUS ini adalah bagian pendaftaran, bagian administrasi dan bagian farmasi atau obat dan juga Dokter yang apabila akan menginputkan data pasien yang ada pada Puskesmas Cigugur Tengah Kota Cimahi.

2. Framework yang digunakan adalah Cobit versi 4.1.

3. Dalam penelitian ini terdapat dua metode yang digunakan dalam memilih domain yaitu, metode AHP dan IT BSC.

4. Rekomendasi yang diberikan hanya untuk Divisi TI pada Dinas Kesehatan Kota Cimahi yang dimana bagian ini yang membangun sistem layanan SIMPUS ini.


(19)

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dilakukan untuk penelitian dalam pembuatan laporan Skripsi ini adalah :

1.6.1 Lokasi Penelitian

Lokasi pelaksanaan penelitian dilakukan pada Dinas Kesehatan Kota Cimai dan Puskesmas Cigugur Tengah Kota Cimahi yang berlokasi di Jl. R. H. Abdul Halim No. 199 RT. 01 RW. 07 Kampung Tangkil Kelurahan Cigugur Tengah. No telepon 022-6632343.

1.6.2 Waktu Penelitian

Tabel 1.1

Tabel Jadwal Penelitian

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pemahaman Masalah

2 Pra Survei

3 Perancangan Model Proses CobIT

4 Pembuatan Kuesioner 5 Melakukan Penilaian

dan Perhitungan Kuesioner

6 Perhitungan Maturity Level

7 Pembuatan Rekomen-dasi Perbaikan

MEI JUNI JULI

TAHUN 2014

NO NAMA KEGIATAN


(20)

10 2.1 Pengertian Kinerja

Pengertian kinerja sistem computer menurut Doherty, W.J. (1970), menulis tentang kinerja suatu sistem computer secara umum sebagai Is the degree to which a computing system meets the expectation of the person involved with it. Sedangkan definisi sesuai dengan aspek perekayasaan software menurut Graham, R.M. sebagai Is the effectiveness with whichthe resource of the host computer system are utilized to ward meeting the objective of the software engineering.

Sedangkan definisi kinerja dalam konteks TI, yang juga akan dijadikan pegagan oleh penulis dalam penelitian ini adalah defenisi menerut COBIT sebagai berikut: “Performance is the actual implementation or achievement of a process”. Jadi istilah kinerja akan menyangkut kepada implementasi actual dari suatu proses, atau juga dapat menunjukan suatu kondisi pencapaian dari proses situ sendiri. Pada dasarnya ada dua macam evaluasi/pengukuran terhadap suatu sistem, yaitu:

1. Evaluasi/pengukuran sistem dari sudut pandang pengguna (user perspektif). 2. Evaluasi/pengukuran sistem dari kinerja teknis, termasuk dampak keberadaan

sistem. Namun dalam pengembangannya, ada bermacam-macam sudut pandang evaluasi/pengukuran yang dapat dilakukan pada sebuah sistem. Evaluasi /pengukuran sistem dalam penelitian ini dilakukan dari sudut pandang internal


(21)

proses. Pengukuran pada dasarnya untuk melihat efesiensi dan efektivitas sistem dalam mendukung pencapaian tujuan bisnis dari sudut pandang internal proses yang dibutuhkan oleh organisasi.

Komponen suatu sistem akan mempengaruhi kinerja sistem secara keseluruhan melalui interaksi yang mutual antar masing-masing komponen. Sehingga kinerja bisa didiskusikan dalam posisi yang berbeda.

2.2 Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja sistem dibutuhkan untuk beberapa evaluasi, yaitu: 1. Comparative Evaluation

Kinerja suatu sistem dievaluasi relative kepada sistem lainnya. Kegunaan dari evaluasi ini misalnya untuk proses pembelian perangkat lunak baru, atau perangkat keras baru, memilih service komputasi, dan juga mengevaluasi perubahan sistem untuk dimodifikasi.

2. Analytic Evaluation

Kinerja dari sistem computer dievaluasi berdasarkan beberapa parameter sistem. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk meningkatkan kinerja sistem, melakukan perawatan sistem, dan merancang serta mengimplementasikan sistem baru.

Kinerja suatu sistem dapat mengalami beberapa penurunan/penemuan/degradasi karena beberapa hal, yaitu:

1. Kecepatan atau kapasitas dari beberapa komponen sistem menyebabkan komponen sistem lainnya tidak . dapat bekerja dengan kecepatan maksimum.


(22)

2. Interferensi yang disebabkan oleh permintaan secara simultan dari dua atau lebih komponen tertentu untuk saling berkomunikasi ketika permintaan tersebut dapat diproses secara sekuensial.

3. Karakteristik dari beban kerja sistem.

Pengukuran kinerja hanya dapat dispesifikasikan kepada jenis dan tujuan dari sistem yang dievaluasi, beban kerja, dan fungsi dari evaluasi itu. Pengukuran kinerja ini harus terdefinisi dengan baik dan jelas, karena merupakan “framework” bagi seluruh proses evaluasi. Kinerja yang baik juga dapat melakukan reproduksi hasil atau perulangan pengukuran dengan tepat. Penentuan internal proses yang diperlukan organisasi merupakan langkah awal memperoleh hasil pengukuran yang objective, diantaranya adalah:

1. Tipe organisasi yang akan diukur

Identifikasi jenis atau tipe organisasi merupakan langkah awal yang diperlukkan dalam proses pengukuran. Hal ini karena nature organisasi ditiap Negara atau tipe tertentu sangat beraneka ragam, sehingga diperlukan pendekatan yang berbeda pula dalam pengukuran.

2. Tujuan dari organisasi yang akan diukur’

Pencapaian tujuan organisasi adalah tolak ukur yang diinginkan pada setiap implementasi kebijakan, prosedur, sistem dalam organisasi. Pencapaian tujuan organisasi juga merupakan tolak ukut keberhasilan implementasi TI, karena itu perlu pendefinisian tujuan organisasi untuk menentukan nilai tambah apa yang akan atau dapat diberikan TI dalam mendukung pencapaian tujuan tersebut.


(23)

Pada umumnya, tujuan dari organisasi yang mempunyai operasi bisnis yang sama akan hampir sama juga.

3. Value-added yang diharapkan dari TI dalam mendukung pencapaian tujuan organisasi (IT Objectives)

Nilai tambah TI yang dimaksud dapat berupa daya guna, manfaat serta dampak sistem TI yang diterapkan dalam mendukung pencapaian tujuan organisasi. Dimana nilai tambah ini bersifat spesifik untuk tiap-tiap organisasi.

4. Entitas internal process untuk mewujudkan nilai tambah TI yang dimaksud (CSFCritical Success Factor)

Internal proses (CSF) merupakan faktor-faktor yang dapat mendukung pencapaian nilai tambah TI dan diharapkan dapat memberikan langkah yang harus dilakukan agar nilai tambah yang dimaksud dapat terwujud. Contoh dari factor pendukung yang dimaksud. Komitmen dan dukungan manajemen, kemampuan SDM dan sebagainya. Proses internal ditentukan berdasarkan hubungan antara tujuan TI dengan proses yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

2.3 Pengertian Sistem

Pemahaman terhadap pengertian sistem merupakan salah satu pengetahuan dasar ayau filosofi fundamental untuk dapat mengikuti pembahasan lebih lanjut. Mempelajari sistem informasi akan lebih mengena bila terlebih dahulu kita memahami tentang pengertian sistem, apa batasan pengertian atau definisinya.


(24)

Konsep mengenai sistem akan dapat lebih kita pahami bila kita dapat mengetahui batasan-batasan pengertian atau definisinya. Definisi mempunyai peranan penting sebagai pendekatan untuk mempelajari suatu obyek kajian, dan dari definisi itulah kita dapat mengetahui karakteristik objek yang kita kaji sehingga kita mempunyai kesamaan persepsi tentang pokok bahasan. Definisi mengenai sistem itu sendiri sangat bermacam-macam, tergantung segi pandang macam-macam ahli yang telah melakukan pengkajian-pengkajian teoretis dan penelitian empiris mendalam tentang hal tersebut.

Berikut ini beberapa kutipan definisi tentang sistem. Dalam Webster dictionary (dalam Davis, 1986, p.4), “A system is an organized set of interrelated principles intended to explain the … working of a systematic whole; an organized or established procedures (of operation); a manner of classifying, symbolizing, or schematizing: harmonious arrangement, or pattern, bringing wqworder out of confusion.” Menurut McLeod (2001, p.9), “A system is a group of elements that are integrated with the common pupose of achievingna objective”. Sedangkan menurut Mukhtar (1999, p 2), Sistem adalah suatu entity yang terdiri dua atau lebih komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan.” Adapun pendapat menurut James Hall dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Jusuf (2001, p 5), “Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan (inter-related) atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common purpose).” Menurut Wilkinson (alihbahasa oleh Maulana , 1993, h.3),


(25)

“Ssistem adalah suatu kerangka kerja terpadu yang mempunyai satu sasaran atau lebih.”

Berdasarkan batasan pengertian atau definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a) Sistem adalah kumpulan elemen-elemen atau sumber daya yang saling berkaitan secara terpadu, terintegrasi dalam suatu hubungan hirarkis tertentu, dan bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu.

b) Memiliki emergent properties dan bukan hanya sum of whole parts (mempunyai karakteristik khusus yang menjadi “jiwa atau roh” dari sistem tersebut).

c) Sistem mempunyai sasaran yang akan dicapai. Setiap sistem berusaha mencapai satu atau lebih sasaran yang merupakan arah, yag merupakan kekuatan yang memberikan motivasi dan memberi arah suatu sistem.

d) Kontruksi sistem terdiri dari: Masukan-Proses-Keluaran

Masukan merupakan semua arus berwujud atau tak berwujud yang masuk ke sistem. Keluaran terdiri dari semua arus keluar atau akibat yang dihasilkan sistem. Keluaran terdiri dari semua arus keluar atau akibat yang dihasilkan. Proses terdiri dari metode yang digunakan untuk mengubah masukan menjadi keluaran.

e) Sistem memerlukan pengendalian

Pengendalian merupakan proses pengaturan yang dipergunakan sistem untuk mengoreksi setiap penyimpangan dari suatu rangkaian langkah untuk menuju


(26)

sasaran. Sistem yang baik harus mempunyai satu atau beberapa mekanisme atau variasi kendali untuk menanggulangi setiap kemungkinan terjadinya keadaan yang tidak terkendali (kesalahan/pemyalahgunaan).

f) Sistem memiliki pengguna (pemakai, user / end-user)

Setiap sistem harus mengarahkan sub sistemnya agar dapat mencapai sasaran. Sasaran sistem sebagai ukuran penentu keberhasilan suatu sistem. Setiap sistem mempunyai pengguna (end-user) yang berinteraksi dengan sistem. Jadi sistem adalah kerangka kerja terpadu yang terdiri dari elemen-elemen yang berkaitan dan seluruh sumber daya tersebut dikoordinasikan sehingga masukan (input) menjadi keluaran (output) sesuai dengan sasaran yang akan dicapai untuk digunakan oleh pihak yang berkepentingan.

g) Sistem mempunyai keterbatasan (constraints)

h) Terdiri subsistem-subsistem yang terbentuk suatu jaringan terpadu

Setiap sistem terdiri dari lebih dari satu komponen yang saling terjalin satu sama lain disebut subsistem, yang menjalankan peran tertentu dan menjadi bagian didalam sistem yang lebih besar. Subsistem-subsistem mempunyai ketergantungan dalam suatu jaringan prosedur (jaringan kerja) dan berinteraksi satu sama lainnya melalui penghubung atau batas bersama yang dinamakan batas muka (interfaces). Melalui penghubung ini memungkinkan sumber daya mengalir diantara subsistem/sistem yang berinteraksi.


(27)

2.4 Pengertian Informasi

Menurut McLeod dalam bukunya berjudul Management Information System (2001, p12). “Information is processed data, or meaningful data” Informasi adalah data yang telah diproses , atau data yang sudah memiliki arti tertentu bagi kebutuhan penggunanya. Sedangka menurut Mukhar (1999, p 1), “Informasi berarti hasil suatu proses yang terorganisasi, memiliki arti dan berguna bagi orang yang menerimanya.” Adapun menurut James Hall pada bukunya (diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf, 2001, p 14), “Informasi menyebabkan pemakai melakukan suatu tindakan yang dapat ia lakukan atau tidak dilakukan. Informasi ditentukan oleh efeknya pada pemakai, bukan oleh bentuk fisiknya.”

Dari definisi tersebut diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa informasi merupakan data yang sudah diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti (bermanfaat) bagi penerimanya, menggambarkan suatu kejadian dan kesatuan nyata yang dapat dipahami dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan, sekarang maupun untuk masa depan. Sumber dari informasi adalah data. Data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data-item. Data sebagai input perlu diolah oleh suatu sistem pengolahan data agar dapat menjadi output, yaitu informasi yang lebih berguna bagi pemakainya (user).

Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa:

a) Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna, lebih bermanfaat dan lebih berarti bagi yang menerimanya.


(28)

b) Data menggambarkan suatu kejadian-kejadian (event) dan kesatuan nyata (fact dan entity). Dalam representasinya, data ini dinyatakan dengan simbol-simbol, gambar-gambar, kata-kata, amgka-angka, atau huruf-huruf yang menunjukan suatu ide, obyek, kondisi atau situasi tertentu.

c) Informasi digunakan untuk pengambilan keputusan. Bagi manajemen suatu organisasi, informasi berguna untuk membantu dalam pengambilan keputusan yang menentukan keberhasilan atau kesuksesan organisasi pada masa yang akan datang.

Kualitas Informasi

Kualitas informasi sangat ditentukan oleh peranannya dalam memberikan knowledge kepada para penggunanya untuk mengambik suatu keputusan. Menurut Weber (1999, p.897) kualitas informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi memiliki dampak pada persepsi user terhadap kegunaan dan kemudahan sistem informasi tersebut. Beberapa atribut dari kualitas informasi antara lain:

a) Authenticity/ keaslian/ kebenaran.

b) Accuracy/ ketelitian/ ketepatan/ kecermatan. c) Completeness/ kelengkapan.

d) Uniqueness/ keunikan. e) Timeliness/ ketepatan waktu.

f) Relevance/ berhubungan/ keterkaitan. g) Comprehensibility/ dapat dipercaya. h) Precision/ ketelitian.


(29)

i) Conciseness/ keringkasan yang padat. j) Informativeness/ memberikan keterangan.

Dari berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwa mutu suatu informasi yaitu agar bisa lebih berguna harus memiliki beberapa cirri-ciri atau karakteristik berikut:

a) Akurat, reliable (dapat dipercaya), berarti informasi harus terbebas dari adanya kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan para users-nya (free from error). Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus terbebas dari kesalahan dan harus akurat dalam mempresentasikan suatu kejadian atau kegiatan dari suatu organisasi.

b) Relevan (cocok atau sesuai). Informasi yang relevan harus memberikan arti kepada para pengguna, berarti informasi relevan mempunyai manfaat bagi user-nya (pemakainya). Informasi bisa meningkatkan nilai dari suatu kepastian, atau megurangi ketidakpastian. Relevansi untuk tiap-tiap pihak berbeda bergantung dari kepentingan masing-masing.

c) Timely (tepat waktu). Informasi yang disajikan tepat pada saat dibutuhkan dan bisa mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Tepat waktu berarti informasi yang datang pada penerimanya tidak boleh terlambat.

d) Complete (lengkap). Informasi yang disajikan lengkap, termasuk didalammya semua data-data yang relevan.

e) Understandable (dimengerti). Informasi yang disajikan hendaknya dalam bentuk yang mudah dimengerti oleh si pembuat keputusan.


(30)

f) Verifiable, informasi yang dihasilkan tidak biasa, menyebabkan perbedaaan dalam memahaminya.

g) Accessible, informasi dikatakan accessible bila tersedia pada saat diperlukan dalam format yang sesuai dengan kepentingannya.

Perlu dicatat, bahwa dalam usaha meningkatkan kualitas informasi, paling tidak terdapat dua pertimbangan, yaitu: manfaat dan biaya untuk mendapatkannya . suatu informasi dikatakan bernilai apabila manfaat dari informasi tersebut lebih efektif dibandingkan dengan biaya untuk mendapatkannya.

2.5 Pengertian Sistem Informasi

Sistem informasi dapat didefinisikan sebagai kumpulan elemen-elemen/ sumberdaya dan jaringan prosedur yang saling berkaitan secara terpadu, terintegrasi dalam suatu hubungan hirarkis tertentu, dan bertujuan untuk mengolah data menjadi informasi.

Muhammad Fakhri Husein dan Amin Wibowo dalam bukunya yang berjudul Sistem Informasi Manajemen, (2000, h.5) mendefinisikan sistem informasi sebagai: “…seperangkat komponen yang saling berhubungan dan berfungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pembuatan keputusan dan pengawasan dalam organisasi.” Sistem informasi sangat dibutuhkan para manajer organisasi guna melaksanakan tugas khusus tertentu yang sangat esensial bagi berfungsinyta organisasi. Tugas ini berkisar sejak pengolahan data yang sederhana, seperti menyiapkan tagihan kepada pelanggan, hingga


(31)

kecanggihan analisis yang digunakan oleh para manajer untuk pengambilan keputusan dalam menyiapkan basis kegiatan organisasi.

The United Kingdom Academy of Information System (UKAIS) member definisi mengenai sistem informasi, “… the means by which people and organization, utilizing technology, gather, store, use and disseminate information.” (John Ward and Joe Peppard, 2002). Sistem informasi mempunyai komponen-komponen (John Burch dan Gary Grudnitski, 1978) yang disebutnya dengan istilah blok bangunan (building block), yaitu blok masukan (input block) blok model (model block), blok keluaran (output block), blok teknologi (technology block), blok basis data (databse block) dan blok pengendalian intern (controls block), saling berinteraksi membentuk satu kesatuan untuk mencapai sasarannya.

2.6 Pengertian Layanan

Pelayanan terdapat beberapa pengertian yang sering dikemukan oleh para ahli maupun yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, antara lain:

1. Menurut savas, pada sektor publik terminology pelayanan pemerintah (goverment service) adalah pemberian pelayanan oleh agen pemerintah melalui pegawainya (the delivery of service by a government agency using its own employess).

2. Menurut Lovelock pelayanan adalah respon terhadap kebutuhan manajerial yang hanya akan terpenuhi kalau pengguna jasa itu mendapatkan produk yang mereka inginkan. Dengan demikian menurut Lovelock apa yang


(32)

menjadi perumpamaan bahwa pembeli adalah raja (the customer is always right) menjadi sangat penting dan menjadi konsep yang mendasar bagi peningkatan manajemen pelayanan. Lebih lanjut Lovelock, menyebutkan bahwa pelayanan yang baik membutuhkan instruktur pelayanan yang sangat baik pula. Hal yang paling penting adalah membuat setiap orang dalam organisasi berorientasi pada kualitas.

3. Menurut Kasmir pelayanan adalah tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Pelayanan merupakan suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan.

4. Menurut Kep.MENPAN Nomor 81 tahun 1993 Tentang Pedoman Pelayanan Umum, Pelayanan adalah suatu bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah baik di pusat, di daerah, BUMN, dan BUMD dalam bentuk barang maupun jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.

2.7 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)

Simpus (Sistem Informasi Manajemen Puskesmas) muncul dari kebutuhan suatu sistem yang dapat mempermudah dan mempercepat pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Simpus merupakan suatu kumpulan sub-sub sistem dimulai dari mencatat, menyimapan, mengelola data identitas, diagnosa, tindakan dan riwayat obat


(33)

pasien darn lain-lain yang berhubungan dengan pasien atau pelayanan terhadap pasien termasuk pengelolaaan data dasar puskesmaas demi kemajuan data dan informasi yang dikembangkan oleh puskesmas.

SIMPUS juga merupakan sebuah program aplikasi, dimana ditujukan untuk program administrasi dan pengelolaan sebuah puskesmas yang mampu meningkatkan kinerja dengan memaksimalkan sistem komputer. SIMPUS dikembangkan dengan sebuah bahasa program database (database software language/SQL) memakai perangkat lunak Microsoft Visual Foxpro yang dirancang untuk dioperasikan dalam windows operating system.

Aplikasi SIMPUS ini terdiri dari beberapa modul yaitu modul setup data, modul pelayanan, modul apotek serta modul pelaporan. Keberadaan aplikasi SIMPUS ini membantu proses pelayanan menjadi lebih cepat dan mudah seperti contohnya pada proses pendaftaran, dengan diterapkannya SIMPUS proses pendaftaran menjadi mudah dan cepat sehingga tidak membebani masyarakat. Masyarakat hanya tinggal mnyebutkan nama dan tanggal lahir saja maka proses pendaftaran sudah selesai, apabila bila pasien tersebut sudah pernah berobat maka hanya tinggal memberikan kartu rekam medik, dimana data pasien telah tersedia di data base SIMPUS. Maka data kita secara otomatis akan muncul.

Pelayanan kesehatan pada proses pendaftaran dengan dibantu oleh SIMPUS mempermudah para aparatur dalam pencarian data pasien pada saat akan melakukan pendaftaran menyangkut pendaftaran kunjungan pasien karena data yang dibutuhkan telah tersedia ditambah dengan adanya kevalidan data dan data yang akurat.


(34)

2.8 COBIT (Control Objective for Information and related Technology)

2.8.1 Pengertian CobIT

Menurut Brand (2007, p 21), COBIT (Control Objectives for Information Technology) merup akan mod el y ang d idesain untuk mengendalikan fungsi TI. Model ini sebenarny a dikembangkan oleh Information Systems Audit and Control Foundation (ISACF), lembaga penelitian untuk Information Systems Audit and Con trol Associa tion (ISACA). Tahun 1999 tugas ISACF untuk COBIT ditransfer ke IT Governance Institute (ITGI), y ang merupakan badan independen di dalam ISACA.

Menurut Wallace (2011, p 61), COBIT (Control Objectives for Information Technology) adalah kerangka dari best practices man ajemen TI y ang membantu organisasi untuk memaksimalkan k euntungan bisnis dari organ isasi TI mereka. COBIT dap at membantu auditor, manajemen dan pengguna akhir (end user) untuk menjembatani gap antara risiko bisnis, kebutuhan kontrol dan permasalahan-permasalahan teknis. Selain itu, COBIT juga memberikan panduan yang beror ientasi p ada bisnis, dan karena itu proses bisnis owner dan manajer, termasuk juga auditor dan user, diharapkan dapat memanfaatkan p anduan ini den gan sebaik-baiknya.

2.8.2 Sejarah CobIT

CobIT adalah merupakan a set of best practices (framework) bagi pengelolaan teknologi informasi (IT manajemen). CobIT disusun oleh the IT Governance Institue


(35)

(ITGI) dan information System Audit and Control Association (ISACA), tepatnya Information System Audit and Control Foundation’s (ISACF) pada tahun 1992. Edisi pertamanya dipublikasikan pada tahun 1996, edisi kedua pada tahun 1998, edisi ketiga pada tahun 2000 (versi on-line dikeluarkan tahun 2003) dan saat ini adalah edisi keempat pada Desember 2005.

CobIT dan ISO/IEC 17799:2005 merupakan standar yang sekarang banyak digunakan (ISO/IEC 17799:2005 adalah code of practice for implementing security management), dan keduanya bersifat saling melengkapi. Ruang-lingkup ISO/IEC 17799:2005 adalah aspek security, sedangkan CobIT lebih luas, merupakan kombinasi dari prinsip-prinsip yang telah ditanamkan dan dikenal sebagai acuan model (seperti: COSO), dan disejajarkan dengan standar industri (seperti: ITIL, CMM, BS7799, ISO9000), CobIT juga dilengkapi dengan IT balanced scorecard. Secara komplitnya paket produk CobIT terdiri dari CobIT product family, yaitu: executive summary, framework, control objectives, audit guidelines, implementation tool set, serta management guidelines, yang sangat berguna atau dibutuhkan oleh auditor, para IT users, dan para manajer.

CobIT adalah sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT governace yang dapat membantu auditor, pengguna (user), dan manajemen, untuk menjembatani gap anatara risiko bisnis, kebutuhan control dan masalah-masalah teknis TI. CobIT bermanfaat bagi auditor karena merupakan teknik yang dapat membantu dalam identifikasi IT controls issue. CobIT berguna bagi para IT users karena memperoleh keyakinan atas kehandalan sistem aplikasi yang dipergunakan. Sedangkan para


(36)

manajer memperoleh manfaat dalam keputusan investasi di bidang IT serta infrastruktruknya, menyusun strategic IT Plan, menentukan information architecture, dan keputusan atas procurement (pengadaan/pembelian) mesin. Disamping itu, dengan keterandalan sistem informasi yang ada pada perusahaanya diharapkan berbagai keputusan bisnis dapat didasarkan atas informasi yang ada.

CobIT dapat dipakai sebagai alat yang komprehensif untuk menciptakan IT Governance pada suatu perusahaan. CobIT mempertemukan dan menjembatani kebutuhan manajemen dari celah atau gap antara resiko bisnis, kebutuhan control dan masalah-masalah teknis TI, serta menyediakan referensi best business practices yang mencangkup keseluruhan TI dan kaitannya dengan proses bisnis perusahaan dan memaparkannya dalam struktur aktivitas-aktivitas logis yang dapat dikelola serta dikendalikan secara efektif.

CobIT mendukung manajemen dalam mengoptimumkan investasi TI-nya melalui ukuran-ukuran dan pengukuran yang akan memberikan sinyal bahaya bila suatu kesalahan atau risiko akan atau sedangn terjadi. Manajem perusahaan harus memastikan bahwa sistem kendali internal perusahaan bekerja dengan baik, artinya dapat mendukung proses bisnis perusahaan yang secara jelas menggambarkan bagaimana setiap aktivitas control individu memenuhi tuntunan dan kebutuhan informasi secara efeknya terhadap sumberdaya TI perusahaan. Sumberdaya TI merupakan suatu elemen yang sangat disoroti CobIT, termasuk pemenuhan kebutuhan bisnis terhadap: efektivitas, efisiensi, kerahasiaan, keterpaduan, ketersediaan, kepatuhan pada kebijakan/ aturan dan keandalan informasi


(37)

(effectiveness, efficiency, confidentiality, integrity, availability, compliance, dan reliability).

Kriteria kerja COBIT meliputi:

Tabel 2.1 Kriteria Kerja Cobit

Efektifitas Untuk memperoleh informasi yang relevan dan berhubungan dengan proses bisnis seperti penyampaian informasi dengan benar, konsisten, dapat dipercaya dan tepat waktu.

Efisiensi Memfokuskan pada ketentuan informasi melalui penggunaan sumber daya yang optimal.

Kerahasiaan Memfokuskan proteksi terhadap informasi yang penting dari orang yang tidak memiliki hak otoritas.

Integritas Berhubungan dengan keakuratan dan kelengkapan informasi sebagai kebenaran yang sesuai dengan harapan dan nilai bisnis. Ketersediaan Berhubungan dengan informasi yang tersedia ketika diperlukan

dalam proses bisnis sekarang dan yang akan datang.

Kepatuhan Sesuai menurut hokum, peraturan dan rencana perjanjian untuk proses bisinis.

Keakuratan Informasi

Berhubungan dengan ketentuan kecocokan informasi untuk manajemen mengoperasikan entitas dan mengatur pelatihan keuangan data kelengkapan laporan pertanggung jawaban. Sumbers (CobIT Framework, 2003)


(38)

2.8.3 Kerangka Kerja CobIT 4.1

CobIT merupakan IT governance best practices yang membantu auditor, manajemen, pengguna (user) untuk menjembatani aspek bisnis, kebutuhan control dan aspke teknis TI. CobIT memberikan arahan (guidelines), yang berorientasi pada bisnis, dank arena itu business process owner dan manajer, termasuk juga auditor dan user, diharapkan dapat memanfaatkan guidelines ini dengan baik.

Kerangka kerja CobIT ini terdiri atas bebera arahan (guidelines), yakni bisa dilihat dari gambar dibawah ini:

Gambar 2.1


(39)

Menurut Gondodiyoto (2007, p157), kerangka kerja COBIT terdiri atas beberapa arahan (guidelines), yaitu:

1) Control Objectives

Control objectives TI adalah pernyataan mengenai hasil atau tujuan yang harus dicapai melalui penerapan prosedur kendali dalam aktivitas TI tertentu. Terdiri dari 4 tujuan pengendalian tingkat tinggi (high-level control objectives) yang tercermin dalam 4 domain, yaitu: (Planning and Organization, Acquisition and Implementation, Delivery and Support, Monitoring)

2) Audit Guidelines

Berisi sebanyak 318 tujuan pengendalian yang bersifast rinci (detailed control objective) untuk membantu para auditor dalam memberikan management assurance atau saran perbaikan

3) Management Guidelines

Berisi arahan, baik secara umum maupun spesifik, mengenai apa saja yang mesti dilakukan, terutama agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

a. Sejauh mana anda (TI) harus bergerak, dan apakah biaya TI yang dikeluarkan sesuai dengan manfaat yang dihasilkannya.

b. Apa saja indicator untuk suatu kinerja yang bagus?

c. Apa saja factor atau kondisi yang harus diciptakan agar dapat mencapai sukses (critical success factors)?


(40)

d. Apa saja risiko yang timbul bila sasaran yang ditentukan tak tercapai? e. Bagaimana dengan perusahaan lainnya, apa yang mereka lakukan? f. Bagaimana anda mengukur keberhasilan dan menilainya.

The CobIT Framework memasukan juga hal-hal berikut ini: a. Maturity Models

Untuk memetakan status maturity proses-proses TI (dalam skala 0 -5) dibandingkan dengan “the best in the class in the industry” dan juga International best practices

b. Critical Success Factors (CSFs)

Arahan implementasi bagi manajemen agar dapat melakukan control atau proses TI.

c. Key Goal Indicators (KGIs)

Kinerja proses-proses TI sehubungan dengan business requirements. d. Key Performance Indicators (KPIs)

Kinerja proses-proses TI sehubungan dengan process goals.

CobIT merupakan panduan yang paling lengkap dari praktik-praktik terbaik untuk manajemen TI yang mencakup 4 (empat) domain, yaitu: perencanaan & organisasi, akuisisi & implementasi, penyerahan & dukungan TI, dan monitor. CobIT Framework mencakup tujuan pengendaliaan yang terdiri dari 4 domain yaitu:


(41)

Kesuksesan organisasi TI memerlukan analisis yang teliti mengenai apa yang dibutuhkan, bagaimana hal tersebut dibutuhkan, dan dimana TI banyak digunakan. Tanpa adanya rencana yang menurut organisasi TI, maka dapat terjadi kesalahan dikemudian hari yaitu biaya oprasi yang mahal dan hasil yang diperoleh tidak efektif.

Domain ini mencakup pembahasan tentang indentifikasi dan strategi investasi teknologi informasi yang dapat memberikan yang terbaik untuk mendukung pencapaian tujuan bisnis. Selanjutnya indentifikasi dan visi strategis perlu direncanakan, dikomunikasikan, dan diatur pelaksanaanya (dari berbagai perspektif).

2. Perolehan dan Implementasi (Acquisition and Implement)

Untuk merealisasi strategi TI, perlu diatur kebutuhan teknologi informasi, diindentifikasi, dikembangkan, atau diimpelementasikan secara terpadu dalam proses bisnis perusahaan.

3. Penyerahan dan Pendukung (Deliver and Support)

Domain ini fokuss pada ukuran tentang aspek dukungan teknologi informasi terhadap kegiatan oprasional bisnis (tingkat jasa layanan TI actual atau servive level) dan aspek urutan (prioritas implementasi dan untuk pelatihannya).


(42)

Domain ini fokus pada proses pengawasan pengelolaan TI pada Organisasi serta harus diawasi dan dinilai kelayakan secara berkala. Selain itu, domain ini fokus pada masalah pengendalian, pemeriksaan internal dan eksternal. Domain ini akan menilai apakah sistem TI saat ini masih memenuhi tujuan yang dirancang. Pengendalian mencangkup penilaian terhadap efektivitas sistem TI pada kemampuannya untuk memenuhi tujuan dan proses bisnis. Empat domains pada CobIT framework tersebut, selanjutnya dirinci menjadi 34 high-level control objectives (dan selanjutnya dirinci ke dalam 215 detail control objectives), sebagai berikut:

Tabel 2.2

Domain dan High Level Control COBIT

No COBIT Domain High Level Objectives

1 Plan and Organize(PO) PO1. M enetapkan rencana strategis TI PO2. M enetapkan arsitektur informasi PO3. M enentukan arah teknologi

PO4. M enetapkan p roses TI, organisasi dan hubun gannya PO5. M engelola investasi TI

PO6. M engkomunikasik an tujuan dan arahan manajemen PO7. M engelola sumber daya manusia TI


(43)

PO9. M enilai dan mengatur resiko PO10. M engelola p royek

2 Acquire and Implement (AI)

AI1. M engidentifik asi solusi-solusi otomatis

AI2. M endapatkan dan memelihara p erangkat lunak aplikasi AI3.M endapatkan dan memelihara infr astruktur teknologi AI4. M enjalankan op erasi dan menggunakannya

AI5. Pengadaan sumberdaya TI AI6. M engelola p erubahan


(44)

3 Delivery and Support (DS)

DS1. M engdefinisikan dan mengatur tingkat p elayanan DS2. M engatur p elayanan bagi p ihak ketiga

DS3. M engatur kinerja d an kapasitas

DS4. M emastikan p elayanan y ang berkelanjutan DS5. M emastikan keamanan sistem

DS6. M engidentifikasi d an mengalokasikan biaya DS7. M endidik dan melatih user

DS8. M engelola bantuan layanan dan insiden DS9. Pengaturan konfigurasi

DS10. M engatur masalah DS11. M engatur data DS12. M engatur lingkungan DS13. M engatur op erasi 4 Monitor and Evaluation

(M E)

M E1. M onitor dan evaluasi kinerja TI

M E2. M emonitor dan mengevaluasi p engendalian internal M E3.M emastikan p emenuhan kebutuhan dengan syarat dari luar

M E4. Penyediaan untuk tata kelola TI


(45)

Konsep dari kerangka kerja COBIT adalah pengendalian terhadap sistem informasi dapat dilakukan dengan cara menentukan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk mendukung business objectives. Setelah informasi ditentukan, kemudian dilakukan pengendalian terhadap informasi tersebut. Pengendalian atau informasi tentang sumber daya yang terkait dalam proses sistem informasi akan didukung oleh sumber daya TI (IT Resource). Dimana sumber daya TI dikelola oleh proses TI (TI Processes) untuk mencapai tujuan TI agar dapat menanggapi kebutuhan bisnis. Berikut merupakan matrix relasi antar IT Goals dan Business Goals COBIT 4.1 :

Gambar 2.2

Matrix Relasi Business Goals dan IT Goals


(46)

Berikut merupakan matrix relasi IT Goals dengan proses-proses yang ada setiap domain COBIT 4.1

Gambar 2.3

Matrix Relasi IT Goal dan Proses-proses di setiap Domain Sumber : ITGI (2010)


(47)

Secara keseluruhan COBIT dapat dipandang sebagai sebuah kubus yang terdiri dari tiga dimensi.

Gambar 2.4 Kubus COBIT Sumber : ITGI (2010)

1) Bussiness Requirements ( Persyaratan Bisnis)

Tujuh krieria informasi y ang menjadi p erhatian dalam COBIT adalah : a. Effectiveness (Efektifitas)

Menitikberatkan pada sejumlah effektifitas informasi dikelola dari data-data yang diperoleh oleh sistem informasi yang dibangun.

b. Efficien cy (Efesiensi)

Menitikberatkan pada sejauhmana efesiensi investasi terhadap informasi yang diproses oleh sistem.


(48)

c. Kerahasiaan (Con fiden tiality)

Menitikberatkan pada pengelolaan kerahasiaan informasi secara hierarki. d. Integrity (Keterpaduan)

Menitikberatkan pada integritas data/informasi dalam sistem e. Availability (Ketersedian)

Menitikberatkan pada ketersedian data atau informasi dalam sistem informasi.

f. Compliance (Kepatuhan pada kebijakan atau aturan)

Menitikberatkan pada kesesuaian data atau informasi dalam siste informasi g. Reliability (Kehandalan informasi)

Menitikberatkan pada kemampuan/ketangguhan sistem informasi dalam pengelolahan data informasi.

2) IT Resources (Sumber Daya IT)

IT Resource adalah sumber daya yang berkaitan teknologi informasi. IT Resource terdiri dari empat hal yaitu :

a. Application (Aplikasi)

Meliputi aplikasi untuk mengelola informasi dalam menjalankan proses bisnis.

b. Information (Informasi)

Merupakan data yang diinput, diproses dan dihasilkan oleh sistem informasi yang digunakan untuk kebutuhan bisnis.


(49)

Merupakan teknologi dan fasilitas (seperti hardware, sistem oprasi, sistem menajemen data base, jaringan, multimedia) yang mendukung proses aplikasi.

d. People (Orang)

Merupakan personil yang dilakuakn untuk merencanakan, mengorganisasi, memperoleh, mengimplementasi, mendukung memonitor, dan mengevaluasi sistem dan layanan informasi. Personil dapat berasal dari internal perusahaan, outsource maupun kontak.

3) IT Processes (Proses IT)

Kerangka kerja COBIT menyediakan referensi pada proses agar setiap orang didalam perusahaan dapat me-manage oprasi TI. Setiap oprasi yang dikerjakan TI, sebagaimana keseluruhan oprasi yang tersedia pada proses inti, harus diintegrasikan kedalam perencanaan yang ada. Perencanaan dan struktur organisasi yang telah dapat digunakan, tergantung atas kondisi setiap oprasi tersebut. Kemudian, oprasi akan diimplementasikan dan dilakukan penceegahan yang dilakuakan terus menerus.

2.9 Model Maturity

Maturity model digunakan sebagai metric untuk mengukur tingkat pengembangan sistem informasi. Maturity model untuk setiap proses COBIT, digunakan untuk mengindentifikasi:


(50)

1. Kinerja aktual perusahaan – Dimana perusahaan ini 2. Status industri yang terkini – Sebagai perbandingan

3. Target peningkatan perusahaan – Posisi yang ingin dicapai perusahaan

Menurut ITGI (2010), kapabilitas proses manajemen tidak sama untuk setiap proses kinerja. Kapabilitas yang diperlukan ditentukan oleh tujuan bisnis dan tujuan TI. Untuk mengukur kapabilitas kinerja TI, COBIT menggunakan lima level maturity model:

1. Skala 0 : Non-Existent.

Tidak ada proses yang dapat dikenali. Manajemen bahkan tidak menyadari adanya isu pengelolaan yang ditangani

2. Skala 1 : Initial.

Terdapat bukti bahwa perusahaan telah mengetahui adanya isu-isu TI yang harus ditangani. Tidak ada proses yang standar dan pada umumnya menggunakan pendekatan ad hoc atau case by case basis. Secara keseluruhan pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan tidak terorganisir

3. Skala 2 : Repeatable.

Proses dilengkapi dengan prosedur yang diikuti oleh individu-individu yang memiliki kesamaan tugas. Tidak ada program pelatihan secara formal, yang bertujuan untuk mengkomunikasikan prosedur-prosedur dan tanggung jawab setiap individu. Proses sangat bergantung pada keahlian setiap individu.


(51)

4. Sekala 3 : Defined.

Proses dilengkapi dengan prosedur-prosedur yang terstandarisasi, terdokumentasi dan dikomunikasikan melalui pelatihan secara formal. Walaupun demikian penyimpangan terhadap ketaatan pada prosedur masih sulit untuk dideteksi. Prosedur-prosedur yang dibuat merupakan fomalisasi dari kegiatan-kegiatan yang ada.

5. Skala 4 : Managed and measurable.

Proses pengawasan dan penilaian ketaatan pada prosedur sudah ditetapkan dan terdapat aktifitas untuk melakukan proses perbaikan ketika proses berjalan tidak efektif.

6. Skala 5 : Optimised

Proses yang ada telah disempurnakan praktek yang lebih baik, berdasarkan hasil perbaikan terus menerus. TI digunakan secara terinegrasi untuk mengoptimalkan proses kerja, mnyediakan alat untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas serta membuat perusahaan mudah beradaptasi.


(52)

Gambar 2.5 Model Maturity Sumber: ITGI (2010)

Terdapat 5 (lima) jenis kemungkinan responden, dikaitkan dengan maturity model yang direkomendasikan oleh COBIT (skala 0-5). Responden akan memilih tingkat aktivitas yang sesuai dengan kondisi perusahaan saat ini. Maturity model akan membantu para professional menjelaskan kepada manajer tentang kekurangan manajemen TI dan menetap target yang mereka perlukan. Tingkat mataruty akan dipengaruhi oleh sasaran bisnis perusahaan dan oprasi lingkungan

Pemetaan posisi tiap proses sistem informasi perusahan terhadap matuarity model dibuat berdasarkan hasil dari responden yang diperoleh rumus yang digunakan untuk menghitung indeks adalah:

Indeks = ∑ (Jumlah Nilai Jawaban) ∑(Pertanyaan Kuesioner


(53)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Djatmiko (2007), skala pembulatan indeks bagi pemetaan ketingkatan matuarity model adalah sebagai berikut :

• 0.00 – 0.49 berada p ada tingk at 0 (Non-Existen t)

• 0.50 – 1.49 berada p ada tingk at 1 (Initial/Ad Hoc)

• 1.50 – 2.49 berada p ada tingk at 2 (Repeatab le but In tuitive)

• 2.50 – 3.49 berada p ada tingk at 3 (Defined Process)

• 3.50 – 4.49 berada p ada tingk at 4 (Managed and Measurable)

• 4.50 – 5.00 berada p ada tingk at 5 (Optimised)

2.10 KPI

Key performance indicator menurut ITGI, COBIT 4.1, adalah “measures that determine how well the process is performing in enabling the goal to be reached. They are lead indicators of whether a goal will likely be reached, and are good indicators of capabilities, practices and skills. They measure the activity goals, which are the actions the process owner must take to achieve effective process performance”. Dalam penafsiran lain KPI yaitu mendefinisikan ukuran-ukuran untuk menerangkan seberapa baik proses TI dilaksanakan dan memungkinkan tujuan dicapai, merupakan indikator utama yang menentukan apakan tujuan bisa dicapai atau


(54)

tidak dan merupakan indikator yang bagus untuk penentuan kapabilitas, praktek-praktek dan keahlian-keahlian.

2.11 KGI

Key Goal Indicator menurut ITGI, COBIT 4.1, [4] adalah “measures that tell management, after the fact, whether an IT process has achieved its business requirements, usually expressed in terms of information criteria”.

KGI mengidentifikasikan ukuran-ukuran yang akan disampaikan kemanajemen apakah suatu proses TI telah memenuhi persyaratan bisnis, biasanya ditentukan oleh criteria sistem informasi sebagai berikut :

a. Ketersediaan informasi yang dibutuhkan untuk mendukung kebutuhan bisnis. b. Tidak adanya integritas dan resiko-resiko kerahasiaan informasi.

c. Efesiensi biaya proses-proses dan operasional.

d. Konfirmasi atas kehandalan, keefektifan dan ketaatan.

2.12 Analytic Hierarchy Process (AHP)

Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu metode analisis untuk struktur suatu masalah dan dipergunakan untuk mengambil keputusan atas alternatif. AHP menunjukan bagaimana menghubungkan kriteria-kriteria dari suatu bagian masalah dengan kriteria-kriteria dari bagian yang lain untuk memperoleh hasil gabungan. Prosesnya adalah mengidentifikasi, memahami, dan menilai interaksi-interaksi dari suatu


(55)

sistem sebagai satu keseluruhan.

2.12.1 Langkah-Langkah AHP

Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan AHP untuk pemecahan suatu masalah adalah sebagai berikut :

1. Mendefinisikan permasalah dan secara spesifik menentukan tujuan atau solusi yang diinginkan.

2. Menyusun masalah ke dalam suatu struktur hirarki sehingga permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terukur. Penyusunan hirarki yang memenuhi kebutuhan harus melibatkan pihak-pihak ahli dibidang pengambilan keputusan. Tujuan yang diinginkan dari masalah ditempatkan pada tingkat tertinggi dalam hirarki. Tingkat selanjutnya adalah penjabaran tujuan tersebut kedalam bagian-bagian yang lebih rinci.

3. Membuat matriks banding berpasangan yang mempunyai kontribusi atau pengaruh setiap kriteria yang relevan atas setiap criteria yang berpengaruh yang berada setingkat diatasnya.

4. Melakukan perbandingan berpasangan yaitu pasangan-pasangan kriteria dibandingkan berkenaan dengan suatu kriteria ditingkat yang lebih tinggi. Jumlah penilaian seluruhnya sebanyak {n[n-1]/2 buah, dimana n adalah banyaknya komponen yang dibandingkan.


(56)

5. Setelah mengumpulkan semua data banding berpasangan dan memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta entry bilangan 1di sepanjang diagonal utama, prioritas dicari dan konsistensi diuji.

6. Melaksanakan langkah 3,4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki itu.

7. Melakukan sintesa dengan membobotkan vector-vektor prioritas itu dengan bobot kiriteria-kriteria, dan jumlahkan semua entry prioritas terbobot yang bersangkutan dengan entry prioritas dari tingkat bawah berikutnya, dan seterusnya. Hasilnya berupa vector prioritas menyeluruh untuk tingkat hirarki paling bawah.

8. Melakukan pengujian konsistensi untuk seluruh hirarki dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas criteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan persyaratan teknis pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Rasio konsistensi hirarki ini harus 10 persen atau kurang. Jika tidak,mutu informasi itu harus diperbaiki atau ada kemungkinan persoalaan ini tak terstruktur secara tepat. Kalau hal ini terjadi proses harus diulang dari langkah 2.

2.13 Balanced Scorecard

Dalam persaingan bisnis global ini, perubahan paradigm yang ada harus dilandasi dengan suatu pemikiran baru bahwa competitiveness dan efektivitas


(57)

organisasi dapat dicapai dengan memperluas faktor-faktor yang dianggap bisa mempengaruhi peningkatan produktivitas dan melakukan koordinasi dalam menghasilkan keuntungan kompetitif. Kemampuan perusahaan dalam meniptakan keunggulan kompetitif ini merupakan tanggung jawab yang kompleks yang harus dipikul oleh setiap perusahaan untuk dapat bertahan dalam jangka panjang.

Konsep Balanced Scorecard telah lama dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton (HBR, January, 1992). Konsep Balanced Scorecard ini dikembangkan untuk melengkapi pengukuran kinerja financial (atau dikenal dengan pengukuran kinerja tradisional) dan sebagai alat yang cukup penting bagi organisasi perusahaan untu mereflesikan pemikiran baru dalam era competitiveness dan efektivitas organisasi. Konsep ini memperkenalkan suatu sistem pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria tersebut sebenarnya merupakan penjabaran digolongkan menjadi empat perspektif yang berbeda yaitu:

1. Perspektif Keuangan

Orientasi organisasi pada para pemegang saham. 2. Perspektif Pelanggan

Cara organisasi sehingga dapat menjadi supplier utama yang paling bernilai bagi para customer.


(58)

Berbagai proses bisnis terbaik yang harus dilakukan dalam jangka panjang maupun jangka pendek untuk mencapai tujuan financial dan keputusan customer.

4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Cara agar organisasi dapat meningkatkan dan menciptakan nilai (value) secara terus menerus, terutama dalam hubungannya dengan kemampuandan motivasi karyawan.

Dalam Balanced Scorecard, keempat perspektif tersebut menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keempat perspektif tersebut juga merupakan indicator pengukuran kinerja yang saling melengkapi dan saling memiliki hubungan sebab akibat.

Pada tahun 1997 dengan anggapan bahwa customer-nya adalah pegawai dalam unit organisasi tersebut dan kontribusi organisasi dilihat oleh pihak atasan, atau dengan kata lain departemen TI dalam suatu organisasi lebih bersifat sebagai internal service provider, maka Van Grembergen dan Van Bruggen mengadopsi Balanced Scorecard dengan mengubah persepktif yang digunakan, yaitu menjadi IT Balanced Scorecard (IT BSC) seperti pada gambar berikut:


(59)

Gambar 2.6

Perubahan BSC tradisioanal dengan IT-BSC

Terdapat beberapa perspektif dalam mengevaluasi kinerja IT antara lain sebagai berikut:

a. Perspektif Kontribusi Organisasi (Corporate Contribution)

Perspektif kontribusi organisasi (Corporate Contribution) adalah perspektif yang mengevaluasi kinerja IT berdasarkan pandangan dari manajemen eksekutif, para direktur dan shareholder.

b. Perspektif Orientasi Pengguna (User Orientation)

Perspektif orientasi pengguna (user orientation) adalah perspektif yang mengevaluasi kinerja TI berdasarkan cara pandang pengguna bisnis (pelanggan) dan lebih jauh lagi adalah pelanggan dari unit bisnis yang ada. c. Perspektif Keunggulan Operasional (Operational Excellence)

Balanced Scorecard

Financial Customer

Internal Business-Process Learning and

IT Balanced Scorecard

Corporate-Contribution

Customer(User)-Orientation

Operational Ex-Cellence Future Orientation


(60)

Perspektif ini menilai bagaimana segala aktivitas yang dilakukan dengan dukungan sumber daya TI dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi.

d. Perspektif Orientasi Dimasa Depan (Future Orientation)

Perspektif ini menilai dari segi peran TI dalam mempersiapkan segala sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai posisi organisasi dimasa dating. Biasanya hal ini terkait dengan sumber daya manusia, jenis portofolio TI yang disusun dan riset yang berhubungan dengan aplikasi TI yang berhubungan dengan domain bisnis organisasi.


(61)

51

Pada bagian ini akan dibahas sekilas mengenai Dinas Kesehatan Pemerintahan Kota Cimahi dan Puskesmas Cigugur Tengah meliputi sejarah singkat, visi, misi, struktur organisasi dan deskripsi tugas. Selain itu juga akan dibahas megenai metode penelitian yang meliputi desain penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis.

3.1 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Unit Kerja Sub Bagian Dinas Kesehatan Pemerintan Kota Cimahi beserta Divisi IT yang ada didalamnya serta Unit Kerja Sub Bagian Pendaftaran Puskesmas Cigugur Tengah sebagai Studi Kasus Penerapan SIMPUS di Puskesmas yang berada dibawah Pemerintahan Kota Cimahi.

3.1.1 Sejarah Singkat Dinas Kesehatan Pemerintahan Kota Cimahi

5Dinas kesehatan kota cimahi berdiri seiring berdirinya Kota Cimahi pada tahun 2001. Dinas kesehatan ini merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan kota Cimahi yang bertugas memberikan pelayanan serta informasi kesehatan bagi masyarakat kota Cimahi.


(62)

3.1.2 Sejarah Singkat Puskesmas Cigugur Tengah

Puskesmas Cigugur Tengah didirikan pada tanggal 22 Juli 1985, dimulai dari sebuah Puskesmas Pembantu dari Puskesmas Cimahi Tengah yang berdiri atas sebidang tanah dengan luas tanah + 40 tumbak yang merupakan hibah dari masyarakat dan berlokasi di Jl. R. H. Abdul Halim No. 199 RT. 01 RW. 07 Kampung Tangkil Kelurahan Cigugur Tengah. No telepon 022-6632343.

Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, menyebabkan peningkatan pula pada kebutuhan sarana pelayanan kesehatan, sehingga status Puskesmas Pembantu berubah menjadi Puskesmas Cigugur Tengah pada tahun 1997.

Banyaknya tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di puskesmas maka pada Januari 2004, puskesmas mengalami perbaikan secara fisik menjadi gedung berlantai 2 dengan luas bangunan masing-masing 125 m2 dan luas tanah seluruhnya 250 m2, sehingga diharapkan puskesmas dapat memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan lebih baik.

3.1.3 Visi dan Misi Dinas kesehatan Kota Cimahi Visi Dinas Kesehatan Pemerintahan Kota Cimahi : “ CIMAHI SEHAT MANDIRI 2017”

Dari visi tersebut terkandung makna dan maksud sebagai berikut:

Sehat Mandiri, mengandung pengertian bahwa Dinas Kesehatan Kota Cimahi mempunyai cita-cita untuk mewujudkan masyarakat Kota Cimahi yang sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap individu


(63)

mampu untuk hidup produktif, serta mampu mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi sehingga terbebas dari gangguan kesehatan akibat penyakit, bencana, lingkungan dan perilaku yang buruk.

Misi Dinas Kesehatan Tahun 2012-2017 sebagai berikut :

1. Meningkatkan aksebilitas pelayanan kesehatan

Artinya : masyarakat diberi kemudahan untuk memperoleh pelayanan kesehatan, baik dari segi fisik, yaitu jarak dan waktu tempuh, segi ekonomi atau kemampuan finansial, maupun secara sosial atau kondisi yang mempengaruhi pengambilan keputusan untuk memperoleh pelayanan kesehatan.

2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

Artinya : masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara wajar, efektif dan efisien serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosial budaya.

3. Memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan secara mandiri.

Artinya : berupaya menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatan individu, kelompok, dan masyarakat, sehingga masyarakat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.


(64)

4. Mewujudkan pelayanan kesehatan berbasis teknologi informasi

Artinya : Mengembangkan teknologi informasi bidang kesehatan sehingga tersedia data dan informasi yang akurat, tepat dan cepat yang diperlukan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan untuk memberikan solusi terhadap pembangunan kesehatan.

3.1.4 Strategi Dinas Kesehatan Kota Cimahi :

1. Perbaikan dan pengembangan sarana dan prasarana puskesmas 2. Meningkatkan pengelolaan jaminan kesehatan masyarakat 3. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak 4. Meningkatkan mutu dan jaminan ketersediaan obat-obatan 5. Meningkatkan pengawasan terhadap pangan berbahaya

6. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan penyakit menular dan tidak menular

7. Meningkatkan akses dan mutu penyehatan dan pengawasan lingkungan 8. Meningkatkan sistem dan kualitas surveilans serta kewaspadaan dini dan

penanggulangan bencana

9. Pemenuhan kebutuhan sumber daya Manusia (SDM) sesuai kebutuhan 10. Meningkatkan promosi budaya PHBS secara bertahap dan berjenjang 11. Meningkatkan promosi dan pengembangan RW siaga aktif

12. Meningkatkan mutu UKBM melalui peningkatan strata kemandirian 13. Penyediaan sarana dan prasarana dan sumber daya IT sesuai kebutuhan.


(65)

3.1.5 Tujuan dan Sasaran

Tujuan Dinas Kesehatan Kota Cimahi yang dirumuskan untuk mencapai Visi dan melaksanakan Misi :

1. Meningkatkan kemudahan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan

Sasarannya :

a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pelayanan kesehatan

b. Mengembangkan jaminan pembiayaan kesehatan bagi masyarakat. 2. Meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar

Sasarannya :

a. Menjamin seluruh masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu

3. Menjamin tersedianya SDM yang kompeten di bidangnya Sasarannya :

a. Peningkatan jumlah, jenis dan penyebaran SDM kesehatan dan Non kesehatan yang sesuai dengan standar

b. Meningkatnya kualitas tenaga kesehatan dan tenaga lainnya 4. Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

Sasarannya :

a. Meningkatkan perilaku sehat di masyarakat melalui peningkatan PHBS di lima tatanan


(66)

b. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan RW siaga aktif maupun UKBM lainnya

5. Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui ketersediaan data dan informasi yang cepat, tepat dan akurat

Sasarannya :

a. Tersedianya data dasar kesehatan secara tepat, tepat dan akurat

3. 1.6 Kebijakan Perusahaan Dinas Kesehatan Kota Cimahi

Dalam upaya pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan maka ditentukan kebijakan sebagai berikut:

1. Mengembangkan sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas/Pustu).

2. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dijamin jamkesmas/jamkesda 3. Asuransi kesehatan (Jamsostek, Askes, Asabri) akan dikelola BPJS

4. Seluruh masyarakat memiliki jaminan kesehatan baik dijamin pemerintah, swasta maupun secara mandiri

5. Meningkatkan kemitraan dengan fasilitas pelayanan kesehatan swasta dalam menyongsong Sistem Jaminan Sosiam Nasional (SJSN)

6. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat harus sesuai dengan SOP

7. Peningkatan mutu pelayanan puskesmas melalui penilaian kinerja Puskesmas, akreditasi puskesmas dan ISO 9001


(67)

9. Mengikutsertakan/melaksanakan diklat bagi SDM sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan secara bertahap

10. Meningkatkan kapasitas kader kesehatan melalui pembinaan, pendampingan dan refreshing kader.

11. Meningkatkan proporsi anggaran untuk sarana IT. 1.2 Menyelaraskan dukungan IT sesuai UU.

3.1.7 Visi dan Misi Puskesmas Cigugur Tengah Kota Cimahi a) Visi Puskesmas Cigugur Tengah

Puskesmas Cigugur Tengah dengan iman, taqwa, cerdas, menjadikan puskesmas Cigugur Tengah sebagai sahabat masyarakat untuk hidup sehat mandiri dalam rangka akselerasi upaya kesehatan untuk mewujudkan Cimahi Sehat 2013.

b) Misi Puskesmas Cigugur Tengah

1. Meningkatkan wawasan masyarakat untuk hidup sehat.

2. Memberdayakan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan optimal 3. Meningkatkan mutu keterjangjauan pelayanan kemasyarakatan.

4. Membina kemitraan dengan masyarakat dan sector lain.

3.1.8 Tujuan SIMPUS

Adapun tujuan dari Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) yang ada pada Puskesmas adalah sebagai berikut:


(68)

Tujuan Umum

Didapatkan semua data hasil kegiatan Puskesmas (termasuk Puskesmas Pembantu, Puskesmas dengan atau tanpa ruang perawatan, Puskesmas Keliling, Bidan di Desa, Posyandu, dan sebaginya), dan data lainnya yang berkaitan, serta dilaporkan data tersebut kepada jenjang administrasi di atasnya sesuai dengan kebutuhan secara benar, akurat, berkala, teratur guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat”.

3.1.9 Struktur Organisasi

KEPALA DINAS

Sekertariat

Unit Pelaksanaan

Teknis

- Sub bagian program dan laporan - Sub bagian keuangan

- Sub bagian umum & kepegawaian

Bidang Pelayanan medik dan farmasi

Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat Bidang Pengendalian Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Bidang Jaminan, Promosi dan Infromasi Kesehatan Kelompok Jabatan Fungsional

- Sie Pelayanan Medik Dasar, Spesialis & Rujukan - Sie Farmasi & Makanan & Minuman

- Sie Kesehatan Keluarga - Sie Gizi

-Sie Pengendalian & Pemberantasan Penyakit - Sie Pengamatan Penyakit Penanggulangan bencana &Penyehatan Lingkungan

- Sie Jaminan Kesehatan Masyarakat - Sie Jaringan

Informasi & Promosi Kesehatan

-Sie Divisi IT

Gambar 3.1


(69)

KEUANGAN

Pembantu Bendahara Penerima

PENDAFTARAN 1

BAG. REKAM MEDIS PENDAFTARAN II

Gambar 3.2

Struktur Organisasi Bagian Pendaftaran Puskesmas Cigugur Tengah Kota Cimahi

Kepala Bagian TI

Network Administrator

Database

Administrator IT Programmer

Computer Systems Engineer

Gambar 3.3

Struktur Organisasi Divisi TI Dinas Kesehatan Kota Cimahi

3.1.10 Visi dan Misi Divisi TI pada Dinas Kesehatan Kota Cimahi

Divisi TI yang ada pada Dinas Kesehatan Kota Cimahi ini mempunyai visi dan misi sebagai berikut :


(70)

Visi : “Memberikan kemudahan pelayanan informasi yang ada pada Dinas Kesehatan Kota Cimahi”.

Misi :

1. Meningkatkan perangkat pendukung SIK.

2. Meningkatkan pelayanan publik dalam memperoleh informasi kesehatan. 3. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan

berkeadilan serta berbasis bukti dengan pengutamanan pada upaya promotif dan preventif.

4. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdaya guna dan berhasil guna untuk memantapakan desentralisasi kesehatan yang bertanggung jawab.

5. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu.

3.1.11 Tujuan Divisi TI yang ada pada Dinas Kesehatan Kota Cimahi

Adapun tujuan TI yang ada pada Dinas Kesehatan Kota Cimahi khususnya pada Bagian TI tersendiri adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan Sistem Informasi yang terintegrasi yang dapat memudahkan pelayanan.

2. Mempermudah dan mempercepat pelayanan.

3. Menetapkan rencana pengembangan system yang baru dan lebih baik. 4. Menetapkan prosedur pengendalian internal lingkup Divisi TI.


(71)

3.1.12 Strategi Pengelolaan TI pada Dinas Kesehatan Kota Cimahi

Adapun tujuan strategi pengelolaan Teknologi Informasi yang ada pada Dinas Kesehatan Pemerintahan Kota Cimahi adalah sebagai berikut:

1. Mewujudkan suatu perangkat lunak yang dapat digunakan dengan mudah, dengan persyaratan yang seminimal mungkin dari segi perangkat keras maupun dari segi sumber daya manusia yang akan menggunakan perangkat keras tersebut.

2. Meningkatkan pelayanan informasi yang dapat diakses dengan mudah, cepat, dan tepat waktu dengan mengedepankan keamanan data.

3. Meningkatkan program dan rencana pendayagunaan sumber daya Divisi TI. 4. Menetapkan Standar TI untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

3.1.13 Deskripsi Tugas Divisi TI pada Dinas Kesehatan Kota Cimahi

Adapun deskripsi tugas yang ada pada Divisi TI Dinas Kesehatan Pemerintahan Kota Cimahi adalah sebagai berikut :

1. Kepala Bagian TI

a. Menyusun kebutuhan anggaran informasi teknologi dan kebutuhan perangkat computer.

b. Menyusun anggaran biaya overhead bagian perencanaan. 2. Network Administrator

Tugas dan tanggung jawab profesi IT Network Administrator adalah mengurusi, mengoperasi, maintain, dan perawatan jaringan LAN maupun WAN, manajemen sistem serta dukungan terhadap perangkat kerasnya, mengarsipkan data, serta maintain dan perawatan komputer.


(1)

102

4.1.10 Identifikasi KGI dan KPI untuk DS4 Nama Proses : DS4 - Ensure Continuous Service CSF

memastikan dampak yang minimal terhadap bisnis dikarenakan gangguan layanan TI/Layanan SIMPUS

KGI

1. Mengembangkan dan mempertahankan kontingensi TI 2. Pelatihan dan pengujian rencana darurat TI

3. Menyimpan salinan rencana kontingensi dan data pada lokasi offsite KPI

1. Jumlah jam hilang per pengguna per bulan karena pemadaman tidak terencana 2. Jumlah proses bisnis pentingnya mengandalkan TI yang tidak tercakup oleh


(2)

103 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran yang didapat dari pelaksanaan proses penelitian tersebut mulai dari tahap awal hingga tahap akhir dengan harapan kesimpulan dan saran ini akan menjadi masukan bagi siapa saja yang berkeinginan mengembangkan hasil penelitian ini.

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini antara lain : Berdasarkan hasil pengukuran diketahui bahwa as-is maturity level adalah 2 yang dapat diulang atau repeatable but intuitive yang dimana pihak perusahaan sudah mempunyai kesadaran kebutuhan akan dibangunnya sistem layanan SIMPUS dalam rangka meningkatkan SIK Kota Cimahi yang dimana untuk berjalannya sistem agar efektif pihak perusahaan memberikan pelatihan layanan kepada para user guna untuk meningkatkan layanan kesehatan yang ada pada visi dan misi tujuan perusahaan tersebut atau pada tujuan Dinas Kesehatan Kota Cimahi saat ini.

Keadaan saat ini terkait dengan table yang ada sudah ditetapkan sebelumnya, sebagai berikut ini :

1. Pengguna telah terjamin dengan adanya Sistem Layanan SIMPUS yang dapat membantu mereka para user dalam menginputkan laporan data Puskesmas.


(3)

104

2. Kesadaran akan pihak perusahaan bahwa layanan informasi kesehatan saat ini harus dapat berkembang dengan baik dengan bantuan diakannya sebuah Sistem Informasi.

3. Pentingnya akan pelatihan para pengelola TI dalam mendidik user menggunakan Sistem tersebut dan saat ini telah berjalan dengan baik pada saat pertemuan rapat antar wilayah Kota Cimahi tersebut.

5.2 Saran

Berikut beberapa saran yang dapat diberikan untuk pengembangan penelitian ini antara lain:

1. Posisi Repeatable but Intuitive harus dapat ditingkatkan dengan cara lebih meningkankan kualitas pelayanan SIMPUS dari mulai pengembangan sistem yang harus dilakukan secara berkelanjutan, kemudian dari SDM yang dimana pengguna sistem harus lebih ditingkatkan dalam memberikan pelatihan secara rutin dan harus ditetapkan SOP demi keamanan infrastruktur jaringan layanan SIMPUS sehingga pencapaian sasaran criteria informasi berupa efektifitas, efesiensi, dan ketersediaan dapat terealisasi secara kesinambungan dan progresif.

2. Rekomendasi perbaikan kinerja layanan SIMPUS diharapkan dapat diimplementasikan secara optimal langkah demi langkah guna mencapai target next maturity level sehingga layanan SIMPUS semakin selaras dengan proses bisnis yang ada.


(4)

(5)

(6)