Manajemen Keuangan dan Perilaku Menabung pada Keluarga Petani

MANAJEMEN KEUANGAN DAN PERILAKU MENABUNG
PADA KELUARGA PETANI

SUSANTI KARTIKASARI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Keuangan
dan Perilaku Menabung pada Keluarga Petani adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013
Susanti Kartikasari
NIM I24090055

ABSTRAK
SUSANTI KARTIKASARI. Manajemen Keuangan dan Perilaku Menabung pada
Keluarga Petani. Dibimbing oleh ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.
Masalah ekonomi merupakan masalah krusial dan paling banyak dialami
keluarga petani, sehingga menjadi penting untuk mengelola keuangan keluarga
dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh manajemen
keuangan terhadap perilaku menabung pada keluarga petani. Penelitian ini
menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di Desa Ciaruteun Ilir,
dengan pemilihan lokasi secara purposive. Contoh dalam penelitian ini adalah
keluarga petani dengan istri bekerja sebanyak 70 keluarga yang dipilih secara
acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen keuangan keluarga petani
tergolong kurang baik. Sebanyak 71.4 persen keluarga petani melakukan kegiatan
menabung, namun tidak semuanya rutin menabung. Hasil uji regresi linear
berganda menunjukkan bahwa semakin besar keluarga akan menurunkan
manajemen keuangan keluarga, tetapi semakin banyak jumlah jenis aset dan
semakin tinggi pendapatan keluarga akan meningkatkan manajemen keuangan

keluarga. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa keluarga dengan
manajemen keuangan lebih baik berpeluang lebih besar untuk menabung dan
lebih sering untuk menabung. Selanjutnya, semakin besar keluarga akan
menurunkan besar tabungan keluarga dan semakin tinggi pendapatan keluarga
akan meningkatkan besar tabungan keluarga.
Kata kunci: keluarga petani, manajemen keuangan, perilaku menabung
ABSTRACT
SUSANTI KARTIKASARI. Financial Management and Saving Behavior on
Farmer Families. Supervised by ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.
Economic problem is a crucial issue and most experienced by farmer
families, thus it becomes important to properly manage the family finances. The
aim of this study was to analyze the influence of financial management and saving
behavior in farmer families. This research using cross-sectional design conducted
in Ciaruteun Ilir Village with purposive selection location. The study was
performed in 70 randomly selected family with working mothers. The results
showed that financial management of farmer family is poorly. A total of 71.4
percent of farmer families performs activities saving, but not all of the family
routinely save. The results of multiple linear regression showed that the bigger of
the family size would reduce family financial management, but the amount of
assets and the higherof family income would increase family financial

management. Logistic regression results showed that family with better financial
management are more likely to have a family savings and to save more often.
Furthermore, the bigger of family size would reduce the value of savings and the
higher of family income would increase the value of savings.
Keywords: farmer families, financial management, saving behavior

MANAJEMEN KEUANGAN DAN PERILAKU MENABUNG
PADA KELUARGA PETANI

SUSANTI KARTIKASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2013

Judul Skripsi : Manajemen Keuangan dan Perilaku Menabung pada Keluarga
Petani
Nama
: Susanti Kartikasari
NIM
: I24090055

Disetujui oleh

Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M Si.
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir Ujang Sumarwan, MSc.
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya. Sholawat beserta salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang
harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi program sarjana. Adapun judul
penelitian yang dilakukan adalah “Manajemen keuangan dan Perilaku Menabung
pada Keluarga Petani”. Selanjutnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M Si. selaku dosen pembimbing skripsi atas
waktu, kesabaran, saran, arahan, dukungan, bimbingan, dan ilmu pengetahuan
selama penyusunan tugas akhir.
2. Bapak Ir. MD Djamaludin, M Sc. selaku dosen pembimbing akademik atas
bantuan dan bimbingannya dalam hal yang berkaitan dengan akademik selama
belajar di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen.
3. Ibu Alfiasari, SP M Si selaku dosen pemandu seminar serta Ibu Dr. Ir. Diah K
Pranadji, MS. dan Ibu Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA selaku dosen penguji
sidang atas waktu dan sarannya.
4. Kementrian Agama RI yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
sebagai penerima Beasiswa Utusan Daerah (BUD) di Institut Pertanian Bogor.

5. Ayahanda Harman dan Ibunda Entim Fatimah sebagai orangtua, kakak serta
adik tercinta atas kasih sayang, semangat, dan do’a yang telah diberikan
kepada penulis.
6. Seluruh staf pengajar Institut Pertanian Bogor, khususnya Departemen Ilmu
Keluarga dan Konsumen yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan
kepada penulis selama belajar di IPB.
7. Ketua-ketua RT, keluarga petani, serta seluruh pihak yang terkait di Desa
Ciaruteun Ilir atas bantuan dan do’a yang diberikan kepada penulis.
8. Keluarga besar CSS MoRA IPB terutama angkatan 46, serta sahabat yang
selalu mendukung, dan memberikan dorongan kepada penulis, Nanda Fira
Pratiwi, Fadhilah Mukhlishoh, Asilah, dan Riki Fauzi Somantri.
9. Teman-teman IKK 46, khususnya Halisa Rohayu dan Siti Holilah selaku
pembahas seminar serta teman satu bimbingan penelitian: Noor Aspasia,
Rahmi Maidah, Nurhartanti, dan Aila Nadiya atas kerjasama dan semangat
yang diberikan kepada penulis.
10. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
menyelesaikan tugas akhir. Semoga Allah SWT membalas kebaikan
semuanya. Amin


Bogor, November 2013
Susanti Kartikasari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan

3

Manfaat Penelitian

3

KERANGKA PEMIKIRAN

4


METODE

4

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

5

Cara Pemilihan Contoh

5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

5

Pengukuran Variabel

6


Pengolahan dan Analisis Data

6

Definisi Operasional

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

8

Karakteristik Keluarga

9


Manajemen Keuangan Keluarga

11

Perilaku Menabung

12

Analisis Antar Variabel

16

Pembahasan

19

SIMPULAN DAN SARAN

21

Simpulan

21

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPIRAN

25

RIWAYAT HIDUP

27

DAFTAR TABEL
1 Jenis data, variabel, skala data, dan satuan
2 Sebaran keluarga petani berdasarkan kondisi keuangan keluarga
3 Sebaran keluarga petani berdasarkan karakteristik keluarga
4 Sebaran keluarga petani berdasarkan manajemen keuangan keluarga
5 Sebaran keluarga petani berdasarkan kegiatan menabung
6 Sebaran keluarga petani berdasarkan tempat dan alasan memilih
tempat menabung
7 Sebaran keluarga petani berdasarkan intensitas dan frekuensi
menabung
8 Sebaran keluarga petani berdasarkan besar tabungan
9 Sebaran besar tabungan keluarga petani berdasarkan tempat
menabung
10 Sebaran keluarga petani berdasarkan tujuan menabung
11 Hubungan manajemen keuangan keluarga dengan perilaku menabung
12 Pengaruh karakteristik keluarga terhadap manajemen keuangan
keluarga
13 Nilai koefisien regresi logistik faktor-faktor yang memengaruhi
perilaku menabung
14 Faktor-faktor yang memengaruhi besar tabungan keluarga petani

6
10
11
13
13
13
14
14
15
15
15
17
18
18

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran
2 Kerangka pemilihan contoh

4
5

DAFTAR LAMPIRAN
1 Sebaran keluarga petani berdasarkan jawaban manajemen keuangan
keluarga
2 Sebaran keluarga petani berdasarkan kepemilikan jenis aset

24
25

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah keuangan merupakan masalah krusial dalam kehidupan seseorang
atau keluarga. Pada umumnya, pendapatan keluarga petani rendah dan tergolong
keluarga miskin (Firdaus dan Sunarti 2009). Hasil penelitian Risda (2010)
menunjukkan bahwa pendapatan pada sektor pertanian belum mencukupi untuk
membiayai rumah tangganya. Ketahanan ekonomi dapat diwujudkan apabila
pengelola utama mampu menata dengan baik segala aspek yang berkaitan dengan
kebutuhan keluarga, terutama dalam mengelola keuangan keluarga agar dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar setiap anggota keluarga (Sambiran 2008).
Suandi (2010) menyatakan bahwa manajemen keuangan dalam keluarga sangat
penting dalam memajukan kesejahteraan ekonomi keluarga, baik dalam
pengalokasian untuk kebutuhan konsumsi, keperluan investasi, maupun
pengembangan usaha.
Abdurachman, Mulyani, dan Nurida (2009) menyatakan bahwa pendapatan
rendah dan tidak pasti yang diperoleh keluarga petani secara tidak langsung akan
menimbulkan masalah dalam keluarganya, belum lagi jika petani mengalami puso
atau gagal panen maka masalah yang dihadapi petani pun akan semakin
bertambah. Hal tersebut seharusnya bisa membuat keluarga petani mempersiapkan
diri dalam menghadapi kebutuhan dimasa sekarang dan di masa mendatang. Salah
satu carayang bisa dilakukan adalah dengan melakukan manajemen keuangan dan
kebiasaan menabung sehingga keluarga tidak hanya mengalokasikan pendapatan
untuk konsumsi saat ini namun juga memiliki tabungan atau simpanan untuk
kebutuhan di masa mendatang (Yao, Wang, Weagley, dan Liao 2011).
Pentingnya uang dalam kehidupan manusia khususnya keluarga tidak
hanya berkaitan dengan banyaknya uang yang dimiliki, namun bagaimana
keluarga memanfaatkan uang yang diperoleh untuk kesejahteraan keluarga.
Menurut Kusumo dan Simanjuntak (2009) jika keluarga pandai mengatur
pendapatan maka akan timbul kepuasan dalam keluarga. Firdaus dan Sunarti
(2009) menyatakan bahwa semakin baik manajemen keuangan keluarga maka
kesejahteraan keluarga akan semakin baik. Keluarga yang menerapkan
manajemen keuangan dengan baik akan bisa mengalokasikan pendapatan sesuai
dengan kebutuhan keluarga. Sementara, pendapatan pada keluarga yang tidak
menerapkan manajemen keuangan dengan baik akan habis begitu saja atau bahkan
kurang (Rahmayani dan Hartoyo 2009). Menurut Rodhiyah (2012) ketika
penggunaan uang tidak terkontrol maka akan mengakibatkan pendapatan dan
pengeluaran uang dalam keluarga tidak seimbang yang mengakibatkan keluarga
menjadi tidak sejahtera.
Kegiatan manajemen keuangan dalam keluarga dapat dilakukan antara lain
dengan membuat perencanaan keuangan secara rutin, melaksanakan apa yang
telah ada dalam perencanaan, mengevaluasi pengeluaran, membicarakan masalah
keuangan di keluarga, dan menabung untuk masa depan (Ika 2011). Keluarga
dengan manajemen keuangan yang baik biasanya akan memiliki tabungan
(Kashmir 2010). Tabungan memegang peranan penting dalam kehidupan individu
maupun masyarakat. Menurut Lewis et al. (1995) dalam Muhlis (2011) menabung

2
merupakan kegiatan menyisihkan sumberdaya secara teratur demi mencapai
sebuah tujuan. Bryant dan Zick (2006) menyatakan bahwasumberdaya pada masa
sekarang yang digunakan untuk menabungakanmenghasilkan kepuasan di masa
mendatang. Menurut Hoos (2010) terdapat beberapa pilihan yang tersedia bagi
keluarga untuk menabung yaitu pada lembaga keuangan formal dan non formal.
Motivasi menabung dalam setiap keluarga beragam. Menurut Keynes
(1939) dalam Hoos (2010) terdapat beberapa motivasi menabung dalam keluarga
yaitu motif berjaga-jaga, motif siklus hidup (masa depan atau masa pensiun),
motif untuk meningkatkan taraf hidup, motif warisan, dan motif mengumpulkan
modal untuk membuka usaha. Sementara menurut Dynan, Skinner, dan Zeldes
(2004) motivasi menabung adalah untuk menjaga tingkat konsumsi di masa
datang dan bahkan sepanjang waktu. Chamon, Liu, dan Prasad (2010) menyatakan
bahwa motivasi keluarga dalam menabung adalah karena ketidakpastian
pendapatan pada keluarga. Sementara motivasi menabung menurut Bryant dan
Zick (2006) adalah untuk melindungi dari ketidakpastian (pengangguran dan
kesehatan), konsumsi saat barang murah, warisan, dan berjaga-jaga karena
ketidakpastian pendapatan.
Perumusan Masalah
Pendapatan rendah dan tidak pasti secara tidak langsung akanmemengaruhi
kondisi keuangan keluarga. Kestabilan ekonomi dalam keluarga merupakan salah
satu faktor yang ikut menentukan kebahagiaan dalam keluarga, karena pendapatan
yang tidak mencukupi kebutuhan keluarga merupakan penyebab utama terjadinya
pertengkaran dalam keluarga (Rodhiyah 2012). Tingginya biaya hidup saat ini
yang cenderung semakin meningkat dari tahun ke tahun, keadaan perekonomian
yang tidak selalu baik, dan fisik yang tidak selalu sehat semakin menambah
masalah yang harus dihadapi keluarga. Dengan kondisi tersebut, maka keluarga
harus mencari jalan keluar dan mempersiapkan diri dalam menghadapi kebutuhan
esok hari, salah satunya dengan melakukan manajemen keuangan agar pendapatan
tidak habis begitu saja dan bisa digunakan saat dibutuhkan.Hal tersebut penting
dilakukan mengingat banyaknya masalah yang timbul dalam keluarga karena
masalah keuangan.
Pratomo (2012) menyatakan bahwa pengelolaan uang merupakan keharusan
bagi keluarga untuk merancang dan melangkah menuju masa depan yang lebih
baik. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya manajemen keuangan bagi keluarga
untuk mengatur pendapatan agar dapat digunakan secara optimal. Guhardja et al.
(1992) menyatakan bahwa manajemen tidak dapat membuat sumberdaya yang
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan menjadi cukup, akan tetapi
manajemen dapat membantu menetapkan penggunaan sumberdaya yang terbatas
menjadi optimal dalam pemanfaatannya.
Pendapatan yang dihabiskan di masa sekarang menyebabkan hidup di masa
mendatang menjadi suram karena jika tidak memiliki tabungan, ketika harus
menghadapi masalah keuangan maka keluarga akan mengalami kesulitan
memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarganya. Pengelolaan keuangan
merupakan suatu keharusan dan tidak bisa ditawar karena memiliki implikasi luas,
sebab yang terlibat bukan hanya diri sendiri tetapi suami atau istri, anak-anak,
bahkan mungkin orangtua dan mertua (Rodhiyah 2012).

3
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan utama
dalam penelitian ini yaitu: (1) Bagaimana penerapan manajemen keuangan yang
diterapkan keluarga petani? (2) Bagaimana perilaku menabung pada keluarga
petani? (3) Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga terhadap manajemen
keuangan pada keluarga petani? (4) Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga
terhadap perilaku menabungpada keluarga petani?.
Tujuan
Tujuan umum penelitian ini adalah menjelaskan pengaruh manajemen
keuangan terhadap perilaku menabung pada keluarga petani.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi penerapan manajemen keuangan pada keluarga petani
2. Mengidentifikasi perilaku menabung pada keluarga petani
3. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga terhadap praktek manajemen
keuangan pada keluarga petani
4. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga terhadap perilaku menabung
pada keluarga petani.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
manajemen keuangan pada keluarga, sehingga dapat dipilih jalan terbaik dalam
mengelola keuangan keluarga yang terbatas serta mampu menyeimbangkan antara
kebutuhan dan keinginan dengan sumberdaya yang tersedia demi mencapai tujuan
keluarga. Bagi pemerintah, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran
manajemen keuangan dan perilaku menabung pada keluarga petani sehingga dapat
dijadikan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pemerintah khususnya
kebijakan-kebijakan yang terkait dengan kesejahteraan keluarga petani. Hasil
penelitian juga diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi pendidikan dalam
memberikan tambahan referensi dalam kajian manajemen keuangan dan perilaku
menabung pada keluarga petani. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengalaman dan pengetahuan baru bagi peneliti.

KERANGKA PEMIKIRAN
Salah satu fungsi yang harus dipenuhi oleh keluarga adalah fungsi ekonomi
melalui pemenuhan seluruh kebutuhan anggota keluarga. Keterbatasan pendapatan
menuntut adanya manajemen keuangan yang baik agar dapat digunakan seoptimal
mungkin untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Menurut Yohnson (2004) salah
satu penyebab permasalahan dalam keluarga adalah karena ketidakmampuan
keluarga dalam mengelola keuangan keluarga. Keluarga dengan kemampuan yang
baik dalam memahami dan mengelola sumberdaya keluarga akan dapat
memanfaatkan sumberdaya keluarga khususnya keuangan atau pendapatan
keluarga dengan maksimal sehingga mampu memenuhi kebutuhan keluarga secara
optimal dan pendapatan tidak habis begitu saja.

4
Kegiatan menabung ini merupakan salah satu cara manajemen keuangan
yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan
merupakan salah satu kegiatan manajemen keuangan yang sangat penting
mengingat adanya masa produktif dan non produktif pada kehidupan seseorang.
Dengan kata lain menabung merupakan salah satu upaya untuk mencukupi
kebutuhan hidup keluarga ketika sudah tidak produktif ataupun pada saat masa
kritis. Hal tersebut sejalan dengan Keynes (1939) dalam Hoos (2010) yang
menyatakan bahwa salah satu motivasi menabung keluarga adalah motifsiklus
kehidupan yaitu untuk masa depan atau pensiun saat sudah tidak memperoleh
pendapatan.
Faktor-faktor yang diduga berpengaruhterhadapmanajemen keuangan
keluarga petani dalam penelitian ini meliputi karakteristik keluarga (usia suami
dan istri,besar keluarga, lama pendidikan suami dan istri, pekerjaan suami,
pendapatan keluarga, pendapatan per kapita, pengeluaran keluarga, pengeluaran
per kapita, dan kepemilikan jenis aset). Keluarga yang dapat memanfaatkan
sumberdaya keluarga khususnya keuangan atau pendapatan keluarga dengan
maksimal akan memperoleh jaminan untuk kebutuhan dimasa mendatang,
keluarga mampu memenuhi kebutuhan keluarga dan mampu mengatasi masalah
keuangan yang dihadapi.

Karakteristik keluarga
-

Perilaku menabung

Usia
Pendidikan
Besar keluarga
Pekerjaan suami
Pendapatan keluarga
Pengeluaran
keluarga

Manajemen keuangan
- Perencanaan
- Pelaksanaan
- Monitoring dan Evaluasi

-

-

Kegiatan menabung
Tempatdan alasan
memilih tempat
menabung
Intensitas dan frekuensi
menabung
Besar tabungan
Tujuan menabung

Keterangan:
Hubungan variabel yang diteliti
Variabel yang diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran

METODE
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study
yaitu hanya dilakukan pada satu kali waktu. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara menggunakan alat bantu kuesioner. Penelitian ini dilakukan di Desa
Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang.Pemilihan tempat dilakukan secara
purposive dengan pertimbangan bahwa sebagian besar masyarakat Desa Ciaruteun
Ilir bermatapencaharian sebagai petani. Kegiatan penelitian ini terdiri dari
penyusunan proposal, pengambilan data, analisis data, dan penulisan hasil

5
penelitian.Waktu yang dibutuhkan adalah tujuh bulan dimulai dari bulan Februari
sampai Agustus 2013.
Cara Pemilihan Contoh
Populasi penelitian ini adalah keluarga petani yang terdiri dari suami dan
istri yang bekerja di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten
Bogor. Responden dalam penelitian ini adalah istri dari keluarga petani yang
bekerja yang berjumlah 70 contoh. Metode pengambilan contoh menggunakan
probability sampling dengan teknik simple random sampling.Selanjutnya dipilih
kampung yang memiliki istri dengan aktivitas tinggi dalam pertanian paling
banyak yaitu Kampung Pabuaran dan Kampung Wangun Jaya. Secara ringkas
teknik penarikan contoh dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Kabupaten Bogor
Kecamatan Cibungbulang

Purposive
Desa Ciaruteun Ilir

Kampung Pabuaran

n= 35

Kampung Wangun Jaya

n= 35

Simple random sampling

Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data penelitian bersumber dari data primer dan data sekunder.Data primer
diperoleh dari hasil wawancara secara langsung kepada keluarga yang menjadi
contoh penelitian dengan alat bantu kuesioneryang meliputi data karakteristik
keluarga (usia, pendidikan, pekerjaan suami, besar keluarga, pendapatan,
pengeluaran, dan kepemilikan jenis aset),manajemen keuangan keluarga, dan
perilaku menabung. Data sekunder dalam penelitian meliputi jumlah penduduk di
Ciaruteun Ilir dangambaran umum lokasi desa. Jenis data, variabel, skala data, dan
satuan disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Jenis data, variabel, skala data, dan satuan
Jenis data
Primer

Primer
Sekunder

Variabel
Karakteristik keluarga
usia suami dan istri
pendidikan suami dan istri
besar keluarga
pekerjaan suami
pendapatan keluarga dan per kapita
pengeluaran keluarga dan per kapita
kepemilikan aset
manajemen keuangan keluarga
perilaku menabung
populasi dan gambaran umum lokasi desa

Skala data

Satuan

rasio
rasio
rasio
rasio
rasio
rasio
rasio
ordinal
nominal

tahun
tahun
orang
rupiah/bulan
rupiah/bulan
jenis
skor

6
Pengukuran Variabel
1. Manajemen keuangan pada penelitian ini diukur melalui instrumen yang
digunakan oleh Puspitawati (2012) yang memiliki Cronbach’s alpha 0.8
dengan total 37 pernyataan yang diukur menggunakan skor yang terdiri dari
tiga sub-item yaitu: perencanaan (16 pernyataan), pelaksanaan (pernyataan),
serta monitoring dan evaluasi (5 pernyataan). Setiap butir pernyataan
disediakan empat jawaban menggunakan skala likert, yaitu skor 1 untuk
jawaban “tidak pernah”, 2 “kadang-kadang”, 3 “sering”, dan 4 “selalu”.
Karena memiliki jumlah pernyataan yang tidak sama maka sebelum ketiga
sub-item dijumlahkan dan dibagi tiga sesuai jumlah sub-item, setiap skor yang
diperoleh dari masing-masing sub-item dikonversikan ke dalam bentuk indeks
dengan rumus:
x 100%
Y=
Kemudian skor total yang dicapai tersebut dimasukkan ke dalam interval
kelas. Interval kelas terbagi menjadi tiga kategori, yaitu “kurang baik” apabila
skor total 75.0.
2. Perilaku menabung diukur menggunakan instrumen yang digunakan oleh
Sofiarrahmi (2012). Perilaku menabung dilihat dari kegiatan menabung
(menabung dan tidak menabung), tempat menabung (bank, koperasi, emas,
tabungan di rumah, arisan, baitul maal, pangan, sekolah anak, dan lain-lain),
alasan memilih tempat menabung (lebih aman, mudah diambil,
menguntungkan karena harga naik, akses gampang, dan lain-lain), intensitas
menabung (rutin dan tidak rutin), frekuensi menabung (setiap hari, minggu,
bulan, musim panen, tahun, dan tidak tentu), besar tabungan, dan tujuan
menabung (mengantisipasi kejadian tidak terduga, biaya pendidikan anak,
keperluan musim tanam selanjutnya, dan lain-lain). Namun demikian, hanya
kegiatan menabung dan intensitas menabung yang diolah menggunakan
regresi logistik, sementara yang lain menggunakan analisis deskriptif.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh kemudian diolah melalui proses editing, coding,
scoring, entry, cleaning, analyzing serta interpretasi data. Data yang terkumpul
kemudian diolah dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensia.
Pemaparan analisis data yang digunakan dalam penelitian iniakan dijelaskan
sebagai berikut, yaitu:
1. Analisis deskriptif meliputi: rataan, standar deviasi, nilai minimum dan
maksimum, digunakan untuk menggambarkan karakteristik keluarga.
2. Analisis inferensia meliputi:
a) Uji Chi-Square digunakan untuk melihat hubungan antara manajemen
keuangan dengan perilaku menabung keluarga.
b) Uji regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi manajemen keuangandengan menggunakan variabel
karakteristik
keluarga
(usia,
pendidikan,
besar
keluarga,

7
pekerjaan,pendapatan keluarga, pengeluaran keluarga, dan jumlah jenis
aset).
Faktor-faktor yang memengaruhi manajemen keuangan keluarga
Y1=α+ β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+D1+ε
Keterangan:
α = konstanta regresi
β = koefisien regresi
Y1 = manajemen keuangan keluarga
X1 = usia istri (tahun)
X2 =pendidikan istri (tahun)
X3 =besar keluarga (orang)
X4 =lama pendidikan istri (tahun)
X5 =jumlah jenis aset(jenis)
X6 = pendapatan keluarga (rupiah)
D1 = pekerjaan suami (0=petani non pemilik, 1=petani pemilik)
ε = eror
c) Uji regresi logistik digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi perilaku menabung dengan menggunakan variabel
karakteristik keluarga dan manajemen keuangan keluarga.
Model umum regresi logistik
P (x) =
Keterangan:
P(x)= peluang kegiatan menabung (0=tidak menabung; 1=menabung)
α = konstanta regresi
β = koefisien regresi
X1 = usia istri (tahun)
X2 =pendidikan istri (tahun)
X3 = besar keluarga (orang)
X4 = lama pendidikan istri (tahun)
X5 =jumlah jenis aset(jenis)
X6 = pendapatan keluarga (rupiah)
X7 = manajemen keuangan keluarga (skor indeks)
D1 =pekerjaan suami (0=petani non pemilik, 1=petani pemilik)
e = eksponen
ε = eror
Definisi Operasional
Keluarga petani adalah keluarga yang suami atau kepala keluarganya bekerja dan
memenuhi kebutuhan hidupnya dari kegiatan usaha tani.
Umur suamidan istri adalah umur terakhir (tahun) suami atau istri saat penelitian
dilaksanakan.
Besar Keluarga: banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
yang dinyatakan dalam jumlah orang.
Lama pendidikan suami dan istri adalah lama pendidikan formal yang telah
ditempuh oleh suami atau istri dihitung dalam jumlah tahun.

8
Pendapatan keluarga adalah jumlah semua penghasilan bersih kepala keluarga
dan anggota keluarga yang dinilai dengan uang (rupiah) perbulan.
Pendapatan per kapita adalah penjumlahan pendapatankeluarga, baik dari
pekerjaan utama maupun pekerjaan tambahan dibagi dengan jumlah
anggota keluargayang dinyatakan dalam rupiah per bulan.
Pengeluaran keluarga adalah penjumlahan dari seluruh pengeluaran baik pangan
maupun bukan pangan yang dikeluarkan oleh rumah tangga selama satu
bulan dinyatakan dalam rupiah per bulan.
Pengeluaran per kapita adalah penjumlahan pengeluarankeluargadibagi dengan
jumlah anggota keluargayang dinyatakan dalam rupiah per bulan.
Kepemilikan jenis aset adalah jumlah jenis aset yang dimiliki oleh keluarga,
dilihat dari kepemilikan rumah kendaraan, alat elektronik, alat rumah
tangga, ternak, maupun barang berharga lainnya.
Manajemen keuangan adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi keuangan yang dimiliki oleh keluarga untuk mencapai
kesejahteraan keluarga yang dinyatakan dalam indeks.Semakin tinggi
indeks maka semakin baik pengelolaan keuangan keluarga.
Perilaku menabung adalah perilaku keluarga dalam menyisihkan sebagian
pendapatan untuk konsumsi masa depan. Pertanyaan yang diajukan untuk
perilaku menabung digunakan pertanyaan semi terbuka dalam hal
kegiatan menabung (menabung atau tidak menabung), tempat menabung
(lembaga keuangan formal dan non formal), alasan memilih tempat
menabung (lebih aman, mudah diambil, dan lain sebagainya), intensitas
menabung (rutin dan tidak rutin menabung), frekuensi menabung (setiap
hari, minggu, bulan, dan lain sebagainya), besar tabungan, dan tujuan
menabung (mengantisipasi kejadian tidak terduga, biaya pendidikan anak,
keperluan musim tanam selanjutnya, dan lain sebagainya).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Ciaruteun Ilir terletak di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan luas sebesar 360 hektar. Desa ini memiliki
empat dusun dan sepuluh kampung, yang terbagi atas 10 Rukun Warga dan 35
Rukun Tetangga. Jumlah penduduk pada 2011 sebanyak 10108 jiwa, terdiri dari
5325 laki-laki dan 4783 perempuan. Penduduk yang memiliki matapencaharian
sebagai petani baik pemilik, buruh, maupun penggarap adalah sebanyak 3.104
kepala keluarga (KK). Jenis komoditas pertanian didominasi oleh komoditas
hortikultura (seperti bayam, kangkung, cesin, sawi, dan daun bawang. Desa
Ciaruteun Ilir memiliki 10 Kampung, yaitu Pabuaran, Tegal Salam, Ciaruteun Ilir,
Munjul, Tutul, Muara Jaya, Wangun Jaya, Cikarang, Padati Mondok, dan
Bubulak.

9
Karakteristik Keluarga
Besar keluarga. Besar keluarga diukur berdasarkan jumlah anggota
keluarga.BKKBN (1995) membagi keluarga menjadi tiga kelompok berdasarkan
jumlah anggota keluarga yaitu keluarga kecil (≤4 orang), keluarga sedang (5-7
orang), dan keluarga besar (>7). Lebih dari separuh keluarga petani termasuk
kategori keluarga kecil (57.1%), sebesar 38.6 persen termasuk kategori keluarga
sedang, dan 4.3 persen termasuk keluarga besar. Besar keluarga petani berada
pada selang 2-8 orang dengan rata-rata 4.4 orang (sd=1.4).
Usia suami dan istri. Rata-rata usia suami pada keluarga petani adalah
45.2 tahun (sd=13.8), sedangkan rata-rata usia istri adalah 38.4 tahun (sd=11.9).
Hampir separuh usia suami termasuk kategori dewasa madya, sedangkan lebih
dari separuh istri termasuk kategori dewasa muda.
Pendidikan suami dan istri. Jenjang pendidikantertinggi paling banyak
pada suami dan istri adalah tidak tamat SD/sederajat dengan persentase 44.3
persen untuk suami dan 42.9 persen untuk istri. Baik suami maupun istri pada
keluarga petani masih ada yang tidak pernah bersekolah sama sekali di sekolah
formal. Secara umum, rata-rata pendidikan suami adalah 4.7 tahun, sementara istri
adalah 4 tahun.
Pekerjaan suami dan istri. Status pekerjaan suami dibedakan menjadi
petani pemilik, petani penggarap, dan buruh tani. Hampir separuh keluarga petani
merupakan petani pemilik (47.1%), 40 persen merupakan petani penggarap, dan
12.9 persen merupakan buruh tani. Meskipun bekerja merupakan tanggung jawab
kepala keluarga, namun istri pada keluarga petani juga ikut bekerja untuk
membantu mencari pendapatan tambahan keluarga. Pekerjaan istri cukup
beragam, seperti pedagang (5.7%), guru (2.8%), buruh tani (88.7%), dan tukang
kredit (2.8%). Namun demikian, pekerjaan istri didominasi oleh buruh tani.
Pendapatan keluarga dan per kapita. Pendapatan keluarga merupakan
penjumlahan dari seluruh pendapatan anggota keluarga.Pendapatan ini diperoleh
dari suami, istri, anak, atau anggota keluarga lain baik pendapatan utama maupun
tambahan. Berdasarkan sumber pendapatan keluarga, suami memberikan
kontribusi pendapatan paling besar (79.0%). Hal ini berkaitan dengan tugas suami
sebagai pencari nafkah utama atau main breadwinner (Peck 1993 dalam Yohnson
2004). Sementara rata-rata istri memberikan kontribusi sebesar 20.9 persen.
Pendapatan keluarga petani berkisar antara Rp300 000-Rp4 100000
dengan rata-rata pendapatan keluarga sebesar Rp1 833 115 per bulan dan rata-rata
pendapatan per kapita sebesar Rp338 825 per bulan. Salah satu indikator
kemiskinan yang digunakan untuk menentukan garis batas kemiskinan adalah
pendapatan per kapita (Sumodiningrat et al. 2005 dalam Sofiarrahmi (2012). Jika
mengacu pada Garis Kemiskinan IndonesiaMaret tahun 2013 di pedesaan sebesar
Rp253 273 per kapita per bulan, lebih dari separuh keluarga petani (52.8%) berada
pada kategori miskin dengan pendapatan per kapita di bawah Rp253 273dan
sebanyak 47.1 persen berada pada kategori tidak miskin dengan pendapatan per
kapita perbulan di atas Rp253 273.
Pengeluaran keluarga dan per kapita. Pengeluaran keluarga adalah
penjumlahan dari seluruh pengeluaran baik pangan maupun non pangan yang
dikeluarkan oleh rumah tangga selama satu bulan. Pengeluaran keluarga petani
berada pada selang Rp317000-Rp3067583 dengan rata-rata Rp1194623 dan

10
standar deviasi sebesar Rp554138 per bulan. Keluarga dengan pengeluaran tinggi
per bulan belum tentu memiliki pengeluaran per kapita yang tinggi. Hal ini
bergantung pada jumlah anggota keluarga atau tanggungan keluarga.Ukuran yang
bisa mencerminkan kondisi pengeluaran untuk seluruh anggota keluarga adalah
pengeluaran per kapita keluarga yaitu pengeluaran keluaga dibagi dengan jumlah
anggota keluarga.Rata-rata pengeluaran per kapita keluarga petani adalah sebesar
Rp277 615 per bulan.
Kondisi keuangan. Dalam pengelolaan keuangan keluarga yang baik
idealnya pendapatan lebih tinggi daripada pengeluaran, sehingga keluarga bisa
leluasa dalam mengelola keuangan. Ada tiga kondisi keuangan dalam mengelola
keuangan keluarga yaitu kondisi surplus, break even, dan defisit. Kondisi
keuangan surplus terjadi pada saat pendapatan keluarga lebih tinggi dari pada
pengeluaran, sehingga keuangan keluarga berada pada posisi aman. Kondisi break
even terjadi pada saat besarnya pendapatan sama dengan pengeluaran atau saldo
sama dengan nol. Kondisi defisit terjadi pada saat pendapatan lebih rendah
daripada pengeluaran. Kondisi ini harus segera diatasi dengan menambah
pendapatan, penjualan aset, penghematan, atau meminta bantuan kepada orang
lain. Tabel 2 menunjukkan bahwa lebih dari separuh keluarga petani (52.9%)
berada pada kondisi keuangan yang surplus dan 47.1 persen berada pada kondisi
keuangan defisit.
Tabel 2 Sebaran keluarga petani berdasarkan kondisi keuangan keluarga
Kondisi Keuangan
Surplus
Defisit
Total

n
23
10
33

Petani pemilik
%
69.7
30.3
100.0

Non pemilik
n
%
14
37.8
23
62.2
37
100.0

Total
n
37
33
70

%
52.9
47.1
100.0

Kepemilikan jenis aset. Aset merupakan sumberdaya materi yang
dimiliki dan bernilai ekonomi. Pada penelitian ini jenis aset dilihat dari
kepemilikan rumah, alat transportasi, ternak, alat elektronik, alat rumah tangga,
mebel, lahan pertanian, dan barang berharga lainnya. Lebih dari tiga perempat
keluarga petani telah memiliki rumah sendiri (81.4%), sedangkan sisanya (18.6%)
masih tinggal bersama orangtuanya.
Alat transportasi yang paling banyak dimiliki keluarga petani adalah motor
(40.0%). Sebesar 1.4 persen keluarga petani memiliki mobil pick up merupakan
yang digunakan untuk mengangkut sayuran yang siap dipasarkan. Pada jenis aset
dalam bentuk ternak, ayam merupakan ternak yang paling banyak dimiliki oleh
keluarga petani karena pemeliharaan dan pemanfaatan ayam yang tergolong
mudah (28.6%). Pada jenis aset barang elektronik, televisi merupakan barang
paling banyak dimiliki keluarga petani yang menjadi salah satu hiburan keluarga
yang bisa dinikmati bersama (95.7%). Pada jenis aset alat rumah tangga, kompor
gas menjadi barang yang paling banyak dimiliki keluarga petani (84.3%). Hal
tersebut dapat dipahami terkait dengan adanya program yang sedang digalakan
pemerintah mengenai konversi minyak tanah ke gas LPG.
Pada jenis aset mebel, tempat tidur merupakan jenis mebel yang paling
banyak dimiliki oleh keluarga petani (91.4%). Hal tersebut dapat dipahami karena
tempat tidur merupakan kebutuhan primer bagi keluarga. Selain tempat tinggal,
barang berharga lain yang dimiliki keluarga petani adalah sawah (4.3%), ladang

11
(47.1%), dan empang (2.9%). Sementara itu, 15.7 persen keluarga petani memiliki
barang berharga lain berupa emas. Hampir satu pertiga keluarga petani (31.4%)
memiliki jumlah jenis aset kurang dari 10 jenis, lebih dari separuh memiliki
jumlah jenis aset 10-20 jenis, dan sisanya memiliki jumlah jenis aset lebih dari 20
jenis. Sebaran keluarga berdasarkan karakteristik keluarga disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Sebaran keluarga petani berdasarkan karakteristik keluarga
Variabel
Usia suami (tahun)
Usia istri (tahun)
Pendidikan suami (tahun)
Pendidikan istri (tahun)
Besar keluarga (orang)
Pendapatan keluarga (Rp/bulan)
Pendapatan per kapita (Rp/bulan)
Pengeluaran keluarga (Rp/bulan)
Pengeluaran perkapita (Rp/bulan)
Jumlah aset (jenis)

Min
25
18
0
0
2
300 000
108 333
317 000
101 933
2

Maks
75
63
9
9
8
4 100 000
1 366 667
3 067 583
613 517
25

Rata-rata
45.2
38.5
4.7
4.0
4.4
1 400 729
338 825
1 194 623
277 615
13.1

Std.
13.9
11.2
2.3
2.3
1.4
1 034 956
241 744
554 138.9
116 663.6
5.2

Manajemen Keuangan Keluarga
Manajemen merupakan suatu bentuk yang dimulai dari perencanaan, dan
pelaksanaan penggunaan sumberdaya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang
diinginkan (Deacon dan Firebaugh 1988). Tujuan dari manajemen keuangan
keluarga adalah menggunakan sumbedaya pribadi dan keuangan untuk
menghasilkan tingkat kepuasan hidup sehari-hari dan membangun cadangan
keuangan untuk memenuhi kebutuhan di masa depan dan saat mendadak.
Guhardja et al.(1992) menyatakan bahwa pada dasarnya usaha pemenuhan
keinginan dan kebutuhan setiap keluarga untuk mencapai tujuan keluarga,
sehingga perlu adanya manajemen keuangan yang baik dan efektif untuk
memanfaatkan sumberdaya uang yang terbatas. Menurut Puspitawati (2012) ada
tiga tahapan dalam manajemen keuangan keluarga, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi.
Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap pertama dalam manajemen keuangan,
karena merupakan langkah konkret yang pertama kali diambil dalam usaha
pencapaian tujuan keluarga yang kemudian dijadikan sebagai landasan dalam
pelaksanaan manajemen (Siagian 2005). Rata-rata perencanaan manajemen
keuangan keluarga petani tergolong kurang baik yaitu 38.5. Perencanaan yang
paling banyak dilakukan oleh keluarga petani adalah selalu melakukan diskusi
dengan anggota keluarga baik suami maupun anak dalam perencanaan keuangan
keluarga (58.6%). Memiliki anggaran tidak terduga merupakan hal yang penting
bagi keluarga petani untuk menghadapi masalah keuangan yang tiba-tiba muncul,
antara lain gagal panen, keluarga sakit, atau hal lainnya yang bersifat mendadak.
Namun demikian, hanya sebagian kecil keluarga petani yang memiliki anggaran
tersebut (4.3%).

12
Pelaksanaan
Menurut Deacon dan Firebaugh (1988) pelaksanaan merupakan tindakan
nyata yang dilakukan berdasarkan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Ratarata pelaksanaan manajemen keuangan keluarga petani tergolong kurang baik
yaitu 35.4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah keluarga
petani tidak pernah menabungkan uang sisa atau pendapatan tidak terduga
(51.4%) dan sebanyak 21.7 persen keluarga petani selalu mengalami kesulitan
dalam mengelola keuangan. Mencatat pengeluaran akan membantu memahami
apa yang sudah dilakukan terhadap uang yang dimiliki dan membantu mengontrol
pengeluaran keuangan keluarga. Hampir seluruh (95.7%) dari keluarga petani
tidak pernah mencatat setiap pengeluaran atau penggunaan uang yang mereka
miliki.
Monitoringdan Evaluasi
Gross dan Crandall (1963) menyatakan bahwa evaluasi dalam
menggunakan uang tidak kalah penting dibandingkan dengan perencanaan dan
pelaksanaan, karena dalam tahap ini tidak hanya memutuskan keberhasilan
dariperencanaan dan pelaksanaan melainkan juga mengukur kepuasan yang
dirasakan untuk mencapai tujuan. Rata-rata skor monitoring dan evaluasi
manajemen keuangan keluarga petani adalah 34.1.Secara keseluruhan keluarga
petani selalu melakukan diskusi untuk menyelesaikan masalah keuangan dengan
keluarga baik dengan suami maupun anak (37.1%). Lebih dari tiga perempat
keluarga petani (78.6%) tidak pernah mengubah perencanaan anggaran yang tidak
sesuai.Hal tersebut menjadi salah satu penyebab masih banyaknya keluarga petani
yang mengalami defisit atau kekurangan saat akhir bulan.
Secara keseluruhan dilihat dari perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring
dan evaluasi maka manajemen keuangan pada keluarga petani menunjukkan
bahwa lebih dari tiga perempat termasuk dalam kategori kurang baik (84.3%),
15.7 persen termasuk kategori cukup baik, dan tidak ada satupun keluarga berada
pada kategori baik.Sebaran keluarga berdasarkan manajemen keuangan keluarga
disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Sebaran keluarga petani berdasarkan manajemen keuangan keluarga
Manajemen keuangan keluarga
Perencanaan
Pelaksanaan
Monitoringdan Evaluasi
Total manajemen keuangan

Kurang Baik
(75.00)
0.0
0.0
0.0
0.0

Rata-rata
Index
38.5
35.4
34.1
36.0

Perilaku Menabung
Kegiatan Menabung
Tabel 5 menunjukkan bahwa secara keseluruhan dari keluarga petani ratarata melakukan kegiatan menabung (71.4%) dan sisanya tidak melakukan kegiatan
menabung (28.6%). Sebagian besar keluarga yang tidak menabungseringkali
karena merasa uang yang didapat setiap panen tidak cukup untuk menabung.

13
Tabel 5 Sebaran keluarga petani berdasarkan kegiatan menabung
Kegiatan menabung
Menabung
Tidak menabung
Total

n
26
7
33

Petani pemilik
%
78.9
21.1
100.0

Non pemilik
n
%
24
64.9
13
35.1
37
100.0

Total
n
50
20
70

%
71.4
28.6
100.0

Tempat dan Alasan Memilih Tempat Menabung
Terdapat beberapa pilihan tempat yang tersedia untuk menabung pada
keluarga petani yaitu lembaga keuangan formal dan non formal. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa secara sebagian besar keluarga petani baik pemilik
maupun non pemilik menabung pada lembaga keuangan non formal.Tabel 6
menunjukkan bahwa proporsi terbanyak tempat menabung keluarga petani adalah
arisan (48.0%) dengan alasan tidak repot karna biasanya uang arisan di ambil ke
rumah responden yang mengikuti arisan dan sekolah anak (48.0%) dengan alasan
seringkali tidak terasa harus mengeluarkan uang karena biasanya uang yang
dikeluarkan dalam jumlah yang sedikit. Beberapa keluarga petani yang menabung
dalam bentuk uang, sebesar 15.7 persen memiliki tabungan dalam bentuk emas
dengan rata-rata 20 gram per keluarga.
Tabel 6 Sebaran keluarga petani berdasarkan tempat dan alasan pemilihan tempat
menabung
Tempat menabung
a. Lembaga keuangan
formal
- Bank
- PNPM
- Baitul maal
b. Lembaga keuangan
non formal
- Arisan

Petani
pemilik
n
%

Non
pemilik
n
%

n

%

2
5

7.6
19.2

2
4

8.3
16.6

2
2
9

4.0
4.0
18.0

Lebih aman
Diajak saudara
Mudah dijangkau

11

42.3

13

54.1

24

48.0

Tidak repot karena
uang diambil ke
rumah
Tidak ada beban karena
bisa menabung kapan saja
sehingga tidak
memberatkan
Tidak terasa harus
mengeluarkan uang
Sambil menghadiri
pengajian

Total

Alasan

-

Tabungan di
rumah

14

53.8

5

20.8

19

38.0

-

Sekolah anak

13

50.0

11

45.8

24

48.0

-

Pengajian

2

6.0

-

-

2

6.0

Intensitas dan Frekuensi Menabung
Tabel 7 menunjukkan intensitas menabung keluarga petani.Hasilnya
menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden yang menabung tidak semuanya
rutin menabung. Lebih dari tiga perempat (88.0%) rutin menabung dan sisanya
(12.0%) tidak rutin dalam menabung. Frekuensi menabung baik petani pemilik
maupun petani non pemilik paling banyak dilakukan setiap hari yangpada
umumnya menabung di sekolah anaknya.Sementara, keluarga petani yang
menabung setiap minggu umumnya menabung di baitul maal dan keluarga petani
yang menabung setiap bulan umumnya menabung di tempat arisan.Sebaran
keluarga berdasarkan intensitas dan frekuensi menabung bisa dilihat pada Tabel 7.

14
Tabel 7 Sebaran keluarga petani berdasarkan intensitas dan frekuensi menabung
Intensitas dan frekuensi
menabung
Intensitas
Rutin
Tidak rutin
Frekuensi
Setiap hari
Setiap minggu
Setiap bulan
Setiap panen
Tidak tentu

n

Petani pemilik
%

n

24
2

92.3
7.7

20
4

14
9
13
1
8

53.8
34.6
50.0
3.8
30.7

10
5
7
1
4

Non pemilik
%

Total
n

%

83.3
16.7

44
6

88.0
12.0

41.6
20.8
29.1
4.1
16.6

24
14
20
2
12

48.0
28.0
40.0
4.0
24.0

Besar Tabungan
Rata-rata jumlah uang yang ditabungkan oleh keluarga petani cukup
beragam. Keluarga petani yang menabung setiap hari rata-rata menabung sebesar
Rp7 654 per hari. Sebesar 20.0 persen keluarga petani yang menabung setiap
minggu rata-rata menabung sebesar Rp46 909 per minggu. Sementara, keluarga
petani yang menabung setiap bulan rata-rata menabung sebesar Rp175 857 per
bulandan keluarga petani yang menabung setiap musim panen rata-rata menabung
sebesar Rp100 000 per panen. Tabel 8 menunjukkan bahwa besar tabungan
keluarga petani pada setiap bulan berada pada kisaran Rp15 000-Rp1 780 000
dengan rata-rata Rp137 214. Besar tabungan yang dimiliki keluarga petani setiap
bulan paling banyak adalah kurang dari Rp100 000.
Tabel 8 Sebaran keluarga petani berdasarkan besar tabungan
Besar tabungan
(Rp/bulan)
< Rp100 000
Rp100 001-Rp200 000
Rp200 001-Rp300 000
Rp300 001-Rp400 000
>Rp400 000
Total
Min-Max (Rp)
Rataan ± Std

Petani pemilik
n
%
6
23.0
5
19.2
8
30.8
0.0
7
27.0
26
100.0
40 000-1 780 000
168 212±326 987

Non pemilik
n
%
13
54.2
7
29.3
1
4.1
1
4.1
2
8.3
24
100.0
15 000-850 000
109 567±208 203

Total
n
%
19
38.0
12
24.0
9
18.0
1
2.0
9
18.0
50
100.0
15 000-1 780 000
137 214 ± 107 121.0

Keluarga petani yang menabung di bank rata-rata memiliki jumlah
tabungan sebesar Rp550 000 per bulan, PNPM sebesar Rp50 000 per bulan, baitul
maal sebesar Rp71 111 per bulan, arisan sebesar Rp113 875 per bulan, sekolah
anak sebesar Rp780 000 per bulan, dan pengajian sebesar Rp60 000 per bulan.
Sebaran besar tabungan keluarga petani berdasarkan tempat menabung bisa dilihat
pada Tabel 9.

15
Tabel 9 Sebaran besar tabungan keluarga petani berdasarkan tempat menabung
Tempat
menabung
Min
a. Lembaga keuangan
formal
- Bank
100 000
- PNPM
- Baitul maal
40 000
b. Lembaga keuangan
non formal
- Arisan
100 000
- Tabungan di
45 000
rumah
- Sekolah anak
52 000
- Pengajian
20 000

Petani pemilik
Max
Rataan±SD

Non pemilik
Max
Rataan±SD

Min

1 000 000
160 000

550 000±636 400.2
71 111±43 716.6

40 000
4 000

50 000 45 000±17 071.1
80 000 26 000±14 670.6

500 000
600 000

113 875±132 108.5
278 000 124 236.3

30 000
30 000

150 000 37 000±25 900.5
150 000 35 000±28 000.8

780 000
80 000

114 173±206 934.1
50 000±17 149.7

26 000
-

130 000 64 387±55 865.7
-

Tujuan Menabung
Tabel 10 menunjukkan motif atau tujuan menabung pada keluarga petani
yang beragam. Tujuan menabung yang paling banyak dipilih baik oleh keluarga
petani adalah mengantisipasi kejadian tidak terprediksi (64.0%). Hal tersebut bisa
dipahami mengingat dalam usaha pertanian kejadian seperti gagal panen dan
bencana alam merupakan hal yang sulit diprediksi, jika tidak memiliki antisipasi
maka akan menimbulkan masalah dalam keluarga petani ketika hal tersebut
terjadi. Tujuan menabung tebanyak kedua yang dipilih keluarga petani pemilik
adalah untuk biaya pendidikan anak (54.0%). Hal tersebut bisa dipahami
mengingat pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan.Sementara,
tujuan menabung terbanyak kedua yang dipilih keluarga petani non pemilik adalah
untuk biaya hidup saat bukan musim panen.
Tabel 10 Sebaran keluarga petani berdasarkan tujuan menabung
Tujuan menabung
a.

b.

c.

d.
e.

f.

Motif berjaga-jaga
Mengantisipasi kejadian
tidak terprediksi
Biaya hidup saat bukan
musim panen
Motif siklus kehidupan (untuk
masa depan atau pensiun)
Simpanan untuk hari tua
Motif untuk meningkatkan taraf
hidup
Biaya pendidikan anak
Membeli aset
Motif warisan
Motif mengumpulkan modal
untuk membuka usaha
Memulai usaha baru
Lainnya
Biaya rekreasi
Keperluan musim tanam
selanjutnya
Biaya pernikahan anak

Petani pemilik
n
%

n

Non pemilik
%

Total
n

%

19

57.5

13

35.1

32

64.0

9

27.3

11

29.7

20

40.0

3

9.0

1

2.7

4

8.0

17
1
2

51.5
3.0
6.0

10
2

27.0
5.4

27
1
4

54.0
2.0
8.0

2

6.0

-

-

2

4.0

3
8

9.0
24.2

7

18.9

3
15

6.0
30.0

-

-

1

2.7

1

2.0

16
Analisis Antar Variabel
Hubungan Manajemen Keuangan Keluarga dengan Perilaku Menabung
Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa Chi-Square hitung lebih besar
dari pada Chi-Square tabel (5.220>3.841) dengan nilai p=0.022, artinya ada
hubungan antara manajemen keuangan dengan kegiatan menabung yang
dilakukan keluarga petani. Tabel 11 menunjukkan bahwa dari sebagian keluarga
petani yang tidak melakukan kegiatan menabungmerupakan keluarga petani yang
cenderung memiliki manajemen keuangan kurang baik dan sebagian besar
keluarga yang melakukan kegiatan menabung merupakan keluarga dengan
manajemen keuangan cukup baik.
Tabel 11 Hubungan manajemen keuangan keluarga dengan perilaku menabung
Manajemen keuangan
Kurang baik
Cukup baik
Total

n
13
7
20

Kegiatan menabung
Tidak
Ya
%
n
%
65.0
15
30.0
35.0
35
70.0
100.0
50
100.0

Total
n
28
42
70

%
40.0
60.0
100.0

Pengaruh Karakteristik Keluarga terhadap Manajemen Keuangan Keluarga
Faktor yang memengaruhi manajemen keuangan keluarga diketahui dari
hasil uji regresi linear berganda. Uji regresi karakteristik keluarga terhadap
manajemen keuangan keluarga memiliki nilai adjusted R square sebesar 0.303.
Artinya, model dapat menjelaskan variabel yang berpengaruh terhadap
manajemen keuangan sebesar 30.3 persen, sedangkan sisanya (69.7%) dijelaskan
variabel lain yang tidak diteliti.
Hasil penelitian pada Tabel 12 menunjukkan bahwa besar keluarga (β=2.167, p=0.006) berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen keuangan
keluarga. Artinya, semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin rendah
kemampuan keluarga dalam mengelola keuangan keluarga. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fajrin (2011) yang mengungkapkan bahwa tedapat
hubungan negatif dan nyata antara besar keluarga dengan manajemen keuangan
keluarga.
Jumlah jenis aset (β=0.581, p=0.031) berpengaruh positif signifikan
terhadap manajemen keuangan keluarga. Artinya, semakin tinggi jumlah jenis aset
keluarga maka akan meningkatkan manajemen keuangan keluarga. Sementara itu,
pendapatan keluarga (β=0.581, p=0.030) berpengaruh positif signifikan terhadap
manajemen keuangan keluarga. Artinya, semakin tinggi pendapatan keluarga
maka akan meningkatkan manajemen keuangan keluarga. Hal ini sejalan dengan
penelitian Alabi, Ogbimi, dan Soyebo (2006) yang menunjukkan bahwa
pendapatan keluarga berpengaruh positif dan nyata terhadap manajemen keuangan
keluarga.
Usia istri tidak memiliki pengaruh nyata dengan manajemen keuangan
keluarga, namun memiliki arah yang negatif. Artinya, semakin tinggi usia istri
maka manajemen keuangan keluarga semakin rendah. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Fajrin (2011) yang menyatakan bahwa usia istri
memiliki hubungan negatif signifikan den