Pengaruh Persepsi dan Pengetahuan terhadap Perilaku Pembelian Perhiasan Emas pada Keluarga Petani

PENGARUH PERSEPSI DAN PENGETAHUAN TERHADAP
PERILAKU PEMBELIAN PERHIASAN EMAS PADA
KELUARGA PETANI

RIKI FAUZI SOMANTRI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Persepsi dan
Pengetahuan terhadap Perilaku Pembelian Perhiasan Emas pada Keluaraga Petani
adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Riki Fauzi Somantri
NIM I24090040

ABSTRAK
RIKI FAUZI SOMANTRI. Pengaruh Persepsi dan Pengetahuan terhadap Perilaku
Pembelian Perhiasan Emas pada Keluarga Petani. Dibimbing oleh LILIK NOOR
YULIATI.
Emas merupakan salah satu kelompok logam mulia yang memilki nilai
tinggi. Pada umumnya perhiasan emas merupakan salah satu bentuk simpanan
berupa tabungan serta memilki likuiditas tinggi . Penelitian ini bertujuan untuk
melihat pengaruh persepsi dan pengetahuan terhadap perilaku pembelian
konsumen terhadap perhiasan emas. Contoh pada penelitian ini sebanyak 65 orang.
Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa usia contoh termasuk dalam kategori dewasa madya dengan
lama pendidikan contoh berkisar pada rentang kurang dari enam tahun, dan besar
keluarga rata-rata termasuk kategori keluarga kecil. Hampir Seluruh contoh
(93.8%) memilki persepsi yang baik terhadap perhiasan emas sebagai tabungan,

sedangkan sebesar (55.4%) memilki persepsi yang baik pula terhadap perhiasan
emas sebagai fashion. Sebesar (72.3%) sampel memiliki pengetahuan yang baik
tentang perhiasan emas dan (55%) contoh pernah melakukan pembelian perhiasan
emas. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa persepsi sebagai tabungan dan total
aset memliki pengaruh yang signifikan terhadap fekuensi pembelian emas, dan
total aset yang dimiliki keluarga memiliki pengaruh terhadap berat perhiasan emas
yang dibeli.
Kata kunci: persepsi, pengetahuan, perilaku pembelian emas.

ABSTRACT
Riki Fauzi Somantri. The Influence of Perception and Knowledge for the Buying
Behavior of Gold Jewelery on Family Farmers supervised by LILIK NOOR
YULIATI.
Gold is a precious metal and include to pure metal groups which has a
high value. Generally, gold jewelry is a form of savings deposits and have the
high liquidity. The aim of this study is to know the influence of consumer
perception and knowledge towards purchase behavior on gold. This research used
65 samples. All samples in this research are 65 people. Data were collected
through interviews using questionnaires. The results showed that sample’s age
included in the category of middle adulthood with educational range of each

sample less than six years, and due to family size those family include to small
family category. According to analysis data (93.8%) have a good perception of the
gold jewelery and (55.4%) have a good perceptions of gold jewelry. There are
(72.3%) samples have a good knowledge about gold and jewelry (55%) instances
ever made a purchase of gold jewelry. Due to regression test results show that the
perception of a savings and total assets possess significant influence on purchase
frequence of buying gold as saving, and the total assets of the family had an
influence on the weight of gold jewelry is purchased by them.
Keywords: gold purchase behavior, knowledge, perception

PENGARUH PERSEPSI DAN PENGETAHUAN TERHADAP
PERILAKU PEMBELIAN PERHIASAN EMAS PADA
KELUARGA PETANI

RIKI FAUZI SOMANTRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pengaruh Persepsi dan Pengetahuan terhadap Perilaku Pembelian
Perhiasan Emas pada Keluarga Petani
Nama
: Riki Fauzi Somantri
NIM
: I24090040

Disetujui oleh

Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, M.FSA
Pembimbing


Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi: Pengaruh Persepsi dan Pengetahuan terhadap Perilaku Pembelian
Perhiasan Emas pada Keluarga Petani
Nama
: Riki Fauzi Somantri
niセ@
: 124090040

Disetujui oleh

Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati,
Pembimbing

Tanggal Lulus:


2

1 MAR 201 4

セNfsa@

PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Tidak lupa shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
sehingga selalu tercurah syafaatnya kepada penulis. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilakukan sejak bulan Oktober 2013 sampai November 2013 ini
ialah faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pembelian perhiasan emas.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah membimbing, memberi saran, dorongan, dan semangat.
2. Megawati Simanjuntak, SP, M.Si selaku dosen moderator pada saat seminar
hasil penelitian.
3. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc dan Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.sc selaku dosen penguji

sidang skripsi yang telah memberikan saran bermanfaat demi penyempurnaan
skripsi ini.
4. Ir. Melly Latifah M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang banyak
memberikan bimbingan dan motivasi.
5. Pihak seluruh pengurus perangkat desa dan warga yang menjadi contoh di
Desa Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor atas waktu dan
kerjasamanya.
6. Orang tua penulis Bapak H. Asep Dedi Somantri dan Ibu Hj Nurhayati
Al’nurliansyah S.pd, MM. Kakak penulis Desi Kurnia S.H dan Adik penulis
Winy Fuji Astuti atas doa dan dukungan yang sangat besar dalam proses
penyelesaian Skripsi ini.
7. Keluarga besar Bapak Suherman yang telah memberikan tempat tinggal
kepada penulis selama penelitian di Desa Ciburayut
8. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh teman dekat
penulis, Eka Istikhomah, Novya Azhari, Rahmi Damayanti, Susanti
Kartikasari, Jajang Somantri, Fahmi Dini Hanifa, Chan-chan, Ade Suherman
dan teman- teman IKK 46 telah memberikan dukungan dan semangat selama
proses penyusunan Skripsi ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
9. Teman-teman kosan Pondok Sahabat suka senang kita hadapi bersama.

Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan dari hati yang tulus dan
ikhlas. Semoga penelitian ini dapat memberi manfaat bagi banyak orang.

Bogor, Maret 2014
Riki Fauzi Somantri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

3

Manfaat Penelitian

4

KERANGKA PEMIKIRAN

4

METODE


5

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

6

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

6

Definisi Operasional
HASIL DAN PEMBAHASAN

10
10


Hasil

10

Pembahasan

22

SIMPULAN DAN SARAN

25

Simpulan

25

Saran

26

DAFTAR PUSTAKA

27

LAMPIRAN

30

RIWAYAT HIDUP

31

DAFTAR TABEL
1 Nilai Validitas dan Realibilitas Instrument
7
2 Variabel penelitian skala data. dan kategori pengelompokan
9
3 Sebaran contoh berdasarkan usia.
11
4 Sebaran contoh berdasarkan lama pendidikan
12
5 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan
12
6 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga
13
7 Sebaran contoh berdasarkan kategori keluarga miskin dan tidak miskin
13
8 Sebaran contoh berdasarkan kepemilikan jenis aset
14
9 Sebaran contoh berdasarkan persepsi perhiasan emas sebagai tabungan dan
persepsi perhiasan emas sebagai fashion
15
10 Sebaran contoh Menurut Perbedaan antara persepsi sebagai tabungan dan
persepsi sebagai fashion
17
11Sebaran contoh berdasarkan jawaban benar terhadap pernyataan pengetahuan
perhiasan emas
17
12 Sebaran contoh menurut pengetahuan tentang perhiasan emas
18
13 Sebaran contoh berdasarkan perilaku pembelian perhiasan emas
18
14 Sebaran contoh menurut frekuensi pembelian dan penjualan perhiasan emas 19
15 Sebaran contoh berdasarkanjenis perhiasan emas yang dibeli
20
16 Sebaran contoh berdasarkan berat perhiasn emas yang dibeli dan dijual
20
17 Sebaran contoh menurut alasan pembelian perhiasan emas
20
18 Sebaran hasil uji chi-square Persepsi dan pengetahuan contoh (n= 65)
21
19 Faktor- faktor yang memengaruhi terhadap Frekuensi pembelian dan berat
perhiasan emas yang di beli
22

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran persepsi. pengetahuan.dan perilaku pembelian perhiasan
emas
5

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji hubungan antar variabel penelitian
2 Sebaran pengeluaran pembelian dan penjualan perhiasan emas
3 Dokumentasi
4 Peta Desa Ciburayut

29
29
29
30

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemasaran berkembang dengan pesat dan memahami perilaku konsumen
menjadi salah satu strategi dalam keberhasilan memasarkan produk.
Menghasilkan suatu produk yang diinginkan konsumen akan mengefisiensikan
kegiatan pemasaran. Melalui pemahaman perilaku konsumen akan diperoleh
informasi bagaimana konsumen mengembangkan sejumlah alternatif dalam
pembeliannya. Informasi ini akan menjadi fokus kegiatan pemasaran untuk
mendesain produk, harga, bauran promosi, distribusi sampai dengan sistem
pelayanan sesuai dengan yang diperlihatkan konsumen melalui perilakunya.
Dengan demikian konsumen akan mengembangkan sejumlah alternatif untuk
sampai kepada keputusan membeli atau tidak membeli suatu produk.
Oktavia (2009) menyatakan salah satu produk yang sedang trend di tahun
2009 adalah emas. Emas adalah salah satu logam mulia yang bernilai tinggi.
Menurut Oktavia (2009) secara teori, emas adalah campuran emas dengan logam
lain seperti nikel (Ni), perak (Ag), palladium (Pd), platinum (Pt), maupun rhodium
(Rh), selain itu emas menduduki peringkat kedua setelah berlian. Disamping
sebagai alternatif tabungan menggunakan emas dianggap lebih fresh, elegan dan
tidak mencolok. Ritonga (2011) menyatakan persyaratan mutu yang telah
tercantum dalam SNI 13-3487-1995, barang-barang emas kadarnya sudah
disetarakan antara karat dengan persen dan sudah mencantumkan tingkat
kemurnian namun titik beratnya masih kepada kadar emas yang dinyatakan dalam
karat. Sedang persyaratan mutu pada SNI, barang-barang emas tahun 2005 hanya
mencantumkan kadar (%) dan karatnya saja, belum mencantumkan tingkat
kemurnian yang dipersyaratkan.
Berdasarkan data yang dikumpulkan secara rutin oleh World Gold Council
(WGC) atau Dewan Emas Dunia, permintaan emas di seluruh dunia untuk
kebutuhan perhiasan telah mengalami penurunan terus-menerus dari 3,204 ton
pada tahun 2000, menjadi 1,747 ton pada tahun 2009 (turun 45%). Sedangkan
pada triwulan pertama tahun 2013, Jason Toussaint, CEO World Gold Trust
Services (WGTS) mengungkapkan bahwa terdapat kenaikan pertama dalam
permintaan perhiasan emas di pasar AS dalam tujuh tahun. Jumlah permintaan
perhiasan (naik 12%) pada triwulan pertama 2013 dibandingkan dengan waktu
yang sama tahun lalu. Umumnya, kaum perempuan di Indonesia menggunakan
emas sebagai perhiasan. Perhiasan emas adalah perhiasan dalam bentuk apapun
yang sebagian atau seluruh bahannya terbuat dari emas, termasuk yang dilengkapi
dengan batu permata dan atau bahan lain yang melekat pada perhiasan tersebut
(Departemen Pajak, 2013).
Ritonga (2012) menyatakan bahwa perhiasan-perhiasan yang diproduksi
dan dipasarkan terbuat dari berbagai macam bahan seperti emas, perak, dan lainlain. Dari semua produk perhiasan yang dipasarkan, perhiasan emas merupakan
salah satu perhiasan yang penjualannya sangat sensitif, Ritonga (2012)
menyatakan bahwa sensitifnya harga jual perhiasan emas dikarenakan harga
material utamanya yaitu emas murni sangat tergantung pada faktor-faktor lain
seperti nilai tukar mata uang.

2
Perhiasan emas bagi sebagian besar perempuan memiliki fungsi yang
berbeda, selain untuk mempercantik penampilan, perhiasan emas juga
memberikan kepercayaan diri sekaligus menunjukkan kelas sosial tertentu bagi
pemakainya (Ritonga 2012). Keinginan akan perhiasan emas cenderung mengikuti
trend yang sedang berkembang. Perhiasan emas juga dapat digunakan sebagai
alternatif tabungan. Selain itu, perhiasan emas juga dapat digunakan sebagai
fashion sejalan dengan penelitian Oktavia (2009) menyatakan bahwa dimana
dalam keputusan pembelian saat ini harga bukan menjadi pertimbangan utama
namun prestise, kenyaman, dan penerimaan lingkungan menjadi pendorong kuat
dalam pertimbangan pembelian. Perhiasan yang ditawarkan produsen semakin
beragam dan memunculkan keinginan yang juga semakin beragam.
Saat ini perhiasan emas tidak hanya digunakan oleh masyarakat kelas
ekonomi menengah ke atas saja, masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah
pun sering menggunakan perhiasan emas sebagai alternatif tabungan. Salah satu
kelompok masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah yang gemar
mengonsumsi perhiasan emas adalah petani. Petani menurut Sajogyo (1981)
mengusahakan lahan pertaniannya dengan tujuan memperoleh penghasilan.
Berdasarkan hasil survey harga konsumen perdesaan 2011 (BPS 2013), rata-rata
penghasilan petani nasional pada Maret 2011 sebesar Rp 40 002.00, sedangkan
pada April 2011 sebesar Rp 40 082.00 perhari, artinya penghasilan harian yang
diterima petani naik 0.2 persen dari bulan Maret ke bulan April. Penghasilan
petani pada Maret 2012 sebesar Rp28 607.00, pada April 2012 sebesar Rp 28
579.00, artinya daya beli petani mengalami penurunan sebesar 0.1 persen secara
nasional. Akan tetapi pada November 2012, penghasilan petani naik 0.36 persen
menjadi sebesar Rp 40 761.00 dibanding penghasilan nominal bulan sebelumnya.
Keluarga petani umumnya menggunakan perhiasan emas sebagai tabungan.
Menabung merupakan suatu kegiatan dimana sumberdaya pada masa sekarang
menghasilkan kepuasan di masa mendatang (Bryant dan Zick, 2006). Kartikasari
(2013) menyatakan bahwa keluarga petani memiliki tabungan dalam bentuk
perhiasan emas dengan rata-rata 20 gram per keluarga. Oleh karena itu, membeli
perhiasan emas merupakan salah satu bentuk alasan yang nyata untuk menghadapi
musim paceklik akibat berkurangnya pendapatan. Pada saat paceklik, petani
menjual perhiasan emas sebagai mekanisme strategi koping. Menurut McCubbin
dan Peterson (1980) dalam Herawati (2011), strategi koping merupakan suatu
bentuk upaya yang dilakukan oleh keluarga untuk mencapai tingkat kesimbangan
serta bentuk penyesuaian terhadap krisis yang dihadapi keluarga.
Naiknya jumlah permintaan emas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya adalah persepsi masyarakat. Lestari (2012) menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi dengan perilaku pembelian,
khususnya dalam frekuensi pembelian. Menurut Sumarwan (2011), persepsi
adalah bentuk tiga tahapan seorang konsumen dalam pengolahan informasi yang
diterima. Ketiga tahapan itu adalah pemaparan, perhatian dan pemahaman.
Persepsi seorang konsumen dalam konteks pemasaran dapat berupa persepsi
produk, persepsi merek, dan persepsi pelayanan. Faktor lain yang ada
hubungannya dengan keluarga untuk menggunakan perhiasan emas adalah
pengetahuan. Pengetahuan ini berasal dari paparan informasi yang diberikan oleh
berbagai sumber informasi yang ada.

3
Engel, Blackwell, & Miniard (1995) Pengetahuan secara umum merupakan
segala bentuk cerita informasi yang diingat oleh seseorang. Namun apabila
informasi tersebut terkait dengan produk dan jasa, serta dengan segala fungsinya,
maka hal itu disebut dengan pengetahuan konsumen. Andersen (1995) juga
menyatakan peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan
perilaku seseorang.
Keluarga petani dalam penelitian ini adalah petani di Desa Ciburayut.
Wilayah ini merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Cigombong,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 348.787 ha. Berdasarkan profil
desa, wilayah Desa Ciburayut memiliki areal persawahan dengan luas sebesar 100
Ha. Petani di sebagian besar wilayah Desa Ciburayut pernah melakukan
pembelian perhiasan emas untuk dijadikan tabungan. Oleh karena itu, pengaruh
persepsi sebagai tabungan maupun persepsi sebagai fashion dan pengetahuan
objektif terhadap perilaku pembelian perhiasan emas pada keluarga petani di Desa
Ciburayut menarik untuk diteliti.
Perumusan Masalah
Secara umum, perilaku pembelian dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti persepsi dan pengetahuan. Setiap konsumen akan memiliki persepsi dan
pengetahuan yang berbeda-beda terhadap perhiasan emas, seperti untuk
mempercantik penampilan perhiasan emas juga memberkan kepercayaan diri
sekaligus menunjukkan kelas sosial tertentu bagi pemakainya menurut Ritonga
(2012). Kelurga Petani melakukan pembelian perhiasan emas dengan alasan jika
ada kebutuhan yang mendesak dapat dijual kembali. Perhiasan emas merupakan
salah satu alternatif tabungan selain uang. Pada umumnya para keluarga petani
berkesempatan untuk membeli perhiasan emas saat musim panen tiba dan
menjualnya pada musim paceklik. Oleh karena itu, membeli perhiasan emas
merupakan salah satu bentuk alasan yang nyata untuk menghadapi musim
paceklik akibat berkurangnya pendapatan.
Oleh sebab itu, masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi tentang perhiasan emas sebagai tabungan maupun
sebagai fashion bagi orang yang mengambil keputusan pembelian pada
keluarga petani?
2. Bagaimana pengetahuan objektif tentang perhiasan emas sebagai produk bagi
orang yang mengambil keputusan pembelian pada keluarga petani?
3. Bagaimana perilaku pembelian perhiasan emas pada keluarga petani?
4. Bagaimana pengaruh persepsi sebagai tabungan maupun sebagai fashion dan
pengetahuan terhadap perilaku pembelian perhiasan emas pada keluarga
petani?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi
dan pengetahuan terhadap perilaku pembelian perhiasan emas pada keluarga
petani.

4
Tujuan Khusus
1. Menganalisis persepsi tentang perhiasan emas baik sebagai tabungan maupun
sebagai fashion bagi orang yang mengambil keputusan pembelian pada
keluarga petani.
2. Menganalisis pengetahuan objektif tentang perhiasan emas bagi orang yang
mengambil keputusan pembelian pada keluarga petani.
3. Menganalisis perilaku pembelian emas pada keluargapetani.
4. Menganalisis pengaruh persepsi sebagai tabungan maupun persepsi sebagai
fashion dan pengetahuan objektif terhadap perilaku pembelian perhiasan emas
pada keluarga petani.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap
konsumen sebagai bahan pertimbangan sebelum membeli perhiasan emas.
Demikian halnya untuk institusi pendidikan, penelitian ini dapat memperkaya
referensi yang berkaitan dengan ilmu konsumen, khususnya dalam topik mengenai
persepsi pengetahuan, dan perilaku pembelian perhiasan emas pada keluarga
petani. Manfaat penelitian ini tidak terlepas bagi penulis sendiri, antara lain
sebagai sarana mengembangkan kompetensi dalam bidang ilmu konsumen serta
sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh untuk berkontribusi
kepada masyarakat. Hasil penelitian ini juga dapat digunakkan oleh pemerintah
dapat memberikan kontribusi dalam membuat kebijakan yang mendorong petani
untuk melakukan pembelian perhiasan emas sebagai tabungan .

KERANGKA PEMIKIRAN
Keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor
kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli (Kotler & Amstrong 1996).
Emas merupakan salah satu benda berharga dan berpotensi dijadikan sebagai
simpanan atau tabungan. Berbagai jenis emas diantaranya adalah emas batangan,
emas logam, dan perhiasan emas. Perhiasan emas merupakan salah satu perhiasan
yang penjualannya sangat sensitif, Ritonga (2012) menyatakan bahwa sensitifnya
harga jual perhiasan emas dikarenakan harga material utamanya yaitu emas murni
sangat tergantung pada faktor-faktor lain seperti nilai tukar mata uang. Persepsi
seseorang terhadap perhiasan emas dapat berbeda-beda bisa persepsi perhiasan
emas sebagai tabungan atau bisa juga persepsi perhiasan emas sebagai fashion,
karena keinginan atau kepercayaan konsumen terhadap atribut yang dimiliki
produk tersebut.
Persepsi konsumen akan berkembang menjadi pengetahuan konsumen.
Pengetahuan meliputi pengetahuan produk, pengetahuan pembelian dan
pengetahuan pemakaian (Engel, Blackwell, & Miniard, 1995). Pengetahuan
konsumen merupakan informasi yang dimiliki konsumen mengenai perhiasan
emas tersebut. Perhiasan emas memiliki peranan penting bagi kelompok petani
untuk dijadikan barang liquid di masa yang akan datang, karena perhiasan emas
satu-satunya barang yang hanya bisa dijualbelikan untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarganya pada musim paceklik.

5
Keluarga petani melakukan pembelian perhiasan emas untuk disimpan atau
sebagai alternatif tabungan dengan tujuan apabila dia membutuhkan dapat dijual
kembali. Kartikasari (2013) menyatakan bahwa keluarga petani memiliki
tabungan dalam bentuk perhiasan emas. Perilaku pembelian perhiasan emas dapat
dipengaruhi oleh karakteristik individu, karakteristik keluarga, persepsi konsumen,
dan pengetahuan konsumen mengenai perhiasan emas. Karakteristik individu
meliputi usia, lama pendidikan, dan pekerjaan. Selain itu, karakteristik keluarga
meliputi pendapatan perkapita, asset, dan besar keluarga. Jika seorang konsumen
memiliki persepsi dan pengetahuan yang baik, maka konsumen itu akan
melakukan pembelian secara selektif. Perilaku pembelian perhiasan emas diukur
dengan cara mengetahui jumlah frekuensi, jumlah gram emas yang dibeli. Secara
ringkas, kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar1.
Karakteristik individu
- Usia
- Lama pendidikan
- Pekerjaan

Karakteristik keluarga
- Jumlah pendapatan
- Asset
- Besar keluarga

Persepsi konsumen
Perhiasan emas sebagai
tabungan
- Perhiasan emas sebagai
fashion
-

Pengetahuan konsumen
tentang produk

Perilaku pembelian perhiasan emas
- Frekuensi pembelian
- Jumlah gram emas yang di
beli

Gambar 1 Kerangka pemikiran persepsi, pengetahuan,dan perilaku pembelian
perhiasan emas.

6

METODE
Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study yaitu penelitian
yang dilakukan pada periode waktu tertentu. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara menggunakan alat bantu kuesioner. Penelitian ini dilakukan di Desa
Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian dipilih
secara purposive dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan desa
dengan areal persawahan terluas. Berdasarkan profil desa, wilayah Desa
Ciburayut memiliki areal persawahan dengan luas sebesar 100 Ha. Selain itu
menurut penduduk setempat, warga Desa Ciburayut pernah melakukan
pembelian perhiasan emas. Pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober dan
November 2013.
.
Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga kelompok petani di Desa
Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Contoh dalam penelitian
ini adalah istri dari keluarga petani yang ikut dalam keanggotaan gabungan
Kelompok Tani (GAPOKTAN) di Desa Ciburayut. Metode pengambilan contoh
menggunakan probability sampling dengan teknik simple random sampling.
Penentuan jumlah sampel yang digunakan ditentukan dengan menggunakan rumus
Slovin (Bungin 2011), yaitu:
= 62,26
Keterangan :
n= jumlah contoh
N= populasi
d= Nilai presisi (ditentukan dalam penelitian ini sebesar 90% atau

0,1)

Berdasarkan data sekunder dari Desa Ciburayut di ketahui bahwa rumus
tersebut, maka batas minimal contoh yang diambil untuk merepresentatifkan
populasi adalah 62.26 atau di bulatkan menjadi 65 orang.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber utama (Umar
2003). Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada keluarga
petani yang menjadi contoh penelitian dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Data primer meliputi karakteristik individu (pendidikan, usia, dan pekerjaan),
karakteristik keluarga (pendapatan perkapita, kepemilikan aset, dan besar
keluarga), persepsi, pengetahuan, dan perilaku pembelian perhiasan emas. Data
sekunder pada penelitian ini berupa jumlah total keluarga petani yang ada di Desa
Ciburayut yang diperoleh dari kelurahan setempat berupa data penduduk.

7
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul dari hasil wawancara, selanjutnya diproses ke tahap
editing, coding, scoring, entrying, cleaning, dan analyzing. Editing meliputi
pengecekan lengkapnya pengisian kuesioner, keterbacaan tulisan, kejelasan
makna jawaban, konsistensi jawaban satu sama lain, relevansi jawaban, dan
keragaman suatu data. Selanjutnya, dilakukan coding berupa penyusunan kode
sebagai panduan entry dan pengolahan data. Kemudian dilanjutkan dengan
scoring, entry, cleaning, dan dianalisis. Sebelum dianalisis untuk mengontrol
kualitas data kuesioner dilakukan uji validitas dan reliabilitas data. Malhotra
(1996) menyatakan bahwa bilamana koefisien regresi antara skor suatu indikator
dengan skor total seluruh indikator sama atau lebih besar dari 0.3 (r≥3), maka
instrumen tersebut dianggap valid. Untuk menguji reliabilitas instrumen
pengukuran digunakan prosedur Cronbrach’s Alpha. Menurut Malhotra (1996)
suatu instrumen dianggap sudah cukup reliabel bilamana nilai Alpha lebih besar
atau sama dengan jika Cronbach’s alpha 0.70 - 0.90 maka realibilitas tinggi, jika
Cronbach’s alpha lebih besar 0.50 – 0.70 maka cukup reliabel. Nilai validitas dan
reliabilitas instrument disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Nilai validitas dan reliabilitas instrument
Validitas (r)
No
Variabel
Jumlah
pertanyaan
0.307- 0.762
1
Persepsi
15
0.420 - 0.745
2
Pengetahuan
7

Cronbach’s
alpha
0.773
0.592

Keterangan
Reliabel
Cukup
Reliabel

Analisis data dilakukan menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferesia.
Analisis deskriptif meliputi frekuensi, rata-rata, standar deviasi, nilai minimal, dan
nilai maksimal. Sementara analisis inferesia yang digunakan adalah uji regresi
linear berganda.
Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran terkait karakteristik
individu, karakteristik keluarga, persepsi, pengetahuan, dan perilaku pembelian
perhiasan emas. Sementara itu, untuk mengetahui pengaruh persepsi dan
pengetahuan terhadap perilaku membeli serta untuk mengetahui faktor-faktor
yang memengaruhi perilaku pembelian perhiasan emas menggunakan analisis
inferensia yaitu dengan uji regresi linier berganda. Uji regresi linier berganda
menurut Silalahi (2012) adalah satu tehnik statistik yang dapat digunakan untuk
menganalisa pengaruh antara satu variabel dependen (kriterion) tunggal dan
beberapa variabel independen (predictor). Dalam penelitian ini yang dimaksud
variabel dependen yaitu perilaku pembelian perhiasan emas sedangkan variabel
independen yaitu persepsi dan pengetahuan konsumen. Analisis data yang
digunakan untuk menjawab masing-masing tujuan adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik individu (pendidikan, usia, dan pekerjaan) dan karakteristik
keluarga (jumlah pendapatan, aset, dan besar keluarga) dianalisis dengan
menggunakan analisis deskriptif untuk memberikan makna terhadap data
yang diperoleh.
2. Persepsi contoh terhadap perhiasan emas dianalisis dengan statitistik
deskriptif. Persepsi yang diukur mengenai perhiasan emas sebagai

8

3.

4.

5.

6.

tabungan dan sebagai fashion sebanyak 15 item pertanyaan. Pengukuran
persepsi contoh terhadap perhiasan emas dilakukan dengan pertanyaan
menggunakan skala likert yang terdiri dari empat peringkat. Jawaban
“sangat tidak setuju” diberi bobot satu, “ tidak setuju” diberi bobot dua,
“setuju”diberi bobot tiga, dan ” sangat setuju” diberi bobot empat..
Pengkategorian variabel persepsi di kategorikan menjadi dua kelompok.
Kategori Baik bila skor ≥ 51, kurang bila skor ≤ 50 berdasarkan rumus
index persepsi contoh dilakukan dengan rumus berikut :
Indeks = Skor yang dicapai – Skor Minimal x 100
Skor Maksimal – Skor Minimal
Aspek pengetahuan konsumen terhadap perhiasan emas dianalisis dengan
menggunakan analisis statistik deskriptif melalui kuesioner sebanyak 15
item pertanyaan. Aspek ini diukur dengan pernyataan yang menghasilkan
data ordinal dengan pilihan jawaban benar dan salah. Jawaban benar diberi
poin satu (1), sedangkan jawaban salah diberi poin nol (0). Setelah itu,
contoh digolongkan berdasarkan tiga kategori dari perolehan skor
pengetahuan. Perolehan total skor untuk pernyataan benar dibagi dengan
total skor benar semua pernyataan dan dikalikan 100 persen sehingga
Pengkategorian variabel pengetahuan di kategorikan menjadi dua
kelompok. Kategori Baik bila skor ≥ 51, kurang bila skor ≤ 50 ,
berdasarkan rumus index persepsi contoh dilakukan dengan rumus
berikut :
Indeks = Skor yang dicapai – Skor Minimal x 100
Skor Maksimal – Skor Minimal
Variabel perilaku pembelian diukur menggunakan indikator utama yaitu
frekuensi pembelian, tempat pembelian, tujuan pembelian dan jumlah
gram perhiasan emas yang dibeli. Tempat, tujuan pembelian, frekuensi,dan
jumlah gram perhiasan emas diuji menggunakan uji analisis deskriptif.
Frekuensi pembelian digolongkan berdasarkan empat kategori dari
perolehan skor frekuensi membeli dengan nilai minimal satu kali dan nilai
maksimal empat kali. Sementara itu nilai minimal jumlah gram perhiasan
emas yang dibeli adalah satu gram dan nilai maksimal dua puluh lima
gram. Frekuensi pembelian dibagi menjadi empat kategori, yaitu skor 1
untuk kategori “jarang”, 2 “sedang”, 3 “sering”, dan 4 “sangat sering”.
Uji Chi-Square digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
kecenderungan hubungan diantara dua variabel. Jika terdapat
kecenderungan hubungan bagaimana arah hubungan dan seberapa besar
kecenderungan hubungan antara dua variabel tersebut. Hubungan yang
dianalisis adalah persepsi dan pengetahuan.
Uji regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara
variabel independen dan variabel dependen. Uji regresi linier berganda
digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perilaku pembelian. Model regresi didefinisikan dengan persamaan
sebagai berikut:
Y1=α+β1X1+β2X2 +β3X3 +β4X4 +β5X5+β6X6 +e
Y2=α+β1X1+β2X2 +β3X3 +β4X4 +β5X5+β6X6 +e

9
Keterangan : Y1= Frekuensi pembelian
Y2= Berat Perhiasan emas yang dibeli
α = Konstanta regresi
β = Koefisien regresi
X1= Lama pendidikan Istri
X2= Pendapatan total
X3= Asset
X4= Persepsi sebagai tabungan
X5= Persepsi sebagai fashion
X6= Pengetahuan
e = error
Tabel 2 Variabel, skala data, dan kategori pengelompokan.
No
1.
2.

Variabel
Usia contoh
Lama Pendidikan

Skala data
Rasio
Rasio

3.

Pekerjaan Suami

Ordinal

4.

Pekerjaan Istri

Nominal

5.

Besar keluarga
(BKKBN 1998)

Ordinal

6.

Pendapatan per kapita
(GK Pedesaan Jawa
Barat Maret 2013 BPS)
Aset keluarga

Ordinal

sebagai

Ordinal

sebagai

Ordinal

10.

Persepsi
Tabungan
Persepsi
fashion
Pengetahuan

11.

Frekuensi membeli

Rasio

12.

Tempat membeli

Nominal

13.

Tujuan membeli

Nominal

14.

Berat perhiasan emas
yang dibeli

Rasio

7.

8.
9.

Rasio

Ordinal

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kategori pengelompokan
………tahun
1. ≤ 6
tahun
2. 6.1- 9
tahun
3. 9.1 -12 tahun
4. ≥ 12
tahun
1. Petani Pemilik
2.Petani Penggarap
3.Buruh Tani
1. Ibu rumah tangga
2. Petani Pemilik
3. Petani Penggarap
4 Buruh tani
5.Buruh pabrik
6. Pedagang (warung)
1. Keluarga kecil (0-4 tahun)
2. Keluarga sedang (5-7 tahun)
3. Keluarga besar (≥ 8 tahun)
Berdasarkan BPS (2013)
1.Miskin ≤ 240 945
2.Tidak miskin ≥ 240 945
1= Kendaraan ( Rupiah)
2=Pertanian ( Rupiah)
3=Tanah
( Rupiah)
4=Perhiasan ( Rupiah)
5=Lainnya
1= Kurang (≤50)
2= Baik
(≥ 51)
1= Kurang (≤50)
2= Baik
(≥ 51)
1= Kurang (≤50)
2= Baik
(≥ 51)
…… kali
1.Toko emas
2.Pegadaian
3.Keluarga
4.Tetangga atau teman
1. Menabung
2. Mode atau gaya
3. Memiliki nilai lebih
4. Meningkatkan status sosial
……. Gram

10
Definisi Operasional
Contoh adalah istri dari keluarga petani yang bertempat tinggal di Desa Ciburayut
Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor.
Karakteristik individu adalah ciri individu yang meliputi usia, pendidikan,
pekerjaan.
Usia adalah lama hidup individu yang dinyatakan dalam tahun
Lama Pendidikan adalah jumlah tahun individu menempuh tingkat pendidikan
Pekerjaan adalah jenis pekerjaan yang dilakukan contoh untuk mendapatkan
nafkah dalam mencukupi kebutuhan keluarganya. Jenis pekerjaan ini terdiri
dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), petani, buruh tani,pegawai swasta,ibu
rumah tangga, dan jenis pekerja lain.
Karakteristik Keluarga adalah ciri yang melekat pada diri individu sebagai
anggota dari sebuah keluarga.
Besar keluarga adalah jumlah individu yang memiliki perkawinan dan ikatan
darah atau adopsi yang tinggal dalam satu atap.
Jumlah pendapatan adalah penghasilan keluarga yang diperoleh dalam waktu
per bulan dari total jumlah penghasilan anggota keluarga.
Aset keluarga adalah kepemilikan terhadap suatu benda yang bernilai atau
berharga yang dimiliki seseorang baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.
Persepsi konsumen adalah tanggapan contoh terhadap perhiasan emas yang
diterima dari paparan sumber informasi.
Persepsi perhiasan emas sebagai tabungan adalah pandangan contoh terhadap
perhiasan emas sebagai simpanan selain uang.
Persepsi perhiasan emas sebagai fashion adalah pandangan lain contoh terhadap
perhiasan emas.
Pengetahuan konsumen adalah segala informasi yang dimiliki dari pengalaman
seseorang terhadap perhiasan emas.
Perilaku pembelian adalah tindakan contoh dalam melakukan pembelian yang
diukur menggunkan indikator utama yaitu frekuensi membeli dan jumlah
perhiasan emas yang di beli dalam satuan (gram).
Frekuensi membeli adalah jumlah contoh dalam melakukan membeli perhiasan
emas dalam dua sampai tiga tahun tterakhir.
Berat Perhiasan adalah jumlah perhiasan yang akan dibeli oleh seorang
konsumen dalam waktu tiga tahun terakhir.
Tujuan membeli adalah hasil akhir yang ingin dicapai contoh ketika memutuskan
untuk membeli perhiasan.
Tempat membeli adalah tempat atau perantara yang digunakan contoh untuk
mendapatkan perhiasan emas yang diinginkan.
Perhiasan emas adalah jenis perhiasan dalam berbagai bentuk.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian
Desa Ciburayut merupakan salah satu Desa di Wilayah Kecamatan
Cigombong Kabupaten Bogor, memiliki luas wilayah + 348 787 Ha. Jumlah

11
penduduk pada 2013 sebanyak 12 401 jiwa, terdiri dari 6 503 laki-laki dan 5 898
perempuan.
Desa Ciburayut secara umum merupakan daerah persawahan Jenis
komoditas pertanian didominasi oleh komoditas tanaman pangan seperti padi.
Desa Ciburayut memiliki delapan Rukun Warga, yaitu Ciburayut, Panyarang,
Padurenan, Pasir Jaya, Selaawi, Cigowang, Ciadeg, dan Tugu Jaya. Dusun
Ciburayut, Padurenan, Selaawi, dan Cigowang merupakan dusun yang ada di
Desa tersebut mayoritas berprofesi sebagai Petani dengan luas persawahan sebesar
100 ha. Berdasarkan data BP3K (2013), Jumlah petani sawah di Desa Ciburayut
sebanyak 165 orang yang tergabung dalam kelompok tani ( Gapoktan).
Akses untuk mendapatkan informasi membeli perhiasan emas di Desa
Ciburayut cukup mudah, karena lokasinya 1 km dari desa menuju ke pasar
kecamatan Cigombong selain itu di Pasar kecamatan Cigombong memilki empat
toko emas yang biasanya konsumen membeli diasana.
Karakteristik Individu
Usia
Pemahaman mengenai usia konsumen adalah penting, karena perbedaan
usia akan menyebabkan seseorang megonsumsi produk dan jasa yang berbeda
(Sumarwan 2011). Berdasarkan kategori usia menurut Papalia et al. (2009), maka
rata-rata usia suami berada pada tahap dewasa madya (41-65 tahun). Hampir dari
setengah jumlah rata-rata contoh usia suami dan usia istri berada pada kategori
dewasa madya. Keadaan usia contoh antara suami dan istri tidak berbeda jauh.
Usia suami contoh paling muda 24 tahun maupun usia istri contoh paling muda
21tahun sedangkan usia suami contoh paling tua 90 tahun maupun usia istri
contoh paling tua 70 tahun.
Tabel 3 Sebaran keluarga contoh berdasarkan usia
Kelompok usia (tahun)

Suami
n
%
15
23
34
52
16
25
65
100
24-90
52.7±13.3

Istri
n
24
36
5
65

%
37
55
8
100
21-70
45.6±11.9

Dewasa awal (20-40)
Dewasa madya (41-65)
Dewasa Akhir (≥66)
Total
Min-Max
Rata-rata ± sd
Lama Pendidikan
Pendidikan akan menentukkan jenis pekerjaan yang selanjutnya akan
mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh konsumen (Sumarwan 2011).
Pendidikan suami berkisar pada rentang kurang dari enam tahun sampai lebih dari
dua belas tahun. Hampir dari setengah jumlah suami dan istri contoh hanya
menamatkan pendidikannya tidak sampai dari SD (< 6tahun). Rata-rata keadaan
pendidikan suami dan istri tidak berbeda jauh menamatkan pendidikannya antara
(6.1-9 tahun) atau SMP. Sebagian kecil saja dari contoh yang menamatkan
pendidikannya sampai lebih dari (12 tahun) atau Perguruan Tinggi.

12
Tabel 4 Sebaran keluarga contoh berdasarkan lama pendidikan
Lama Pendidikan
< 6 tahun
6.1 – 9 tahun
9.1 – 12 tahun
>12 tahun
Total
Min-Max
Rata-rata ± sd

Suami
n
%
28
43
26
40
9
13.9
2
3.1
65
100
0-16
5.6 ± 3.3

Istri
n
27
26
10
2
65

%
41.5
40
15.4
3.1
100
0-16
6.1 ± 3.5

Jenis Pekerjaan
Karakteristik wilayah tempat penelitian adalah pedesaan. Wilayah pedesaan
dicirikan dengan pertanian sebagai sumber penghasilan sehingga persentase terbesar
pekerjaan suami contoh hampir sebagian contoh berprofesi sebagai petani, hampir
sebagian besar contoh menggantungkan hidupnya pada pekerjaan di bidang pertanian dan
sebagian besar contoh adalah ibu rumah tangga, tetapi meskipun ibu rumah tangga
contoh ada yang memilki pekerjaan tambahan untuk menambah pendapatan
keluarga seperti memilki warung, bekeja di lahan pertanian, dan bekerja di pabrik
(Tabel 5). Pekerjaan seseorang mempengaruhi pemilihan barang dan jasa yang
akan dibeli, sehingga terkadang pemasar berusaha mengenali kelompok pekerjaan
yang memiliki minat di atas rata-rata akan produk mereka (Kotler & Amstrong
1996).
Tabel 5 Sebaran keluarga contoh berdasarkan jenis pekerjaan
Suami
Jenis Pekerjaan
n
%
Petani pemilik
30
46.2
Petani Penggarap
7
10.8
Buruh tani
28
43
Ibu rumah tangga
0
0
Pedagang (warung)
0
0
Buruh pabrik
0
0
Total
65
100

Istri
n
4
1
10
37
10
3
65

%
6.2
1.5
15.4
56.9
15.4
4.6
100

Karakteristik Keluarga
Besar Keluarga
Menurut BKKBN (1998) besar keluarga adalah jumlah total seluruh anggota
keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan dapat dikategorikan menjadi tiga,
yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar
(≥ 8 orang). Lebih dari separuh contoh keluarga contoh merupakan kategori
keluarga kecil. Jumlah anggota keluarga paling kecil dalam penelitian ini adalah
dua orang dan jumlah anggota keluarga paling besar adalah sebelas orang. Hal ini
dapat memengaruhi perilaku contoh dalam pembelian perhiasan emas . Besar

13
keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi suatu barang dan jasa
(Sumarwan 2004).
Tabel 6 Sebaran keluarga contoh berdasarkan besar keluarga
Besar keluarga
n
%
Kecil (≤4 orang)
34
52.3
Sedang (5-7 orang)
19
29.2
Besar ( ≥8 orang)
12
18.5
Total
65
100
Min-Max
2 - 11 orang
Rata-rata ±sd
4.7 ± 2.2
Pendapatan /kapita per bulan
Berdasarkan Garis Kemiskinan Pedesaan Jawa Barat (BPS 2013), rataan
pendapatan perkapita dari seluruh keluarga contoh adalah Rp 424 428 per bulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh yang memilki
pendapatan perkapita di atas garis kemiskinan daerah pedesaan jawa barat.
Pendapatan perkapita adalah total pendapatan keluarga per bulan dibagi dengan
jumlah anggota keluarga. Istilah pendapatan mengacu pada aliran kompensasi
ekonomi yang diterima dalam suatu periode tertentu (Schiller 2008). Dalam
penelitian ini yang diamati adalah pendapatan per bulan keluarga, yaitu total
keseluruhan pemasukan yang diterima keluarga baik melalui ayah, ibu, ataupun
anggota keluarga lainnya. Tujuan menghitung pendapatan keluarga per kapita
adalah untuk mengetahui jumlah pendapatan yang layak dalam memenuhi
kebutuhan minimal serta dapat mengetahui keluarga miskin atau tidak miskin.
Pendapatan per kapita minimum Rp 59 091 dan pendapatan maksimum Rp1 875
000.
Tabel 7 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori miskin dan tidak miskin
Kategori keluarga
n
%
Miskin (≤ Rp 240 945)
27
41.5
Tidak miskin ( > Rp 240 945)
38
58.5
Total
65
100
Min-maks
59 091-1 875 000
Rata-rata ± sd
422 120.3 ± 355 454.2

Jenis dan Kepemilikan Aset
Aset merupakan sumberdaya materi yang dimiliki dan bernilai ekonomi.
Kotler dan Amstrong (2008) menyatakan bahwa kelas sosial berguna untuk
mengidentifikasi kecenderungan pembelian konsumen, karena konsumen yang
berada pada kelas sosial yang sama akan melakukan perilaku pembelian perhiasan
emas. Pada penelitian ini jenis aset dilihat dari kendaraan, elektronik, pertanian,
kepemilikan rumah, dan barang berharga seperti emas dan tabungan.

14
Tabel 8 Sebaran keluarga berdasarkan kepemilikan jenis aset
Kepemilikan aset
Keluarga
n
%

Jenis Aset

Rata-rata Aset keluarga (Rp)

Kendaraan :
1. Sepeda

5

7.7

215 38.5 ± 86 136.4

2. Motor

16

24.6

1 723 076.9 ± 3 578 397.4

3. Mobil

0

0

0

Elektronik :
1. TV

38

58.5

381 430.8 ± 513 977.8

2. Radio

7

10.8

13 461.5 ± 50 597.4

3. VCD/DVD player

16

24.6

48 769.2 ± 136 204.2

4. Rice Cooker

35

53.8

73 384.6 ± 82 310.9

5. Hp

27

41.5

94 615.4 ± 70 819.5

6. Mesin cuci

3

4.6

45 769.2 ± 212 112.2

7. Kulkas

22

33.9

245 384.6 ± 403 667.1

Pertanian. perikanan dan ternak :
1. Sawah
30

46.1

13 561 538.5 ± 21 955 122.5

2. Ladang / kebun

15

23.1

3 323 076.9 ± 7 733 566.6

3. Empang

8

12.3

369 230.7 ± 1 159 293.1

4. Ternak

25

38.5

76 384.6 ± 161 437.6

Kebutuhan papan:
1. Rumah

59

90.8

37 145 276.9 ± 28 441 865.2

2. Pekarangan

47

72.3

3 465 738.5 ± 453 1827.2

1. Emas

36

55.4

775 307.7 ± 1 148 927.4

2. Tabungan

14

21.5

142 000 ± 483 820.1

Barang berharga

Total Aset Keluarga
Min – max
Rata-rata ± sd

1-13
5.9 ± 2.9

1 150 000 – 173 194 000
62 044 446.1 ± 44 681 240.8

Hasil pada Tabel 8 Aset kendaraan yang paling banyak dimiliki keluarga
petani adalah motor karena motor salah satu alat transportasi yang digunakan
untuk mengangkut sayuran yang siap dipasarkan. Pada jenis aset barang
elektronik, televisi merupakan barang paling banyak dimiliki keluarga petani yang
menjadi salah satu hiburan keluarga yang bisa dinikmati bersama.
Surachman (2011) Wilayah pedesaan dicirikan dengan pertanian sebagai
sumber penghasilan sehingga kepemilikan lahan pertanian dapat menentukan
status sosial dan tingkat kesejahteraan adalah sawah. Pada jenis aset dalam bentuk
ternak, kepemilikan hewan ternak juga dianggap turut menentukan status sosial suatu
keluarga di wilayah pedesaan, jenis aset yang banyak dimilki contoh yaitu ayam
yang merupakan ternak paling banyak dimiliki oleh keluarga petani karena
pemeliharaan dan pemanfaatan ayam yang tergolong mudah.

15
Sementara itu hampir seluruh keluarga petani telah memiliki rumah sendiri,
sedangkan beberapa yang masih tinggal bersama orangtuanya. Iskandar (2007)
mengungkapkan bahwa perumahan dan lingkungan dapat dijadikan indikator
kesejahteraan rakyat karena semakin baik fasilitas yang dimiliki maka dapat
diasumsikan bahwa rumah tangga yang menempatinya akan semakin sejahtera
Selain tempat tinggal barang berharga lain yang dimiliki keluarga petani hampir
dari separuh contoh keluarga petani memiliki barang berharga lain berupa
perhiasan emas, Kartikasari (2013) menyatakan bahwa keluarga petani memiliki
tabungan dalam bentuk perhiasan emas. Pernyataan tersebut didukung dalam hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa aset berpengaruh positif signifikan dengan
frekuensi pembelian dan berat perhiasan emas yang dibeli. Rata-rata aset yang
dimilki oleh keluarga petani dalam rupiah minimal Rp 1 150 000 dan maksimal
Rp 173 194 000.
Persepsi Konsumen
Solomon (2002) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses yang
dilalui saat sebuah sensasi, tampilan, suara, dan mau dipilih, diatur serta
diterjemahkan. Timbulnya persepsi dimulai dari pemaparan stimulus yang
kemudian diterima oleh konsumen. Sumarwan (2011) menyatakan bahwa
konsumen seringkali memutuskan pembelian suatu produk berdasarkan
persepsinya terhadap produk tersebut. Dalam konteks pemasaran, maka persepsi
konsumen dapat berupa persepsi produk, persepsi harga, persepsi kualitas produk,
persepsi toko atau persepsi terhadap produsen. Persepsi yang diukur pada
penelitian ini adalah persepsi perhiasan emas sebagai tabungan dan persepsi
perhiasan emas sebagai fashion. Persepsi terhadap perhiasan emas merupakan
evaluasi konsumen terkait dengan pandangan konsumen terhadap stimuli berupa
atribut perhiasan emas yang kemudian digambarkan dengan kata-kata sifat,
dimana menurut Simamora (2002) persepsi tersebut merupakan proses seseorang
dalam mengorganisasikan, menyeleksi, dan menginterpretasikan stimuli menjadi
sebuah gambaran yang memiliki arti. Stimuli tersebut dalam hal ini adalah setiap
input yang dapat ditangkap oleh indera perasaan, seperti persepsi terhadap
tabungan dan persepsi terhadap fashion.
Hasil pada Tabel 9 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan jawaban
persepsi pada pernyataan tentang perhiasan emas sebagai tabungan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa contoh tidak setuju terhadap pernyataan bahwa
membeli perhiasan emas dapat memberi tambahan pendapatan dengan skor
sebesar 2.21. Hal ini disebabkan karena membeli perhiasan emas tidak sesuai
dengan harga jualnya, sehingga contoh menjual perhiasan emas tidak sebanding
dengan harganya dengan membeli perhiasan emas. Sedangkan sebaran contoh
berdasarkan jawaban persepsi pada pernyataan tentang perhiasan emas sebagai
fashion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase terbesar jawaban yang
diberikan contoh dalam hal persepsi sebagai fashion adalah contoh sangat setuju
bahwa pilihan perhiasan emas banyak manfaatnya dengan perolehan skor sebesar
3.09. Hasil ini sejalan dengan penelitian Oktavia (2009) karena perhiasan emas
selain banyak manfaatnya juga bisa dijadikan trend bagi seorang wanita dengan
bentuk perhiasan yang selalu berubah-ubah dalam setiap tahunnya. Sehingga para
wanita tidak bisa lepas dari perhiasannya itu sendiri sebagai fashion.

16
Rata-rata persepsi contoh terhadap perhiasan emas sebagai tabungan
adalah 2.9 ± 0.3 dalam rentang nilai minimal 7 dan maksimal 28 (skala likert 1
hingga 4). Sedangkan untuk persepsi terhadap perhiasan emas sebagai fashion.
contoh memiliki rata-rata 2.7 ± 0.4 dalam rentang nilai minimal 8 dan maksimal
32 (skala likert 1-4). Adapun rata-rata total persepsi (15 item pernyataan) adalah
2.8 ± 0.3 dari skala nilai minimal 15 dan maksimal 60 (skala likert 1-4).
Tabel 9 sebaran contoh berdasarkan tingkatan Persepsi sebagai Tabungan dan
Fashion,Rataan Skor, dan Kategori.
No
1
2
3
4
5
6
7

No
1
2
3
4
5
6

7
8

Persepsi
Perhiasan
Emas
Sebagai Tabungan
Perhiasan emas dapat dijadikan
tabungan
Perhiasan emas salah satu
barang berharga
Perhiasan emas mudah diperjual
belikan
Perhiasan emas dapat memberi
tambahan pendapatan
Kualitas
perhiasan
emas
menguntungkan
Perhiasan emas
meningkat
nilainya
Perhiasan
emas
sebagai
cadangan investasi
Rata-rata ± sd
Persepsi
Perhiasan
Emas
Sebagai Tabungan
Emas membuat lebih percaya
diri
Emas telah menjadi trend kaum
perempuan
Emas murni lebih banyak
diminati
Perhiasan
emas
dapat
mempercantik diri
perhiasan emas menigkatkan
status sosial
Perhiasan
emas
yang
berlebihan
sebagai
pusat
perhatian
Perhiasan
emas
banyak
manfaatnya.
Emas putih lebih menarik
daripada emas kuning
Rata-rata ± sd
Rata-rata total ± sd

STS

TS

S

SS

Rataan

Kategori

1

10

46

8

2.9

Setuju

0

3

45

17

3.2

Setuju

0

4

42

19

3.2

Setuju

5

42

17

1

2.2

Tidak Setuju

0

9

46

10

3.0

Setuju

0

10

48

7

2.9

Setuju

0

5

53

7

3.0

Setuju

STS

TS

S

SS

2.9 ± 0.3
Rataan

Setuju
Kategori

0

30

28

7

2.6

Setuju

1

21

40

3

2.7

Setuju

2

13

46

4

2.8

Setuju

1

26

28

10

2.7

Setuju

5

34

19

7

2.4

TidakSetuju

7

22

25

11

2.6

Setuju

0

9

41

15

3.1

Setuju

1

29

28

7

2.6

Setuju

2.7 ± 0.4
2.8 ± 0.3

Setuju
Setuju

ket kategori persepsi sebagai tabungan dan fashion terhadap perhiasan emas yaitu Sangat Tidak setuju( 1.00 – 1.75), Tidak
setuju (1.76 – 2.50), Setuju (2.51 – 3.25), Sangat Setuju ( 3.26 – 4.00).

Hasil pada Tabel 10 menunjukkan persepsi contoh tentang perhiasan emas.
Persepsi yang diukur mengenai perhiasan emas sebagai tabungan dan perhiasan
emas sebagai fashion. Hasil penelitian ini menunjukkan hampir seluruh contoh
sebesar (93.8%) memiliki persepsi baik terhadap perhiasan emas sebagai tabungan,
sedangkan (55.4%) memiliki persepsi yang baik terhadap perhiasan emas sebagai
fashion. Persepsi kurang mempunyai nilai kurang dari 50, sedangkan persepsi baik
mempunyai nilai lebih dari 51. Persepsi emas sebagai tabungan mempunyai nilai
rataan sebesar 64.8 dengan nilai minimum sebesar 33.3 dan nilai maksimum

17
sebesar 95.2. Adapun persepsi emas sebagai fashion mempunyai nilai rataan
sebesar 56.8, nilai minimum sebesar 29.2 dan nilai maksimum sebesar 87.5.
Tabel 10 Sebaran contoh menurut kategori persepsi tentang perhiasan emas
Tabungan
Fashion
Total
Persepsi Perhiasan Emas
n
%
n
%
n
%
Kurang
(≤50)
4
6.2
29
44.6
8
12.3
Baik
(≥51)
61
93.8
36
55.4
57
87.7
Total
65
100
65
100
65
100
Min-Maks
33.3 - 95.2
29.2- 87.5
35.6 – 91.1
Rata-rata ± sd
56.8 ± 12.7
60.5 ± 10.3
64.8± 9.9
Pengetahuan Konsumen
Salah satu karakter konsumen adalah memilki rasa keingintahuan yang
tinggi. Keingintahuan yang tinggi terhadap suatu produk mendorong konsumen
untuk cenderung menyukai suatu produk. Sumarwan (2004) mengemukakan
bahwa pengetahuan konsumen adalah segala informasi yang dimiliki oleh
konsumen tentang berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya
yang terkait dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan
dengan fungsinya sebagi konsumen. Mowen dan Minor (1995) dalam sumarwa