Ragam Jenis Lalat di Sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga

RAGAM JENIS LALAT DI SEKITAR KAMPUS INSTITUT
PERTANIAN BOGOR DRAMAGA

YULIA FITRIANI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ragam Jenis Lalat di
Sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013

Yulia Fitriani
NIM B04090057

ABSTRAK
YULIA FITRIANI. Ragam Jenis Lalat di Sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor
Dramaga. Dibimbing oleh UPIK KESUMAWATI HADI dan SUPRIYONO.
Lalat merupakan jenis serangga yang hidup dekat dengan lingkungan manusia.
Kelompok lalat yang sering datang ke permukiman manusia adalah dari famili
Calliphoridae (Chrysomya megacephala (lalat hijau)) dan Muscidae (Musca domestica
(lalat rumah)). Lalat merupakan serangga yang penting karena berhubungan dengan
kesehatan masyarakat. M. domestica dapat menjadi vektor berbagai penyakit yang
diakibatkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan cacing. Jenis lalat yang berada di sekitar
permukiman sangat banyak dan membawa berbagai jenis penyakit yang dapat
membahayakan kesehatan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan
ragam jenis dan dominasi lalat di berbagai lokasi di sekitar Kampus Institut Pertanian
Bogor Dramaga. Koleksi lalat dilakukan pada tempat sampah di perumahan, gedung
perkantoran, sekolah, warung makan, dan pasar tradisional. Koleksi lalat menggunakan
sweep net dengan cara mengayunkannya di sekitar tempat sampah. Lalat yang telah
dikoleksi kemudian diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi. Hasil
menunjukkan jenis lalat yang ditemukan di berbagai lokasi di sekitar Kampus Institut

Pertanian Bogor Dramaga adalah M. domestica dan C. megacephala. Lalat M. domestica
mendominasi pada perumahan, sekolah, warung makan, dan pasar tradisional. Lalat C.
megacephala mendominasi di gedung perkantoran.
Kata kunci: Chrysomya megacephala, lalat, Musca domestica

ABSTRACT
YULIA FITRIANI. Fly Species In and Around Bogor Agricultural University Campus
Dramaga. Supervised by UPIK KESUMAWATI HADI and SUPRIYONO.
Flies are insects that live close to the human environment. Group of flies that often
comes to human settlements are mainly from the family Calliphoridae (Chrysomya
megacephala (bluebottle)) and Muscidae (Musca domestica (house fly)). Flies are
important insects because they are related to public health. M. domestica can be a vector
of various diseases caused by viruses, bacteria, protozoa, and worms. Flies around the
settlement were many and carry a variety of diseases that can danger the public health.
The aims of this study were to determine species diversity and dominance of flies at
various locations around disposal garbages in around Bogor Agricultural University
Campus Dramaga. Flies collections were performed on the landfills around the
residensces, office buildings, schools, cafes, and markets. Flies were collected using a
sweep net by swinging it around the landfills. The collected flies were then identified
using identification keys. The result showed that the species of flies that found in various

locations around the Bogor Agricultural University Campus Dramaga were M. domestica
and C. megacephala. M. domestica was dominant in the areas around of residences,
schools, cafes, and markets. C. megacephala was dominant in area around the office
buildings.
Keywords: Chrysomya megacephala, fly, Musca domestica

RAGAM JENIS LALAT DI SEKITAR KAMPUS INSTITUT
PERTANIAN BOGOR DRAMAGA

YULIA FITRIANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

Judul Skripsi : Ragam Jenis Lalat di Sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga
Nama
: Yulia Fitriani
NIM
: B04090057

Disetujui oleh

Prof drh Upik Kesumawati Hadi, MS PhD
Pembimbing 1

drh Supriyono, MSi
Pembimbing 2

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono, MS PhD APVet
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 ini ialah Ragam Jenis Lalat di Sekitar
Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof drh Upik Kesumawati Hadi, MS
PhD dan drh Supriyono, Msi selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, koreksi, saran, dan masukan dalam penelitian hingga skripsi ini selesai.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua (Alfinatri dan
Elvawati), adik (Yudi, Yuda, dan Yanda) serta seluruh keluarga atas segala doa,
dukungan, dan kasih sayangnya. Terima kasih juga untuk Bapak Heri dan Bu Juju
atas bantuan yang telah diberikan. Penghargaan dan ucapan terima kasih untuk
Edgina Burton yang telah membantu selama pengumpulan data dan selalu sabar
membantu sampai skripsi ini selesai serta telah memberikan dukungan dan
semangat. Terima kasih untuk teman-teman Geochelone FKH-46 dan teman Kost
As-sakinah untuk kebersamaan dan bantuannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, November 2013
Yulia Fitriani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Klasifikasi dan Morfologi Lalat

2

Siklus Hidup dan Bioekolog

3


Gangguan yang Diakibatkan oleh Lalat pada Manusia

4

METODOLOGI

5

Waktu dan Tempat Penelitian

5

Metode Penelitian

6

Koleksi dan Prosesing Spesimen

6


Identifikasi Lalat

6

Analisis Data

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Jenis Lalat yang Ditemukan

7

Jumlah Rata-Rata Lalat yang Tertangkap

8


Kelimpahan Nisbi Rata-Rata Lalat

10

Frekuensi Penangkapan Rata-Rata Lalat

11

Dominasi Lalat

11

SIMPULAN DAN SARAN

13

Simpulan

13


Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

13

RIWAYAT HIDUP

15

DAFTAR TABEL
1 Jumlah rata-rata dan persentase spesies lalat yang tertangkap
setiap penangkapan di berbagai tempat pembuangan sampah di
sekitar permukiman Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga
(Juli 2013)

9

DAFTAR GAMBAR
1 Lalat M. domestica dengan karakter morfologi yang menciri: (a)
empat garis hitam longitudinal di bagian dorsal toraks, (b)
abdomen berwarna kuning, (c) sayap transparan dan venasi
sayap M1+2 membentuk lengkung sudut yang tajam dan sel R5
agak tertutup di distal
2 Lalat C. megacephala dengan karakter morfologi yang menciri:
(a) warna tubuh hijau metalik, (b) lower squama warna abu-abu,
(c) spirakel anterior berwarna hitam
3 Kelimpahan nisbi rata-rata lalat M. domestica dan C.
megacephala yang tertangkap di berbagai tempat pembuangan
sampah di sekitar permukiman Kampus Institut Pertanian Bogor
Dramaga (Juli 2013)
4 Frekuensi penangkapan rata-rata lalat M. domestica dan C.
megacephala yang tertangkap di berbagai tempat pembuangan
sampah di sekitar permukiman Kampus Institut Pertanian Bogor
Dramaga (Juli 2013)
5 Dominasi rata-rata lalat M. domestica dan C. megacephala yang
tertangkap di berbagai tempat pembuangan sampah di sekitar
permukiman Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga (Juli
2013)

7

8

10

11

12

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lalat merupakan jenis serangga yang termasuk ordo Diptera dan hidupnya
dekat dengan lingkungan manusia. Kelompok lalat yang berdekatan dengan
manusia adalah dari famili Calliphoridae yaitu jenis Chrysomya megacephala (lalat
hijau), dari famili Muscidae yaitu jenis Musca domestica (lalat rumah), dan famili
Sarcophagidae yaitu jenis Sarcophaga spp (lalat daging) (Hadi dan Koesharto
2006).
Lalat rumah (Musca domestica) merupakan ordo Diptera yang sering berada
di sekitar permukiman manusia. M. domestica merupakan serangga yang penting
karena berhubungan dengan kesehatan masyarakat. Lalat ini dapat mengganggu
kenyamanan dan ketentraman hidup manusia, serta menimbulkan kesan kotor dan
tidak sehat. M. domestica berperan penting sebagai vektor berbagai penyakit yang
diakibatkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan cacing. Bagian tubuh lalat rumah
terdiri atas pulvili, labela, dan sejumlah bulu-bulu halus yang memungkinkan lalat
rumah berperan sebagai penyebar penyakit. Hal ini ditunjang oleh perilaku lalat
rumah yang suka berpindah-pindah antara makanan dan feses untuk makan serta
bertelur (Levine 1990). M. domestica memiliki mobilitas yang sangat tinggi
sehingga memudahkan untuk kontak dengan bahan-bahan yang merupakan sumber
penyakit seperti feses, sampah, dan bahan yang membusuk lainnya dan kemudian
hinggap di berbagai bahan makanan yang akan dikonsumsi. Hal ini akan
mengakibatkan terjadinya penyakit pada manusia (Banjo et al. 2005).
Tubuh M. domestica memiliki banyak rambut-rambut halus dan terdapat
cairan perekat pada kakinya sehingga juga memungkinkan banyaknya jenis jamur
yang dapat terbawa ketika lalat kontak langsung dengan habitatnya. Banjo et al.
(2005) menyatakan bahwa di negara Iran dan Nigeria didapatkan Fusarium
oxysporum, Aspergillus tamari, dan Penicillum axalicum yang diperoleh dari
permukaan tubuh M. domestica, sedangkan jamur Alternaria sp., Fusarium
oxysporum, dan Cladosporium sp. ditemukan pada usus M. domestica. Jamur
tersebut dapat bersifat parasitik maupun saprofit.
Mikroorganisme patogen yang terbawa oleh M. domestica dapat
mengakibatkan penyakit pada manusia di antaranya adalah tipoid, paratipoid,
kolera, disentri, tuberkulosis, dan kecacingan. Patogen biasanya terbawa oleh lalat
dari berbagai sumber seperti sisa-sisa kotoran, tempat pembuangan sampah, tempat
pembuangan kotoran manusia, dan sumber-sumber kotoran yang lain. Patogen yang
melekat pada mulut dan bagian tubuh lainnya dipindahkan ke makanan manusia
(Sembel 2009).
Tingkat kepadatan lalat merupakan satu di antara faktor yang memengaruhi
kejadian diare. Manalu et al. (2012) menyatakan bahwa persentase kejadian diare
pada kepadatan lalat yang rendah adalah 40% dan pada kepadatan lalat yang tinggi
kejadian diare meningkat menjadi 60%. Departemen Kesehatan RI (2006)
menyatakan bahwa sebanyak 41 Kabupaten yang tersebar di 16 propinsi
melaporkan kejadian luar biasa (KLB) tentang diare di wilayahnya. Pada tahun
tersebut, jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10 980 dan 277 di antaranya

2
menyebabkan kematian sehingga case fatality rate (CFR) diperkirakan sebesar
2.5%.
Lalat rumah cepat beradaptasi dengan lingkungan dan tingkat reproduksinya
sangat tinggi sehingga sangat mudah berkembang biak. Dampak negatif akibat
populasi lalat yang cukup besar dapat menimbulkan masalah baik di bidang sanitasi,
estetika, serta kesehatan masyarakat. Penelitian yang berkaitan dengan ragam jenis
lalat di sekitar permukiman belum banyak dilakukan di Indonesia. Jenis lalat yang
berada di sekitar permukiman sangat banyak dan membawa berbagai jenis penyakit
yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu perlu diteliti
keragaman jenis dan dominasi lalat yang ada di permukiman, sehingga dapat
ditentukan cara pengendalian yang tepat. Data ini sangat diperlukan dalam usaha
pengendalian wabah penyakit menular terutama penyakit yang ditularkan oleh lalat
pada manusia.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk menentukan keragaman jenis, frekuensi, dan
dominasi lalat di berbagai lokasi di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor
Dramaga.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi tentang keberadaan lalat
di sekitar permukiman, potensi, dan bahaya yang mungkin dapat diakibatkannya.
Data ini juga dapat digunakan oleh masyarakat dalam menentukan strategi
pengendalian terhadap lalat yang tepat, terutama di sekitar Kampus Institut
Pertanian Bogor Dramaga.

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Morfologi Lalat
Lalat merupakan jenis seranggga yang termasuk ordo Diptera dan hidupnya
dekat dengan lingkungan manusia. Kelompok lalat yang berdekatan dengan
manusia adalah lalat rumah, lalat hijau, dan lalat daging. Lalat memiliki
metamorfosis sempurna yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Lalat dewasa
mengisap cairan yang mengandung gula atau makanan yang telah busuk (Hadi dan
Koesharto 2006).
Lalat betina bertelur dalam bentuk kelompok di dalam bahan organik yang
sedang membusuk dan lembab. Telur lalat memiliki panjang sekitar 1 mm dengan
bentuk seperti pisang dan berwarna putih kekuningan. Larva lalat seperti belatung
yang meruncing di bagian anterior, tidak mempunyai tungkai, dan pada bagian
posterior terdapat sepasang spirakel. Pupa umumnya berbentuk silinder dan tidak
bergerak. Lalat dewasa mempunyai sepasang sayap di bagian depan dan sepasang
sayap di bagian belakang. Sayap bagian belakang tidak berkembang sempurna yang
berfungsi sebagai alat keseimbangan. Lalat mempunyai mata majemuk dan

3
sepasang antena. Mulut lalat berfungsi untuk menusuk dan menghisap atau untuk
menjilat dan menyerap (Hadi dan Koesharto 2006).
M. domestica hidup di sekitar permukiman manusia dan cepat beradaptasi
dengan lingkungan. Tingkat reproduksinya sangat tinggi sehingga sangat mudah
berkembang biak. Tumrasvin dan Satoshi (1978) menyatakan bahwa M. domestica
memiliki thoraks dan abdomen berwarna hitam atau kuning dan mempunyai pita
gelap yang berupa garis memanjang pada permukaan toraks. Klasifikasi lalat rumah
(M. domestica) menurut West (1951) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insekta
Ordo
: Diptera
Subordo : Cyclorrhapha
Famili
: Muscidae
Subfamili : Muscinae
Genus
: Musca
Spesies
: Musca domestica
C. megacephala (lalat hijau) merupakan lalat yang memiliki ukuran tubuh
lebih kurang 1.5 kali lalat rumah, warna tubuh hijau metalik dengan banyak bulubulu pendek menutupi tubuh yang diselingi bulu kasar (Hadi dan Soviana 2010).
Lalat jantan memiliki sepasang mata yang cenderung bersatu (holoptik) sedangkan
lalat betina memiliki sepasang mata yang sedikit terpisah antara satu dan lainnya
(dioptik). Klasifikasi C. megacephala menurut Kurahashi (1989) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insekta
Ordo
: Diptera
Subordo : Cyclorrhapha
Famili
: Calliphoridae
Subfamili : Chrysomyniae
Genus
: Chrysomya
Spesies
: Chrysomya megacephala

Siklus Hidup dan Bioekologi
M. domestica mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur, larva, pupa, dan
dewasa. Lalat ini bertelur di tempat yang lembab dan banyak mengandung zat
organik seperti sampah dan bahan busuk lainnya (Kadarsan 1983). Di daerah tropis
lalat rumah membutuhkan waktu 8-10 hari pada suhu 30 °C dalam satu siklus
hidupnya, dari telur, larva, pupa, dan dewasa (Hadi dan Koesharto 2006). Telur M.
domestica berbentuk oval menyerupai pisang berwarna putih sampai krem,
berukuran panjang 1 mm, dan lebar 0.26 mm (West 1951). Waktu yang diperlukan
untuk penetasan telur tergantung cuaca. Telur menetas sekitar 24 jam pada suhu 1520 oC dan 8-12 jam pada suhu 25-35 oC. Sanit et al. (2013) menyatakan bahwa telur
lalat M. domestica memiliki lebar 0.27-0.45 mm dan panjang 1.10-1.70 dengan

4
bentuk elips, berwarna krem atau putih, serta ujung anterior meruncing. Jumlah
telur yang dihasilkan lalat betina setiap bertelur adalah 100-150 butir.
Larva tumbuh menjadi 12-13 mm setelah 4-5 hari pada suhu 30 °C dan
melewati tiga kali fase instar. Larva instar I dan II berwarna putih serta instar III
berwarna putih kekuningan (Hadi dan Koesharto 2006). Larva berbentuk silindris
dengan bagian posterior lebar dan tumpul, sedangkan di bagian anterior berbentuk
runcing. Kulit pembungkus larva terbentuk dari selaput luar (kutikula) dan lapis
dalam (epitelium). Larva tidak mempunyai mata atau anggota badan namun
mempunyai beberapa duri di bagian ventral yang berfungsi membantu pergerakan
(Axtell 1986). Kulit larva kemudian akan mengkerut dan membentuk puparium
yang silinder. Stadium pupa berlangsung 4-5 hari pada suhu 30 oC. Pupa lebih suka
hidup pada kelembaban rendah daripada larva (West 1951). Kantong pupa
kemudian kontraksi dan memanjang, lalat muda akan keluar, dan mengangkat
terbang badannya keluar dari tempat perindukannya. Lalat muda mulai mencari
makan setelah sayapnya mengembang dalam waktu 2-24 jam. Perkawinan terjadi
setelah 24 jam pada lalat jantan dan 30 jam pada lalat betina. Proses perkawinan
melibatkan atraksi visual dan feromon kelamin (Hadi dan Koesharto 2006).
C. megacephala juga mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur, larva,
pupa, dan dewasa. Lalat dewasa betina menyebabkan miasis fakultatif yang
meletakkan telurnya pada tepi luka yang terbuka sejumlah 95-245 butir dalam satu
kelompok. Telur C. megacephala berwarna putih transparan dengan panjang 1.25
mm dan diameter 0.26 mm, berbentuk silindris serta tumpul pada kedua ujungnya.
Telur akan menetas menjadi larva dalam waktu sepuluh jam pada suhu 30°C dan
masuk ke dalam jaringan serta memakan jaringan tersebut. Pada fase ini larva
banyak makan dengan tujuan mengumpulkan energi (Spradbery 2002).
Stadium larva terdiri atas tiga stadium yaitu stadium larva instar I (L1),
stadium larva instar II (L2), dan stadium larva instar III (L3). Perkembangan L1
sampai dengan L3 memerlukan waktu enam hingga tujuh hari, selanjutnya L3 akan
membentuk pupa dalam waktu tujuh sampai delapan hari. Pupa kemudian menjadi
lalat yang akan bertelur setelah enam hingga tujuh hari (Spradbery 2002). Ketiga
instar dapat dibedakan dari panjang tubuh dan warnanya. Panjang L1 adalah 1.6
mm dengan diameter 0.25 mm dan berwarna putih, L2 mempunyai panjang 3.5-5.5
mm dengan diameter 0.5-0.75 mm dan berwarna putih sampai krem, L3
mempunyai panjang sekitar 6.1-15.7 mm dengan diameter 1.1-3.6 mm dan
berwarna krem atau merah muda. Larva kemudian menjatuhkan diri dari jaringan
dan berkembang menjadi pupa dalam waktu 24 jam pada suhu 28°C (Esser 1990).
Pupa akan menetas menjadi lalat dewasa dalam waktu seminggu pada suhu 2530°C, sedangkan pada suhu yang lebih rendah akan lebih lama (Spradbery 2002).

Gangguan yang Diakibatkan oleh Lalat pada Manusia
M. domestica berperan penting dalam kesehatan masyarakat karena dapat
menjadi vektor berbagai penyakit yang diakibatkan oleh virus, bakteri, protozoa,
dan cacing. Bagian tubuh lalat rumah terdiri atas pulvili, labela, dan sejumlah
rambut-rambut halus yang memungkinkan lalat rumah berperan sebagai penyebar
penyakit. Hal ini ditunjang oleh perilaku lalat rumah yang suka berpindah-pindah
antara makanan dan feses untuk makan serta bertelur (Levine 1990). Kebiasaan

5
lalat rumah yang suka berpindah dari tempat-tempat seperti kotoran manusia,
kotoran hewan, bangkai, dan tumpukan sampah memungkinkan lalat rumah untuk
memindahkan penyakit seperti kolera, sigellosis, dan salmonellosis (Nazni et al.
2005).
M. domestica mengandung bakteri diantaranya, Staphylococcus, Bacillus,
Enterobacter, Escherichia, Klebsiella, Corynebacterium, Acinetobacter, Proteus,
dan Vibrioaceae (Nazni et al. 2005). Lalat C. megacephala dilaporkan membawa
cacing Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura. Di wilayah kumuh didapatkan
larva cacing kait Necator americanus pada saluran pencernaan lalat ini (Soulsby
1982). Lalat memiliki mobilitas yang sangat tinggi sehingga memudahkan untuk
kontak dengan bahan-bahan yang merupakan sumber penyakit seperti feses,
sampah, dan bahan yang membusuk lainnya dan kemudian hinggap di berbagai
bahan makanan yang akan dikonsumsi. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya
penyakit pada manusia (Banjo et al. 2005).
Tubuh M. domestica memiliki banyak rambut-rambut halus dan terdapat
cairan perekat pada kakinya sehingga juga memungkinkan banyaknya jenis jamur
yang dapat terbawa ketika lalat kontak langsung dengan habitatnya. Banjo et al.
(2005) menyatakan bahwa di negara Iran dan Nigeria didapatkan Fusarium
oxysporum, Aspergillus tamari, dan Penicillum axalicum yang diperoleh dari
permukaan tubuh M. domestica, sedangkan jamur Alternaria sp., Fusarium
oxysporum, dan Cladosporium sp. ditemukan pada usus M. domestica. Jamur
tersebut dapat bersifat parasitik maupun saprofit. Melsilawati et al. (2012)
menyatakan bahwa genus jamur yang terdapat pada tubuh M. domestica yaitu,
Acremonium, Aspergillus, Debaryomyces, Hanseniaspora, Fusarium, Penicillium,
dan Geotrichum.
Sukontason et al. (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dari 260
lalat yang dikoleksi dari lima pasar di Chiang Mai, M. domestica yang positif
mengandung bakteri adalah 66.2% dan C. megacephala 87.7%. Mikroorganisme
patogen yang terbawa oleh M. domestica dapat mengakibatkan penyakit pada
manusia diantaranya adalah tipoid, paratipoid, kolera, disentri, tuberkulosis, dan
kecacingan. Patogen biasanya terbawa oleh lalat dari berbagai sumber seperti sisasisa kotoran, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan kotoran manusia,
dan sumber-sumber kotoran yang lain. Patogen yang melekat pada mulut dan
bagian tubuh lainnya dipindahkan ke makanan manusia (Sembel 2009).

METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, yaitu koleksi lalat
dewasa yang dilakukan pada bulan Juli 2013. Koleksi lalat dilakukan di tempat
pembuangan sampah di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga, yaitu di
sekitar perumahan, gedung perkantoran, sekolah, warung makan, dan pasar
tradisional. Koleksi di sekitar perumahan dilakukan di perumahan Babakan Raya
(1), perumahan Babakan Tengah (2), dan perumahan Dosen (3). Koleksi di sekitar
gedung perkantoran dilakukan di gedung Fakultas Kedokteran Hewan IPB (1),

6
gedung Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB (2), dan gedung Student Centre IPB
(3). Koleksi di sekitar sekolah dilakukan di Sekolah Dasar Babakan Tengah (1),
Sekolah Menengah Pertama Babakan Tengah (2), dan Sekolah Menengah Atas
Kornita (3). Koleksi di sekitar warung makan dilakukan di warung makan Babakan
Raya (1), warung makan Babakan Tengah (2), dan warung makan Cibanteng (3).
Koleksi di sekitar Pasar tradisional dilakukan di Pasar tradisional Babakan Raya (1),
Pasar tradisional laladon (2), dan Pasar tradisional Ciampea (3). Tahap kedua, yaitu
identifikasi lalat hasil koleksi yang dilakukan pada bulan Agustus 2013 di
Laboratorium Entomologi Kesehatan, Bagian Parasitologi dan Entomologi
Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner,
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Metode Penelitian
Koleksi dan Prosesing Spesimen
Koleksi lalat dilakukan di lima jenis tempat sampah yaitu di warung makan,
perumahan, gedung perkantoran, sekolah, dan pasar tradisional. Setiap jenis tempat
sampah diambil tiga titik yang berbeda. Setiap lokasi dilakukan sepuluh kali
penangkapan selama lima sampai sepuluh menit. Koleksi dilakukan setiap hari
selama lima belas hari berturut-turut dari pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul
14.00 WIB.
Koleksi lalat menggunakan sweep net dengan cara mengayunkannya di
sekitar tempat sampah. Lalat hasil koleksi kemudian dimatikan dengan botol
pembunuh serangga (killing jar) selama tiga sampai lima menit. Lalat kemudian
dimasukkan ke dalam kantong plastik yang berbeda setiap kali penangkapan.
Lalat yang telah dimatikan kemudian segera di-pinning dengan menggunakan
jarum. Lalat di-pinning dengan cara menusuk satu sisi toraks sedikit ke kanan dari
garis tengah secara tegak lurus (Hadi dan Soviana 2010). Spesimen lalat yang telah
di-pinning kemudian dikeringkan dan diberi label. Lalat kemudian dimasukkan ke
dalam kotak penyimpan serangga. Setiap bagian pojok kotak diberi camphora
untuk mencegah kerusakan spesimen.
Identifikasi Lalat
Identifikasi lalat dilakukan dengan menggunakan kunci identifikasi
(Tumrasvin dan Satoshi 1978; Spradbery 2002).
Analisis Data
Data lalat dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif kemudian disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil analisis data tentang jumlah, jenis
spesies, distribusi lalat menurut lokasi, dan dominasi spesies kemudian dijelaskan
dengan menggunakan gambar dan grafik serta dijabarkan dalam bentuk narasi.
Cara perhitungan kelimpahan nisbi, frekuensi tertangkap, dan angka
dominasi adalah :

7
Kelimpahan Nisbi =

Jumlah spesies lalat tertentu
x 100%
Jumlah lalat berbagai spesies yang tertangkap
Jumlah penangkapan yang berisi spesies tertentu

Frekuensi

=

Angka Dominasi

= Frekuensi Tertangkap x Kelimpahan Nisbi

Jumlah seluruh penangkapan dengan cara yang sama

HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis Lalat yang Ditemukan
Hasil identifikasi lalat yang dikoleksi di berbagai tempat pembuangan
sampah di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga selama waktu
penelitian (Juli 2013), didapatkan dua jenis lalat yaitu M. domestica dan C.
megacephala. Lalat M. domestica dan C. megacephala bersifat sinantropik yaitu
mempunyai hubungan ketergantungan yang tinggi dengan keberadaan manusia
karena zat-zat makanan yang dibutuhkan lalat sebagian besar ada pada makanan
manusia.
Jumlah total lalat yang tertangkap adalah 1 387 lalat. Lalat M. domestica lebih
banyak ditemukan dengan jumlah 910 ekor dibandingkan dengan lalat C.
megacephala dengan jumlah 477 ekor. Jenis lalat yang tertangkap dapat diketahui
setelah dilakukan identifikasi dengan cara melihat ciri-ciri morfologinya. Lalat M.
domestica ditandai dengan adanya empat garis hitam longitudinal pada bagian
dorsal toraks, warna tubuh abu-abu kehitaman, abdomen berwarna kuning atau
orange, antenanya pendek dengan arista bagian dorsal dan ventral berambut, sayap
transparan dengan venasi sayap M1+2 membentuk lengkungan sudut yang tajam dan
sel R5 agak tertutup di distal (Gambar 1). Tumrasvin dan Satoshi (1978)
menyatakan bahwa M. domestica memiliki thoraks dan abdomen berwarna hitam
atau kuning dan mempunyai pita gelap yang berupa garis memanjang pada
permukaan toraks.

a

b

c

Gambar 1 Lalat M. domestica dengan karakter morfologi yang menciri: (a) empat
garis hitam longitudinal di bagian dorsal toraks, (b) abdomen berwarna
kuning, (c) sayap transparan dan venasi sayap M1+2 membentuk
lengkung sudut yang tajam dan sel R5 agak tertutup di distal

8
Ciri morfologi lalat C. megacephala adalah ukuran tubuh lebih kurang 1.5
kali lalat rumah, warna tubuh hijau metalik dengan banyak bulu-bulu pendek
menutupi tubuh yang diselingi bulu kasar (Hadi dan Soviana 2010).

a

b

c

Gambar 2 Lalat C. megacephala dengan karakter morfologi yang menciri: (a)
warna tubuh hijau metalik, (b) lower squama warna abu-abu, (c)
spirakel anterior berwarna hitam
Simanjuntak (2001) menyatakan bahwa kelompok lalat yang sering datang ke
permukiman manusia dan sering kontak dengan manusia adalah C. megacephala
(lalat hijau) dan M. domestica (lalat rumah). Suraini (2011) menyatakan bahwa
jenis lalat yang ditemukan pada tempat pembuangan akhir sampah (TPA) kota Padang
adalah lalat M. domestica dan C. megacephala.

Jumlah Rata-Rata Lalat yang Tertangkap
Jumlah total lalat yang tertangkap pada perumahan 1 sangat tinggi yaitu 168
lalat karena di sekitar lokasi penangkapan terdapat banyak sampah. Banyaknya
sampah yang ditemukan karena di sekitar lokasi ini terdapat lebih banyak warung
makan dibandingkan perumahan 2 (75 lalat) dan 3 (84 lalat), sehingga sampah yang
dihasilkan juga banyak. Jumlah lalat M. domestica juga paling banyak tertangkap
pada perumahan 1 (143 lalat) karena jenis sampah yang ditemukan sangat disukai
oleh lalat M. domestica yaitu sayuran yang telah busuk serta sisa makanan. Lalat C.
megacephala banyak tertangkap pada perumahan 3 (57 lalat) karena tingkat
perekonomian penduduk di perumahan 3 lebih tinggi sehingga banyak terdapat
sampah berupa sisa daging dan ikan yang telah busuk. Sampah seperti ini sangat
disukai oleh lalat C. megacephala (Hadi dan Koesharto 2006). Pada gedung 1 lalat
C. megacephala (60 lalat) lebih banyak tertangkap dibandingkan M. domestica (31
lalat) karena pada lokasi ini banyak ditemukan sampah sisa praktikum mahasiswa
Kedokteran Hewan berupa mencit dan tikus yang telah busuk. Jumlah total lalat di
sekitar sekolah dari yang paling tinggi berturut-turut adalah sekolah 1 (58 lalat),
kemudian diikuti oleh sekolah 2 (40 lalat), dan sekolah 3 (37 lalat). Jumlah lalat
yang tertangkap pada sekolah 2 dan 3 tidak berbeda nyata. Faktor yang
mempengaruhi tingginya jumlah lalat yang tertangkap pada sekolah 1 adalah di
sekitar lokasi banyak terdapat warung makan sehingga banyak lalat yang ditemukan.
Jumlah lalat yang tertangkap di sekitar warung makan 1, 2, dan 3 tidak berbeda
nyata karena jumlah sampah yang ditemukan hampir sama. Jumlah total lalat M.

9
domestica (233 lalat) yang tertangkap lebih banyak dibandingkan C. megacephala
(70 lalat) di sekitar pasar tradisional karena jenis sampah yang ditemukan adalah
sayur yang telah busuk dan sisa makanan.

Tabel 1 Jumlah rata-rata dan persentase spesies lalat yang tertangkap setiap
penangkapan di berbagai tempat pembuangan sampah di sekitar Kampus
Institut Pertanian Bogor Dramaga (Juli 2013)
M. domestica
Rata-rata Persentase
Perumahan
79 (27-143)
72
Gedung perkantoran 45 (31-62)
41
Sekolah
34 (21-53)
76
Warung makan
68 (56-76)
69
Pasar tradisional
78 (73-85)
77
Lokasi

C. megacephala
Rata-rata
Persentase
30 (9-57)
28
65 (56-78)
59
11 (5-16)
24
30 (17-54)
31
23 (6-43)
23

Persentase jenis lalat M. domestica yang tertangkap lebih banyak
dibandingkan lalat C. megacephala di tempat sampah dekat perumahan, sekolah,
warung makan, dan pasar tradisional (Tabel 1). Hal tersebut disebabkan karena
jenis sampah yang ditemukan di dekat perumahan, sekolah, warung makan, dan
pasar tradisional adalah sayuran yang telah busuk dan sisa makanan. Lalat rumah
menyukai sampah rumah tangga dan bahan organik asal tanaman yang telah
membusuk seperti sayuran dan karbohidrat (Hadi dan Soviana 2010).
Lalat C. megacephala lebih banyak dibandingkan M. domestica di tempat
sampah dekat gedung perkantoran (Tabel 1). Hal ini disebabkan karena jenis
sampah yang ditemukan adalah sisa makanan berupa daging dan ikan yang telah
busuk, serta feses kucing. Menurut Hadi dan Koesharto (2006) lalat C.
megacephala meletakkan telurnya dalam daging yang telah busuk, ikan, tempat
pembuangan sampah, kotoran, dan hewan yang sudah mati. Banyaknya sampah
yang berupa daging dan ikan busuk di tempat sampah dekat gedung perkantoran
mengundang banyak lalat C. megacephala untuk mengisap sisa makanan dan
meletakkan telurnya.
Rata-rata lalat yang tertangkap setiap penangkapan pada tempat sampah dekat
perumahan adalah sebanyak seratus sembilan lalat yang terdiri atas tujuh puluh
sembilan lalat M. domestica dan tiga puluh lalat C. megacephala, di dekat gedung
perkantoran sebanyak seratus sepuluh lalat yang terdiri dari empat puluh lima lalat
M. domestica dan enam puluh lima lalat C. megacephala. Rata-rata lalat yang
tertangkap setiap penangkapan pada tempat sampah dekat sekolah adalah empat
puluh lima lalat yang terdiri dari tiga puluh empat lalat M. domestica dan sebelas
lalat C. megacephala. Jumlah lalat paling sedikit didapatkan di tempat sampah yang
ada di sekolah karena sampah yang ada di sekolah sangat sedikit. Rata-rata lalat
yang tertangkap setiap penangkapan pada tempat sampah dekat warung makan dan
pasar tradisional lebih sedikit dibandingkan perumahan dan gedung perkantoran.
Jumlah total rata-rata lalat yang tertangkap pada tempat sampah dekat warung
makan adalah sembilan puluh delapan lalat yang terdiri dari enam puluh delapan

10
lalat M. domestica dan tiga puluh lalat C. megacephala, dan di dekat pasar
tradisional adalah seratus satu lalat yang terdiri dari tujuh puluh delapan lalat M.
domestica dan dua puluh tiga lalat C. megacephala (Tabel 1).

Kelimpahan Nisbi Rata-Rata Lalat
Kelimpahan nisbi adalah perbandingan lalat suatu spesies dengan jumlah
semua lalat dari berbagai spesies yang tertangkap dan dinyatakan dalam persen.
Kelimpahan nisbi rata- rata lalat M. domestica dari yang paling tinggi berturut-turut
adalah di tempat pembuangan sampah pasar tradisional, kemudian diikuti oleh
sekolah, warung makan, perumahan, dan paling rendah di gedung perkantoran.
Kelimpahan nisbi rata-rata lalat C. megacephala dari yang paling tinggi berturutturut adalah di tempat pembuangan sampah gedung perkantoran, kemudian diikuti
oleh perumahan, warung makan, sekolah, dan paling rendah di pasar tradisional
(Gambar 3). Doda (1980) dalam Buono (1987) menyatakan bahwa persentase
kelimpahan nisbi dibagi dalam lima kategori yaitu, kelimpahan nisbi sangat rendah
kurang dari 1%, kelimpahan nisbi rendah 1-5%, kelimpahan nisbi sedang 5.1-10%,
kelimpahan nisbi tinggi 10.1-15%, dan kelimpahan nisbi sangat tinggi besar dari
15%. Kelimpahan nisbi lalat M. domestica dan C. megacephala di semua lokasi
penangkapan termasuk sangat tinggi karena lebih besar dari 15%.
100
90
80

78
73,5

68

71

60

70

M. domestica

Persentase

60
50
40

C. megacephala

40
32
26,5

29
22

30
20
10
0
Perumahan

Gedung
perkantoran

Sekolah

Warung
makan

Pasar
tradisional

Lokasi
Gambar 3 Kelimpahan nisbi rata-rata lalat M. domestica dan C. megacephala yang
tertangkap di berbagai tempat pembuangan sampah di sekitar Kampus
Institut Pertanian Bogor Dramaga (Juli 2013)
Kelimpahan nisbi dan jumlah lalat sangat tinggi di sekitar Kampus Institut
Pertanian Bogor Dramaga disebabkan oleh kondisi lingkungan yang mendukung
seperti tempat perindukan, cahaya matahari, temperatur, kelembaban, tekstur, dan
warna permukaan yang disenangi untuk istirahat. Tempat perindukan lalat biasanya
pada kotoran ternak, sampah, material organik, dan saluran pembuangan. Suhu

11
optimum perkembangan lalat adalah 33-35 oC yang terjadi selama delapan hari.
Perkembangan lalat semakin lama jika suhu terlalu rendah atau terlalu tinggi.
Populasi lalat menurun apabila suhu besar dari 45 oC atau kecil dari 10 oC (Smith
1973). Sukarsih (1986) menyatakan bahwa perkembangan maksimum lalat yaitu
pada suhu 35 oC.

Frekuensi Penangkapan Rata-Rata Lalat
Angka frekuensi lalat tertangkap adalah perbandingan antara banyaknya
suatu spesies lalat yang tertangkap dengan banyaknya penangkapan. Frekuensi
tertangkapnya lalat M. domestica dan C. megacephala berbeda-beda setiap lokasi.
Frekuensi rata-rata lalat M. domestica di tempat sampah perumahan adalah 0.97,
gedung perkantoran 0.9, sekolah 1, warung makan 1, dan pasar tradisional juga 1.
Frekuensi rata-rata lalat C. megacephala di tempat sampah perumahan adalah 0.73,
gedung perkantoran 1, sekolah 0.8, warung makan 0.9, dan pasar tradisional 0.7
(Gambar 4). Tingginya nilai frekuensi lalat di semua lokasi penangkapan
disebabkan karena semua lokasi penangkapan mendukung kelangsungan hidup
lalat tersebut, sehingga kedua jenis lalat tertarik untuk makan dan meletakan
telurnya.

1

Frekuensi rata-rata

0,97
1
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0

1

1

0,9

1
0,9

0,8
0,73

0,7

M. domestica
C. megacephala

Perumahan

Gedung
perkantoran

Sekolah

Warung
makan

Pasar
tradisional

Lokasi
Gambar 4 Frekuensi penangkapan rata-rata lalat M. domestica dan C. megacephala
yang tertangkap di berbagai tempat pembuangan sampah di sekitar
Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga (Juli 2013)

Dominasi Lalat
Angka dominasi spesies lalat adalah hasil perkalian kelimpahan nisbi dan
frekuensi lalat tertangkap spesies tertentu. Dominasi rata-rata lalat M. domestica
lebih tinggi dibandingkan C. megacephala di perumahan, sekolah, warung makan,
dan pasar tradisional. Angka dominasi rata-rata lalat C. megacephala lebih tinggi
dibandingkan M. domestica di gedung perkantoran. Hal ini karena sampah di dekat

12
gedung perkantoran terdiri dari sisa makanan berupa daging dan ikan yang telah
busuk, serta feses kucing. Sampah seperti ini sangat disukai lalat C. megacephala
untuk makanan dan tempat meletakkan telur. Menurut Hadi dan Koesharto (2006)
lalat C. megacephala meletakkan telurnya dalam daging yang telah busuk, ikan,
tempat pembuangan sampah, dan hewan yang sudah mati.
Keberadaan spesies lalat dengan angka dominasi yang tinggi di sekitar
Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga harus mendapatkan perhatian. Hal
tersebut dapat meningkatkan kejadian penyakit yang dapat ditularkan oleh lalat.
Angka dominasi lalat yang tinggi dapat dijadikan acuan untuk pengendalian lalat
yang tepat sebagai vektor penyakit di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor
Dramaga.
Faktor dominasi spesies sangat penting untuk menentukan potensi lalat
sebagai vektor penularan penyakit. Lalat pembawa agen penyakit yang memiliki
angka dominasi yang tinggi sangat penting maknanya. Tingginya angka dominasi
spesies menunjukkan bahwa spesies tersebut sangat berpotensi dalam menularkan
penyakit. Berdasarkan angka dominasi spesies, penyakit yang mungkin dapat
ditularkan oleh lalat kepada masyarakat di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor
Dramaga adalah tipoid, paratipoid, kolera, disentri, tuberkulosis, dan kecacingan.
Makanan yang dihinggapi lalat dan tercemar oleh mikroorganisme seperti bakteri,
telur atau larva cacing, protozoa, dan virus yang dibawa dan dikeluarkan dari mulut
lalat juga dapat menyebabkan penyakit diare bila dimakan oleh manusia (Andriani
2007).
1
0,9

Dominasi rata-rata

0,78

0,74

0,8

0,71

0,67

0,7

0,6

M. domestica

0,6
C. megacephala

0,5

0,37

0,4

0,27

0,24

0,3

0,26
0,18

0,2
0,1
0
Perumahan

Gambar 5

Gedung
perkantoran

Sekolah

Warung
makan

Pasar
tradisional

Lokasi
Dominasi rata-rata lalat M. domestica dan C. megacephala yang
tertangkap di berbagai tempat pembuangan sampah di sekitar Kampus
Institut Pertanian Bogor Dramaga (Juli 2013)

13

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Jenis lalat yang ditemukan di berbagai lokasi di sekitar Kampus Institut
Pertanian Bogor Dramaga adalah M. domestica dan C. megacephala. Kelimpahan
nisbi dan frekuensi tertangkapnya lalat M. domestica lebih tinggi dibandingkan
dengan lalat C. megacephala pada perumahan, sekolah, warung makan, dan pasar
tradisional. Kelimpahan nisbi dan frekuensi tertangkapnya lalat C. megacephala
lebih tinggi dibandingkan dengan lalat M. domestica pada gedung perkantoran.
Jenis lalat yang mendominasi perumahan, sekolah, warung makan, dan pasar
tradisional adalah M. domestica. Lalat C. megacephala mendominasi di gedung
perkantoran.

Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai jenis bakteri dan patogen yang
terdapat pada tubuh lalat.

DAFTAR PUSTAKA
Andriani. 2007. Pemberantasan Serangga dan Penyebab Penyakit Tanaman Liar
dan Penggunaan Pestisida. Dalam: Manalu M, Irnawati M, Taufik A. 2012.
Hubungan tingkat kepadatan lalat (Musca domestica) dengan kejadian diare
pada anak balita di permukiman sekitar tempat pembuangan akhir sampah
Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.
Sumatera Utara (ID): Universitas Sumatera Utara.
Axtell RC.1986. Fly Control in Confined Livestock and Poultry Production. CIBAGEIGY: USA.
Banjo AD, Lawal OA, Adeduji OO. 2005. Bacteria and fungi isolated from
housefly (Musca domestica) larvae. Afri J Biotech. 4(8):780-784.
Doda J. 1980. Studi kelimpahan dan keragaman jenis serangga di daerah pertanian
desa transmigrasi Mopuya Kabupaten Bolang Mongondow Sulawesi Utara.
Dalam: Buono E. 1987. Fauna nyamuk di daerah transmigrasi Purwajaya dan
sekitarnya, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur serta hubungannya dalam
penularan penyakit malaria & filariasis [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Statistik Rumah Sakit di Indonesia Seri 3:
Morbiditas dan Mortalitas. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan RI.
Esser JR. 1990. Factors influencing oviposition, larva growth and mortality of
Chrysomya megacephala (Diptera: Calliphoridae), a pest of salted dried fish
in south East Asia. Bull. Ent Res. 80: 369-376.
Hadi UK, Koesharto FX. 2006. Lalat. Dalam: Sigit SH, Hadi UK, editor. Hama
Permukiman Indonesia, Pengenalan, Biologi, dan Pengendalian. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.

14
Hadi UK, Soviana S. 2010. Ektoparasit Pengenalan, Diagnosa, dan
Pengendaliannya. Bogor (ID): IPB Press.
Kadarsan SA, Purwaningsih E, Munaf HB, Budiarti I, Hartini S. 1983. Binatang
Parasit. Bogor: Lembaga Biologi Nasional. LIPI. Pp 30-31.
Levine ND. 1990. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Yogyakarta (ID): Gajah
Mada Universitas Press.
Manalu M, Irnawati M, Taufik A. 2012. Hubungan tingkat kepadatan lalat (Musca
domestica) dengan kejadian diare pada anak balita di permukiman sekitar
tempat pembuangan akhir sampah Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang [skripsi]. Sumatera Utara (ID): Universitas
Sumatera Utara.
Melsilawati W, Siti K, Rizalinda. 2012. Jamur yang terdapat pada tubuh lalat rumah
(Musca domestica L. 1758). Protobiont. 1 (1): 12-19.
Nazni WA, Seleena B, Lee HL, Jeffery JT, Rogayah TAR, Sofian MA. 2005.
Bacteria fauna from the house fly, Musca domestica. Trop Biomed. 22(2):
225–231.
Sanit S, Sribanditmongkol P, Sukontason KL, Moophayak K, Klong KT, Yasanga
T, Sukontason K. 2013. Morphology and identification of fly eggs:
application in forensic entomology. Trop Biomed 30(2): 325–337.
Sembel DT. 2009. Entomologi Kedokteran. Edisi I. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi.
Sigit SH. 2006. Masalah hama permukiman dan falsafah dasar pengendaliannya.
Dalam: Sigit SH, Hadi UK, editor. Hama Permukiman Indonesia,
Pengenalan, Biologi, dan Pengendalian. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Simanjuntak NCE. 2001. Potensi lalat sebagai vektor mekanik cacing parasit
[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Smith EJL. 1973. Textbook of Veterinary Clinical Parasitology. Oxford (GB):
Black Well Scientific Publication: 1120.
Soulsby EJL. 1982. Helminth, Artropods, and Protozoa of Domesticated Animals.
7th Ed. Bailliere Tindall. London.
Spradbery JP. 2002. A Manual for the Diagnosis of Screw–Worm Fly. Canberra
(AU): Agriculture, Fisheries, & Forestry.
Sukarsih. 1986. The effect of temperature on growth and development of M.
domestica, F. Cannicularis, and Ophyra aenescens. Vet. Med. J. 20 (36).
Sukontason KL, Manasanant B, Banyong K, Somsak P, Yupha R, Kom S. 2007.
Comparison between Musca domestica and Chrysomya megacephala as
carriers of bacteria in northern Thailand. South Asian J Trop Med Public
Health. 38 (1).
Suraini. 2011. Jenis-jenis lalat (diptera) dan bakteri enterobacteriaceae yang
terdapat di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) kota Padang [skripsi].
Padang (ID): Universitas Andalas.
Tumrasvin W, Satoshi S. 1978. Studies on medically important flies in Thailand V.
on 32 species belonging to the subfamilies Muscinae and Stomoxyinae
including the taxonomic keys (Diptera: Muscidae). Bull Tokyo Med Dent
Univ. 25(4): 201-207.
West SL. 1951. The House Fly Its Natural History, Medical History, Medical
Importance and Control. New York: Comstock Publishing Company.

15

RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Yulia Fitriani dilahirkan pada tanggal 15 juli 1990
di Nagari Gadang, Sumatera Barat. Penulis merupakan putri pertama dari empat
bersaudara dari pasangan Bapak Alfinatri dan Ibu Elvawati. Pendidikan formal
Penulis dimulai dari SD N 15 Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Lima Puluh Kota
tahun 1997 hingga 2003. Pendidikan menengah pertama ditempuh Penulis di SMP
N 1 Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2003 hingga
2006. Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA N 1 Kecamatan
Akabiluru, Kabupaten 50 Kota pada tahun 2006 hingga 2009.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2009 melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Fakultas Kedokteran
Hewan. Selama mengikuti pendidikan di perguruan tinggi, Penulis aktif dalam
Divisi Pendidikan Himpunan Minat dan Profesi Ruminansia Fakultas Kedokteran
Hewan IPB, Ikatan Keluarga Mahasiswa Payakumbuh (IKMP), dan Ikatan Pelajar
dan Mahasiswa Minang (IPMM) Bogor. Penulis juga aktif sebagai Asisten
Praktikum Anatomi Veteriner I dan II pada Tahun Akademik 2011-2012. Penulis
juga aktif mengikuti kegiatan di IPB yaitu pernah menjadi panitia Seminar Nasional
Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) pada tahun 2010,
panitia Introduction of Veteriner (Introvet) pada tahun 2011, mengikuti Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada tahun 2011, Finalis solo vocal IPB Art Contest
(IAC) tahun 2012, dan penerima dana wirausaha mandiri dari Career Development
and Alumni Affair (CDA) IPB pada tahun 2013. Selama pendidikan di perguruan
tinggi, Penulis mendapatkan beasiswa dari Institut Pertanian Bogor (IPB).