Aktivitas Antioksidan dan Inhibisi Enzim α Glukosidase serta Toksisitas Ekstrak Air-Etanol dan Heksan Anggrek Merpati (Dendrobium cruminatum SW)

ABSTRAK
ABDUL KODIR. Aktivitas Antioksidan dan Inhibisi Enzim α Glukosidase serta
Toksisitas Ekstrak Air-Etanol dan Heksan Anggrek Merpati (Dendrobium
cruminatum SW). Dibimbing oleh Dr Djarot Sasongko Hamiseno, MS dan Drs
Edy Djauhari PK, Msi.
Anggrek merpati (Dendrobium cruminatum) merupakan tanaman anggrek
yang banyak tumbuh hampir diseluruh wilayah indonesia. Daun anggrek merpati
mengandung senyawa flavonoid yang bermanfaat sebagai antioksidan dan
antidiabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak daun
anggrek merpati sebagai antioksidan, inhibitor enzim α-glukosidase serta
potensinya sebagai senyawa yang bersifat toksik pada larva udang Artemia salina
Leach. Aktivitas antioksidan diukur dengan menggunakan metode
diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) dan inhibitor enzim α glukosidase diukur
berdasarkan terbentuknya p-nitrifenol-α-D-glukopiranosida (p-NPG) yang diukur
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 410 nm. Hasil penelitian
menunjukkan aktivitas antioksidan dan toksisitas tertinggi teramati oleh pelarut
air dengan IC50 sebesar 153.5 μg/mL dan tingkat toksisitas sebesar 889.64 μg/mL
sedangkan aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase yang paling tinggi dimiliki oleh
pelarut etanol dengan presentase 4% pada konsentrasi 1000 μg/mL atau nilai
IC50 sebesar 435 μg/mL
kata kunci : Anggrek merpati, antioksidan, antidiabetes dan toksisitas.

ABSTRACT
ABDUL KODIR. Analysis aktivity of α-glucosidase enzyme inhibition, and
cytotoxicity Extract Antioxidant Water, Etanol and hexane Anggrek merpati
(Dendrobium cruminatum SW). Supervised by Dr. Djarot Sasongko Hamiseno,
MS and Drs Edy Djauhari PK, Msi.
Dendrobium cruminatum are anggrek that grow in almost all regions of
Indonesia. Dendrobium cruminatum leaves contain flavonoid compounds that are
useful as an antioxidant and antidiabetic. This study aims to determine the ability
of the anggrek merpati extract as an antioxidant and it’s potential to inhibition
activity of α-glucosidase enzyme and also as a compound that toxic to the larvae
of shrimp Artemia salina Leach with different solvents. The antioxidant activity
was measured by using DPPH method and antidiabetic measured by the formation
of p-nitrifenol-α-D-glukopiranosida (p-NPG) were measured with a
spectrophotometer at a wavelength of 410 nm. The results of antioxidant activity
and cytotoxicity testing showed that the best solvent used for the extraction of
anggrek merpati leaf is water solvent with IC50 value of 153.565 μg / mL and the
level of cytotoxicity was 889.641 mg / mL. whereas the activity of the inhibition
of α-glucosidase enzyme is owned by the highest percentage of etanol by 64% at a
concentration of 1000 μg / mL or IC50 value of 435 μg / mL.
keyword: Dendrobium cruminatum, antioxidant, antidiabetic and cytotoxicity.


AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN INHIBISI ENZIM
α-GLUKOSIDASE SERTA TOKSISITAS EKSTRAK
AIR-ETANOL DAN HEKSAN ANGGREK
MERPATI (Dendrobium cruminatum SW)

ABDUL KODIR

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

14

DAFTAR PUSTAKA
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2005. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.41.1384 Tahun 2005 tentang
Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal

Terstandar, dan Fitofarmaka. Jakarta (ID): BPOM.
[Depkes] Departemen Kesehatan. 2002. Jumlah Penderita Diabetes Indonesia
Ranking ke-4 Di Dunia. Jakarta (ID): Depkes.
Attaur-Rahman. 1991. Studies In Natural Product Chemistry. Volume 9B.
London: Elsevier.
Ayoola et al..2008. Phytochemical screening and antioxidant activities of some
selected medicinal plants used for malaria therapy in Southwestern
Nigeria.Tropical Journal of Pharmaceutical Research 7(3):1019-1024.
Bayu A. 2009. Hutan mangrove sebagai salah satu sumber produk alam
lautOseana.Vol XXXIV No.2 (15-23).
Bintang M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian .Jakarta : Erlangga
Collegate, Steven M, Russel JM. 1993. Bioactive Natural Products, Detection,
Isolation, and Structural Determination. Boca Raton: CRC Press.
Egwaikhide PA, Gimba CE. 2007. Analysis of the phytochemical content and
anti-microbial activity of plectranthus glandulosis whole plant. MiddleEastJournal of Scientific Research 2(3 4):135-138.
Eleanore Y. 2013. Analisis Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun
Sengon (Paraserianthes faicataria (L) Nielsen) Menggunakan Metode
DPPH.Bogor : IPB
Fawzy C, Abdallah HM, Mohamed SAM, Fathy MS, dan Amany AS.
2008.Antidiabetic and Antioxidant Activities 13 of Major Flavonoids of

Cynanchum acutum L. (Asclepiadaceae) Growing in Egypt. Z. Natureforsch
63: 658-662.
Gao H. Huang YN, Xu PY, Kawabata J. 200 . Inhibitory effect on α-glucosidase
by the fruits of Terminalia chebula Retz.Food Chemistry 105: 628-634.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia : Penentuan Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Padnawinata K dan Soediro W, Penerjemah; Bandung : ITB.
Hartika R. 200 . Aktivitas inhibisi α-glukosidase ekstrak senyawa golongan
flavonoid buah mahkota dewa.[Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Irwan F. 2011. Aktivitas antidiabetes dan analisis fitokimia ekstrak air dan etanol
daun wungu (Graptophyllum pictum (L.)Griff).[Skripsi].Bogor : Departemen
Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Javanmardi J, Stushnoff C, Lockeb E, Vivancob JM. 2003. Antioxidant activity
and total phenolic content of iranian ocimum accessions. Food
Chemistry83:547–550.
Khopkar M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerjemah: Sapto Raharjo A.
Jakarta: Universitas Indonesia Press. Terjemahan dari: Analytical Chemistry
Basic Concept.


15
Kumar B, Sandhar HK, Tiwari P, Salhan M, Sharma P. 2011a. A review of and
pharmacology of flavonoids.InternationalPharmaceutica Sciencia (IPS)
1(1):26-29.
Kusuma WR. 2012. Aktivitas antioksidan dan antiinflamasi in vitro serta
kandungan kurkuminoid dari temulawak dan daun anggrek merpati asal
Wonogiri [skripsi]. Bogor: fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Lukacinova, J. Mojzis, R. Benacka, J. Keller, T. Maguth, P. Kurila, L. Vasko, O.
Racz, dan F. Nistiar. 2008. Preventive effects of flavonoids on alloxan-induced
diabetes mellitus in rats. ACTA VETBRNO (77): 175-182.
Lumbessy M, Abidjuju J, Paendong JJE. 2013. Total flavonoid pada beberapa
tanaman obat tradisional di desa WaItina kecamatan Mangoli Timur kabupaten
Kepulauan Sula provinsi Maluku Utara 2(1):50-55. Jurnal MIPA UNSRAT
online.
Marinova D, Ribarova , Atanassova M. 2005. Total phenolics and total flavonoids
in bulgarian fruits and vegetables. Journal of the University ofChemical
Technology and Metallurgy 40(3):255-260.
Meyer BN et al.. 1982. Brine Shrimp : A convenient general biaoassay for active
plant constituents. Planta Med 45:31-34.

Molyneux P. 2004.The use of stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH)
for estimating antioksidan activity.Songklanakarin Journal ScienceTechnology
26(2):211-219.
Nurcholis W. 2008.Profil senyawa penciri bioaktivitas tanaman daun anggrek
merpati pada agrobiofisik berbeda [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Pembayun R, Gardjito M, Sudarmadji S, Rahayu K. 2007. Kandungan fenol dan
sifat antibakteri
dari berbagai jenis ekstrak produk gambir
(UncariaGambirRoxb).Majalah Farmasi Indonesia 18(3):141 – 146.
Pradana
D.
2001.Inventarisasi
hasil-hasil
penelitian
sengon
(Paraserianthesfalcatarian (L) Neielsen) di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID):
Institut PertanianBogor.
Rohdiana D. 2001. Radical scavengers activity of tea polyphenol. Majalah
Farmasi Indonesia 12(1):53-58.
Steinberg D. 2009.The LDL modification hypothesis of atherogenesis.Journal of

Lipid Research 50:376-381.
Subeki.1 8. Pengaruh cara pemasakan terhadap kandungan β-karoten beberapa
macam sayuran serta daya serap dan retensinya pada tikus percobaan [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Subroto MA.2006. Ramuan Herbal untuk Diabetes Mellitus. Jakarta : Penebar
Swadaya. 100 hlm
Sugiwati S. 2005. Aktivitas Antihiperglikemik dari Ekstrak Buah Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa (Scheff oerl. Sebagai Inhibitor α-Glukosidase In Vitro
dan In Vivo pada Tikus Putih [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Sutedja L. 2003. Bioprospekting Tumbuhan Obat Indonesia sebagai Sediaan
Fitofarmak Antidiabetes. Laporan Kemajuan Tahap II Riset Unggulan Terpadu,
Pusat Penelitian Kimia-LIPI.
Voight R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gajah
MadaUniversitas press.

16
Wing. 1998. Orchid of Singapore Botanic Gardens. National Park Board
Singapore Botanic Gardens. Singapore
Zebri H, Kodjo C, Benie A, Bekro JM, Bekro YA. 2008. Phytochemical screening

and determination of flavonoids in Secamone afzelii (Asclepiadaceae)
extracts.African Journal of Pure and Applied Chemistry 2(8):080-082.
Zhao Yaping, Young-Ok Sun, So-Soon Kim, Yong-Suk J and Jeong-Chae Lee.
2007. Antioksidant and Anti-hyperglycemic Activity of Polysaccharide Isolated
from Dendrobium chrysotoxum Lindl.Journal of Biochemistry and Molecular
Biology,Vol. 40, No 5, September 2007, pp. 670-677.

6
konsentrasi yang digunakan. Nilai x yang diperoleh merupakan konsentrasi
larutan yang menyebabkan kematian terhadap 50% larva udang. Ekstrak
dinyatakan aktif apabila nilai LC50 lebih kecil dai 1000 μg/mL.

HASIL
Kadar Air Daun Anggrek Merpati
Hasil pengukuran kadar air simplisia daun Anggrek merpati asal Bogor
dari tiga kali ulangan yaitu ulangan 1, 2 dan 3 mendapatkan hasil berturut-turut
sebesar 3.42%, 3.32% dan 3.22% dan mendapatkan rata-rata sebesar 3.32% (data
dan perhitungan pada Lampiran 2).
Rendemen Ekstrak daun Anggrek Merpati


Rendemen (%)

Hasil pengukuran rendemen ekstrak daun anggrek merpati dengan pelarut
etanol, heksan dan air (Gambar 2) mendapatkan rendemen berkisar antara 1.98%
hingga 15.77%. Rendemen tertinggi terdapat pada ekstrak daun anggrek merpati
dengan pelarut etanol (15.77%), sedangkan rendemen terendah terdapat pada
ekstrak daun anggrek merpati dengan pelarut heksan (1.98%) (data dan
perhitungan pada Lampiran 3).
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

15.77


4
2

Etanol

Heksan

Air

Ekstrak Daun Anggrek Merpati

Gambar 2. Rendemen ekstrak daun anggrek merpati
Hasil uji Fitokimia Ekstrak Daun Anggrek Merpati
Hasil uji fitokimia ekstrak daun anggrek merpati dengan pelarut etanol,
heksan dan air pada (Gambar 3) menunjukkan bahwa pelarut yang paling banyak
melarutkan senyawa senyawa fitokimia adalah pelarut etanol yaitu senyawa
flavonoid, saponin, tanin, dan steroid, sedangkan pelarut yang paling sedikit
melarutkan senyawa fitokimia adalah pelarut heksan yaitu hanya senyawa steroid.
Gambar hasil fitokimia dapat dilihat pada Lampiran 7.


7
Tabel2 Hasil uji fitokimia ekstrak daun anggrek merpati.
Uji fitokimia
Alkaloid
Flavonoid
Saponin
Tanin
Triterpenoid
Steroid

Hasil
Heksana
+++

Etanol
++
+++
+++
+++

Air
+++
+++
+++
-

keterangan : tanda (+) menunjukkan tingkat intensitas warna
tanda (-) tidak terdapat senyawa
Nilai IC50 Ekstrak Anggrek Merpati terhadap Aktivitas Antioksidan

IC 50 (ppm)

Hasil pengukuran IC50 antioksidan oleh ekstrak daun anggrek merpati
dengan pelarut etanol, heksan dan air pada (Gambar 4) mendapatkan nilai IC50
berkisar antara 153.56±5.53 hingga 3551.34±533.95 μg/mL (data dan perhitungan
pada lampiran 5). Hasil uji statistika menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara pelarut etanol dan air pada taraf 95%, sedangkan pada pelarut
etanol dan heksan serta air dan heksan menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Nilai IC50 tertinggi dimiliki pelarut heksan sebesar 3551.34±533.95 μg/mL,
sedangkan nilai IC50 terendah dimiliki pelarut air sebesar 153.56± 5.53 μg/mL.

4.000.000
3.500.000
3.000.000
2.500.000
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
0

3 551.349

324.337

Etanol

153.565
Heksan

Air

Ekstrak Daun Anggrek Merpati

Gambar 4 Nilai IC50 aktivitas Ekstrak daun Anggrek Merpati
Nilai IC50 Ekstrak Anggrek Merpati terhadap Inhibisi Enzim α-Glukosidase
Hasil pengukuran presentase inhibisi enzim α-glukosidase oleh ekstrak
daun anggrek merpati dapat dilihat pada Gambar 5. Hasil penelitian menunjukkan
dari ketiga pelarut yang digunakan pada ekstrak daun anggrek merpati, pelarut
yang memiliki aktivitas inhibisi enzim α glukosidase yang paling tinggi yaitu pada
pelarut etanol. Sedangkan, yang memiliki aktivitas terendah yaitu ekstrak daun
anggrek merpati dengan pelarut air. Pada kosentrasi 1000 μg/mL ekstrak daun
anggrek merpati dengan pelarut etanol mampu menghambat aktivitas enzim

8
sebesar 64% sedangkan pada ekstrak daun enggrek merpati dengan pelarut air
hanya menghambat sebesar 13%. Namun, jika dibandingkan dengan akarbosa
sebagai kontrol positif hasil sampel ekstrak daun anggrek merpati berbeda jauh
yaitu sebesar 99% pada konsentrasi 1000 μg/mL (data dan perhitungan pada
Lampiran 6).
120
94

Inhibisi (%)

100

96

99

99

59

63

64

12

8

600

800

86

80
60

48
32

40
20

2

5

200

400

13

0
1000

konsentrasi (ppm)

Gambar 5 Nilai Presentase Inhibisi enzim α-glukosidase
Keterangan :
: Akarbosa ;
: Etanol ;
: air
Hasil Toksisitas Ekstrak Daun Anggrek Merpati
Hasil pengukuran nilai LC50 dari pelarut etanol, heksan dan air pada
(Gambar 6) mendapatkan nilai LC50 dari pengujian toksisitas berkisar antara
889.64±121.42 hingga 3057.98±2657.73 μg/mL. Nilai LC50 tertinggi dimiliki
pelarut heksan sebesar 3057.98±2657.73 μg/mL, sedangkan nilai LC50 terendah
dimiliki pelarut air sebesar 889.64±121.42μg/mL (data dan perhitungan pada
lampiran 4)
3500

3057.98±2657.73

3000
LC50 ppm

2500
2000
1500

1266.02±166.66
889.641±121.42

1000
500
0
etanol

heksan

air

Ekstrak Daun Anggrek Merpati

Gambar 6 Toksisitas Ekstrak Daun Anggrek Merpati

9

PEMBAHASAN
Kadar Air
Penentuan kadar air merupakan tahapan penting dalam melakukan analisis
tumbuhan sebagai tanaman obat. Penentuan kadar air bertujuan untuk mengetahui
proporsi atau presentase air dalam sampel yang diuji. Air merupakan salah satu
senyawa yang sangat potensial bagi kelangsungan hidup semua makhluk hidup
dari tingkat yang paling rendah (prokariot) hingga tingkat tinggi (eukariot) oleh
sebab itu pengetahuan tentang kadar air menjadi salah satu indikator penting
mengenai kualitas tanaman obat, karena kadar air yang cukup tinggi pada bahan
obat akan menjadi tempat yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.
Informasi kadar air ini nantinya akan digunakan untuk mengetahui lama
penyimpanan, cara penyimpanan, cara pengolahan dan cara pengemasan tanaman
obat (Pradana 2001). Hasil pengukuran kadar air rerata yang dilakukan pada daun
anggrek merpati sebesar 3.32 % menunjukkan bahwa simplisia daun anggrek
merpati ini dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama karena kadar air yang
kurang dari 5% bersifat tahan terhadap pencemaran mikroorganisme (Pradana
2001). Jika dibandingkan dengan hasil kadar air yang dilaukan pada daun sengon
oleh Yafet E (2013) tidak berbeda jauh yaitu sebesar 4.85%.
Ekstrak Daun Anggrek Merpati
Ekstraksi merupakan langkah awal yang dilakukan sebagai bagian dari
persiapan sampel untuk digunakan dalam barbagai uji berikutnya. Ekstraksi daun
anggrek merpati dilakukan dengan menggunakan metode maserasi, yaitu proses
pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut melalui beberapa
pengocokan pada suhu ruang (Lumbessy et al. 2013). Prinsip ekstraksi didasarkan
pada perpindahan komponen zat yang terlarut ke dalam pelarut, sehingga terjadi
perpindahan pada lapisan antar muka dan berdifusi terbawa pelarut. Maserasi
digunakan untuk simplisia yang mengandung senyawa aktif yang mudah larut,
tidak mengandung zat yang mudah menguap dalam pelarut, serta tidak
mengandung benzoin, sitrat, dan lain-lain (Voigt 1994).
Ekstraksi serbuk daun anggrek merpati menggunakan tiga macam pelarut
yaitu air, etanol dan heksan. Ekstraksi menggunakan air dilakukan dengan
pemanasan pada titik 500C, hal ini diharapkan dapat meningkatkan interaksi
antara air dan komponen bioaktif pada sampel, tanpa merusak komponen bioaktif
yang terdapat pada sampel, karena pemanasan yang terlalu tinggi pada sampel
dapat merusak senyawa aktif yang terdapat pada sampel (Harborne 1998).
Selanjutnya komponen bioaktif tersebut akan berinteraksi dengan molekul air
berdasarkan kepolaran, dikarenakan air merupakan pelarut yang bersifat yang
lebih polar sehingga dapat berikatan dengan senyawa yang bersifat polar seperti
senyawa golongan fenolik dan polifenol. Pelarut etanol dipilih berdasarkan
metode yang distandarisasi oleh BPOM (2005) yang menjelaskan bahwa untuk
ekstraksi suatu bahan yang akan digunakan sebagai obat harus menggunakan
etanol sebagai pelarutnya, alasannya adalah karena etanol mudah menguap, murah
dan cukup aman. Selain itu etanol juga memiliki dua gugus fungsi yang berbeda
tingkat kepolarannya, yaitu gugus hidroksil (OH) yang bersifat polar dan gugus

10
alkil (-R) yang bersifat non polar. Adanya kedua gugus tersebut diharapkan agar
senyawa kimia dengan tingkat kepolaran berbeda dalam simplisia akan terekstrak
kedalam etanol (Khopkar 2003). Sedangkan heksan dipilih untuk menjadi
pembanding dari pelarut air dan etanol, hal ini karena heksan memiliki sifat non
polar. Selain itu diharapkan senyawa nonpolar yang tidak terekstrak oleh air dan
etanol dapat terekstrak oleh heksan.
Rendemen Ekstrak Daun Anggrek Merpati
Rendemen merupakan senyawa aktif yang terdapat pada sampel daun
anggrek merpati yang terekstrak pada pelarut yang digunakan. Kuantitas
rendemen dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan pelarut dalam
memisahkan senyawa aktif yang terdapat pada simplisia sampel daun anggrek
merpati. Pemisahan ini terjadi berdasarkan interaksi analat (komponen senyawa
aktif) dengan senyawa yang berasal dari pelarut. Interaksi ini akan terjadi
berdasarkan polaritas masing-masing kepolaran analat dan pelarut yang hampir
sama yang menimbulkan interaksi tersebut dapat terjadi (Ayoola et al. 2008).
Hasil menunjukkan nilai rendemen yang paling besar diperoleh pada etanol yaitu
sebesar 15.77%. Hal ini berdasarkan sifat etanol yang memiliki dua gugus fungsi
yang berbeda tingkat kepolarannya, yaitu gugus hidroksil (OH) yang bersifat polar
dan gugus alkil (-R) yang bersifat non polar. Adanya kedua gugus tersebut
diharapkan agar senyawa kimia dengan tingkat kepolaran berbeda dalam simplisia
akan terekstrak kedalam etanol (Khopkar 2003). Sehingga komponen yang
terekstrak pada etanol menjadi lebih banyak.
Hasil Fitokimia Ekstrak Daun Anggrek Merpati
Fitokimia merupakan analisis awal yang dilakukan untuk mengidentifikasi
senyawa aktif yang terdapat pada tumbuhan (Pembayun et al.. 2007). Uji
fitokimia dilakukan untuk mengkaji kandungan senyawa aktif yang terdapat pada
ekstrak daun anggrek merpati. Uji ini meliputi enam uji yaitu uji alkaloid,
flavonoid, saponin, tanin, steroid dan triterpenoid. Menurut Egwaikhide dan
Gimba (2007) perbedaan jenis pelarut akan mempengaruhi perbedaan hasil dalam
kekuatan sinyal yang diidentifikasi, yaitu tingkat kepekatan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa senyawa saponin,
flavonoid, tanin dan fenol ditemukan pada ekstrak daun anggrek dengan pelarut
etanol dan air (Tabel 2). Hal ini dapat disebabkan oleh kepolaran dari senyawasenyawa tersebut karena adanya gugus hidroksil sehingga etanol dan air yang
memiliki sifat polar dapat mengekstrak senyawa-senyawa tersebut (Javanmardi et
al. 2003). Senyawa steroid ditemukan pada ekstrak daun anggrek dengan pelarut
heksan dan etanol. Hal ini dapat disebabkan karena sifat dasar steroid yang
bersifat non polar (Harborne 1984), sedangkan kelarutan steroid pada etanol dapat
disebabkan karena etanol memiliki gugus alkil (-R) yang bersifat non polar
(Khopkar 2003). Senyawa metabolit jenis alkaloid tidak menunjukkan hasil yang
positif, hal ini karena konsentrasi alkaloid yang diperoleh sangat kecil sehingga
secara kualitatif tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa senyawa metabolit yang terdapat pada ekstrak etanol lebih
banyak dibandingkan dengan ekstrak air dan heksan.

11
Hasil Uji Antioksidan Ekstrak Daun Anggrek Merpati
Aktivitas antioksidan yang dilakukan terhadap ekstrak daun anggrek
merpati dilakukan dengan metode DPPH dengan penentuan nilai IC50. Penentuan
IC50 dilakukan untuk menentukan efektivitas ekstrak daun anggrek merpati
terhadap radikal sebesar 50% (Molyneux 2004). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ekstrak daun anggrek merpati dengan IC50 yang baik adalah dengan pelarut
air. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak daun anggrek merpati yang
menggunakan pelarut air dengan IC50 sebesar 153.56±5.53μg/mL mampu
menangkal radikal bebas sebannyak 50%. Nilai IC50 yang semakin rendah
(dibawah 200 μg/mL) menunjukkan bioaktivitas yang semakin kuat dan lebih
efektif (Kusuma 2012).
Berdasarkan perolehan data secara keseluruhan dapat dilihat aktivitas
antioksidan yang paling tinggi terdapat pada sampel ekstrak daun anggrek merpati
dengan pelarut air (IC50 terendah). Menurut Zebri et al. (2008) aktivitas
antioksidan bahan alam dapat dipengaruhi oleh kadar fenol dan flavonoid yang
dikandungnya, hal ini sesuai dengan data fitokimia yang menunjukkan bahwa
total senyawa flavonoid tertinggi terdapat pada ekstrak daun anggrek merpati
dengan pelarut air dengan melihat kepekatan warna hasil sampel uji flavonoid.
Senyawa flavonoid merupakan senyawa yang memiliki gugus fenol yang lebih
kompleks dengan derajat hidroksilasi yang lebih tinggi. Keberadaan gugus
hidroksil pada senyawa fenol dan flavonoid tersebut yang menimbulkan
antioksidan (Egwaikhide dan Gimba 2007). Hal ini dapat disebabkan karena atom
oksigen pada gugus hidroksil mempunyai pasangan elektron yang bebas yang
cukup untuk menghambat reaktivitas atom reatif penyusun senyawa radikal bebas
(Gambar 7) (Egwaikhide dan Gimba 2007). Hasil ini membuktikan bahwa daun
anggrek merpati cukup efektif digunakan sebagai antioksidan.

Gambar.7 Struktur dasar senyawa flavonoid (A),
Proses peredaman radikal bebas oleh senyawa flavonoid
(B).(Kumar dkk2011).

12
Hasil Uji Inhibisi Enzim α-glukosidase
Enzim α-glukosidase merupakan enzim yang terdapat pada usus halus
manusia. Enzim ini merupakan enzim kunci yang berperan dalam proses akhir
pemecahan karbohidrat. Enzim α-glukosidase bekerja dengan cara menghidrolisis
ikatan α-glikosidik pada oligosakarida dan menghasilkan glukosa. Pengujian
aktivitas enzim α-glukosidase dapat diukur secara invitro dan in vivo. Pada
pengujian secara in vitro dapat disimulasikan dengan menggunakan substrat pNPG. Enzim α-glukosidase akan membantu menghidrolisis substrat p-NPG
menjadi p-nitrofenil dan glukosa. Intensitas warna yang dihasilkan akan semakin
kuat apabila jumlah p-nitrofenil yang dihasilkan semakin banyak (Gao et al.
2007). Analisis aktivitas inhibisi Enzim α-glukosidase di lakukan dengan prinsip,
sampel yang digunakan memiliki kesamaan struktural dengan substrat sehingga
mampu berkompetisi untuk mendapatkan sisi aktif enzim. Akibatnya produk yang
terbentuk akan berkurang sehingga intensitas warna yang dihasilkan menjadi
lemah (Irawan 2011).
Aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase suatu bahan alam dipengaruhi oleh
kadar flavonoid (Hartika 2009 ; Lukacinova et al. 2008 dan Fawzy et al. 2008).
Flavonoid ditemui dalam bentuk mono-, di-, atau triglikosida. Oleh karena itu,
unit-unit gugus hidroksil dalam flavonoid tersebut terikat oleh glukosa, senyawa
flavonoid dari ekstrak daun anggrek merpati ini direaksikan dengan p-NPG dan
enzim α-glukosidase. Senyawa flavonoid diharapkan dapat berkompetisi dengan
substrat sehingga sampel dapat menempel pada sisi aktif enzim dan tidak
terbentuk produk. Produk yang akan dihitung absorbansinya adalah p-nitrofenol
yang berwarna kuning (Sutedja 2003). Selain itu Bayu (2009) menyatakan bahwa
senyawa steroid selain bermanfaat sebagai antiradang, antiinflamasi,
antikarsinogenik juga memiliki aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase sebagai
antidiabetes.
Hasil uji inhibisi enzim α-glukosidase menunjukkan bahwa ekstrak daun
anggrek merpati yang paling tinggi aktivitasnya dimiliki oleh pelarut etanol
dengan nilai presentase penghambatan mencapai 64% pada konsentrasi 1000
μg/mL. Hasil ini sesuai dengan data fitokimia yang menunjukkan bahwa total
senyawa flavonoid dari ekstrak daun anggrek merpati pada pelarut etanol cukup
tinggi, meskipun total senyawa flavonoid tertinggi dimiliki ekstrak daun anggrek
merpati pada pelarut air. namun adanya senyawa steroid yang terekstrak pada
pelarut etanol dapat meningkatkan aktivitas inhibisi enzim α-glukoside. Hal ini
sesuai dengan penelitian Munshif (2014) yang menggunakan xanthorizol (steroid)
sebagai inhibitor enzim α glukosidase. Hasil uji inhibisi enzim α-glukosidase
ekstrak daun anggrek merpati ini kurang efektif, karena jika dihitung nilai IC 50
ekstrak etanol mencapai 435 μg/mL, sedangkan menurut Kusuma (2012) nilai
IC50 yang semakin rendah dan efektif adalah dibawah 200 μg/mL, hasil penelitian
ini lebih baik dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan Irwan (2011)
dengan menggunakan ekstrak daun wungu sebesar 66.11% pada konsentrasi
10000 μg/mL. Pada percobaan ini juga dilakukan pengujian aktivitas inhibisi
enzim α glukosidase dengan menggunakan ekstrak daun anggrek merpati dengan
pelarut heksan namun hasil pengujian menunjukan tidak terdapat aktivitas
inhibisi enzim α glukosidase karena tidak memiliki senyawa flavonoid.

13
Toksisitas Ekstrak Daun Anggrek Merpati
Pengujian toksisitas merupakan uji yang dilakukan untuk menduga suatu
bahan aktif memiliki kemampuan sebagai anti kanker dan hama penyakit, selain
itu uji toksisitas ini dapat membantu menentukan efek farmakologi dari bahan
tersebut (Mc Laughin et al. Dalam Attaur-Rahman 1991). Uji toksisitas ekstrak
daun anggrek merpati dilakukan menggunakan metode BSLT dengan
menggunakan larva udang Artemia salina Leach. Metode BSLT ini memiliki
kelebihan selain mudah dan murah hasilnya memiliki tingkat kepercayaan 95%
(Colegete et al. 1993). Senyawa aktif yang memiliki daya sitoksisitas tinggi
diketahui berdasarkan nilai Lethal Concentration 50% (LC50), yaitu konsentrasi
zat toksik yang dapat mengakibatkan kematian organisme sampai 50%. Menurut
Meyer et al. (1982), senyawa kimia dikatakan berpotensi bioaktif bila mempunyai
nilai LC501000 μg/mL.
Hasil penelitian menunjukkan nilai LC50 dari seluruh ekskstrak daun
anggrek merpati, ekstrak oleh air memiliki toksisitas yang paling tinggi sebesar
889.64±121.42 μg/mL, menurut Nurcholis (2008), nilai LC50 rendah (dibawah
1000 μg/mL) menunjukkan toksisitas yang tinggi. Sedangkan ekstrak oleh etanol
dan heksan berturut-turut 1266.02±166.66 dan 3057.98±2657.73 μg/mL
menunjukkan bahwa tingkat toksisitasnya rendah. Hal ini dapat disebabkan karena
kandungan senyawa flavonoid pada ekstrak air, karena senyawa flavonoid
memiliki aktivitas toksisitas (Nurcholis 2008).

SIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan aktivitas antioksidan dan toksisitas tertinggi
teramati pada ekstrak daun anggrek merpati oleh pelarut air dengan IC50 sebesar
153.56±5.53 μg/mL dan tingkat toksisitas sebesar 889.64±121.42 μg/mL
sedangkan aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase yang paling tinggi dimiliki
ekstrak daun anggrek merpati oleh pelarut etanol dengan presentase 64% pada
konsentrasi 1000 μg/mL atau nilai IC50 sebesar 435 μg/mL

SARAN
Saran dari penelitian ini perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut terkait
aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase secara invivo dan perlu dikaji tipe
penghambatan terhadap enzim α-glukosidase, serta mencari senyawa tunggal yang
berperan dalam penghambatan enzim α-glukosidase pada ekstrak daun anggrek
merpati.

17

LAMPIRAN

18
Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Persiapan sampel daun
anggrek merpati

Pengukuran kadar air
simplisia

Ekstraksi dengan pelarut air,
etanol 96% dan heksan

Uji aktivitas
antioksidan

Uji inhibisi αglukosidase

Uji BSLT

19
Lampiran 2 Kadar air
Sampel
1

2

3

Ulangan
1
2
3
1
2
3
1
2
3

Contoh perhitungan ulangan 1 :

Kadar air (%)
3.53
3.11
3.61
3.42
3.18
3.36
3.24
3.01
3.45

Rerata
3.42

3.32

3.22

X 100%
X100 %

:
: 3.53%
Keterangan : C : bobot cawan + sampel basah

B : bobot sampel basah

A : bobot cawan + sampel kering
Lampiran 3 Rendemen daun anggrek merpati
Pelarut
Etanol
Air
Heksan

Bobot sampel (g)
25
25
25

Bobot ekstrak (g)
3.80
0.88
0.47

Rendemen (%)
15.77
3.68
1.98

Contoh perhitungan :
Rendemen ekstrak daun anggrek merpati :

X 100%

:
x 100%
: 15.77 %

Lampiran 4 Data Nilai LC50 (toksisitas) ekstrak daun anggrak merpati
Pelarut

Ulangan

LC50 (μg/mL)

Etanol

1
2
3
1
2
3
1
2
3

1211.17
1453.19
1133.69
804.65
835.56
1028.00
1947.57
6090.84
1135.52

Air

Heksan

LC50 rata-rata
(μg/mL)
1266.02

825.25

3057.97

21

Lampiran 5 Data absorbansi dan nilai IC50 antioksidan ekstrak anggrek merpati
Pelarut

Etanol
ulangan 1

etanol
ulangan 2

Etanol
ulangan 3

Air
ulanagan
1

Air
ulangan 2

Konsentrasi
(μg/mL)
1000
500
250
125
62.5
31.25
1000
500
250
125
62.5
31.25
1000
500
250
125
62.5
31.25
1000
500
250
125
62.5
31.25
1000
500
250
125
62.5
31.25

Absorbansi
terkoreksi
0.13
0.37
0.58
0.69
0.77
0.82
0.12
0.37
0.58
0.71
0.80
0.82
0.15
0.39
0.59
0.69
0.79
0.83
0.14
0.14
0.10
0.54
0.73
0.79
0.20
0.15
0.12
0.52
0.71
0.8

%
inhibisi
85.16
58.69
34.77
22.81
14.72
8.416
86.71
58.25
35.65
20.37
10.85
8.97
82.39
56.58
34.33
22.92
11.62
7.08
84.16
83.94
88.15
39.31
18.71
12.07
77.51
82.72
86.82
41.86
21.26
9.19

IC50

IC50
rerata
(μg/mL)

314.84

340.78

Air
ulangan
3

324.33

317.38

147.93

153.79

Pelarut

153.56

Heksan
ulangan
1

Konsentrasi
(μg/mL)
1000
500
250
125
62.5
31.25
1000
500
250
125
62.5
31.25
1000
500
250
125
62.5
31.25
1000
500
250
125
62.5
31.25

Absorbansi
terkoreksi
0.28
0.13
0.11
0.52
0.71
0.81
0.50
0.67
0.80
0.86
0.88
0.90
0.52
0.69
0.82
0.87
0.89
0.91
0.50
0.68
0.81
0.84
0.88
0.91

%
inhibisi
68.21
85.27
86.82
42.19
21.26
9.85
44.18
25.69
10.52
4.20
1.77
-0.44
42.30
22.92
8.74
2.90
0.88
-1.66
43.85
24.1
9.74
6.42
1.99
-1.43

IC50

IC50
rerata
(μg/mL)

159.01

3138.98

3360.57

4154.48

3551.34

22

Contoh perhitungan:
% Inhibisi

=

(S1-S0)

=

(0. 03-0.134)

S1

100

0. 03

100

= 85.160%
Keterangan : S1= absorbansi blanko
S0= absorbansi sampel
Menentukan IC50
Y = ax + b
x=

(y-b)
a

contoh perhitungan :
y = 24.9 ln (x) – 74.42
50 = 24.9 ln (x) – 74.42
ln (x) =

(50- 4.42)
24.

ln (x) = 4.997
x = 147.93
IC50 rerata =
=
= 324.23

3

3

23

Lampiran 6 Data absorbansi dan nilai % inhibisi enzim α-glukosidase
Pelarut
Konsentrasi
absorbansi
% inhibisi
Pelarut
(μg/mL)
terkoreksi
1000
0.37
62.36
Etanol
Heksan
800
0.37
62.66
ulangan 1
ulangan 1

Etanol
ulangan 2

Etanol
ulangan 3

Air ulangan 1

Air ulangan 2

Air ulangan 3

600
400
200
1000
800
600
400
200
1000
800
600
400
200
1000
800
600
400
200
1000
800
600
400
200
1000
800
600
400
200

0.43
0.52
0.68
0.35
0.33
0.37
0.49
0.67
0.34
0.39
0.40
0.50
0.67
0.39
0.46
0.44
0.52
0.54
0.47
0.47
0.49
0.49
0.51
0.55
0.54
0.47
0.50
0.52

56.60
47.22
31.08
63.36
64.82
60.64
48.74
32.15
65.01
60.04
59.22
48.47
31.72
22.46
7.15
11.53
-3.38
-7.55
9.03
9.61
5.57
4.03
0.38
6.25
7.60
19.08
14.52
11.82

Heksan
ulangan 2

Heksan
ulangan 3

Akarbosa
ulangan 1

Akarbosa
ulangan 2

Akarbosa
ulangan3

Konsentrasi
(μg/mL)
1000
800
600
400
200
1000
800
600
400
200
1000
800
600
400
200
1000
800
600
400
200
1000
800
600
400
200
1000
800
600
400
200

absorbansi
terkoreksi
0.67
0.60
0.57
0.64
0.65
0.64
0.59
0.61
0.62
0.66
0.63
0.58
0.61
0.62
0.54
0.01
0.01
0.21
0.03
0.06
0.01
0.01
0.02
0.03
0.06
0.01
0.01
0.02
0.03
0.06

% inhibisi
-0.75
9.77
13.53
3.01
2.25
-19.04
-10.72
-13.68
-14.78
-2218
-23.33
-13.72
-19.60
-22.55
-8.80
99.48
98.79
96.38
95.00
90.17
99.64
98.94
96.64
93.82
79.15
99.29
98.76
95.74
93.79
88.47

24

Contoh perhitungan:
% Inhibisi

=
=

C-(S1-S0)
c

100

0.5 4-(0.0. 1-0.05 )
0.5 4

100

= 99.291%

Ket:

C = Absorbansi blanko terkoreksi (blanko-kontrol)
S0 = Absorbansi sampel tanpa penambahan enzim
S1 = Absorbansi sampel dengan penambahan enzim

20
Lampiran 7 gambar hasil uji fitokimia steroid dan terpenoid

Uji alkaloid

Uji steroid dan terpenoid

Uji steroid dan terpenoid

Uji tanin

Uji flavonoid

Uji steroid dan terpenoid

2
dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah, selain itu daun anggrek merpati
juga memiliki kandungan flavonoid yang tinggi, kandungan flavonoid yang tinggi
ini selain bermanfaat sebagai antidiabetes juga berpotensi sebagai antioksidan,
antiinflamasi dan antikanker (Kumar et al. 2011) .
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh ekstrak daun
(Dendrobium crumenatum Sw.) terhadap aktivitas antioksidan, aktivitas inhibisi
enzim α glukosidase dan toksisitasnya secara in vitro dengan menggunakan tiga
jenis pelarut yaitu air, etanol dan heksan. Penelitian ini diharapkan mampu
memberi informasi ekstrak daun anggrek merpati terhadap aktivitas inhibisi enzim
α-glukosidase, aktivitas antioksidan serta potensinya sebagai senyawa yang
bersifat toksisitas pada larva udang Artemia salina Leach dengan pelarut yang
terbaik, sehingga dapat dieksplorasi lebih lanjut sebagai suatu sumber tanaman
obat.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Februari sampai
dengan April 2014. Tempat pelaksanaan program ini di Laboratorium Biokimia,
Departemen Biokimia dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka IPB.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung reaksi, gelas
piala, rotavapor, shaker, labu Erlemeyer, pipet tetes, pipet Mohr, pipet volumetrik,
oven, cawan porselin, penjepit kayu, penjepit besi, neraca analitik, batang
pengaduk, Elisa, Spektrofotometer Serapan Atom, eksikator, lampu UV, corong
pisah, jarum suntik, gelas ukur, cawan penguap, dan mesin penghalus.
Bahan-bahan yang digunakan, yaitu tanaman anggrek merpati, etanol 70%,
akuades, HCl, ammonia, kloroform, pereaksi Dragendroff, pereaksi Mayer, NaOH,
NaCH3COO, enzim α-glukosidase, p-nitrofenil α-D-glukopiranosida, KH2PO4,
metanol 30 %, H2SO4, FeCl3, telur udang Artemia salina, air, kertas saring,
alkohol teknis,
Prosedur Analisis Data
Ekstraksi Daun Anggrek Merpati (Depkes 2002)
Daun angrek merpati dibersihkan kemudian dikeringkan dengan oven pada
suhu 50°C selama empat hari. Daun yang sudah dikeringkan, dipisahkan dari
pengotornya, kemudian diserbukkan dengan cara diblender dan diayak dengan
ukuran 100 Mesh sehingga diperoleh serbuk daun anggrek merpati kemudian
disimpan. Pembuatan ekstrak daun anggrek merpati dilakukan dengan metode
maserasi. Simplisia angrek merpati yang sudah ditimbang sebanyak 20 g,
direndam selama 2 x 24 jam dalam 200 mL pelarut yaitu etanol 96%, dan Heksan

3
didalam gelas Erlemeyer 250 mL, sambil di goyang. Hasil maserasi diukur
filtratnya lalu dilakukan evaporasi pada suhu 60°C selama 15 menit untuk
menguapkan pelarutnya hingga diperoleh ekstrak kental (pasta). Sedangkan
dengan pelarut akuades serbuk anggrek merpati ditimbang sebanyak 25 g
kemudian ditambahkan air sebanyak 250 mL lalu direbus selama 6 jam pada suhu
50°C. Setelah itu, larutan tersebut disaring untuk mendapatkan ekstrak air anggrek
merpati.
Penentuan kadar air (Depkes 2002)
Cawan porselen dikeringkan selama 3 jam dalam oven pada suhu 105°C,
lalu didinginkan dalam eksikator selama 1 jam kemudian bobot cawan ditimbang
(a). Sebanyak 5 g sampel ditimbang (b), lalu dimasukkan ke dalam cawan
porselen dan dikeringkan dalam oven selama 4-6 jam pada suhu 105°C. Setelah
itu, didinginkan dalam eksikator dan ditimbang kembali (c). Pengukuran kadar air
diulang sampai 3 kali, hingga dicapai bobot konstan, dan dihitung kadar airnya.
Adapun rumus penentuan kadar air sebagai berikut:
x100%
% Bobot kering (BK) =
% Kadar air = 100 - %BK
Penapisan Fitokimia (Harborne 1987)
Penapisan fitokimia terhadap daun anggrek merpati dilakukan untuk
mengetahui kandungan senyawa bioaktif daun tersebut. Pengujian yang dilakukan
diantaranya adalah uji flavonoid, uji alkaloid, uji tanin, uji triterpenoid dan steroid,
serta uji saponin. Pengujian senyawa bioaktif yang terkandung dalam daun
anggrek merpati ini mengacu pada metode Harborne 1987.
Uji flavonoid. Tabung reaksi disiapkan dan diisi dengan 0.1 g ekstrak dan
ditambahkan 2 mL etanol 90%. Campuran tersebut dikocok hingga homogen dan
dipanaskan pada suhu 100ºC selama 5 menit. Larutan didinginkan dan ditabahkan
larutan H2SO4 pekat. Perubahan warna diamati. Hasil positif ditunjukkan dengan
adanya perubahan menjadi warna merah. Metode tersebut diulangi dengan
menggunakan 1 mL ekstrak daun anggrek merpati yang telah diencerkan.
Uji alkaloid. Ekstrak daun anggrek merpati sebanyak 0.5 g dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dan ditambahkan 5 mL HCl 1%. Larutan dikocok hingga
homogen. Larutan disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh
ditambahkan dengan 1 mL H2SO4. Larutan dibagi menjadi tiga bagian. Bagian
pertama ditambahkan 1 mL pereaksi Dragendrof. Bagian kedua ditambahkan 1
mL pereaksi Meyer. Bagian ketiga ditambahkan 1 mL peraksi Wagner.
Uji tanin. Sebanyak 1 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan 10 mL akuades. Kocok larutan hingga homogen. Larutan dipanaskan
pada suhu 100ºC selama 5 menit. Larutan didinginkan dan ditambahkan larutan
FeCl3 1% sebanyak 5 mL. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya perubahan
warna menjadi biru tua.
Uji saponin. Ekstrak daun anggrek merpati dimasukkan ke dalam tabung
reaksi sebanyak 0.5 g. Akuades ditambahkan ke dalamnya sebanyak 5 mL dan
dikocok. Larutan dipanaskan selama 5 menit pada suhu 100ºC. Larutan
didinginkan dan dikocok selama 10 menit. Hasil positif ditunjukkan dengan
adanya busa yang tidak hilang selama pengocokan.

4
Uji terpenoid dan steroid. Sebanyak 0.1 g ekstrak daun anggrek merpati
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 5 mL etanol 30%. Larutan
dikocok dan dipanaskan pada 100ºC selama 5 menit. Larutan didinginkan dan
disaring. Filtrat yang diperoleh diuapkan. Filtrat diencerkan dengan 1 mL eter.
Larutan dibagi menjadi dua. Larutan ditambahkan dengan 2 tetes asam asetat
anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat. Hasil positif ditunjukkan dengan warna merah
untuk terpenoid dan biru atau hijau untuk steroid.
Uji antioksidan (Bintang M 2009)
Persiapan standar. Standar yang dipakai pada penelitian ini ialah asam
askorbat. Serbuk asam askorbat ditimbang sebanyak 0.005 gram. Serbuk ini
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Akuades dimasukkan pula ke dalam
labu ukur tersebut hingga tanda tera 100 mL. Labu tersebut ditutup dengan
alumunium foil dan dikocok vertikal hingga homogen. Larutan standar asam
askorbat sediaan dengan konsentrasi 50 mL siap diencerkan. Larutan asam
askorbat yang digunakan sebagai standar konsentrasinya yaitu 10 μg/mL, 7.5
μg/mL, 5 μg/mL, 2.5 μg/mL, 1 μg/mL, dan 0.5 μg/mL.
Persiapan reagen DPPH. Serbuk reagen DPPH sebanyak 0.005 gram
ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Akuades dimasukkan pula
ke dalam labu ukur 50 mL. Labu tersebut ditutup dengan alumunium foil dan
diultrasonikasi selama 30 menit hingga homogen. Larutan reagen DPPH 100
μg/mL siap digunakan.
Uji antioksidan metode DPPH. Sebanyak 100 μL ekstrak sampel/standar
diletakkan ke dalam plat mikro. Kemudian reagen DPPH 100 μg/mL sebanyak
100 μL ditambahkan kedalam plat mikro tersebut. Campuran dikocok hingga
homogen inkubasi larutan uji di ruang yang gelap selama 90 menit. Absorbansi
dibaca dengan microplat reader pada panjang gelomabang 517 nm (Bintang M
2009)
Aktivitas Inhibisi α-Glukosidase (Saraswaty 2010)
Pengujian inhibisi α-glukosidase dilakukan dengan modifikasi metode
Saraswaty (2010). Pengujian terhadap inhibisi aktivitas enzim α-glukosidase
menggunakan substrat p-nitrofenil-α-D-glukopiranosida (p-NPG) dan enzim αglukosidase. Larutan enzim dibuat dengan melarutkan 1.0 mg enzim αglukosidase dalam larutan bufer fosfat (pH 7) yang mengandung 200 mg serum
bovin albumin. Sebelum digunakan enzim diencerkan 25 kali dengan bufer fosfat
pH 7.
Sampel ekstrak daun anggrek merpati masing-masing dilarutkan dalam
DMSO dengan konsentrasi 1000, 500, 250, 125, 62.5, 31.25 μg/mL. Pengujian
aktivitas inhibisi enzim α glukosidase dengan mereaksikan sampel ekstrak daun
anggrek merpati, enzim α-glukosidase dan substrat p-NPG. Penghentian reaksi
enzim substrat dilakukan dengan penambahan Na2CO3 200 mM. Sistem reaksi
seperti pada Tabel 1 disiapkan pada microplate. Larutan kemudian diukur
absorbansinya menggunakan microplate reader pada panjang gelombang 400 nm.
Percobaan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.
Tablet akarbosa (Glukobay) digunakan sebagai kontrol positif. Akarbosa
dilarutkan dalam buffer posfat dan HCl 2 N (1:1) dengan konsentrasi 1% (b/v)
kemudian disentrifus. Supernatan diambil sebanyak 1 μL dan dimasukkan ke

5
dalam campuran reaksi seperti dalam sampel ekstrak. Daya inhibisi enzim αglukosidase dapat dinyatakan dalam % daya inhibisi, dengan rumus sebagai
berikut :
[
]
[
)
[
] ]
Daya inhibisi (%) =
x 100 %
[
]

Keterangan :
C : kontrol negatif
S0 : campuran tanpa enzim
S1 : campuran enzim-substrat dengan ekstrak
Tabel 1 Sistem reaksi inhibisi α-glukosidase
Blanko
Ekstrak (μL)
DMSO (μL)
Bufer (μL)
Substrat
Bufer (μL)
Enzim (μL)

C

10
10
49
49
25
25
Inkubasi 370 C, 5 menit
25
25
Inkubasi 370 C, 30 menit
100
100

Na2CO3
Keterangan :
Blanko : Sistem reaksi tanpa adanya ekstrak dan enzim
C : campuran tanpa ekstrak 20
S0 : campuran dengan enzim, namun tanpa ekstrak
S1 : campuran dengan enzim dan ekstrak

S0

S1

10
49
25

10
49
25

25
-

25

100

100

Uji Toksisitas dengan Metode BSLT(Meyer et al.1982)
Pengujian sitoksisitas pada sampel dilakukan dengan menggunakan metode
Meyer (1982). Telur larva udang A. salina L dimasukkan ke dalam sebuah wadah
yang bersekat dua dengan salah satu sisi tertutup aluminium foil berisi air laut
secukupnya. Wadah tersebut diletakkan dibawah UV, setelah 48 jam telur akan
menetas menjadi larva. Larutan uji ekstrak kasar daun anggrek merpati etanol, air
dan n-heksan, dilarutkan dalam air laut dengan konsentrasi setelah pengenceran
masing-masing menjadi 20, 10, dan 2 μg/mL. Sampel nonpolar yang kurang larut
dilarutkan dengan ditambahkan DMSO. Setelah 48 jm inkubasi, sebanyak 100 μL
air laut (berisi 10-15 ekor larva udang) dimasukkan ke dalam botol uji begitu pula
dengan larutan uji dengan konsentrasi dalam tiap botol menjadi 10, 5, dan 1 2
μg/mL. Sebagai kontrol digunakan air laut yang berisi 10-15 ekor larva udang
tanpa penambahan sampel atau larutan uji dengan konsentrasi yang sama. Setelah
didiamkan selama 24 jam, larva udang yang masih hidup dan sudah mati dihitung
jumlahnya. Data pengujian BSLT dianalisis berdasarkan perhitungan jumlah larva
yang mati dan yang masih hidup. Tingkat kematian atau % mortalitas diperoleh
dengan cara membandingkan antara jumlah larva yang mati dengan jumlah total
larva. Nilai LC50 diperoleh dengan cara menghitung dengan menggunakan rumus
y = a + bx. Nilai y menyatakan larva udang yang mengalami kematian sejumlah
50% setelah diinkubasi selama 24 jam. Nilai a dan b diperoleh dengan
perhitungan menggunakan regresi linier berdasarkan data dari ketiga titik

6
konsentrasi yang digunakan. Nilai x yang diperoleh merupakan konsentrasi
larutan yang menyebabkan kematian terhadap 50% larva udang. Ekstrak
dinyatakan aktif apabila nilai LC50 lebih kecil dai 1000 μg/mL.

HASIL
Kadar Air Daun Anggrek Merpati
Hasil pengukuran kadar air simplisia daun Anggrek merpati asal Bogor
dari tiga kali ulangan yaitu ulangan 1, 2 dan 3 mendapatkan hasil berturut-turut
sebesar 3.42%, 3.32% dan 3.22% dan mendapatkan rata-rata sebesar 3.32% (data
dan perhitungan pada Lampiran 2).
Rendemen Ekstrak daun Anggrek Merpati

Rendemen (%)

Hasil pengukuran rendemen ekstrak daun anggrek merpati dengan pelarut
etanol, heksan dan air (Gambar 2) mendapatkan rendemen berkisar antara 1.98%
hingga 15.77%. Rendemen tertinggi terdapat pada ekstrak daun anggrek merpati
dengan pelarut etanol (15.77%), sedangkan rendemen terendah terdapat pada
ekstrak daun anggrek merpati dengan pelarut heksan (1.98%) (data dan
perhitungan pada Lampiran 3).
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

15.77

4
2

Etanol

Heksan

Air

Ekstrak Daun Anggrek Merpati

Gambar 2. Rendemen ekstrak daun anggrek merpati
Hasil uji Fitokimia Ekstrak Daun Anggrek Merpati
Hasil uji fitokimia ekstrak daun anggrek merpati dengan pelarut etanol,
heksan dan air pada (Gambar 3) menunjukkan bahwa pelarut yang paling banyak
melarutkan senyawa senyawa fitokimia adalah pelarut etanol yaitu senyawa
flavonoid, saponin, tanin, dan steroid, sedangkan pelarut yang paling sedikit
melarutkan senyawa fitokimia adalah pelarut heksan yaitu hanya senyawa steroid.
Gambar hasil fitokimia dapat dilihat pada Lampiran 7.

PENDAHULUAN
Perkembangan pola hidup dan makanan, mengarah pada kebiasaan
mengkonsumsi makanan dan cara hidup yang praktis dan mudah didapat, seperti
mengkonsumsi makanan cepat saji dan kebiasaan merokok tanpa dibarengi
dengan kegiatan olah raga. Dampak yang dihasilkan dari pola hidup yang tidak
baik ini berakibat pada adanya akumulasi radikal bebas di dalam tubuh. Radikal
bebas merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan timbulnya penyakit
degeneratif. Penyakit tersebut digolongkan sebagai penyakit-penyakit akibat
terganggunya metabolisme tubuh seseorang, penyakit yang muncul antara lain
penyakit jantung koroner, penyakit diabetes melitus, darah tinggi, stroke dan
kanker (Steinberg 2009).
Antioksidan adalah zat penghambat reaksi oksidasi akibat radikal bebas
yang dapat menyebabkan kerusakan asam lemak tak jenuh, membran dinding sel,
pembuluh darah, basa DNA, dan jaringan lipid sehingga menimbulkan penyakit
(Subeki 1998). Tubuh tidak mempunyai sistem pertahanan antioksidatif yang
berlebihan, sehingga jika terjadi paparan radikal berlebih tubuh membutuhkan
antioksidan eksogen (Rohdiana 2001). Banyak upaya yang dilakukan untuk
mendapatkan antioksidan dari luar tubuh (eksogen) guna mendukung antioksidan
yang ada di dalam tubuh (endogen). Salah satu antioksidan yang sering dijumpai
adalah golongan fenolik yang banyak ditemukan hampir di setiap tumbuhan.
Berdasarkan Marinova et al. (2005) lebih dari 4000 jenis flavonoid ditemukan di
berbagai tumbuhan tingkat tinggi dan tingkat rendah.
Salah satu penyakit degeneratif akibat akumulasi radikal bebas yaitu
Diabetes melitus. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelainan metabolik
kronis serius yang memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan seseorang atau
suatu kondisi konsentrasi glukosa dalam darah secara kronis lebih tinggi dari pada
nilai normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin atau fungsi insulin
yang tidak efektif (Subroto 2006).
Menurut data yang dikeluarkan World Healt Organisation (WHO) tahun
2010 menyebutkan bahwa 60% penyebab kematian semua umur di dunia adalah
karena penyakit tidak menular. Diabetes melitus menduduki peringkat ke-6
sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat diabetes dan
empat persen meninggal sebelum umur 70 tahun. Pada tahun 2030 diperkirakan
Indonesia akan memiliki penyandang DM sebanyak 21,3 juta jiwa (Depkes 2013).
Indonesia merupakan negara agraris dengan megabiodiversitas, memiliki
keanekaragaman hayati flora dan fauna yang sangat melimpah. Hal ini tentu
membuat Indonesia memiliki berbagai tanam-tanaman yang memiliki berbagai
potensi, salah satunya sebagai obat. Anggrek merpati (Dendrobium chrysotoxum)
merupakan salah satu tumbuhan obat yang banyak tumbuh di India, Indochina,
Myanmar, cina, Thailand, Semenanjung Malaysia, Indonesia termasuk pulau
kalimantan, Filipina, dan Kepulauan di Samudra Pasifik, sehingga mudah ditemui
bahkan pada cabang- cabang pohon di pinggir jalan sekalipun (Wing 1998), tetapi
selama ini anggrek merpati dikenal sebagai jenis anggrek yang kurang
diperhatikan masyarakat. Menurut Zhao Y (2007) Tanaman Anggrek
(Dendrobium chrysotoxum) mempunyai potensi sebagai antidiabetes karena pada
tanaman Dendrobium terdapat senyawa Dendrobin, senyawa tersebut berperan

2
dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah, selain itu daun anggrek merpati
juga memiliki kandungan flavonoid yang tinggi, kandungan flavonoid yang tinggi
ini selain bermanfaat sebagai antidiabetes juga berpotensi sebagai antioksidan,
antiinflamasi dan antikanker (Kumar et al. 2011) .
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh ekstrak daun
(Dendrobium crumenatum Sw.) terhadap aktivitas antioksidan, aktivitas inhibisi
enzim α glukosidase dan toksisitasnya secara in vitro dengan menggunakan tiga
jenis pelarut yaitu air, etanol dan heksan. Penelitian ini diharapkan mampu
memberi informasi ekstrak daun anggrek merpati terhadap aktivitas inhibisi enzim
α-glukosidase, aktivitas antioksidan serta potensinya sebagai senyawa yang
bersifat toksisitas pada larva udang Artemia salina Leach dengan pelarut yang
terbaik, sehingga dapat dieksplorasi lebih lanjut sebagai suatu sumber tanaman
obat.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Februari sampai
dengan April 2014. Tempat pelaksanaan program ini di Laboratorium Biokimia,
Departemen Biokimia dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka IPB.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung reaksi, gelas
piala, rotavapor, shaker, labu Erlemeyer, pipet tetes, pipet Mohr, pipet volumetrik,
oven, cawan porselin, penjepit kayu, penjepit besi, neraca analitik, batang
pengaduk, Elisa, Spektrofotometer Serapan Atom, eksikator, lampu UV, corong
pisah, jarum suntik, gelas ukur, cawan penguap, dan mesin penghalus.
Bahan-bahan yang digunakan, yaitu tanaman anggrek merpati, etanol 70%,
akuades, HCl, ammonia, kloroform, pereaksi Dragendroff, pereaksi Mayer, NaOH,
NaCH3COO, enzim α-glukosidase, p-nitrofenil α-D-glukopiranosida, KH2PO4,
metanol 30 %, H2SO4, FeCl3, telur udang Artemia salina, air, kertas saring,
alkohol teknis,
Prosedur Analisis Data
Ekstraksi Daun Anggrek Merpati (Depkes 2002)
Daun angrek merpati dibersihkan kemudian dikeringkan dengan oven pada
suhu 50°C selama empat hari. Daun yang sudah dikeringkan, dipisahkan dari
pengotornya, kemudian diserbukkan dengan cara diblender dan diayak dengan
ukuran 100 Mesh sehingga diperoleh serbuk