Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Frekuensi Penyiraman untuk Perbaikan Sifat Fisik Tanah Pasir Simulasi Tailing Tambang dan Pertumbuhan Tanaman Bayam

PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN FREKUENSI
PENYIRAMAN UNTUK PERBAIKAN SIFAT FISIK TANAH
PASIR SIMULASI TAILING TAMBANG DAN
PERTUMBUHAN TANAMAN BAYAM

AULIA HARDIANTI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemberian Pupuk
Kandang Ayam dan Frekuensi Penyiraman untuk Perbaikan Sifat Fisik Tanah
Pasir Simulasi Tailing Tambang dan Pertumbuhan Tanaman Bayam adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015
Aulia Hardianti
NIM A14100041

ABSTRAK
AULIA HARDIANTI. Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Frekuensi Penyiraman
untuk Perbaikan Sifat Fisik Tanah Pasir Simulasi Tailing Tambang dan Pertumbuhan
Tanaman Bayam. Dibimbing oleh ENNI DWI WAHJUNIE dan DWI PUTRO TEJO
BASKORO.
Aktivitas penambangan menimbulkan berbagai dampak seperti berkurangnya
lahan pertanian, lahan yang subur, dan menurunnya fungsi lingkungan. Salah satu
bahan sisa tambang adalah pasir tailing. Pemanfaatan pasir tailing sebagai media
tanam menghadapi berbagai kendala secara fisik, kimia, dan biologi tanah karena pasir
tailing mengandung fraksi pasir yang sangat tinggi dan kadar bahan organik yang
rendah. Untuk itu penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh pemberian pupuk
kandang ayam dan frekuensi penyiraman terhadap perbaikan sifat-sifat fisik tanah pasir

simulasi tailing tambang serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman bayam.
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 2 faktor dan 3
ulangan. Faktor pertama adalah pupuk kandang ayam dosis 0, 10, dan 20 ton/ha. Faktor
kedua adalah frekuensi penyiraman yaitu 2, 4, dan 6 hari sekali dengan volume air
yang ditambahkan sebanyak 750 ml/pot setiap kali penyiraman. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pupuk kandang ayam berpengaruh nyata meningkatkan pori air
tersedia, dan tidak berpengaruh nyata terhadap bobot isi, ruang pori total, serta pori
drainase di dalam tanah. Perlakuan frekuensi penyiraman menunjukkan pengaruh yang
tidak nyata pada sifat-sifat fisik tanah yang diamati. Tanaman bayam sebagai tanaman
indikator dapat tumbuh dan beradaptasi pada media simulasi tailing tambang dengan
dan tanpa pupuk kandang ayam, baik yang disiram 2, 4, maupun 6 hari sekali. Pupuk
kandang ayam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 40 HST, namun tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, dan bobot tanaman. Respon tanaman bayam
terhadap pemberian pupuk kandang ayam dosis 10 dan 20 ton/ha menunjukkan hasil
yang lebih baik dibandingkan kontrol. Perlakuan frekuensi penyiraman berpengaruh
nyata pada semua parameter pertumbuhan tanaman yang diamati. Frekuensi
penyiraman dua (2) hari sekali tidak lebih baik dalam meningkatkan produksi bayam
dibandingkan frekuensi penyiraman empat (4) dan enam (6) hari sekali karena terjadi
waterlogging dan translokasi partikel.
Kata kunci: bayam, pasir tailing tambang, pupuk kandang ayam, frekuensi penyiraman


ABSTRACT
AULIA HARDIANTI. Application of Chicken Manure and Watering Frequency for
Soil Physics Improvement of Sand Mining Tailing Simulation and The Growth of
Spinach. Supervised by ENNI DWI WAHJUNIE and DWI PUTRO TEJO
BASKORO.
Mining activities cause various effects such as reduced agricultural land,
fertile land, and decreased function of environment. One of mine waste material is sand
tailings. Utilization of sand tailings as growing media faces physical, chemical, and
biological problems due to its very high sand fraction and very low organic matter
content. This study aims to evaluate the effect of chicken manure and watering
frequency to improve physical of soil simulation sand mine tailings and their effect on
spinach growth. The design used was a completely randomized design with 2 factors
and 3 replications. The first factor was the chicken manure doses of 0, 10, and 20
tons/ha. The second factor was the watering frequency of 2, 4, and 6 days with a
volume of 750 ml / pot for each watering. The results show that chicken manure
significantly increase the available pore water, but does not significantly affect the bulk
density, total pore space, as well as pore drainage of the soil. Watering frequency
treatment has no significant influence on the physical properties of the soil. Spinach as
indicator plants can grow and adapt to the media of simulated mine tailings with and

without chicken manure, watered either 2, 4, or 6 days. Chicken manure significantly
affects plant height at 40 HST, but does not on the number of leaves and the weight of
the plant. Spinach responses better to the application chicken manure of 10 ton/ha and
20 ton/ha than control. Treatment frequency of watering significantly affects all plant
growth parameters observed. Frequency of watering two (2) days provide worse
spinach production compare to the frequency of watering four (4) and six (6) days due
to waterlogging and translocation of particles.
Keywords: chicken manure , mine tailings sand, spinach , watering frequency

PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN FREKUENSI
PENYIRAMAN UNTUK PERBAIKAN SIFAT FISIK TANAH
PASIR SIMULASI TAILING TAMBANG DAN
PERTUMBUHAN TANAMAN BAYAM

AULIA HARDIANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan, penelitian
dan penulisan skripsi ini. Judul yang dipilih dalam penelitian adalah “Pemberian Pupuk
Kandang Ayam dan Frekuensi Penyiraman untuk Perbaikan Sifat Fisik Tanah Pasir
Simulasi Tailing Tambang dan Pertumbuhan Tanaman Bayam” yang disusun untuk
memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Dr Ir Enni Dwi Wahjunie, MSi sebagai dosen pembimbing skripsi I senantiasa
membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis selama penelitian sampai

penulisan skripsi.
2. Dr Ir Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc sebagai dosen pembimbing skripsi II yang
senantiasa memberikan saran, kritik, arahan, dan motivasi kepada penulis
selama menyelesaikan skripsi ini.
3. Ir Wahyu Purwakusuma, MSc sebagai dosen penguji yang telah memberikan
masukkan dan arahan untuk menyempurnakan skripsi ini.
4. Bapak (almarhum) dan Mama tercinta atas pengorbanan dan kasih sayang yang
tak pernah habis, serta doa yang tak pernah putus untuk penulis.
5. Adik-adik tersayang (Irfan, Naufal, Alisa, dan Azmi) atas tangis dan tawa yang
senantiasa memotivasi penulis.
6. Kawan-kawan terdekat dalam arti sebenarnya atas doa, dukungan, pelajaran
dan bantuan yang tiada henti untuk penulis.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membacanya.

Bogor, Juli 2015
Aulia Hardianti

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Pupuk Kandang Ayam

2

Tailing Tambang

3

Bayam

3


METODE

4

Lokasi dan Waktu Penelitian

4

Bahan dan Alat

4

Prosedur Percobaan

4

Analisis Data

6


HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Karakteristik Pasir Simulasi Tailing Tambang

6

Kadar Air Kapasitas Lapang (KAKL) Metode Alhricks

7

Pengaruh Pupuk Kandang Ayam dan Frekuensi Penyiraman terhadap Sifat-sifat
Fisik Pasir Simulasi Tailing Tambang

8

Pertumbuhan Tanaman Bayam
SIMPULAN DAN SARAN


13
19

Simpulan

19

Saran

19

DAFTAR PUSTAKA

20

LAMPIRAN

22

RIWAYAT HIDUP

36

DAFTAR TABEL
1. Karakteristik pasir simulasi tailing tambang ............................................................. 7
2. Pengaruh pemberian pupuk kandang ayam dan frekuensi penyiraman
terhadap bobot isi tanah pasir simulasi tailing tambang............................................ 9
3. Pengaruh pemberian pupuk kandang ayam dan frekuensi penyiraman
terhadap ruang pori total pasir simulasi tailing tambang ........................................ 10
4. Pengaruh pemberian pupuk kandang ayam dan frekuensi penyiraman
terhadap pori drainase sangat cepat, pori drainase cepat, dan pori drainase
lambat pada pasir simulasi tailing tambang ............................................................ 12
5. Pengaruh pemberian pupuk kandang ayam dan frekuensi penyiraman
terhadap pori air tersedia pada pasir simulasi tailing tambang ............................... 13
6. Pengaruh pemberian pupuk kandang ayam terhadap tinggi tanaman bayam
pada 18 HST dan 40 HST ........................................................................................ 13
7. Pengaruh frekuensi penyiraman terhadap tinggi tanaman bayam pada 18 dan
40 HST..................................................................................................................... 14
8. Pengaruh pemberian pupuk kandang ayam terhadap jumlah daun tanaman
bayam pada 18 HST dan 40 HST ............................................................................ 16
9. Pengaruh frekuensi penyiraman terhadap jumlah daun tanaman bayam pada
18 HST dan 40 HST ................................................................................................ 17
10. Pengaruh pemberian pupuk kandang ayam terhadap bobot tanaman bayam
pada 40 HST ............................................................................................................ 18
11. Pengaruh frekuensi penyiraman terhadap bobot tanaman bayam pada 40 HST ..... 18

DAFTAR GAMBAR
1. Kadar air tanah menurut waktu pada pengukuran kapasitas lapang Metode
Alhricks
2. Kurva retensi air tanah simulasi tailing tambang dengan berbagai dosis pupuk
kandang ayam pada berbagai frekuensi penyiraman
3. Pengaruh dosis pupuk kandang ayam terhadap tinggi tanaman umur 24
4. Pengaruh dosis pupuk kandang ayam terhadap tinggi tanaman umur 40

8
11
15
16

DAFTAR LAMPIRAN
1. Tekstur tanah simulasi pasir tailing tambang
2. Kadar air kapasitas lapang Metode Alhricks
3. Kadar air (%volume) pada berbagai perlakuan pupuk kandang ayam dan
frekuensi penyiraman
4. Bobot isi tanah, bobot jenis partikel, ruang pori total, dan kadar air
(%volume) pada berbagai pF
5. Distribusi pori pasir simulasi tailing tambang
6. Analisis ragam pengaruh perlakuan pupuk kandang ayam dan frekuensi
penyiraman pada taraf α=5% terhadap bobot isi dan ruang pori total pasir
simulasi tailing tambang

23
23
24
25
26

27

7. Analisis ragam pengaruh perlakuan pupuk kandang ayam dan frekuensi
penyiraman pada taraf α=5% terhadap kadar air pasir simulasi tailing
tambang pada berbagai pF
8. Analisis ragam pengaruh perlakuan pupuk kandang ayam dan frekuensi
penyiraman pada taraf α=5% pori drainase pada pasir simulasi tailing
tambang
9. Analisis ragam pengaruh perlakuan pupuk kandang ayam dan frekuensi
penyiraman pada taraf α=5% terhadap pori air tersedia pada pasir simulasi
tailing tambang
10. Tinggi tanaman bayam pada 18, 24, 30, 36, dan 40 HST
11. Analisis ragam pengaruh perlakuan pupuk kandang ayam dan frekuensi
penyiraman pada taraf α=5% terhadap tinggi tanaman bayam
12. Jumlah daun tanaman bayam pada 18 dan 40 HST dan bobot tanaman 40
HST
13. Analisis ragam pengaruh perlakuan pupuk kandang ayam dan frekuensi
penyiraman pada taraf α=5% terhadap jumlah daun tanaman bayam
14. Analisis ragam pengaruh perlakuan pupuk kandang ayam dan frekuensi
penyiraman pada taraf α=5% terhadap bobot tanaman bayam
15. Pengaruh perlakuan pupuk kandang ayam terhadap tinggi tanaman bayam
16. Pengaruh perlakuan frekuensi penyiraman terhadap tinggi tanaman bayam
17. Pengaruh perlakuan pupuk kandang ayam pada pasir simulasi tailing dengan
penyiraman 2 hari sekali terhadap tanaman bayam umur 40 HST
18. Pengaruh perlakuan pupuk kandang ayam pada pasir simulasi tailing dengan
penyiraman 4 hari sekali terhadap tanaman bayam umur 40 HST
19. Pengaruh perlakuan pupuk kandang ayam pada pasir simulasi tailing dengan
penyiraman 6 hari sekali terhadap tanaman bayam umur 40 HST

27

28

29
30
31
32
33
33
33
34
34
34
35

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertambangan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
penerimaan negara yaitu sebesar 10.43% (BPS 2013). Namun menurut Herjuna
(2011), kegiatan pertambangan dapat memberikan dampak perubahan terhadap
bentang alam dan penurunan kualitas tanah. Salah satu dampak dari kegiatan
pertambangan adalah hamparan tailing. Tailing adalah bahan sisa galian tambang
yang berupa tumpukan pasir dan kerikil yang dibuang setelah mengalami
pencucian (Sutono 2012). Salah satu kegiatan tambang adalah pertambangan
timah yang meninggalkan lahan tailing berupa hamparan pasir. Menurut Sutono
(2012) pertambangan timah di Pulau Bangka menguasai sebagian dari wilayah
Pulau Bangka yang luasnya mencapai 1,16 juta hektar dan penyebaran tailing
bekas tambang timah meliputi areal seluas 198.751 ha.
Upaya reklamasi dan pemanfaatan tailing tambang untuk usaha pertanian
dihadapkan pada beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut diantaranya
adalah kualitas hamparan tailing memiliki pH rendah (4-5), kandungan mikrob
dan unsur hara yang rendah, sehingga dapat dikatakan tingkat kesuburannya
rendah. Hal tersebut terjadi karena tailing mengandung >95% pasir kuarsa,
sedangkan partikel liat dan bahan organik sangat rendah (Pratiwi et al. 2012).
Taling tambang juga memiliki kemampuan memegang air yang sangat rendah.
Pemberian pupuk kandang dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia
dan meningkatkan efisiensi penggunaannya, serta meningkatkan serapan unsur
hara oleh tanaman. Pemberian pupuk kandang juga dapat memperbaiki sifat fisika
tanah, yaitu peningkatan kapasitas tanah menahan air, pengurangan kerapatan
massa tanah, peningkatan porositas total, memperbaiki stabilitas agregat tanah,
dan meningkatkan kandungan humus tanah (Wigati et al. 2006). Perbaikan
kualitas fisika, kimia, dan biologi tanah akan meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Agar tanaman
tumbuh baik kebutuhan air pada tanaman juga harus selalu tercukupi. Hal ini
hanya dapat tercapai jika kemampuan penyediaan air oleh tanah dapat
mengimbangi kehilangan air. Upaya umum yang dilakukan untuk mengatasi
cekaman air adalah dengan pemberian irigasi dan bahan organik.
Tailing tambang memiliki kualitas tanah yang buruk, sehingga agar tailing
tambang tersebut dapat dimanfaatkan sebagai media tanam, perlu adanya
perbaikan kualitas tanah. Pada penelitian ini diharapkan terjadi perbaikan sifatsifat fisika tanah diantaranya bobot isi, ruang pori total, distribusi ukuran pori,
pori air tersedia, dan retensi air tanah. Bahan yang dapat digunakan sebagai
amelioran cukup banyak, salah satunya adalah bahan organik pupuk kandang
ayam. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh
pemberian pupuk kandang ayam dan frekuensi penyiraman terhadap perbaikan
sifat fisika pasir simulasi tailing tambang serta melihat pengaruhnya terhadap
tanaman bayam sebagai tanaman indikator. Menurut Iqbal (2006), bayam
(Amaranthus tricolor L.) merupakan salah satu sayuran yang dapat diproduksi
dengan cepat dan dapat tumbuh pada lahan marginal dimana tanaman lain tidak
mampu bertahan hidup.

2
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengevaluasi pengaruh
pemberian pupuk kandang ayam dan frekuensi penyiraman terhadap perbaikan
sifat-sifat fisik tanah pasir simulasi tailing tambang (bobot isi, ruang pori total,
pori drainase, pori air tersedia, dan retensi air) serta melihat pengaruhnya terhadap
pertumbuhan tanaman bayam sebagai tanaman indikator.

TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk Kandang Ayam
Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa tumbuhan dan
binatang yang sebagian dan atau seluruhnya telah mengalami pelapukan. Bahan
demikian berada dalam proses pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan
jasad mikro, sehingga bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap. Oleh karena
itu, perlu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang
(Soepardi 1983).
Bahan organik merupakan salah satu pembenah tanah yang telah dirasakan
manfaatnya dalam perbaikan sifat-sifat tanah baik sifat fisik, kimia dan biologi
tanah. Secara fisik memperbaiki struktur tanah, menentukan tingkat
perkembangan struktur tanah dan berperan pada pembentukan agregat tanah,
meningkatkan daya simpan air karena bahan organik mempunyai kapasitas
menyimpan air yang tinggi (Bondansari dan Susilo 2011).
Penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat terjadi secara alami atau
sengaja dimasukkan oleh manusia. Soepardi (1983) menerangkan, bila bahan
organik dimasukkan ke dalam tanah akan terjadi tiga reaksi umum. Pertama,
bahan organik mengalami oksidasi enzimatik dengan karbondioksida, air, dan
energy sebagai hasil utama. Kedua, unsur-unsur fungsional, nitrogen, fosfor, dan
belerang dibebaskan serta digunakan oleh serangkaian reaksi spesifik yang khas
bagi tiap unsur. Ketiga, senyawa yang tahan terhadap jasad renik akan dibentuk,
baik dari senyawa yang berasal dari bahan organik semula atau hasil bentukan
jasad mikro. Setiap reaksi tersebut mempunyai segi praktikal yang nyata.
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari berbagai bahan organik, baik
dari sampah (limbah) atau sisa tumbuh-tumbuhan. Salah satu pupuk organik
adalah pupuk kandang ayam. Menurut United State Departemen of Agriculture
(2014) pupuk kandang adalah feces, urine dan kotoran lain yang diproduksi oleh
ternak dan bukan merupakan kompos. Kotoran ayam merupakan sumber hara
yang penting karena mempunyai kandungan nitrogen (5-8%) dan fosfat (1-2 %)
yang lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang lain (Kirchmann dan Witter 1992).
Tanaman sayur-sayuran pada umumnya akan tumbuh baik pada tanah
dengan kandungan bahan organik (humus) yang tinggi, tidak tergenang, memiliki
aerasi dan drainasi yang baik (Hadisoeganda 1996). Kandungan bahan organik
yang rendah merupakan kendala utama dalam produksi sayur-sayuran. Oleh
karena itu untuk mendapatkan produksi sayur-sayuran yang tinggi, disamping
pemberian pupuk kimia juga harus dilakukan pemberian pupuk organik.

3
Tailing Tambang
Lahan pasca tambang memiliki karakteristik yang berbeda dari ekosistem
aslinya. Lahan ini merupakan lahan marginal dengan karakteristik yang paling
menonjol adalah tipisnya lapisan atas tanah (top soil). Kegiatan penambangan
umumnya mengakibatkan tanah tidak mampu meresap dan menyimpan air pada
musim hujan, sehingga aliran permukaan menjadi tinggi dan berdampak pada
peningkatan laju erosi. Sebaliknya pada musim kering tanah menjadi padat dan
keras, yang menyebabkan buruknya sistem tata air dan peredaran udara yang
secara langsung dapat membawa dampak negatif terhadap perkembangan dan
fungsi akar (Setiadi 2003).
Sutono (2012) menyatakan penambangan di daratan merupakan tambang
terbuka yang dimulai dari penggalian dan pemindahan solum tanah. Solum tanah
terdiri dari tanah pucuk (tanah berwarna hitam yang juga mengandung humus)
dan overburden yang dikenal dalam ilmu tanah sebagai bahan induk tanah. Bijih
timah berada berada pada lapisan kedalaman tertentu dan banyak mengandung
pasir, sehingga menghasilkan pasir tailing dan membentuk kolong (lubang besar).
Tailing tambang mempunyai kadar pasir yang sangat tinggi (95% fraksi
pasir), pH menjadi masam (3.8 – 4.3), peningkatan kadar Al-dd, penurunan nilai
KTK dan kadar C-organik tanah, kandungan P tersedia menurun drastis, basa-basa
dalam tanah yang awalnya tergolong rendah juga mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan tanah asli sebelumnya (Saptaningrum 2001).
Bayam
Bayam merupakan salah satu jenis sayuran daun yang banyak diminati
oleh berbagai kalangan masyarakat. Bayam dapat menjadi sumber protein yang
baik dan murah bagi para penduduk di daerah tropika, subtropika, dan iklim
sedang. Selain itu, tanaman bayam juga mengandung pro vitamin A, vitamin C,
zat besi, tiamin, riboflavin, dan serat dalam jumlah yang cukup besar. Bayam
menempati urutan ke-11 dari 18 jenis sayuran komersial yang dibudidayakan dan
dihasilkan oleh Indonesia. (Hadisoeganda 1996).
Bayam adalah tanaman setahun dan berumur pendek. Meskipun sistem
perakaran bayam umumnya jarang, tetapi karena bayam merupakan tanaman C4,
bayam toleran terhadap suhu tinggi dan kekeringan (Rubatzky dan Yamaguchi
1999). Tanaman bayam yang memiliki siklus hidup yang relatif singkat ini
mampu menghasilkan biji dalam jumlah banyak berukuran kecil sehingga daya
sebarnya luas (Hadisoeganda, 1996).
Penyakit yang biasa menyerang tanaman bayam adalah penyakit lodoh
(mati bibit/damping off) disebabkan oleh Phytium sp., bercak daun disebabkan
oleh Cercospora sp., dan karat putih yang disebabkan oleh Albugo. Serangga
penggerek dan nematoda juga merupakan penyebab kerusakan tanaman bayam
(Rubatzky dan Yamaguchi 1999).

4

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan,
Dramaga, Bogor. Analisis sifat-sifat fisik tanah dilakukan di Laboratorium
Konservasi Tanah dan Air, serta Laboratorium Sumberdaya Fisik Lahan,
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan November 2014 hingga
Februari 2015.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan selama penelitian adalah pasir komersial dengan
kadar fraksi pasir yang tinggi, pupuk kandang ayam, benih bayam merah varietas
Mira, pupuk kimia (urea, KCl, SP-36), dan bahan-bahan lain yang digunakan
untuk analisis di laboratorium.
Alat yang digunakan selama penelitian adalah alat-alat untuk penanaman
bayam (pot, gembor, plastik terpal, gelas ukur), alat-alat untuk pengamatan
parameter pertumbuhan (timbangan, penggaris, alat tulis, dan kamera), serta alatalat untuk analisis di laboratorium.
Prosedur Percobaan
Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap secara faktorial dengan perlakuan :
1. Pupuk kandang ayam yang terdiri dari 3 taraf, yaitu:
a. K : kontrol (pupuk kandang ayam dengan dosis 0 ton/ha)
b. A1 : pupuk kandang ayam dengan dosis 10 ton/ha
c. A2 : pupuk kandang ayam dengan dosis 20 ton/ha
2. Frekuensi penyiraman tanaman terdiri dari 3 taraf, yaitu:
a. P1 : penyiraman 2 hari sekali
b. P2 : penyiraman 4 hari sekali
c. P3 : penyiraman 6 hari sekali
Perlakuan pupuk kandang ayam dan frekuensi penyiraman dikombinasikan,
kemudian tiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali sehingga didapatkan 27 satuan
percobaan. Perlakuan frekuensi penyiraman dilakukan saat tanaman bayam
setelah tumbuh daun sebanyak 5 lembar atau setelah tanaman tidak mengalami
stress air (±14 HST) dengan volume air yang ditambahkan pada semua pot
percobaan adalah sama yaitu 750 ml per pot percobaan, sesuai perhitungan
kapasitas lapang pasir simulasi tailing pada analisis awal (sebelum dilakukan
penanaman) yaitu 14.94%-bobot.

5
Pelaksanaan Percobaan dan Penanaman Bayam
Pelaksanaan Percobaan. Pasir yang digunakan pada penelitian adalah
pasir komersial. Pasir kemudian dikering udarakan selama 4 hari di suatu ruangan
terbuka di Kebun Percobaan Cikabayan University Farm, Institut Pertanian Bogor,
dilanjutkan dengan proses pengayakan 2 mm. Untuk mengetahui karakteristik
pasir sebelum diaplikasikan, dilakukan analisis awal meliputi: (1) pengukuran
kadar air dan bobot isi tanah untuk menentukan besarnya kadar air tanah
dalam %-bobot serta mengetahui kepadatan tanah menggunakan metode
gravimetrik dan penggunaan ring sample, (2) penetapan tekstur tanah dengan
metode Pipet untuk menentukan perbandingan relatif partikel tanah, (3)
pengukuran C-organik dengan metode Walkley and Black untuk menentukan
kadar bahan organik tanah, dan pengukuran kadar air kapasitas lapang (KAKL)
dengan metode Alhrichs.
Pengukuran kadar air kapasitas lapang (KAKL) dengan metode Alhricks
merupakan suatu metode yang menganggap terjadinya pengisian pori-pori kapiler
tanah dipengaruhi oleh air yang bergerak secara gravitasi. Tahapan pengerjaan
dengan metode Alhricks adalah menempatkan zeolit dalam toples ukuran ±500 ml
setinggi 4-5 cm dari dasar toples, kemudian meletakkan pipa gelas dengan posisi
tegak lurus dengan permukaan zeolit yang sebelumnya sudah dilapisi kain kasa.
Contoh tanah kering udara dimasukkan ke dalam toples sampai 3,5 cm dari tepi
atas toples, kemudian diketuk 50 kali untuk mencapai bobot isi standar. Lapisan
tanah diberi air dengan sprayer sedalam 2.5 – 4.0 cm sehingga air tidak sampai
membasahi zeolit. Toples ditutup dengan plastik dan contoh tanah diambil dari
toples sedalam kira-kira 2.5 cm dari permukaan dan ditetapkan kadar airnya
berdasarkan bobot tanah kering oven 1050C (metode gravimetrik). Pengambilan
sampel tanah dilakukan pada interval waktu tertentu yaitu yaitu 0 jam, 1 jam, 2
jam, 4 jam, 8 jam, 12 jam, 24 jam, dan 48 jam. Penggunaan intensitas waktu
tersebut bertujuan untuk melihat penurunan kadar air secara bertahap. Kadar air
kapasitas lapang ditentukan saat kadar air tanah menunjukkan nilai yang konstan.
Penanaman Bayam. Pasir yang sudah dalam kondisi kering udara
dimasukkan ke dalam pot dengan bobot 5 kg/pot. Agar media tanam tidak turun
(keluar pot) saat dilakukan pengetukkan maka pot dilapisi saringan (kain kasa)
sebelum media tanam dimasukkan ke dalam pot. Kemudian ditambahkan pupuk
kandang ayam dengan dosis sesuai perlakuan dengan cara disebar merata.
Selanjutnya, pasir dan pupuk kandang ayam diinkubasi dalam pot selama satu
minggu. Setelah itu, dibuat lima buah lubang tanam pada tiap pot percobaan dan
benih disebar secara merata pada media tanam yaitu satu benih per lubang (5
benih per pot percobaan), kemudian ditutup tipis dengan media tanam. Dua hari
sebelum benih disebar, media tanam diberi pupuk kimia yaitu Urea dosis 1.2 g,
TSP dosis 0.9 g, dan KCl dosis 0.6 g per pot percobaan.
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman setiap hari sebelum
perlakuan frekuensi penyiraman untuk mempertahankan agar tanaman tidak
mengalami stress dan penyiangan dari gulma. Pada saat tanaman sudah
menghasilkan 5 helai daun (14 HST), kemudian dilakukan penyulaman tanaman
dan dipertahankan satu tanaman per pot. Tanaman lainnya dipotong dengan
menggunakan gunting agar tidak mengganggu perakaran.

6
Pengamatan Beberapa Parameter
1. Pengamatan terhadap tanaman bayam.
Parameter yang diamati antara lain tinggi tanaman umur 18, 24, 30, 36,
dan 40 hari setelah tanam (HST), dengan mengukur tinggi tanaman dari pangkal
batang bawah sampai ujung daun paling atas. Jumlah daun pada 18 dan 40 HST,
dengan menghitung seluruh daun yang tumbuh pada tanaman bayam. Pengamatan
bobot basah tanaman pada saat panen yaitu 40 HST, dengan cara memotong pada
bagian pangkal batang bawah, sehingga tidak mengganggu agregat tanah,
kemudian ditimbang langsung dengan timbangan digital.
2. Pengamatan terhadap sifat-sifat fisik tanah
Pengamatan sifat fisik tanah yang pertama adalah kadar air lapang yang
dilakukan setelah perlakuan frekuensi penyiraman diaplikasikan (14 HST).
Sampel tanah diambil sesaat sebelum penyiraman untuk mengetahui variasi kadar
air pada setiap perlakuan. Kadar air tanah ditentukan secara gravimetri dengan
mengambil sampel tanah pada pot percobaan dan dioven selama 24 jam.
Pengamatan kedua adalah bobot isi tanah setelah perlakuan. Sampel tanah
diambil setelah masa panen bayam (40 HST). Bobot isi dan bobot jenis partikel
dihitung dengan metode gravimetrik menggunakan ring sample dan metode
piknometer.
Pengamatan ketiga adalah kadar air pada hisapan matriks tertentu (pF),
menggunakan metode Pressure plate. Contoh tanah yang digunakan adalah tanah
agregat utuh yang diambil pada setiap pot percobaan setelah tanaman bayam
selesai dipanen. Setelah itu dilakukan perhitungan ruang pori total, pori drainase
dan pori air tersedia. Kadar air pada pF 0.00 menunjukkan porositas total, pF
0.00-1.00 menunjukkan pori drainase sangat cepat, pF 1.00-2.00 menunjukkan
pori drainase cepat, pF 2.00-2.54 menunjukkan pori drainase lambat, dan pF 2.544.20 menunjukkan pori air tersedia.
Analisis Data
Untuk melihat pengaruh perlakuan, baik perlakuan tunggal maupun
interaksinya terhadap sifat-sifat fisik tanah dan pertumbuhan tanaman dilakukan
analisis ragam berupa uji ANOVA. Untuk melihat perbedaan pengaruh pada tiap
taraf dilakukan analisis lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf
5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Pasir Simulasi Tailing Tambang
Karakteristik pasir simulasi tailing tambang yang diamati meliputi bobot isi
(BI), bobot jenis partikel (BJP), tekstur, dan kandungan C-organik. Hasil analisis
disajikan pada Tabel 1. Tabel tersebut menunjukkan bahwa bobot isi pasir
simulasi tailing dalam penelitian ini masih dalam kisaran bobot isi tanah pasir
yaitu 1.20-1.80 g/cm3 (Hardjowigeno 2002). Bobot isi menunjukkan tingkat

7
kepadatan tanah. Tingginya bobot isi disebabkan karena partikel yang berukuran
kasar mendominasi penyusun tanah sehingga jumlah ruang pori totalnya rendah.
Bobot jenis partikel merupakan nisbah antara bobot kering partikel tanah
tanpa udara terhadap volumenya. Pasir simulasi tailing tambang pada penelitian
ini memiliki bobot jenis partikel sebesar 2.52 g/cm3. Banyaknya mineral berat
berupa fraksi pasir yang tinggi pada simulasi tailing menyebabkan besarnya nilai
bobot jenis partikel tanah tersebut.
Tabel 1 Karakteristik pasir simulasi tailing tambang
Sifat Tanah
Bobot Isi (g/cm3)
Bobot Jenis Partikel (g/cm3)
Kadar air (%)
Tekstur
Pasir (%)
Debu (%)
Klei (%)
Kelas Tekstur
C-organik (%)

Pasir Simulasi Tailing Tambang
1.22
2.52
1.86
89.27
8.73
2.00
Pasir
0.1

Tabel 1 juga menunjukkan bahwa pasir simulasi tailing mengandung fraksi
pasir sebesar 89.27%, debu 8.73%, dan klei 2.00%, nilai-nilai tersebut mendekati
tekstur pasir tailing pada penelitian Sutono (2012) dengan kandungan fraksi pasir
sebesar 92.0%, debu 5.5%, dan klei 2.5%. Kandungan C-organik pasir simulasi
tailing sebesar 0.1%, angka tersebut tergolong sangat rendah menurut Balittanah
(2005)
Kadar Air Kapasitas Lapang (KAKL) Metode Alhricks
Kapasitas lapang adalah jumlah air yang ditahan dalam tanah sesudah air
yang berlebih terdrainase dan laju pergerakan ke bawah telah sangat lambat. Pada
kondisi di lapang keadaan tersebut biasanya tercapai 2 atau 3 hari setelah hujan
atau pemberian air (Soepardi 1983). Terdapat tiga metode untuk menetapkan
kadar air kapasitas lapang yaitu metode Alhricks, drainase bebas, dan Pressure
plate. Pada penelitian ini, KAKL ditetapkan dengan menggunakan metode
Alhircks. Menurut Baskoro dan Tarigan (2007), penyetaraan kadar air kapasitas
lapang dengan kadar air pF 2,54 (metode Pressure plate) cenderung memberikan
hasil yang terlalu rendah oleh karena itu metode Alhricks dianggap sebagai
metode yang tepat untuk pengukuran kadar air kapasitas lapang pada penelitian ini.
Hasil analisis kadar air kapasitas lapang metode Alhricks pada selang waktu
tertentu disajikan pada Gambar 1.
Data yang diperoleh menunjukkan adanya penurunan kadar air seiring
waktu inkubasi (Lampiran 12). Pada aliran jenuh, semua ruang pori terisi penuh
oleh air, air tersebut bergerak dengan cepat melalui pori yang lebih besar.
Potensial matrik mendekati nol dan potensial gravitasi merupakan gaya utama
yang mengakibatkan aliran air (Foth, 1990). Nilai kadar air kapasitas lapang
(KAKL) pada Gambar 1 ditetapkan dengan mencari titik singgung pada kurva
yaitu titik dimana terjadi perubahan kemiringan kurva (setelah titik tersebut kurva

8
mulai mendatar), sehingga diperoleh nilai KAKL pada pasir simulasi tailing
adalah 14.94% yang tercapai setelah 12 jam drainase terjadi. Jika dibandingkan
dengan pernyataan Soepardi (1983) bahwa pada umumnya kapasitas lapang
tercapai pada 48 atau 72 jam setelah drainase terjadi, sedangkan pasir simulasi
tailing tambang menunjukkan waktu tercapainya KAKL yang jauh lebih cepat.
Keadaan demikian dipengaruhi oleh kadar fraksi pasir pada pasir simulasi tailing
yang tinggi dan mempunyai pori makro (pori drainase) yang dominan sehingga
proses drainasenya berlangsung cepat serta tidak dapat menahan air dalam waktu
yang lama.

Kasar Air (%)

25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
0

1

2

4

8

Waktu (Jam)

12

24

48
KAKL

Gambar 1 Kadar air tanah menurut waktu pada pengukuran kapasitas lapang
Metode Alhricks
Pengaruh Pupuk Kandang Ayam dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Sifat-sifat Fisik Pasir Simulasi Tailing Tambang
Bobot Isi
Bobot isi tanah adalah bobot kering suatu unit volume tanah dalam
keadaan utuh, yang dinyatakan dalam gram per sentimeter kubik. Berdasarkan
hasil analisis ragam (Lampiran 6) dapat diketahui bahwa perlakuan pupuk
kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap bobot isi tanah. Penambahan
pupuk kandang dosis 10 dan 20 ton/ha tidak menyebabkan adanya perbedaan yang
nyata. Walaupun demikian, jika dibandingkan dengan kontrol terlihat
kecenderungan menurunkan bobot isi tanah. Begitu juga, perlakuan frekuensi
penyiraman tidak berpengaruh nyata terhadap bobot isi tanah pasir simulasi
tailing tambang berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 6). Menurut Soepardi
(1983) dalam waktu yang singkat sifat tanah tidak banyak berubah, walaupun
proses yang berlangsung dalam tanah sangat aktif.
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa bobot isi tanah cenderung mengalami
penurunan setelah diberikan perlakuan pupuk kandang ayam dan frekuensi
penyiraman jika dibandingkan dengan bobot isi pasir simulasi tailing pada analisis
pendahuluan (sebelum perlakuan penanaman). Pada perlakuan dosis 0 ton/ha
bobot isi lebih kecil daripada bobot isi pada saat analisis awal dikarenakan adanya
pengaruh tanaman yang tumbuh pada perlakuan, dimana akar tanaman akan
menghasilkan pori dan menjadikan tanah lebih porous. Pemberian pupuk kandang
ayam 10 dan 20 ton/ha menurunkan bobot isi tanah rata-rata 0.065 g/cm3. Bahan

9
organik dalam tanah berperan sebagai perekat (pengikat) partikel tanah sehingga
agregasi tanah menjadi baik, ruang pori tanah meningkat dan bobot isi menurun.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Triwahyuningsih (1998) bahwa bahan
organik berfungsi sebagai cementing agent (mengandung zat perekat), ketika
diberikan ke dalam tanah akan terjadi proses agregasi (terbentuk agregat),
kemudian menciptakan ruang pori sehingga bobot isi tanah cenderung menurun.
Selain itu, penambahan bahan organik dapat menurunkan bobot isi tanah,
disebabkan karena bahan organik yang ditambahkan mempunyai kerapatan jenis
yang lebih rendah dan mengakibatkan bobot per satuan volume tanah menjadi
lebih rendah dibanding tanpa pemberian bahan organik.
Tabel 2 Pengaruh pemberian pupuk kandang ayam dan frekuensi penyiraman
terhadap bobot isi tanah pasir simulasi tailing tambang
Perlakuan
Pupuk Kandang Ayam
Dosis 0 ton/ha
Dosis 10 ton/ha
Dosis 20 ton/ha
Frekuensi Penyiraman
2 hari sekali
4 hari sekali
6 hari sekali

Bobot Isi (g/cm3)
1.19a
1.15a
1.16a
1.18a
1.17a
1.15a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5 %
Catatan
: BI pasir simulasi tailing sebelum perlakuan adalah 1.22 g/cm2

Pada perlakuan penyiraman 6 hari sekali menunjukkan bobot isi yang
cenderung lebih rendah dibandingkan perlakuan 2 dan 4 hari sekali. Hal tersebut
diduga pada perlakuan 2 dan 4 hari sekali terjadi pemadatan partikel halus tanah
karena cara penyiraman yang sekaligus (bukan dengan cara tetes), dan jumlah air
ditambahkan terlalu banyak yaitu 750 ml setiap kali penyiraman, sehingga bobot
isi cenderung sedikit mengalami penurunan. Lain halnya pada penyiraman 6 hari
sekali, meskipun penambahan dan jumlah air ditambahkan sama, tetapi selang
waktu penyiraman lebih lama yaitu 6 hari sekali, sehingga tanah tidak mengalami
penjenuhan dan menyebabkan bobot isi tanah cenderung lebih menurun.
Ruang Pori Total
Ruang pori total (RPT) merupakan salah satu sifat fisik tanah yang penting
diperhatikan karena berhubungan dengan aerasi dan drainase yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Ruang pori total ditempati oleh air dan atau
udara (Soepardi 1983).
Berdasarkan hasil analisis ragam, perlakuan pupuk kandang ayam dan
frekuensi penyiraman tidak berpengaruh nyata terhadap persentase ruang pori
total (Lampiran 6). Hal tersebut diduga karena aplikasi perlakuan dilakukan pada
waktu yang cukup singkat yaitu sekitar 40 hari, sehingga belum terbentuk struktur
tanah yang lebih mantap pada pasir simulasi tailing tambang. Namun, dapat
dilihat pada Tabel 3 bahwa pupuk kandang ayam cenderung meningkatkan ruang
pori total dibandingkan kontrol.

10
Bahan organik merupakan bahan perekat dalam agregasi tanah, berfungsi
juga sebagai bahan makanan organisme tanah.serta dapat meningkatkan populasi
mikroorganisme tanah baik jamur dan actinomycetes. Melalui pengikatan secara
fisik butir-butir primer oleh miselia jamur dan actinomycetes, maka akan
terbentuk agregat dan meningkatkan ruang pori total, walaupun semua perlakuan
pupuk kandang ayam dan frekuensi penyiraman tidak berpengaruh nyata.
Tabel 3 Pengaruh pemberian pupuk kandang ayam dan frekuensi penyiraman
terhadap ruang pori total pasir simulasi tailing tambang
Perlakuan
Pupuk Kandang Ayam
Dosis 0 ton/ha
Dosis 10 ton/ha
Dosis 20 ton/ha
Frekuensi Penyiraman
2 hari sekali
4 hari sekali
6 hari sekali

RPT (%volume)
52.85a
54.35a
54.12a
53.27a
53.64a
54.41a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5 %
RPT= ruang pori total

Kadar Air Tanah pada Berbagai Hisapan Matriks Tertentu (pF)
Kurva pF menggambarkan hubungan antara kadar air (KA) yang
terkandung dalam tanah pada berbagai tekanan. Semakin tinggi tekanan yang
diberikan maka kadar air dalam tanah akan semakin berkurang. Hubungan kadar
air pada pasir simulasi tailing tambang dengan tekanan/ hisapan matriks tertentu
disajikan pada Gambar 2 dan Lampiran 4. Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa
kurva cenderung curam pada hisapan matriks (pF) yang tinggi dan landai pada
hisapan matriks (pF) yang rendah. Pada pF tinggi, air yang dapat ditahan tanah
dipengaruhi oleh pori mikro, sedangkan pori-pori mikro di dalam tanah ditentukan
oleh kadar liat. Pada pasir simulasi tailing tambang memiliki kadar liat yang
rendah sehingga pada semua perlakuan pupuk kandang ayam dan frekuensi
penyiraman menunjukkan kadar air yang tidak berbeda nyata pada pF 4.2.
Semakin kecil ukuran pori kapiler, semakin besar tenaga yang dibutuhkan untuk
mengeluarkan atau mengisap air yang terkandung didalamnya. Kurva pF yang
curam menunjukkan bahwa pasir simulasi tailing yang digunakan memiliki
kemampuan retensi air yang rendah.
Gambar 2 menunjukkan perbedaan pola kurva pF antara perlakuan
pemberian pupuk kandang ayam terhadap kontrol, terutama pada pF 1, pF 2, dan
pF 2.54. Pupuk kandang ayam memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar
air pada pF 1, 2, dan 2.54 namun tidak nyata terhadap kadar air pada pF 4.2
(Lampiran 9) sehingga bentuk kurva terlihat berhimpit pada pF 4.2 untuk semua
perlakuan frekuensi penyiraman. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk
kandang ayam berpengaruh terhadap retensi air tanah. Keadaan tersebut diduga
dengan meningkatnya kadar bahan organik di dalam tanah akan meningkatkan
daya pegang tanah terhadap air. Berdasarkan hasil analisis ragam, perlakuan

11
frekuensi penyiraman tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air pada berbagai
pF sehingga tidak terdapat pola yang berbeda pada ketiga perlakuan frekuensi
penyiraman.
4.50

4.50

4.00
3.50

4.00

10 ton/ha

3.50

10 ton/ha

20 ton/ha

3.00

20 ton/ha

2.50
pF

pF

3.00

0 ton/ha

2.00

2.50
2.00

1.50

1.50

1.00

1.00

0.50

0.50

0.00

0 ton/ha

0.00
0

10

20

30

40

50

60

0

10

Kadar Air (%)

20

30

40

50

60

Kadar Air (%)

Frekuensi penyiraman 2 hari sekali

Frekuensi penyiraman 4 hari sekali

4.50
4.00

0 ton/ha

3.50

10 ton/ha

3.00

20 ton/ha

pF

2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0

10 20 30 40 50 60
Kadar Air (%)

Frekuensi penyiraman 6 hari sekali
Gambar 2 Kurva retensi air tanah simulasi tailing tambang dengan berbagai dosis
pupuk kandang ayam pada berbagai frekuensi penyiraman
Pori Drainase
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 7) dapat diketahui bahwa
pupuk kandang ayam, frekuensi penyiraman, dan interaksi antara keduanya tidak
berpengaruh nyata terhadap pori drainase sangat cepat (PDSC), pori drainase
cepat (PDC), dan pori drainase lambat (PDL).

12
Pori drainase sangat cepat dan pori drainase cepat pada pasir simulasi tailing
tambang yang telah diberi perlakuan lebih tinggi persentasinya dibandingkan pori
drainase lambat (Tabel 4). Hal tersebut menunjukkan bahwa pori makro yang
meloloskan air dengan cepat lebih dominan dibandingkan pori yang lebih lambat
meloloskan air disebabkan oleh kadar fraksi pasir yang tinggi. Menurut
Triwahyuningsih (1998), pada bahan organik mengandung zat perekat (cementing
agent) yang berperan dalam merekatkan agregat mikro menjadi agregat yang lebih
besar. Selain itu, pasir memiliki daya menahan air yang rendah, dan karena ukuran
fraksi pasir yang besar menyebabkan ruangan antar partikel yang besar sehingga
air berperkolasi dengan cepat. Oleh karena itu, tanah berpasir memiliki drainase
dan aerasi baik, serta biasanya sangat lepas (Soepardi 1983).
Tabel 4 Pengaruh pemberian pupuk kandang ayam dan frekuensi penyiraman
terhadap pori drainase sangat cepat, pori drainase cepat, dan pori
drainase lambat pada pasir simulasi tailing tambang
Perlakuan
Pupuk Kandang Ayam
Dosis 0 ton/ha
Dosis 10 ton/ha
Dosis 20 ton/ha
Frekuensi Penyiraman
2 hari sekali
4 hari sekali
6 hari sekali

PDSC

PDC

PDL

19.14a
17.07a
17.56a

16.39a
18.73a
15.95a

6.18a
4.94a
5.81a

17.81a
17.41a
18.35a

15.75a
18.82a
16.50a

5.97a
5.16a
5.81a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5 %

Pori Air Tersedia
Menurut Murtilaksono dan Wahjunie (2004), air tersedia adalah sejumlah
air yang berada di pori tanah karena potensial matriks tanah setelah potensial
gravitasi tidak bekerja lagi pada air dalam pori tanah. Pori air tersedia paling
berperan dalam menyimpan dan menyediakan air untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Jika suplai air ke dalam pori air
tersedia berkurang, maka tanaman akan mengalami cekaman air yang berujung
pada kekeringan. Pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap pori air
tersedia (Lampiran 8). Penambahan pupuk kandang ayam dengan dosis 10 dan 20
ton/ha meningkatkan persentase pori air tersedia dibandingkan dengan kontrol.
Jumlah pori air tersedia makin banyak sesuai dengan meningkatnya jumlah pupuk
kandang yang diberikan. Frekuensi penyiraman tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap ruang pori total tanah (Lampiran 8).
Penambahan pupuk kandang ayam dosis 20 ton/ha memiliki pori air
tersedia paling tinggi sebesar 10.46%, hal tersebut karena dosis bahan organik
yang ditambahkan lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lainnya. Sesuai
dengan pendapat Islami dan Utomo (1995) bahwa peningkatan kandungan bahan
organik tanah yang berfungsi sebagai bahan pengikat di dalam pembentukan
agregat tanah dapat menyebabkan ruang antar agregat (pori makro) dan ruang pori
di dalam agregat (pori mikro) lebih banyak terbentuk sehingga pori aerasi dan pori
air tersedia meningkat seiring dengan banyaknya kandungan bahan organik.

13
Menurut Nurmilah (2014), pori air tersedia (antara pF 2.54 - pF 4.2) nyata
berkorelasi positif dengan bahan organik dan ruang pori total.
Tabel 5 Pengaruh pemberian pupuk kandang ayam dan frekuensi penyiraman
terhadap pori air tersedia pada pasir simulasi tailing tambang
Perlakuan

Pori Air Tersedia
(%volume)

Pupuk Kandang Ayam
Dosis 0 ton/ha
Dosis 10 ton/ha
Dosis 20 ton/ha
Frekuensi Penyiraman
2 hari sekali
4 hari sekali
6 hari sekali

6.70b
8.93a
10.46a
9.01a
8.00a
9.07a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5 %

Menurut Lembaga Penelitian Tanah (1980), kemampuan pori air tersedia
dalam memegang air pada pasir simulasi tailing tambang dengan penambahan
pupuk kandang ayam dosis 0 dan 10 ton/ha tergolong rendah karena memiliki pori
air tersedia berkisar 5-10% volume, sedangkan perlakuan dosis 20 ton/ha
tergolong sedang karena memiliki pori air tersedia berkisar 10-15% volume. Oleh
karena itu, pupuk kandang ayam dosis 20 ton/ha dapat meningkatkan pori air
tersedia di dalam tanah.
Pertumbuhan Tanaman Bayam
Pengaruh Perlakuan Pupuk Kandang Ayam terhadap Tinggi Tanaman
Pengaruh perlakuan pupuk kandang ayam terhadap tinggi tanaman bayam
pada 18 HST dan 40 HST disajikan pada Tabel 6. Perlakuan pupuk kandang ayam
tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 18 HST, namun
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 40 HST (Lampiran 11). Pada
awal masa pertumbuhan tanaman yaitu 18 HST, perlakuan pupuk kandang ayam
dosis 10 ton/ha menghasilkan tinggi tanaman lebih besar yaitu 6.37 cm
dibandingkan perlakuan lainnya.
Tabel 6 Pengaruh pemberian pupuk kandang ayam terhadap tinggi tanaman
bayam pada 18 HST dan 40 HST
Perlakuan
Kontrol
Pupuk kandang ayam dosis 10 ton/ha
Pupuk kandang ayam dosis 20 ton/ha

Tinggi Tanaman (cm)
18 HST
40 HST
6.04a
28.37b
6.37a
31.60ab
5.71a
33.18a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%; HST= hari setelah tanam

14
Pada 40 HST perlakuan pupuk kandang ayam dosis 20 ton/ha
menghasilkan nilai tinggi tanaman paling besar dibandingkan perlakuan kontrol
dan perlakuan pupuk kandang ayam dosis 10 ton/ha. Tinggi tanaman pada umur
tanam 40 HST dipengaruhi oleh perlakuan penambahan pupuk kandang ayam. Hal
tersebut didukung oleh persentase pori air tersedia untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhan tanaman paling banyak pada perlakuan penambahan pupuk kandang
ayam dengan dosis 20 ton/ha sebesar 10.46% (Tabel 6). Pori air tersedia berperan
dalam menyimpan dan menyediakan air untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Hasil penelitian Rohmaliah (2003), menunjukkan hal
yang sama pada tanaman daun dewa yang diberi perlakuan pupuk kandang ayam
dengan dosis paling tinggi diantara perlakuan yang diaplikasikan menghasilkan
tinggi tanaman paling tinggi pada 8 MST.
Salah satu pengaruh positif yang dari penambahan bahan organik adalah
pengaruhnya pada pertumbuhan tanaman. Terdapat senyawa yang mempunyai
pengaruh terhadap aktivitas biologis yang ditemukan di dalam tanah adalah
senyawa perangsang tumbuh (auxin) dan vitamin (Stevenson 1982). Senyawasenyawa tersebut berasal dari eksudat tanaman, pupuk kandang, kompos, sisa
tanaman dan juga berasal dari hasil aktivitas mikrob dalam tanah.
Menurut Rohmaliah (2003) pupuk kandang selain mengandung bahan
organik, juga mengandung sejumlah unsur hara makro dan mikro termasuk N,
yang berfungsi merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman termasuk
pertambahan tinggi. Penambahan pupuk kandang dapat meningkatkan kandungan
N total tanah, meningkatkan KTK karena kemampuan mengikat kation dan daya
menahan air lebih tinggi sehingga kemampuan tanah untuk menyediakan air
menjadi lebih banyak dan kelengasan air tanah terjaga.
Pengaruh Perlakuan Frekuensi Penyiraman terhadap Tinggi Tanaman
Perlakuan frekuensi penyiraman tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap tinggi tanaman pada 18 HST, namun berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman pada 40 HST (Lampiran 11).
Tabel 7 Pengaruh frekuensi penyiraman terhadap tinggi tanaman bayam pada 18
dan 40 HST
Perlakuan
Penyiraman 2 hari sekali
Penyiraman 4 hari sekali
Penyiraman 6 hari sekali

Tinggi Tanaman (cm)
18 HST
40 HST
5.63b
22.06c
5.83ab
33.03b
6.66a
38.06a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%
HST= hari setelah tanam

Pada awal pertumbuhan yaitu 18 HST perlakuan frekuensi penyiraman
baru dilakukan sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tinggi
tanaman. Berbeda halnya pada 40 HST, perlakuan frekuensi penyiraman 6 hari
sekali menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi yaitu 38.06 cm (Tabel 7)
dibandingkan perlakuan 2 dan 4 hari sekali. Hal tersebut diduga dipengaruhi oleh
bobot isi tanah, yaitu pada perlakuan penyiraman 6 hari sekali cenderung lebih

15
rendah dibandingkan perlakuan 2 dan 4 hari sekali sebesar 1.15 g/cm3. Bobot isi
mempengaruhi pertumbuhan akar tanaman, pengambilan nutrisi serta air, dimana
pada bobot isi yang rendah akan mendukung pertumbuhan tanaman. Ruang pori
total dan persentase pori air tersedia pada perlakuan penyiraman 6 hari sekali
cenderung lebih besar dibandingkan perlakuan 2 dan 4 hari sekali.
Selain itu, pada perlakuan penyiraman 2 dan 4 hari sekali diduga karena
jumlah air yang ditambahkan cukup banyak dan cara penambahan air yang
sekaligus (tidak dengan cara ditetes) pada tanaman menyebabkan terjadinya water
logging dimana partikel-partikel yang lebih halus mengumpul dibagian bawah
sehingga terjadi pemadatan partikel. Jumlah air yang melebihi kapasitas lapang,
maka air akan turun ke lapisan tanah lebih dalam karena gaya gravitasi seperti
pada penyiraman 2 dan 4 hari sekali (Lampiran 3). Untuk pertumbuhan yang baik,
tanaman memerlukan oksigen dan aerasi yang cukup, sehingga apabila pori
drainase terlalu lama diisi oleh air akan mengganggu pertumbuhan tanaman.
Pengaruh Perlakuan Pupuk Kandang Ayam dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tinggi Tanaman
Interaksi antara perlakuan pupuk kandang ayam dan frekuensi penyiraman
terhadap tinggi tanaman disajikan pada Gambar 3 dan Gambar 4. Pengaruh
interaksi perlakuan pupuk kandang ayam dengan frekuens

Dokumen yang terkait

Penggunaan Pembenah Tanah untuk Perbaikan Sifat Tanah dan Budidaya Padi Gogo (Oryza sativa (L.) Merril) pada Pasir Tailing Tambang Timah

1 14 89

Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam, Pupuk Hijau, dan Kapur CaCO3 Pada Tanah Ultisol Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung

0 4 79

EFEKTIVITAS PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN INTERVAL PENYIRAMAN LERI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN BAYAM Efektivitas Pemberian Pupuk Organik Dan Interval Penyiraman Leri Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam Merah (Alternanthera amoena Voss) Dengan Sistem Vertik

0 2 15

Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam, Pupuk Hijau, dan Kapur CaCO3 Pada Tanah Ultisol Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung

0 0 11

Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam, Pupuk Hijau, dan Kapur CaCO3 Pada Tanah Ultisol Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung

0 0 2

Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam, Pupuk Hijau, dan Kapur CaCO3 Pada Tanah Ultisol Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung

0 0 2

Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam, Pupuk Hijau, dan Kapur CaCO3 Pada Tanah Ultisol Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung

0 0 13

Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam, Pupuk Hijau, dan Kapur CaCO3 Pada Tanah Ultisol Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung

0 2 2

Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea maysL.) Akibat Pemberian Limbah Kertas Rokok Dan Pupuk Kandang Ayam Di Tanah Ultisol

0 0 10

Pertumbuhan dan produksi tanaman bayam merah di media tailing dengan penambahan kompos bulu ayam yang diperkaya pupuk kandang - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 8