Profil Keluarga Dampingan GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

oleh dua orang anaknya bekerja. Keluarga beliau cenderung pendiam dan sulit untuk diajak berkomunikasi banyak. Saya sebagai mahasiswa harus pintar-pintar mengolah kata dan membuat topik yang mengarah pada wawancara mengenai kehidupan keluarga beliau agar tidak menyinggung dan berkenan di hati keluarga Bapak Astawa. Adik beliau cenderung lebih ramah dan bisa diajak untuk berkomunikasi secara lancar. Terkadang beliau juga suka bercanda. Anak sulung beliau juga telah mempunyai penghasilan tersendiri dari bekerja di sebuah restoran di Desa Padangtegal dekat Ubud. Adik bungsunya juga telah bekerja disebuah hotel di daerah Ubud. Anak beliau jarang ada dirumah karena jam kerja di restoran dibagi menjadi dua shift yaitu shift malam dan shift pagi. Jadi ketika saya berkunjung kesana, tidak setiap saat bisa melihat anggota keluarga beliau lengkap berada dirumah.

1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan

1.2.1 Pendapatan Keluarga

Berbicara mengenai pendapatan, dulu beliau Bapak Astawa bekerja sebagai karyawan swasta tepatnya bekerja disebuah bengkel tetapi sekarang beliau sudah tidak bekerja lagi karena faktor usia. Untuk sekarang, pemasukan keluarga berasal dari anak sulung beliau yaitu I Wayan Budiasa dari hasil bekerja di restoran sebagai waiter pelayan. Ia menyisihkan sedikit uangnya untuk menabung dan sisanya diberikan untuk orang tuanya sebagai uang dapur. Hasil pendapatan yang diperoleh oleh Wayan Budiasa juga tidak menentu tergantung uang tambahan yang diberikan oleh tamu yang dating ke restoran. Tapi gaji pokok yang Wayan Budiasa peroleh sebanyak 3.000.000 setiap bulan. Pendapatan keluarga juga ditambah dari gaji yang didapat oleh adik Wayan Budiasa, Made Purnama dari hasil kerjanya di hotel.

1.2.2 Pengeluaran Keluarga

a. Kebutuhan sehari-hari Pengeluaran yang significant untuk kebutuhan sehari-hari keluarga Bapak I Ketut Astawa adalah pada biaya makan. Mereka makan seadanya, sebagaimana yang dimasak oleh Ibu Ni Wayan Sibuh. Biaya makan yang dikeluarkan perhari mencapai 30.000 untuk membeli lauk pauk yang harus dipakai hingga sehari full. Karena budget makan memang harus ditekan mengingat keluarga beliau juga harus memberikan tukang yang sedang melakukan bedah rumah berupa kudapan kecil ketika mereka sedang istirahat. Beruntung anak sulung dan bungsuya telah bekerja jadi beliau merasa sedikit terbantu. b. Listrik dan Air Keluarga Bapak I Ketut Astawa memiliki aliran listrik dengan daya 450 watt. Untuk biaya listrik pada keluarga Bapak Astawa kurang lebih membayar 50.000 perbulan tergantung pemakaian. Beliau hanya mempunyai TV yang diletakkan di kamar anak sulungnya dan magicom yang diletakkan di dapur. Sedangkan mesin cuci dan kulkas, beliau belum mampu untuk membelinya. Padahal beliau sekeluarga ingin mempunyai kulkas untuk menyimpan buah buahan yang akan dipakai untuk upacara keagamaan dan juga menyimpan canang yang dipake untuk mebanten sehari-hari agar tidak cepat kering dan rusak. Pemakaian listrik juga termasuk biaya tukang yang menggunakan mesin seperti bor, yang menyedot energi listrik lumayan besar. Untuk air, mereka memakai air dari pam saja. Ada keinginan untuk membuat sumur bor , akan tetapi dana kurang memadai. c. Pendidikan Dari segi pendidikan, beliau hanya mampu menginjak sampai sekolah dasar saja. Sedangkan istri beliau belum pernah menginjak dunia pendidikan sama sekali. Karena tekad itulah, beliau menyekolahkan anak anaknya, walaupun anak sulungnya hanya sampai tingkat SLTA akan tetapi beliau tetap bersyukur karena sudah bisa menyekolahkan anaknya lebih dari pendidikan beliau sebelumnya. Anak bungsunya juga menempuh pendidikan hanya sampai tingkat SLTA saja. Sekarang kedua anak beliau sudah bekerja dan bisa membantu kebutuhan keluarga. d. Kesehatan Dalam bidang kesehatan, keluarga Bapak Astawa tidak pernah mengalami penyakit yang serius. Beliau sekeluarga sering menggunakan obat tradisional bali untuk mengobati penyakit yang ringan seperti demam, flu, batuk, pilek dan lain lain. Beliau percaya kalau khasiat obat tradisional lebih manjur dan bisa didapat dari alam dibandingan dengan obat dokter yang harganya mahal dan sulit untuk dijangkau oleh keluarga Bapak Astawa yang berpenghasilan kurang. e. Rohani Pada bidang rohani, pengeluaran keluarga beliau tidak terlalu banyak. Untuk canang sehari-hari, mereka hanya memakai bahan seadanya dan bunga yang dipetik dihalaman belakang. Sedangkan untuk acara odalan, keluarga Bapak Astawa hanya membeli buah-buahan yang harganya terjangkau. Mereka tidak pernah malu ketika datang kepura hanya membersembahkan banten yang harganya terjangkau. Keluarga Bapak Astawa mempunyai prinsip, lebih baik memakai yang ada dan bisa dijangkau oleh kantong dibandingkan harus meminjam kepada orang lain. Meskipun banyak hutang, beliau hanya berhutang untuk keperluan mendesak saja. f. Sosial Kebutuhan social keluarga Bapak Astawa tergolong jarang. Beliau hanya mengeluarkan dana saat acara tertentu seperti membawa beras dan dupa ke acara kematian masyarakat sekitar atau menyiapkan dana untuk ngaben massal setiap 5tahun jika ada keluarga mereka yang ikut diaben pada saat itu. Selain itu, untuk acara piodalan di merajan atau di pura, Bapak Astawa membagi rata dengan adiknya agar beban yang dirasakan beliau lebih berkurang.