Permasalahan Tujuan Sejarah Ekowisata

4 Ekowisata diharapkan memberikan kepuasan dan pengalaman kepada pengunjung, serta mendorong partisipasi masyarakat yaitu peran serta masyarakat dalam kegiatan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ekowisata dengan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan keagamaan masyarakat disekitar kawasan serta sesuai dengan kearifan lokal. Perencanaan dan pengembangan ekowisata menyangkut jenis ekowisata, data dan informasi, potensi pangsa pasar, hambatan-hambatan, lokasi, luas, batas, alokasi biaya, target waktu pelaksanaan dan desain teknisnya. Untuk data dan informasi yang dimaksud adalah daya tarik dan keunikan alam; kondisi ekologis lingkungan, kondisi sosial, budaya dan ekonomi , peruntukan kawasan, sarana dan prasarana serta sumber pendanaan. Mengembangkan kawasan ekowisata wajib memberdayakan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat diselenggarakan melalui kegiatan peningkatan pendidikan dan ketrampilan masyarakat. Untuk partisipasi masyarakat melibatkan warga masyarakat, Badan permusyawarahan Desa, Kader PKK, Tokoh Masyarakat dan LSM. Rencana pengembangan ekowisata di Subak Kerdung, Kelurahan Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan sangat perlu mendapatkan perhatian mengingat kawasan tersebut merupakan kawasan RTHK, mempunyai jalur jogging track, dekat dengan kawasan hutan mangrove dan keindahan alam yang berada di kawasan urban yang perlu untuk dipertahankan untuk peningkatan ekonomi masyarakat sekaligus pelestarian alam.

1.2. Permasalahan

Subak Kerdung terletak di Kelurahan Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar sangat perlu mendapatkan perhatian mengingat kawasan tersebut merupakan kawasan RTHK, mempunyai jalur jogging track, dekat dengan kawasan hutan mangrove dan keindahan alam yang berada di kawasan urban. Permasalahan pokok yang ada di Subak Kerdung meliputi : a. Terjadinya alih fungsi lahan dari lahan sawah menjadi lahan terbangun walaupun wilayahnya berupa lahan sawah. b. Adanya alih fugsi lahan akan mengganggu fungsi saluran irigasi yang ada c. Keberadaan Subak Kerdung yang berada dikawasan perkotaan maka saluran irigasi menjadi seperti saluran pembuangan limbah baik padat maupun cair d. Secara umum lahan sawah tersebut dikerjakan oleh para petani penggarap.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut : 5 - Mengkaji kondisi fisik lahan di subak Kerdung - Mengkaji potensi agro-ekowisata yang dimiliki subak Kerdung dengan melakukan program aksi sesuai kesepakatan dengan masyarakat.

1.4 Luaran

Luaran atau output dari kegiatan ini adalah sebagai berikut : - Teridentifikasinya kondisi fisik dan permasalahan-permasalahan yang ada di areal subak Kerdung, - Diperolehnya jenis dan potensi ekowisata dengan daya tarik tertentu di wilayah tersebut yang mendapat kesepakatan masyarakat yang perlu ditindaklanjuti oleh pemerintah untuk pemberdayaan masyarakat setempat sehingga diharapkan dapat menekan laju alih fungsi lahan yang terjadi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Ekowisata

Kegiatan ekowisata yang pertama barangkali adalah kegiatan safari berburu hewan di alam bebas yang dilakukan oleh para petualang dan pemburu di Afrika pada awal tahun 1900. Dan pemerintahan Kenya mengambil kesempatan dan membuka peluang bisnis dari kegiatan safari padang safana dan mamalia Afrika yang liar dan eksotis. Pemerintah Kenya menjual satu ekor singa sebagai buruan seharga US27.000 pada tahun 1970. Namun akhirnya disadari bahwa perburuan yang tidak terkendali dapat mengakibatkan kepunahan spesies flora atau fauna dan mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada. Belajar dari pengalaman ini, pemerintah Kenya akhirnya melakukan banyak perubahan di dalam pelaksanaan kegiatan safari dan mulai menerapkan konsep-konsep ekowisata modern di dalam industri pariwisata. Pada akhir dekade 1970 gagasan ekowisata mulai diperbincangkan dan dianggap sebagai suatu alternatif kegiatan wisata tradisional. Selama masa 1980-an beberapa badan dunia, merumuskan Ekowisata adalah perjalanan ketempat-tempat yang masih alami dan relatif belum terganggu atau tercemari dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan, flora dan fauna, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya 6 masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini. Rumusan ini kemudian disempurnakan oleh The International Ecotourism Society TIES pada awal tahun 1990, sebagai berikut: Ekowisata adalah kegiatan wisata alam yang bertanggung jawab dengan menjaga keaslian dan kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk sete pat . Ekowisata erupaka upaya u tuk e aksi alka da sekaligus elestarika potensi sumber daya alam dan budaya masyarakat setempat untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan. Perkembangan ekowisata di dunia secara umum terasa cukup cepat dan mendapat prioritas dan perhatian dari pemerintahan masing-masing negara yang melaksanakannya. Walaupun dimulai dari Afrika, ekowisata berkembang pesat dan berevolusi secara menakjubkan justru di Amerika Latin. Di beberapa negara Amerika Latin terutama yang dialiri oleh sungai Amazon, kegiatan mengunjungi objek wisata alam berkembang menjadi kegiatan penyelamatan lingkungan hidup konserfasi. Seiring dengan berjalannya waktu, ternyata banyak peserta ekowisata yang tertarik dan ingin berkontribusi di dalam penyelamatan alam flora dan fauna dari kerusakan yang semakin parah. Beberapa lembaga atau organisasi yang bergerak dibidang lingkungan hidup menangkap peluang ini dan mulai mengadakan kegiatan reboisasi beserta dengan masyarakat luas termasuk peserta ekowisata, hingga kepada penggalangan dana dan penanaman pohon yang dapat diikuti melalui media internet. Belajar dari kesalahan-kesalahan terdahulu yang menyebabkan dampak rusaknya lingkungan, pemerintah Costa Rica memobilisasi masyarakatnya untuk berperan aktif dalam kegiatan ekowosata. Tidak ada hotel berbintang dan bandara international yang dibangun di dekat objek wisata alam. Yang ada adalah rumah-rumah masyarakat yang terbuka untuk ditinggali sementara oleh para wisatawan sekarang disebut home stay atau rumah singgah. Masyarakatpun tidak menyediakan menu masakan international kepada para wisatawan, mereka menyuguhkan masakan tradisional dengan standar kebersihan yang tinggi. Pemerintah Costarica yakin bahwa peserta ekowisata bukan hanya tertarik kepada eksotisme alam dari negaranya, tetapi juga tertarik kepada eksotisme kebudayaan dan cara hidup masyarakatnya. Di Afrika, evolusi kegiatan ekowisata menarik untuk dicermati. Kegiatan perburuan binatang singa, kerbau, gajah, badak dan lain sebagainya yang sebelumnya dianggap dapat mengganggu kelestarian suatu spesies ternyata kalau dilakukan secara selektif justru dapat 7 meningkatkan populasi spesies tersebut atau spesies yang lainnya. Membunuh singa jantan yang tua ternyata membuka peluang bagi singa jantan yang muda, sehat dan produktif untuk meminpin kelompok tersebut dan kembali meneruskan garis keturunannya. Semenjak itulah kegiatan perburuan singa dan beberapa spesies lainnya mulai diadakan kembali di Kenya, tentunya dengan spesfikasi dan pengawasan yang ketat dari petugas taman nasional.

2.2. Ekowisata di Indonesia