BAB II LANDASAN TEORI
Proses perancangan produksi sedikit banyak membutuhkan landasan teoritis yaitu konsep- konsep, definisi dan proposisi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan
antar variabel sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena Sugiyono, 2007 : 41. Hal ini bertujuan supaya langkah
– langkah yang diambil tepat sasaran dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Oleh karenanya, untuk membuat produksi media dibutuhkan pemahaman yang baik
tentang apa itu media, bagaimana peran, pesan dan fungsi media itu sendiri, serta bagaimana sistem perancangan produksi yang tepat dan benar dari media.
2.1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi mencakup komunikasi tatap muka maupun komunikasi dengan menggunakan media. Konsep komunikasi juga dapat disimpulkan sebagai proses satu arah memfokuskan pada penyampaian pesan
secara efektif dan menjelaskan bahwa kegiatan komunikasi bersifat persuasive Mulyana dalam Rohim, 2002. Komunikasi juga merupakan proses sebab akibat atau aksi
– reaksi yang arahnya bergantian. Dalam komunikasi melibatkan komunikator yang akan menyampaikan pesan, baik verbal maupun non
verbal secara aktif, dinamis, dan timbal balik. Komunikasi secara mudah diartikan sebagai proses transfer pesan dalam penyaluran informasi
atau message melalui sarana atau saluran komunikasi kepada komunikan yang tertuju Prisgunanto, 2006 : 1. Dalam berkomunikasi sering juga mengaitkan dengan strategi, taktik dalam pengiriman dan
penerimaan pesan yang berisi pengetahuan tentang ide- ide, tujuan, emosi, bahkan nilai- nilai yang ada.
2.2. Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif merupakan salah satu teknik komunikasi yang dapat digunakan dalam berkomunikasi. Komunikasi persuasive merupakan teknik komunikasi yang tepat agar usaha untuk
menanamkan pengaruh pada publik dapat tercapai. Pengertian komunikasi persuasif berasal dari istilah persuasion
Inggris. Sedangkan istilah persuasion diturunkan dari bahasa latin “persuasion” yang dapat berarti membujuk, merayu, meyakinkan, dan sebagainya Widjaja, 2008.
Media seringkali membuat atau mengukuhkan nilai- nilai yang sudah kita yakini sebelumnya. Media massa juga mampu dalam upaya menggerakkan seseorang untuk berbuat sesuatu hal dan tidak
berbuat suatu hal yang lain. Pada umumnya situasi komunikasi sudah mencakup persuasi, karena seperti yang dinyatakan oleh Erwin P. Betting House bahwa suatu situasi komunikasi harus mencakup upaya
seseorang dengan sadar mengubah tingkah laku orang lain atau kelompok orang lain melalui penyampaian beberapa pesan Onong dalam Widjaja, 2008 :66.
Dengan komunikasi persuasive inilah orang akan melakukan apa yang dikehendaki oleh komunikatornya, dengan seolah- olah komunikan itu melakukan proses komunikasi atas kehendaknya
sendiri. Tujuan pokok dari persuasi adalah untuk mempengaruhi pikiran, perasaan, dan tingkah laku seseorang, kelompok untuk kemudian melakukan tindakan atau perbuatan sebagaimana dikehendaki.
Persuasi tidak sekedar untuk membujuk dan merayu, melainkan suatu teknik mempengaruhi dengan mempergunakan dan memanfaatkan data dan fakta psikologis, sosiologis dari orang- orang yang ingin
kita pengaruhi. Oleh karena itu bagi persuader orang yang melakukan persuasi harus memiliki kemampuan untuk dapat memperkirakan keadaan khalayak yang dihadapi.
Toir Kertapati dalam Bunga Rampai Asas Asas Komunikasi, Penerangan, dan Komunikasi mengatakan bahwa persuasi adalah salah satu bentuk komunikasi, oleh karena itu dengan sendirinya
secara teoritis harus memiliki persyaratan tertentu Widjaja, 2008, yaitu : 1. Pesan atau ajakan yang disampaikan kepada masyarakat atau pihak tertentu harus dapat
menstimulir sesuatu pada saran. 2. Pesan atau ajakan itu tentunya harus berisi lambing- lambing atau tanda komunikasi yang
sesuai dengan daya tangkap, daya serap, dan daya tafsir decoding efficiency dari sebagian besar masyarakat atau golongan tertentu.
3. Pesan atau ajakan harus dapat membangkitkan keperluan atau kepentingan tertentu pada sasarannya dan kemudian menyarankan usaha- usaha atau upaya tertentu untuk pemenuhan harapan.
4. Pesan atau ajakan yang menyarankan usaha dan upaya hendaknya disesuaikan dengan situasi dan norma kelompok dimana sasaran itu berada.
5. Pesan atau ajakan harus dapat membangkitkan harapan tertentu. Dengan demikian pesan atau ajakan yang disampaikan dapat dibawakan dengan persuasi agar
dapat mempengaruhi khalayak. Persuasi lawannya coersi paksaan, keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu mengubah perilaku, kepercayaan, dan sikap. Bedanya hanya terletak pada proses, di dalam koersi
umumnya menggunakan ancaman atau sanksi tertentu seperti instruksi, perintah, dan komando baik langsung maupun tidak langsung. Persuasi tidak menggunakan sanksi atau paksaan baik yang tampak
maupun yang tidak tampak. Persuasi hendak meyakinkan seseorang dan atau suatu kelompok seolah- olah
keyakinan itu timbul atas dasar keyakinan sendiri. Sebab dengan kesadaran efek komunikasi akan menjadi sangat tinggi dan mantap Sunarjo dan Djunaesih dalam Widjaja, 2008: 70.
Retorika persuasif merupakan retorika yang disampaikan paling akhir pada kegiatan komunikasi. Dalam retorika persuasif, komunikator tidak saja menyampaikan informasi, tetapi juga harus berusaha
mengubah pikiran khalayak atau mendorongnya bertindak. Retorika persuasive berbeda dengan retorika informative. Dalam informative mendefinisikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, mendeskripsikan,
atau menyelidiki. Tujuan utamanya adalah meningkatkan pengetahuan dan pemahaman khalayak mengenai suatu topic. Sedangkan retorika persuasive adalah pesan yang disampaikan kepada sekelompok
khalayak oleh seorang pembicara yang hadir untuk mempengaruhi pilihan khalayak melalui pengondisian, penguatan, atau pengubahan tanggapan mereka terhadap gagasan, isu, konsep, atau produk.
Upaya persuasive akan berhasil baik bila pesan yang disampaikan memiliki akibat sesuai dengan yang diharapkan, pesan tersebut dalam beberapa hal mempengaruhi pilihan khalayak. Pembicara
informative memiliki tujuan kognitif yaitu untuk menambah pengetahuan atau pemahaman seorang khalayak mengenai suatu kognitif yaitu untuk menambah pengetahuan atau pemahaman seorang khalayak
mengenai suatu topik, sedangkan pembicara persuasive bukan hanya memberikan pemahaman dan penjernihan, melainkan berusaha untuk mengubah khalayak lewat beberapa cara. Pembicara persuasive
pada akhirnya menghendaki beberapa aksi atau perubahan tingkah laku di pihak penerima. Persuasive memiliki tiga tujuan penting, yaitu :
1. Membentuk Tanggapan Shaping Response Salah satu tujuan persuasif adalah membentuk cara khalayak memberikan tanggapan.
Pembentukan dapat dilakukan baik khalayak mengetahui banyak tentang suatu topik maupun tidak, tetapi akibat pembentukkan begitu gamblang terlihat pada saat khalayak mengetahui sedikit tentang topik.
2. Memperkuat Tanggapan Reinforcing Response Maksud dari hal ini adalah penguatan tanggapan bagi sekelompok khalayak untuk
mengharapkan kesinambungan perilaku yang sedang berlangsung saat ini terhadap beberapa produk, gagasan, atau isu. Wallace Fortheringham, dalam bukunya mengenai persuasi, menjelaskaskan tujuan dari
kegiatan persuasi sebagai kontinuitas dengan harapan agar khalayak melakukan apa yang telah mereka lakukan Nurudin, 2003 : 149. Penguatan tanggapan juga dikaitkan dengan nilai- nilai Bem sebagai likes
or dislike terhadap orang, gagasan, kebijakan, dan situasi. 3. Mengubah Tanggapan Changing Response
Pengubahan tanggapan sekelompok khalayak untuk mengubah perilaku mereka terhadap suatu produk, konsep, atau gagasan. Pembicara persuasif berupaya untuk mengubah tanggapan sambil
meminta kepada khalayak untuk mewakili dan atau menghentikan beberapa perilaku. Dalam banyak cara, pengubahan tanggapan dapat menjadi sebuah tugas yang sulit.
Persuader dapat membentuk kesan seseorang terhadap yang baru tanpa terlampau membingungkan kehiduapn mereka. Dapat juga memanfaatkan ketakberdayaan kehidupan sehari- hari
saat meneguhkan repson, tetapi perubahan sering datang dengan kuat pada diri manusia apabila mereka membutuhkan kebutuhan serius apa saja dari gagasan atau kebiasaan baik yang tidak bisa dipungkiri.
2.3. Pengertian Media