Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) pada Berbagai Jarak Tanam di Lahan Kelapa Sawit TBM 1

(1)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) PADA BERBAGAI

JARAK TANAM DI LAHAN KELAPA SAWIT TBM 1

SKRIPSI

OLEH :

ZULKARNAEN / 100301004

BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN


(2)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) PADA BERBAGAI

JARAK TANAM DI LAHAN KELAPA SAWIT TBM 1

SKRIPSI

OLEH :

ZULKARNAEN / 100301004

BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN


(3)

Judul : Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) pada Berbagai Jarak Tanam di Lahan Kelapa Sawit TBM 1

Nama : Zulkarnaen

NIM : 100301004

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Ir. T. Irmansyah, MP. Ir. Irsal, MP.

Ketua Anggota

Mengetahui,

Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, MSc. Ketua Program Studi Agroekoteknologi


(4)

ABSTRAK

ZULKARNAEN: Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Sorgum terhadap berbagai jarak Tanam di Lahan Kelapa Sawit TBM 1, dibimbing oleh T. IRMANSYAH dan IRSAL.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh varietas dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi sorgum di lahan kelapa sawit TBM 1. Penelitian dilaksanakan di Desa Paya Robah, Kecamatan Binjai Barat, Binjai, Sumatera Utara pada Juni-September 2014, menggunakan rancangan petak terbagi dengan dua faktor perlakuan yaitu varietas (numbu dan kawali) dan jarak tanam (75x15, 75x20, 75x25, 75x30 cm). Peubah amatan yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, umur berbunga, umur panen, berat biji malai per sampel, berat biji malai per sub plot, produksi per sampel, produksi per sub plot dan bobot 1000 biji.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, berat biji malai per sampel, produksi per sampel, produksi per sub plot dan bobot 1000 biji. Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, umur berbunga, umur panen, berat biji malai per sub plot, dan produksi biji per sub plot. Interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap diameter batang.


(5)

ABSTRACT

ZULKARNAEN: Growth Response and Production of Some Sorghum Varieties and various spacing under the immaturend plants 1 of oil palm land, supervised by T. IRMANSYAH and IRSAL.

This research was conducted to study the varieties and various spacing on the growth and yield of the sorghum under the immature plants 1 of oil palm land. The research was held at Paya Robah village, west Binjai district, north Sumatra province from June-September 2014, using split plot design with varieties (numbu and kawali) as main plot and spacing (75x15, 75x20, 75x25, 75x30 cm) as sub plot. Parameter observed were plant height, stem diameter, flowering time, harvesting time, weight of panicle seed per sample, weight of panicle seed per sub plot, yield per sample, yield per sub plot, and 1000 grains weight.

The result showed that variety affected significantly on plant height, stem diameter, weight of panicle seed per sample, weight of panicle seed per sub plot, yield per sub plot, and 1000 grains weight. Spacing was significantly different on plant height, stem diameter, flowering time, harvesting time, weight of panicle seed per sub plot, yield per sub plot. There were interaction between variety and spacing for stem diameter.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Petani Jaya pada tanggal 3 Mei 1992 dari ayah Sarman dan ibu Dingin Br Sembiring. Penulis merupakan putra pertama dari empat bersaudara.

Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Istiqlal Delitua dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur PMP. Penulis memilih minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi.

Selama menjalani perkuliahan, penulis aktif dalam sebagai pengurus organisasi Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian (Himadita) Nursery, Pemerintahan Mahasiswa, serta sebagai asisten di Laboratorium Morfologi dan Taksonomi Tumbuhan dan Anatomi Tumbuhan.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) periode Juli sampai Agustus 2013 di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Labuhan Haji..


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul “Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum Bicolor (L.) Moench) Pada Berbagai Jarak Tanam Di Lahan Kelapa Sawit TBM 1” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program studi Agroekoteknologi minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda Sarman Barus dan Ibunda Dingin Br Sembiring atas semangat, do’a dan

dukungannya. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing skripsi yaitu, Ir. T. Irmansyah, MP., Selaku ketua dosen

pembimbing dan Ir. Irsal, MP., selaku anggota dosen pembimbing skripsi yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari Dosen Pembimbing Skripsi yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, November 2014


(8)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ...i

ABSTRACT ...ii

RIWAYAT HIDUP ...iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ... ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN. ... .. ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ...1

Tujuan Penelitian...3

Hipotesis Penelitian ...3

Kegunaan Penelitian ...4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ...5

Syarat Tumbuh ...6

Iklim ...6

Tanah...7

Perkebunan Kelapa Sawit TBM ...7

Varietas ...8

Jarak Tanam ...11

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ...13

Bahan dan Alat ...13

Metode Penelitian ...13

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... .16

Penanaman ...16

Pemupukan ... .16

Pemeliharaan Tanaman ...17

Penyiraman ...17

Penjarangan ...17

Penyiangan ...17


(9)

Pengendalian Hama dan Penyakit ...18

Panen ...18

Pengeringan...18

Peubah Amatan ...18

Tinggi Tanaman (cm) ... 18

Diameter Batang (mm) ... 18

Umur Berbunga (hari) ... 19

Umur Panen (hari) ... 19

Berat Biji Malai per Sampel (g) ... 19

Berat Biji Malai per Sub Plot (g) ... 19

Produksi per Sampel (g) ... 19

Produksi per Sub Plot (g) ... 20

Bobot 1000 Biji (g) ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 21

Pembahasan ... 38

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 45

Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Tinggi tanaman terhadap jarak tanam dan varietas pada umur 2-9 MST

...22

2. Diameter batang terhadap jarak tanam dan varietas pada umur 2-9 MST ...26

3. Umur berbunga terhadap jarak tanam dan varietas ... 30

4. Umur panen terhadap jarak tanam dan varietas ... 32

5. Berat biji malai per sampel terhadap jarak tanam dan varietas ... 33

6. Berat biji malai per plot terhadap jarak tanam dan varietas ... 34

7. Produksi per sampel terhadap jarak tanam dan varietas ... 35

8. Produksi per sub plot terhadap jarak tanam dan varietas ... 37


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Histogram hubungan antara tinggi tanaman 9 MST pada perlakuan

varietas ... 23

2. Grafik hubungan antara tinggi tanaman 9 MST pada perlakuan jarak tanam ... 23

3. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman 2-9 MST pada perlakuan varietas ... 24

4. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman 2-9 MST pada perlakuan jarak tanam ... 25

5. Histogram hubungan antara diameter batang pada perlakuan varietas 28 6. Histogram hubungan antara diameter batang pada perlakuan jarak tanam ... 28

7. Grafik pertumbuhan Diameter batang 2-9 MST pada perlakuan varietas ... 29

8. Grafik pertumbuhan diameter batang 2-9 MST pada perlakuan jarak tanam ... ... 30

9. Grafik hubungan antara Umur berbunga dengan perlakuan jarak tanam ... . 31

10. Grafik hubungan antara Umur panen terhadap jarak tanam ... 32

11. Histogram antara berat biji malai per sampel terhadap perlakuan varietas ... 33

12. Grafik hubungan berat biji malai per sub plot terhadap perlakuan jarak tanam ... 35

13. Histogram antara produksi per sampel terhadap varietas ... 36

14. Histogram hubungan produksi per sub plot terhadap varietas ... 37

15. Grafik hubungan produksi per sub plot terhadap varietas ... 38


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Bagan penelitian ... 48

2. Bagan letaktanaman pada sub plot ... 49

3. Deskripsi tanaman sorgum varietasKawali ... 50

4. Deskripsi tanaman sorgumvarietas Numbu ... 51

5. Jadwal kegiatan penelitian ... 46

6. Perhitungan pupuk dasar ... 47

7. Analisis tanah lahan penelitian ... ..48

8. Data pengamatan tinggi tanaman 2 MST (cm) ... 55

9. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 2 MST ... 55

10. Data pengamatan tinggi tanaman 3 MST (cm) ... 56

11. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 3 MST ... 56

12. Data pengamatan tinggi tanaman 4 MST (cm) ... 57

13. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 4 MST ... 57

14. Data pengamatan tinggi tanaman 5 MST (cm) ... 58

15. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 5 MST ... 58

16. Data pengamatan tinggi tanaman 6 MST (cm) ... 59

17. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 6 MST ... 59

18. Data pengamatan tinggi tanaman 7 MST (cm) ... 60

19. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 7 MST ... 60

20. Data pengamatan tinggi tanaman 8 MST (cm) ... 61

21. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 8 MST ... 61

22. Data pengamatan tinggi tanaman 9 MST (cm) ... 62

23. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 9 MST ... 62

24. Data pengamatan diameter batang 2 MST (helai) ... 63

25. Daftar sidik ragam diameter batang 2 MST ... 63

26. Data pengamatan diameter batang 3 MST (helai) ... 64

27. Daftar sidik ragam diameter batang 3 MST ... 64

28. Data pengamatan diameter batang 4 MST (helai) ... 65

29. Daftar sidik ragam diameter batang 4 MST ... 65

30. Data pengamatan diameter batang 5 MST (helai) ... 66

31. Daftar sidik ragam diameter batang 5 MST ... 66

32. Data pengamatan diameter batang 6 MST (helai) ... 67

33. Daftar sidik ragam diameter batang 6 MST ... 67

34. Data pengamatan diameter batang 7 MST (mm) ... 68

35. Daftar sidik ragam diameter batang 7 MST ... 68

36. Data pengamatan diameter batang 8 MST (mm) ... 69

37. Daftar sidik ragam diameter batang 8 MST ... 69


(13)

40. Data pengamatan umur berbunga (hari) ... ..71

41. Daftar sidik ragam umur berbunga ... ..71

42. Data pengamatan umur panen (hari) ... 72

43. Daftar sidik ragam umur panen (hari) ... 72

44. Data pengamatan berat biji malai per sampel (g) ... ..73

45. Daftar sidik ragam berat biji malai per sampel ... ..73

46. Data pengamatan berat biji malai per plot (g) ... ..74

47. Daftar sidik ragam berat biji malai per plot ... ..74

48. Data pengamatan produksi per sampel (g) ... 75

49. Daftar sidik ragam produksi per sampel (g) ... 75

50. Data pengamatan bobot 1000 biji (g) ... ..76

51. Daftar sidik ragam bobot 1000 biji ... ..76

52. Rangkuman uji beda rataan ... ..77

53. Foto penelitian ... ..78


(14)

ABSTRAK

ZULKARNAEN: Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Sorgum terhadap berbagai jarak Tanam di Lahan Kelapa Sawit TBM 1, dibimbing oleh T. IRMANSYAH dan IRSAL.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh varietas dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi sorgum di lahan kelapa sawit TBM 1. Penelitian dilaksanakan di Desa Paya Robah, Kecamatan Binjai Barat, Binjai, Sumatera Utara pada Juni-September 2014, menggunakan rancangan petak terbagi dengan dua faktor perlakuan yaitu varietas (numbu dan kawali) dan jarak tanam (75x15, 75x20, 75x25, 75x30 cm). Peubah amatan yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, umur berbunga, umur panen, berat biji malai per sampel, berat biji malai per sub plot, produksi per sampel, produksi per sub plot dan bobot 1000 biji.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, berat biji malai per sampel, produksi per sampel, produksi per sub plot dan bobot 1000 biji. Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, umur berbunga, umur panen, berat biji malai per sub plot, dan produksi biji per sub plot. Interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap diameter batang.


(15)

ABSTRACT

ZULKARNAEN: Growth Response and Production of Some Sorghum Varieties and various spacing under the immaturend plants 1 of oil palm land, supervised by T. IRMANSYAH and IRSAL.

This research was conducted to study the varieties and various spacing on the growth and yield of the sorghum under the immature plants 1 of oil palm land. The research was held at Paya Robah village, west Binjai district, north Sumatra province from June-September 2014, using split plot design with varieties (numbu and kawali) as main plot and spacing (75x15, 75x20, 75x25, 75x30 cm) as sub plot. Parameter observed were plant height, stem diameter, flowering time, harvesting time, weight of panicle seed per sample, weight of panicle seed per sub plot, yield per sample, yield per sub plot, and 1000 grains weight.

The result showed that variety affected significantly on plant height, stem diameter, weight of panicle seed per sample, weight of panicle seed per sub plot, yield per sub plot, and 1000 grains weight. Spacing was significantly different on plant height, stem diameter, flowering time, harvesting time, weight of panicle seed per sub plot, yield per sub plot. There were interaction between variety and spacing for stem diameter.


(16)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang memilki areal lahan perkebunan kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia adalah 9.271.039 ha. Lahan tersebut terdiri atas Tanaman Menghasilkan (TM) maupun tanaman Belum Menghasilkan (TBM).

Optimalisasi lahan perkebunan kelapa sawit pada lahan tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat dilakukan dengan menanam tanaman sela. Jenis Tanaman sela pada kelapa sawit dapat berupa tanaman pangan. Disadari bahwa usahatani tanaman pangan hanya mencukupi kebutuhan pangan keluarga, sehingga perlu upaya-upaya pengembangan sistem usahatani yang dapat meningkatkan pendapatan petani.

Hasil Penelitian Herman dan Pranowo (2010) di Bagan Sapta Permai, Kabupaten Rokan Hilir, Riau. Produksi tanaman sela jagung per hektar pertanaman kelapa sawit yang sedang diremajakan ini setara dengan produksi jagung pipilan kering 4,6 ton per hektar pada pertanaman sawit TBM.

Sorgum (Sorgum bicolor L. Moench) merupakan tanaman serelia yang dapat memberikan banyak manfaat diantaranya dari biji bisa menghasilkan tepung sebagai pengganti gandum, dari batang dapat menghasilkan nira yang dapat dimanfaatkan sebagai gula dan hijauan pakan ternak. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas. Sorgum cukup toleran terhadap tanah yang kurang subur atau tanah kritis, sehingga lahan-lahan yang


(17)

kurang produktif atau lahan tidur bisa ditanami. Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan dan genangan air, dapat berproduksi pada lahan marginal serta relative tahan terhadap gangguan hama dan penyakit. Sorgum tidak memerlukan teknologi dan perawatan khusus sebagaimana tanaman lain. Untuk mendapatkan hasil maksimal, sorgum sebaiknya ditanam ketika musim kemarau karena sepanjang hidupnya memerlukan sinar matahari penuh (Prihandana dan Hendroko, 2008).

Sorgum juga dapat memberikan banyak manfaat yakni menghemat biaya produksi tanaman serta dapat dijadikan sebagai sumber bahan organik. Keunggulan tanaman sorgum dibandingkan tanaman serelia lainnya memiliki daya adaptasi yang luas dan tahan terhadap kekeringan. Selain itu sorgum dapat diratoon (tanaman tumbuh kembali setelah tanaman dipangkas saat panen) (Ristek, 2013).

Biji sorgum mengandung tiga jenis karbohidrat yaitu, pati, gula terlarut, dan serat. Kandungan gula terlarut pada sorgum terdiri dari sukrosa, glukosa, fruktosa dan maltosa. Sorgum juga mengandung serat tidak larut air atau serat kasar dan serat pangan, masing-masing sebesar 6,5% - 7,9% dan 1,1% - 1,23%. Kandungan protein pun seimbang dengan jagung, kandungan protein sorgum adalah sebesar 10,11% sedangkan jagung 11,02%. Kandungan pati, sorgum 80,42% sedangkan jagung 79,95% (BPTP, 2013).

Salah satu cara pengembangan teknologi budidaya tanaman sorgum yang dapat diterapkan yaitu upaya untuk mengatur jarak tanam sorgum, sehingga peningkatan produktivitas sorgum masih dapat dilakukan dengan mengatur jarak tanam optimalnya. Dengan adanya ketersediaan air terutama di musim kemarau yang cenderung kurang dapat memenuhi kebutuhan tanaman, maka hal ini


(18)

membuka peluang bagi pengembangan tanaman sorgum yang lebih tahan kondisi lingkungan yang kering.

Upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman sorgum adalah dengan menggunakan varietas yang unggul. Sorgum memiliki banyak varietas dengan karakteristik dan keunggulan masing-masing. Penanaman Sorgum pada perkebunan kelapa sawit dapat disesuaikan dengan jenis atau varietas sorgum. Salah satu kriteria varietas sorgum yang dapat tumbuh baik pada lingkungan dengan curah hujan terbatas adalah toleran terhadap kekeringan dan mampu mempertahankan kehijauan selama kekeringan.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pertumbuhan dan produksi beberapa varietas sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) pada berbagai jarak tanam di lahan perkebunan kelapa sawit TBM 1.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Respons Pertumbuhan dan Produksi beberapa varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) pada berbagai jarak tanam di lahan kelapa sawit TBM 1.

Hipotesis Penelitian

Adanya pengaruh varietas dan jarak tanam serta interaksi keduanya terhadap pertumbuhan dan produksi sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) di Lahan Kelapa Sawit TBM 1.


(19)

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


(20)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Dalam sistem taksonomi tumbuhan, sorgum diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class: Monocotyledonae, Ordo: Poales, Family: Poaceae, Genus: Sorghum, Species: Sorghum bicolor (L.) Moench (Steenis, 2003).

Bagian tanaman di atas tanah tumbuh lambat sebelum perakarannya berkembang dengan baik. Sistem perakarannya terdiri atas akar-akar seminal (akar-akar primer) pada dasar buku pertama pangkal batang, akar-akar koronal

(akar-akar pada pangkal batang yang tumbuh ke arah atas) dan akar udara (akar-akar yang tumbuh dipermukaan tanah). Tanaman sorgum membentuk

perakaran sekunder 2 kali lipat dari jagung (Deptan, 2008).

Tanaman sorgum mempunyai batang berbentuk silinder, beruas-ruas (internodes) dan berbuku-buku (nodes). Setiap ruas memiliki alur yang berselang-seling. Diameter dan tinggi batang bervariasi. Ukuran diameter pangkal batang berkisar 0,5-5,0 cm dan tingginya berkisar 0,5-4,0 m tergantung varietasnya. Tinggi batang sorgum manis yang dikembangkan di China dapat mencapai 5 m sehingga sangat ideal dikembangkan untuk pakan ternak dan penghasil gula (FAO, 2002).

Pada daun sorgum terdapat lapisan lilin yang ada pada lapisan epidermisnya. Adanya lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu bertahan pada daerah dengan kelembaban sangat rendah, lapisan lilit tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu hidup dalam cekaman kekeringan (Kusuma, et al., 2008).


(21)

Bunga sorgum tersusun dalam bentuk malai dengan banyak bunga pada setiap malai sekitar 1500-4000 bunga. Bunga sorgum akan mekar teratur dari 7 cabang malai paling atas ke bawah. Malai sorgum memiliki tangkai yang tegak atau melengkung, berukuran panjang atau pendek dan berbentuk kompak sampai terbuka (Dicko, et al., 2006).

Warna dari biji sorgum bervariasi tergantung kultivar dan jenisnya ada yang berwarna putih hingga berwarna kekuningan dari merah hingga berwarna coklat gelap. Warna pigmen dari biji berasal dari pericarp atau testa bukan dari endosperm. Endosperm pada sorgum berwarna putih sama seperti yang terdapat pada jagung putih. Ukuran biji bervariasi tergantung varietas dan jenis dengan ukuran biji kira-kira 12.000-60.000 biji/pound (Metcalfe dan Elkins, 1990).

Syarat Tumbuh Iklim

Suhu optimum untuk pertumbuhan sorgum berkisar antara 23-30° C dengan kelembaban relatif 20-40 %. Pada daerah-daerah dengan ketinggian 800 m dan permukaan laut dimana suhunya kurang dari 20° C, pertumbuhan tanaman akan terhambat. Selama pertumbuhan tanaman, curah hujan yang diperlukan adalah berkisar antara 375-425 mm (Laimeheriwa, 1990).

Tanaman sorgum dapat berproduksi walaupun dibudidayakan dilahan kurang subur, air yang terbatas dan masukan (input) yang rendah, bahkan di lahan berpasir pun sorgum dapat dibudidayakan. Namun apabila ditanam pada daerah yang berketinggian diatas 500 m dpl tanaman sorgum akan terhambat pertumbuhannya dan memiliki umur yang panjang (Distan, 2011).


(22)

Tanah

Sorgum dapat bertoleransi pada kisaran kondisi tanah yang luas. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada tanah-tanah berat yang sering kali tergenang. Sorgum juga dapat tumbuh pada tanah-tanah berpasir. la dapat tumbuh pada pH tanah berkisar 5,0-5,5 dan lebih bertoleransi terhadap salin (garam) tanah dari pada jagung. Tanaman sorgum dapat berproduksi pada tanah yang terlalu kritis bagi tanaman lainnya (Laimeheriwa, 1990).

Salah satu yang mendukung pada pengolahan lahan sorgum adalah tanah liat berlempung yang kaya akan humus. Sorgum tidak akan tumbuh dengan baik pada tanah yang tergenang atau pada tanah rawa. Walaupun sorgum lebih mampu bertahan pada kondisi air yang tergenang dibandingkan dengan tanaman jagung namun drainase yang baik lebih cocok untuk pertumbuhannya (Thakur, 1980). Perkebunan Kelapa Sawit TBM

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah masa sebelum panen ( dari saat panen pertama ), berlangsung 30 – 36 bulan.Terdiri atas :

• TBM 1 : tanaman pada tahun ke I ( 0-12 bulan )

• TBM 2 : tanaman pada tahun ke II (13-24 bulan )

• TBM 3 : tanaman pada tahun ke III (25-30 atau 36 bulan) (Pardamean, 2008).

Hasil penelitian tumpangsari kelapa sawit TBM dengan kedelai yang dilakukan di Kabupaten Asahan menunjukan bahwa produksi yang diperoleh dari tanaman kedelai mencapai 1,8 ton/ha atau dengan nilai Rp. 5.228.417,- per musim tanam, dan pertumbuhan kelapa sawit TBM tidak terganggu oleh pola tumpangsari tersebut (Herman dan Pranowo, 2010).


(23)

Pada penelitian Harahap (2010) Untuk mengetahui produktivitas kedelai pada sistem tumpangsari dengan kelapa sawit tanaman belum menghasilkan (TBM) serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan vegetatif kelapa sawit, maka telah dilakukan penelitian tumpangsari kedelai dengan kelapa sawit TBM di kebun Pulau Maria, Unit Usaha Marihat, Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Rerata produksi kedelai varietas Anjasmoro mencapai 2,03 ton/ha, nyata lebih tinggi dibandingkan rerata produksi varietas lokal yang hanya mencapai 1,39 ton/ha. Kegiatan olah tanah juga nyata meningkatkan rerata produksi. Tanpa olah tanah produksi kedelai hanya 1,46 ton/ha, sedangkan pada olah tanah produksi mencapai 1,96 ton/ha.

Varietas

Varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh setiap sifat (morfologi, fisiologi, sitology, kimia dll) yang nyata untuk usaha pertanian dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang dapat dibedakan dari yang lain. Varietas berdasarkan teknik pembentukannya dibedakan atas varietas hibrida, sintetik dan varietas komposit (Mangoendidjojo, 2003). Hibrida dibuat dengan mempersilangkan dua inhibrida yang unggul. Karena itu, pembuatan hibrida unggul merupakan langkah pertama dalam pembuatan hibrida. Varietas hibrida memberikan hasil yang lebih tinggi dari pada varietas bersari bebas karena hibrida menggabungkan gen-gen dominan karakter yang diinginkan dari galur penyusunnya, dan hibrida mampu memanfaatkan gen aditif dan non aditif. Varietas hibrida memberikan keunggulan yang lebih tinggi bila ditanam pada lahan yang produktivitasnya tinggi (Kartsapoetra, 2003).


(24)

Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu lingkungan untuk mendapatkan genotif unggul pada lingkungan tersebut. Pada umumnya suatu daerah memiliki suatu kondisi lingkungan yang berbeda terhadap genotif. Respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan fenotip dari tanaman yang bersangkutan (Darliah, et al., 2001).

Sorgum bukan merupakan tanaman asli Indonesia maka keragaman genetik sorgum yang ada masih sangat terbatas. Beberapa varietas sorgum biji (grain sorghum) diintroduksi dari International Crop Research Institute for the Semi-Arid Tropics (ICRISAT) dan dari beberapa negara seperti India, Thailand dan China. Setelah melalui proses pengujian adaptasi dan daya hasil selama beberapa generasi kemudian beberapa varietas introduksi tersebut oleh Departemen Pertanian dilepas menjadi varietas unggul nasional. Sampai saat ini Indonesia telah memiliki beberapa varietas sorgum unggul nasional seperti UPCA, Keris, Mandau, Higari, Badik, Gadam, Sangkur, Numbu dan Kawali. Varietas-varietas unggul nasional tersebut memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan pada lahan-lahan pertanian di Indonesia. Belum banyak informasi diperoleh tentang genotipe sorgum manis yang telah dibudidayakan di Indonesia, khususnya yang terkait dengan industri bioetanol (Hoeman, 2008).

Perbedaan antara keadaan optimum secara fisiologis dan ekologis bagi suatu spesies ada untuk semua faktor lingkungan. Keadaan ini berarti bahwa secara fisiologis setiap tanaman dapat menunjukkan respon terhadap sebuah faktor dengan intensitas tinggi tetapi di lapang kompetisi mencegah spesies tersebut untuk tumbuh pada kisaran yang lebih tinggi dari kemampuan dukung secara fisiologis (Fitter and Hay, 2001).


(25)

Balai penelitian tanaman serealia Indonesia pada tahun 2001 telah melepas dua varietas sorgum unggul baru yaitu Kawali dan Numbu yang berasal dari India. Potensi hasil kedua varietas tersebut masing-masing 4,67 ton/ha dan 5,05 ton/ha dengan rata-rata hasil 0,3 ton/ha dan berumur 90 hari. Varietas Kawali dan Numbu memiliki tangkai yang kompak dan besar, tahan terhadap rebah, penyakit karat serta penyakit bercak daun. Kedua varietas ini ditanam dibeberapa daerah antara lain di Demak dan Gunungkidul (Jawa Tengah) serta daerah Bantul, Yogyakarta (Yanuwar, 2002).

Panen batang dilakukan pada saat kemasakan optimal, pada umumnya terjadi pada umur 16–18 minggu (112–126 hari), sedangkan biji umumnya matang pada umur 90–100 hari. Oleh karena itu biji dipanen terlebih dahulu (Sumantri, 1993).

Ada dua macam perbedaan antara individu organisme : (1) perbedaan yang ditentukan oleh keadaan luar yaitu yang dapat ditelusuri dari lingkungan dan (2) perbedaan yang dibawa sejak lahir, yaitu dapat ditelusuri dari kebakaan. Suatu fenotip (penampilan dan cara berfungsinya). Individu merupakan hasil interaksi antara genotif (warisan alami) dan lingkungannya. Walaupun sifat khas suatu fenotip tertentu tidak dapat selamanya ditentukan oleh perbedaan fenotip atau lingkungan ada kemungkinan perbedaan fenotip antara individu yang terpisahkan itu disebabkan oleh perbedaan lingkungan atau perbedaan keduanya (Lovelles, 2009).

Hasil maksimum dapat dicapai bila kultivar unggul menerima respons terhadap kombinasi optimum dari air, pupuk dan praktek budidaya lainnya.Semua kombinasi input ini penting dalam mencapai produktivitas tinggi (Nasir, 2002).


(26)

Jarak Tanam

Pada umumnya yang perlu diperhatikan dalam penanaman adalah waktu tanam dan jarak tanam. Jarak tanam disesuaikan dengan morfologi tanaman dan tingkat kesuburan tanahnya. Mengatur Jarak Tanam berarti memberi ruang lingkup hidup yang sama dan merata bagi setiap tanaman. Dengan mengatur jarak tanam ini akan memperoleh diperoleh barisan-barisan tanaman yang teratur sehingga mudah dalam melakukan pengelolaan tanaman selanjutnya (Widyastuti, et al.,2007).

Pada umumnya tanaman sorgum ditanam sebagai tanaman seta pada tanaman pokok padi gogo, kedelai atau tanaman palawija lainnya. Bila ditanam secara monokultur populasi tanaman per/hektar sekitar 100.000 - 150.000 tanaman. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 75 X 25 Cm atau 75 X 20 Cm dengan masing-masing 2 tanaman perlubang. Menurut hasil penelitian, peningkatan populasi di atas 150.000 tanaman/hektar, masih cenderung meningkat hasil walaupun tidak begitu besar (BIP, 1990).

Berbagai keuntungan bertanam dengan jarak tanam yang teratur. Pertanaman tampak rapi, arah barisan dapat diatur. Memudahkan dalam pemeliharaannya, misalnya dalam pemberian pupuk, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit dan sebagainya. Dengan Jarak tanam yang teratur dapat ditentukan jumlah populasi tanaman tiap luas lahan sehingga kebutuhan benihnya dapat ditentukan sebelumnya (Widyastuti, et al., 2007).

Pertumbuhan tanaman dan urutannya yang terjadi dalam suatu tahun ditentukan oleh iklim, tanah, tanaman dan pengelolaan. Suatu jenis tanaman akan tumbuh baik jika kebutuhan minimum akan air, energi dan nutrient tersedia serta


(27)

ada tempat untuk tumbuh (tegak). Setiap jenis tanaman memerlukan susunan faktor tumbuh untuk pertumbuhan optimum (Wisnubroto, 2001).

Jarak tanam akan mempengaruhi kerapatan tanaman atau jumlah populasi per unit area. Populasi tanaman mempengaruhi pertumbuhan relatif dan hasil bersih fotosintesis. Hal ini berhubungan erat dengan penangkapan energi cahaya, dan ketersediaan hara dan air dalam tanah. Dengan demikian kerapatan tanaman akan menentukan produksi tanaman (Widyastuti, et al., 2007).

Kerapatan tanaman juga mempengaruhi hormon auksin yang berperan dalam pertumbuhan untuk memacu proses pemanjangan sel. Hormon auksin dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh). Jika terkena cahaya matahari, auksin menjadi tidak aktif. Kondisi fisiologis ini mengakibatkan bagian yang tidak terkena cahaya matahari akan tumbuh lebih cepat dari bagian yang terkena cahaya matahari. Akibatnya, tumbuhan akan memmbengkok ke arah cahaya matahri. Auksin yang diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan mempengaruhi pemanjangan, pembelahan, dan siferensiasi sel tumbuhan. Auksin yang dihasilkan pada tunas apical (ujung) batang dapat menghambat tumbuhnya tunas lateral (samping) atau tunas ketiak. Bila tunas apical batang dipotong, tunas lateral akan menumbuhkan daun-daun. Peristiwa ini disebut dominansi apical (Salisburry dan Ross, 1992).


(28)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

Penelitian direncanakan di kebun percobaan Desa Paya Robah, Kecamatan Binjai Barat, Sumatera Utara, pada titik kordinat 3° 38´ 33” LU dan 98° 28´ 27” LS dengan ketinggian tempat ± 28 meter di atas permukaan laut, mulai bulan Juni-September 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah bibit sorgum varietas Numbu dan Kawali sebagai Perlakuan, air untuk menyiram tanaman dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan yakni cangkul untuk mengolah tanah, pisau/ cutter, pacak sampel, alat ukur seperti meteran dan timbangan analitik, buku data dan alat tulis beserta alat-alat lain yang mendukung penelitian ini.

Metode Percobaan

Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan 2 faktor perlakuan :

Faktor I (Main Plot) : Varietas Sorgum V1 = Varietas Numbu

V2 = Varietas Kawali

Faktor II (Sub Plot) : Jarak Tanam J1 = 75 cm x 15 cm

J2 = 75 cm x 20 cm J3 = 75 cm x 25 cm J4 = 75 cm x 30 cm


(29)

Diperoleh 8 kombinasi perlakuan sebagai berikut:

V1J1 V1J2 V1J3 V1J4

V2J1 V2J2 V2J3 V2J4

Jumlah ulangan = 3 ulangan

Jumlah plot Utama = 8 plot

Jumlah Sub Plot = 24 plot

Ukuran Sub plot = 3 m x 2.1 m

Jarak antar sub plot = 50 cm

Jarak antar plot = 1 m

Jumlah tanaman per sub plot (J1) = 75 tanaman Jumlah tanaman per sub plot (J2) = 55 tanaman Jumlah tanaman per sub plot (J3) = 45 tanaman Jumlah tanaman per sub plot (J4) = 40 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya = 1290 tanaman Jumlah sampel per sub plot = 5 tanaman Jumlah sampel seluruhnya = 120 tanaman

Hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis berdasarkan model linear sebagai berikut:

Yijk= μ + Bk + Ji+ εik + Vk + (JV)jk+ σijk i = 1, 2, 3,4 j = 1, 2 k = 1, 2, 3 Keterangan:

Yijk : Nilai pengamatan karena pengaruh faktor Jarak tanam taraf ke-i dan faktor Varietas taraf ke-j pada ulangan ke k


(30)

Bk : Efek blok ke-k

Tj : Pengaruh faktor jarak tanam yang ke-i

εik : Pengaruh sisa untuk petak utama atau pengaruh sisa karena pengaruh faktor T taraf ke-i pada kelompok ke-k

Vk : Pengaruh faktor Varietas yang ke-j

(JV)jk : Pengaruh interaksi faktor Jarak tanam yang ke-i dan Varietas yang ke-j σijk : Pengaruh sisa untuk anak petak atau pengaruh sisa karena pengaruh

faktor jarak tanam taraf ke-i dan Faktor varietas ke-j pada kelompok ke-k Terhadap sidik ragam yang nyata, dilanjutkan analisis lanjutan dengan menggunakan Uji Rata-Rata BNT dengan taraf 5 % (Sastrosupadi, 2000).


(31)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan

Sebelum penanaman, terlebih dahulu dilakukan pembersihan lahan pertanaman dari gulma yang ada dipertanaman. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan cangkul dan dibuat sub plot sesuai dengan perlakuan.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan tugal, yakni dengan cara menugal lahan yang telah digemburkan kira-kira sedalam 5 cm dari permukaan tanah kemudian dimasukkan benih sorgum sebanyak 2 benih/lubang tanam yang sebelumnya telah direndam air 10-15 menit dengan Fungisida berbahan aktif Mankozeb 80% dengan dosis 5 gr/liter. Jarak tanam yang digunakan adalah 75x15 cm, 75x20 cm, 75x25 cm dan 75x30 cm.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan berdasarkan dosis yang dianjurkan untuk tanaman sorgum yaitu 126 g/sub plot Urea, 63 g/ sub plot TSP dan 31,5 g/ sub plot KCL. Pemberian pupuk Urea diberikan dua kali, yaitu 1/3 bagian diberikan pada waktu tanam sebagai pupuk dasar bersama-sama pemberian pupuk TSP dan KCL. Sisanya (2/3 bagian) diberikan pada 4 MST. Pemupukan dasar dilakukan saat tanam dengan cara larikan sejauh 7 cm dari lubang tanam,sedang KCL dalam lubang di sisi yang lain. Pemupukan kedua juga larikan sejauh ± 15 cm dari barisan, kemudian ditutup dengan tanah. Lubang tugal baik untuk pupuk dasar maupun susulan sedalam ± 10 cm.


(32)

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari. Pelaksanaan penyiraman dikurangi tergantung keadaan cuaca. Bila areal hujan, tidak perlu dilakukan penyiraman.

Penjarangan

Penjarangan dilakukan setelah 2 MST dengan cara memotong tanaman menggunakan pisau dan meninggalkan tanaman yang paling baik dan sehat sehingga pada tiap lubang tersisa tanaman yang terbaik untuk dipelihara hingga panen.

Penyiangan

Pada awal pertumbuhan sorgum kurang dapat bersaing dengan gulma, karena itu harus diusahakan agar areal tanaman pada saat tanaman masih muda harus bersih dari gulma. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan cangkul pada saat gulma mulai tumbuh.

Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan dengan cara menggemburkan tanah disekitar tanaman sorgum, kemudian menimbunkan tanah tersebut pada pangkal batang tanaman sorgum. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke 2 (4 MST), dengan tujuan untuk memperkokoh kedudukan tanaman dan untuk menekan penguapan air tanah.


(33)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan tergantung pada kondisi lapangan. Bila terjadi serangan hama dan penyakit, maka dilakukan penyemprotan dengan insektisida berbahan aktif Deltamethrin, yang bertujuan untuk membunuh serangga berupa belalang dan kutu pada bunga tanaman. Penyemprotan dilakukan dengan dosis 10 cc/10 liter air.

Panen

Kriteria malai sorghum yang siap panen adalah bijinya keras dan jika digigit terasa tepungnya atau bersuara gemerisik apabila digerakkan. Panen dilakukan setelah tanaman menunjukkan matang fisiologis seperti kadar tepung biji yang maksimal dan daun sudah menguning. Panen dilakukan dengan cara memangkas tangkai mulai 7,5-15 cm di bawah bagian biji dengan menggunakan pisau.

Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran selama lebih kurang 2-4 hari di bawah sinar matahari hingga kadar air mencapai 12-14%.

Peubah Amatan Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang hingga ujung daun tertinggi dengan menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan dari batas tanah sampai ujung daun tertinggi. Pengukuran pertama dilakukan 2 MST dengan interval 1 minggu sekali sampai masuk masa generatif (9 MST).


(34)

Diameter Batang (mm)

Pengukuran diameter batang dilakukan pada 2MST dengan interval 1 minggu sekali sampai masuk masa generative (9 MST). Pengukuran diameter batang menggunakan jangka sorong. Setiap tanaman contoh diukur diameter pada pangkal batang tanaman secara 2 kali dan diambil nilai rata-ratanya..

Umur Berbunga (hari)

Umur berbunga ditentukan pada saat bunga setiap tanaman sampel muncul. Dicatat umur berbunga setiap hari dimulai sejak bunga pertama keluar sampai dengan tanaman sorgum telah berbunga sebanyak 75%.

Umur Panen (hari)

Umur panen dihitung setelah tanaman telah memenuhi kriteria panen. Kriteria malai sorgum yang siap panen adalah bijinya keras dan jika digigit terasa tepungnya atau bersuara gemerisik bilamana digerakkan.

Berat Biji Malai per Sampel (g)

Berat biji malai per sampel diambil dengan cara menimbang biji beserta malai tiap sampel perlakuan. Berat biji malai per sampel ditimbang setelah tanaman dipanen dan dikeringkan sampai kadar airnya 12-14 %..

Berat Biji Malai per Sub Plot (g)

Berat biji malai per plot diambil dengan cara menimbang biji beserta malai tiap plot perlakuan. Berat biji malai per plot ditimbang setelah tanaman dipanen dan dikeringkan sampai kadar airnya 12-14%.


(35)

Produksi per Sampel (g)

Produksi per sampel diambil dengan cara menimbang biji tiap sampel perlakuan setelah biji dipisahkan atau dirontokkan dari malai dan dibersihkan dari kotoran-kotoran. Produksi per sampel ditimbang setelah tanaman dikeringkan sampai kadar airnya 12-14%.

Produksi per Sub Plot (g)

Produksi per plot diambil dengan menimbang biji per plot setelah biji dipisahkan atau dirontokkan dari malai dan dibersihkan dari kotoran-kotoran. Produksi per sub plot dilakukan setelah tanaman dikeringkan sampai kadar air 12 -14%. .

Bobot 1000 Biji Kering (g)

Ditimbang sebanyak 1000 biji yang telah dijemur selama beberapa hari sampai kadar air 12-14%. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik.


(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Tinggi Tanaman (cm)

Berdasarkan data hasil pengamatan tinggi tanaman sorgum dari umur 2-9 MST dapat dilihat pada Lampiran 8, 10, 12, 14, 16, 18 dan 20, sedangkan sidik ragamnya pada Lampiran 9, 11, 13, 15, 17, 19, 21 dan 23.

Hasil analisis menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman sorgum.

Rataan tinggi tanaman terhadap varietas dan jarak tanam pada umur 2-9 MST dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman 3 – 9 MST yang tertinggi pada perlakuan varietas numbu (V1) yang berbeda nyata dengan varietas kawali (V2). Pada pengamatan 3-9 MST tinggi tanaman tertinggi pada varietas terdapat pada perlakuan V1 yang masing-masing sebesar 51,31 cm, 74.43 cm, 97.24 cm, 137.31 cm, 180,25 cm, 222,87 cm dan 230,46 cm. Tinggi tanaman terendah pada perlakuan V2 yang masing-masing sebesar 40,79 cm, 61,55 cm, 83,50 cm, 108,25 cm, 134,64 cm, 161,51 dan 173,35 cm.

Tabel 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman 9 MST yi pada perlakuan jarak tanam J1 berbeda nyata dengan perlakuan J2, J3 dan J4. Tinggi tanaman tertinggi pada jarak tanam terdapat pada perlakuan J1 (75x15 cm) yaitu 209,21 cm yang berbeda nyata dengan hasil terendah yaitu pada perlakuan J4 (75x30 cm) yaitu 195,44 cm.


(37)

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) terhadap jarak tanam dan varietas pada umur 2-9 MST

Umur Perlakuan Jarak Tanam Rataan

2 MST

Varietas J1 J2 J3 J4

V1 24,87 26,45 27,07 25,01 25,85

V2 24,95 21,61 22,27 21,54 22,59

Rataan 24,91 24,03 24,67 23,27

3 MST V1 55,61 51,03 50,83 47,79 51,31b

V2 40,33 42,56 40,33 39,93 40,79a

Rataan 47.97 46,80 45,58 43,86

4 MST V1 79.94 77.35 72.34 68.11 74.43b

V2 69.39 58,97 56.21 61.62 61.55a

Rataan 74.66 68.16 64.27 64.86

5 MST V1 104.83 94.05 97.06 93.03 97.24b

V2 93.61 78.39 77.13 84.89 83.50a

Rataan 99.22 86.22 87.09 88.96

6 MST V1 147.10 140.11 137.25 124.77 137.31b

V2 120,02 103,79 100,77 108.41 108,25a

Rataan 133,56 121,95 119,01 116,59

7 MST V1 188,71 187,81 178,25 166,22 180,25b

V2 145,61 131,99 128,10 132,85 134,64a

Rataan 167,16 159,90 153,18 149,53

8 MST V1 234,64 218,96 222,43 215,46 222,87b

V2 170,97 159,07 159,40 156,62 161,51a

Rataan 202,80 189,01 190,92 186,04

9 MST V1 237.98 232.10 226.99 223.57 230.46b

V2 180.43 176.90 171.95 167.02 173.35a

Rataan 209.21d 204.50c 199.47b 195.44a

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada BNT taraf 5%


(38)

Hubungan antara tinggi tanaman 9 MST dengan varietas dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Histogram hubungan antara tinggi tanaman 9 MST pada perlakuan varietas

Gambar 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi pada varietas V1 (numbu) yaitu sebesar 230,46 cm dan terendah pada varietas V2 (kawali) yaitu sebesar 173,34 cm.

Hubungan antara tinggi tanaman 9 MST dengan perlakuan jarak tanam dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Grafik hubungan antara tinggi tanaman 9 MST pada perlakuan jarak tanam

J1 J2 J3 J4


(39)

Gambar 2 menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam adalah linier negatif dimana semakin renggang jarak tanam akan menurunkan tinggi tanaman sorgum. Perlakuan jarak tanam dimana tinggi tanaman tertinggi pada J1 (75x15 cm) yaitu 209,21 cm dan terendah pada perlakuan J4 (74x30 cm) yaitu 195,44 cm..

Pertumbuhan tinggi tanaman dari 2 MST sampai 9 MST pada perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman 2-9 MST pada perlakuan Varietas Gambar 3 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan tinggi tanaman unuk setiap varietas berbeda. Pertumbuhan yang tercepat terlihat pada varietas V1 (numbu) dan yang terlambat pada varietas V2 (kawali).


(40)

Pertumbuhan tinggi tanaman dari 2 MST sampai 9 MST pada perlakuan jarak tanam dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman 2-9 MST pada perlakuan jarak tanam Gambar 4 menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman tercepat pada perlakuan J1 (75x15 cm) dan tanaman yang terlambat pada perlakuan J4 (75x30cm).

Diameter Batang (mm)

Berdasarkan data hasil pengamatan diameter batang sorgum dari umur 2 sampai 9 MST dapat dilihat pada Lampiran 24, 26, 28, 30, 32, 34, 36 dan 38, sedangkan sidik ragamnya pada Lampiran 25, 27, 29, 31, 33, 35, 37 dan 39.

Hasil analisis menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap diameter batang 2-5 MST, jarak tanam berpengaruh nyata pada diameter batang 4 sampai 9 MST dan interaksi keduanya berpengaruh nyata pada diameter batang 2, 7, 8 dan 9 MST.

Tabel 2 menunjukkan bahwa diameter batang tanaman 2-5 MST yang terbesar pada perlakuan varietas numbu (V1) dengan masing-masing sebesar


(41)

2,66 mm, 4,53 mm, 10,36 mm, 12,92 mm dan terkecil pada perlakuan varietas kawali (V2) sebesar 2,27 mm, 3,80 mm, 9,41 mm, dan 11,60 mm.

Tabel rataan diameter batang terhadap perlakuan varietas dan jarak tanam pada umur 2-9 MST dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Diameter batang terhadap perlakuan jarak tanam dan varietas pada umur 2-9 MST

Umur Perlakuan Jarak Tanam Rataan

2 MST

Varietas J1 J2 J3 J4

V1 2,60b 2,58b 2,93c 2,52b 2,66

V2 2,49b 2,17ab 2,04a 2,38b 2,27

Rataan 2,54 2,37 2,49 2,45

3 MST V1 3,73 4,74 4,98 4,67 4,53b

V2 3,51 3,38 3,78 4,54 3,80a

Rataan 3,62 4,06 4,38 4,60

4 MST V1 9,98 10,02 10,86 10,59 10,36b

V2 8,81 8,67 9,16 10,98 9,41a

Rataan 9,39a 9,34a 10,01b 10,79c

5 MST V1 12,15 12,25 14,16 13,14 12,92b

V2 10,97 11,16 11,39 12,88 11,60a

Rataan 11,56a 11,71b 12,78c 13,01c

6 MST V1 15,50 15,32 17,36 17,16 16,34

V2 15,13 16,52 16,61 18,63 16,72

Rataan 15,32a 15,92b 16,99c 17,90d

7 MST V1 17,55a 17,59a 19,38b 19,40b 18,48

V2 17,39a 19,88c 18,68b 21,67d 19,41

Rataan 17,47a 18,73b 19,03b 20,54c

8 MST V1 19,15a 19,28a 21,22b 21,18b 20,21

V2 19,73a 21,78b 20,49b 23,87c 21,47

Rataan 19,44a 20,53b 20,85b 22,52c

9 MST V1 19,47a 19,60a 21,65bc 21,72c 20,61

V2 20,05a 22,01c 20,76b 23,97d 21,70

Rataan 19,76a 20,81b 21,20c 22,85d

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada BNT 5%


(42)

Tabel 2 menunjukkan bahwa interaksi antara varietas dan jarak tanam berpengaruh nyata pada diameter batang 2 MST. Rataan diameter batang terbesar pada perlakuan V1J3 (2,93 mm) dan terkecil pada perlakuan V2J3 (2,04 mm).

Pada pengamatan 7 MST interaksi antara varietas dan jarak tanam berpengaruh nyata pada diameter batang 7 MST. Rataan diameter batang terbesar pada perlakuan V2J4 (21,67 mm) dan terkecil pada perlakuan V2J1 (17,39 mm).

Pada pengamatan 8 MST interaksi antara varietas dan jarak tanam berpengaruh nyata pada diameter batang 8 MST. Rataan diameter batang terbesar pada perlakuan V2J4 (23,87 mm) dan terkecil pada perlakuan V1J1 (19,15 mm).

Pada pengamatan 9 MST interaksi antara varietas dan jarak tanam berpengaruh nyata pada diameter batang 9 MST. Rataan diameter batang terbesar pada perlakuan V2J4 (23,97 mm) dan terkecil pada perlakuan V1J1 (19,47 mm).

Tabel 2 menunjukkan bahwa diameter batang tanaman 4 sampai 9 MST yang terbesar pada perlakuan jarak tanam J4 (75x30 cm) dengan masing-masing sebesar 10,79 mm, 13,01 mm, 17,90 mm, 20,54 mm, 22,52 mm, 22,85 mm dan terkecil pada perlakuan J1 (75x15 cm) sebesar 9,39 mm, 11,56 mm, 15,32 mm, 17,47 mm, 19,44 mm dan 19,76 mm.


(43)

Hubungan antara diameter batang 9 MST dengan varietas dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5 Histogram hubungan antara diameter batang 9 MST pada perlakuan Varietas Gambar 5 menunjukkan bahwa diameter batang terbesar pada perlakuan varietas terdapat pada varietas V2 (kawali) yaitu 21, 70 mm dan terendah pada varietas V1 (numbu) yaitu 20,61 cm.

Hubungan antara diameter batang 9 MST dengan perlakuan jarak tanam dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Grafik hubungan antara diameter batang 9 MST pada perlakuan jarak Tanam

J2

J1 J3 J4


(44)

Gambar 6 menunjukkan bahwa diameter batang tanaman sorgum adalah linier positif dimana semakin renggang jarak tanam akan meningkatkan diameter batang tanaman sorgum.

Hubungan Interaksi antara varietas dan jarak tanam dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Grafik interaksi antara varietas dan jarak tanam terhadap diameter batang 9 MST

Gambar 7 menunjukkan bahwa pada perlakuan V1J1 memiliki diameter batang terkecil sebesar 19,47 mm sedangkan diameter terbesar pada perlakuan V2J4 sebesar 23,97 mm.

J1 J2 J3 J4


(45)

Pertumbuhan diameter batang dari 2 MST sampai 9 MST pada perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Grafik pertumbuhan diameter batang 2-9 MST pada perlakuan Varietas Gambar 8 menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter batang tanaman untuk setiap varietas berbeda. Pada umur tanaman 2 sampai 6 MST diameter batang terbesar pada varietas V1 (numbu) dan terendah pada varietas V2 (kawali), sedangkan pada umur tanaman 7 sampai 9 MST diameter batang terbesar pada varietas V2 (kawali) dan terendah pada varietas V1 (numbu).

Pertumbuhan diameter batang dari 2 MST sampai 9 MST pada perlakuan jarak tanam dapat dilihat pada gambar 9.


(46)

Gambar 9 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan diameter batang tanaman sorgum terbesar pada perlakuan jarak tanam J4 (75x 30 cm) dan diameter batang terkecil pada perlakuan jarak tanam J1 (75x15 cm).

Umur Berbunga (hari)

Data rataan umur berbunga beserta analisis hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 40-41. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, sedangkan varietas dan interaksi keduanya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata.

Data rataan umur berbunga terhadap jarak tanam dan varietas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Umur berbunga terhadap perlakuan jarak tanam dan varietas

Perlakuan Jarak Tanam

Rataan

Varietas J1 J2 J3 J4

V1 67.00 68.67 69.00 69.33 68.50

V2 65.67 68.00 69.00 69.67 68.08

Rataan 66.33a 68.33b 69.00c 69.50c

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada BNT 5%

Umur berbunga tercepat pada jarak tanam terdapat pada perlakuan J1 yaitu 66,33 hari yang berbeda nyata dengan perlakuan J2, J3, dan J4. Sementara umur berbunga yang terlama yaitu pada perlakuan J4 yaitu 69,50 hari.


(47)

Hubungan antara umur berbunga dengan jarak tanam dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Grafik antara umur berbunga dengan perlakuan jarak tanam

Gambar 10 menunjukkan bahwa jarak tanam sorgum adalah linear positif terhadap umur berbunga dimana pada setiap jarak tanam yang semakin rapat akan mempercepat umur berbunga.

Umur Panen (hari)

Hasil pengamatan umur panen beserta analisis hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 42-43. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap umur panen, sedangkan varietas dan interaksi keduanya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Rataan umur panen terhadap jarak tanam dan varietas dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Umur panen terhadap perlakuan jarak tanam dan varietas

Perlakuan Jarak Tanam

Rataan

Varietas J1 J2 J3 J4

V1 102.00 103.67 107.00 107.00 104.92

V2 100.67 103.00 103.33 105.00 103.00

Rataan 101.33a 103.33b 105.17c 106.00c

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada BNT 5%

J1 J2 J3 J4


(48)

Tabel 4 menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap umur panen. Perlakuan jarak tanam yang menunjukkan hasil umur panen tercepat yaitu terdapat pada perlakuan J1 yaitu 101,33 hari dan yang terlama pada perlakuan J4 yaitu 106 hari.

Hubungan antara umur panen dengan jarak tanam dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Grafik antara umur panen dengan perlakuan jarak tanam

Gambar 11 menunjukkan bahwa jarak tanam sorgum adalah linear positif terhadap umur panen dimana pada setiap jarak tanam yang semakin rapat akan mempercepat umur panen.

Berat Biji Malai per Sampel (g)

Hasil pengamatan berat biji malai per sampel beserta hasil analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 44-45. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap berat biji malai per sampel, sedangkan jarak tanam serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap berat biji malai per sampel.

Data rataan berat biji malai per sampel terhadap perlakuan jarak tanam dan varietas dapat dilihat pada Tabel 5.

J2

J1 J3 J4


(49)

Tabel 5. Berat biji malai per sampel terhadap perlakuan jarak tanam dan varietas

Perlakuan Jarak Tanam

Rataan

Varietas J1 J2 J3 J4

V1 102.25 134.02 114.97 117.37 117.15b

V2 95.60 112.00 112.04 114.92 108.64a

Rataan 98.92 123.01 113.51 116.15

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada BNT 5%

Tabel 5 menunjukkan bahwa berat biji malai per sampel yang terbanyak pada perlakuan varietas V1 (numbu) yaitu 117,15 g, dan yang paling sedikit pada perlakuan V2 (kawali) yaitu 108,64 g.

Hubungan antara berat biji malai per sampel pada perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Histogram antara berat biji malai per sampel dengan perlakuan varietas Gambar 12 menunjukkan bahwa berat biji malai per sampel terberat pada perlakuan varietas terdadap pada varietas V1 (numbu) yaitu 117,15 g dan teringan pada perlakuan varietas V2 (kawali) yaitu 108,64 g.

Berat Biji Malai per sub Plot (g)

Hasil pengamatan berat biji malai per sub plot beserta hasil analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 46-47. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap berat biji


(50)

malai per sub plot, sedangkan varietas dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap berat biji malai per sub plot.

Data rataan berat biji malai per sub plot terhadap jarak tanam dan varietas dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Berat biji malai per sub plot terhadap perlakuan jarak tanam dan varietas

Perlakuan Jarak Tanam

Rataan

Varietas J1 J2 J3 J4

V1 6490.51 5478.99 4996.62 3805.77 5138.22

V2 5862.09 5257.48 4123.34 3696.85 4789.44

Rataan 6176.30d 5368.24c 4559.98b 3751.31a

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada BNT 5%

Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam J1 berbeda nyata dengan perlakuan J2, J3, dan J4. Berat biji malai per sub plot yang terberat pada perlakuan jarak tanam J1 (75x15 cm) yaitu 6176,30 g dan yang teringan pada perlakuan J4 (75x30 cm) yaitu 3751,31 g.

Hubungan antara berat biji malai per sub plot pada perlakuan jarak tanam dapat dilihat pada gambar 13.

Gambar 13. Grafik antara biji malai per sub plot dengan perlakuan jarak tanam J1


(51)

Gambar 13 menunjukkan bahwa jarak tanam sorgum adalah linear negatif terhadap berat biji malai per sub plot dimana pada setiap jarak tanam yang semakin renggang akan menurunkan berat biji malai per sub plot.

Produksi per Sampel (g)

Hasil pengamatan produksi per sampel beserta hasil analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 48-49. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata sedangkan jarak tanam serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap produksi per sampel.

Data rataan produksi per sampel terhadap perlakuan jarak tanam dan varietas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Produksi per sampel terhadap perlakuan jarak tanam dan varietas

Perlakuan Jarak Tanam

Rataan

Varietas J1 J2 J3 J4

V1 87.70 104.80 87.27 88.94 92.18b

V2 72.94 79.07 81.85 81.49 78.84a

Rataan 80.32 91.93 84.56 85.21

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada BNT 5%

Tabel 7 menunjukkan bahwa produksi per sampel yang terbanyak pada perlakuan varietas V1 (numbu) yaitu 92,18 g dan yang paling sedikit pada perlakuan V2 (kawali) yaitu 78,84 g.


(52)

Hubungan antara produksi per sampel pada perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar 14.

Gambar 14. Histogram antara produksi per sampel dengan perlakuan varietas

Gambar 14 menunjukkan bahwa produksi per sampel terberat pada perlakuan varietas terdadap pada varietas V1 (numbu) yaitu 92,18 g dan terendah pada perlakuan varietas V2 (kawali) yaitu 78,84 g.

Produksi per Sub Plot (g)

Hasil pengamatan produksi per sub plot beserta hasil analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 50-51. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak tanam dan varietas berpengaruh nyata sedangkan interaksi keduanya tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi per sub plot.

Data rataan produksi per sub plot terhadap perlakuan jarak tanam dan varietas dapat dilihat pada Tabel 8.


(53)

Tabel 8. Produksi per sub plot terhadap perlakuan jarak tanam dan varietas

Perlakuan Jarak Tanam

Rataan

Varietas J1 J2 J3 J4

V1 4887.05 4545.11 3253.98 2624.13 3819.32b

V2 4162.99 3102.67 2987.40 2209.49 3124.39a

Rataan 4525.02d 3823.89c 3120.69b 2416.81a

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada BNT 5%

Tabel 8 menunjukkan bahwa produksi per sub plot yang terbanyak pada perlakuan varietas V1 (numbu) yaitu 3819,32 g dan yang paling sedikit pada perlakuan V2 (kawali) yaitu 3124,39 g.

Tabel 8 menunjukkan bahwa produksi per sub plot yang terbanyak pada perlakuan jarak tanam J1 (75x15) yaitu 4525,02 g dan yang paling sedikit pada perlakuan J4 (75x30) yaitu 2416,81 g.

Hubungan antara produksi per sub plot pada perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar 15.

Gambar 15. Histogram antara produksi per sub plot dengan perlakuan varietas

Gambar 15 menunjukkan bahwa produksi per sub plot terberat pada perlakuan varietas terdadap pada varietas V1 (numbu) yaitu 3819,32 g dan terendah pada perlakuan varietas V2 (kawali) yaitu 3124,39 g.


(54)

Hubungan antara produksi per sub plot pada perlakuan jarak tanam dapat dilihat pada gambar 16.

Gambar 16. Grafik antara produksi per sub plot dengan perlakuan jarak tanam

Gambar 16 menunjukkan bahwa jarak tanam sorgum adalah linear negatif terhadap produksi per sub plot dimana pada setiap jarak tanam yang semakin renggang akan menurunkan produksi per sub plot.

Bobot 1000 Biji (g)

Hasil pengamatan bobot 1000 biji beserta hasil analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 52-53. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap bobot 1000 biji, sedangkan jarak tanam dan interaksi keduanya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata.

Data rataan bobot 1000 biji terhadap perlakuan jarak tanam dan varietas dapat dilihat pada Tabel 9.

J1 J2 J3 J4


(55)

Tabel 9. Bobot 1000 biji terhadap perlakuan jarak tanam dan varietas

Perlakuan Jarak Tanam

Rataan

Varietas J1 J2 J3 J4

V1 31.89 35.16 34.03 31.75 33.21b

V2 25.41 23.65 26.87 26.11 25.51a

Rataan 28.65 29.40 30.45 28.93

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada BNT 5%

Tabel 9 menunjukkan bahwa bobot 1000 biji tertinggi pada varietas terdapat pada perlakuan V1 (33,21 g) yang berbeda nyata dengan V1 (25,51 g).

Hubungan antara bobot 1000 biji pada perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar 17.

Gambar 17. Histogram antara bobot 1000 biji dengan perlakuan varietas

Gambar 17 menunjukkan bahwa bobot 1000 biji terberat pada perlakuan varietas terdadap pada varietas V1 (numbu) yaitu 33,21 g dan teringan pada perlakuan varietas V2 (kawali) yaitu 25,51 g.


(56)

Pembahasan

Respons pertumbuhan dan produksi sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) pada perlakuan varietas

Dari hasil analisis sidik ragam perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 3-9 MST, diameter batang pada 3-5 MST, berat biji malai per sampel, produksi biji per sampel, produksi biji per sub plot dan bobot 1000 biji. Varietas tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2 MST, diameter batang 2, 6,7,8,9 MST, umur berbunga, umur panen, berat biji malai per sub plot, dan Produksi per sub plot.

Varietas sorgum berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 3 - 9 MST. Tanaman tertinggi pada umur 9 MST yaitu pada perlakuan V1 (230,46 cm) dan terendah pada varietas V2 (173,35 cm). Hal ini diduga karena varietas sorgum memiliki sifat genotif dan fenotif yang berbeda. Setiap varietas tanaman sorgum menunjukkan penampilan berbeda dari morfologi tanaman yang diekspresikan sesuai dengan lingkungan tanaman tumbuh. Hal ini sesuai dengan literatur Darliah, et al. (2001) yang menyatakan bahwa respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan fenotip dari tanaman yang bersangkutan.

Varietas berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang pada 3-5 MST. Diameter batang pada 5 MST yang terbesar pada perlakuan varietas V1 yaitu 12,92 mm dan varietas yang terkecil V2 yaitu 11,60 mm. Hal ini diduga adanya perbedaan karakteristik morfologi varietas tanaman sorgum. Pada laju pertumbuhan awal varietas numbu lebih dapat bersaing dalam menyerap cahaya yang menyebabkan perbedaan diameter batang setiap tanaman. Diameter


(57)

dalam pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan literatur fitter and Hay (2001) yang menyatakan bahwa perbedaan antara keadaan optimum secara fisiologis dan ekologis bagi suatu spesies ada untuk semua faktor lingkungan. Keadaan ini berarti bahwa secara fisiologis setiap tanaman dapat menunjukkan respon terhadap sebuah faktor dengan intensitas tinggi tetapi di lapang kompetisi mencegah spesies tersebut untuk tumbuh pada kisaran yang lebih tinggi dari kemampuan dukung secara fisiologis.

Varietas berpengaruh nyata terhadap berat biji malai per sampel, produksi biji per sampel, produksi per sub plot dan bobot 1000 biji. Berat biji malai per sampel terberat pada perlakuan V1 (117,15 g) dan terendah pada perlakuan V2 (108,64 g). Produksi per sampel terberat pada perlakuan V1 (92,18 g) dan terendah pada perlakuan V2 (78,84 g). Produksi per sub plot tertinggi pada perlakuan V1 (3819,32 g) dan terendah pada perlakuan V2 yaitu 3124,39 g. Bobot 1000 biji terberat pada perlakuan V1 (33,21 g) dan yang terendah pada perlakuan V1 (25,51 g). Hal ini diduga karena adanya perbedaan faktor genetik dari kedua varietas tersebut. Setiap varietas tanaman menunjukkan karateristik morfologi dan fisiologi yang berbeda. Varietas merupakan hasil teknologi budidaya tanaman yang memberikan sifat genotif dan fenotif terhadap lingkungan suatu tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Mangoendidjojo (2003) yang menyatakan bahwa varietas merupakan sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh setiap sifat (morfologi, fisiologi, sitology, kimia dll) yang nyata untuk usaha pertanian dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang dapat dibedakan dari yang lain.


(58)

Respons pertumbuhan dan produksi sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) pada perlakuan jarak tanam

Dari hasil penelitian diperoleh perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 9 MST, diameter batang pada 4 - 9 MST, umur berbunga, umur panen, berat biji malai per sub plot, dan produksi biji per plot dan tidak berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 2-8 MST, diameter batang 1-3 MST, berat biji per sampel, produksi per sampel dan bobot 1000 biji.

Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman sorgum 9 MST. Tinggi tanaman tertinggi pada jarak tanam terdapat pada perlakuan J1 (75x15 cm) yaitu 209,21 cm yang berbeda nyata dengan hasil terendah yaitu pada perlakuan J4 (75x30 cm) yaitu 195,44 cm. Hal ini diduga karena populasi tanaman pada perlakuan J1 sangat rapat sehingga persaingan tanaman untuk memperoleh cahaya sangat tinggi. Persaingan cahaya juga terjadi karena adanya kelapa sawit pada lahan pertanaman. Kurangnya tanaman mendapat cahaya matahari mendorong terjadinya pemanjangan sel karena tanaman menghasilkan hormon auksin lebih banyak. Hal ini sesuai dengan literatur Salisburry dan Ross, (1992) yang menyatakan bahwa jika terkena cahaya matahari, auksin menjadi tidak aktif. Kondisi fisiologis ini mengakibatkan bagian yang tidak terkena cahaya matahari akan tumbuh lebih cepat dari bagian yang terkena cahaya matahari. Hormon auksin yang berperan dalam pertumbuhan untuk memacu proses pemanjangan sel.

Pada parameter diameter batang perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata pada umur 9 MST. Diameter batang terbesar pada perlakuan jarak tanam J4 (75x30 cm) yaitu 22,85 mm dan terkeci l pada perlakuan J1 (75x15 cm) sebesar


(59)

menyebabkan tanaman sorgum terjadi persaingan akan cahaya, mempengaruhi tanaman dalam pengambilan air dan unsur hara yang yang digunakan dalam pertumbuhan suatu tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Harjadi (2005) yang menyatakan bahwa jarak tanam mempengaruhi kompetisi antara tanaman dalam menggunakan air dan zat hara sehingga mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman.

Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap umur berbunga dan umur panen tanaman sorgum. Umur berbunga tercepat pada perlakuan J1 (75x15 cm) yaitu 66.33 hari dan umur berbunga yang terlama pada perlakuan J4 (75x30cm) yaitu 69,50 hari. Umur panen tercepat yaitu terdapat pada perlakuan J1 (75x15 cm) yaitu 101,33 hari dan yang terlama pada perlakuan J4 (75x30 cm) yaitu 106 hari. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman yang ditanam pada lahan yang rapat akan menyebabkan tanaman stress sehingga tanaman akan mengakhiri masa hidupnya lebih awal. Tanaman selama pertumbuhannya mengharapkan kondisi lingkungan yang sesuai untuk proses metabolisme dan perkembangannya. Hal ini sesuai dengan literatur Wisnubroto (2001) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman dan urutannya yang terjadi dalam suatu tahun ditentukan oleh iklim, tanah, tanaman dan pengelolaan. Suatu jenis tanaman akan tumbuh baik jika kebutuhan minimum akan air, energi dan nutrient tersedia serta ada tempat untuk tumbuh (tegak).

Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap berat biji malai per sub plot dan produksi biji per plot. Berat biji malai per sub plot yang terbanyak pada perlakuan jarak tanam J1 (75x15) yaitu 6176,30 g dan yang paling sedikit pada perlakuan J4 (75x30) yaitu 3751.31 g. Produksi per sub plot yang terbanyak pada


(60)

perlakuan jarak tanam J1 (75x15) yaitu 4525,02 g dan yang paling sedikit pada perlakuan J4 (75x30) yaitu 2416,81 g. Hal ini disebabkan oleh kerapatan tanaman dimana semakin rapat maka akan meningkatkan jumlah populasi tanaman setiap lahannya, sehingga meningkatkan produksi hasil dari suatu tanaman. Peningkatan jumlah populasi suatu tanaman mula-mula akan diikuti dengan peningkatan hasil per satuan luas. Produksi akan menurun jika lahan telah kehilangan unsur hara akibat dari populasi tanaman yang mengalami kompetisi unsur hara. Hal ini sesuai dengan perlakuan Heddy, et al. (2000) yang menyatakan bahwa kerapatan tanaman atau populasi tanaman dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produksi tanaman. Peningkatan populasi tanaman mula-mula akan diikuti oleh meningkatnya produksi per satuan luas, kemudian lewat titik maksimum akan menurunkan produksi tanaman tersebut.

Interaksi antara varietas dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench)

Dari hasil análisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara varietas dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap diameter batang pada 2, 7, 8, 9 MST, sementara untuk parameter lainnya seperti tinggi tanaman, diameter batang 3, 4,5,6 MST, umur berbunga, umur panen, berat biji per sampel, berat biji per sub plot, produksi biji per sampel, produksi biji per sub plot dan bobot 1000 biji tidak berpengaruh nyata.

Pada pengamatan 2 MST interaksi antara varietas dan jarak tanam berpengaruh nyata pada diameter batang 2 MST. Rataan diameter batang terbesar pada perlakuan V1J3 (2,93 mm) dan terkecil pada perlakuan V2J3 (2,04 mm). Hal ini disebabkan varietas tanaman yang berbeda sehingga menunjukkan tanaman menunjukkan fenotif yang berbeda walaupun dengan jarak tanam yang sama. Hal


(61)

ini sesuai dengan literatur lovelles (2009) yang menyatakan bahwa ada dua macam perbedaan antara individu organisme yaitu perbedaan yang ditentukan oleh keadaan luar yaitu yang dapat ditelusuri dari lingkungan dan perbedaan yang dibawa sejak lahir, yaitu dapat ditelusuri dari kebakaan

Pada pengamatan 7 MST interaksi antara varietas dan jarak tanam berpengaruh nyata pada diameter batang 7 MST. Rataan diameter batang terbesar pada perlakuan V2J4 (21,67 mm) dan terkecil pada perlakuan V2J1 (17,39 mm). Hal ini menunjukkan bahwa dalam satu varietas tanaman jika terjadi perbedaan kerapatan tanaman maka akan menyebabkan terjadi persaingan dan tanaman akan menunjukkan respon yang berbeda. Hal ini sesuai dengan literatur Lovelles (2009) yang menyatakan bahwa Individu merupakan hasil interaksi antara genotif (warisan alami) dan lingkungannya. Walaupun sifat khas suatu fenotip tertentu tidak dapat selamanya ditentukan oleh perbedaan fenotip atau lingkungan ada kemungkinan perbedaan fenotip antara individu yang terpisahkan itu disebabkan oleh perbedaan lingkungan atau perbedaan keduanya.

Pada pengamatan 8 MST interaksi antara varietas dan jarak tanam berpengaruh nyata pada diameter batang 8 MST. Rataan diameter batang terbesar pada perlakuan V2J4 (23,87 mm) dan terkecil pada perlakuan V1J1 (19,15 mm). Hal ini menunjukkan bahwa pada setiap varietas menunjukakan perbedaan respon yang disebabkan oleh jarak tanam yang berbeda. Pada jarak tanam yang semakin rapat maka akan meningkatkan persaingan yang terjadi dalam siklus hidup suatu tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Widyastuti, et al. (2007) yang menyatakan bahwa populasi tanaman mempengaruhi pertumbuhan relatif dan


(62)

hasil bersih fotosintesis. Hal ini berhubungan erat dengan penangkapan energi cahaya, dan ketersediaan hara dan air dalam tanah.

Pada pengamatan 9 MST interaksi antara varietas dan jarak tanam berpengaruh nyata pada diameter batang 9 MST. Rataan diameter batang terbesar pada perlakuan V2J4 (23,97 mm) dan terkecil pada perlakuan V1J1 (19,47 mm). Hal ini menunjukkan bahwa pada varietas tanaman sorgum terjadi perbedaan karakter pertumbuhan yang disebabkan oleh adanya persaingan antar tanaman. Kerapatan jumlah tanaman atau jumlah populasi yang besar akan meningkatkan persaingan dalam penyerapan unsur hara, baik air hujan, pupuk dan cahaya. Hal ini sesuai dengan literatur Nasir (2002) yang menyatakan bahwa hasil maksimum dapat dicapai bila kultivar unggul menerima respons terhadap kombinasi optimum dari air, pupuk dan praktek budidaya lainnya.

Pada pengamatan 3-6 MST interaksi antara varietas dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata pada diameter batang. Hal ini diduga karena adanya perubahan curah hujan pada bulan juni hingga bulan juli 2014. Menurut data BMKG wilayah binjai dan sekitarnya terjadi penurunan curah hujan dari 147 mm/bulan hingga 57 mm/bulan. Pernurunan curah hujan menyebabkan serapan air pada suatu tanaman menjadi berkurang, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Hal ini sesuai dengan literatur Wisnubroto (2001) yang menyatakan bahwa setiap pertumbuhan tanaman dan urutannya yang terjadi dalam suatu tahun ditentukan oleh iklim, tanah, tanaman dan pengelolaan.


(63)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 3-9 MST, diameter batang pada 3-5 MST, berat biji malai per sampel, produksi biji per sampel, produksi per sub plot dan bobot 1000 biji. Varietas yang menunjukakan hasil tertinggi adalah varietas numbu (V1).

2. Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 9 MST, diameter batang pada 4 - 9 MST, umur berbunga, umur panen, berat biji malai per sub plot, dan produksi per sub plot.

3. Interaksi antara varietas dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap diameter batang pada 2, 7, 8, 9 MST.

Saran

Berdasarkan penelitian disarankan untuk menanam tanaman sorgum dilahan TBM 1 Kelapa sawit dengan varietas kawali pada jarak tanam 75x25 cm.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Balai Informasi Pertanian, 1990. Budidaya Tanaman Sorgum. Departemen Pertanian. Irian Jaya.

Balai Pelatihan dan Teknologi Pertanian, 2013. Sorgum Komunitas Serealia Bergizi yang Toleran Kekeringan. Balit Serealia Maros, Sulawesi Selatan.

Departemen Pertaniantan, 2008. Budidaya Tanaman Sorgum.

[20 Februari 2014]

Dicko M.H., H. Gruppen, A. S. Traore, A. G. J. Voragen, dan W. J. H Van Berkel. 2006. Sorghum Grain as Human Food in Africa, Relevance of Content of Starch and Amylase Activities.

Dinas Pertanian, 2011. Teknologi Budidaya Sorgum. [20 Februari 2014]

Direktorat Jendral Perkebunan, 2013. Data Kelapa Sawit.

FAO, Agricultural Department. 2002. Sweet Sorghum in China. World Food Summit, 10-13 June 2002. Fitter, A. H. and R.K.M. Hay, 2001. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press.

Yogyakarta.

Harahap, I. Y., T.C. Hidayat, dan Y. Pangaribuan. Pertumbuhan dan produktivitas kacang kedelai (Glycine max (l) Merill.) pada sistem tumpangsari dengan tanaman kelapa sawit belum menghasilkan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Herman, M. dan D. Pranowo, 2010. Produktivitas Jagung Sebagai Tanaman Sela Pada Peremajaan Sawit Rakyat Di Bagan Sapta Permai Riau. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri

Hoeman, S. 2008. Prospek dan Potensi Sorgum Sebagai Bahan Baku Bioetanol.

Kartasapoetra, A.G., 2003. Teknologi Benih. Rineka Cipta. Jakarta.

Kusuma, J., F.N. Azis, A. Hanif, Erifah I., M. Iqbal, A. Reza dan Sarno. 2008. Tugas Terstruktur Mata Kuliah Pemulihan Tanaman Terapan; Sorgum. Departemen Pendidikan Nasional, Universitas Jenderal Soedirman, Fakultas Pertanian. Purwokerto.


(65)

Laimeheriwa, J. , 1990. Teknologi Budidaya Sorgum. Departemen Pertanian, Balai Informasi Pertanian, Provinsi Irian Jaya. [20 Februari 2014]

Lovelles, A.R., 2009. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Trofik. Terjemahan K. Kartawinata, S. Dinimiharja dan U. Soetisna. Gramedia, Jakarta.

Mangoendidjojo, W., 2003. Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius Yogyakarta. Metcalfe, D. S. dan D. M. Elkins. 1990. Crop Production: Principles and

Practises. Macmillan Publishing co. Inc. New York.

Nasir, M., 2002. Bioteknologi Molekuler Teknik Rekayasa Genetik Tanaman. Citar aditya Bakti, Bandung.

Pardamean, M. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Prihandana, R. dan R. Hendroko, 2008. Energi Hijau. Kanisius, Yogyakarta. Riset dan Teknologi, 2013. Potensi Tanaman Sorgum Untuk Menopang

Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Riset dan Teknologi Indonesia.

Salisbury, F. B. dan C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press, Bandung. Sastrosupadi, A., 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius,

Yogyakarta.

Steenis, C. G. G. J. V., 2003. Flora. Pradnya Paramitha, Jakarta.

Sumantri, A. 1993. Pedoman Teknis Budidaya Sorgum Manis Sebagai Bahan Baku Industri Gula. Makalah, disampaikan dalam pelatihan dalam rangka Proyek Rintisan Pengembangan Sorgum Manis NTT dan NTB. P3GI. Pasuruan.

Thakur, C. 1980. Scientific Crop Production. Metropolitan Book Co.Pvt. Ltd. Book Sellers and Publishers. L Netaji Subashi Marg. New Delhi.

Widyastuti, T., S.S. Dewi dan Haryono., 2007. Dasar-Dasar Agronomi. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta.

Wisnubroto, S.. 2001. Meteorogi Pertanian Indonesia. Mitra Gama Widya. Yogyakarta.

Yanuwar, W. 2002. Aktivitas Antioksidan dan Imunomodulator Serealia Non-Beras. Institut Pertanian Bogor.


(66)

Lampiran 1. Bagan Penelitian

U I U III U II V1 5m V2 V1 3 m

U

2,1 m 50cm

B T

S

1 m

V2 V1 V2 J2

J1

J3

J4

J3

J2

J1

J4 J2

J4 J3 J2

J1 J3 J1 J4

J4 J3

J2

J1

J2

J4

J1


(67)

Lampiran 2. Bagan Tanaman Per Sub Plot

a. Jarak Tanam J1 (75x15 cm)

b. Jarak Tanaman J2 (75x20 cm) Populasi = 70 tanaman Populasi = 55 tanaman • • • • •

• 75 cm • • • • • • • • • • 15 cm • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •

c. Jarak Tanam J3 (75 cm x 25 cm) d. Jarak Tanaman J4 (75x30 cm) Populasi = 45 tanaman Populasi = 40 tanaman

• • • • • • 75 cm • • • • • • • • • • • • • • • 25 cm • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •

• • • • • • 75 cm • • • • • • • • • • • • • • • 20 cm • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • 75 cm • • • • • 30 cm • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •


(68)

Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Sorgum Varietas Kawali Tanggal dilepas : 22 Oktober 2001

Asal : India

Umur berbunga 50% : ± 70 hari

Panen : ± 100-110 hari

Tinggi tanaman : ± 135 cm Sifat tanaman : tidak beranak Kedudukan tangkai : di pucuk Bentuk daun : pita Jumlah daun : 13 helai

Sifat malai : kompak

Bentuk malai : ellips Panjang malai : 28-29 cm

Sifat sekam : menutup sepertiga bagian biji Warna sekam : krem

Bentuk /sifat biji : bulat, muda h dirontok Ukuran biji : 3,2; 3,0; 3,4 mm

Warna biji : krem

Bobot 1000 biji : 30 g Rata-rata hasil : 2,96 t/ha Potensi hasil : 4,0-5,0 t/ha

Kerebahan : tahanrebah

Ketahanan : agak tahan hama aphids, tahan penyakit karat dan bercak daun

Kadar protein : 8,81% Kadar lemak : 1,97% Kadar karbohidrat : 87,87%

Daerah sebaran : dapat ditanam di lahan sawah dan tegalan

Pemulia : Sumarny Singgih, Muslimah Hamdani, Marsum Dahlan, Roslina Amir, Syahrir Mas'ud


(1)

Lampiran 46. Data Pengamatan Berat Biji Malai per Sub Plot (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Varietas Jarak Tanam I II III

V1 J1 6617.12 6223.44 6630.96 19471.52 6490.51

J2 6560.96 6333.15 5218.86 19112.97 5478.99 J3 4272.48 3637.88 7079.50 14989.86 4996.62 J4 3304.24 4570.32 3209.76 11084.32 3805.77

Ʃ V1 20754.80 20764.79 23139.08 64658.67

V2 J1 5621.30 5891.22 5563.76 17076.28 5862.09

J2 5633.10 5568.43 5278.91 16480.44 5257.48 J3 4085.00 4783.59 4257.44 13126.03 4127.34 J4 3584.48 3611.60 3594.48 10790.56 3696.85

Ʃ V2 18923.88 19854.84 18694.59 57473.31

Total 39678.68 40619.63 41833.67 122131.98 5088.83 Lampiran 47. Sidik Ragam Produksi Biji Malai per Sub Plot (g)

SK db JK KT F.hit F.05

Ulangan 2 291802.58 145901.29 0.35 tn 6.94

V 1 729884.93 729884.93 1.74 tn 18.51

Galat V 2 840496.12 420248.06

J 3 19829756.85 6609918.95 10.87 * 3.49

Linier 1 5041491.31 5041491.31 8.29 * 4.75

Kuadratik 1 217859.63 217859.63 0.36 tn 4.75

Sisa 1 12820.77 12820.77 0.02 tn 4.75

V x J 3 842176.08 280725.36 0.46 tn 3.49

Galat J 12 7296252.47 608021.04

Total 23 29830369.03

FK = 591351194.1 JK V total = 1862183.63

KK V = 13% Jk Kombinasi =21401817.86

KK J = 16%

Ket : tn = tidak nyata * = Nyata


(2)

Lampiran 48. Data Pengamatan Produksi Biji per Sampel (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Varietas Jarak Tanam I II III

V1 J1 90.46 100.07 72.57 263.10 87.70

J2 110.40 100.24 103.76 314.41 104.80

J3 73.96 81.07 106.80 261.82 87.27

J4 90.79 96.16 79.86 266.81 88.94

Ʃ V1 365.60 377.54 362.99 1106.14

V2 J1 71.66 75.69 71.48 218.83 72.94

J2 70.30 83.08 83.82 237.20 79.07

J3 85.18 77.29 83.09 245.56 81.85

J4 87.19 75.97 81.31 244.46 81.49

Ʃ V2 314.32 312.02 319.70 946.05

Total 679.93 689.57 682.70 2052.19 85.51

Lampiran 49. Sidik Ragam Produksi Biji Per Sampel (g)

SK db JK KT F.hit F.05

Ulangan 2 6.16 3.08 0.19 tn 6.94

V 1 1067.87 1067.87 67.38 * 18.51

Galat V 2 31.70 15.85

J 3 415.05 138.35 1.22 tn 3.49

V x J 3 379.61 126.54 1.11 tn 3.49

Galat J 12 1362.98 113.58

Total 23 3263.37

FK = 175478.5 JK V total = 1105.72

KK V = 5% Jk Kombinasi = 1862.52

KK J = 12%

Ket : tn = tidak nyata * = Nyata


(3)

Lampiran 50. Data Pengamatan Produksi Biji per Sub Plot (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Varietas Jarak Tanam I II III

V1 J1 5331.92 5105.04 4080.18 14517.14 4839.05

J2 5071.89 4513.42 4707.02 14292.33 4764.11 J3 2328.11 2648.06 3873.78 8849.95 2949.98 J4 2931.60 2846.40 2394.40 8172.40 2724.13

Ʃ V1 15363.52 15663.52 15112.92 15055.38 45831.82

V2 J1 4016.20 4298.30 4003.46 12317.96 4105.99

J2 2866.50 3569.18 3610.32 10046.00 3348.67 J3 2833.01 2478.14 2739.05 8050.20 2683.40 J4 2487.44 2338.64 2252.40 7078.48 2359.49

Ʃ V2 12203.15 12684.26 12605.23 37492.64

Total 27797.18 27660.61 83324.46 3471.85 3526.02

Lampiran 51. Sidik Ragam Produksi Biji per Sub Plot (g)

SK db JK KT F.hit F.05

Ulangan 2 2747.54 1373.77 0.03 tn 6.94

V 1 2897580.13 2897580.13 66.69 * 18.51

Galat V 2 86892.99 43446.50

J 3 15823316.90 5274438.97 21.38 * 3.49

Linier 1 796476.79 796476.79 5.23 * 4.75

Kuadratik 1 906.51 906.51 0.02 tn 4.75

Sisa 1 323474.06 323474.06 1.31 tn 4.75

V x J 3 1219748.57 406582.86 1.65 tn 3.49

Galat J 12 2959764.99 246647.08

Total 23 22990051.12

FK = 289290234.8 JK V total 2987220.66

KK V = 6% Jk Kombinasi 19940645.60

KK J = 14% Ket : tn = tidak nyata

* = Nyata


(4)

Lampiran 52. Data Pengamatan Bobot 1000 Biji (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Varietas Jarak Tanam I II III

V1 J1 31.70 32.05 31.91 95.66 31.89

J2 34.58 34.98 35.91 105.47 35.16

J3 34.02 31.70 36.36 102.08 34.03

J4 34.25 31.56 29.45 95.26 31.75

Ʃ V1 134.55 130.29 133.63 398.47

V2 J1 26.95 23.65 25.63 76.23 25.41

J2 24.63 23.69 22.63 70.95 23.65

J3 27.46 27.01 26.13 80.60 26.87

J4 29.60 27.03 21.69 78.32 26.11

Ʃ V2 108.64 101.38 96.08 306.10

Total 243.19 231.67 229.71 704.57 29.36

Lampiran 53. Sidik Ragam Bobot 1000 Biji (g)

SK db JK KT F.hit F.05

Ulangan 2 13.26 6.63 1.45 tn 6.94

V 1 355.51 355.51 77.87 * 18.51

Galat V 2 9.13 4.57

J 3 11.24 3.75 1.07 tn 3.49

V x J 3 30.74 10.25 2.93 tn 3.49

Galat J 12 42.03 3.50

Total 23 461.92

FK = 20684.12 JK V total = 377.90

KK V = 7% Jk Kombinasi = 397.50

KK J = 6% Ket : tn = tidak nyata


(5)

Lampiran 54. Foto Lahan Penelitian

(a)

(b)


(6)

Lampiran 55 Gambar Perlakuan

Perlakuan V1J1 Perlakuan V2J1

Perlakuan V1J2 Perlakuan V2J2