1.2 Rumusan Masalah Bagaimana profil kadar glukosa darah pada pasien skin tag?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum Untuk mengetahui profil kadar glukosa darah pada pasien skin tag .
1.3.2 Tujuan khusus Untuk mengetahui karakteristik pasien skin tag berdasarkan umur, jenis
kelamin, lokasi dari skin tag, riwayat diabetes mellitus, riwayat keluarga menderita skin tag.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bidang AkademikIlmiah Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang profil kadar glukosa darah
pada pasien skin tag 1.4.2 Pelayanan Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang perlunya pemeriksaan kadar glukosa darah khususnya pada pasien
skin tag. 1.4.3 Bidang Pengembangan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data pada penelitian-penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Skin tag
Skin tag merupakan suatu tumor jinak jaringan konektif pada dermis yang merupakan tumor jinak yang paling sering dijumpai. Tumor yang mempunyai
warna yang sama dengan warna kulit, lunak, filiform, dan sering tumbuh di daerah intertriginosa yang berbentuk pedunkulasi
2,3,7,9,14
Skin tag ini sering dihubungkan dengan gangguan sindrom metabolik yang terlihat dengan adanya gejala kutaneus terhadap gangguan karbohidrat atau
metabolisme lipid, abnormalitas enzim hati dan hipertensi.
15
2.1.1 Epidemiologi Skin tag yang disebut juga dengan nama lain yaitu soft fibromas, fibroma
molle, fibroepitelial polip atau acrochordon
2,9,16
, merupakan tumor yang sering dijumpai, terutama pada usia yang lebih tua, wanita hamil, obesitas dan
diabetes.
4,17
Lesi skin tag ini sering ditemukan pada populasi dewasa diatas umur 40 tahun dan peningkatan insiden dijumpai pada umur yang lebih tua, namun
dikatakan usia 50 merupakan turning point terjadinya pertumbuhan skin tag berhenti.
2,4,9,18
Perbandingan skin tag antara wanita dan pria adalah sama.
18,19
Namun menurut Waisman 1957 dijumpai bahwa skin tag 2 kali lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan laki-laki.
2
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Etiologi Etiologi dari skin tag belum diketahui secara pasti. Lebih sering terjadi pada
daerah garukan dan sering berhubungan dengan beberapa kondisi, termasuk acromegali, chron disease, aging, transplantasi organ, polip kolon, kehamilan,
infeksi HPV, peningkatan jumlah sel mast, dan juga peningkatan reseptor androgen dan estrogen serta kadar leptin.
Skin tag juga diduga mempunyai hubungan dengan penyakit diabetes mellitus, obesitas, dislipidemia dan resistensi insulin.
20
Menurut penelitian Demir dan Demir 2001 menyimpulkan bahwa munculnya skin tag kemungkinan merupakan suatu manifestasi klinis yang
penting yang mendasari ada terjadinya gangguan metabolisme karbohidrat, oleh karena itu setiap pasien skin tag harus dievalusi kemungkinan menderita diabetes
mellitus.
7,14,16,17,20,21
Skin tag juga diduga dapat terjadi akibat faktor genetik. Faktor genetik merupakan hal yang penting untuk diteliti. Pada suatu penelitian mengatakan
setidaknya setiap dua pasien skin tag merupakan karier skin tag.
1
2,4
Pada sindrom birt-hogg-dube merupakan suatu genodermatosis yang merupakan penyakit
autosomal dominan, ditandai dengan munculnya tumor-tumor kulit meliputi multipel fibrofolikuloma, trichosdiscomas dan achrocordon, yang diduga mutasi
terhadap suatu gen supresor yang dapat menjadi penyebab terjadinya kelainan genetik ini.
Adanya iritasi kulit yang sering dan lama diduga merupakan faktor pencetus, terutama pada pasien obesitas. Ketidakseimbangan hormonal juga dapat
memudahkan untuk terjadinya skin tag, misalnya tingginya kadar estrogen dan
19
Universitas Sumatera Utara
progesterone pada saat hamil, atau terganggunya kadar growth hormone pada penderita acromegali. Para ahli mendapatkan bahwa epidermal growth factor
EGF dalam transforming growth factor TGF mempunyai peranan dalam hal pertumbuhan skin tag.
5,17,19
2.1.3 Patogenesis Ada beberapa pendapat mengenai patogenesis dari skin tag. Terdapatnya
beberapa teori yang menyebutkan skin tag terjadi sebagai akibat tekanan yang persisten ataupun dari gesekan yang terus menerus pada daerah permukaan kulit,
terutama pada penderita obesitas, yang menyebabkan gangguan jaringan elastik
kulit.
7,15
Mekanisme dasar yang dapat menjelaskan sekelompok kelainan metabolik pada pasien skin tag adalah keadaan resistensi insulin. Resistensi insulin
didefinisikan sebagai suatu keadaan respon yang terganggu terhadap dampak fisiologis insulin, yang mencakup metabolisme glukosa, lemak dan protein serta
terhadap faal endotel pembuluh darah.
9,22
Adanya korelasi positif antara insulin dan jumlah dari skin tag dimana insulin merupakan hormon yang dapat
meningkatkan pertumbuhan jaringan dan stimulasi pengambilan glukosa pada jaringan, dan ketika terjadi resistensi insulin, akan mengakibatkan sel ini kurang
responsif terhadap hormon sehingga pankreas akan melakukan kompensasi dengan memulai pembentukan insulin dalam jumlah yang banyak. Adanya suatu
keadaan hiperinsulinemia ini akan mengakibatkan peningkatan pembentukan IGF-1 dan penurunan insulin-like growth factor-binding Protein-3 IGFBP-3
yang bertanggung jawab terhadap gen transkripsi anti proliferatif. Adanya
Universitas Sumatera Utara
hiperinsulinemia dan peningkatan IGF-1 secara langsung akan menginduksi epitel dan pertumbuhan fibroblas melalui aktivasi reseptor yang selanjutnya dapat
mengakibatkan hiperplasia epidermal, perubahan endokrin yang dapat mengakibatkan proliferasi dan pertumbuhan sel inilah mungkin dapat mendasari
pembentukan skin tag. Pada otot skeletal resistensi insulin berakibat gangguan pengambilan
glukosa serta gangguan pembentukan glikogen. Resistensi insulin di hati mengakibatkan kegagalan insulin untuk menekan produksi glukosa di hati,
sedangkan di jaringan lemak resistensi insulin akan menyebabkan meningkatnya lipolisis. Ambilan glukosa di jaringan lemak menurun sebaliknya terjadi
peningkatan pelepasan gliserol dan asam lemak bebas. Hal ini ada kaitannya dengan timbunan lemak abdomen pada obesitas. Timbunan lemak abdomen akan
memasuki aliran darah vena porta dalam jumlah besar membuat hati akan terpapar dengan jumlah besar asam lemak bebas mengakibatkan di hati terjadi peningkatan
proses glukoneogenesis serta meningkatnya produksi very low density lipoproteins VLDL. Peningkatan asam lemak bebas juga mengganggu insulin di
hati dan lebih memperhebat hiperinsulinemia dan berpengaruh terhadap mekanisme pensinyalan di otot skeletal serta menurunkan pengambilan glukosa
dan peningkatan asam lemak bebas di peredaran darah portal menuju hati akan meningkatkan produksi trigliserida , apoprotein B 100 dan VLDL dari hati.
7
22
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Gejala Klinis Skin tag merupakan tumor jinak pada jaringan konektif dermis yang terlihat
sebagai tumor yang lunak, pedunkulasi, berwarna seperti warna kulit ataupun hiperpigmentasi yang terjadi pada daerah pergesekan.
Tumor ini biasanya bersifat asimptomatis, tidak menimbulkan rasa nyeri jika tidak disertai adanya peradangan dan iritasi. Penderita dapat merasakan gatal
atau perasaan tidak nyaman bila skin tag ini terkena kalung perhiasan atau pakaian. Ada 3 tipe dari skin tag yang dijumpai
15,23,24
19, 25
1. Multiple, 1-2 mm merupakan papul yang berkerut dan terutama pada daerah coli dan axilla.
:
2. Lesi tunggal atau filiform yang multiple , pertumbuhan yang lunak yang terdapat di berbagai tempat, sampai dengan 5 mm.
3. Soliter, pedunkulasi atau pertumbuhan seperti “baglike” biasanya berdiameter sekitar 10 mm tetapi bisa lebih besar, lebih sering pada
tubuh bagian bawah. Skin tag dapat terjadi dengan lesi tunggal atau banyak dan terutama terjadi
pada daerah intertriginosa axilla, colli, palpebra juga sering ditemukan pada regio vertebralis, abdomen, lumbalis dan femoralis.
14,18,19,23,24
2.1.5 Gambaran Histopatologi Pada gambaran histopatologi menunjukkan adanya gambaran papul yang
berkerut yang memperlihatkan adanya gambaran papilomatosis, hiperkeratosis dan akantosis yang reguler. Epidermis menunjukkan bentuk filiform, gambaran
pertumbuhan yang lunak menunjukkan adanya akantosis yang ringan sampai
Universitas Sumatera Utara
sedang dan kadang - kadang dijumpai papilomatosis. Pada tangkai jaringan konektif terdiri dari jaringan kolagen longgar dan sering mengandung kapiler
yang berdilatasi yang berisi eritrosit. Pada bentuk pedunkulasi yang lebih besar secara umum menunjukkan epidermis yang rata yang mendasari serabut kolagen
longgar dan adanya sel yang matur pada bagian tengah. Pada beberapa keadaan dijumpai adanya sel lemak, mengindikasikan adanya pembentukan lipofibroma,
tetapi diagnosis skin tag ditegakkan terutama secara klinis, pemeriksaan hisopatologi hanya digunakan sebagai konfirmasi.
19,25,26
Gambar 2.1histopatologi skin tag : a. Skin tag yang berbatasan dengan kulit normal, b. Adanya hiperplasia epidermis dan inflamasi kronis pada dermis atas
c. Skin tag dengan adanya hiperplasia epidermis. d. Skin tag dengan sejumlah sel mast.
19
2.1.6 Diagnosis Banding Beberapa diagnosis banding skin tag adalah neurofibromatosis, keratosis
seboroika dan veruka. Neurofibromatosis adalah suatu tumor yang disebabkan adanya kelainan
genetik pada sistem syaraf, mempunyai karakteristik dengan adanya pembentukan tumor yang bersifat jinak, multipel yang tumbuh pada syaraf, merupakan suatu
19
Universitas Sumatera Utara
tumor dengan kelainan autosomal dominan yang mempunyai 2 tipe, yaitu neurofibromatosis tipe 1 dan tipe 2. Gambaran klinis dari neurofibromatosis yaitu
adanya bercak pigmentasi pada kulit cafe au lait spots.
5,19
Keratosis seboroika merupakan suatu lesi hiperkeratotik pada epidermis yang sering terlihat pada permukaan kulit, mempunyai banyak variasi bentuk
yang berwarna coklat sampai hitam. Lesi mempunyai permukaan yang kasar, dengan diameter 2 mm - 3 cm dan dapat lebih besar, merupakan suatu makula
hiperpigmentasi sampai bentuk plak, sering dijumpai pada trunkus tetapi juga pada region fascialis , ekstermitas dan scalp.
Veruka merupakan suatu proliferasi jaringan kulit dan mukosa yang disebabkan oleh HPV, merupakan suatu lesi papul hiperkeratotik dengan
permukaan yang kasar dan irreguler yang mempunyai diamter 1 mm sampai 1 cm dan dapat mengenai seluruh bagian tubuh tetapi lesi ini lebih sering mengenai
tangan dan kaki.
5,19
5,19
2.1.7 Pengobatan Pengobatan untuk skin tag ini dapat dilakukan dengan berbagai cara,
tumor dengan ukuran lebih kecil dengan memakai curved blade scissors dan dengan ukuran yang lebih besar biasanya dilakukan eksisi dengan tindakan bedah
kulit yang sederhana. Untuk skin tag ukuran yang lebih kecil dapat mengaplikasikan ammonium chlorida sehingga dapat mengurangi perdarahan.
19
Pengobatan seperti eksisi sederhana, elektrodesikasi dan krioterapi merupakan pilihan pengobatan yang dapat dilakukan.
6
Universitas Sumatera Utara
Teknik dengan menggunakan gunting curved blade scissors dindikasikan untuk lesi pedunkulasi dan juga semua jenis pertumbuhan jaringan kulit
superfisial seperti skin tag, keratosis seboroik papular, nevus serta veruka dengan diameter lesi yang kecil. Tindakan dengan menggunakan gunting ini dapat
dilakukan pada kelopak mata, leher, ketiak dan paha selain itu juga tergantung pada ukuran dan morfologi bentuk dari lesi. Dengan menggunakan gunting ini,
pengangkatan lesi pada skin tag dengan jumlah yang banyak dapat dilakukan dengan cepat dengan efek ketidaknyamanan yang kecil, teknik dengan
menggunakan gunting ini dapat dilakukan tanpa anastesi, tetapi pada lesi yang lebih besar dan dengan dasar yang lebar diperlukan anastesi lokal. Teknik dengan
menggunakan gunting ini merupakan salah satu cara mengangkat skin tag dengan cepat dan mudah.
Elektrodesikasi merupakan salah satu teknik bedah listrik yang bekerja dengan cara memanaskan sel untuk menghilangkan air sehingga akan
mengakibatkan penghancuran jaringan. Tindakan ini dapat dilakukan dengan tepat yaitu melalui percikan kecil elektroda. Banyak ahli dermatologi yang
menggunakan cara ini untuk menghancurkan lesi yang kecil seperti skin tag, chery angioma, keratosis seboroika dan verucca vulgaris.
19
Krioterapi merupakan metode yang sering digunakan untuk
penatalaksanaan lesi kulit yang jinak. Cairan nitrogen ini merupakan alat semprot yang mudah digunakan dan dengan teknik yang sama banyak digunakan untuk
penatalaksanaan lesi jinak, premaligna ataupun maligna. Dosis dari pemakaian krioterapi ini tergantung dari besarnya lesi, jenis kulit dan kedalaman lesi.
19
19
Universitas Sumatera Utara
Teknik eksisi ini adalah suatu cara untuk membuang jaringan yang digunakan untuk lesi yang superfisial, teknik ini memerlukan anastesi lokal dan
jarang mengakibatkan perdarahan yang berlebihan. Teknik eksisi ini memerlukan keahlian yang baik dan juga waktu tindakan yang lebih lama. Pada eksisi
sederhana biasanya tidak memerlukan anastesi yang banyak pada saat tindakan.
19
2.2 Kadar Glukosa Darah
Berdasarkan kriteria WHO World Health Organization kadar glukosa darah yang normal adalah jika kadar glukosa darah puasa 70-110 mgdl, glukosa
darah terganggu jika kadar glukosa darah puasa antara 110 -125 mgdl, sedangkan toleransi glukosa terganggu adalah kadar glukosa darah sesudah pembebanan
glukosa 75 gr yaitu antara 140-199 mgdl. Sedangkan berdasarkan tabel konversi
sistem satuan SI konvensional dari pemeriksaan alat Thermo® kadar glukosa darah puasa normal adalah 55 - 115 mgdl. Kadar glukosa darah puasa rendah
adalah 55 mgdl. Kadar glukosa darah puasa tinggi terganggu adalah 115-125 mgdl. Kadar glukosa darah puasa
≥ 126mgdl diabetes. Peningkatan kadar glukosa darah merupakan salah satu kriteria untuk
mendiagnosis pasien diabetes mellitus.
11
10
Menurut American Diabetes Association ADA disebut diabetes mellitus jika kadar glukosa darah puasa
≥ 126 mgdl, atau bila kadar glukosa darah 2 jam sesudah pembebanan glukosa 75 g didapati
≥ 200 mgdl.
18
Keadaan hiperglikemi kadar glukosa darah meningkat dapat terjadi akibat ketidakmampuan insulin untuk menurunkan konsentrasi glukosa darah
resistensi insulin sehingga dibutuhkan kadar insulin yang lebih
Universitas Sumatera Utara
hiperinsulinemia untuk mencapai kadar glukosa darah yang normal.
3,11,27
Adanya suatu keadaan hiperinsulinemia ini akan mengakibatkan peningkatan pembentukan IGF-1 dan penurunan IGFBP-3 yang bertanggung
jawab terhadap gen transkripsi anti proliferatif. Adanya hiperinsulinemia dan peningkatan IGF-1 secara langsung akan menginduksi epitel dan pertumbuhan
fibroblas melalui aktivasi reseptor yang selanjutnya dapat mengakibatkan hiperplasia epidermal, perubahan endokrin yang dapat mengakibatkan proliferasi
dan pertumbuhan sel, inilah mungkin dapat mendasari pembentukan skin tag.
7
Universitas Sumatera Utara
2.3 . Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Iritasi dan tekanan Obesitas
Infeksi HPV
Skin Tag
Dislipidemia Resistensi
insulin Peningkatan
proliferasi fibroblas dan deposisi kolagen
Peningkatan jumlah sel mast
Peningkatan IGF-1 dan penurunan IGFBP-3
gen transkripsi anti proliferatif
Peningkatan produksi EGF dan
TGF beta 1 Kriteria:
- Poliuri - Polidipsi
- Polifagi - Peningkatan
Kadar Glukosa Darah
Diabetes mellitus
Universitas Sumatera Utara
2. 4. Kerangka Konsep
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
Skin tag Kadar Glukosa Darah Puasa
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah merupakan suatu studi deskriptif dengan rancangan
potong lintang cross sectional 3. 2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian direncanakan dilakukan mulai bulan Agustus 2014 sampai jumlah sampel terpenuhi, bertempat di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP
Haji Adam Malik Medan dan pemeriksaan darah dilakukan di laboratorium klinik Gatot Subroto Medan
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1
Populasi target Pasien yang menderita skin tag.
3.3.2 Populasi terjangkau
Pasien yang menderita skin tag yang berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan
3.3.3 Sampel Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.4. Kriteria inklusi dan eksklusi 3.4.1 Kriteria inklusi
1. Pasien yang berumur 18 - 75 tahun 2. Bersedia ikut serta dalam penelitian dan menandatangani informed
concent
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Kriteria eksklusi 1.Pasien dengan obesitas berdasarkan IMT Indeks Massa Tubuh
2.Pasien wanita dengan kehamilan 3.Pasien yang sedang dalam pemakaian obat diabetes mellitus
± 2 minggu.
3.5 Besar Sampel