Bacterial Vaginosis Epidemiologi Bacterial Vaginosis

11 Peningkatan Insident tersebut secara tidak langsung juga terjadi karena semakin banyaknya kelompok perilaku-perilaku berisiko tinggi, seperti : anak-anak usia remaja, PSK Pekerja Seks Komersial, pecandu narkotika, kaum homoseksual, dll Sylvia Anderson Price, 1995: 1169. Pada wanita IMS ini bisa menimbulkan berbagai dampak buruk antara lain gangguan pada organ reproduksi dan janin. Pengaruh buruk dari ibu yang menderita IMS terhadap janin bisa bermacam-macam mulai dari abortus, partus permaturus, cacat bawaan sampai kematian janin. Abortus spontan dapat terjadi pada trimester pertama 15, sedangkan kematian janin dapat berupa stillbirth kematian janin sesudah 20 minggu, kematian neonatal kematian antara kelahiran sampai 28 hari, dan kematian perinatal kematian antara 28 hari sampai satu tahun. Pada umumnya secara keseluruhan partus prematurus lebih sering terjadi pada wanita dengan IMS daripada wanita tanpa IMS. Banyak penelitian juga menemukan hubungan antara bakterial vaginosis BV dengan partus premature terutama partus premature dini Endy Muhardin Moegni, 2001.

2.1.2 Bacterial Vaginosis

Bacterial Vaginosis adalah vaginitis yang diakibatkan oleh pertumbuhan yang berlebihan dari bakteria anaerob dan Gardnerella vaginalis sebelumnya dikenal dengan Haemophilus vaginalis disebut sebagai vaginosis bakterial. G. vaginalis dan kuman- kuman anaerob merupakan bagian yang normal dari flora vagina, tetapi pertumbuhan yang berlebihan dapat mengakibatkan sekret vagina. Sebab atau sebab-sebab dari pertumbuhan yang berlebihan ini tidak diketahui Sylvia Anderson Price, 1995: 1169. 12 Bacterial Vaginosis adalah sindrom klinik akibat pergantian Lactobasillus Spp penghasil H 2 O 2 yang merupakan flora normal vagina dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi contoh: Bacteroides Spp, Mobiluncus Spp, Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma hominis Zainuddin Maskur dan Harry L. Makalew, 2001: 79. Pengertian lain dari BV adalah salah satu penyakit yang sangat umum dengan gejala klinik yang ditandai dengan adanya cairan vagina yang berlebihan dan berbau. Pada keadaan ini flora normal vagina yang berisi Lactobacillus akan diganti dengan bakteri anaerob misalnya Bacteroides spp., Mobiluncus spp., Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma hominis Endy Muhardin Moegni, 2001.

2.1.3 Epidemiologi Bacterial Vaginosis

Penyakit Bacterial Vaginosis lebih sering ditemukan pada wanita yang memeriksakan kesehatannya daripada vaginitis yang lainnya. Frekuensi bergantung pada tingkatan sosial ekonomi penduduk pernah disebutkan bahwa 50 wanita aktif seksual terkena infeksi G. Vaginalis, tetapi hanya sedikit yang menyebabkan gejala sekitar 50 ditemukan pada pemakai AKDR dan 86 bersama-sama dengan infeksi Trichomonas. Gardnerella Vaginalis dapat diisolasi dari 15 anak wanita prapubertas yang masih perawan, sehingga organisme ini tidak mutlak ditularkan lewat kontak seksual. Meskipun kasus Bacterial Vaginosis dilaporkan lebih tinggi pada klinik IMS, tetapi peranan penularan secara seksual tidak jelas. Bacterial Vaginosis yang rekuren dapat meningkat pada wanita yang mulai aktivitas seksualnya sejak umur muda, lebih sering juga terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi dan merokok. Bacterial Vaginosis yang rekuren prevalensinya juga tinggi pada 13 pasangan-pasangan lesbi, yang mungkin berkembang karena wanita tersebut berganti-ganti pasangan seksualnya ataupun yang sering melakukan penyemprotan pada vagina. Hanpir 90 laki-laki yang mitra seksual wanitanya terinfeksi Gardnerella vaginalis, mengandung G. vaginalis dengan biotipe yang sama dalam uretra, tetapi tidak menyebabkan uretritis Jubianto Judanarso, 2005: 384. Menentukan angka prevalensi Bacterial Vaginosis adalah sulit karena sepertiga sampai dua pertiga kasus pada perempuan yang terkena tidak menunjukkan gejala asimptomatik. Selain itu, angka prevalensi yang dilaporkan bervariasi menurut populasi. Bacterial Vaginosis ditemukan pada 15-19 pasien-pasien rawat inap bagian kandungan, 10-30 ibu hamil dan 24-40 pada klinik kelamin. Walaupun angka prevalensi BV lebih tinggi pada klinik-klinik kelamin dan pada perempuan yang memiliki pasangan seks lebih dari satu, peran dari penularan secara seksual masih belum jelas. Berbagai penelitian membuktikan bahwa mengobati pasangan dari perempuan yang menderita Bacterial Vaginosis tidak memberi keuntungan apapun dan bahkan perempuan yang belum seksual aktif juga dapat terkena infeksi ini. Faktor risiko tambahan untuk terjadinya Bacterial Vaginosis termasuk pemakaian IUD, douching dan kehamilan Mari E. Egan, M.D., and Martin S. Lipsky, M.D, 2004. Pada wanita dengan BV, keluhan berupa adanya sekret tubuh vagina ringan, melekat pada dinding vagina, dan berbau amis. Bau lebih menusuk setelah senggama dan darah menstruasi berbau abnormal. Dapat timbul rasa gatal dan terbakar akibat iritasi pada vagina dan sekitarnya, serta kemerahan dan edema pada vulva. Terdapat 50 kasus bersifat asimptomatik. Pada pemeriksaan terlihat adanya duh tubuh vagina bertambah, warna abu- 14 abu homogen, berbau dan jarang berbusa. Gejala peradangan umum tidak ada Arif Mansjoer, dkk, 2001: 149. Pada wanita hamil BV dihubungkan dengan kejadian partus prematurus, ketuban pecah dini, khorioamnionitis, endometritis pasca persalinan dan pasca seksio sesaria. Deteksi adanya BV dapat dilakukan dengan pewarnaan Gram. Karena pewarnaan Gram mudah dilakukan dan murah maka deteksi BV dapat dilakukan sebagai preskrining adanya klamida dan gonore terutama pada wanita hamil yang asimptomatik Endy Muhardin Moegni, 2001.

2.1.4 Etiologi Bacterial Vaginosis

Dokumen yang terkait

Hubungan Sosiodemografi, Pengetahuan, dan Sikap Pekerja Seks Komersial (PSK) dengan Upaya Pencegahan HIV/AIDS di Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir Propinsi Riau

0 80 120

Tingkat Pengetahuan Wanita Pekerja Seks Komersial (PSK) Tentang Kesehatan Reproduksi di Lokasi Pantai Nirwana Wilayah Kecamatan Puskesmas Tembilahan Kota (Riau) Tahun 2008

3 31 62

RESOSIALISASI ARGOREJO TAHUN 1998 2010 DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KALIBANTENG KULON

1 8 83

Interaksi Sosial Antara Pekerja Seks Komersial (PSK) dengan Masyarakat (Studi Kasus di Kawasan Resosialisasi Argorejo Sunan Kuning Kota Semarang)

6 58 242

PENGARUH AKTIVITAS SEKSUAL DAN VAGINAL DOUCHING TERHADAP TIMBULNYA INFEKSI MENULAR SEKSUAL KONDILOMA AKUMINATA PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL RESOSIALISASI ARGOREJO KOTA SEMARANG

1 5 22

EFEKTIFITAS PEMAKAINA KONDOM DAN MITRA SEKS KHITAN DALAM MENCEGAH KEJADIAN KONDILOMA AKUMINATA PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KOTA SEMARANG

0 8 1

PENGARUH AKTIVITAS SEKSUAL DAN VAGINAL DOUCHING TERHADAP TIMBULNYA INFEKSI MENULAR SEKSUAL KONDILOMA AKUMINATA PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL RESOSIALISASI ARGOREJO KOTA SEMARANG

0 4 3

PENGARUH AKTIVITAS SEKSUAL DAN VAGINAL DOUCHING TERHADAP TIMBULNYA INFEKSI MENULAR SEKSUAL KONDILOMA AKUMINATA PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL RESOSIALISASI ARGOREJO KOTA SEMARANG

0 15 22

PERSEPSI PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) TENTANG NORMA KEHIDUPAN DAN PENGHIDUPAN DI LOKALISASI ARGOREJO KELURAHAN KALIBANTENG KULON KOTA SEMARANG.

0 0 2

FAKTOR RISIKO KONDILOMA AKUMINATA PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (Studi Kasus pada PSK Resosialisasi Argorejo Kota Semarang) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 13